MAKALAH KONSEP HADIST TENTANG HARTA
MAKALAH
KONSEP HADIST TENTANG HARTA
Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah: Tafsir Ayat dan Hadist
Dosen pengampu: Dede Rodin M.Ag
Disusun oleh:
1.
Nida Indika Deswara (1605036001)
2.
Willa Fatika Sari
(1605036003)
3.
Cindy Ega Pratiwi
(1605036004)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Harta sangat esensial bagi kehidupan manusia, karena kita tidak dapat hidup
tanpa harta. Untuk menjalani hidup, manusia harus memiliki harta yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan pokok hidupnya. Oleh sebab itu, salah satu naluri atau
kecenderungan manusia yang paling menonjol adalah naluri untuk mencari dan
memiliki harta. Naluri ini bersifat wajar, alami, dan manusiawi. Islam sebagai agama
yang berorientasi kepada perwujudan kemaslahatan manusia dan menginginkan
mereka hidup berbahagia di dunia dan di akhirat, sudah tentu tidak mencela dan
membenci harta. Sebaliknya islam menyeru umat manusia agar giat berusaha dan
bekerja dalam rangka mencari harta.
Bersamaan dengan dorongan agar manusia giat bekerja dan berusaha mencari
harta, Islam membawa norma dan aturan-aturan sebagai petunjuk arahan tentang
bagaimana berperilaku dalam berhadapan dengan persoalan harta.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana harta menurut pandangan Islam?
2. Bagaimana cara pembelanjaan harta?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Harta menurut pandangan Islam
1. Pengertian harta
Harta berasal dari bahasa Arab disebut al mal, yang berasal dari kata
yang berarti condong, cenderung, dan miring. Sedangkan menurut Imam Hanafiah ialah:
“Sesuatu yang digandrungi tabiat manusia dan memungkinkan untuk disimpan
hingga dibutuhkan”
Jadi dalam hal ini umalak Hanafiah memberikan pengertian yang berbeda mengenai
harta, harta hanya berbatas pada materi yang hanya dapat disimpan, sementara aspek
“manfaat” tidak dapat dikategorikan sebagai harta, karena tidak dapat disimpan, dalam
hal ini aspek “manfaat” masuk dalam kategori milkiyyah. Ulama Hanafiyah memberikan
pengertian yang berbeda anatara milik dan harta. Harta adalah segala sesuatu yang dapat
diimpan dan digunakan sampai batas waktu yang dibutuhkan, serta penggunaannya dapat
dicampuri oleh orang lain.
Adapun pengertian harta menurut kalangan fuqaha Malkiyyah, Syafiiyyah, dan
Hanabilah adalah:
“Sesuatu yang dicenderungi oleh naluri manusia dan memungkinkan harta itu untuk
diserahterimakan atau dilarang penggunaannya”
Maksud dari pengertian diatas adalah pengertian harta tidak terbatas pada aspek
materi saja namun juga masuk dalam aspek manfaat. Dalam hal ini apabila seseorang
hanya mengambil manfaat dari suatu benda, maka pemilik benda tersebut berhak
meminta ganti rugi. Karena manfaat benda tersebut merupakan unsur terpenting di
dalamnya.1
2. Cara memperoleh harta
Dalam Al-Quran menyatakan larangan bagi manusia mencari harta dengan cara yang
bathil menganjurkan agar mengkonsumsi makanan yang halal dan yang baik, berusaha
dengan cara jual beli bukan riba, dan masih banyak lagi. Harta juga harus diperoleh
dengan cara jual beli yang jujur, bukannya dengan cara mengeksploitasi, penimbunan,
riba, spekulasi, membebani kesulitan kepada orang lain dengan tidak menjungjung nilai –
nilai keadilan, dan lain-lain ( dilarang dalam Al-Quran dan Hadis). Harta yang kita
peroleh juga harus yang baik bukan yang haram, artinya manusia bukan saja dilarang
1
Qamarul Huda, Fiqih Muamalah, Yogyakarta: PT. Teras, 2011, hlm. 12
untuk mengkonsumsi makanan yang tidak baik, tetapi juga dilarang untuk
mentransaksikan barang-barang yang tidak baik. Karena semua itu bukan saja
membahayakan diri tetapi juga menghancurkan manusia secara keseluruhan .
ح
ِ ِنِ ْع َم ْال َما ُل الصّالِ ٌح لِل ّرج ُِل الصّال
“Sebaik-baik harta yang baik adalah yang dimiliki orang yang shalih.” (HR. Ahmad
didalam Al-Musnad IV/202, no. 17835 dengan sanad yang hasan).
Harta yang baik lagi halal yang ada di tangan orang muslim yang sholih memiliki banyak
manfaat dan keistimewaan bagi dirinya, keluarganya maupun orang lain, baik itu
menyangkut urusan dunia maupun agama. Tentu saja orang yang pintar mengelolanya
adalah hamba Allah yang sholih yang mengerti kedua maslahat ini. Maksudnya adalah
sebaik-baiknya harta adalah harta yang dikelola orang yang sholih. Dengan demikian
tidak ada lagi alasan bagi seorang muslim yang ingin menggapai kebahagian hidup
didunia dan di akhirat untuk bermalas-malasan dan berpangku tangan serta menjadi beban
bagi orang lain.
Adapun hadist seperti ini juga dibawakan oleh Imam Al Bukhari dalam Adabul Mufrod
pada bab “sebaik-baiknya harta adalah ditangan orang yang sholih”.
َ اص َي ُقو ُل َب َع
-ا
ُُ ُْوسى بْنُ َعلِىّ َعنْ أَ ِبي ِه َقا َل َسمِع
ِ ث إِ َلىا َرسُو ُل ا
ِ َح اد َث َنا َع ْب ُد ا
َ ا َح اد َثنِى أَ ِبى َح اد َث َنا َع ْب ُد الرا حْ َم ِن َح اد َث َنا م
ِ ت َعمْ َرو ب َْن ْال َع
ْ
ُ
ُ
ْص اع َد فِىا ال ان َظ َر ُث ام َطأ َطأَهُ َف َقا َل « إِ ّنى أ ِري ُد أَن
َ َفأ َ َت ْي ُت ُه َوه َُو َي َت َوضاأ َف.» ك ُث ام ا ْئ ِتنِى
َ ك َوسِ لَ َح
َ ك ِث َيا َب
َ َف َقا َل « ُخ ْذ َعلَ ْي-صلى ا عليه وسلم
ك ا
ُ ا َما أَسْ لَم
ُ َقا َل قُ ْل.» صال َِح ًة
ال َولَ ِك ّنى
ِ ت َيا َرسُو َل ا
َ ال َر ْغ َب ًة
َ َك َوأَرْ غَبُ ل
َ اُ َوي ُْغ ِن َم
َ ْش َفي َُسلّ َم
َ أَب َْع َث
ِ ْت مِنْ أَجْ ِل ْال َم
ِ ك م َِن ْال َم
ٍ ك َعلَى َجي
َ
َ
ا
ً
ْ
ْ
ُ
َ
َ
ْ
ُ
َ
َ
» فقا َل « َيا َع ْمرُو نِعْ َم ال َما ُل الصاالِ ُح لِل َمرْ ِء الصاال ِِح.-صلى ا عليه وسلم- ا
ِ ُول
َ أَسْ لمْت َرغ َبة فِى الِسْ ل ِم َوأنْ أك
ِ ون َم َع َرس
Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman telah menceritakan kepada kami
Musa bin Ali dari Bapaknya ia berkata, saya mendengar Amru bin Ash berkata,
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus seseorang kepadaku agar
mengatakan ,”Bawalah pakaian dan senjatamu, kemudian temuilah aku.” Maka
aku pun datang memenuhi beliau, sementara beliau sedang berwudhu. Beliau
kemudian
memandangiku
dengan
serius
dan
mengangguk-anggukkan
(kepalanya). Beliau lalu bersabda. “ Aku ingin mengutus mu berperang bersama
sepasukan prajurit. Semoga Allah menyelamatkanmu, memberikan ghanimah
dan aku berharap engkau mendapat harta yang baik.” Saya berkata,”Wahai
Rasulullah, saya tidaklah memeluk Islam lantaran ingin mendapatkan harta, akan
tetapi saya memeluk Islam karena kecintaan ku terhadap Islam dan berharap
bisa
bersama
Rasulullah
shallallahu
‘alaihi
wasallam.”
Maka
beliau
bersabda :”Wahai Amru. Sebaik-baik harta adalah harta yang dimiliki oleh hamba
yang shalih.” (HR.Ahmad 4/197. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa
sanad hadist ini shahih sesuai syariat Islam.
B. Cara pembelanjaan harta
Tentang pembelanjaan harta, Al-Quran menyatakan bahwa harta yang disedekahkan adalah
untuk membersihkan harta dan mensucikan hati mereka, harta dapat digunakan untuk
kehidupan akhirat, selain itu harta juga digunakan untuk jalan kebaikan, diberikan kepada
orang lain dijalan Allah, didalam harta itu terdapat bagiannya orang yang tidak mampu, harta
harus diputar, tidak hanya ditangan orang-orang kaya, Allah akan mengganti atas harta yang
kamu sedekahkan, dan balasan itu dilipat gandakan menjadi 700 kali.
Dalam banyak hadis diungkapkan sedekah itu tidak akan mengurangi harta, setiap pagi ada
dua malaikat yang berdoa untuk pemilik harta, yang satu memohon Tuhan agar
menggantikannya, yang lainnya memohon agar menahan rezekinya, sedekah dapat
menjauhkan dari api neraka.
“Sungguh sangat beruntung orang yang telah masuk Islam, diberikan rezeki yang cukup
dan Allah menjadikannya merasa puas dengan apa yang diberikan.”HR. Muslim
no.1054”
Berdasarkan hadist di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Al qur’an telah dengan jelas
memberikan gambaran dalam menggunakan atau membelanjakan harta kekayaan, yaitu
sebagai berikut :
a. Menekankan diwajibkannya berinfaq
b. Melarang sikap boros terhadap harta dan menggunakannya dalam hal-hal yang
dilarang oleh syariah
c. Melarang semua bentuk kejahatan termasuk riba dan aktifitas yang tidak adil
d. Memanfaatkannya sesuai dengan ajaran-ajaran yang telah ditetapkan Allah
Dalam menggunakan hartanya, seorang muslim juga dianjurkan untuk menyimpan
atau menginvestasikan hartanya sesuai dengan petunjuk yang telah digariskan oleh Al
qur’an dan hadist. Jika ia menyimpan hartanya, hendaklah ia mengeluarkan zakat dan
kewajiban lain yang berhubungan dengan itu dan jika ia menginvestasikan hartanya,
maka ia harus memilih bisnis halal dan menjauhi bisnis yang diharamkan serta
menghindari transaksi bisnis yang mengandung riba.
Jadi harta harus digunakan bukan saja untuk memakmurkan individual, tetapi juga
kesejahteraan sosial. Sehingga cara membelanjakan harta adalah dengan memanfaatkannya ke
sektor-sektor yang dapat memicu tumbuhnya kesejagteraan umat manusia tanpa kecuali.
Ketika pembelanjaan harta itu diarahkan kepada sektor yang benar dan sesuai dengan etika
agama (Al-Quran dan Hadis), dapat diklasifikasikan kedalam 4 fungsi dari pembelanjaan
harta , yaitu:
1.
fungsi material.
Fungsi pembelanjaanharta yang bersifat material adalah fungsi yang dikembalikan
kepada harta itu sendiri. Dalam proses pencarian harta bias jadi terdapat hal-hal yang secara
tidak sengaja manusia melakukan sesuatu yang melanggar etika agama sehingga harta itu
menjadi “kotor” secara hakikat. Harta tersebut dapat dibersihkan jika saja pemiliknya
mentasharrufkannya ke jalanyang benar. Sebagaimana diungkapkan dalam ayat dengan
sedekah harta ini dapat menjadi bersih. Sehingga ketika pemilik memanfaatkannya, harta itu
tidak membersihkan dosa kepada pemilik harta tersebut.
Secara terminologis,menurut ulama Hanfiyah harta ialah :
اوكان مايمكن حيازته واهرازه وينتفع به ﻋﺎدﻩ.مايميل اليه طبع اننسان ويمكن ادخره الى وقت الحجة
“Sesuatu yang di gandrungi tabi’at manusia dan memungkinkan untuk disimpan hingga di
butuhkan, atau segala sesuatu yang dapat dimiliki,disimpan,dan dapat di manfa’atkan .“ [3]
2. fungsi individual
harta yang dibelanjakan ke jalan yang benar dapat memberikan nilai poitif bagi pemiliknya.
Dosa-dosa yang telah dilakukan manusia dapat dihilangkandengan cara mensedekahkan harta.
Dengan mensedekahkan harta tersebut manusia akan disucikan hatinnya. Ini bearti ia akan
dihilangkan dosa-dosanya.
3. Fungsi ritual
Fungsi ritual bearti sedekah harta itu tidak saja meningkatkan nilai ritual bagi pelakunya
dengan memberikan banyak pahala, membekali investasi untuk kehidupan akhirat dan
memberikan jaminan terhindar dari api neraka, tetapi juga memenuhi kewajiban tuhan yang
ditaklifkan kepada orang-orang yang mampu.
4. Fungsi social
Fungsi social adalah fungsi yang menmanfaatkan kepada kehidupan manusia itu sendiri
(masyarakat) di dunia.pembelanjaan harta untuk kepentingan orang-orang yang fakir dan
miskin adalah sikap yang sangat mulia. Sikap itu dapat membantu dan memotivasi kaum yang
kesulitan ekonomi untuk dapat mensejajarkandiri dengan golongan kaya atau mengurangi gap
antara orang kaya dan miskin, agar kesejahtraan tercipta secara mera. Banyak cara agar harta
itu tidak dimiliki oleh satu orang atausikap sikaya dalam membantu secara social dengan
hartanya, yaitu sedekah, zakat, infaq, hibah, waqaf, ataupun memberikan subsidi-subsidi pada
mereka yang membutuhkan secara social ekonomi.
Rasulullah SAW bersabda :
“Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya
(dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya
bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya, dari mana diperolehnya dan kemana
dibelanjakannya serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya”.
http://tafsyr.blogspot.co.id/2015/02/konsep-harta-dalam-al-quran.html?m=1 ,
diakses pada 10 September 2017
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Harta berasal dari bahasa Arab disebut al mal, yang berasal dari kata
yang berarti condong, cenderung, dan miring. Unsur harta, yaitu:
Bersifat materi (‘aniyah) atau mempunyai wujud nyata.
Dapat disimpan untuk dimiliki.
Dapat dimanfaatkan.
Kebiasaan masyarakat memandangnya sebagai harta.
Dan di dalam harta juga memiliki fungsi, yaitu: harta disebut mal, harta
disebut sesuatu yang baik, harta memiliki sesuatu kelebihan, harta sebagai
pokok kehidupan manusia, harta sebagai perhiasan dunia, dan harta juga bisa
sebagai ujian kehidupan untuk manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Huda, Qomarul, Fiqih Muamalah, Yogyakarta: Teras, 2011
Rodin, Dede, Tafsir Ayat Ekonomi, Semarang: CV Karya Abadi Jaya, 2015
Rizal, “Eksistensi Harta dalam Islam: Suatu kajian analisis teoritis”, Jurnal Penelitian,
Volume 9, No. 1. Kudus: 2015
Chaundhry, Muhammad Sharif, Sistem Ekonomi Islam: Prinsip Dasar, Jakarta:
Prenadamedia Group,2014
http://tafsyr.blogspot.co.id/2015/02/konsep-harta-dalam-al-quran.html?m=1, diakses pada
10 September 2017
https://almanhaj.or.id/3537-harta-sumber-celaka.html, diakses 10 September 2017
KONSEP HADIST TENTANG HARTA
Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah: Tafsir Ayat dan Hadist
Dosen pengampu: Dede Rodin M.Ag
Disusun oleh:
1.
Nida Indika Deswara (1605036001)
2.
Willa Fatika Sari
(1605036003)
3.
Cindy Ega Pratiwi
(1605036004)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Harta sangat esensial bagi kehidupan manusia, karena kita tidak dapat hidup
tanpa harta. Untuk menjalani hidup, manusia harus memiliki harta yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan pokok hidupnya. Oleh sebab itu, salah satu naluri atau
kecenderungan manusia yang paling menonjol adalah naluri untuk mencari dan
memiliki harta. Naluri ini bersifat wajar, alami, dan manusiawi. Islam sebagai agama
yang berorientasi kepada perwujudan kemaslahatan manusia dan menginginkan
mereka hidup berbahagia di dunia dan di akhirat, sudah tentu tidak mencela dan
membenci harta. Sebaliknya islam menyeru umat manusia agar giat berusaha dan
bekerja dalam rangka mencari harta.
Bersamaan dengan dorongan agar manusia giat bekerja dan berusaha mencari
harta, Islam membawa norma dan aturan-aturan sebagai petunjuk arahan tentang
bagaimana berperilaku dalam berhadapan dengan persoalan harta.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana harta menurut pandangan Islam?
2. Bagaimana cara pembelanjaan harta?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Harta menurut pandangan Islam
1. Pengertian harta
Harta berasal dari bahasa Arab disebut al mal, yang berasal dari kata
yang berarti condong, cenderung, dan miring. Sedangkan menurut Imam Hanafiah ialah:
“Sesuatu yang digandrungi tabiat manusia dan memungkinkan untuk disimpan
hingga dibutuhkan”
Jadi dalam hal ini umalak Hanafiah memberikan pengertian yang berbeda mengenai
harta, harta hanya berbatas pada materi yang hanya dapat disimpan, sementara aspek
“manfaat” tidak dapat dikategorikan sebagai harta, karena tidak dapat disimpan, dalam
hal ini aspek “manfaat” masuk dalam kategori milkiyyah. Ulama Hanafiyah memberikan
pengertian yang berbeda anatara milik dan harta. Harta adalah segala sesuatu yang dapat
diimpan dan digunakan sampai batas waktu yang dibutuhkan, serta penggunaannya dapat
dicampuri oleh orang lain.
Adapun pengertian harta menurut kalangan fuqaha Malkiyyah, Syafiiyyah, dan
Hanabilah adalah:
“Sesuatu yang dicenderungi oleh naluri manusia dan memungkinkan harta itu untuk
diserahterimakan atau dilarang penggunaannya”
Maksud dari pengertian diatas adalah pengertian harta tidak terbatas pada aspek
materi saja namun juga masuk dalam aspek manfaat. Dalam hal ini apabila seseorang
hanya mengambil manfaat dari suatu benda, maka pemilik benda tersebut berhak
meminta ganti rugi. Karena manfaat benda tersebut merupakan unsur terpenting di
dalamnya.1
2. Cara memperoleh harta
Dalam Al-Quran menyatakan larangan bagi manusia mencari harta dengan cara yang
bathil menganjurkan agar mengkonsumsi makanan yang halal dan yang baik, berusaha
dengan cara jual beli bukan riba, dan masih banyak lagi. Harta juga harus diperoleh
dengan cara jual beli yang jujur, bukannya dengan cara mengeksploitasi, penimbunan,
riba, spekulasi, membebani kesulitan kepada orang lain dengan tidak menjungjung nilai –
nilai keadilan, dan lain-lain ( dilarang dalam Al-Quran dan Hadis). Harta yang kita
peroleh juga harus yang baik bukan yang haram, artinya manusia bukan saja dilarang
1
Qamarul Huda, Fiqih Muamalah, Yogyakarta: PT. Teras, 2011, hlm. 12
untuk mengkonsumsi makanan yang tidak baik, tetapi juga dilarang untuk
mentransaksikan barang-barang yang tidak baik. Karena semua itu bukan saja
membahayakan diri tetapi juga menghancurkan manusia secara keseluruhan .
ح
ِ ِنِ ْع َم ْال َما ُل الصّالِ ٌح لِل ّرج ُِل الصّال
“Sebaik-baik harta yang baik adalah yang dimiliki orang yang shalih.” (HR. Ahmad
didalam Al-Musnad IV/202, no. 17835 dengan sanad yang hasan).
Harta yang baik lagi halal yang ada di tangan orang muslim yang sholih memiliki banyak
manfaat dan keistimewaan bagi dirinya, keluarganya maupun orang lain, baik itu
menyangkut urusan dunia maupun agama. Tentu saja orang yang pintar mengelolanya
adalah hamba Allah yang sholih yang mengerti kedua maslahat ini. Maksudnya adalah
sebaik-baiknya harta adalah harta yang dikelola orang yang sholih. Dengan demikian
tidak ada lagi alasan bagi seorang muslim yang ingin menggapai kebahagian hidup
didunia dan di akhirat untuk bermalas-malasan dan berpangku tangan serta menjadi beban
bagi orang lain.
Adapun hadist seperti ini juga dibawakan oleh Imam Al Bukhari dalam Adabul Mufrod
pada bab “sebaik-baiknya harta adalah ditangan orang yang sholih”.
َ اص َي ُقو ُل َب َع
-ا
ُُ ُْوسى بْنُ َعلِىّ َعنْ أَ ِبي ِه َقا َل َسمِع
ِ ث إِ َلىا َرسُو ُل ا
ِ َح اد َث َنا َع ْب ُد ا
َ ا َح اد َثنِى أَ ِبى َح اد َث َنا َع ْب ُد الرا حْ َم ِن َح اد َث َنا م
ِ ت َعمْ َرو ب َْن ْال َع
ْ
ُ
ُ
ْص اع َد فِىا ال ان َظ َر ُث ام َطأ َطأَهُ َف َقا َل « إِ ّنى أ ِري ُد أَن
َ َفأ َ َت ْي ُت ُه َوه َُو َي َت َوضاأ َف.» ك ُث ام ا ْئ ِتنِى
َ ك َوسِ لَ َح
َ ك ِث َيا َب
َ َف َقا َل « ُخ ْذ َعلَ ْي-صلى ا عليه وسلم
ك ا
ُ ا َما أَسْ لَم
ُ َقا َل قُ ْل.» صال َِح ًة
ال َولَ ِك ّنى
ِ ت َيا َرسُو َل ا
َ ال َر ْغ َب ًة
َ َك َوأَرْ غَبُ ل
َ اُ َوي ُْغ ِن َم
َ ْش َفي َُسلّ َم
َ أَب َْع َث
ِ ْت مِنْ أَجْ ِل ْال َم
ِ ك م َِن ْال َم
ٍ ك َعلَى َجي
َ
َ
ا
ً
ْ
ْ
ُ
َ
َ
ْ
ُ
َ
َ
» فقا َل « َيا َع ْمرُو نِعْ َم ال َما ُل الصاالِ ُح لِل َمرْ ِء الصاال ِِح.-صلى ا عليه وسلم- ا
ِ ُول
َ أَسْ لمْت َرغ َبة فِى الِسْ ل ِم َوأنْ أك
ِ ون َم َع َرس
Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman telah menceritakan kepada kami
Musa bin Ali dari Bapaknya ia berkata, saya mendengar Amru bin Ash berkata,
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus seseorang kepadaku agar
mengatakan ,”Bawalah pakaian dan senjatamu, kemudian temuilah aku.” Maka
aku pun datang memenuhi beliau, sementara beliau sedang berwudhu. Beliau
kemudian
memandangiku
dengan
serius
dan
mengangguk-anggukkan
(kepalanya). Beliau lalu bersabda. “ Aku ingin mengutus mu berperang bersama
sepasukan prajurit. Semoga Allah menyelamatkanmu, memberikan ghanimah
dan aku berharap engkau mendapat harta yang baik.” Saya berkata,”Wahai
Rasulullah, saya tidaklah memeluk Islam lantaran ingin mendapatkan harta, akan
tetapi saya memeluk Islam karena kecintaan ku terhadap Islam dan berharap
bisa
bersama
Rasulullah
shallallahu
‘alaihi
wasallam.”
Maka
beliau
bersabda :”Wahai Amru. Sebaik-baik harta adalah harta yang dimiliki oleh hamba
yang shalih.” (HR.Ahmad 4/197. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa
sanad hadist ini shahih sesuai syariat Islam.
B. Cara pembelanjaan harta
Tentang pembelanjaan harta, Al-Quran menyatakan bahwa harta yang disedekahkan adalah
untuk membersihkan harta dan mensucikan hati mereka, harta dapat digunakan untuk
kehidupan akhirat, selain itu harta juga digunakan untuk jalan kebaikan, diberikan kepada
orang lain dijalan Allah, didalam harta itu terdapat bagiannya orang yang tidak mampu, harta
harus diputar, tidak hanya ditangan orang-orang kaya, Allah akan mengganti atas harta yang
kamu sedekahkan, dan balasan itu dilipat gandakan menjadi 700 kali.
Dalam banyak hadis diungkapkan sedekah itu tidak akan mengurangi harta, setiap pagi ada
dua malaikat yang berdoa untuk pemilik harta, yang satu memohon Tuhan agar
menggantikannya, yang lainnya memohon agar menahan rezekinya, sedekah dapat
menjauhkan dari api neraka.
“Sungguh sangat beruntung orang yang telah masuk Islam, diberikan rezeki yang cukup
dan Allah menjadikannya merasa puas dengan apa yang diberikan.”HR. Muslim
no.1054”
Berdasarkan hadist di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Al qur’an telah dengan jelas
memberikan gambaran dalam menggunakan atau membelanjakan harta kekayaan, yaitu
sebagai berikut :
a. Menekankan diwajibkannya berinfaq
b. Melarang sikap boros terhadap harta dan menggunakannya dalam hal-hal yang
dilarang oleh syariah
c. Melarang semua bentuk kejahatan termasuk riba dan aktifitas yang tidak adil
d. Memanfaatkannya sesuai dengan ajaran-ajaran yang telah ditetapkan Allah
Dalam menggunakan hartanya, seorang muslim juga dianjurkan untuk menyimpan
atau menginvestasikan hartanya sesuai dengan petunjuk yang telah digariskan oleh Al
qur’an dan hadist. Jika ia menyimpan hartanya, hendaklah ia mengeluarkan zakat dan
kewajiban lain yang berhubungan dengan itu dan jika ia menginvestasikan hartanya,
maka ia harus memilih bisnis halal dan menjauhi bisnis yang diharamkan serta
menghindari transaksi bisnis yang mengandung riba.
Jadi harta harus digunakan bukan saja untuk memakmurkan individual, tetapi juga
kesejahteraan sosial. Sehingga cara membelanjakan harta adalah dengan memanfaatkannya ke
sektor-sektor yang dapat memicu tumbuhnya kesejagteraan umat manusia tanpa kecuali.
Ketika pembelanjaan harta itu diarahkan kepada sektor yang benar dan sesuai dengan etika
agama (Al-Quran dan Hadis), dapat diklasifikasikan kedalam 4 fungsi dari pembelanjaan
harta , yaitu:
1.
fungsi material.
Fungsi pembelanjaanharta yang bersifat material adalah fungsi yang dikembalikan
kepada harta itu sendiri. Dalam proses pencarian harta bias jadi terdapat hal-hal yang secara
tidak sengaja manusia melakukan sesuatu yang melanggar etika agama sehingga harta itu
menjadi “kotor” secara hakikat. Harta tersebut dapat dibersihkan jika saja pemiliknya
mentasharrufkannya ke jalanyang benar. Sebagaimana diungkapkan dalam ayat dengan
sedekah harta ini dapat menjadi bersih. Sehingga ketika pemilik memanfaatkannya, harta itu
tidak membersihkan dosa kepada pemilik harta tersebut.
Secara terminologis,menurut ulama Hanfiyah harta ialah :
اوكان مايمكن حيازته واهرازه وينتفع به ﻋﺎدﻩ.مايميل اليه طبع اننسان ويمكن ادخره الى وقت الحجة
“Sesuatu yang di gandrungi tabi’at manusia dan memungkinkan untuk disimpan hingga di
butuhkan, atau segala sesuatu yang dapat dimiliki,disimpan,dan dapat di manfa’atkan .“ [3]
2. fungsi individual
harta yang dibelanjakan ke jalan yang benar dapat memberikan nilai poitif bagi pemiliknya.
Dosa-dosa yang telah dilakukan manusia dapat dihilangkandengan cara mensedekahkan harta.
Dengan mensedekahkan harta tersebut manusia akan disucikan hatinnya. Ini bearti ia akan
dihilangkan dosa-dosanya.
3. Fungsi ritual
Fungsi ritual bearti sedekah harta itu tidak saja meningkatkan nilai ritual bagi pelakunya
dengan memberikan banyak pahala, membekali investasi untuk kehidupan akhirat dan
memberikan jaminan terhindar dari api neraka, tetapi juga memenuhi kewajiban tuhan yang
ditaklifkan kepada orang-orang yang mampu.
4. Fungsi social
Fungsi social adalah fungsi yang menmanfaatkan kepada kehidupan manusia itu sendiri
(masyarakat) di dunia.pembelanjaan harta untuk kepentingan orang-orang yang fakir dan
miskin adalah sikap yang sangat mulia. Sikap itu dapat membantu dan memotivasi kaum yang
kesulitan ekonomi untuk dapat mensejajarkandiri dengan golongan kaya atau mengurangi gap
antara orang kaya dan miskin, agar kesejahtraan tercipta secara mera. Banyak cara agar harta
itu tidak dimiliki oleh satu orang atausikap sikaya dalam membantu secara social dengan
hartanya, yaitu sedekah, zakat, infaq, hibah, waqaf, ataupun memberikan subsidi-subsidi pada
mereka yang membutuhkan secara social ekonomi.
Rasulullah SAW bersabda :
“Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya
(dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya
bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya, dari mana diperolehnya dan kemana
dibelanjakannya serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya”.
http://tafsyr.blogspot.co.id/2015/02/konsep-harta-dalam-al-quran.html?m=1 ,
diakses pada 10 September 2017
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Harta berasal dari bahasa Arab disebut al mal, yang berasal dari kata
yang berarti condong, cenderung, dan miring. Unsur harta, yaitu:
Bersifat materi (‘aniyah) atau mempunyai wujud nyata.
Dapat disimpan untuk dimiliki.
Dapat dimanfaatkan.
Kebiasaan masyarakat memandangnya sebagai harta.
Dan di dalam harta juga memiliki fungsi, yaitu: harta disebut mal, harta
disebut sesuatu yang baik, harta memiliki sesuatu kelebihan, harta sebagai
pokok kehidupan manusia, harta sebagai perhiasan dunia, dan harta juga bisa
sebagai ujian kehidupan untuk manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Huda, Qomarul, Fiqih Muamalah, Yogyakarta: Teras, 2011
Rodin, Dede, Tafsir Ayat Ekonomi, Semarang: CV Karya Abadi Jaya, 2015
Rizal, “Eksistensi Harta dalam Islam: Suatu kajian analisis teoritis”, Jurnal Penelitian,
Volume 9, No. 1. Kudus: 2015
Chaundhry, Muhammad Sharif, Sistem Ekonomi Islam: Prinsip Dasar, Jakarta:
Prenadamedia Group,2014
http://tafsyr.blogspot.co.id/2015/02/konsep-harta-dalam-al-quran.html?m=1, diakses pada
10 September 2017
https://almanhaj.or.id/3537-harta-sumber-celaka.html, diakses 10 September 2017