PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN (3)

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN NASIONAL

Disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah pendidikan pancasila
Dibuat oleh :
Kelompok 6 : Jaksa Tiphicor
Kelas : 01HUKE011
Nama :
1. Jey
2. Vera
3. Andi
4. Roby
5. Erik

1

A.

Pengertian
pancasila
sebagai
paradigma

pembangunan
Pancasila sebagai paradigma pembangunan itu sendiri mempunyai arti nilai-nilai
pancasila sebagai normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolak ukur segenap aspek
pembangunan nasional yang dijalani Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas pengakuan
dan penerimaan bangsa Indonesia atas pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional.
Tanggal 18 Agustus 1945 Indonesia menyepakati untuk menerima pancasila sebagai dasar
dalam berbagai sendi kehidupan. Yang melandasi tingkah laku dan perbuatan bangsa
Indonesia, tidak terkecuali dalam proses pembangunan infra dan suprastruktur bangsa
Indonesia. Pembangunan nasional harus mampu mengembangkan harkat dan martabat
manusia secara keseluruhan.Pembangunan yang dilaksankan diberbagai bidang yang
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia
Kata paradigma berasal dari bahasa Inggris “paradigm” yang berarti model, pola, atau
contoh. Paradigma juga berarti suatu gugusan sistem pemikiran, cara pandang, nilai-nilai,
metode-metode, prinsip dasar, atau cara pemecahan masalah yang dianut suatu masyarakat
tertentu. Pancasila adalah paradigma, sebab Pancasila dijadikan landasan, acuan, metode,
nilai, dan tujuan yang ingin dicapai dalam program pembangunan. Pancasila sebagai
paradigma pembangunan, artinya Pancasila berisi anggapan-anggapan dasar yang merupakan
kerangka keyakinan yang berfungsi sebagai acuan, pedoman dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan pemanfaatan hasil-hasil pembangunan nasional.
Menurut Thomas S. Khun : Paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar atau asumsiasumsi teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai), sehingga merupakan suatu

sumber hukum, metode, cara serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat
menentukan sifat, ciri, serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.
Secara terminologi pengertian paradigma berkembang sehingga berkonotasi sumber nilai,
kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas serta arah dan tujuan dari suatu perkembangan,
perubahan serta proses dalam suatu bidang tertentu, termasuk dalam bidang pembangunan,
reformasi maupun pendidikan.
Dengan demikian, paradigma sebagai alat bantu para illmuwan dalam merumuskan apa
yang harus dipelajari, apa yang harus dijawab, bagaimana seharusnya dalam menjawab dan
aturan-aturan yang bagaimana yang harus dijalankan dalam mengetahui persoalan
tersebut.Suatu paradigma mengandung sudut pandang, kerangka acuan yang harus dijalankan
oleh ilmuwan yang mengikuti paradigma tersebut.

B.

Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan.

Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
sebagai makhluk majemuk tunggal (mono-pluralis). Pembangunan nasional mencakup segala
aspek kehidupan manusia (ipoteksosbudhankam).
Pembangunan nasional adalah upaya bangsa untuk mewujudkan cita-cita bangsa dan

mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Pembukaan
UUD 1945 alinea ke-4 menyebutkan:
"... melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejehteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
2

dunia yang berdasarkan, kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial".
Semua kalimat yang tercantum di dalam alinea tersebut merupakan tujuan utama
pembangunan nasional. Jadi, pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan
berkesinambungan yang menjadikan seluruh aspek kebudayaan masyarakat, bangsa dan
negara dikerahkan untuk melaksanakan tugas utamanya dalam rangka mewujudkan tujuan
nasional.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional harus memperhatikan konsep-konsep
berikut
:
1) Pancasila harus menjadi kerangka kognitif dalam identifikasi diri sebagai bangsa, yaitu
sebagai kerangka berfikir yang objektif rasional dalam membangun kepribadian bangsa.
2) Pancasila sebagai landasan pembangunan nasional. Nilai Pancasila menyemangati dan
mendasari pembangunan nasional sehingga terwujud bangsa yang berjiwa Pancasila.
3) Pancasila merupakan arah pembangunan nasional. Proses pembangunan tidak lepas dari

kontrol nilai-nilai Pancasila. Pembangunan adalah pengamalan nilai Pancasila.
4) Pancasila sebagia moral pembangunan. Nilai Pancasila dijadikan tolok ukur dalam
melaksanakan pembangunan, mulai dari perencanaan hingga pemanfaatan hasilnya.
Pancasila sebagai paradigma dijabarkan dalam pembangunan sehingga proses dan hasil
pembangunan sesuai dengan Pancasila. Misalnya :
a. Pembangunan tidak boleh bersifat pragmatis, yaitu pembangunan itu tidak hanya
mementingkan tindakan nyata dan mengabaikan pertimbangan etis.
b. Pembangunan tidak boleh bersifat ideologis, yaitu secara mutlak melayani Ideologi
tertentu dan mengabaikan manusia nyata.
c. Pembangunan harus menghormati HAM, yaitu pembangunan tidak boleh
mengorbankan manusia nyata melainkan menghormati harkat dan martabat bangsa.
d. Pembangunan dilaksanakan secara demokratis, artinya melibatkan masyarakat
sebagai tujuan pembangunan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut
kebutuhan mereka.
e. Pembangunan diperioritaskan pada penciptaan taraf minimum keadilan sosial, yaitu
mengutamakan mereka yang paling lemah untuk menghapuskan kemiskinan
struktural. Kemiskinan struktural, adalah kemiskinan yang timbul bukan akibat
malasnya individu atau warga Negara, melainkan diakibatkan dengan adanya strukturstruktur sosial yang tidak adil.
Sebagai paradigma pembangunan, Pancasila mempunyai kedudukan sebagai:
1. Cita-cita bangsa Indonesia

2. Jiwa bangsa.

3

3. Moral Pembangunan.
4. Dasar Negara Republik Indonesia.
Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan martabat manusia secara
keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan dilaksanakan di berbagai bidang yang mencakup
seluruh aspek kehidupan manusia. Pembangunan, meliputi bidang politik, ekonomi, sosial
budaya, umat beragama dan pertahanan keamanan.

1.) Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Politik
Manusia Indonesia selaku warga negara harus ditempatkan sebagai subjek atau pelaku politik
bukan sekadar objek politik. Pancasila bertolak dari kodrat manusia maka pembangunan
politik harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sistem politik Indonesia yang
bertolak dari manusia sebagai subjek harus mampu menempatkan kekuasaan tertinggi pada
rakyat. Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem politik Indonesia
yang sesuai pancasila sebagai paradigma adalah sistem politik demokrasi bukan otoriter.
Berdasar hal itu, sistem politik Indonesia harus dikembangkan atas asas kerakyatan (sila IV
Pancasila). Pengembangan selanjutnya adalah sistem politik didasarkan pada asas-asas moral

daripada sila-sila pada pancasila. Oleh karena itu, secara berturut-turut sistem politik
Indonesia dikembangkan atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan, moral
kerakyatan, dan moral keadilan.
Perilaku politik, baik dari warga negara maupun penyelenggara negara dikembangkan atas
dasar moral tersebut sehingga menghasilkan perilaku politik yang santun dan bermoral.
Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial politik diartikan bahwa Pancasila bersifat
sosial-politik bangsa dalam cita-cita bersama yang ingin diwujudkan dengan menggunakan
nilai-nilai dalam Pancasila. Pemahaman untuk implementasinya dapat dilihat secara
berurutan - terbalik:
a. Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik,
budaya, agama, dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari;
b. Mementingkan kepentingan rakyat (demokrasi) bilamana dalam pengambilan
keputusan;
c. Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan
Berdasarkan konsep mempertahankan persatuan;
d. Dalam pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan
yang adil dan beradab;
e. Tidak dapat tidak; nilai-nilai keadilan sosial, demokrasi, persatuan, dan
kemanusiaan (keadilan-keberadaban) tersebut bersumber pada nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa.

Di era globalisasi informasi seperti sekarang ini, implementasi tersebut perlu direkonstruksi
kedalam pewujudan masyarakat-warga (civil society) yang mencakup masyarakat tradisional
(berbagai asal etnik, agama, dan golongan), masyarakat industrial, dan masyarakat purna
industrial. Dengan demikian, nilai-nilai sosial politik yang dijadikan moral baru masyarakat
informasi adalah :
1. nilai toleransi;
2. nilai transparansi hukum dan kelembagaan;
3. nilai kejujuran dan komitmen (tindakan sesuai dengan kata);
4. bermoral berdasarkan konsensus (Fukuyama dalam Astrid: 2000:3).

4

2.) Pancasila sebagai paradigma pembangunan ekonomi
Maksudnya ialah dalam menerpakan sistem atau pebangunan ekonomi harusalah
berlandaskan nilai-nilai pancasila. Terutama sila pertama (asas ketuhanan) dan sila kedua
(asas kemanusiaan.
Karena jika kedua itu dimasukan dalam sistem pembangunan ekonomi maka nantinya akan
menjadikan sistem ekonomi itu menjadi sistem yang berprikemanusiaan. Masksud dari
berprikemanusiaan disini ialah sistem tersebut menghargai hakikat manusia, baik itu makhluk
induvidu, sosial, ataupun makhluk tuhan.

Sistem ekonomi yang berlandaskan pancasila tentunya berbeda dengan sistem yang menganut
paham liberal atau paham sosialis. karena pada dasarnya sistem ekonomi ini merupakan
sistem dimana manusia dijadikan sebagai subyek utamanya serta berasaskan kekeluargaan.
Jika Hal ini dapat dilaksanakan sepenuhnya tentunya akan dapat mencapai kesejetarahaan
untuk rakyat yang menyeluruh.

3.) Pancasila Sebagai Paradigma Sosial dan Budaya
Pancasila itu pada dasarnya humanistik. Hal ini sebagaimana yang tercantum pada sila kedua
yang berbunyi kemanusian yang adil dan beradab. Maka dari itu pembangunan sosial itu
setidkanya dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia, yang dapat menjdaikan
manusia itu berbudaya dan beradab.
Kemudian dengan berdasarkan pada sila peratuan Indonesia, pembangunan sosial hendaknya
dalam mencapai tujuan persatuan dan kesatuan yang utuh sebagai suatu bangsa haruslah
berlandaskan nialai-nilai sosial budaya yang ada.
Kemudian juga dalam mewujudkan persatuan, hendaknya seluruh warga bangsa Indonesia
harus saling menghargai terhadap budaya-budaya yang ada dari berbagai kelompok yang ada.
Sehingga nantinya tidak ada yang namanya kesenjangan, kecemburuan, diskriminasi ataupun
rasa ketidakadilan.
Jika dipamahi secara seksama, maka sesungguhnya nilai-nilai terkandung di dalam Pancasila
memenuhi unsur pokok bagi kebudayaan – kebudayaan yang di daerah, berikut

penjelasannya:
1. Sila Pertama, dalam sila ini menunjukan bahwa tidak satu pun di Indonesia yang
tidak mengenal kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
2. Sila Kedua, dalam sila ini diajarkan untuk tidak membeda-bedakan asal-usul
kesukubangsaan, kedaerahan, maupun golongannya;
3. Sila Ketiga, dalam sila ini diajarakan untuk mempersatukan diri sebagai satu bangsa
yang berdaulat karena itulah yang mencerminkan nilai budaya yang terdiri dari
masyarakat majemuk di kepulauan nusantara
4. Sila Keempat, merupakan nilai budaya di kalangan masyarakat majemuk Indonesia
untuk melakukan selalu mengedapankan musyawarah.
5. Sila Kelima, nilai-nilai keadilan sosial itu dijadikan landasan yang dapat
membangkitkan semangat perjuangan bangsa Indonesia.

5

Itulah pentingnya paradigma bagi bangsa dan negara kita, kita menjadi satu visi dalam
membangun negeri menjadi negeri yang maju dengan arah dan tujuan yang jelas. Cara atau
metode dapat berubah atau berbeda dalam memajukan negeri tetapi arah dan visinya sama
yaitu berdasarkan Pancasila.


6

Dokumen yang terkait

ANALISIS KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-BC MENGGUNAKAN BUTON GRANULAR ASPHALT (BGA) 15/20 SEBAGAI BAHAN KOMPOSISI CAMPURAN AGREGAT HALUS

14 283 23

STUDI PENJADWALAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) PADA PROYEK PEMBANGUNAN PUSAT PERDAGANGAN CIREBON RAYA (PPCR) CIREBON – JAWA BARAT

34 235 1

TEPUNG LIDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI IMMUNOSTIMULANT DALAM PAKAN TERHADAP LEVEL HEMATOKRIT DAN LEUKOKRIT IKAN MAS (Cyprinus carpio)

27 208 2

PENGARUH KONSENTRASI TETES TEBU SEBAGAI PENYUSUN BOKASHI TERHADAP KEBERHASILAN PERTUMBUHAN SEMAI JATI (Tectona grandis Linn f) BERASAL DARI APB DAN JPP

6 162 1

OPTIMASI SEDIAAN KRIM SERBUK DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam.) SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN BASIS VANISHING CREAM

57 260 22

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SEBAGAI ADJUVAN TERAPI CAPTOPRIL TERHADAP KADAR RENIN PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI

37 251 30

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18