Manfaat Pemberian Ekstrak dari Berbagai Bahan Alam terhadap Gambaran Histopatologik Alveolus Paru-Paru yang Diinduksi Berbagai Jenis Zat Toksik

ISBN: 978-602-72412-0-6

  

Manfaat Pemberian Ekstrak dari Berbagai Bahan Alam terhadap

Gambaran Histopatologik Alveolus Paru-Paru yang Diinduksi Berbagai

Jenis Zat Toksik

  Muhammad ilham Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan Jl. Prof Dr. Soepomo. SH, Yogyakarta Email : [email protected]

  

Abstrak

Berbagai jenis bahan alam dapat memberi perlindungan terhadap kerusakan paru-

paru yang terpapar berbagai macam zat toksik. Tujuan penulisan artikel ini untuk

memberikan informasi pengaruh pemberian ekstrak dari berbagai jenis bahan alam terhadap

kerusakan histologik alveolus paru-paru yang diinduksi berbagai jenis zat toksik. Berbagai

penelitian meneliti pengaruh jintan hitam, daun sirsak dan mahkota dewa terhadap

kerusakan alveolus paru-paru yang diinduksi karsinogen 7,12 Dimethylbenz

(a)anthrancene (DMBA) dan gentamisin. Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak jintan

hitam dapat mencegah kerusakan alveolus paru-paru. Ekstrak daun sirsak memiliki efek

paling besar terhadap perubahan gambaran histopatologi paru-paru. Ekstrak buah mahkota

dewa dapat menurunkan jumlah infiltrasi sel radang alveolus paru-paru.

  Kata kunci : Bahan alam, Zat toksik, Alveolus paru-paru I.

   PENDAHULUAN

  Zat toksik merupakan bahan kimia beracun yang dapat menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan manusia atau makhluk hidup lainnya. Zat toksik biasanya masuk ke dalam tubuh manusia lewat hidung, mulut dan kulit, kemudian beredar keseluruh tubuh atau organ- organ tertentu. Zat toksik dapat langsung mengganggu organ-organ tubuh tertentu, seperti paru-paru dan hati. Tetapi dapat pula zat tersebut berakumulasi, tergantung pada sifatnya, ke dalam tulang, hati, darah atau cairan limpa dan organ lain sehingga akan menghasilkan efek dalam jangka panjang.

  Resiko toksisitas berarti besarnya kemungkinan zat kimia untuk menimbulkan keracunan, hal ini tergantung dari besarnya dosis, konsentrasi, lamanya dan seringnya pemaparan, juga cara masuk ke dalam tubuh, dan gejala lain disebabkan oleh adanya pencemaran atau polusi. Pencemaran atau polusi adalah keadaan yang berubah menjadi lebih buruk, keadaan yang berubah karena akibat masukan dari bahan-bahan pencemar. Bahan pencemar umumnya bersifat racun (toksik) yang berbahaya bagi organisme hidup. Toksisitas atau daya racun dari polutan itulah yang kemudian menjadi pemicu terjadinya pencemaran (Wardhayani, 2006).

  Salah satu contoh senyawa yang merupakan radikal bebas yang sangat reaktif adalah senyawa 7,12-dimetolbenz(a)anthracene (Droge, 2002). Senyawa 7,12 dimetolbenz(a)anthracene (DMBA) adalah zat kimia yang termasuk dalam polycyclic

  

aromatic hydrocarbon (PAH) yang dikenal bersifat mutagenik, teratogenik, karsinogenik,

  sitotoksik, dan immunosupresif. Secara alami DMBA dapat ditemukan di alam sebagai hasil

  

Manfaat Pemberian Ekstrak dari Berbagai Bahan Alam

  dari proses pembakaran yang tidak sempurna seperti pada pecahan tar dari asap roko, asap pembakaran kayu dan asap pembakaran gas (Kim et al, 2010).

  Gentamisin merupakan zat xenobiotik yang memiliki efek samping netrotoksik, ototoksik dan hepatotoksik. Kapasitas metabolik tertinggi ada di hepar, paru, ginjal, dan mukosa saluran pencernaan mempunyai kapasitas sedang (Sugiyanto, 2006). Gentamisin merupakan xenobiotik yang diduga dapat merusak alveolus paru secara tidak langsung (Istiantoro dan Gan, 2007).

  Bahan alam merupakan bahan yang dapat diperoleh dari alam tanpa diperlukan proses sintesa. Bahan alam merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Pemanfaatan bahan alam sebagai obat sudah dilakukan sejak nenek moyang kita. Bahan alam mengandung banyak antioksidan untuk mengobati berbagai macam penyakit terutama penyakit yang disebabkan oleh zat toksik. Bahan alam merupakan bahan baku obat tradisional yang tersebar hampir diseluruh wilayah Indonesia. Di hutan tropis Indonesia terdapat 30.000 spesies tumbuhan. Dari jumlah tersebut sekitar 9.600 spesies diketahui berkhasiat obat antara lain : Jintan hitam ( Nigella sativa L. ), Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dan daun sirsak (Annona muricata L.).

  Jinten Hitam ( Nigella sativa)

  Bahan alam yang mengandung antioksidan yang kuat salah satunya adalah jintan hitam. Jintan hitam mengandung beberapa antioksidan seperti thymoquinone, nigellone, carvacrol, t-anethol dan 4-terpineol. Antioksidan yang terkandung di dalamnya mempunyai efek antioksidan yang kuat dan distribusinya luas ke jaringan termasuk jaringan paru-paru serta aman penggunaanya. Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) Mahkota dewa adalah tanaman perdu dari suku Thymelaceae yang tumbuh subur pada daratan rendah hingga ketinggian 1200 mdpl (Burkil, 1966). Buah mahkota dewa ini biasanya digunakan untuk mengobati berbagai penyakit dari flu, rematik, paru-paru, sirosis hati sampai kanker. Menurut Gotawa dkk (1999) di dalam kulit buah mahkota dewa terkandung sentawa alkaloid, saponin, dan flafonoid (Harmanto, 2002). Daun sirsak (Annona muricata L.) Daun sirsak adalah tanaman yang mengandung senyawa flavonoid, tanin, fitosterol, kalsium oksalat, dan alkaloid (Adjie, 2011). Antioksidan yang terkandung dalam buah sirsak antara lain adalah vitamin C. Hasil riset menyatakan, sirsak mengandung asetogenin yang mampu melawan 12 jenis sel kanker (Adjie, 2011).

  Tujuan penulisan artikel untuk memberikan informasi pengaruh pemberian ekstrak dari berbagai jenis bahan alam terhadap kerusakan histologik alveolus paru-paru yang diinduksi berbagai jenis zat toksik.

II. HASIL

  Berdasarkan hasil penelitian Susianti 2013 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak jintan hitam pada berbagai konsentrasi dapat mencegah kerusakan alveolus paru, diperoleh hasil yang dapat dilihat pada tabel 1.

ISBN: 978-602-72412-0-6

  Tabel 1. Rerata Persentase Kerusakan Alveolus Paru Kelompok Uji Rata-Rata Persentase Kerusakan Alveolus (%)

  K1 1,37±1,79 K2 55,11±18,20 K3 27,33±9,61 K4 22,03±8,48 K5 17,57±7,02

  Pada tabel 1 dilihat bahwa persentase tertinggi kerusakan paru tikus terjadi pada K2 yaitu 55,11±18,20. Hal ini disebabkan karena pada K2 hanya diinduksi gentamisin dengan dosis 80 mg/kgBB tanpa ada ekstrak jintan hitam. Hal ini disebabkan karena gentamisin memicu stres oksidatif pada sel alveolus. Sedangkan kerusakan paling minimal terdapat pada K5 yang diberi dosis ekstrak jintan hitam sebanyak 1500 mg/kgBB. Kemudian selang 2 jam diinduksi gentamisin sebesar 80 mg/kgBB diperoleh hasil yaitu 17,57±7,02. Hal ini disebabkan karena diberikan dosis ekstrak jintan hitam yang paling tinggi dibandingkan K4.

  Berdasarkan hasil penelitian Lauretta M, Muhartonoo, Wahyuni A menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol mahkota dewa pada berbagai konsentrasi dapat mencegah kerusakan alveolus paru, diperoleh hasil yang dapat dilihat pada tabel 2.

  Tabel 2. Hasil Rata-Rata Gambaran Histopatologi Infiltrasi Sel Radang.

  Kelompok Uji Rata-Rata Infiltrasi Sel Radang (X±SD) K1 6,60±1,140 K2 13,80±0,837 K3 12,20±0,837 K4 10,80±0,837 K5 9,40±1,140

  Pada tabel 2 dilihat bahwa persentase tertinggi kerusakan paru tikus terjadi pada K2 yang diberikan DMBA dengan dosis 30mg/kgBB yaitu sebesar 13,80±0,837. Ditemukan peningkatan jumlah sel radang yang sangat signifikan pada alveolus paru. Hal ini disebabkan karena induksi DMBA sudah mempunyai peranan yang bermakna dalam proses terjadinya reaksi radikal bebas sehingga memicu proses peradangan. Pada kelompok tikus yang diberi ekstrak buah mahkota dengan dosis 480mg/kgBB dan diinduksi DMBA dosis 30 mg/kgBB (K5) memiliki rata-rata infiltrasi sel radang yaitu sebesar 9,40±0,837. Tikus K5 memiliki skor infiltrasi sel radang yang lebih sedikit dibanding K3 dan K4. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi dosis ekstrak buah mahkota dewa semakin efektif untuk mencegah infiltrasi sel radang.

  Berdasarkan hasil Susantiningsih T, Pertiwi AS, Fiana DN, Coralia N menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun sirsak pada berbagai konsentrasi dapat mencegah kerusakan alveolus paru. Analisis hasil pengamatan masing-masing kelompok perlakuan tampak pada Tabel 3.

  

Manfaat Pemberian Ekstrak dari Berbagai Bahan Alam

Tabel 3. Data Hasil Pengamatan pada Masing-Masing Kelompok

  Kelompok Normal Kerusakan Kerusakan Kerusakan Total Ringan Sedang Berat

  I

  3

  2

  5 II

  1

  4

  5 III

  2

  2

  1

  5 IV

  3

  2

  5 Hasil perbandingan rata-rata kerusakan alveolus paru dari kelompok perlakuan 2

  terhadap kelompok kontrol positif mempunyai nilai yang signifikan. Hal ini membuktikan bahwa ekstrak daun sirsak dengan dosis 40 mg/kgBB/hari memiliki pengaruh protektif terhadap kerusakan alveolus paru akibat pembentukan sel kanker paru yang telah diinduksi DMBA. Tetapi pada perbandingan rata-rata dari kelompok perlakuan 1 terhadap kelompok kontrol positif terjadi penghambatan yang kurang bermakna. Hal ini dapat disebabkan karena dosis ekstrak daun sirsak mg/kgBB/hari yang diberikan adalah dosis minimal sehingga penghambatan terhadap kerusakan alveolus paru belum maksimal.

III. KESIMPULAN

  Kerusakan histologik paru-paru terjadi karena karena dapat disebabkan oleh beberapa zat toksik yaitu, karsinogen 7,12 Dimethylbenz(a)anthrancene (DMBA), dan Gentamisin. Ekstrak dari mahkota dewa (Phaleria macrocarpa L.), daun sirsak (Annona muricata L.) dan jintan hitam ( Nigella sativa ) sangat efektif dan effisien untuk mencegah kerusakan histologik paru-paru yang disebabkan oleh berbagai macam zat toksik.

IV. DAFTAR PUSTAKA Adjie, S. 2011. Dahsyatnya Sirsak Tumpas Penyakit. Jakarta: Pustaka Bunda.

  

Burkill.I.H. 1966. A Dictionary Of the Economic Produucts of the Malay Penninsula. Vol.II.

  Ministry of Agriculture and Co-operatives, Kuala Lumpur , 1988. H.1737.

  Droge W. 2002. Free Radicals in the Physiological Control of Cell Function. Physiol rev .82:47-95. Gotawa, I.B.I., Sugiarto,S., Nurhadi,M., Widiyastuti, Y. Wahyono,S., Prapti,I.J. 1999. Inventaris

  Tanaman Obat Indonesia Jilid V .Jakarta: Departemen Kes. Badan Peneliti dan Pengembangan Kesehatan.

  

Harmanto, N. 2002. Sehat Dengan Ramuan Tradisional Mahkota Dewa Cetakan Empat. Jakarta: PT.

  Agromedia Pustaka. Istiantoro YH dan Gan VHS. 2007. Farmakologi dan Terapi Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI Edisi 5 . Jakarta: Gaya Baru.

  

Kim JM, Lee EK, Kim DH, Yu BP, Chung HY. 2010. Kaempferol modulates pro-inflammatory NF-

kappaB activation by suppressing advanced glycation endproduct-induced NADPH oxidase.

  The Official Journal of the American Aging Association . 32(2):197 –208.

  

Lauretta M, Muhartono, Wahyuni A. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Mahkota Dewa Terhadap

Gambaran Histopatologi Paru Tikus Putih yang Diinduksi 7,12

  • –Dimethylbenz(a)anthracene (DMBA). Medical Faculty of Lampung University. ISSN 2337-3776.

ISBN: 978-602-72412-0-6

  Sugiyanto. 2006. Peran Aktivasi Metabolik pada Toksikologi Biokimiawi Xenobiotik. Yogyakarta: Fakultas Farmasi UGM. Susantiningsih T, Pertiwi AS, Fiana DN, Carolia N. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) Terhadap Gambaran Histopatologi Jaringan Paru Tikus Putih Betina yang Diinduksi Karsinogen 7,12 Dimethylbenz(a)anthrancene (DMBA). Medical Faculty of Lampung University.

Susianti. 2013. Pengaruh Ekstrak Jintan Hitam (Nigella sativa L.) Terhadap Gambaran Histopatologi

Hepar, Paru dan Testis Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diinduksi Gentamisin. Bagian

  Histologi Fakultas Kedokteran Vol.II. No.II

Wardhayani, Sutji. 2006. Analisis Risiko Pencemaran Bahan Toksik Timbal (Pb) Pada Sapi Potong Di

Tempat Pembuangan Akhir (Tpa) Sampah Jati Barang Semarang. Megister Kesehatan

  Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Konsentrasi Kesehatan Lingkungan Industri.