BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan - Pengaruh Dividen, Struktur Aset, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

BAB II LANDASAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Teori Keagenan

  Teori keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih pemilik menyewa orang lain (agen) untuk melakukan beberapa jasa demi kepentingan mereka dengan mendelegasikan beberapa wewenang untuk membuat keputusan agen. Dalam teori agency, pemilik dan agen (manajer) mempunyai kepentingan yang berbeda. Konflik keagenan merupakan hal yang merugikan bagi pencapaian tujuan dari masing-masing pihak. Kondisi ini menuntut adanya suatu bentuk tindakan berupa suatu mekanisme yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan dari kedua pihak.

  Konflik keagenan akan terjadi bila proporsi kepemilikian manajerial atas saham kurang dari 100% sehingga manajer cenderung bertindak untuk mengejar kepentingan dirinya dan sudah tidak berdasarkan maksimalisasi nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau pemegang saham (Jensen dan Mecklin, 1976 ; 79). Penyebab lain konflik antara manejer dengan pemegang saham adalah dalam hal pengambilan keputusan pendanaan. Para pemegang saham hanya peduli terhadap resiko sistematik dari saham perusahaan karena mereka melakukan investasi pada portofolio yang terdiversifikasi dengan baik. Sedangkan manajer lebih peduli pada resiko perusahaan secara keseluruhan. Ada dua alasan yang mendasari hal ini yaitu pertama, bagian substantif dari kekayaan mereka dalam sumber daya manusia di perusahaan, membuat manajer nondiversifiable. Kedua, manajer akan terancam reputasinya demikian juga kemampuan menghasilkan earning perusahaan apabila perusahaan mengalami kebangkrutan.

  Konflik agency dapat mendasari seseorang bertindak untuk memenuhi kepentingannya terlebih dahulu sebelum memenuhi kepentingan orang lain.

  Manajer tidak selalu menanggung resiko atas kesalahan dalam pengambilan keputusan begitu pula jika mereka tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan. Resiko tersebut sepenuhnya ditanggung oleh pemegang saham. Hal ini memotivasi manajer melakukan pengeluaran yang bersifat konsumtif untuk keperluan pribadinya seperti peningkatan gaji, bonus, dan status.

  Hubungan keagenan mengakibatkan adanya agency cost yang mencakup monitoring cost seperti biaya pemeriksaaan akuntansi oleh auditor independen dan prosedur pengendalian intern, pengeluaran insentif sebagai kompensasi untuk menejemen atas prestasi yang konsisten terutama dalam hal memaksimumkan nilai perusahaan (Sartono, 2001).

2.1.2 Kebijakan Hutang

  Kebijakan dapat diartikan sebagai suatu keputusan, ketentuan, program atau rencana kerja untuk menyelesaikan permasalahan. Bagaimana perusahaan dapat mengambil langkah atau keputusan dalam masalah pendanaan.

  Pada umumnya semua perusahaan mempunyai hutang. Hutang adalah kewajiban perusahaan di masa yang akan datang akibat dari transaksi masa lalu yang harus dibayar dengan kas, barang atau jasa (Baridwan, 2004; 49). Hutang mengakibatkan adanya ikatan yang memberikan hak kepada kreditur untuk mengklaim aktiva perusahaan. Hutang dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu hutang lancar dan hutang jangka panjang. Hutang lancar adalah yang penyelesaiannya harus dilakukan dengan penggunaan aktiva lancar atau pembentukan aktiva lainnya atau dapat diartika sebagai kewajiban yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Kewajiban yang mempunyai jatuh tempo lebih dari satu tahun disebut dengan huatng jangka panjang.

  Menurut Kurniati (2007), kebijakan hutang merupakan keputusan yang diambil perusahaan untuk menggunakan hutang sebagai salah satu sumber pendaaan dalam perusahaan untuk mendanai operasional perusahaan. Untuk memenuhi kebutuhan pendanaan perusahaan, pemegang saham lebih menginginkan pendanaan perusahaan dengan menggunakan dana eksternal yaitu hutang. Dengan penggunaan hutang hak mereka terhadap perusahaan tidak akan berkurang. Para pemegang saham hanya perduli pada resiko sistematik dari saham. Manajer tidak menyukai pendanaan yang berasal dari hutang dengan alasan mengandung resiko yang tinggi. Sebagai konsekuensi dari kebijakan ini perusahaan menghadapi biaya keagenan hutang dan resiko kebangkrutan.

2.1.3 Dividen

  Dividen merupakan suatu bagian atas laba bersih usaha yang di bayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham sebanding dengan jumlah lembar yang di miliki (Baridwan, 2004 ; 57). Dividen juga adalah bagian dari montoring aktivitas perusahaan oleh pemilik terhadap pihak manajemen sebagai agen. Perusahaan akan cenderung membayar dividen yang lebih besar jika menejemen memiliki proporsi saham yang lebih rendah.

  Dividen kepada pemegang saham akan mengakibatkan berkurangnya laba ditahan yang tesedia sebagai sumber pembiayaan investasi yang dikendalikan oleh manajemen. Semakin tinggi dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham maka free cash flow dalam perusahaan semakin kecil. Hal ini mengakibatkan menejemen haarus memikirkan untuk memperoleh sumber dana dari luar berupa hutang atau penjualan saham baru. Hutang akan mengurangi kekuasaaan menejemen terhadap pengendalian perusahaan, karena adanya entitas lain yang memberikan hutang kepada pihak perusahaan maka entitas tersebut juga berkepentingan untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya perusahaan.

  Kebijakan dividen adalah rencana tindakan dari perusahaan yang harus diikuti bilamana keputusan dividen harus dibuat. Bagi investor atau pemegang saham, dividen merupakan salah satu keuntungan yang akan diperolehnya selain keuntungan lain yang berupa capital gain. Secara umum dividen dapat diartiakn sebagi bagian yang dibagikan oleh emiten kepada masing-masing pemegang saham. Kebijakan dividen ini memiliki pengaruh terhadap tingkat penggunaan hutang suatu perusahaan. Kebijakan dividen yang stabil menyebabkan adanya keharusan bagi perusahaan untuk menyediakan sejumlah dana untuk membayar jumlah dividen yang tetap tersebut sehingga kebutuhan pendanaan perusahaan akan meningkat.

  Adanya pembayaran dividen yang tetap menyebabkan timbulnya suatu kebutuhan dana yang tetap setiap tahunnya sehingga kebutuhan dana perusahaan akan meningkat. Perusahaan yang memiliki dividen payout ratio yang tinggi lebih menyukai pendanaan dengan modal sendiri karena pembayaran dividen akan meningkatkan kewajiban perusahaan dan pembayaran dividen umumnya dilakukan setelah perusahaan melakukan pembayaran terhadap bunga dan cicilan hutang.

  Pembagian dividen akan menurunkan tingkat hutang perusahaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ismiyati dan Hanafi (2003) yang mengatakan bahwa penmbagian dividen berhubungan negatif dengan debt

  ratio .

2.1.4 Struktur Aset

  Struktur Aset adalah komponen dari aktiva yang terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap. Struktur aset berhubungan dengan kekayaan perusahaan yang dapat dijadikan jaminan yang lebih fleksibel akan cenderung mengunakan hutang lebih besar daripada perusahaan yang struktur asetnya tidak fleksibel. Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit akan lebih banyak menggunakan hutang karena investor akan selalu memberikan pinjaman apabila mempunyai jaminan.

  Struktur aset perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan terutama bagi perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah yang besar. Aktiva tetap tersebut dapat dijadikan sebagai jaminan oleh manajer kepada kreditor sehingga manajer dapat memperoleh pinjaman dengan mudah.

  Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang lebih besar, maka perusahaan tersebut akan banyak menggunakan hutang hipotik jangka panjang dengan harapan aktiva tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya. Sebaliknya, perusahaan yang sebagian aktiva yang dimiliki berupa piutang dan persediaan barang yang nilainya sangat tergantung pada kelanggengan tingkat profitabilitas perusahaan, tidak begitu tergantung pada pembiayaan hutang jagka panjang dan lebih tergantung pada pembiayaan jangka pendek.

  Aktiva tetap seringkali digunakan sebagai jaminan dalam mendapatkan hutang, sehingga perusahaan yang banyak memiliki aktiva tetap akan mendapatkan hutapng yang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki aktiva tetap lebih sedikit. Investor akan lebih mudah untuk memberikan pinjaman atau hutang jika ada jaminan.

2.1.5 Ukuran Perusahaan

  Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total aktiva. Ukuran Perusahaan menjadi salah satu instrumen yang digunakan sebagai jaminan atas hutang-hutang perusahaan (Tyas, 2002). Dengan demikian semakin besar ukuran perusahaan maka penggunaan hutang cenderung akan semakin meningkat sehingga dikatakan ada hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan rasio hutang.

2.2 Penelitian Terdahulu

  Penelitian yang dilakukan ini mengacu pada penelitian terdahulu yang berhubungan dengan kebijakan hutang. Penelitian-penelitian tersebut yaitu: Penelitian oleh Meiliana Nababan (2011) menguji pengaruh kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang: studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Variabel kontrol yang digunakan adalah dividen, struktur aset, ukuran perusahaan. Variabel dependen (terikat) yang digunakan adalah kebijakan hutang. Hasil penelitian menyatakan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dividen bernilai negatif yang menunjukkan arah hubungan yaitu perubahan pada salah satu variabel akan diikuti perubahan variabel lain dengan arah yang berlawanan.

  Penelitian yang dilakukan oleh Mugiharta (2007) menguji pengaruh kepemilikan saham menejemen, dividen payout ratio (DPR), pertumbuhan aset, price earnings ratio (PER), return on investment (ROI), dan perrtumbuhan penjualan terhadap debt to equity ratio (DER) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dalam periode 2000-2002. Menurut Mugiharta, kepemilikan saham manajemen, price earnings ratio (PER) dan

  return on investment (ROI) berpengaruh signifikan terhadap debt to equity

  

ratio (DER) perusahaan di Bursa Efek Jakarta tahun 2000-2002 sedangkan

dividen payout ratio (DPR), pertumbuhan aset, dan pertumbuhan penjualan

  tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap debt to equity ratio (DER) perusahaan di Bursa Efek Jakarta pada periode tersebut.

  Kurniati (2007) menguji pengaruh kepemilikan saham oleh manajemen dan kepemilikan saham oleh institusi terhadap kebijakan hutang perusahaan dengan menggunakan variabel kontrol struktur aset, dividen dan profitabilitas pada 46 perusahaan tekstil-garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2001-2006. Menurut Kurniati, kepemilikan saham oleh manajemen, kepemilikan saham oleh institusi, struktur aset dan dividen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang sedangkan profitabilitas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan.

  Penelitian oleh Masdupi (2005) menguji dampak struktur kepemilikan pada kebijakan hutang dalam mengontrol konflik keagenan perusahaan dengan menggunakan variabel dividen, firm size, struktur aset, profitabilitas dan tax rate. Hasil dari penelitian adalah manajerial ownership and

  

instittusional ownership memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan

  hutang. Variabel kontrol dividen, firm size, struktur aset berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebikan hutang. Sedangkan profitabilitas dan tax rate tidak signifikan mempengaruhi kebijakan hutang.

  Penelitian yang dilakuan oleh Tyas (2002), terhadap 174 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk tahun 1997-2000 dengan menggunakan pengujian dua tahap. Pada tahap pertama, rasio hutang digunakan sebagai variabel dependen, variabel independennya adalah kepemilikan saham oleh managemen, kepemilikan oleh institusi, dan variabel kontrolnya adalah volatilitas laba, pertumbuhan dan ukuran perusahaan.

  Pengujian pada tahap kedua, variabel dependennya adalah kepemikikan saham oleh managemen dengan variabel independen rasio hutang dan kepemilikan saham oleh institusi dan volatilitas saham, pertumbuhan serta ukuran perusahaan sebagai variabel kontrolnya. Sampel penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur. Hasil penelitian menunjukan bahwa kepemilikan institusional mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap rasio hutang.

  Penelitian lain yang dilakukan oleh Jalu (2008) menguji pengaruh manajerial ownership, institusional ownership terhadap debt ratio pada perusahaan non manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai objek penelitian dalam periode 2004-2006. Menurut Jalu, kehadiran manajerial ownership tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

  debt ratio . Sedangkan institusional ownership mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap debt ratio.

Tabel 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu

  N Nama Judul Variabel Alat Uji Hasil o Penelitian

  1. Meiliana Kepemilika Variabel Model Menyatakan Nababan n manajerial independen: Penelitian bahwa dan kepemilikan menggunaka kepemilikan kepemilikan manajerial n metode manajerial, institusional dan pengukuran kepemilikan

  N o Nama Judul Variabel Alat Uji Hasil Penelitian

  terhadap kebijakan hutang : studi empiris pada peruasahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia kepemilikan institusional Variabel kontrol: dividen, struktur aset, ukuran perusahaan.

  Variabel dependen (terikat): kebijakan hutang regresi berjenjang institusional, dividen bernilai negatif yang menunjukkan arah hubungan yaitu perubahan pada salah satu variabel akan diikuti perubahan variabel lain dengan arah yang berlawanan

  2. Erni Masdupi, (2005)

  Analisis dampak struktur kepemilikan pada kebijakan hutang dalam mengontrol konflik keagenan

  Variabel dependen: Rasio Hutang Variabel independen:

  Insiders Ownership,

Shareholder,

dispersion,

institutional

ownership

  , dividen

  

payout ratio,

firm size, asset structure, firm

profitability,

tax rate

  Pengujian model dan uji hipotesis dilakukan dengan uji multiple regretion dan uji T

  Inseders ownership berpengaruh negatif signifikan terhadap debt

  ratio . Shareholder dispersion tidak

  mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Institutional

  ownership

  berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Variabel kontrol

  N o Nama Judul Variabel Alat Uji Hasil Penelitian

  (ROI), dan pertumbuhan penjualan

  (DPR), pertumbuhan aset, dan pertumbuhan penjualan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap debt to

  Ratio

  Variabel Dividen Payout

  to Equity Ratio (DER).

  (ROI) berpengaruh sigmifikan terhadap Debt

  Investment

  dan Return On

  Price Earning Ratio (PER),

  Kepemilikan saham managemen,

  dengan metode analisis regresi berganda dengan persamaan kuadran terkecil, uji T, dan uji F.

  Equity

  Pengujian model dan uji hipotesis dilakukan

  Return On Investment

  dividen, firm

  (PER),

  Earning Ratio

  (DPR), Pertumbuhan aset, Price

  dividen payout ratio

  Variabel Independen: Kepemiliakn saham managemen,

  Debt To

Equity Ratio .

  Variabel dependen:

  di Bursa Efek Jakarta.

  debt to equity ratio

  Analisis kepemilikan saham managemen dan faktor- faktor yang berpengaruh terhadap

  3. Mugiharta (2007)

  aset berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaaan. Sedangkan profitabilitas dan tax rate tidak signifikan.

  size , struktur

  equity ratio (DER).

  N Nama Judul Variabel Alat Uji Hasil o Penelitian

  4. Wahyunin Pengaruh Variabel Pengujian Kepemilikan g Kurniati, Struktur dependen: model dan uji saham oleh (2007) kepemilikan kebijakan hipotesis managemen terhadap hutang dilakuakn berpengaruh kebijakan dengan uji negatif dan

  Variabel hutang regresi linear signifikan independen: perusahaan berganda dan terhadap kepemilikan uji F. kebijakan saham oleh hutang manajerial, perusahaan. kepemilikan oleh Kepemilikan institusi, saham oleh dividen, institusi struktur aset, berpengaruh profitabilitas negatif dan . signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan, Dividen, Struktur aset, berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan.

  Sedangkan profitabilitas berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan mempengaruhi kebijak hutang.

  5 Setiawan Pengaruh Variabel Pengujian Kepemilikan Jalu, kepemikika dependen: model dan uji saham oleh (2008) n manajerial kebijakan hipotesis manajementida dan hitang dillakukan k memiliki kepemilikan dengan uji pengaruh

  N Nama Judul Variabel Alat Uji Hasil o Penelitian

  institutional Variabel regresi linier terhadap terhadap independen: berganda, uji kebijakan kebijak kepemilikan T dan uji F hutang hutang pada saham oleh perusahaan. perusahana manajerial,

  Kepemilikan non kepemilikan saham oleh manufaktur oleh institusional di BEI institusi. berpengaruh periode signifikan

  2004-2006 terhadap kebijakan hutang perusahaan.

2.3 Kerangka Konseptual

  Berdasarkan konsep teori diatas maka peneliti mencoba menguraikan dalam bentuk kerangka pikir sebagai berikut:

  DV (X1) SA (X2) DR UP (X3)

  (Y)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Berdasarkan kerangka pikir diatas maka, faktor dependen dalam penelitian ini adalah Kebijakan Hutang. Faktor Independen terdiri dari Dividen, Struktur Aset, dan Ukuran Perusahaan.

  Pembayaran dividen merupakan bagian dari monitoring aktivitas perusahaan terhadap pihak managemen sebagai agent. Dalam kondisi demikian perusahaan akan cenderung membayar dividen yang lebih besar jika manajer memiliki proporsi saham yang lebih rendah. Pembayaran dividen kepada pemegang saham akan mengurangi sumber-sumber dana yang dikendalikan manajer, karena semakin tinggi dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham maka free cash flow dalam perusahaan semakin kecil sehingga manajer harus memikirkan untuk memperoleh sumber dana dari luar yang bisa saja berupa hutang. Dengan demikian akan mengurangi kekuasaan manajer terhadap pengendalian perusahaan, karena dengan adanya entitas lain yang memberikan hutang kepada pihak perusahaan maka entitas tersebut juga berkepentingan untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya perusahaan.

  Struktur aset merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi digunakannya kebijakan hutang atau tidak oleh perusahaan. Variabel ini berhubungan dengan jumlah kekayaan yang dapat dijadikan jaminan. Perusahaan akan cenderung untuk menggunakan hutang yang lebih besar jika ia tidak memiliki struktur aset yang fleksibel atau lebih bersifat lancar.

  Investor akan lebih mudah untuk memberikan pinjaman atau hutang jika ada jaminan. Brigham dan gapenski (1996) menyatakan bahwa secara umum perusahaan yang memiliki jaminan akan lebih mudah mendapatkan pinjaman hutang daripada perusahaan yang tidak memiliki jaminan.

  Ukuran perusahaan kerap dijadikan sebagai jaminan oleh perusahaan untuk memperoleh hutang dari kreditur. Ukuran perusahaan memiliki hubungan positif terhadap kebijakan hutang perusahaan. Dengan demikian semakin besar ukuran sebuah perusahaan, maka penggunaan hutangnya akan semakin meningkat.

2.4 Hipotesis

  Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, teori, penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : H1: Dividen (DV) perusahaan berpengaruh positif terhadap Kebijakan

  Hutang H2: Struktur aset (SA) berpengaruh positif terhadap Kebijakan Hutang H3: Ukuran Perusahaan (UP) berpengaruh positif terhadap Kebijakan Hutang H4: Variabel DV, SA, TA, berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan

  Hutang

Dokumen yang terkait

Pengaruh Dividen, Struktur Aset, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 78 74

Pengaruh Struktur Aset, Profitabilitas, Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

6 93 116

Pengaruh Kepemilikan Institusional, Struktur Aset, Ukuran Perusahaan Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 24 74

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Agensi - Analisis Pengaruh Audit Tenure, Ukuran Kap, Ukuran Perusahaan Klien Dan Rotasi Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat Pada Bursa Efek Indonesia

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Modal - Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 1 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Struktur Modal - Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Aset, Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Struktur Aset, dan Likuiditas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri D

0 0 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) - Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2014

0 0 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) - Pengaruh Likuiditas, Laba, Dan Arus Kas Dapat Memprediksi Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 31

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) - Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012

0 1 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan - Pengaruh Penerapan Tata Kelola Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011

0 0 22