BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan - Pengaruh Penerapan Tata Kelola Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Teori Keagenan

  Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance. Menurut (Jensen dan Meckling dalam Sam’ani, 2008) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agen) dengan investor (principal). Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost).

  Dalam teori agensi, diasumsikan bahwa masing-masing individu cenderung untuk mementingkan diri sendiri. Hal ini menimbulkan adanya konflik kepentingan antara principal dan agen. Principal memiliki kepentingan untuk memaksimal keuntungan mereka sedangkan agen memiliki kepentingan untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologinya. Konflik akan terus meningkat karena principal todak dapat mengawasi aktivitas agen sehari-hari untuk memastikan bahwa agen telah bekerja sesuai dengan keinginan dari principal. Salah satu cara untuk mengurangi konflik antara agen dan principal ini adalah melalui pengungkapan informasi manajemen (agen) dimana sejalan dengan berkembangnya isu mengenai corporate governance. Dengan demikian, diharapkan agen dapat bekerja memenuhi permintaan dari

  

principal. Hal ini akan meningkatkan perhatian terhadap masalah pengungkapan

pada aspek corporate governance suatu perusahaan.

  Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan industry yang lain seperti manufaktur, perdagangan, dan sebagainya sehingga teori keagenan pada perusahaan perbankan mempunyai karakteristik sendiri. Perbankan adalah industri yang sarat dengan berbagai regulasi, hal ini karena bank adalah suatu lembaga perantara keuangan yang menghubungkan antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana tersebut. Karena fungsinya tersebut makarisiko yang harus dihadapi bank sangat besar, ketidakmampuan menjaga image atau kualitas akan sangat berpengarah terhadap likuiditas bank.

2.12 Pengertian dan Tujuan Tata Kelola Perusahaan (GCG)

  Governance atau salah satu padanan kata dalam bahasa Indonesia yaitu

  tata kelola, merupakan istilah yang terkait dengan mekanisme mengarahkan, mengendalikan, baik suatu organisasi/lembaga atau lembaga ataupun suatu fungsi, agar sesuai dengan tujuannya dan harapan para pihak yang berkepentingan.

  Governance secara konsep dianggap sebagai kebijakan, pedoman, dan aturan yang memastikan fungsi dan tujuan tata kelola dapat berjalan dengan baik.

  Sedangkan tata kelola sebagai praktik terkait dengan seni mengarahkan dan mengendalikan jalannya organisasi melalui system, struktur, proses dan mekanisme yang berjalan dalam rangka menciptakan nilai dan output sesuai dengan tujuan dan kepentingan para pihak dengan memperhatikan prinsip umum dan kepatuhan terhadap norma dan aturan yang berlaku. Praktik tata kelola yang baik merupakan implementasi dari konsep tata kelola yang mampu menghasilkan output sesuai dengan prinsip dan tujuan dari tata kelola secara berkelanjutan.

  Secara sederhana Tata Kelola Perusahaan dapat diartikan sebagai suatu system yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholders. Tata Kelola Perusahaan merupakan tata kelola yang berhubungan dengan interaksi antara pemerintah dan masyarakat.

  Menurut FCGI (2001) Tata Kelola Perusahaan (GCG) adalah seperangkat pengaturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu system yang mengatur dan mengendalikan perusahaan, sehingga menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Nilai tambah yang dimaksud adalah

  

corporate governance memberikan perlindungan efektif terhadap investor dalam

memperoleh kembali investasinya dengan wajar dan bernilai tinggi.

  Dalam Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara BUMN Nomor: KEP-117 /M-MBU/2002 pasal 1 tentang penerapan praktik Good

  

Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pengertian

corporate governance berdasarkan keputusan ini adalah “ suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan kebersihan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika.” Yang dimaksud organ dalam pengertian diatas adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), komisaris dan redaksi untuk Perusahaan Perseorangan (PERSERO) dan pemilik modal, dewan pengawas dan direksi untuk Perusahaan Umum (PERUM) dan perusahaan Jawatan (PERJAN), sedangkan stakeholders adalah pihak yang memiliki kepentingan dengan BUMN, baik langsung maupn tidak langsung, yaitu pemegang saham maupun pemilik modal, komisaris maupun dewan pengawas, direksi serta karyawan serta pemerintah, kreditur, dan pihak yang berkepentingan,

  Berdasarkan defenisi atau pengertian Good Corporate Governance di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya Tata Kelola Perusahaan (GCG) adalah mengenai system, proses, serta seperangkat peraturan yang berperan dalam mengatur hubungan antara dewan komisaris, direksi, pemegang saham, dan

  

stakeholders lainnya. Sementara sebagai sistem, GCG menjadi dasar mekanisme

  pengecekan dan perimbangan (check and balances) kewenangan atau pengendalian perusahaan yang dapat membatasi peluang pengelolaan yang salah, dan peluang penyalahgunaan asset perusahaan, pencapaian, dan pengukuran kinerja.

  Sedangkan tujuan dari Tata Kelola Perusahaan (GCG) adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).

  Secara teoritis, pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan dapat meningakatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kinerja keuangan mereka, mengurangi resiko yang mungkin dilakukan oleh dewan komisaris dan keputusan-keputusan yang menguntungkan diri sendiri dan umumnya tata kelola perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan investor (Tjager,et al., 2003).

2.1.3 Prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan (GCG)

  Prinsip-prinsip dasar penerapan Tata kelola Perusahaan yang dikemukan oleh The Indonesian Intitute of Corporate Governance (IICG, 2009:12-13) dan

  Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), (2004:49-

  58) adalah sebagai berikut: 1.

  Keadilan (fairness) Keadilan merupakan prinsip perlakuan yang adil bagi seluruh pemegang saham. Keadilan yang diartikan sebagai perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang saham asing dari kecurangan, dan kesalahan perilaku insider. Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memeperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran da kesetaraan..

2. Transparasi (Transparency)

  Transparansi .adalah pengungkapan yang akurat dan tepat pada waktunya serta transparansi atas hal penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta pemegang kepentingan. Untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan pemegang saham, kreditor, dan pemangku kepentingan lainnya.

  3. Akuntabilitas (Accountability) Akuntabilitas menekankan pada kepentingan penciptaan system pengawasan yang efektif berdasarkan pembagian kekuasaan antara komisaris, direksi, dan pemegang saham yang meliputi monitoring, evaluasi serta penegndalian terhadap manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham dan pihak-pihak berkepentingan lainnya. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

  4. Responsibilitas (Responsibility) Responsibilitas adalah tanggung jawab pengurus dalam manajemen, pengawasan manajemen serta pertanggungjawaban kepada perusahaan dan para pemegang saham. Prinsip ini diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang, menyadari akan adanya tanggung jawab social, menghindari penyalahgunaan wewenang kekuasaan, menjadi professional, dan menjunjung etika serta memelihara bisnis yang sehat.

2.1.4 Manfaat Tata Kelola Perusahaan (GCG)

  Dengan melaksanakan Tata Kelola Perusahaan, menurut Forum of

  Corporate Governance in Indonesia (FCGI) dalam Alhamdi (2012 : 16) ada

  beberapa manfaat yang diperoleh, antara lain : a.

  Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan, serta lebih meningkatkan pelayanan kepada

  stakeholder , b.

  Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak rigid (karena factor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan Corporate Value c. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia d.

  Pemegang saham akan puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan menigkatkan shareholder Value dan dividen.

2.1.5 Sistem Penilaian Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan

  Penilaian terhadap pelaksanaan GCG di Indonesia dilakukan oleh lembaga independen, yaitu: Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). Penilaian dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dijawab oleh pihak manajemen perusahaan.

  Aspek Self Assessment Corporate Governance yang dinilai adalah: 1)

  Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris Penilaian dilakukan terhadap apakah Dewan Komisaris telah:

  a) Memiliki jumlah, komposisi, integritas dan kompetensi sesuai dengan ukuran dan kompleksitas usaha Bank serta telah memnuhi ketentuan yang berlaku.

  b) Mampu bertindak & mengambil keputusan independen

  c) Melaksanakan tanggung jawab sesuai prinsip GCG

  d) Menyelenggarakan Rapat Dewan Komisaris secara efektif dan efisien e)

  Memenuhi aspek transparansi dan tidak melanggar ketentuan dan perundangan yang berlaku.

  2) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi

  Penilaian dilakukan terhadap apakah Direksi telah:

  a) Memiliki jumlah, komposisi, integritas dan kompetensi sesuai dengan ukuran dan kompleksitas usaha Bank serta telah memenuhi ketentuan yang berlaku. b) Mampu bertindak & mengambil keputusan independen

  c) Melaksankan tanggung jawab sesuai prinsip GCG

d) Menyelenggarakan Rapat Direksi secara efektif dan efisien.

  e) Memenuhi aspek transparansi dan tidak melanggar ketentuan dan perundangan yang berlaku.

  3) Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite

  Penilaian dilakukan terhadap apakah komite telah:

  a) Memiliki komposisi & kompetensi anggota komite sesuai dibandingkan dengan ukuran & kompleksitas usaha Bank b)

  Melaksanakan tugas dengan efektif

  c) Membuat rekomendasi komite yang bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagai bahan acuan keputusan Dewan komisaris.

  d) Menyelenggarakan rapat komite-komite sesuai dengan intern dan terselenggara secara efektif dan efisien.

  4) Penanganan bantuan kepentingan

  Penilaian dilakukan terhadap apakah Bank telah:

  a) Memiliki kebijakan, system & prosedur penyelesaian benturan kepentingan yang lengkap dan efektif b)

  Mengungkapkan setiap benturan kepentingan dalam keputusan dan telah diadministrasikan & terdokumentasi dengan baik.

  5) Penerapan fungsi kepatuhan bank

  Penilaian dilakukan terhadap apakah Bank telah: a) Melaksanakan tugas & independensi Direktur kepatuhan &

  Satuan Kerja Kepatuhan secara efektif

  b) Melakukan review berkala (dalam hal ini oleh Direktur

  Kepatuhan & Satuan Kerja Kepatuhan) mengenai kepatuhan mayoritas satuan kerja operasional c)

  Memiliki pedoman, system dan prosedur terhadap seluruh jenjang organisasi secara lengkap dan sesuai dengan ketentuan & perundang-undangan yang berlaku. 6)

  Penerapan fungsi Audit Intern Penilaian dilakukan terhadap apakah Bank telah:

  a) Melaksanakan fungsi audit intern dengan efektif dan sesuai dengan standar minimum yang telah ditetapkan b)

  Satuan Kerja Audit Internal (SKAI) telah menjalankan fungsinya secara independen dan obyektif 7)

  Penerapan fungsi Audit Ekstern Penilaian dilakukan terhadap apakah Bank telah:

  a) Memiliki kualitas dan cakupan hasil audit Akuntan Publik yang baik b)

  Melaksanakan audit oleh Akuntan Publik/KAP yang independen dan telah memenuhi kriteria yang ditetapkan 8)

  Penerapan fungsi manajemen risiko dan system pengendalian intern Penilaian dilakukan terhadap apakah Bank telah: a) Memiliki manajemen yang efektif dalam mengidentifikasi dan mengendalikan seluruh risiko Bank b)

  Memiliki manajemen aktif pemantauan kebijakan, prosedur dan penetapan limit, system informasi manajemen yang komprehensif & efektif untuk memelihara kondisi internal Bank yang sehat c)

  Memiliki manajemen yang efektif dalam memantau kesesuaian kondisi Bank dengan prinsip pengelolaan Bank yang sehat, sesuai dengan ketentuan kebijakan dan prosedur intern Bank

  d) Mengimplementasikan penerapan pengendalian intern dengan baik & melakukan tindakan korektif bila terdapat kelemahan e)

  Memiliki prosedur dan penerapan pengendalian intern Bank komprehensif sesuai dengan tujuan, ukuran dan kompleksitas usaha & risiko yang dihadapi Bank. 9)

  Penyediaan dana pada pihak terkait (Related party) dan kredit berskala besar Penilaian dilakukan terhadap apakah Bank telah:

  a) Memiliki kebijakan, system & prosedur tertulis yang up to date dan lengkap untuk penyediaan dana kepada pihak terkait & penyediaan dana besar

  b) Melakukan diversifikasi penyediaan dana secara merata c) Mengambil keputusan dalam penyediaan dana kepada pihak terkait & penyediaan dana besar

  10) Transparansi kondisi keuangan & non keuangan, pelaporan pelaksaan GCG dan pelaporan internal.

  a) Menyampaikan informasi keuangan & non-keuangan kepada public melalui homepage Bank dan media secara transparan b)

  Menyediakan cakupan informasi keuangan & non-keuangan secara tepat waktu, lengkap, akurat, kini dan utuh c)

  Menyampaikan informasi produk dan jasa, menerapkan pengelolaan pengaduan nasabah dengan efektif serta memelihara data dan informasi nasabah dengan memadai

  d) Menyediakan cakupan laporan pelaksaan GCG secara lengkap, kini, dan utuh, telah disampaikan secara tepat waktu kepada shareholder sesuai ketentuan yang berlaku

  e) Memilki Sistem Informasi Manajemen Bank khususnya terkait

  Sistem Pelaporan Internal Bank untuk menyediakan data & informasi dengan tepat watu, akurat & lengkap 11)

  Rencana strategis Bank Penilaian dilakukan terhadap apakah Bank

  a) Memiliki Rencana Bisnis Bank sesuai dengan visi & misi Bank serta Rencana Korporasi Bank b) Menyusun Rencana Korporasi & Rencana Bisnis Bank secara realistis dengan memperhatikan faktor-faktor eksternal dan internal, prinsip kehati-hatian dan azas perbankan yang sehat

  c) Merealisasikan rencana bisnis Rencana Bisnis Bank

  d) Menerapkan Low Strategic Risk Rating / Moderate to Law Strategic Risk Rating

  Dari hasil pemberian skor dengan aspek yang telah ditetapkan diatas, misalnya diperoleh skor/nilai untuk setiap aspek penilaian, seperti disajikan sebagai berikut:

Tabel 2.1 Pemberian Skor/Nilai Corporate Governance berdasarkan aspek penilaian

  No Aspek yang dinilai Bobot Peringkat Nilai (%)

  (a) (b) (a)x(b)

  1 Pelaksanaan tugas dan 10.00%

  1

  0.10 tanggung jawab Dewan Komisaris

  2 Pelaksanaan tugas dan 20.00%

  1

  0.20 tanggung jawab Dewan Direksi

  3 Kelengkapan dan 10.00%

  1

  0.10 pelaksanaan tugas komite-komite

  4 Penanganan bantuan 10.00%

  1

  0.10 kepentingan

  5 Penerapan fungsi 5.00%

  2

  0.10 kepatuhan Bank

  6 Penerapan fungsi audit 5.00%

  2

  0.10 intern

  7 Penerapan fungsi audit 5.00%

  1

  0.10 ekstern

  8 Penerapan fungsi 7.50% 2 0,15 manajemen risiko dan system pengendalian intern

  9 Penyediaan dana kepada 7.50% 1 0.075 pihak terkait (Related Party) dan kredit dana besar

  10 Transparansi kondisi 15.00%

  1

  0.15 keuangan dan non keuangan bank

  11 Rencana strategis Bank 5.00%

  2

  0.10 Jumlah Nilai Komposit 100.000% Sangat 1.225 Baik

  Sumber: Laporan CGPI, 2011 Setelah keseluruhan tahapan penilaian Corporate Governance

  

Perception Index (CGPI) selesai, maka hasil yang diperoleh dibahas dalam

forum panel ahli untuk menentukan hasil riset dan pemeringkatan CGPI.

  Pemeringkatan didesain menjadi lima kategori berdasarkan tingkat/level terpercaya yang dapat dijelaskan menurut skor penerapan Good Corporate

  Governance sebagai berikut:

Tabel 2.2 Pemeringkatan CGPI Berdasarkan Penerapan GCG

  Tingkat/Nilai Pemeringkatan Predikat Komposit Komposit

  Nilai Komposit < 1,5 Sangat Baik Baik

  1,5 ≤ Nilai Komposit < 2,5

  2,5 Cukup Baik ≤ Nilai Komposit< 3,5

  Kuramng Baik 3,5

  ≤ Nilai Komposit < 4 4,5 Tidak Baik

  ≤ Nilai Komposit < 5 Sumber: laporan CGPI, 2011

2.1.6 Kinerja Keuangan

  Kinerja keuangan merupakan salah satu alat ukur yang digunakan oleh para pemakai laporan keuangan dalam mengukur atau menentukan sejauh mana kualitas perusahaan. Kinerja suatu perusahaan dapat dilihat melalui laporan keuangan perusahaan tersebut. Dari laporan keuangan tersebut, dapat diketahui keadaan financial dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan selama periode tertentu

  Pengukuran kinerja merupakan analisis data serta pengendalian bagi perusahaan. Pegukuran kinerja didefenisikan sebagai “performing

  

measurement” yaitu kualifikasi dan efesiensi perusahaan atau segmen atau

  keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntasi. Dengan demikian pengertian kinerja adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu. Secara formal, produk akhir dari hasil pengukuran kinerja diwujudkan dalam suatu laporan yang disebut laporan kinerja.

  Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan di atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain.

  Pengukuran kinerja dilakukan untuk menekankan prilaku yang tidak semestinya, untuk merangsang dan menegakkan prilaku yang semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya, serta penghargaan. Bagi investor, informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau mencari alternative lain. Selain itu pengukuran juga dilakukan untuk memperlihatkan kepada penanam modal maupun pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa perusahaan memiliki kredibilitas yang baik.

  2.1.6.1 Loan to Deposit Ratio (LDR)

  Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank, yaitu dengan cara membagi jumlah kredit yang berikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar. Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada bank lain sedangkan untuk dana pihak ketiga adalah giro, tabungan, simpanan berjangka, sertifikat deposito. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  LDR = x 100%

  

  2.1.6.2 Net Interest Margin (NIM)

  Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini, maka pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank akan semakin meningkat sehingga kemungkinan bank berada dalam kondisi bermasalah akan semakin kecil. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

  ℎ

  NIM = x 100%

  2.1.6.3 Return On Asset (ROA)

  Rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (laba sebelum pajak) dengan memanfaatkan total asset yang dimilikinya. Semakin besar nilai ROA, maka semakin besar pula kinerja perusahaan karena return yang didapat perusahaan akan semakin besar. Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

  ( )

  ROA = X 100%

  2.1.6.4 Return On Equity (ROE)

  Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba setelah pajak adalah laba bersih dari kegitan operasional setelah dikurangi pajak. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

  ℎ

  ROE = x 100%

2.1.7 Hubungan Tata Kelola Perusahaan dengan Kinerja keuangan

  Perusahaan merupakan rekaan legal yang berperan sebagai hubungan kontrak antar individu, khususnya perusahaan dipandang sebagai mekanisme kontrak antara penyedia modal dan para manajer yang dirancang untuk meminimumkan biaya yang timbul karena berbagai aktivitas perusahaan.

  Besarnya kepemilikkan perusahaan oleh suatu lembaga atau investor akan sangat mempengaruhi hubungan tata kelola perusahaan dan kinerja perusahaan. Banyak rasio keuangan yang dapat mempengaruhi mekanisme tata kelola perusahaan dengan kinerja keuangan, dalam hal ini peneliti menggunakan beberapa rasio keuangan, yaitu LDR, NIM, ROA dan ROE. Dimana pengaruh LDR terhadap kinerja keuangan adalah semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar. Untuk NIM berpengaruh jika semakin besar rasio ini, maka pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank akan semakin meningkat sehingga kemungkinan bank berada dalam kondisi bermasalah akan semakin kecil. Sedangkan pada ROA semakin besar nilai ROA, maka semakin besar pula kinerja perusahaan karena return yang didapat perusahaan akan semakin besar. Dan ROE berpengaruh jika semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Syaprianur (2011) Pengaruh Good Corporate Governance

  Eka Susiyanti Analisis Variabel Hasil penelitian

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komisaris independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA

  diproksikan oleh : kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komisaris independen. Variabel Dependen : ROA

  Good Corporate Governance yang

  Variabel Independen:

  Terhadap Kinerja Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI Tahun 2001- 2009

  Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Tata Kelola Perusahaan (GCG) adalah:

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu Nama Penelitian Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian Dita Paradita (2009)

  (GCG) Variabel Dependen: ROI,ROE,NPM

  Good Corporate Governance

  Variabel Independen:

  Corporate Governance Perception Index (CGPI)

  Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan yang Termasuk Kelompok Sepuluh Besar Menurut

  Corporate Governance

  Pengaruh Good

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa GCG tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan secara parsial. ROI, ROE, dan NPM tidak dapat dijelaskan oleh penerapan GCG

  Purba (2011) Pengaruh Good Corporate Governance

  Terhadap Kinerja Keuanagan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

  Independen:

  Good Corporate Governance

  Vaariabel Dependen : BOPO,CAR,LDR ,NIM,ROA,ROE menunjukkan bahwa struktur GCG pada perusahaan tidak mempengaruhi CAR, LDR, NIM, dan ROA secara signifikan sebagai kinerja keuangan perusahaan, sedangkan pada BOPO, dan ROE berpengaruh secara signifikan sebagai kinerja keuangan perusahaan

  Teuku Qaedi Aufar (2011)

  Pengaruh Implementasi

  Corporate Governance

  Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI

  Variabel Independen: Kepemilikan manajerial, Proporsi Dewan Komisaris dan Komite Audit.

  Variabel Dependen: Kinerja perusahaan yang diukur dengan

  ROA, NPM, dan ROE

  Menunjukkan bahwa Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan Komisaris, dan Komite Audit tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan secara parsial dan simultan. Sumber: diolah peneliti

2.3 Kerangka Data Konseptual

  Corporate governance merupakan proses dan struktur yang digunakan untuk

  mengarahkan dan mengelola bisnis dan urusan-urusan perusahaan dalam rangka meningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas perusahaan dengan tujuan utamanya adalah mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder yang lain. Kepercayaan investor dan efisiensi pasar sangat tergantung dari pengungkapan kinerja perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Agar bernilai di pasar modal global, informasi tersebut harus jelas, konsisten, dan dapat diperbandingkan serta menggunakan standar akuntansi yang diterima di seluruh dunia. Dampak transparansi adalah bahwa pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dapat memperhatikan dampak resiko bertransaksi dengan perusahaan.

  Dengan adanya prinsip-prinsip GCG, maka laporan keuangan yang dihasilkan dapat diungkapan dan akurat, sehingga dapat membantu investor dan pihak-pihak lain berkepentingan dalam suatu perusahaan untuk mengambil keputusan sehingga dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan diterapkannya prinsip-prinsip GCG dalam perusahaan, maka pihak-pihak yang terkait di perusahaan memiliki tanggung jawab yang jelas sesuai dengan peraturan yang berlaku, sehingga dapat mendorong pengelolaan organisasi yang lebih demokrasi (karena melibatkan partisipasi banyak kepentingan), lebih accountable (karena ada system yang akan meminta pertanggungjawaban atas setiap tindakan), lebih transparan, serta akan meningkatkan keyakinan bahwa perusahaan dan organisasi lainnya dapat menyumbangkan manfaat tersebut dalam jangka panjang. Dalam hal ini, tentu saja kinerja keuangan perusahaan akan meningkat karena seiring dengan berjalan baiknya kegiatan perusahaan.

  Prinsip GCG diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan yang dicapai jika perusahaan mampu beroperasi dengan memenuhi laba yang ditargetkan. Adapun manfaat dari penerapan GCG salah satunya yaitu meningkatkan produktivitas dan efesiensi perusahaan yang tentu saja berimbas besar terhadap hasil penjualan. Dengan adanya penjualan atau laba bersih yang baik akan berpengaruh pada kinerja keuangan perusahaan yang dilihat dari meningkatnya Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR), Net

  

Interest Margin (NIM), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE).

  Berdasarkan penjelasan di atas, dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut:

KINERJA KEUANGAN (Y)

  Loan to Deposit Ratio (Y ₁)

   H1

  H1 H2 Net Interest Margin (Y

  ₂)

  Tata Kelola Perusahaan (X)

  H3 Return On Asset (Y ₃)

  H4 Return On Equty (Y

  ₄)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis Penelitian

  Hipotesis dirumuskan sebagai jawaban sementara atas permasalahan yang diteliti. Hipotesis adalah pernyataan tentative yang merupakan dengan mengenai apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya. Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang masih harus diuji. Jika hipotesis telah diuji dan terbukti kebenarannya, maka hipotesis tersebut menjadi sebuah teori. Hipotesis dari penelitian yang akan dilakukan berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai adalah:

  H1 : Tata kelola Perusahaan mempunyai pengaruh terhadap Loan to Deposit

  Ratio

  H2 : Tata Kelola Perusahaan mempunyai pengaruh terhadap Net Interest Margin H3 : Tata Kelola Perusahaan mempunyai pengaruh terhadap Return On Assets H4 : Tata Kelola Perusahaan mempunyai pengaruh terhadap Return On Equity

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penerapan Tata Kelola Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011

1 43 119

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (agency theory) - Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Dan Konvergensi Ifrs Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Bumn Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

0 0 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Saham 2.1.1.1 Pengertian Saham - Pengaruh Analisis Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (2009-2013).

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori sinyal (signalling theory) - Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Perrusahaan Perbankan Yang Terdapat Di Bursa Efek Indonesia

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) - Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012

0 1 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Stakeholders - Pengaruh Corporate Social Responsibility dan Kinerja Keuangan Pada Nilai Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) - Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance and Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank - Pengaruh Rasio Camel Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008 – 2010

0 0 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) - Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Perbankan - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011

0 0 13