Pengaruh Struktur Aset, Profitabilitas, Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH STRUKTUR ASET, PROFITABILITAS, DAN

PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA

OLEH

LODI SALIM 100503079

PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “PENGARUH STRUKTUR ASET, PROFITABILITAS, DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang saya buat sebagai bagian dari tugas akademik guna menyelesaikan studi Strata 1 pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Bagian dari data yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, atau yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah sesuai dengan prinsip penulisan etika ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan adanya plagiatrisme dalam skripsi saya, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 2 April 2014 Yang membuat pernyataan,

Lodi Salim NIM : 100503079


(3)

ABSTRAK

PENGARUH STRUKTUR ASET, PORFITABILITAS, DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN

PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

Penelitian ini bertujuan meneliti pengaruh struktur aset, profitabilitas dan pertumbuhan penjualan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI, baik secara parsial maupun bersama-sama. Data yang dipakai pada penelitian ini merupakan data sekunder. Sampel penelitian yang didapat dengan metode purposive sampling sebanyak 8 perusahaan. Sampel ini didapat melalui

website BEI,software

SPSS versi 19.

Metode statistika yang dipakai dalam pengujian adalah pengujian linier berganda. Hasil penelitian memakai uji T menunjukkan bahwa struktur aset dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Profitabilitas berpengaruh signifikan negatif. Hasil penelitian dengan uji F menunjukkan bahwa struktur aset, profitabilitas dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap kebijakan pendanaan secara simultan.

Kata kunci: Struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, kebijakan hutang.


(4)

ABSTRACT

IMPACT OF ASSETS’ STRUCTURE, PROFIT, AND SALES GROWTH ON DEBT POLICY ON AGRICULTURE COMPANY LISTED ON INDONESIA

STOCK EXCHANGE.

The purpose of this research is to determine impact of asset’ structure, profit, and sales growth on agriculture company listed in Indonesia Stock Exchange. Data used in this research is secondary data. Sample in this research consisted of 8 agriculture company listed on Indonesia Stock Exchange. Sample was obtained through purposive sampling method and analyzed with SPPS’ software version 19.

Statistical method in testing hypothesis is a double regression method. Result shows that asset’ structure and sales growth is insignificance to debt policy while profit shows a significance and negative relation with funding policy. Result also shows that asset’ structure, profit, and sales growth does not simultaneously affect debt policy.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Struktur Aset, Profitabilitas, Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi serta doa dari berbagai pihak, terutama dari pihak keluarga peneliti selama penulisan skripsi. Tanpa dukungan dari keluarga tercinta, peneliti tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini. Tiada kata yang bisa peneliti gunakan dalam menggambarkan rasa terima kasih peneliti kepada ayah, ibu, dan nenek yang telah berjasa membesarkan peneliti selama ini serta kedua saudara kandung peneliti, Andi Salim dan Denny Salim yang telah memberikan dukungan selama ini kepada peneliti. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada kerabat peneliti yang selama ini banyak memberikan nasihat kepada peneliti

Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi dan bapak Drs.Hotmal Ja’far, MM., Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(6)

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak selaku Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Syahrul Rambe, MM, Ak yang juga selaku Dosen Pembimbing peneliti yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan perbaikan berulang kali dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Yang sangat saya cintai kedua abang saya, Andi Salim dan Denny Salim yang telah memberikan dukungan dalam membantu proses penelitian. Teman-teman angkatan 2010 Steven, Ivan, Winson Wijaya, dan masih banyak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Saya berterima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini juga masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dalam memperbaiki skripsi ini.Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para akademisi.

Medan, 2 April 2014 Penulis,

Lodi Salim NIM : 100503079


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Batasan Masalah ... 8

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan Teoritis ... 11

2.1.1 Hutang ... 11

2.1.2 Struktur Aset ... 19

2.1.3 Profitabilitas ... 19

2.1.4 Pertumbuhan Penjualan ... 21

2.2Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 23

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 35

2.3.1 Kerangka Konseptual ... 35


(8)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1Desain Penelitian ... 42

3.2Populasi dan Sampel Penelitian ... 42

3.3Jenis dan Sumber Data ... 44

3.4Defenisi Operasional ... 44

3.5Pengukuran Variabel ... 46

3.5.1 Variabel dependen ... 46

3.5.2 Variabel independen... 46

3.6Metode Analisis Data ... 47

3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 48

3.6.1.1Uji normalitas ... 49

3.6.1.2Uji Multikolinieritas ... 49

3.6.1.3Heterokedastisitas ... 51

3.6.1.4Uji Autokorelasi ... 52

3.6.2 Uji Hipotesa ... 53

3.6.2.1Uji T ... 53

3.6.2.2Uji F ... 53

3.7 Jadwal Penelitian ... 55

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1Deskripsi Objek Penelitian ... 56

4.2Analisis Statistik Deskriptif ... 56

4.3Uji Asumsi Klasik ... 59

4.3.1 Uji Normalitas Data ... 59

4.3.2 Uji Multikolinearitas ... 61

4.3.3 Uji Heterokedastisitas ... 63


(9)

4.4Pengujian Hipotesis ... 68

4.4.1 Uji Parsial (t-test) ... 68

4.4.2 Uji Simultan (F-test) ... 73

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 75

5.2Keterbatasan Penelitian ... 77

5.3Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 30

Tabel 3.1 Kriteria Perusahaan yang dijadikan sampel ... 43

Tabel 3.2 Perusahaan Perkebunan yang Memenuhi Kriteria ... 44

Tabel 3.3 Definisi Operasional ... 44

Tabel 3.4 Jadwal Penelitian... 55

Tabel 4.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 57

Tabel 4.2 Hasil Uji NormalitasSebelum Normalisasi Data ... 60

Tabel 4.3 Hasil Uji NormalitasSebelum Normalisasi Data ... 61

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas Sebelum Normalisasi Data ... 62

Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas Sebelum Normalisasi Data ... 63

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi Sebelum Normalisasi Data ... 67

Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi Sesudah Normalisasi Data ... 68

Tabel 4.8 Hasil Uji T Sesudah Normalisasi Data. ... 69


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 36

Gambar 4.1 Grafik Uji Heterokedastisitas Sebelum Normalisasi. ... 65


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No.Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Daftar Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di BEI ... 84

Lampiran 2 Daftar Perusahaan yang Memenuhi Kriteria ... 85

Lampiran 3 Hasil Perhitungan Debt to Equity Ratio ... 85

Lampiran 4 Hasil Perhitungan Struktur Aktiva ... 86

Lampiran 5 Hasil Perhitungan Rasio Profitabilitas ... 86

Lampiran 6 Hasil Perhitungan Pertumbuhan Penjualan ... 87

Lampiran 7 Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif ... 87

Lampiran 8 Hasil Uji Normalitas Sebelum Normalisasi ... 88

Lampiran 9 Hasil Uji Normalitas Sesudah Normalisasi ... 88

Lampiran 10 Hasil Uji Multikolienaritas Sebelum Normalisasi ... 89

Lampiran 11 Hasil Uji Multikolienaritas Sesudah Normalisasi ... 89

Lampiran 12 Grafik Uji Heterokedastisitas Sebelum Normalisasi Data...90

Lampiran 13 Grafik Uji Heterokedastisitas Sesudah Normalisasi Data...91

Lampiran 14 Tabel Hasil Uji Autokorelasi Sebelum Normalisasi Data... 92

Lampiran 15 Tabel Hasil Uji Autokorelasi Sesudah Normalisasi Data... 92

Lampiran 16 Tabel Hasil Uji T Sesudah Normalisasi Data...92


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang.

Sektor perkebunan adalah salah satu sektor penting bagi Indonesia yang merupakan negara agraris. Pada krisis tahun 1997, banyak perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Kondisi yang sebaliknya berlaku bagi sektor perkebunan yang mencatat keuntungan besar akibat pelemahan rupiah. Pada tahun 2008, Direktorat Jendral Perkebunan mencatat devisa yang dihasilkan dari sub sektor perkebunan mencapai US$ 22,8 miliar. Komoditi kelapa sawit menyumbang banyak peran dalam sektor perkebunan karena merupakan komoditi yang paling banyak diminati. Hasil olahan kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) merupakan komoditas andalan dalam sektor perkebunan karena dapat dimanfaatkan oleh industri pangan maupun non pangan.

Kegunaan CPO membuat luas lahan sawit di Indonesia menjadi 6,1 juta ha pada tahun 2006. Pada tahun 2007, luas lahan sawit di Indonesia menjadi 6,78 juta ha dengan total produksi menjadi 17,37 juta ton. Ekspor CPO pada tahun tersebut mencapai 5,13 juta ton atau sekitar 30,54% dari total produksi. Sejak harga CPO dan hasil perkebunan lainnya dikaitkan dengan harga minyak bumi, investasi pada perkebunan terus meningkat. Investasi pada perkebunan membutuhkan dana yang cukup besar. Manajemen perusahaan harus memperhatikan kebijakan struktur hutang


(14)

perusahaan. Manajemen harus mempertimbangkan keseimbangan pemakaian modal perusahaan dan hutang pada kebijakan struktur kapital.

Beberapa alasan seperti yang telah disebutkan sebelumnya membuat peneliti tertarik untuk mengkaji faktor - faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang pada perusahaan perkebunan. Beberapa penelitian terdahulu mengkaji dari sisi perusahaan manufaktur. Beberapa faktor umum yang mempengaruhi kebijakan hutang pada perusahaan menurut pecking order theory adalah free cash flow, struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan aset, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan, resiko bisnis, kepemilikan manajerial, kepemilikan institutional, kebijakan dividen, dan laba ditahan. Peneliti hanya mengambil tiga faktor saja yaitu struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan.

Peneliti memakai struktur aset karena aset dalam perusahaan perkebunan lebih khusus dibandingkan aset peusahaan lainnya. Pada perusahaan perkebunan ada yang dimaksud dengan aset biologis. Nilai aset biologis dicatat berdasarkan depresiasi atau nilai wajar pada saat aset tesebut dijual. Pencatatan nilai aset biologis ini menimbulkan kontroversi karena tidak semua aset biologis dapat dijual. Pencatatan dengan metode ini tidak mencerminkan nilai aset biologis di laporan keuanagan perusahaan. Permasalahan ini sampai sekarang masih menjadi perdebatan untuk menerapkan International Accounting Standard (IAS) 41 di Indonesia. Peneliti memakai faktor profitabilitas karena perusahaan perkebunan mencatat laba yang tinggi pada saat melemahnya rupiah pada tahun 1997 di mana kebanyakan perusahaan perusahaan mengalami kesulitan finansial. Peneliti ingin meneliti


(15)

profitablitas perusahaan perkebunan pada saat nilai tukar rupiah tidak melemah. Peneliti memakai faktor pertumbuhan penjualan karena penjualan pada perusahaan perkebunan berbeda dengan penjualan pada perusahaan manufaktur yang hanya berdasarkan jumlah bahan baku dan jam kerja. Pada perusahaan manufaktur, jumlah produksi bisa diubah dengan cara memperbanyak bahan baku, memperpanjang jam kerja, dan memperbanyak jumlah mesin yang digunakan pada produksi. Pada perusahaan perkebunan, produksi perusahaan tidak bisa diubah dengan memperbanyak bahan baku ataupun memperpanjang jam kerja karena beberapa hasil perusahaan perkebunan seperti buah tidak dapat diperbanyak dengan menambah jam kerja atau bibit buah. Hasil produksi perusahaan perkebunan seperti buah tergantung pada waktu untuk menghasilkan atau waktu untuk memanen buah tersebut, hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk mengambil variabel pertumbuhan penjualan. Peneliti tertarik untuk melihat apakah pertumbuhan penjualan bisa berubah signifikan dari tahun ke tahun dan apakah pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap kebijakan hutang.

Tujuan utama perusahaan beroperasi adalah mendapatkan laba. Dalam operasionalnya perusahaan membutuhkan dana untuk menjalankan perusahaan, baik untuk mendanai aset tetap ataupun mendanai operasional perusahaan. Perusahaan dapat memakai pendanaan yang berasal dari sumber internal maupun eksternal. Dasar keputusan pendanaan yang berkaitan dengan pemilihan sumber pendanaan, baik sumber dana internal maupun sumber dana eksternal perusahaan secara teoritis didasarkan atas dua kerangka teori. Menurut Sulistianingsih (2001 dalam


(16)

Yuliningrum, 2008 : 1) “Ada dua kerangka teori yang mendasari pendanaan yaitu

balance theory (static trade-off) dan pecking order theory”. Berdasarkan balance theory, perusahaan mendapatkan keputusan pendanaan pada struktur modal yang optimal dengan menyeimbangkan manfaat dari pendapatan pajak atas penggunaan hutang terhadap biaya kebngkrutan. The pecking order theory menyebutkan bahwa perusahaan cenderung memilih sumber pendanaan internal dibanding sumber pendanaan eksternal.

Pemilihan pendanaan, baik berasal dari pihak eksternal maupun internal sangat mempengaruhi nilai perusahaan. Suatu perusahaan yang melakukan pemenuhan modal menggunakan dana yang berasal dari dalam perusahaan akan mengurangi ketergantungannya pada pihak lain. Perusahaan yang kebutuhan modalnya terus meningkat akan memilih untuk menggunakan hutang atau penerbitan saham baru apabila sumber dana internal telah habis dipakai. Perusahaan akan menggunakan eksternal finance pada saat internal equity tidak mencukupi. Penggunaan eksternal finance sendiri pertama-tama menggunakan hutang, apabila hutang tidak mencukupi, maka akan digunakan eksternal equity (Rachman, 2012 : 2).

Manajer sebagai pengelola dana perusahaan harus memperhatikan pemakaian sumber dana untuk mengoptimalkan pendanaan perusahaan. Sumber dana internal diperoleh dari laba ditahan dan depresiasi. Sumber dana eksternal berasal dari hutang dan penerbitan saham. Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari kredit merupakan hutang bagi perusahaan. Dana yang diperoleh dari para pemilik


(17)

merupakan modal sendiri. Proporsi antara penggunaan modal sendiri dan hutang disebut dengan kebijakan hutang perusahaan.

Penentuan proporsi antara modal dan hutang dalam kebijakan hutang oleh manajer perusahaan. Kebijakan hutang melihat angka perbandingan antara hutang dengan modal sendiri yang disebut dengan debt to equity ratio (DER). Semakin tinggi rasio DER, semakin tinggi pula resiko perusahaan karena pendanaan bersumber dari hutang. Angka DER lebih dari satu artinya penggunaan hutang lebih besar dalam mendanai aktivitas pendanaan. Dalam mengatur nilai DER, manajer harus menentukan struktur modal yang optimal bagi perusahaan agar resiko yang diambil perusahaan dapat dikurangi.

Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang memaksimumkan harga saham perusahaan. Salah satu cara memaksimumkan harga saham adalah memaksimumkan laba perusahaan. Meningkatkan penjualan adalah salah satu cara memaksimumkan laba perusahaan. Dalam meningkatkan penjualan, perusahaan harus memperhatikan pendanaan dalam operasinya. Pendanaan secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti struktur aset, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman, pertumbuhan penjualan, profitabilitas, resiko bisnis, ukuran perusahaan, dan

operating leverage.

Banyaknya faktor yang mempengaruhi pendanaan membuat peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai beberapa faktor yang lebih spesifik yaitu struktur aset, profitabilitas, dan tingkat pertumbuhan penjualan. Variabel independen


(18)

dalam penelitian ini adalah struktur aset, profitabilitas, dan tingkat pertumbuhan penjualan. Variable dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan hutang.

Struktur aset diukur dengan cara membagi jumlah aset tetap terhadap total aset. Profitabilitas diukur dengan cara membagi laba terhadap total aset yang menunjukkan ratio return on assets (ROA). Tingkat pertumbuhan penjualan didapat dengan cara membagi selisih penjualan dua tahun berturut-turut terhadap penjualan tahun lalu. Kebijakan hutang diukur dengan debt to equity ratio (DER) yang menunjukkan proporsi penggunaan hutang terhadap ekuitas pada pendanaan perusahaan.

Penelitian ini memakai sampel dari perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI. Peneliti memakai perusahaan perkebunan sebagai sampel karena perusahaan perkebunan tergolong sebagai usaha yang lebih spesifik dibandingkan dengan usaha lain seperti usaha bank atau pertambangan. Perusahaan perkebunan diklasifikasikan sebagai perusahaan yang khusus karena jumlah perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI hanya mencapai 15 perusahaan.

Penelitian ini merupakan replikasi dari beberapa penelitian terdahulu. Penelitian terdahulu lebih banyak mengkaji kebijakan hutang dari sisi perusahaan manufaktur. Penelitian yang sama pada perusahaan manufaktur memberikan hasil penelitian yang berbeda-beda. Penelitian yang dilakukan pada perusahaan manufaktur oleh Yuliningrum (2008), Santika (2011), dan Susilawati dkk. (2012) menyimpulkan bahwa struktur aset tidak berpengaruh secara signifikan pada kebijakan hutang, hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan pada perusahaan manufaktur oleh


(19)

Hardiningsih & Oktaviani (2012) yang menyimpulkan bahwa struktur aset berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang. Variabel profitabilitas dan pertumbuhan penjualan juga mempunyai hasil yang berbeda.

Pada peneltian yang dilakukan pada perusahaan manufaktur oleh Indahningrum & Handayani (2009) dan Ivan Nugroho (2011) menyimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan pada perusahaan manufaktur oleh Kusrini (2012) yang menyimpulkan profitabilitas memberikan pengaruh yang tidak signifikan pada kebijakan hutang. Hasil penelitian yang berbeda lainnya adalah penelitian yang dilakukan pada perusahaan manufaktur oleh Nugrahaini (2012) yang menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh secara signifikan pada kebijakan hutang, tetapi hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan manufaktur oleh Santika dan Sudiyanto (2011) menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh secara signifikan pada kebijakan hutang.

Hasil penelitian yang berbeda dengan variabel yang sama pada perusahaan menufaktur membuat peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut variabel tersebut. Peneliti telah mengambil referensi dari beberapa penelitian terdahulu mengenai sektor perkebunan seperti Harmoni (2009), Tampubulon (2009), Hasugian (2010), Simbolon (2010), Hendrianti (2011), dan Sari (2012). Peneliti memberikan judul : “Pengaruh Struktur Aset, Profitabilitas, dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di BEI”.


(20)

1.2Perumusan Masalah

1. Apakah struktur aset berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI?

2. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI?

3. Apakah pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI?

4. Apakah struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan berpengaruh secara bersama-sama terhadap kebijakan hutang pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI?

1.3Batasan Masalah

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan di antaranya:

1. Penelitian hanya menggunakan perusahaan perkebunan sebagai sampel. 2. Penelitian ini hanya memakai perusahaan perkebunan yang terdaftar di

BEI.

3. Penelitian hanya menggunakan perusahaan perkebunan yang menerbitkan laporan keuangan tahun 2010, 2011, dan 2012 di BEI.

4. Penelitian hanya memiliki tiga variable independen yaitu struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan.


(21)

1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian. a. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan terhadap kebijakan hutang.

2. Untuk mengetahui apakah struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan secara bersama-sama mempengaruhi kebijakan hutang.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan terhadap kebijakan hutang.

b. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi Akademi

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai manajemen keuangan yang sering dipakai dalam perhitungan rasio pada laporan keuangan.

2. Bagi Penulis

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan penulis dalam mencari hubungan antara variabel yang ada. Penelitian ini juga membantu penulis untuk mempraktekkan ilmu yang dipelajari selama masa perkuliahan.


(22)

3. Bagi Perusahaan

Penelitian ini berguna untuk dijadikan referensi dalam memutuskan kebijakan hutang dengan mempertimbangkan proporsi struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan.

4. Bagi Pembaca

Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan pembaca dan membantu pembaca memahami hubungan antara variabel.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini berguna untuk dijadikan referensi dalam melakukan penelitian yang sejenis. Penelitian ini dapat dijadikan perbandingan pada penelitian di sektor yang berbeda seperti sektor perbankan dan properti.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan Teoritis

2.1.1 Hutang

a. Kebijakan Hutang.

Kebijakan hutang merupakan kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan dari pihak ketiga untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan. Kebijakan hutang berkaitan dengan struktur modal yang dipilih perusahaan. Struktur modal adalah pertimbangan antara pemakaian modal asing atau hutang dengan modal sendiri. Pada tingkat tertentu, pemilik perusahaan lebih menyukai perusahaan menggunakan hutang agar dapat mengendalikan perilaku manajer dan komisaris perusahaan. Hutang akan mengurangi konflik agensi dan meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan hutang meningkatkan

leverage sehingga meningkatkan kemungkinan kesulitan - kesulitan keuangan atau kebangkrutan. Kekhawatiran akan kebangkrutan mendorong para manajer bekerja lebih efisien sehingga memperbaiki biaya agensi. Hutang memaksa perusahaan membayar pokok hutang dan bunga hutang yang menyebabkan free cash flow

berkurang dan menurunkan insentif manajer untuk berperilaku memuaskan diri sendiri.

Kebijakan hutang dipandang sebagai mekanisme internal control yang dapat mengurangi konflik keagenan antara manajemen dengan pemegang saham. Menurut


(24)

pecking order theory, perusahaan menggunakan pendanaan internal jika tersedia dan lebih memilih menggunakan hutang daripada ekuitas ketika pendanaan eksternal digunakan (Hasugian, 2010:39). Pada saat pendanaan eksternal dibutuhkan, perusahaan akan memakai pendanaan yang paling aman yaitu perusahaan akan mulai dari hutang, obligasi konvertibel, dan ekuitas sebagai langkah terakhir. Para manajer yang mengetahui lebih banyak tentang perusahaan dibanding investor luar cenderung memilih untuk tidak mengeluarkan saham ketika mereka percaya harga saham terlalu rendah. Para manajer lebih menyukai hutang dibanding ekuitas yang dihargai rendah. Para investor memahami dan mengetahui masalah tersebut sehingga menginterpretasikan keputusan untuk mengeluarkan saham sebagai berita buruk (Siswandi, 2011:13).

Kebijakan hutang diukur menggunakan debt ratio yang mencerminkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Nilai debt ratio yang semakin rendah menunjukkan kemampuan perusahaan yang semakin tinggi untuk membayar seluruh kewajibannya. Peningkatan hutang akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima. Debt ratio yang rendah diharapkan dapat mengurangi tingkat kebangkrutan dan financialdistress (Ginting, 2011:13).


(25)

b. Pecking Order Theory Menurut Brealey (2004 : 412) :

The pecking order explains why the most profitable firms generally borrow less. It is not because they have low target debt ratios, but because they don’t need outside money. Less profitable firms issue debt because they do not have sufficient internal funds for their capital investment program and because debt is first in the pecking order for external finance.

Selain dari pengurutan resiko berdasarkan pecking order theory, penggunaan dana internal lebih disukai karena perusahaan tidak perlu mempublikasikan data keuangan perusahaan untuk memperoleh dana dari pihak luar. Perusahaan cenderung memilih untuk memperoleh sumber dana yang diperlukan tanpa melakukan publikasi terhadap pihak luar sebagai akibat penerbitan saham baru. Dana eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang daripada modal sendiri karena dua alasan. Husnan (2004 dalam Sarasati, 2013 : 20) menjelaskan bahwa “pertama adalah pertimbangan biaya emisi. Biaya emisi obligasi lebih murah dari biaya emisi saham baru, hal ini disebabkan karena penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham lama. Kedua, manajer khawatir penerbitan saham baru akan diartikan sebagai kabar buruk oleh pemodal dan membuat harga saham akan turun”.

Struktur modal perusahaan merupakan komposisi hutang dengan ekuitas. Dana yang berasal dari hutang mempunyai biaya modal dalam bentuk biaya bunga. Dana yang berasal dari ekuitas mempunyai biaya modal berupa dividen. Perusahaan akan memilih pendanaan yang paling menguntungkan di antara alternatif yang ada. Berdasarkan pendanaan atas pecking order theory, perusahaan cenderung memilih


(26)

pendanaan yang berasal dari internal daripada eksternal. Urutan penggunaan dana yang berasal dari pihak eksternal dimulai dari hutang, penerbitan ekuitas baru, dan laba ditahan. Cara pendanaan tersebut mengajukan teori tentang informasi asimetri manajemen perusahaan mengetahui lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan investor di pasar modal. Komposisi hutang dan ekuitas yang tidak optimal akan mengurangi profitabilitas perusahaan dan sebaliknya.

Pecking Order Theory mengenai struktur modal menurut Keown dkk. (2010 : 157) mempunyai empat poin penting yaitu:

a. Perusahaan menerapkan kebijakan dividen untuk kesempatan investasi.

b. Perusahaan lebih suka mendanai kesempatan investasi dengan dana yang sepenuhnya dari dalam dulu, lalu modal keuangan eksternal akan dicari.

c. Saat pendanaan eksternal dibutuhkan, pertama perusahaan akan memilih menerbitkan sekuritas hutang. Menerbitkan sekuritas jenis modal akan dilakukan terakhir.

d. Dengan demikian banyaknya dana eksternal untuk mendanai proyeknya dengan nilai sekarang atau pendekatan positif pecking order

akan diikuti. Ini berarti lebih menyukai hutang yang beresiko, artinya pada hutang konvertibel, modal preferen dan modal biasa sebagai pilihan terakhir.

c. Signaling Theory

Menurut Brigham dkk. (2001 dalam Pithaloka, 2009 : 14) “Signaling theory

adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan”.


(27)

menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara seperti penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang normal. Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan cenderung untuk menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat bahwa pihak manajemen perusahaan memandang prospek perusahaan tersebut kurang baik. Suatu perusahaan yang sering menawarkan penjualan saham baru akan membuat harga sahamnya menurun karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah.

d. Agency Theory

Agency theory muncul karena adanya pemisahan fungsi antara pemilik dengan pengelola, hal ini disebabkan kebutuhan modal perusahaan tidak dapat disediakan oleh satu pemilik. Teori perusahaan klasik tidak dapat dijadikan basis analisis. Teori perusahaan klasik menyatakan bahwa pemilik perusahaan merupakan seorang wiraswasta yang mengelola dan mendanai sendiri perusahaannya untuk menciptakan profit yang sebesar – besarnya. Perusahaan – perusahaan besar tidak dapat memenuhi kebutuhan modal dari satu pemilik. Perusahaan – perusahaan besar mengundang pihak lain untuk menanamkan modal pada perusahaan, hal ini akan berakibat pada pemisahan wewenang perusahaan, yaitu wewenang antara pemilik dan pengelola.

Pemilik atau pemegang saham ini disebut principal, sedangkan pengelola atau manajemen disebut agent. Dalam manajemen keuangan, salah satu tujuan utama


(28)

perusahaan adalah memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Para manajer yang diangkat oleh pemegang saham harus bertindak untuk kepentingan pemegang saham, tetapi sering kali terjadi konflik antara pemegang saham dengan pihak manajemen. Konflik ini disebabkan kepentingan pemegang saham dan manajer yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan manajer cenderung mengutamakan kepentingan pribadinya dibandingkan kepentingan pemegang saham. Pemegang saham tidak menyukai ambisi pribadi para manajer sehingga pemegang saham melakukan pengawasan yang dapat menyebabkan timbulnya tambahan biaya bagi perusahaan. Biaya yang muncul karena pengawasan tersebut dengan sendirinya akan menurunkan tingkat laba perusahaan. Biaya – biaya yang timbul ini disebut dengan biaya keagenan.

Wahidawati (2002 dalam Nugrahaini, 2012 : 23) menyatakan ada beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi agency cost yaitu:

1. Dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen, hal tersebut akan membuat manajer merasakan langsung akibat dari kebijakan yang dibuat. Kepemilikan oleh manajer ini akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang saham. Dengan demikian, kepemilikan oleh manajemen merupakan insentif bagi para manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan manajer akan memanfaatkan hutang secara maksimal 2. Dengan meningkatkan dividend payout ratio, hal ini akan

menurunkan tingkat free cash flow, sehingga manajemen akan mencari pendanaan dari luar untuk membiayai investasinya.

3. Meningkatkan pendanaan dengan hutang. Peningkatan hutang akan menurunkan besarnya konlik antara pemegang saham dengan manajemen. Di samping itu, hutang juga akan menurunkan tingkat


(29)

free cash flow yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan oleh manajemen.

4. Memperkerjakan investor institutional sebagai monitoring agent. Distribusi saham antara pemegang saham dari luar yaitu institutional investor dan shareholder dispersion dapat mengurangi agency cost. Kepemilikan mewakili satu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen. Adanya kepemilikan oleh institusi lain akan mendorong penigkatan pengawasan secara optimal terhadap kinerja manajemen.

e. Klasifikasi Hutang

Hutang dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu hutang lancar dan hutang tidak lancar. Hutang lancar adalah kewajiban – kewajiban yang penyelesaiannya harus dilakukan dengan penggunaan aset lancar atau pembentukan aset lainnya atau dapat diartikan sebagai kewajiban yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Hutang yang jatuh temponya lebih dari satu tahun diklasifikasikan sebagai hutang tidak lancar. Hutang lancar yang biasanya terdapat dalam perusahan adalah hutang dagang, hutang wesel, hutang gaji, hutang bunga, dan hutang pajak penghasilan.

Hutang tidak lancar terdiri dari hutang obligasi, hutang bank, dan sewa jangka panjang. Pendanaan perusahaan pada dasarnya terdapat dua sumber, yaitu berasal dari pemilik dan kreditur. Kebutuhan dana untuk tujuan jangka pendek didanai oleh hutang lancar. Kebutuhan dana yang bersifat permanen didanai dengan hutang tidak lancar. Menurut Djarwanto (2004:34), klasifikasi hutang dibagi menjadi dua yaitu:

1 ) Hutang jangka pendek

Hutang jangka pendek merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu yang normal,


(30)

umumnya satu tahun atau kurang semenjak neraca disusun, atau hutang yang jatuh temponya masuk siklus akuntansi yang sedang berjalan. Hutang jangka pendek meliputi:

a. Hutang dagang (Accounts payable) adalah semua pinjaman yang timbul karena pembelian barang-barang dagang atau jasa kredit.

b. Wesel bayar (Notes payable) adalah promes tertulis dari perusahaan untuk membayar sejumlah uang atas perintah pihak lain pada tanggal tertentu yang ditetapkan.

c. Penghasilan yang ditangguhkan (Deferred revenue) adalah penghasilan yang sebenarnya belum menjadi hak perusahaan. Pihak lain telah menyerahkan uang lebih dahulu menyerahkan uang kepada perusahaan sebelum perusahaan menyerahkan barang atau jasanya.

d. Kewajiban yang masih harus dipenuhi (Accrual payable) adalah kewajiban yang timbul karena jasa-jasa yang diberikan kepada perusahaan selama jangka waktu tertentu, tetapi pembayarannya belum dilakukan

e. Hutang jangka panjang yang telah jatuh tempo (Maturing long term debt) adalah sebagian atau seluruh hutang jangka panjang yang menjadi hutang jangka pendek karena sudah waktunya untuk dilunasi. 2 ) Hutang jangka panjang

Hutang jangka panjang merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu melebihi satu tahun. Yang termasuk hutang jangka panjang ialah:

a. Hutang hipotek (Mortgage note payable) adalah surat tanda berhutang dengan jangka waktu pembayaran yang melebihi satu tahun, di mana pembayarannya dijamin dengan aktiva tertentu misalnya bangunan, tanah, atau perabot.

b. Hutang obligasi (Bonds payable) adalah surat tanda berhutang yang dikeluarkan di bawah cap segel, yang berisi kesanggupan membayar pokok pinjaman pada tanggal jatuh temponya dan membayar bunganya secara teratur pada setiap interval waktu tertentu yang telah disepakati. c. Wesel bayar jangka panjang (Long term notes payable) adalah wesel

bayar dimana jangka waktu pembayarannya melebihi jangka waktu satu tahun atau melebihi jangka waktu operasi normal.


(31)

2.1.2 Struktur Aset

Struktur aset merupakan kombinasi dari penggunaan aset lancar dan aset tetap pada perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Perusahaan dengan aset yang dapat digunakan untuk jaminan lebih memilih untuk menggunakan hutang lebih banyak. Menurut Mamduh (2004 : 345), “besarnya aktiva tetap suatu perusahaan dapat menentukan besarnya penggunaan hutang. Perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar karena aktiva tersebut dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman”. Pendapat Mamduh tersebut berbeda dengan pendapat Mayangsari (2001 : 10) yang menyatakan “pada perusahaan yang sebagian modalnya tertanam dalam aktiva tetap, pemenuhan kebutuhan dana akan diutamakan dari modal sendiri sehingga modal asing hanya berfungsi sebagai pelengkap”. Penjelasan pendapat tersebut adalah penggunaan aset tetap akan menimbulkan adanya beban tetap yang berupa fixed cost. Suatu perusahaan yang memakai modal asing untuk membelanjai aset tetapnya akan membuat biaya tetap yang ditanggungnya besar.

2.1.3 Profitabilitas.

Profitabilitas menggambarkan kinerja operasional perusahaan dengan memberikan besar keuntungan yang mampu diraih perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aset untuk menghasilkan keuntungan bagi investor (Susilawati, 2012 : 180). Pengukuran profitabilitas dihubungkan dengan penjualan,


(32)

total aset, dan modal sendiri. Ketiga pengukuran tersebut memungkinkan seorang penganalisa untuk mengevaluasi tingkat pendapatan dalam hubungan dengan volume penjualan, jumlah aset, dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Akuntansi menggunakan prosedur penentuan laba atau rugi periodik dengan didasarkan pada pengaruh transaksi-transaksi yang sesungguhnya terjadi. Prosedur tersebut mengakibatkan timbulnya pendapatan dan biaya - biaya sebagai elemen yang membentuk laba atau rugi dalam suatu periode.

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada tingkat penjualan, aset, dan modal. Ada tiga rasio yang dapat digunakan dalam rasio profitabilitas, yaitu rasio net profit margin (NPM),

return on asset (ROA), dan return on equity (ROE). Net profit margin mengukur sejauh mana perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio NPM yang rendah dapat menunjukkan ketidakefisienan manajemen. Rasio ROA menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya. Rasio ROE menggambarkan tingkat pengembalian yang dihasilkan perusahaan bagi pemegang sahamnya. Dalam penelitian ini, rasio yang dipakai untuk profitabilitas adalah rasio ROA. Profitabilitas dalam penelitian ini merupakan variable independen. Semakin tinggi profit suatu perusahaan, semakin menurun hutangnya karena dana internal yang tersedia untuk mendanai investasinya bertambah.

Menurut Brigham dan Houston (2001 dalam Sarasati, 2013 : 24) “perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang


(33)

relative kecil”. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Keputusan struktur modal secara langsung berpengaruh terhadap besarnya risiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat pengembalian atau tingkat keuntungan yang diharapkan. Return on asset

menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor.

Profitabilitas diukur dengan rasio return on assets (ROA) dengan rumus: ROA= Laba

TotalAset

Rasio ini mempunyai arti besarnya laba yang diberikan terhadap modal yang dikeluarkan untuk mendapatkan laba tersebut.

2.1.4 Pertumbuhan Penjualan

Pertumbuhan merupakan indikator maju atau tidaknya suatu perusahaan. Suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan yang tinggi harus menyediakan modal yang cukup untuk pendanaan perusahaan. Perusahaan yang pertumbuhan pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang daripada perusahaan yang pertumbuhannya lambat.

Suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan yang tinggi harus menyediakan modal yang cukup untuk membelanjai perusahaan.Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi


(34)

mempunyai kecenderungan menggunakan hutang sebagai sumber dana eksternal dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah.

Menurut Brigham dan Houston (2001 dalam Sarasati, 2013 : 28) “perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil”. Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan penjualan merupakan tingkat stabilitas jumlah penjualan yang dilakukan oleh perusahaan untuk setiap periode tahun buku.

Penjualan memiliki pengaruh yang strategis bagi sebuah perusahaan karena penjualan yang dilakukan harus didukung dengan harta atau aset. Jika penjualan ditingkatkan, maka aset pun harus ditambah. Dengan mengetahui penjualan dari tahun sebelumnya, perusahaan dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada. Suatu perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah tidak membutuhkan pembiayaan eksternal, tetapi suatu perusahaan yang tumbuh dengan pesat memerlukan modal dari sumber eksternal. Semakin cepat tingkat pertumbuhan, semakin besar kebutuhan modal.

Studi yang dilakukan oleh Kaaro (2000) menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan mempunyai hubungan yang negatif dengan struktur modal. Teori ini bertentangan dengan teori yang dikemukakan Brigham (1983) yang menunjukkan hubungan pertumbuhan penjualan perusahaan mempunyai hubungan yang positif dengan struktur modal.


(35)

Formulasi pertumbuhan penjualan yaitu:

Pertumbuhan penjualan = Penjualant−Penjualant−1 Penjualant−1 Keterangan :

Penjualan t = Besar penjualan pada tahun ke t Penjualan t-1 = Besar penjualan pada tahun ke t-1

2.2Tinjauan Penelitian Terdahulu

1. Dwi Ratih Yuliningrum (2008)

Penelitian Yuliningrum berjudul “Pengaruh Faktor Profabilitas, Struktur Aset, Dan Kebijakan Dividen Terhadap Struktur Pendanaan Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah profitabilitas, struktur aset, dan kebijakan dividen. Variabel dependen adalah struktur pendanaan yang diwakili dengan debt to equity ratio. Hasil penelitian menunjukkan profitabilitas memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap debt to equity ratio. Struktur aset dan ratio pembayaran deviden secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap debt toequity ratio. Profitabilitas, struktur aset, dan rasio pembayaran deviden secara simultan mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap debt to equity ratio.

2. Eka Prasetya Harmoni (2009)

Penelitian dengan judul “Analisis Variabel Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar di BEI”. Variabel


(36)

independen pada penelitian ini adalah return on assets (ROA), return on common equity (ROE), earning per share (EPS), total assets turnover ratio (TATO). Variabel dependen pada penelitian ini adalah harga saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA, ROE, EPS, TATO tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham secara parsial. Pengujian membuktikan bahwa ROA, ROE, EPS, TATO secara simultan mempengaruhi harga saham.

3. Indahningrum & Handayani (2009)

Penelitian dengan judul “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow, Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang Perusahaan”. Sumber data berasal dari Bursa Efek Indonesia dengan sampel perusahaan manfaktur. Variabel dependennya adalah kebijakan hutang dengan ukuran debt ratio. Variabel independennya adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dividen, pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, dan free cash flow. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan instiusional, dividen, dan free cash flow berpengaruh positif dan signifikan dengan kebijakan hutang perusahaan. Pertumbuhan perusahaan dan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan.

4. Rizki Tampubulon (2009)

Penelitian dengan judul “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return

Saham Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di BEI”. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah earning per share (EPS), debt to equity ratio (DER), price to earning ratio (PER), return on investment (ROI), dan return on equity (ROE).


(37)

Variabel independen pada penelitian ini adalah return saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa earning per share, price to earning ratio, return on investment

berpengaruh signifikan terhadap return saham secara parsial. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa return on equity dan debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham secara parsial. Penelitian juga menunjukkan bahwa

earning per share, debt to equity ratio, price to earning ratio, return on investment , dan return on equity berpengaruh terhadap return saham secara simultan.

5. Christnova Hasugian (2010)

Penelitian Hasugian berjudul “Pengaruh Free Cash Flow Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah free cash flow

dan profitabilitas. Variabel dependen adalah debt to equity ratio (DER). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial free cash flow dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Free cash flow dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang secara simultan.

6. Ika Pratiwi Simbolon (2010)

Penelitian dengan judul “Analisis Hubungan Current Ratio, Debt To Total Assets, Dan Total Assets Turnover Dengan Return On Investment Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)”. Penelitian ini membuktikan bahwa current ratio

pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap return on investment. Debt to total assets memiliki hubungan positif dan tidak signifikan terhadap return on investment. Total assets turnover dan


(38)

return on investment pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) memiliki hubungan positif dan tidak signifikan terhadap return on investment.

7. Fitri Andika Sari (2011)

Penelitian dengan judul “Pengaruh Arus Kas Terhadap Likuiditas Pada Perkebunan Nusantara IV Medan”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah likuiditas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah arus kas yang dibagi menjadi arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arus kas investasi, arus kas operasi, dan arus kas pendanaan tidak mempengaruhi likuiditas secara parsial. Hasil penelitian juga menunjukkan arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan tidak mempengaruhi likuiditas secara simultan. Dari penelitian ini didapatkan angka R sebesar 0,465, hal ini menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara likuiditas dengan variabel independent sangat erat yaitu sebesar 46,5%. Angka R square atau koefisien determinasi sebesar 0,216. Angka ini mengindikasikan bahwa 21.6% variasi atau perubahan dalam likuiditas dapat dijelaskan oleh variasi variable aktivitas operasi, aktivitas investasi, aktivitas pendanaan.

8. Ivan Nugroho (2011)

Penelitian dengan judul “Analisis Kepemilikan Institusional, Profitabilitas Dan Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Utang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI 2006-2009”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan institusional, profitabilitas, dan free cash flow. Sementara variabel dependen adalah debt to equity ratio (DER). Hasil penelitian menunjukkan bahwa


(39)

kepemilikan institusional dan free cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang sedangkan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan institusional, profitabilitas, dan free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan hutang secara simultan.

9. Zera Selvira Hendrianti (2011)

Penelitian dengan judul “Pengujian Pecking Order Hypothesis Terhadap Perusahaan Pertanian Dan Pertambangan Yang Terdaftar Di BEI”. Variabel independen pada penelitian ini adalah capital expenditure, dividend payment, current investment, operating cash flow. Variabel dependen pada penelitian ini adalah perubahan hutang jangka panjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa capital expenditure, dividend payment, current investment, operating cash flow berpengaruh signifikan positif terhadap perubahan hutang jangka panjang.

10.Santika dan Sudiyanto (2011)

Penelitian dengan judul ”Menentukan Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Di Indonesia”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan penjualan, struktur aset, dan profitabilitas terhadap struktur modal. Variabel dependen adalah debt to equity ratio. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2006-2008. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan dan positif pada struktur modal. Struktur aset tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Variabel profitabilitas berpengaruh signifikan dan negatif terhadap struktur modal.


(40)

11.Hari Kusrini (2012)

Kusrini dengan judul penelitian “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Profitabilitas, dan Likuiditas Terhadap Kebijakan Utang Pada Perusahaan Manufaktur”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, risiko bisnis, profitabilitas, dan likuiditas. Variabel dependen adalah kebijakan hutang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan likuiditas berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kebijakan hutang sedangkan risiko bisnis dan profitabilitas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Ukuran perusahaan, risiko bisnis, profitabilitas, dan likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan utang secara simultan.

12. Hardiningsih & Oktaviani (2012)

Penelitian dengan judul jurnal “Determinan Kebijakan Hutang Dalam

Agency Theory Dan Pecking Order Theory Pada Perusahaan Manufaktur”. Tujuan dalam penelitian ini untuk menganalisis pengaruh variabel free cash flow, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, struktur aset perusahaan, retained earning

dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang. Variabel independen adalah

free cash flow, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, struktur aset perusahaan,

retained earning dan kepemilikan manajerial. Variabel dependen adalah debt to equity ratio. Sampel dalam penelitian ini adalah manufaktur perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2007-2011 dengan jumlah 135 sampel perusahaan manufaktur. Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap


(41)

kebijakan hutang. Variabel struktur aset perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Saldo laba ditahan berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Variabel free cash flow dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap hutang.

13.Sarsa Meta Nugrahaini (2012)

Penelitian dengan judul “Analasis Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan, Dan Manajerial Ownership Terhadap Struktur Modal Perusahan”. Penelitian ini mengambil perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2008-2010 sebagai sampel. Hasil analisis data atau hasil regresi menunjukkan bahwa profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan dan

manajerial ownership berpengaruh secara simultan terhadap struktur modal perusahaan sedangkan secara parsial variabel yang berpengaruh signifikan terhadap struktur modal adalah likuiditas dan ukuran perusahaan. Variabel profitabilitas,

manajerial ownership dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

14.Susilawati Dkk. (2012)

Penelitian dengan judul jurnal “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kebijakan Utang Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Periode sampel penelitian adalah perusahaan manufaktur tahun 2006-2010. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, institusional, kebijakan dividen, struktur aset, profitablilitas, free cash flow dan ukuran perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, institusional, kebijakan


(42)

dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Struktur aset, profitablilitas, free cash flow dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu No Nama, Tahun, dan Judul

Penelitian

Variabel Penelitian Hasil penelitian 1. Dwi Ratih Yuliningrum

(2008) “Pengaruh Faktor Profabilitas, Struktur Asset, Dan Kebijakan Dividen

Terhadap Struktur Pendanaan Pada Perusahaan

Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia” Variabel Independen: Profabilitas, Struktur Asset, Kebijakan Dividen Variabel Dependen: Struktur Pendanaan. Profitabilitas memiliki

pengaruh negatif dan signifikan terhadap debt to equity ratio. Strukur aset dan rasio pembayaran deviden secara parsial tidak signifikan terhadap debt to

equity ratio. Secara

simultan, profitabilitas, struktur asset dan rasio pembayaran deviden mempunyai pengaruh yang

signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap debt to equity ratio.

2. Eka Prasetya Harmoni (2009) “Analisis Pengaruh Variabel Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham

Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar

Di BEI”

Variabel Independen:

Return on Total Assets, Return on Equity, Earning per Share, Total Assets Turnover.

Variabel Dependen: Harga Saham

Return on total assets, return on equity, earning per share, total assets turnover secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa return on total assets, return on equity, earning per share, total assets turnover secara simultan mempengaruhi harga saham.


(43)

3. Indahningrum & Handayani

(2009) “Pengaruh Kepemilikan Manajerial,

Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow, Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang Perusahaan” Variabel Independen: Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan

Perusahaan, Free

Cash Flow, Dan

Profitabilitas.

Variabel dependen: Kebijakan Utang.

Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dividen, dan free cash flow

berpengaruh positif dan signifikan dengan pre- diksi utang perusahaan.

Pertumbuhan perusahaan

dan profitabilitas berpengaruh negatif dan

signifikan.

4. Rizki Tampubulon (2009)

“Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return

Saham Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar

Di BEI”.

Variabel independen:

Earning per Share

(EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Price to Earning Ratio (PER), Return on Investment

(ROI), dan Return on Equity (ROE)

Variabel dependen:

Return saham

Earning per share, price to earning ratio, return on investment berpengaruh signifikan terhadap return

saham secara parsial. Hasil

penelitian juga menunjukkan bahwa return

on equity dan debt to equity

ratio tidak berpengaruh

signifikan terhadap return

saham secara parsial.

Penelitian juga menunjukkan bahwa

earning per share, debt to equity ratio, price to earning ratio, return on investment , dan return on

equity secara simultan

berpengaruh terhadap return

saham. 5. Christnova Hasugian (2010)

“Pengaruh Free Cash Flow

Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan”

Variabel Independen:

Free Cash Flow dan Profabilitas,.

Variabel Dependen: Kebijakan Hutang.

Free cash flow dan

profitabilitas tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kebijakan hutang. Free cash flow dan profitabilitas juga tidak berpengaruh secara simultan terhadap kebijakan hutang.


(44)

6. Ika Pratiwi Simbolon (2010) “Analisis Hubungan Current Ratio, Debt To Total Assets,

Dan Total Assets Turnover

Dengan Return On

Investment Pada PT.

Perkebunan Nusantara III (Persero)”.

Variabel Independen:

Current Ratio, Debt To Total Assets, dan

Total Assets Turnover

Variabel Dependen:

Return On Investment

Current ratio pada PT. Perkebunan Nusantara III

(Persero) memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap return on investment. Debt to total

assets ratio pada PT.

Perkebunan Nusantara III

(Persero) memiliki hubungan positif dan tidak

signifikan terhadap return on investment. Total assets turnover memiliki hubungan positif dan tidak signifikan

terhadap return on

investment.

7. Ivan Nugroho (2010)

“Analisis Kepemilikan Institusional, Profitabilitas

Dan Free Cash Flow

Terhadap Kebijakan Utang

Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar

Di BEI.”

Variabel Independen: Kepemilikan

Institusional,

Profitabilitas, Free Cash Flow

Variabel Dependen: Kebijakan Utang

Kepemilikan Institu-sional dan free cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang peru-sahaan. Profitabilitas berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan.

8. Zera Selvira Hendrianti (2011) “Pengujian Pecking Order Hypothesis Terhadap Perusahaan Pertanian Dan

Pertambangan Yang Terdaftar di BEI”.

Variabel independen: Capital Expenditure,

Dividend Payment,

Current Investment,

Operating Cash Flow

Variabel dependen:

Perubahan Hutang Jangka Panjang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa capital

expenditure, dividend

payment, current

investment, operating cash flow berpengaruh signifikan positif terhadap perubahan hutang jangka panjang.


(45)

9. Santika dan Sudiyanto (2011) ”Menentukan Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Di Indonesia”.

Variabel Independen: Pertumbuhan Penjualan, Struktur Aktiva, dan Profitabilitas. Variabel Dependen: Struktur Modal. Pertumbuhan penjualan berpengaruh positif dan signifikan. Struktur aktiva

tidak berpengaruh signifikan. Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan.

10. Fitri Andika Sari (2012) “Pengaruh Arus Kas Terhadap Likuiditas Pada Perkebunan Nusantara IV Medan”.

Variabel independen: Arus Kas Operasi, Arus Kas Investasi, dan Arus Kas Pendanaan

Variabel dependen: Likuiditas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa arus

kas investasi, arus kas operasi, dan arus kas pendanaan secara parsial tidak mempengaruhi likuiditas. Hasil penelitian juga menunjukkan arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan

tidak mempengaruhi likuiditas secara simultan.

11. Hari Kusrini (2012) “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Profitabilitas, Dan Likuiditas Terhadap Kebija-kan Utang Pada Perusahaan Manufaktur.”

Variabel independen: Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Profitabilitas, dan Likuiditas.

Variabel dependen: Kebijakan Utang.

Ukuran perusahaan dan likuiditas berpengaruh signifikan negatif terhadap kebijakan utang, Risiko bisnis dan profitabilitas berpe-ngaruh negative tidak

signifikan terhadap kebijakan hutang. Ukuran

perusahaan, risiko bisnis, profita-bilitas, dan likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan hutang secara simultan.


(46)

12. Hardiningsih & Oktaviani (2012)

“Determinan Kebijakan Hutang Dalam Agency Theory Dan Pecking Order Theory Pada Perusahaan Manufaktur”

Variabel Independen:

Free cash flow, Profi-tabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Struktur Aset Perusahaan,

Retained Earning dan Kepemilikan Manajerial pada Hutang. Variabel Dependen: Kebijakan Hutang Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap

kebijakan hutang, pertumbuhan perusahaan

berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang, struktur

aset perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang, saldo laba

ditahan berpengaruh negatif

signifikan terhadap kebijakan hutang. Free cash

flow dan kepemilikan

manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.

13. Sarsa Meta Nugrahaini

(2012) “Analasis

Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan, Dan

Manajerial Ownership

Terhadap Struktur Modal Perusahan”. Variabel Independen: Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan, Manajerial Ownership. Variabel Dependen: Struktur Modal

Hasil analisis data atau hasil regresi menunjukkan bahwa profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan dan

manajerial ownership

berpengaruh secara simultan terhadap struktur modal perusahaan sedangkan secara parsial variabel yang berpengaruh signifikan terhadap struktur modal adalah likuiditas dan ukuran

perusahaan. Variabel profitabilitas, manajerial

ownership dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.


(47)

14. Susilawati Dkk. (2012) “Faktor - Faktor Yang Memengaruhi Kebijakan Utang Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”

Variabel Independen: Kepemilikan

Manajerial, Kepemilikan Institusional,

Kebijakan Dividen, Struktur Aset, Profitabilitas, Ukuran

Perusahaan, dan Free Cash Flow.

Variabel Dependen: Kebijakan Utang

Kepemilikan manajerial, institusional, kebijakan dividen, dan struktur aset tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang, Profitabilitas, free cash flow

dan ukuran perusahaan ber-pengaruh signifikan ter-hadap kebijakan hutang.

Sumber: diolah oleh peneliti

2.3Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan cara bagaimana variabel dalam suatu permasalahan dihubungkan sehingga didapatkan gambaran mengenai penelitian yang akan mempermudah peneliti dalam memecahkan masalah. Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel independen yaitu struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan. Variabel independen ini akan diuji kebenarannya terhadap variabel dependen yaitu kebijakan hutang yang diwakili dengan debt to equity ratio (DER).


(48)

Kerangka konseptual untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kebijakan hutang merupakan keputusan yang sangat penting dalam perusahaan. Kebijakan hutang menunjukkan proporsi penggunaan hutang dengan modal sendiri pada perusahaan. Kebijakan hutang merupakan kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan. Sumber dana perusahaan berasal dari sumber dana internal dan sumber dana eksternal. Sumber dana internal berasal dari arus kas perusahaan sedangkan sumber dana eksternal diperoleh dari kreditor dalam bentuk hutang dan dari ekuitas pemegang saham. Proporsi hutang yang relatif kecil mengindikasikan bahwa perusahaan cenderung lebih memilih pendanaan melalui penerbitan saham dan

H4 Struktur Aset (X1)

Profitabilitas (X2)

Pertumbuhan Penjualan (X3)

Kebijakan Hutang

(Y) H1

H2

H3


(49)

penggunaan laba ditahan dibandingkan dengan melakukan pinjaman atau hutang agar perusahaan dapat terhindar dari beban hutang yang tinggi

Kebijakan hutang perusahaan juga berfungsi sebagai mekanisme kontrol terhadap tindakan manajer yang dilakukan dalam pengelolaan perusahaan. Hutang merupakan suatu mekanisme yang bisa digunakan untuk mengurangi atau mengontrol konflik keagenan. Perusahaan harus melakukan pembayaran periodik atas bunga dan

principal. Pembayaran atas bunga dan principal mengurangi keinginan manajer untuk menggunakan aliran kas bebas. Pemegang saham menginginkan aliran kas bebas tersebut dibagikan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka sedangkan manajer berkeinginan menggunakan kelebihan dana yang ada untuk investasi pada proyek-proyek yang menguntungkan karena pada masa yang akan datang akan menambah insentif bagi manajer.

Para manajer mempunyai kecenderungan untuk menggunakan kelebihan keuntungan untuk konsumsi dan perilaku opportunistik yang lain karena mereka menerima manfaat yang penuh dari kegiatan tersebut. Hutang dapat digunakan untuk mengendalikan penggunaan aliran kas bebas. Hutang dapat dipakai untuk menghindari investasi yang sia - sia karena hutang yang meningkat menyebabkan manajer harus menyisihkan dana yang lebih besar untuk membayar bunga dan pinjaman pokok secara periodik sehingga aliran kas bebas yang tersisa menjadi kecil. Struktur aset merupakan kombinasi dari penggunaan aset lancar dan aset tetap pada perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Perusahaan dengan aset yang dapat digunakan untuk jaminan lebih memilih untuk menggunakan hutang lebih


(50)

banyak. Struktur aset mempengaruhi sumber-sumber pembiayaan dengan beberapa cara. Perusahaan yang mempunyai aset tetap yang signifikan akan banyak menggunakan hutang hipotik jangka panjang dalam pendanaannya. Dengan demikian, struktur aset mempengaruhi kebijakan hutang secara tidak langsung. Pendanaan dengan hutang dapat diklasifikasikan sebagai eksternal finance. Pendanaan eksternal kurang disukai karena menimbulkan beban tetap berupa bunga yang akan mempengaruhi tingkat leverage perusahaan. Perusahaan yang mempunyai modal yang memadai dalam pendanaannya akan lebih memilih pendanaan secara internal. Pemenuhan hutang dengan modal sendiri sesuai dengan pecking order theory yang menyatakan perusahaan memakai modal internal sebelum memakai modal eksternal.

Profitabilitas adalah bagian yang mencerminkan kemampuan dari perusahaan untuk menghasilkan laba. Profitabilitas mencerminkan kinerja perusahaan pada periode tertentu. Profitabilitas diukur dengan membandingkan laba yang diperoleh perusahaan dengan sejumlah perkiraan yang menjadi tolak ukur keberhasilan perusahaan seperti jumlah aset perusahaan atau penjualan investasi. Profitabilitas memiliki pengaruh yang berbanding terbalik dengan kebijakan hutang karena perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi akan menggunakan hutang yang relatif kecil, hal ini disebabkan perusahaan telah memperoleh dana untuk pembiayaan melalui laba ditahan.

Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara


(51)

internal. Perusahaan dengan profitabiitas yang rendah lebih memilih untuk memakai hutang untuk pendanaan. Kebijakan hutang dipengaruhi profitabilitas karena profitabilitas akan merefleksikan laba yang akan digunakan untuk pendanaan investasi. Keputusan kebijakan hutang secara langsung berpengaruh terhadap besarnya risiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat pengembalian atau tingkat keuntungan yang diharapkan. Profitabilitas dapat diukur dengan berbagai rasio seperti return on investment, return on total assets, net interest margin, dan return on equity. Peneliti memakai ratio return on total assets karena ratio tersebut menunjukkan hubungan antara profitabilitas dengan efisiensi penggunaan aset.

Penjualan yang relatif stabil dan selalu meningkat pada sebuah perusahaan memberikan kemudahan dari perusahaan tersebut untuk memperoleh aliran dana eksternal atau hutang untuk meningkatkan operasionalnya. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi mempunyai kecenderungan menggunakan hutang sebagai sumber dana eksternal dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah. Jika pertumbuhan penjualan meningkat setiap tahun, maka kreditor akan lebih percaya akan kemampuan perusahaan sehingga perusahaan bisa mendapatkan dana lebih banyak untuk operasional perusahaan. Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.


(52)

Suatu perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah tidak membutuhkan hutang sebagai pembiayaan eksternal, tetapi suatu perusahaan yang tumbuh dengan pesat memerlukan modal dari sumber eksternal. Semakin cepat tingkat pertumbuhan, semakin besar kebutuhan modal.

2.3.2 Hipotesis Penelitian.

Hipotesis adalah pernyataan yang didefinisikan dengan baik mengenai karakteristik populasi. Ada dua macam hipotesis yang digunakan dalam penelitian yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Hipotesis nol merupakan hipotesis yang diterima, kecuali bahwa data yang yang kita kumpulkan salah. Hipotesis alternatif merupakan hipotesis yang diterima hanya jika data yang kita kumpulkan mendukungnya. Menurut Erlina (2011 : 42), “hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau di uji kebenarannya mengenai struktur atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena”.

Landasan teori menjelaskan beberapa pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis pengaruh masing - masing variabel independen terhadap variabel dependen memberikan hipotesis yang diduga menjadi kesimpulan penelitian. Menurut Idrus (2009 : 53), “hipotesis memiliki makna simpulan yang sifatnya masih rendah. Secara singkat hipotesis dapat dinyatakan sebagai simpulan sementara penelitian”. Hipotesis diajukan berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teoritis.


(53)

Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

H1 : Struktur Asetberpengaruh secara parsial terhadap kebijakan hutang. H2 : Profitabilitas berpengaruh secara parsial terhadap kebijakan hutang. H3 : Pertumbuhan Penjualan berpengaruh secara parsial terhadap kebijakan

hutang.

H4 : Struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan berpengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap kebijakan hutang.


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian.

Desain penelitian yang dipakai penulis dalam penelitian ini adalah desain asosiatif kausal. Menurut Harahap (2010 : 154) “desain asosiatif kausal adalah desain yang dirumuskan untuk memberikan jawaban pada permasalahan yang bersifat hubungan atau pengaruh yang menyatakan hubungan bersifat sebab dan akibat antara dua variable atau lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu gejala”. Data yang diperoleh penulis merupakan data sekunder. Menurut Erlina (2011 : 22) “data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data“. Data sekunder yang didapatkan selama proses penelitian akan diolah, dianalisis, dan diproses untuk dipakai pada perhitungan penelitian. Metode penelitian dirancang melalui langkah – langkah penelitian dari penentuan sampel, metode pengumpulan data, operasional variable, pengukuran variable, sampai analisis data melalui statistik untuk mendapatkan kesimpulan dan saran.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian.

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah semua perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data populasi didapatkan penulis melalui website resmi Bursa Efek Indonesia, Teknik pengambilan


(55)

data dilakukan dengan cara purposive sampling. Menurut Erlina (2011 : 88) “purposive sampling adalah pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan pertimbangan atau berdasarkan kuota tertentu”. Perusahaan yang dipilih menjadi sampel penelitian adalah perusahaan yang memenuhi kriteria berikut :

1. Perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI serta mempublikasikan laporan keuangan tahun 2010, 2011, dan 2012.

2. Perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI serta mendapat laba berturut-turut pada tahun 2010, 2011, dan 2012.

Kriteria tersebut disajikan dalam tabel berikut untuk mengklasifikasikan jumlah sampel yang akan dipakai dalam penelitian:

Tabel 3.1 Kriteria Perusahaan Yang Dijadikan Sampel.

Keterangan Jumlah

• Total perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI

• Perusahaan perkebunan yang tidak mengeluarkan laporan keuangan berturut-turut untuk tahun 2010-2012

• Perusahaan perkebunan yang tidak mendapat laba berturut-turut untuk tahun 2010-2012

• Jumlah perusahaan yang disajikan sampel

15 (6)

(1)


(56)

Berikut adalah daftar perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria: Tabel 3.2 Perusahaan perkebunan yang memenuhi kriteria

No Kode Perusahaan Nama Perusahaan Sampel

1 AALI PT Astra Agro Lestari Tbk S1

2 BWPT PT BW Plantation Tbk S2

3 GZCO PT Gozco Plantation Tbk S3

4 JAWA PT Jaya Agra Wattie Tbk S4

5 LSIP PT PP London Sumatera Indonesia Tbk S5

6 SGRO PT Sampoerna Agro Tbk S6

7 SMAR PT Sinar Mas Agro Resource and Technology Tbk S7

8 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk S8

3.3 Sumber dan Jenis Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan yang telah dipublikasikan di BEI. Data dari laporan keuangan yang diambil berupa informasi tentang struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan.

3.4 Definisi Operasional

Variabel yang dipakai didefinisikan melalui tabel berikut: Tabel 3.3 Definisi Operasional

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala

Struktur Aset Penentuan berapa

besar alokasi untuk masing – masing komponen aset, baik dalam aset lancar

Jumlah aset tetap dibagi jumlah seluruh aset perusahaan dikali 100%.


(57)

maupun dalam aset tetap.

Profitabilitas Kemampuan perusa-haan untuk mem-peroleh laba dari kegiatan bisnis yang dilakukannya

Jumlah laba atau rugi bersih dibagi dengan total aset dikali 100%.

Rasio

Pertumbuhan Penjualan

Kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu.

Perbandingan penjualan pada tahun ke t setelah dikurangi

penjualan pada periode

sebelumnya (t-1) terhadap penjualan pada periode sebelumnya dikali 100%

Rasio

Kebijakan Hutang.

Suatu kebijakan yang membahas mengenai sumber dana yang akan

digunakan untuk membiayai suatu investasi

yang sudah dianggap layak.

Perbandingan jumlah utang terhadap ekuitas dikali 100%


(58)

3.5 Pengukuran Variabel 3.5.1 Variabel Dependen

Variabel dependen menurut Erlina (2011 : 36) adalah “variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel sebab atau variabel bebas”. Variabel dependen dalam penelitian adalah kebijakan hutang yang dinilai dengan debt to equity ratio (DER). Data untuk menghitung variabel dependen diperoleh dari laporan keuangan perkebunan yang memenuhi kriteria. Rumus matematis untuk menghitung variabel ini adalah:

Debt to Equity =TotalHutang TotalEkuitas. 3.5.2 Variabel Independen

Variabel independen menurut Erlina (2011 : 37) adalah “variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen atau variabel yang menyebabkan terjadinya variasi bagi variabel tak bebas dan mempunyai hubungan yang positif atau negatif bagi variabel dependen lainnya”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan.

a. Struktur aset.

Struktur aset adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing – masing komponen aset, baik dalam aset lancar maupun dalam aset tetap. Data dari struktur aktiva diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang menjadi sampel. Rumus struktur aset sebagai berikut:


(59)

Struktur aktiva =Asettetap TotalAset b. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari kegiatan bisnis yang dilakukannya. Data dari profitabilitas diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang menjadi sampel. Rumus untuk menghitung rasio ini adalah:

Profitabilitas = Laba Totalaset

c. Pertumbuhan Penjualan

Pertumbuhan penjualan merupakan kenaikan jumlah penjualan dari waktu ke waktu. Data dari pertumbuhan penjualan diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang menjadi sampel. Rumus untuk menghitung rasio ini adalah:

Pertumbuhan penjualan = Penjualant−Penjualant−1 Penjualant−1

3.6 Metode Analisis Data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan metode analisa kuantitatif yaitu dengan mengumpulkan, mengolah, dan menginterpretasikan data yang diperoleh sehingga memberi keterangan yang benar dan lengkap untuk pemecahan masalah yang dihadapi. Metode perhitungan data dalam penelitian ini memakai rumus statistik


(60)

dengan bantuan software SPSS for windowv.21. Ada dua jenis pengujian yang dapat dipakai dalam penelitian ini, yaitu uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis.

3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Erlina, 2011 : 101). Cara yang digunakan untuk mendeteksi apakah residual mengikuti distribusi normal atau tidak adalah dengan analisis grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal atau grafik histogram menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, demikian sebaliknya. Dasar pengambilan keputusan dalam melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik normal probability plot menurut Ghozali (2005 dalam Sarasati 2013: 58) adalah :

1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Cara yang lain adalah dengan memakai uji statistik Kolmogrov-Smirnov yang disingkat K-S. Uji K-S dibuat dengan membuat hipotesis :

Ho : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal


(61)

Bila sig > 0,05 dengan α = 5%, berarti distribusi data normal ( Ho diterima), sebaliknya bila sig < 0,05 dengan α = 5%, berarti distribusi data tidak normal (Ha diterima).

Distribusi yang tidak memenuhi asumsi normalitas dapat diubah menjadi distribusi normal dengan cara sebagai berikut :

a. Transformasi data

Transformasi data dapat dilakukan dengan logaritma natural (ln), log 10, maupun akar kuadrat. Jika ada data yang bernilai negatif, maka transformasi data dengan log akan menghilangkannya sehingga sampel ( n ) akan berkurang.

b. Trimming

Trimming adalah membuang atau memangkas observasi yang bersifat outlier, yaitu yang nilainya lebih kecil dari μ-2σ atau lebih besar dari μ+2σ. Metode ini juga akan mengecilkan sampelnya.

c. Winzorising

Winzorising mengubah nilai - nilai outliers menjadi nilai - nilai minimum atau nilai - nilai maksimum yang diizinkan supaya distribusi menjadi normal. Nilai–nilai observasi yang lebih kecil dari μ-2σ akan diubah nilainya menjadi μ-2σ dan nilai – nilai yang lebih besar dari μ+2σ akan diubah menjadi μ+2σ.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak


(62)

terjadi korelasi di antara variabel-variabel independen (Erlina, 2011 : 103). Menurut Ghozali (2005 dalam Sarasati, 2013 : 60) “suatu model dikatakan bebas dari multikolinearitas jika nilai koefisien korelasinya kurang dari |0,90| dan atau memiliki nilai tolerance yang tidak kurang dari 0,10 dan memiliki nilai VIF (Variance Inflation Factor) yang kurang dari 10 “.

Jika ada korelasi tinggi diantara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu. Menurut Sunjoyo dkk., (2013 : 65) ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas, di antaranya:

a. Menganalisis matrik korelasi variabel – variabel independen, jika diantara variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas.

b. Multikolonieritas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan lawannya serta variance inflation factor (VIF), nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10

Menurut Ghozali (2005 dalam Sarasati, 2013 : 60-61) beberapa cara mengatasi multikolinearitas, yaitu :

1. Menggabungkan data cross section dan time series (polling data)

2. Mengeluarkan satu atau lebih variabel independen yang memiliki korelasi tinggi dengan model regresi dan diidentifikasikan dengan variabel lain untuk membantu prediksi.

3. Transformasi variabel dalam bentuk log natural dan bentuk first difference atau delta.

4. Menggunakan model dengan variabel independen yang mempunyai korelasi tinggi hanya semata-mata untuk memprediksi (dengan tidak menginterpretasi koefisien regresi).

5. Menggunakan metode analisis yang lebih canggih seperti baynessian regression atau dalam kasus khusus ridge regression.


(63)

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pada heteroskedastisitas kesalahan yang terjadi tidak random (acak), tetapi menunjukkan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homokesdastisitas (Sunjoyo dkk., 2013 : 69). Ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik Scaterplot antara nilai prediksi variabel independen dengan nilai residualnya. Dasar yang digunakan untuk menentukan heteroskedastisitas antara lain:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik – titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian mnenyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik – titik yang menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Terdapat beberapa teknik untuk memperbaiki terjadinya heteroskedastisitas pada model regresi, antara lain :

1. Melakukan transformasi dalam bentuk model regresi dengan membagi model regresi dengan salah satu variabel independen yang digunakan dalam model tersebut.

2. Melakukan transformasi logaritma sehingga model persamaan regresi menjadi Log Y = bo + bi log Xi


(1)

Lampiran 11

Tabel Hasil Uji Multikolinearitas Sesudah Normalisasi Data.

Model Unstandardized Coefficients Standard ized Coefficie nts

t Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta

Tolera

nce VIF

1 (Constant) -2.117 1.283

-1.650

.115

Struktur Aset -.915 1.334 -.139 -.685 .501 .886 1.129 Profitabilitas -.880 .352 -.516

-2.498

.021 .858 1.165

Pertumbuhan Penjualan

1.587 1.041 .325 1.524 .143 .806 1.241 Tabel Hasil Uji Multikolinearitas Sebelum Normalisasi Data.

Model Unstandardized Coefficients Standard ized Coefficie nts

t Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta

Tolera

nce VIF 1 (Constant) 1.834 .644 2.850 .010

Struktur aset -.480 .770 -.114 -.623 .540 .894 1.118 Profitabilitas -6.010 1.644 -.655

-3.656

.002 .929 1.076

Pertumbuhan Penjualan


(2)

Gambar Grafik Uji Heterokedastisitas Sebelum Normalisasi Data.


(3)

(4)

Tabel Hasil Uji Autokorelasi Sebelum Normalisasi Data Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .636a .404 .315 .51318 2.089

s

Lampiran 15

Tabel Hasil Uji Autokorelasi Sesudah Normalisasi Data

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .518a .268 .158 .41521 1.851

Lampiran 16

Tabel Hasil Uji T Sesudah Normalisasi Data.

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -2.117 1.283 -1.650 .115

Struktur Aset -.915 1.334 -.139 -.685 .501 .886 1.129

Profitabilitas -.880 .352 -.516 -2.498 .021 .858 1.165

Pertumbuhan Penjualan

1.587 1.041 .325 1.524 .143 .806 1.241


(5)

Tabel Hasil Uji F ANOVA Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 5.743 3 1.914 2.443 .094a

Residual 15.672 20 .784


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Dividen, Struktur Aset, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 78 74

Pengaruh Dividen, Struktur Aset, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Hutang a. Kebijakan Hutang. - Pengaruh Struktur Aset, Profitabilitas, Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 31

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. - Pengaruh Struktur Aset, Profitabilitas, Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

Pengaruh Struktur Aset, Profitabilitas, Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

PENGARUH STRUKTUR ASET, PERTUMBUHAN PENJUALAN, UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ARTIKEL ILMIAH

0 12 17

PENGARUH STRUKTUR ASET, PERTUMBUHAN PENJUALAN, UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 2 18

Pengaruh profitabilitas , likuiditas, pertumbuhan penjualan dan struktur aset terhadap struktur Modal pada perusahaan manufaktur yang Terdaftar di bursa efek indonesia - Perbanas Institutional Repository

1 2 18

PENGARUH INVESTASI, LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, OPERATING LEVERAGE, KEBIJAKAN DIVIDEN, STRUKTUR ASET, UKURAN PERUSAHAAN DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tah

0 2 33

PENGARUH STRUKTUR ASET, PROFITABILITAS, RISIKO BISNIS, FREE CASH FLOW, PERTUMBUHAN PENJUALAN, UKURAN PERUSAHAAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2016)

0 0 16