ANALISIS FAKTOR PENGGERAK KINERJA RANTAI

ANALISIS FAKTOR PENGGERAK KINERJA RANTAI PASOK DALAM MENCAPAI
STRATEGIC FIT (STUDI KASUS PT INTEGRA CITRA SOLUSI)

Muhamad Diaz Aprianda1, Tri Buono Asto Nugroho2, Rr. Rieka F. Hutami, SMb, MM3
1,3
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Telkom, Bandung
2Kementerian Komunikasi dan Informatika, Republik Indonesia
1
diazapr@gmail.com, 2tribuonoasto@gmail.com, 3rieka.hutami@gmail.com
Abstrak
Dewasa ini persaingan akan bisnis pada penyedia layanan internet (Internet Service Provider) sangatlah ketat.
Salah satu penyedian layan ISP yang bersaing pada industri ini adalah PT.Integra Citra Solusi. Untuk
memenangkan persaingan didalam pasar dibutuhkan pencapaian strategic fit. Selain tercapainya strateic fit
perusahaan diharuskan untuk menganalisis supply chain driver yang dijalankan dan mungkin yang akan terjadi.
Driver yang harus dianalisis oleh perusahaan meliputi facilities, inventory, treansportation, information,
pricing, dan sourcing. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahaui strategi apa yang digunakan oleh
perusahaan dalam tercapainya strategic fit melalui pendektaan dari supply chain driver and obstacles. Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan
cara wawancara tak terstruktur dan dokumentasi. Hasil penelitian ini mengatakan bahwa PT.Integra Citra Solusi
menggunakan strategi responsivness dalam memenuhi permintaan pasar melalui pendekatan ke-enam driver
sebagai acuan pengumpulan data.

Kata kunci: Supply Chain Management, Strategic Fit, Supply Chain Driver(Facilities, Inventory,
Information, Transportation, Sourcing, Pricing), PT Integra Citra Solusi
Abstract
Keywords: Supply Chain Management, Strategic Fit, SME, Driver and Obstacles (Facilities, Inventory,
Information, Transportation, Sourcing, Pricing), PT Integra Citra Solusi
1.

Pendahuluan
Saat ini internet menjadi sumber informasi yang paling banyak digunakan untuk mencari informasi yang
dibutuhkan, tak terkecuali digunakan oleh mahasiswa. Penggunaan internet untuk memenuhi kebutuhan sebagai
sumber informasi dikarenakan mudah, cepat, dan akurat. Melalui internet mahasiswa dapat mengakses berbagai
informasi dan ilmu pengetahuan sesuai dengan kebutuhan yang relevan sesuai dengan kepentingan akademik
mereka. Kebutuhan informasi mencerminkan adanya persyaratan yang harus dipenuhi dalam melaksanakan
tugas tertentu. Hal inilah yang menyebabkan mengapa perilaku informasi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
informasi, karena pada dasarnya kebutuhan informasi ini digunakan untuk proses penyelesaian tugas.
Dalam dunia bisnis saat ini persaingan antara perusahaan semakin ketat dalam memenuhi kebutuhan
pelanggan, terutama pada bisnis Internet Service Provider (ISP) dimana hampir semua memiliki kesamaan
dalam jasanya. Pada perusahaan yang bergerak dalam industi ISP seperti PT. Integra Citra Solusi atau Nethost,
pencapaian strategic fit merupakan hal penting untuk dalam bersaing denagan para kompetitornya. Nethost
merupakan ISP yang menjangkau daerah sekitaran Universitas Telkom dimana pelanggan utamanya adalah

mahasiswa. Nethost memiliki berbagai macam pilihan paket internet yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan
mahasiswa. Ketatnya persaingan didalam indusstri memaksa perusahaan untuk memberikan pembeda secara
signifikan agar dapat menarik pelanggan. Salah satu yang menjadikan perbedaan antar perusahaan dalam
memenuhi kebutuhan pelanggan adalah Suplly Chain Management (SCM) yang menerapkan strategic fit.
Pujawan (2005) menyatakan bahwa salah satu aspek penting dan fundamental dalam supply chain
management (SCM) adalah manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan. Untuk menciptakan
manajemen kinerja yang efektif diperlukan sistem pengukuran yang mampu mengevaluasi kinerja rantai pasok
secara holistik. Salah satu area yang paling sulit dalam seleksi pengukuran kinerja rantai pasok ialah
pengembangan sistem pengukuran kinerjanya. Selain itu Pujawan (2005) menyatakan bahwa salah satu aspek
penting dan fundamental dalam manajemen rantai pasok adalah manajemen kinerja dan perbaikan secara
berkelanjutan. Untuk menciptakan manajemen kinerja yang efektif diperlukan sistem pengukuran yang mampu
mengevaluasi kinerja rantai pasok secara holistik. Salah satu area yang paling sulit dalam seleksi pengukuran
kinerja rantai pasok ialah pengembangan sistem pengukuran kinerjanya (Widayanto, 2013).

Pujawan (2005) mengajukan ukuran kinerja berupa pemilihan strategi supply chain yaitu responsif atau
efisien. Strategi tersebut haruslah tercermin pada kebijakan atau keputusan taktis rantai pasok. Yaitu kebijakan
mengenai lokasi fasilitas akan didirikan, bagaimana cara mengelola sistem produksi, bagaimana kebijakan
tentang persediaan dan transportasi, supplier yang seperti apa yang akan dipilih, dan kebijakan mengenai
pengembangan produk. Sistem tersebut juga dikembangkan oleh Chopra dan Meindl (2013:53) dengan
menguraikan secara lebih rinci terhadap enam penggerak (drivers) kinerja rantai pasok. Menurut Chopra dan

Meindl (2013:53) penggerak kinerja rantai pasok terdiri dari fasilitas, persediaan, transportasi, sourcing,
informasi, dan harga yang keenamnya ditentukan berdasarkan strategi dalam menjaga keseimbangan antara
responsivitas dan efisiensi rantai pasok. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa strategic fit adalah pertemuan antara
competitive advantage dengan supply chain stratgegy. Competitive adventage adalah mendefinisikan target
kebutuhan pelanggan dan pasar sedangkan supply chain strategy adalah menentukan cara pemenuhan
pengadaan bahan dalam membuat produk, kebutuhan transportasi, dan mementukan distribusi produk sehinggan
pentingnya strategic fit didalam perusahaan adalah bagaimana perusahaan menyesuaikan kebutuhan bahan
produksi yang dibutuhkan atas memenuhi keinginan pelanggan dilihat dari strategi pengadaan dari sumber daya
yang ada. Beberapa faktor yang mendukung pencapaian strategic fit didalam perusahan adalah facilities,
inventory, dan transportation. Dari ketiga factor tersebut, perusahaan dapat menerapkan strategic fit yang tepat
dalam memenuhi kebutuhan pelanggan baik secara efficient atau responsiveness (Chopra dan Meindl, 2013).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengidentifikasi faktor-faktor penggerak
atau yang disebut dengan driver kinerja rantai pasok dari Nethost ditinjau dari aspek strategic fit yang
dijalankan. Untuk itu penulis melakukan penelitian dengan judul: “ANALISIS FAKTOR PENGGERAK
KINERJA RANTAI PASOK DALAM MENCAPAI STRATEGIC FIT (STUDI KASUS PT INTEGRA
CITRA SOLUSI)”.
2.

Landasan Teori /Material dan Metodologi/Perancangan
2.1. Supply Chain Management

Supply chain dapat diartikan sekumpulan dari tiga atau lebih entitas organisasi maupun individu
yang langsung berhubungan pada Upstream dan Downstream dari proses produksi, jasa, keuangan, daj
juga informasi yang didapat dari pelanggan (Mentzer et al, 2001) sedangkan menurut tokoh lain supply
chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan secara bersama dalam menciptakan dan menghantarkan
produk ke tangan pemakai terakhir. Perusahaan yang terkait diantaranya supplier, pabrik, distributor,
toko atau ritel, dan perusahaan-perusahaan pendukung seperti jasa logistik. Fungsi oprasi yang ada di
dalam perusahaan dipersatukan bersama dan biasa dari organisasi perusahaan yang berbeda (I Nyoman
Pujawan, 2010).
Supply Chain Management (SCM) merupakan sebuah koordinasi strategis yang berhubungan dari
fungsi bisnis tradisional dan taktik yang digunakan diberbagai fungsi bisnis dalam perusahaan tertentu
dan supply chain di bisnis yang bertujuan untuk meningkatkan performa jangka panjang baik didalam
perusahaan itu sendiri mapun keseluruhan (Mentzer et al, 2001) sedangkan menurut pendapat ahli lain
supply chain management adalah integrasi aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan
menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan (Heizer dan Render,
2008). Supply Chain Management bertujuan untuk menyeragamkan fungsi-fungsi didalam perusahaan
dan seluruh supplier dalam rantai pasok untuk ketepatan aliran material jasa dan informasi yang
dibutuhkan oleh pelanggan. SCM mempunyai maksud strategis karena sistem pemasok dapat
digunakan dalam meningkatkan kemampuan kompetitif (Krajewski dan Ritsman, 1999).
2.2. Strategic Fit
Strategic fit adalah adanya kesamaan tujuan antara competitive advantage dan supply chain

strategies, hal ini menunjukan adanya konsistensi antara prioritas untuk memuaskan pelanggan dengan
kapabilitas supply chain yang sesuai dengan target supply chain strategies yang di bangun (Choppra,
2007).
Untuk mencapai strategic fit menurut chopra ada tiga langkah dasar yaitu:
1.) Understanding the Customer and Supply chain Uncertainity
Perusahaan harus mengerti kebutuhan pelanggan yang menjadi target segmentasinya dan
ketidakpastian supply chain untuk memuaskan kebutuhan pelanggan. Hal ini membutuhkan
perusahaan membuat cost yang disanggupi dan kebutuhan pelayanan yang diberikanketidak
pastian supply chain membantu perusahaan dalam mengidentifikasi ketidak pastian
permintaaan, gangguan dan juga waktu delay yang dibutuhkan supply chain untuk persiapkan.
2.) Understanding the Supply Chain Capabilities
Setelah memahami ketidakpastian yang perusahaan alami menciptakan strategic fit
merupakan membangun strategi supply chain yang terbaik dalam memenuhi kebutuhan
permintaan yang perusahaan targetkan.
3.) Achieving Strategic Fit

Tahap terakhir dalam mencapai strategic fot adalah dengan memastikan supply chain
responsiveness konsisten dengan ketidak pastian yang ada seperti permintaan dan supply
chain. Tujuannya adalah untuk dengan memberikan responsiveness yang tinggi untuk supply
chain yang memiliki tingkat ketidakpastian tinggi, dan efficiency untuk tingkat ketidakpastian

yang rendah.
Selain itu menurut Widayanto (2013:59) terdapat dua konsep utama model kinerja rantai pasok
dalam mencapai strategic fit yaitu efisiensi dan responsivitas. Masing-masing memiliki karakteristik
yang berbeda sesuai dengan kondisi yang dihadapi oleh perusahaan.
1.
Efisiensi Rantai Pasok
Menurut Ravindran dan Warsing dalam Widayanto (2013:60), kerangka konsep rantai pasok
yang efisien lebih fokus pada minimalisasi biaya, yaitu rantai pasok yang membutuhkan biaya
input lebih kecil untuk menghasilkan jumlah output yang lebih efisien. Oleh karena itu,
langkah-langkah efisiensi berfokus pada biaya yang meliputi: biaya bahan baku, biaya proses
manufaktur, biaya distribusi, biaya persediaan, biaya operasional fasilitas, biaya
pengangkutan, dan biaya penggudangan.
2.
Responsivitas Rantai Pasok
Responsivitas menurut Ravindran dan Warsing dalam Widayanto (2013:60) mengacu pada
sejauh mana kebutuhan dan harapan pelanggan terpenuhi, dan sejauh mana fleksibilitas rantai
pasok dapat mengakomodasi perubahan kebutuhan dan harapan. Ukuran umum responsivitas
adalah antara lain: keandalan dan ketepatan pemenuhan pesanan pelanggan, waktu
pengiriman, variasi produk, waktu untuk memproses permintaan pelanggan yang khusus atau
unik.

Menurut Chopra dan Meindl (2013:41) tindakan suatu perusahaan untuk memilih responsif atau
efisien merupakan suatu bentuk strategi. Perbandingan keputusan atau strategi untuk menjadi responsif
atau efisien memiliki kondisi yang bertolak belakang seperti yang dijelaskan pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan Rantai Pasok Efisien dan Responsif
Atribut
Tujuan Utama
Strategi Desain Produk
Strategi Penetapan Harga
Strategi Manufaktur

Strategi Persediaan
Strategi Lead Time
Strategi Supplier

Rantai Pasok Efisien
Biaya terendah dari supply
demand
Maksimisasi kinerja pada biaya
produk minimum


Rantai Pasok Responsif
Merespon permintaan secara
cepat
Rancang secara modular untuk
memungkinkan
penundaan
produk
Lower price and margins
Higher price and margins
Biaya rendah, utilisasi tinggi
Mempertahankan
fleksibilitas
kapasitas
untuk
penyangga
permintaan atau ketidakpastian
pasokan
Minimisasi persediaan untuk Mempertahankan
persediaan

biaya lebih rendah
untuk menangani ketidakpastian
permintaan/penawaran
Mengurangi, tapi tidak dengan Mengurangi
secara
agresif
mengorbankan biaya
bahkan jika biaya signifikan
Pilih berdasarkan biaya dan Pilih berdasarkan kecepatan,
kualitas
fleksibilitas, keandalan, dan
kualitas
Sumber: Chopra dan Meindl (2013:42)

2.3. Supply Chain Drivers
Chopra dan Meindl (2013:56) mengembangkan kerangka pengukuran kinerja rantai pasok dari
aspek efisiensi dan responsivitas sebagai strategi rantai pasok dengan tujuan untuk mencapai daya
saing (Gambar 1). Dari skema pada gambar tersebut terlihat bahwa penentuan strategi rantai pasok
berawal dari pemilihan strategi dalam menjaga keseimbangan antara responsivitas dan efisiensi rantai
pasok. Untuk mencapai tujuan, suatu perusahaan harus mampu menata atau menstrukturkan kombinasi

dari tiga penggerak logistik dan tiga penggerak lintas fungsi. Masing-masing penggerak tersebut
adalah: fasilitas atau infrastruktur, inventori dan transportasi untuk penggerak logistik, serta informasi,
sourcing, dan harga untuk penggerak lintas fungsi.

Gambar 1. Kerangka Desain Rantai Pasok
(Sumber:http://digilib.bppt.go.id/sampul/DISERTASI_YUDI_WIDAYANTO_F361080021.pdf)
2.3.1. Facilities
Fasilitas adalah lokasi fisik dalam jaringan rantai pasok dimana produk disimpan, dirakit, atau
dibuat. Ada dua jenis fasilitas yang utama, yaitu lokasi produksi dan lokasi penyimpanan.
Keputusan mengenai pentingnya pengelolaan fasilitas, lokasi, kapasitas, dan fleksibilitas dari
fasilitas memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja rantai pasok. Komponen dari
keputusan mengenai fasilitas menurut Chopra dan Meindl (2013:57) adalah sebagai berikut:
a) Lokasi
Penentuan keputusan dimana suatu perusahaan menentukan lokasi fasilitasnya merupakan
bagian yang sangat penting dalam langkah mendesain rantai pasok. Penentuan lokasi secara
desentralisasi akan lebih responsif terhadap permintaan konsumen.
b) Kapasitas
Perusahaan juga harus menentukan seberapa besar kapasitas dari fasilitas yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut.
2.3.2. Inventory

Persedian meliputi persediaan bahan baku, persediaan dalam proses, dan barang jadi dalam
rantai pasok. Komponen keputusan mengenai persediaan menurut Chopra dan Meindl (2013:60)
adalah sebagai berikut:
a) Cycle Inventory
Adalah jumlah rata-rata dari persediaan yang digunakan untuk memenuhi permintaan dalam
suatu waktu.
b) Safety Inventory

c)

Adalah persediaan yang dibuat untuk berjaga-jaga terhadap perkiraan akan kelebihan
permintaan. Hal ini digunakan untuk mengatasi ketidakpastian akan permintaan yang tinggi.
Seasonal Inventory

Adalah persediaan yang dibuat untuk mengatasi keragaman yang dapat diprediksi dalam
permintaan.
2.3.3. Transportation
Trasportasi adalah kegiatan memindahkan persediaan dari satu titik ke titik lain dalam rantai
pasok. Transportasi terdiri atas banyak kombinasi dari model dan bentuk yang memiliki
keunggulan masing-masing. Pemilihan transportasi juga mempunyai dampak yang besar terhadap
tingkat responsivitas dan efisiensi rantai pasok (Chopra dan Meindl, 2013:62). Komponen dari
keputusan mengenai transportasi menurut Chopra dan Meindl (2013:62) adalah sebagai berikut:
a) Moda Transportasi
Adalah cara-cara dimana sebuah produk dipindahkan dari satu lokasi dalam jaringan rantai
pasok ke tempat lainnya. Perusahaan dapat memilih transportasi yang sesuai dengan strategi
yang dianutnya seperti menggunakan jalur udara, air, kereta, dan masih banyak lagi. Apabila

strategi yang diterapkan oleh perusahaan adalah strategi responsif, maka sebaiknya memilih
transportasi yang cepat.
b)

Rute dan Pilihan Jaringan

Rute adalah jalur jalan dimana sebuah produk dikirimkan, sedangkan jaringan adalah sebuah
kumpulan lokasi dan rute dimana produk dapat dikirimkan.
2.3.4. Information
Informasi terdiri dari data dan analisis berkaitan dengan fasilitas, persediaan, transportasi, dan
pelanggan di seluruh rantai pasok. Dengan informasi memungkinkan pihak manajemen
berkesempatan untuk membuat rantai pasok menjadi lebih responsif dan efisien (Chopra dan
Meindl, 2013:64). Komponen keputusan mengenai informasi adalah sebagai berikut:
a) Push VS Pull

b)

Sistem push yaitu menggunakan peramalan untuk membuat jadwal produksi dan lain-lain
sedangkan sistem pull yaitu menggunakan informasi atas permintaan aktual konsumen
sehingga perusahaan dapat dengan tepat memenuhi permintaan tersebut.
Koordinasi dan Sharing Informasi

c)

Koordinasi dari rantai pasok terjadi ketika semua tingkat-tingkat dari rantai pasok bekerja
menuju tujuan yaitu memaksimalkan keuntungan total rantai pasok di bandingkan dengan
bekerja sendiri-sendiri.
Enabling Technologies

Untuk mencapai sharing informasi dan integrasi dalam rantai pasok terdapat beberapa
teknologi yang dapat digunakan seperti EDI, Relative to EDI, ERP, SCM, dan RFID.
2.3.5. Sourcing
Adalah sekumpulan bisnis proses untuk mendapatkan kebutuhan barang dan jasa. Perusahaan
harus menentukan strategi yang akan digunakan dalam mendapatkan barang tersebut baik itu
responsif atau efisien. Komponen keputusan mengenai sourcing adalah sebagai berikut (Chopra
dan Meindl, 2013:66):
a) In-House or Outsource

b)
c)

Untuk fungsi rantai pasokan, keputusan yang paling penting adalah apakah outsource atau
in-house. Sebuah perusahaan outsource jika perusahaan menyewa perusahaan luar untuk
melaksanakan operasi dalam suatu perusahaan.
Supplier Selection
Procurement

adalah proses dimana perusahaan memperoleh komponen bahan baku, produk, pelayanan
atau sumber daya lainnya dari supplier untuk melaksanankan operasi mereka.
2.3.6. Pricing
Menurut Chopra dan Meindl (2013:68) Pricing adalah suatu proses perusahaan dalam
menentukan harga suatu produk yang telah dibuatnya.
3.

Metodologi
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif karena digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti sebagai instrumen kunci dan bermaksud untuk
menemukan sebuah pola (Sugiyono, 2010). Penelitian ini menggunakan data primer yaitu wawancara
tak terstruktur. Penelitian ini berfokus pada analisis faktor penggerak kinerja rantai pasok pada PT
Integra Citra Solusi atau Nethost. Waktu penelitian berlangsung pada September 2015. Informan pada
penelitian ini diambil dari narasumber CEO perusahaan, manajer marketing, dan manajer opersional.
3.2 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Menurut
Sugiyono (2010:392), purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, karena informan pada penelitian ini yaitu CEO
perusahaan, manajer marketing, dan manajer opersional yang dianggap paling tahu tentang apa yang
diharapkan sehingga memudahkan peneliti menjelajahi objek sosial yang diteliti.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2010:401) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah adalah mendapatkan data. Bila dilihat
dari sumber datanya, penelitian ini menggunakan sumber data primer, yaitu sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Bila dilihat dari segi caranya, maka penelitian ini dilakukan
dengan wawancara tak terstruktur, dan dokumentasi baik itu catatan, file, hingga foto.
3.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data model Miles dan
Huberman. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang
diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah analisis terasa belum memuaskan, maka
peneliti akan melanjutkan pertanyaan kembali sampai tahap tertentu (Sugiyono, 2010:430). Aktivitas
dalam analisis data ini dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Reduksi Data, berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2010:431).
2. Penyajian Data, dalam penelitian kualitatif , penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya (Sugiyono, 2010:434).
3. Menarik Kesimpulan
4.

Hasil dan Pembahasan
4.1. Achieving Strategic Fit
Strategic Fit merupakan kesamaan tujuan yang diterapkan competitive and supply chain strategies
dalam sebuah perusahaan, dimana hal ini ditujukan untuk memprioritaskan pelanggan yang diharapkan
dapat memuaskan segmen pelanggan yang perusahaan itu kejar. (Chopra, Meindl, 2013:33).

Diagram 1. Value Chain Nethost
Dalam hal ini Nethost memiliki segmen pasar mahasiswa yang membutuhkan internet beserta
konten-konten didalamnya. Sehingga Nethost perlu menyesuaikan competitive and supply chain
strategies.
1. Understanding the Customer And Supply Chain Uncertainity:
Nethost memiliki mayoritas pelanggan adalah mahasiswa, dan mahasiswa memerlukan internet
yang murah, cepat dan juga lancar. Untuk menyesuaikan kantong mahasiswa, Nethost memiliki
beberapa pilihan paket yang dapat disesuaikan oleh pelanggan sesuai kebutuhannya mulai dari Rp
50.000 sampai Rp 300.000. Mayoritas pelanggan adalah mahasiswa, yang tergolong membutuhkan
internet setiap saat, maka Nethost melakukan respon yang cepat terhadap permintaan maupun
komplain mengenai masalah yang terjadi dengan standar waktu minimal penanganan selama 1x24 jam.
Untuk meminimalisir komplain, Nethost melakukan monitoring dan maintance secara rutin.
2. Understanding the Supply Chain Capabilities
Nethost mempersiapkan jaringan, konfigurasi sistem, dan sistem billing yang dapat memungkinkan
terjadinya penyelenggaraan jasa. Persiapan itu dilakukan dengan cara mengadakan perangkat yang
dibutuhkan, memesan bandwidth yang akan digunakan, dan mengkonfigurasi server untuk sistem
billing. Pada proses ini Nethost memiliki hubungan yang intens dengan pihak hulu atau supplier.
Kemudian setelah hal tersebut dipersiapkan Nethost menjual produknya yang berupa pulsa kuota
internet. Proses persiapan itu memungkinkan Nethost untu menerapkan sistem Made to Sell dalam
menjual jasanya.
3. Acheving Strategic Fit
Terdapat 2 strategi yang dapat digunakan dalam suatu rantai pasok yaitu efficient supply chain dan
responsive supply chain. Nethost menggunakan strategic responsive supply chain.. Berikut adalah
dimensi strategi responsive supply chain:
- Tujuan Utama
Tujuan dari strategi ini adalah respon cepat yang dilakukan Nethost dalam menanggapi semua
customer nya. Baik itu respon terhadap pelanggan yang ingin daftar maupun komplain masalah

melalui telepon/sms. Tolak ukur tercapainya responsif tinggi adalah penanganan masalah maksimal
1x24 jam. Letak gerai/kantor utama Nethost juga mendukung tercapainya tujuan responsiveness ini
yakni yang dekat dengan pelanggan.
- Strategi Desain Produk
Bentuk produk yang dijual oleh Nethost berupa akun dan pulsa kuota internet akun tersebut. Hal ini
yang membuat Nethost responsive karena terkategori pada jenis produksi Made To Sell yakni
produk yang dijual selalu tersedia.
- Strategi Penetapan Harga
Karena Nethost menerapkan strategi responsiveness dalam SCM-nya, maka dapat terlihat bahwa
harga produk Nethost lebih mahal dibandingkan dengan ISP lain. Contohnya, ketika dibandingkan
dengan ISP Firstmedia, Firstmedia dapat menawarkan bandwidth yang sama, kuota yang unlimited,
dengan harga yang lebih murah apabila dibandingkan dengan produk Nethost dengan kriteria yang
sama.
- Satrataegi Manufaktur
Karena Nethost menggunakan Made to Sell, Nethost mempersiapkan jaringan dan servernya untuk
diakses calon konsumen Nethost. Jadi ketika konsumen ingin membeli produk Nethost yang berupa
pulsa kuota Internet, Nethost bisa langsung memberikan hak akses kepada pelanggan sesuai jumlah
yang dibeli.
- Strategi Supplier
Dimensi supplier tidak menujukkan penerapan strategi responsiveness pada SCM Nethost. Hal ini
dikarenakan jumlah supplier Nethost yang sedikit, sedangkan ketika menerapkan strategi
responsiveness seharusnya terdapat banyak supplier untuk mencegah adanya opportunity-loss.
Namun, perlu diperhatikan bahwa Nethost merupakan SME yang masih memiliki pasar yang sempit,
sehingga jumlah supplier yang ada sekarang dirasa cukup untuk memenuhi demand Nethost.
4.2. Supply Chain Driver
Berikut adalah ke-enam driver yang mempengaruhi performa rantai pasok dari Nethost:
4.2.1 Facilities
Fasilitas pendukung operasional Nethost seperti kantor pusat dan gudang berada dekat
dengan pelanggan sesuai dengan strategi kompetitifnya yakni responsif. Nethost memiliki
Network Operation Center sekaligus kantor utama di Jl. Sukabirus No 105. Lokasi tersebut dipilih
Nethost karena jarak dengan para pelanggannya tergolong dekat yakni disekitar wilayah kampus
Telkom. Dalam mendukung kegiatan operasional yang menunjang kebutuhan pelanggan, Nethost
memiliki 3 server yakni terletak di Kantor utama (Jl. Sukabirus No 105), Kost Suroto (Sukapura)
dan Kost Mahdar (PGA).
4.2.2 Inventory
Nethost menggunakan metode safety inventory yakni pengaadaan untuk beberapa barang
yang umum dipakai dalam maintenance jaringan dan instalasi koneksi pelanggan baru serta
produk utamanya, pulsa kuota internet. Namun Nethost juga menggunakan seasonal inventory
yakni pengadaan barang khusus seperti server yang hanya diadakan ketika adanya pengembangan
jaringan. Karena Nethost memiliki jumlah minimum barang yang ada di inventory, apabila barang
yang bersangkutan telah mencapai jumlah minimal Nethost akan melakukan pengadaan barang
tersebut. Berikut perangkat-perangkat yang terdapat didalam inventory Nethost dan jumlah
minimalnya :
Tabel 1. List dan Jumlah Minimum Inventory

Perangkat
Adaptor Roket
Accumulator
Barrel
BOX
Card Turbo CDMA
Card Turbo WLL
Cisco Catayst

Stok
Min.
1
0
20
1
5
5
1

Perangkat
Radio
Rippet Besar @PACK
Rippet Kecil @PACK
RJ 45 @BOX
Rocket
Rokset 2 Lubang
Rokset 4 Lubang

Stok
Min.
0
2
15
5
0
0
0

Ficobox Head
Fixstail Optic
Fixstail RPSMA
Grounding
Jumper Panjang
Kabel Fiber Optic @Km
Kabel Gold @DZ
Kabel Listrik Dalam @ROLL
Kabel Listrik Luar @ROLL
Kabel Premium @DZ
Mimo 58
Modem FO Gigabit
Modem FO 155M
ODP
Paku Klem @BOX
PC Gateway
PC Billing
PC Monitoring
Server SOTOR
Plange
PoE Box
PoE Radio
PoE Tali
4.2.3

1
5
5
1
1
0
2
10
5
2
1
4
4
1
25
0
0
0
0
5
5
5
5

Switch Unmanageable
Switch Manageable
Sektoral 58
Steaker
Switch Netgear
Switch Gigabit 8P
Switch Gigabit 24P
Switch Tenda 16P
Switch Tenda 8P
Switch TP Link 16P
Switch TP Link 8P
T Listrik Kecil
T Listrik Besar
Techical Tools
Terminal 2 Lubang
Terminal 3 Lubang
Terminal 6 Lubang
Tower
Unibel @ROLL
UPS
Wi-Fi Outdoor
Wi-Fi v.1
Wi-Fi v.2

1
1
0
5
0
0
0
5
10
5
20
5
1
0
5
5
5
0
5
0
2
2
2

Transport
Untuk distribusi produk ke pelanggan Nethost melakukan distribution channel network:
Manufacturer storage with direct shipping yakni memberikan langsung produknya ke pelanggan
yang berupa pulsa kuota internet. Pulsa tersebut akan dikirimkan secara langsung keplanggan
melalui jaringan internet.
4.2.4 Information
Penyebaran/alur informasi Nethost kepada pemasoknya menggunakan telepon, dan kepada
pelanggan menggunakan akun resmi Line@ + komunikasi door-to-door. Selain itu Nethost juga
menggunakan aplikasi khususnya dalam bagian operasi yaitu menggunakan aplikasi Trello untuk
mendukung kinerja produksi jasa seperti agenda kegiatan bagian operasi.
4.2.5 Sourcing
Nethost melakukan pengadaan pada saat perangkat-perangkat pendukung mencapai batas
minimum di Inventory. Selain itu Nethost dalam memilih pemasok berprioritaskan kepada kualitas
produk kemudian hubungan dan harga.
4.2.6 Pricing
Customer segments Nethost ada;ah mahasiswa Telkom University yang tinggal disekitar
lingkungan kampus. Berdasarkan target pasarnya, Nethost menetapkan harga yang berbeda-beda
untuk pilihan paketnya. Penentuan harga ini didasarkan kepada kuota, besarnya bandwidth, dan
batasan akses konten (N+). Harga yang ditawarkan oleh Nethost kepada pelangganya adalah Rp
50.000,00 untuk 4GB, Rp 75.000,00 untuk 7GB Rp 100.000,00 untuk 11GB, rp 150.000 untuk
16GB, Rp 200.000,00 untuk 25GB, dan Rp 300.000,00 untuk 40GB

.
Diagram 1. Komponen Pricing Nethost
5.

6.

Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penentuan strategi rantai pasok berawal dari pemilihan strategi dalam menjaga keseimbangan antara
responsivitas dan efisiensi rantai pasok. Untuk mencapai tujuan, suatu perusahaan harus mampu
menata atau menstrukturkan kombinasi dari ke-enam supply chain driver. Masing-masing driver
tersebut adalah: facilities, inventory, transportation, information, sourcing, dan pricing. PT. Integra
Citra Solusi atau Nethost menganut strategi responsiveness karena mengacu pada respon yang cepat,
produk berbasis Made To Sell, dan mengutamakan supplier yang handal, cepat, dan berkualitas
sehingga ke-enam drivers harus sejalan dengan strategi responsivness.
2. Ke-enam drivers sangat mendukung strategi responsiveness karena dengan kriteria lokasi kantor pusat
dan gudang yang berada dekat dengan pelanggan, inventory yang diaunt adalah safty inventory dan
sensasional inventory dimana terdapat minimum inventory disetiap barangnya, design transportation
yang digunakan adalah distribution channel network: manufacturer storage with direct shipping
dimana ketika pelanggan melakukan pembelian kuota internet server langsung mengirimkanya secara
langsung kepada pelanggan melalui jaringa internet, information menggunakan aplikasi trelo sehingga
memudahkan rantai pasok dari hulu ke hili menerima informassi dengan cepat, dan pricing yang
digunakan berdasrkan pada batas akses konten atau kecepatan jaringan sehingga higher price and
margins.
Daftar Pustaka
Chopra, S., Meindl, P. (2007). Supply Chain Management 3rd Edition. New Jersey: Pearson Education
Chopra, S., Meindl, P. (2013). Supply Chain Management: Strategy, Planning, and Operation. Harlow:
Pearson.
Daradjat, Zakiyah. 1990. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.
Heizer, J dan Render, B, (2008), Operations Management, Edisi Ketujuh, Salemba Empat, Jakarta.
JOURNAL OF BUSINESS LOGISTICS, Vol.22, No. 2, 2001
Krajewski, L. J. and Ritzman, L. P. (1999), Operation Management: Strategy and Analysis, AddisonWesley Publishing Company, Inc., 5th edition.
Pujawan, I Nyoman dan ER, Mahendrawati. 2010. Supply Chain Management. Surabaya: Guna Widya.
Pujawan, I.N. (2005). Supply Chain Management. Surabaya: Penerbit Guna Widya.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Widayanto, Y. (2013). Model Perumusan Kebijakan Pendukung Pengembangan Industri Kakao Berbasis

Kinerja Driver Rantai Pasok. Bogor: Institut Pertanian Bogor.