Unnes Journal of Mathematics Education I

UJM E 2 (1) (2013)

Unnes Journal of Mathematics Education
http:/ / journal.unnes.ac.id/ sju/ index.php/ ujme

I M PL EM ENTA SI M OD EL PEM BEL A JA RA N CORE TERHA DA P
K EM A M PUA N BERPI K I R REFL EK TI F SI SWA K EL A S X M ATERI
TRI GONOM ETRI
Yoga W icaksana , Emi Pujiastuti, Bambang Eko Susilo
Jurusan M atematika, FM IPA , Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Gedung D7 Lt.1, K ampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229

Info A rtikel
Sejarah A rtikel:
Diterima A gustus 2013
Disetujui A gustus 2013
Dipublikasikan Oktober 2013

Keywords:
CORE model
Reflectivethinking skill

M edia of Prezi

Abstrak
Penelitian inibertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan berpikir reflektif
peserta didik dengan implementasi model pembelajaran CORE mencapai K K M
klasikal dan mengetahui apakah kemampuan berpikir reflektif peserta didik
dengan model pembelajaran CORE lebih baik dibandingkan kemampuan
berpikir reflektif peserta didik dengan model pembelajaran langsung. Populasi
dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X SM A N 1 M agelang tahun
pelajaran 2012/ 2013. M etode pengumpulan data yang digunakan adalah metode
dokumentasi, tes, dan observasi. Dengan teknik cluster random sampling, terpilih
sampel
peserta didik kelas X-7 sebagai kelas kontrol yang diterapkan
pembelajaran dengan model pembelajaran langsung dan kelas X-8 sebagai kelas
eksperimen yang diterapkan model pembelajaran CORE berbantuan media prezi .
Dari hasil uji ketuntasan klasikal, diperoleh ketuntasan belajar dalam
kemampuan berpikir reflektif peserta didik pada kelas eksperimen. Dari hasil uji
kesamaan rata-rata, diperoleh rata-rata kemampuan berpikir reflektif peserta
didik kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Simpulan yang
diperoleh yaitu rata-rata kemampuan berpikir reflektif dengan pembelajaran

model CORE mencapai K K M klasikal dan rata-rata kemampuan berpikir reflektif
peserta didik dengan model CORE lebih tinggi dari rata-rata kemampuan berpikir
reflektif peserta didik pada pembelajaran model pembelajaran langsung.

A bstract



The purposes of this study were to know were students’ reflective thinking skill
through implementation of CORE learning model were achieved the minimum
criteria, and to know were the students’ reflective thinking skill through the
implementation of CORE learning model was better than students’ reflective
thinking skill through the implementation of direct instruction model. The
population in this study was students of grade X SM A N 1 M agelang academic
year 2012/ 2013. This study used documentation, test, and observation methods.
The sample was taken by using cluster random sampling technique. The selected
samples were student of X-7 as control group who were taught by direct
instruction model and students of X-8 as experiment group who were taught by
CORE learning model supported by prezi media. The result of classical mastery
learning test suggests that students’ reflective thinking skill through

implementation of CORE learning model can achieve the minimum criteria, and
the result of the average similiarity test suggests that students’ reflective thinking
skill in experiment group was better than students’ reflective thinking skill in
control group. The conclusions were with implementation of CORE learning
model supported by prezi media achieved mastery learning and students’
reflective thinking skill in implementation of CORE learning model was better
than students’ reflective thinking skill in the implementation of direct instruction
learning model.
A lamat korespondensi:
E-mail: asdftampan@gmail.com

© 2013 Universitas Negeri Semarang
ISSN

Y Wicaksana et al / Journal of M athematics Education 2 (1) (2013)

Pendahuluan
Di dalam Permendiknas No. 41 (2007),
materi semeter genap kelas X mata pelajaran
M atematika pada BA B 5 adalah materi

trigonometri. M ateri yang dengan standar
kompetensi
“ menggunakan
perbandingan,
fungsi, persamaan dan identitas trigonometri
dalam pemecahan masalah” memiliki 3
kompetensi dasar. SM A N 1 M agelang terletak
di Kota M agelang yang terletak di Jalan Cepaka
No 1 M agelang.Pada pembelajaran matematika
tahun ajaran 2011/ 2012 di SM A Negeri 1
M agelang yang lalu, hasil belajar peserta didik
kelas X sebanyak 5 kelas pada subbab aturan
sinus dan kosinus serta rumus luas segitiga,
belum mencapai hasil yang maksimal.
Walaupun secara keseluruhan bab Trigonometri
peserta didik telah mencapai ketuntasan, akan
tetapi untuk subbab aturan sinus dan kosinus
serta rumus luas segitiga belum mencapai
ketuntasan, yaitu baru 57,67% dengan
ketuntasan klasikal 75%. Berdasarkan hasil

analisis perolehan hasil Ujian Nasional oleh
Balitbang Kemdikbud (2012), SM A N 1
M agelang tahun ajaran 2011/ 2012 untuk mata
pelajaran matematika, diperoleh daya serap
materi trigonometri belum maksimal. Hal ini
ditunjukkan dengan kemampuan menyelesaikan
masalah menggunakan aturan sinus dan kosinus
dalam
tiga tahun terakhir
mengalami
penurunan.
Berdasarkan hasil observasi di SM A N
1 M agelang, pengajaran di SM A N 1 M agelang
menerapkan strategi team teaching, dengan
pembagian materi per bab dengan guru yang
berbeda-beda. M odel pembelajaran yang
diterapkan dalam SM A N 1 M agelang yakni
model pembelajaran direct instruction atau
disebut dengan model pembelajaran langsung.
M odel pembelajaran langsung memiliki sintaks

antara lain orientasi, presentasi, latihan
terstruktur, latihan terbimbing, dan latihan
mandiri.
Hasil wawancara di SM A N 1
M agelang yang dilakukan dengan narasumber
guru mata pelajaran matematika Bapak
Welasono, diperoleh bahwa peserta didik dalam
proses pengerjaan soal masih secara langsung.
Secara langsung disini memiliki arti penerapan
rumus secara langsung, tanpa adanya proses
penjabaran serta identifikasi masalah. Hal
tersebut dalam beberapa soal dengan tipe
pemahaman
konsep,
soal
yang
lebih
membutuhkan penerapan rumus ke dalam
penyelesaian soal. Di dalam hasil wawancara


ditemukan juga bahwa belum pernah
dilakukannya pengukuran kemampuan berpikir
reflektif peserta didik yang dilihat dari K K M
sekolah.
M enurut Schön sebagaimana dikutip
oleh Coskun (2011), berpikir reflektif dapat
meningkatkan pengalaman belajar peserta didik
lebih baik dibandingkan dengan belajar secara
menghafal rumus. Oleh karena itu diperlukan
suatu pembelajaran yang dapat menjadikan
kemampuan berpikir reflektif peserta didik lebih
baik. M enurut jurnal yang disusun oleh A zizah
(2012), terdapat suatu model pembelajaran
kooperatif yang dapat membantu menjadikan
kemampuan berpikir reflektif peserta didik lebih
baik, yaitu model pembelajaran CORE. M odel
pembelajaran CORE merupakan salah satu jenis
tipe model pembelajaran kooperatif. CORE
merupakan singkatan dari Connecting Organizing
Reflecting Extending dimana sintaknya adalah (C)

koneksi informasi lama-baru dan antar konsep;
(O) organisasi ide untuk memahami materi; (R)
memikirkan
kembali,
mendalami,
dan
menggali;
serta
(E)
mengembangkan,
memperluas, menggunakan, dan menemukan.
Pelaksanaan
pembelajaran
dengan
menggunakan model CORE memerlukan
adanya suatu media untuk membantu dalam
proses pembelajaran. Seperti pada tahap
connecting dalam pembelajaran, diperlukan
suatu media yang interaktif dan fleksibel dalam
penayangan informasi-informasi yang akan

digunakan untuk menemukan materi baru.
Terdapat suatu media pembelajaran yang dapat
mendukung proses pembelajaran menggunakan
model CORE, media tersebut adalah media
prezi. Prezi adalah software presentasi berbasis
internet dan media untuk berbagi ide dan
informasi yang ditempatkan pada sebuah
kanvas virtual (Diamond, 2010).
Berdasarkan
uraian
di
atas,
permasalahan yang dihadapi dalam penelitian
ini adalah: (1) apakah kemampuan berpikir
reflektif peserta didik kelas X pada materi
pokok trigonometri sub-bab aturan sinus dan
kosinus serta luas segitiga dengan implementasi
model pembelajaran CORE mencapai K K M
klasikal yaitu 75% dari jumlah peserta didik
yang memperoleh nilai lebih dari atau sama

dengan 77 sesuai dengan K K M sekolah; dan (2)
apakah kemampuan berpikir reflektif peserta
didik dengan model pembelajaran CORE
berbantuan media prezi lebih baik dibandingkan
kemampuan berpikir reflektif peserta didik
dengan model pembelajaran langsung.
2

Y Wicaksana et al / Journal of M athematics Education 2 (1) (2013)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui bahwa kemampuan berpikir
reflektif peserta didik kelas X pada materi
pokok trigonometri sub-bab aturan sinus dan
kosinus serta rumus luas segitiga dengan
implementasi model pembelajaran CORE
mencapai K K M klasikal serta mengetahui
bahwa kemampuan berpikir reflektif peserta
didik dengan model pembelajaran CORE lebih
baik dibandingkan kemampuan berpikir

reflektif
peserta
didik
dengan
model
pembelajaran langsung.

bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini
adalah soal uraian; (3) menentukan jumlah butir
soal, jumlah butir soal yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 8 butir soal uraian; (4)
menentukan alokasi waktu mengerjakan soal,
alokasi waktu yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 2 x 40 menit; (5) membuat kisi-kisi
soal uji coba; (6) membuat butir soal uji coba;
(7) membuat kunci jawaban dan pedoman
penskoran; (8) mengujicobakan instrumen pada
peserta didik kelas uji X-4; (9) menganalisis
hasil uji coba yaitu validitas, reliabilitas, daya
pembeda, dan taraf kesukaran tiap butir soal;
dan (10) memilih item soal yang sudah teruji
berdasarkan analisis yang sudah dilakukan.
Selain itu juga dibuat instrumen untuk
lembar observasi. Lembar observasi digunakan
untuk mengamati aktivitas peserta didik dan
kinerja guru selama pembelajaran. Lembar ini
berisi mengenai kegiatan yang dilakukan peserta
didik
dan
guru
selama pembelajaran
berlangsung.
Setelah mendapatkan data hasil tes
kemampuan berpikir reflektif, kemudian data
hasil tersebut diuji normalitas menggunakan uji
chi-kuadrat (
) dan juga dilakukan uji
homogenitas menggunakan rumus Bartlett.
Kemudian data tersebut diuji ketuntasan belajar
klasikal menggunakan uji proporsi dan uji
perbedaan dua rata-rata antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol menggunakan uji t.

M etode Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua siswa kelas X SM A Negeri 1 M agelang
tahun pelajaran 2012/ 2013 sebanyak 9 kelas.
Pengambilan sampel pada penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan teknik cluster
random sampling. Sampel yang terpilih dalam
penelitian ini adalah siswa kelas X-8 (30 siswa)
sebagai kelas eksperimen yang diterapkan
pembelajaran model CORE berbantuan media
prezi dan kelas X-7 (30 orang) sebagai kelas
kontrol yang diterapkan model pembelajaran
langsung. Dalam penelitian ini, variabel
bebasnya adalah model pembelajaran, variabel
terikatnya adalah kemampuan berpikir reflektif,
serta variabel kontrolnya berupa materi
pembelajaran dan fasilitas pembelajaran.
Desain penelitian yang digunakan
adalah Pre-Eksperimental Design tipe I ntact-Group
Comparism (Sugiyono, 2011).
Pada jenis
eksperimen ini terjadi pengelompokan subjek
secara acak dengan adanya posttest (O)
(Sugiyono, 2011).
Penelitian dilaksanakan di SM A Negeri
1 M agelang pada bulan M ei 2013. M ateri yang
digunakan dalam penelitian ini adalah materi
trigonometri (aturan sinus, aturan kosinus dan
luas segitiga). Penelitian dilaksanakan sebanyak
empat kali pertemuan. Tiga pertemuan
digunakan untuk pelaksanaan pembelajaran
dengan model pembelajaran CORE berbantuan
media Prezi pada kelas X-8 dan model
pembelajaran langsung pada kelas X-7. Satu
pertemuan digunakan untuk tes evaluasi.
M etode pengumpulan data penelitian
yang dirancang adalah metode dokumentasi,
tes, dan observasi. Penyusunan instrumen soal
tes kemampuan berpikir reflektif dilakukan
dengan langkah-langkah (1) menentukan materi
dalam penelitian ini yaitu materi trigonometri;
(2) menentukan bentuk tes yang digunakan,

Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis tahap awal
diperoleh data yang menunjukkan bahwa kelas
yang diambil sebagai sampel dalam penelitian
berdistribusi normal dan mempunyai varians
yang homogen. Hal ini berarti sampel berasal
dari kondisi atau keadaan yang sama.
Kemudian dengan teknik cluster random
sampling, terpilih kelas X-7 sebagai kelas kontrol
dan kelas X-8 sebagai kelas eksperimen.
Setelah
diberikan
perlakuan
pembelajaran dengan model pembelajaran
langsung pada kelas kontrol dan pembelajaran
dengan model pembelajaran CORE berbantuan
media prezi pada kelas eksperimen, diperoleh
data kemampuan berpikir reflektif yang dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Data Kemampuan Berpikir Reflektif

3

Y Wicaksana et al / Journal of M athematics Education 2 (1) (2013)

Berdasarkan perolehan data hasil tes
kemampuan berpikir reflektif peserta didik,
dilakukan uji normalitas dan homogenitas
untuk menentukan statistik apa yang digunakan
selanjutnya. Di dalam uji normalitas diperoleh
baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen
berdistribusi normal. Kemudian untuk uji
homogenitas, diperoleh dua kelas sampel
tersebut homogen. Selanjutnya dipilih uji
proporsi satu pihak untuk melihat ketuntasan
klasikal serta uji kesamaan rata-rata untuk
melihat kesamaan rata-rata dua kelas sampel
tersebut.

Tabel 5 Hasil A nalisis Observasi K inerja Guru

Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat
bahwa aktivitas peserta didik pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol, terjadi perubahan
dari pertemuan satu sampai pertemuan tiga.
K riteria aktivitas peserta didik baik di kelas
eksperimen maupun di kelas kontrol sangat
baik. Kemudian berdasarkan Tabel 5, dapat
dilihat bahwa kinerja guru pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol, terjadi perubahan
kinerja guru dari pertemuan satu sampai
pertemuan tiga. K inerja guru pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol kriteria sangat
baik.
Pada pertemuan pertama, di dalam
kelas eksperimen muncul beberapa kendala.
Kendala yang muncul seperti di aspek diskusi di
dalam fase organizing, yaitu proses penemuan
rumus. Peserta didik mengalami kesulitan
dalam berdiskusi penemuan rumus karena
sebelumnya jarang melakukan tukar pendapat
di dalam diskusi untuk menemukan materi
baru. Guru kemudian memberikan pengarahan
kepada peserta didik dengan berkeliling ke tiaptiap kelompok. Sehingga terjadi perubahan di
pertemuan kedua dan ketiga pada kemampuan
diskusi tukar pendapat peserta didik. Seperti
yang disampaikan oleh Ausubel sebagaimana
dikutip oleh Ruseffendi (2006) bahwa proses
belajar menemukan lebih berarti dibandingkan
proses belajar menerima, di dalam hal ini
menemukan dilakukan dengan cara diskusi.
Seperti pada pembelajaran di kelas
eksperimen, di kelas kontrol juga ditemukan
kendala. Kendala muncul di kegiatan kerjasama
di dalam kelompok diskusi serta pengoreksian
hasil diskusi dan hal ini terjadi di setiap
pertemuan. Guru telah melakukan pengarahan
dan bantuan di setiap pertemuan, akan tetapi
masih tetap belum maksimal. Hal ini terjadi
karena
sebenarnya
di
dalam
proses
pembelajaran langsung tidak ada kegiatan
diskusi, hanya saja peneliti ingin memberikan
pengalaman diskusi bagi peserta didik yang
diberikan di kegiatan penyelesaian masalah
kontekstual.
M ateri yang dijadikan penelitian adalah
materi trigonometri dengan subbab aturan sinus

Tabel 2 Hasil Uji Ketuntasan K lasikal

Berdasarkan Tabel 2, karena untuk uji
proporsi satu pihak pada kelas eksperimen
diterima, maka dapat disimpulkan bahwa ratarata kemampuan berpikir reflektif pada kelas
eksperimen
mencapai
KKM
klasikal.
Sedangkan untuk uji proporsi satu pihak pada
kelas kontrol
ditolak, maka rata-rata
kemampuan berpikir reflektif pada kelas kontrol
belum mencapai K K M klasikal.
Tabel 3 Hasil Uji Kesamaan Rata-rata

Berdasarkan Tabel 3, diperoleh bahwa
maka diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan
berpikir reflektif peserta didik kelas eksperimen
lebih baik dibandingkan dengan rata-rata
kemampuan berpikir reflektif peserta didik kelas
kontrol.
Hasil observasi terhadap aktivitas
peserta didik dan kinerja guru dapat dilihat di
Tabel 4 dan Tabel 5.
Tabel 4 Hasil A nalisis Observasi A ktivitas
Peserta didik

4

Y Wicaksana et al / Journal of M athematics Education 2 (1) (2013)

pada pertemuan pertama, kosinus pada
pertemuan kedua, dan luas segitiga pada
pertemuan ketiga. Baik di dalam kelas
eksperimen maupun kelas kontrol, pada
pertemuan pertama dan kedua peserta didik
dapat dengan lancar menguasai materi.
Dibuktikan dengan pengerjaan LK PD yang
tepat dan benar sesuai dengan kunci yang ada.
A kan tetapi, pada pertemuan ketiga mengalami
kendala di bagian kajian mencari rumus luas
segitiga ketika diketahui ketiga sisinya.
Sebelumnya untuk kajian mencari rumus luas
segitiga ketika diketahui dua sisi dan satu sudut
serta kajian mencari rumus luas segitiga ketika
diketahui satu sisi dan tiga sudut, peserta didik
tidak mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan
oleh materi sedikit rumit sehingga diperlukan
turun tangan guru untuk menjelaskannya.
Proses penjelasannya pun tidak secara terpusat
oleh guru, akan tetapi menggunakan sarana
tanya jawab agar peserta didik juga merasa ikut
menemukan rumus tersebut.
Kemampuan berpikir reflektif di dalam
penelitian ini dapat dilihat melalui hasil diskusi
pengerjaan masalah kontekstual oleh kelompokkelompok peserta didik secara diskusi dan juga
dilihat dari rata-rata kemampuan berpikir
reflektif peserta didik untuk tes kemampuan
berpikir reflektif. Di kelas eksperimen, terjadi
perubahan dari pertemuan pertama ke
pertemuan-pertemuan berikutnya. Kemampuan
berpikir reflektif peserta didik kelas eksperimen
mengalami peningkatan, sesuai dengan yang
disampaikan oleh A zizah (2012) bahwa model
pembelajaran
CORE
dapat
menjadikan
kemampuan berpikir reflektif peserta didik
menjadi lebih baik. Hal ini terjadi karena di fase
connecting,
peserta didik
diajak
untuk
mengoneksikan informasi-informasi lama atau
yang diketahui di sebuah permasalahan,
kemudian di fase organizing peserta didik diajak
untuk mengolah informasi-informasi tersebut
menjadi sebuah model penyelesaian masalah
dan menyelesaikannya sesuai model tersebut.
Setelah itu di fase reflecting peserta didik diajak
memikirkan kembali tentang hasil penyelesaian
masalah tersebut dan kemudian diajak untuk
menyimpulkannya. Jelas fase-fase tersebut
berpengaruh banyak untuk kemampuan berpikir
reflektif, yaitu dengan indikator reporting,
responding, relating, reasoning, dan reconstructing.
Berbeda dengan kelas kontrol, baik di
pertemuan
pertama maupun
pertemuan
berikutnya tidak terlihat secara jelas untuk
kemampuan berpikir reflektif peserta didik. Hal

ini dapat terjadi dimungkinkan karena memang
model pembelajaran yang diterapkan di kelas
kontrol
tidak
mendukung
peningkatan
kemampuan berpikir reflektif.
Pada pembelajaran di kelas eksperimen
diterapkan model pembelajaran CORE yang
dapat menjadikan kemampuan berpikir reflektif
peserta didik lebih baik. Sesuai dengan yang
disampaikan oleh A zizah (2012) bahwa
pembelajaran dengan model CORE dapat
menjadikan kemampuan berpikir reflektif
peserta didik lebih baik. Berbeda dengan kelas
kontrol yang menggunakan model pembelajaran
langsung dimana model ini belum dapat
menjadikan kemampuan berpikir reflektif
peserta didik lebih baik.
Pada pembelajaran di kelas eksperimen,
peserta didik lebih mudah menemukan dan
memahami konsep-konsep yang sulit apabila
mereka saling mendiskusikan masalah-masalah
tersebut dengan temannya. Penggunaan media
pembelajaran berupa media prezi , juga
mempermudah pemahaman peserta didik
tentang materi trigonometri. Hal tersebut sesuai
dengan teori Brunner sebagaimana dikutip oleh
Suherman (2003) bahwa penggunaan alat
peraga (media prezi) dalam pembelajaran yang
dapat membantu menyampaikan pengalaman
kepada peserta didik serta memberikan
gambaran mengenai objek yang mewakili suatu
konsep. Selain itu sesuai dengan yang
disampaikan Djamarah (1995), dengan adanya
media dapat membantu peserta didik tidak
cepat bosan dan kelelahan dalam pembelajaran
sehingga proses pembelajaran menjadi lancar.
Pada pembelajaran di kelas kontrol tidak
dilengkapi dengan media pembelajaran berupa
media prezi.
Pada pembelajaran kelas eksperimen,
peserta didik jauh lebih aktif dalam berdiskusi
secara berkelompok karena mereka dituntut dari
awal pembelajaran untuk menemukan materi
baru secara diskusi, bukan dengan menunggu
penjelasan dari guru. Sesuai dengan teori
Ausubel sebagaimana dikutip oleh Ruseffendi
(2006) bahwa proses pembelajaran menemukan
lebih baik dibandingkan dengan proses
pembelajaran menerima. Hal ini tidak terjadi
pada kelas kontrol.
Berdasarkan analisis hasil penelitian di
kelas eksperimen dan kontrol berupa hasil
observasi aktivitas peserta didik dan kinerja
guru serta tes kemampuan berpikir reflektif
peserta didik, dapat ditarik kesimpulan
5

Y Wicaksana et al / Journal of M athematics Education 2 (1) (2013)

Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima
kasih kepada Welasono, S.Pd dan M unjaroah,
S.Pd. selaku Guru M atematika kelas X SM A
Negeri 1 M agelang.

beberapa hal. Dari perhitungan data hasil tes
menggunakan uji proporsi satu pihak, diperoleh
bahwa rata-rata kemampuan berpikir reflektif
pada kelas eksperimen mencapai K K M klasikal.
Kemudian diperoleh dari perhitungan uji
kesamaan rata-rata kemampuan berpikir
reflektif peserta didik kelas eksperimen dan
kelas kontrol diperoleh bahwa rata-rata
kemampuan berpikir reflektif kelas eksperimen
lebih dari rata-rata kemampuan berpikir
reflektif kelas kontrol.

D aftar Pustaka
A zizah, L dkk. 2012. Pengembangan Perangkat
Pembelajaran M odel CORE Bernuansa
Konstruktivistik
untuk
M eningkatkan
Kemampuan Koneksi M atematika. Dalam
Unnes Journal of M athematics Education
Research vol 1(1) halaman 100-105, 2012

ISSN:2252-6455.
Coskun, M . et. al. 2011. Evaluation of Geographic
Information System (GIS) Based Teaching
Process A ccording to Primary Education
Student’s Reflective Thinking Skills. M iddleEast Journal of Scientific Research 7 (3):
halaman 381-386, 2011 ISSN:1990-9233.
IDOSI Publications, 2011.
Diamond, S. 2010. Prezi for Dummies. Canada : Wiley
Publishing.
Djamarah, S. B. dan Zain, A . 1995. Strategi Belajar
M engajar. Banjarmasin : Rineka Ilmu
Ruseffendi. 2006. Pengantar kepada M embantu Guru

Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah
dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa (1)
rata-rata kemampuan berpikir reflektif peserta
didik kelas X pada materi pokok trigonometri
sub-bab aturan sinus dan kosinus serta rumus
luas segitiga dengan implementasi model
pembelajaran CORE mencapai K K M klasikal.
K K M klasikal dicapai jika sebanyak 75% dari
jumlah peserta didik memperoleh nilai lebih
dari atau sama dengan 77, dan (2) rata-rata
kemampuan berpikir reflektif peserta didik
dengan model pembelajaran CORE berbantuan
media prezi lebih baik dibandingkan rata-rata
kemampuan berpikir reflektif peserta didik
dengan model pembelajaran langsung.

M engembangkan
Kompetensinya
dalam
Pengajaran M atematika untuk M eningkatkan
CBSA . Bandung : Tarsito

Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung:
A lfabeta.
Suherman, E. dan Winataputra, U. S. 1992. Strategi
Belajar M engajar M atematika. Jakarta :
Penerbit Universitas Terbuka.
Suherman, E dkk. 2003. Strategi Pembelajaran
M atematika Kontemporer. UPI : JICA

Ucapan Terimakasih
A rtikel ini dapat tersusun dengan baik
berkat bantuan dan bimbingan banyak pihak.

6