Islam dan Ilmu Pengetahuan Ahda

ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN
Oleh: Ahda Bina, Lc.

A. KEUTAMAAN ILMU, ILMUWAN DAN MAJELIS ILMU
Nama nabi yang paling banyak disebut dalam al-Qur’an adalah Nabi Musa
as. Demikian banyak nama Nabi Musa as disebut dalam al-Qur’an, sehingga
Nabi Muhammad saw. pernah berkata, bahwa hampir saja al-Qur’an itu
diturunkan kepada Nabi Musa.
Di antara kisah masyhur yang diceritakan oleh al-Qur’an tentang Nabi
Musa adalah kisah pertemuan antara Nabi Musa as. dan Nabi Khidhir as.
Dimana pada pertemuan itu Nabi Musa as. meminta kepada Nabi Khidhir as.
untuk mengajarkan sebagian ilmunya.
“Musa berkata kepada Khidhir: “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu
mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah
diajarkan kepadamu?” (QS. Al-Kahfi: 66)
Bila kita bertanya, siapakah nabi yang lebih mulia antara Nabi Musa as
dan Nabi Khidhir as? Jawabannya sudah jelas, Nabi Musa as lebih mulia 1
daripada Nabi Khidhir as, mengingat Nabi Musa as termasuk salah satu nabi
yang bergelar Ulul Azmi bersama empat nabi yang lain, yaitu: Nabi Nuh as,
Nabi Ibrahim as, Nabi Isa as, dan Nabi Muhammad saw. Namun hal itu tidak
menghalangi Nabi Musa as untuk menemui Nabi Khidhir as dengan tujuan

belajar darinya.
Ternyata, seorang nabi pun diperintahkan oleh Allah untuk terus belajar,
apalagi kita manusia biasa. Oleh karena itu, tanpa mempedulikan kemuliaan
yang telah dicapainya, hendaknya seorang muslim tidak pernah merasa lelah
untuk terus-menerus belajar apapun dan kepada siapapun. Tentu saja asalkan
ilmu yang dipelajari itu mendatangkan manfaat.

1

Yusuf al-Qaradhawi, ar-Rasul wal-‘Ilm (Kairo: Maktabah Wahbah, 1999), hal.
110.

1. Keutamaan Ilmu
Dalam agama Islam, ilmu merupakan sarana yang amat penting untuk
meningkatkan iman. Oleh karena itu, kita mendapatkan banyak himbauan
yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. mengenai keutamaan ilmu
ini, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Di antara hasad yang diperbolehkan
Secara umum, hasad atau iri itu dilarang, alias haram. Namun
untuk ilmu, apalagi ilmu yang bermanfaat, hasad itu diperbolehkan.

Nabi Muhammad saw. bersabda:

‫ج ل‬
، ‫ماَل ل‬
‫ در ج‬: ‫ن‬
‫ل د‬
‫ح د‬
‫ه د‬
‫ل آدتاَه ج الل ج‬
‫سد د إ إل ل في اث ين دت دي ي إ‬
‫ج ل‬
‫ه‬
‫ وددر ج‬، ‫حقق‬
‫ه ع ددلىَ هدل دك دت إهإ إفي ال د‬
‫فد د‬
‫ل آدتاَه ج الل ج‬
‫سل لط د ج‬
. ‫ متفقل ع دل دي يهإ‬. َ‫مدها‬
‫ فدهجود ي د ي‬، ‫ة‬
‫م د‬

‫ال إ‬
‫ق إ‬
‫ضي ب إدهاَ ودي جعدل ق ج‬
‫حك ي د‬
“Hasad itu tidak diperkenankan, kecuali dalam dua hal. Pertama, hasad
pada seseorang yang diberi oleh Allah akan harta yang melimpah, lalu
ia menghabiskan harta itu di jalan kebenaran. Kedua, hasad pada
seseorang yang diberi oleh Allah akan ilmu, lalu ia menggunakan ilmu
itu untuk memutuskan perkara dan mengajarkannya.” (Muttafaq ‘alaih)
b. Memudahkan penuntut ilmu masuk surga
Kebanyakan umat Islam menganggap bahwa orang yang
dimudahkan masuk surga adalah orang yang ahli ibadah; banyak puasa
atau shalat misalnya. Namun ternyata, menuntut ilmu juga merupakan
jalan untuk mencapai surga, bahkan dimudahkan. Nabi Muhammad
saw. bersabda:

‫سل د د‬
‫سه ل د‬
‫ه‬
‫س إفيهإ إ‬

‫ريقاَ ل ي دل يت د إ‬
‫ د‬، ‫عيلماَ ل‬
‫ن د‬
‫ل الل ج‬
‫ود د‬
‫م ج‬
‫م ي‬
‫ك طد إ‬
. ‫ رواه مسلم‬. ‫جن لةإ‬
‫ريقاَ ل إ إدلىَ ال د‬
‫لد ج‬
‫ه طد إ‬
“Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah
akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

2

c. Ilmu merupakan salah satu sumber pahala tiada henti
Selain shadaqah jariyah dan anak saleh yang selalu mendoakan
kedua orang tuanya, ilmu yang bermanfaat merupakan sumber pahala

yang senantiasa mengalirkan pahala bagi orang yang mengajarkan
ilmu dengan tulus. Nabi Muhammad saw. bersabda:

:‫ث‬
‫م ان ي د‬
‫ن دثلَ ث‬
‫ه إ إل ل إ‬
‫ن آد د د‬
‫مل ج ج‬
‫قط دعد ع د د‬
‫ماَ د‬
‫إ إدذا د‬
‫م ي‬
‫ت اب ي ج‬
‫د‬
‫ح‬
‫عل يم ث ي جن يت د د‬
‫ أ دوي إ‬، ‫جاَرإي دةث‬
‫صد دقدةث د‬
‫ أوي ودل دد ث د‬، ‫فعج ب إهإ‬

‫د‬
‫صاَل إ ث‬
. ‫ رواه مسلم‬. ‫ه‬
‫ي دد ي ج‬
‫عو ل د ج‬
“Apabila anak Adam (manusia) meninggal, maka terputuslah semua
amalnya, kecuali tiga hal, yaitu: shadaqah jariyah, ilmu yang
bermanfaat, dan anak saleh yang senantiasa mendoakannya.” (HR.
Muslim)
d. Orang yang belajar itu sama dengan berjihad
Kebanyakan dari kita beranggapan bahwa jihad itu harus dengan
senjata. Ternyata belajar itu termasuk jihad. Nabi Muhammad saw.
bersabda:

‫ن د‬
‫ل اللهإ‬
‫خدر د‬
‫ب العإل يم إ فدهجود في د‬
‫د‬
‫ج في ط دل د إ‬

‫سبَي إ‬
‫م ي‬
‫ رواه الترمذي‬. ‫جعد‬
‫د‬
‫حلتىَ ي دير إ‬
“Barangsiapa keluar rumah untuk menuntut suatu ilmu, maka ia sama
dengan orang yang berangkat jihad fi sabilillah, sampai ia kembali ke
rumahnya.” (HR. Tirmidzi)
e. Malaikat pun membentangkan sayap untuk pencari ilmu
Malaikat adalah makhluk Allah yang tidak pernah bermaksiat.
Rasulullah saw. menggambarkan kemuliaan orang yang menuntut itu
dengan hadirnya para malaikat yang mengembangkan sayapnya untuk
orang tersebut.

3

‫ب العإل يم إرضِاَ ل‬
‫حت ددهاَ ل إ د‬
‫ملَ دئ إك د د‬
‫جن إ د‬

‫ضع ج أ ي‬
‫ة ل دت د د‬
‫دوإ ل‬
‫ن ال د‬
‫طاَل إ إ‬
‫إ‬
. ‫ رواه أبو داود والترمذي‬. ‫صن دعج‬
‫بإ د‬
‫ماَ ي د ي‬
“Sungguh para malaikat itu membentangkan sayapnya pada orang
yang sedang menuntut ilmu sebagai tanda ridha malaikat pada orang
itu. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
2. Keutamaan Ilmuwan
Apabila Islam demikian menghargai usaha orang-orang yang menuntut
ilmu, sudah selayaknya Islam pun amat menghargai orang-orang yang
berilmu. Berikut ini beberapa keutamaan ilmuwan:
a. Ditinggikan derajatnya
Menggambarkan keutamaan orang yang berilmu atau ilmuwan,
Allah Ta’ala berfirman:
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di

antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)
b. Hanya orang yang berilmu yang selamat
Lalu Nabi Muhammad saw. seakan menegaskan keutamaan
ilmuwan itu dengan sabda beliau:

‫ إ إل ل ذ إك يدر الله‬، َ‫ماَ إفيدها‬
‫مل يجعون د ل‬
‫مل يجعو ل‬
‫ن د‬
‫ د‬،‫ة‬
‫الد دن يدياَ د‬
‫د‬
‫ رواه‬. ‫مت دعدقلماَ ل‬
‫ ود د‬، ‫ماَ دواله ج‬
‫ أوي ج‬، ‫عاَإلماَ ل‬
‫ ود د‬، َ‫ت ددعاَدلى‬
‫الترمذي‬
“Dunia itu terlaknat, dan terlaknatlah semua yang ada di dunia itu,
kecuali dzikir kepada Allah, ketaatan kepada-Nya, dan orang yang

berilmu, atau yang mengajarkan ilmu.” (HR. Tirmidzi)

4

c. Dimohonkan ampunan oleh seluruh penduduk langit dan bumi
Keutamaan ilmuwan atau orang yang berilmu itu bukan hanya
mendapat kemuliaan di sisi sesama manunia. Kemuliaan ilmuwan itu
juga memperoleh perhatian di sisi makhluk Allah yang lain, yaitu
hewan-hewan yang hidup di daratan maupun di lautan.
Hal ini tidaklah mengherankan, karena ilmuwan atau orang yang
berilmu dengan ilmu yang benar akan juga memperhatikan nasib
sesama makhluk hidup. Seorang ilmuwan yang berperilaku sesuai
dengan ilmunya akan memperhatikan dampak kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehingga tidak merugikan apalagi
membinasakan sesama makhluk hidup, meskipun ia hanya seekor
hewan.

‫ن‬
‫سماَدوا إ‬
‫ست دغي إ‬

‫دوإ ل‬
‫ن إفي ال ل‬
‫م ل دي د ي‬
‫ت ود د‬
‫ه د‬
‫فجر ل د ج‬
‫ن الدعاَل إ د‬
‫م ي‬
‫م ي‬
‫ رواه أ دجبو‬. ‫ماَءإ‬
‫حلتىَ الحيدتاَ ج‬
‫ض د‬
‫ن في ال د‬
‫إفي الير إ‬
. ‫داود والترمذي‬
“Sesungguhnya semua yang ada di langit dan di bumi itu selalu
memohonkan ampunan bagi orang yang berilmu, termasuk ikan paus
di laut.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
d. Memperoleh keutamaan jauh di atas ahli ibadah
Seorang yang beribadah berdasarkan ilmu jauh lebih mulia
daripada seorang yang beribadah hanya berdasarkan ikut-ikutan,
meskipun praktik ibadahnya secara dhahir adalah sama. Sama-sama
benar. Tapi orang yang pertama beribadah dengan mengetahui
ilmunya, sementara orang yang kedua beribadah tanpa mengetahui
ilmunya. Hal ini menunjukkan betapa mulianya orang yang ahli ibadah
berdasarkan ilmu.

‫ض ج‬
َ‫مرإ ع ددلى‬
‫ل ال د‬
‫ل الدعاَل إم إ ع ددلىَ الدعاَب إد إ ك د د‬
‫ف ي‬
‫دوف ي‬
‫ق د‬
‫ض إ‬
. ‫ رواه أ دجبو داود والترمذي‬. ‫ب‬
‫د‬
‫واك إ إ‬
‫ساَئ إرإ الك د د‬
5

“Keutamaan seorang yang berilmu atas seorang yang ahli ibadah
itu ibarat keutamaan bulan atas seluruh bintang-bintang.” (HR. Abu
Dawud dan Tirmidzi)
e. Pewaris para nabi
Secara umum, hubungan waris-mewarisi itu merupakan salah satu
hubungan yang amat khusus antara seseorang dengan orang yang lain,
seperti adanya hubungan darah atau urusan pembebasan dari
perbudakan (sebagaimana dahulu terjadi pada masa Islam klasik).
Artinya, hubungan waris-mewarisi itu bukan sembarang hubungan
yang bisa diada-adakan secara sembarangan.
Adalah sebuah kemuliaan apabila seorang muslim memiliki
“hubungan yang khusus” itu dengan manusia paling mulia, bahkan
nabi yang paling mulia, yaitu Nabi Muhammad saw. Nah, ternyata
jalan mencapai kemuliaan itu adalah melalui jalur ilmu.

‫م ي دودقرجثوا‬
‫ماَدء وددرث د ج‬
‫ دوإ ل‬، ‫ة الن يبَ إدياَإء‬
‫دوإ ل‬
‫ن الن يبَ إدياَدء ل د ي‬
‫ن العجل د د‬
‫ن أد د‬
‫إديدناَرا ل ودل د د إير د‬
‫خذ ده ج‬
‫ فد د‬، ‫م‬
‫ماَ ودلرجثوا العإل ي د‬
‫هماَ ل دوإن ل د‬
‫م ي‬
‫ح ظ‬
. ‫ رواه أ دجبو داود والترمذي‬. ‫ظ دوافإرث‬
‫أد د‬
‫خذ د ب د‬
“Sesungguhnya orang-orang yang berilmu adalah pewaris para nabi.
Sedangkan para nabi itu tidak mewariskan dirham. Para nabi itu
hanya mewariskan ilmu. Maka barangsiapa mengambilnya, maka ia
telah mengambil keuntungan yang besar.” (HR. Abu Dawud dan
Tirmidzi)
3. Keutamaan Majelis Ilmu
Mengingat demikian utamanya ilmu dan ilmuwan, sudah tentu hal ini
menunjukkan keutamaan majelis ilmu. Keutamaan mejelis ilmu ini bisa
kita pahami dengan adanya etika atau akhlak mencari ilmu yang akan kita
rinci dalam bahasan berikutnya. Semoga Allah memberikan kemudahan.

6

B. ANTARA ILMU AGAMA DAN ILMU UMUM
Ada anggapan, bahwa ilmu agama itu lebih mulia daripada ilmu umum.
Ilmu agama itu diartikan sebagai ilmu yang secara langsung merujuk kepada
al-Qur’an dan hadits, seperti ilmu akidah dan fikih, atau seperti tata cara
wudhu dan shalat. Sementara ilmu umum itu diartikan sebagai ilmu yang tidak
secara langsung merujuk kepada al-Qur’an dan hadits, seperti ilmu teknik dan
kedokteran, atau seperti tata cara membuat jembatan dengan baik dan
mengobati penyakit dengan benar. Boleh jadi anggapan itu timbul dari
pemahaman sebuah hadits yang merupakan sabda Nabi Muhammad saw.:

. ‫ متفقل ع دل دي يهإ‬. ‫ن‬
‫ف ق‬
‫خييرا ل ي ج د‬
‫ه ب إهإ د‬
‫ه في ال ق‬
‫قه ي ج‬
‫ن ي جرإد إ الل ج‬
‫د‬
‫م ي‬
‫دي إ‬
“Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah akan suatu kebaikan, maka Allah
akan memahamkan orang itu pada agama.” (Muttafaq ‘alaih)
Berdasarkan hadits di atas, menurut anggapan itu, bila Allah hendak
memberikan kebaikan kepada seorang hamba, maka Allah akan memberikan
pemahaman yang baik kepadanya tentang agama. Sebaliknya, bila Allah tidak
ingin memberikan kebaikan kepada seorang hamba, maka Allah tidak akan
memberikan pemahaman yang baik tentang agama kepadanya.
Secara umum, pemahaman tersebut tidaklah salah. Ibadah shalat misalnya,
memang harus didasari ilmu yang benar. Dan ilmu di sini tentu saja
merupakan ilmu yang secara langsung merujuk kepada al-Qur’an dan hadits.
Namun demikian, bukan berarti bahwa ilmu yang tidak secara langsung
merujuk kepada al-Qur’an dan hadits itu menjadi kurang utama. Bagaimana
kita bisa menghadap kiblat secara tepat misalnya, bila kita tidak menguasai
ilmu perbintangan atau astronomi dengan baik.
Pemilahan ilmu dengan cara seperti itu akan mengakibatkan terpisahnya
kehidupan masyarakat muslim dari pondasi agama. Hasilnya agama akan
dibatasi ruang geraknya dalam ruang-ruang ibadah saja. Agama tidak boleh
mengatur selain urusan dalam masjid, mushalla dan tempat wudhu. Keadaan
demikian tentu saja tidak bisa dibenarkan, karena akan menjadikan seorang
pedagang (misalnya) berlaku ramah dan jujur sekedar ingin menarik simpati

7

dari pembeli dan menambah pelanggan. Dimana perilaku seperti ini justru
dikecam oleh agama. Bahkan perilaku seperti ini sudah diberi nama khusus
oleh agama, yaitu riya’ sebagai salah satu sebab yang menggugurkan pahala
ibadah.
Pemilahan ilmu dengan cara seperti itu secara pasti tumbuh dan
berkembang bukan dari tradisi Islam, yang membatasi ibadah sebagai bentuk
penghambaan diri seorang hamba kepada Tuhan hanya di ruang-ruang ibadah.
Islam justru mengajarkan, bahwa ibadah itu tidak terbatas dilakukan di ruang
ibadah. Seorang suami yang “mendekati” istrinya misalnya, bila diniatkan
sebagai ibadah akan menjadi ibadah. Demikian pula seorang suami yang
sedang bekerja keras mencukupi keperluan ekonomi rumah tangganya juga
disebut sedang beribadah dan berhak memperoleh kemuliaan agamawi.

C. AKHLAK MENCARI DAN MENGAJARKAN ILMU
Seperti dibahas sebelumnya, karena demikian mulianya kegiatan mencari
ilmu ini, terdapat pesan-pesan khusus dalam proses mencari dan mengajarkan
ilmu.
1. Akhlak mencari ilmu
Berikut ini beberapa petunjuk yang diajarkan oleh agama Islam
sebagai akhlak mencari ilmu:
a. Niat yang tulus
Secara khusus, Rasulullah saw. mengingatkan umatnya untuk
menjaga niat yang benar dalam belajar. Beliau bersabda:

‫ ل‬- ‫ عز وجل‬- ‫ه اللهإ‬
‫م إ‬
‫عيلماَ ل إ‬
‫ماَ ي جبَ يت ددغىَ ب إهإ ود ي‬
‫ج ج‬
‫م ل‬
‫ن ت دعدل ل د‬
‫د‬
‫م ي‬
‫ف‬
‫جد ي ع دير د‬
‫ب ب إهإ ع ددرضِاَ ل إ‬
‫ه إ إل ل ل إي ج إ‬
‫صي د‬
‫م يد إ‬
‫ ل د ي‬، َ‫ن الد دن يديا‬
‫م ج‬
‫ي دت دعدل ل ج‬
‫م د‬
. ‫ رواه أ دجبو داود‬. ‫مةإ‬
‫م ال إ‬
‫ال د‬
‫جن لةإ ي دوي د‬
‫قدياَ د‬

“Barangsiapa mempelajari suatu ilmu yang seharusnya untuk
mencapai ridha Allah ‘Azza wa Jalla, namun ia mempelajarinya untuk

8

mencapai keuntungan duniawi, maka kelak di hari kiamat ia tidak akan
mendapati aroma surga.” (HR. Abu Dawud)
b. Selalu berusaha menambah ilmu
Di antara akhlak orang yang mencari ilmu itu, hendaknya ia tidak
pernah berhenti berusaha menambah ilmu yang telah dimilikinya. Hal
ini karena ilmu merupakan lautan yang amat luas, tanpa dasar dan
tepian. Dalam al-Qur’an, Allah pun tidak pernah memerintahkan Nabi
Muhammad saw. untuk menambah sesuatu selain menambah ilmu.
Allah SWT. berfirman:
“Dan berdoalah, “Wahai Tuhanku, tambahkanlah ilmu padaku.”
(QS: Thaha: 114).
Sufyan bin ‘Uyainah, salah seorang ulama besar, ditanya,
“Siapakah orang yang paling berkepentingan untuk terus menambah
ilmu?”
Ia menjawab, “Orang yang paling banyak ilmunya, karena
kesalahan yang dia lakukan menjadi nampak lebih buruk.”2
c. Berguru pada ahlinya
Juga di antara akhlak mencari ilmu itu adalah berguru kepada
orang yang mumpuni di bidangnya. Apabila hendak belajar ilmu tafsir,
hendaknya berguru kepada orang yang ahli tafsir, bukan kepada ahli
filsafat atau matematika. Demikian pula apabila hendak belajar ilmu
hadits, hendaknya juga berguru kepada ahli hadits, bukan kepada
seorang insinyur ataun sosiolog.
Allah SWT berfirman:
“Maka bertanyalah kepada orang-orang yang berilmu, bila engkau
tidak mengetahui ilmunya.” (QS: al-Nahl: 43 dan al-Anbiya’: 7).
Sebagaimana Allah berpesan:
“Seseorang tidaklah akan mampu memberimu ilmu, selain orang
yang benar-benar ahlinya.” (QS: Fathir: 14)
2

Yusuf al-Qaradhawi, al-‘Aql wa al-‘Ilm fi al-Qur’an al-Karim (Kairo: Maktabah
Wahbah: 1996), hal. 211.

9

d. Bertanya dengan tepat
Juga di antara akhlak mencari ilmu yaitu bertanya sesuai dengan
keperluan, bertanya pada waktu yang tepat, dan tidak bertanya dengan
pertanyaan-pertanyaan mubadzir.
Dalam al-Qur’an surat al-Baqarah, Allah SWT mengisahkan
tentang Bani Israel yang suka menanyakan hal-hal yang sebenarnya
sebenarnya sederhana menjadi rumit, karena pertanyaan-pertanyaan
mereka sendiri.
Bila kita perhatikan, dalam al-Qur’an disebutkan beberapa macam
pertanyaan.3 Pertama, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
orang-orang musyrik, seperti kapan terjadinya hari kiamat. Sebuah
pertanyaan yang jawabannya hanya Allah yang mengetahuinya.
Kedua, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh orang-orang
Yahudi, atau pertanyaan-pertanyaan yang berasal dari mereka dan
disampaikan kepada orang-orang Quraisy, seperti pertanyaan tentang
ruh dan Dzulqarnain.
Ketiga, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para shahabat.
Bila kita perhatikan, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para
shahabat itu merupakan pertanyaan-pertanyaan yang praktis, sesuai
dengan keperluan nyata mereka sehari-hari. Seperti pertanyaan tentang
hilal, apa yang perlu disedekahkan, hukum khamer dan perjudian, dan
darah haidh.
2. Akhlak mengajarkan ilmu
Setelah mendapatkan ilmu, hendaknya kita berusaha mengajarkannya
dengan sebaik mungkin. Dengan demikian, kita akan mencapai peringkat
rabbani. Allah Swt. berfirman:
“Namun jadilah kalian sebagai rabbani, berdasarkan apa yang telah
engkau pelajari dari al-Kitab dan berdasarkan apa yang telah engkau
amati.” (QS: Ali ‘Imram: 79)
3

Yusuf al-Qaradhawi, al-‘Aql wa al-‘Ilm fi al-Qur’an al-Karim, hal. 215.

10

Para ulama menjelaskan, kata rabbni di sini artinya orang yang
berilmu, beramal, dan mengarjarkan.
Berikut ini beberapa akhlak dalam mengajarkan ilmu, kami paparkan
satu per satu secara singkat:
a. Tidak menyembunyikan ilmu
Apabila ditanyakan tentang suatu ilmu, dan kita mengetahuinya
dengan baik, hendaknya kita mengajarkan pengetahuan itu. Nabi
Muhammad saw berpesan:

‫ج‬
‫سئ إ د‬
‫ل عن إ‬
‫مة إ‬
‫م ال إ‬
‫م ي دوي د‬
‫ن ج‬
‫قدياَ د‬
‫ج د‬
‫ أل ي إ‬، ‫ه‬
‫م ج‬
‫عل يم ث فدك دت د د‬
‫د‬
‫م ي‬
. ‫ رواه أ دجبو داود والترمذي‬. ‫ن دناَرث‬
‫جاَم ث إ‬
‫ب إل إ د‬
‫م ي‬
“Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu, lalu ia menyembunyikan

ilmu itu, maka kelak di hari kiamat ia akan dicambuk dengan cambuk
dari api.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
b. Tidak segan mengatakan tidak tahu
Apabila kita ditanya tentang suatu ilmu, dan kita tidak
mengetahuinya dengan baik, hendaknya kita tidak merasa malu untuk
mengatakan, “Saya tidak tahu.” Dalam hal ini Nabi Muhammad saw
berpesan:

‫ن‬
‫ه ل د يد ي‬
‫ه إ‬
‫إ ل‬
‫م ان يت إدزاعاَ ل ي دن يدتزع ج‬
‫ض العإل ي د‬
‫ن الل د‬
‫قبَ إ ج‬
‫م د‬
َ‫حلتى‬
‫م بإ د‬
‫ن يد ي‬
‫ د‬، ‫ماَإء‬
‫ض العجل د د‬
‫ض العإل ي د‬
‫قبَ إ ج‬
‫ دولك إ ي‬، ‫س‬
‫قبَ ي إ‬
‫اللناَ إ‬
‫س جر ج‬
، ‫جلهاَل ل‬
‫ ات ل د‬، ‫عاَإلماَ ل‬
‫ق د‬
‫ؤوساَ ل ج‬
‫إ إدذا ل د ي‬
‫خذ د اللناَ ج‬
‫م ي جبَ ي إ‬
. ‫ضِدلوا‬
‫سئ إجلوا دفأَيفتوا ب إغدي يرإ إ‬
‫ضدلوا دوأ د‬
‫ فد د‬، ‫عل يم ث‬
‫فد ج‬
. ‫متفقل ع دل دي يهإ‬
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut suatu ilmu secara tiba-tiba
dari tengah manusia. Tapi Allah mencabut ilmu itu dengan mengambil
para ulama. Sehingga, apabila tidak ada lagi orang yang berilmu,
orang-orang pun bertanya kepada orang-orang yang jahil. Lalu orang11

orang jahil itu pun ditanya tentang beberapa perkara, dan mereka pun
memberikan fatwa tanpa ilmu, sehingga mereka tersesat dan
menyesatkan.” (Muttafaq ‘alaih)

D. PRINSIP-PRINSIP ISLAM DALAM PENGEMBANGAN IPTEK
Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang tanpa norma-norma
moral dan agama akan mendatangkan malapetaka, bukan hanya bagi umat
manusia, namun juga bagi hewan-hewan, tumbuhan dan lingkungan. Oleh
karena itu sudah seharusnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
itu selalu dalam arahan dan pengawasan agama, terutama agama Islam.
1. Memperhatikan halal dan haram
Dalam usaha mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
hendaknya manusia memperhatikan aturan agama, terutama yang
berkaitan dengan apa-apa yang telah diharamkan secara tegas. Mungkin
saja dengan kemajuan teknologi, manusia bisa melakukan sesuatu yang
bermanfaat bagi sebagian manusia, namun sebenarnya hal itu dilarang oleh
agama. Misalnya usaha mengkloning manusia, dan merubah jenis kelamin.
2. Memperhatikan maslahat bagi masyarakat umum
Dalam usaha menjaga keamanan nasional, hampir semua negara di
dunia sekarang ini berlomba-lomba mempersiapkan diri dengan alat-alat
tempur. Ada sederetan nama-nama bom atau rudal, di samping pesawat
tempur, kendaraan lapis baja, dan kapal-kapal besar super canggih. Lalu
apabila kita mempertanyakan, apa sebenarnya maslahat yang bisa diambil
dari dikembangkannya berbagai alat tempur seperti itu selain kekuasaan
bagi negara-negara tertentu?
Senjata memang perlu, namun penggunaan teknologi yang semakin
maju dalam hal ini justru semakin mudah pula untuk menghancurkan
kehidupan. Sudah sepantasnya, pengembangan ilmu pengetahuan dan

12

teknologi dalam hal senjata ini sejak awal diperhitungkan apa maslahatnya
untuk kehidupan bersama.
3. Memperhatikan skala prioritas
Di zaman yang serba canggih seperti zaman sekarang, realitanya masih
banyak warga negara atau warga dunia yang hidup di bawah garis
kemiskinan. Oleh karena itu, seharusnya pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi jangan sampai semakin memperlebar jurang perbedaan
antara si kaya dan si miskin. Artinya, jangan sampai ilmu pengetahuan dan
teknologi itu dikembangkan justru untuk kepentingan si kaya semata.
4. Menjauhi sikap mubadzir
Dalam hukum Islam ada empat istilah yang berkaitan dengan
kebutuhan dan keinginan manusia, yaitu: dharuriyat, hajiyat, tahsiniyat
dan kamaliyat. Dharuriyat adalah kebutuhan yang apabila tidak tercukupi
menjadikan manusia mati, seperti kebutuhan kepada makanan yang cukup.
Hajiyat adalah kebutuhan yang apabila tidak dipenuhi tidak menjadikan
manusia mati, tapi akan membuatnya hidup dengan susah payah, seperti
kebutuhan kepada aneka macam masakan yang lezat. Tahsiniyat adalah
kebutuhan untuk keindahan, seperti aneka tempat makanan yang
berwarna-warni. Ketiga kebutuhan ini hukumnya adalah boleh atau halal.
Adapun kamaliyat adalah kebutuhan yang sebenarnya lebih sebagai
keinginan, seperti makanan yang harganya hingga jutaan rupiah untuk tiap
porsinya. Atau nomor telephon cantik yang harganya mencapai puluhan
juta rupiah. Memang kemampuan setiap orang beraneka ragam, sehingga
penerapan dari keempat macam kebutuhan ini bisa berbeda antara satu
orang dengan orang yang lain.
Berkaitan dengan keempat macam kebutuhan tersebut, hendaknya
kemajuan teknologi bisa digunakan seoptimal mungkin untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang bersifat dharuriyat, hajiyat dan tahsiniyat

13

secara bijak. Dan sebisa mungkin menghindari kebutuhan kamaliyat yang
sebenarnya sama dengan memenuhi hawa nafsu yang tidak ada batasnya.

E. BEBERAPA PERSOALAN BIOAKHLAK DALAM PANDANGAN ISLAM
Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah kita bahas, berikut ini akan kita
tilik ulang beberapa persoalan bioakhlak dalam pandangan Islam.
1. Bayi Tabung
Tidak ragu lagi, pernikahan sebagai lembaga suci dalam masyarakat
yang beragama akan semakin kokoh ikatannya dengan lahirnya seorang
bayi. Namun realita menunjukkan bahwa tidak semua pasangan suami-istri
diberi kemudahan yang sama antara satu dengan yang lain. Ada yang yang
baru menikah langsung “isi”. Namun ada juga yang usia pernikahannya
sudah lebih dari sepuluh tahun belum juga ada tanda-tanda kehamilan.
Melalui bantuan teknologi, sebagian pasangan suami-istri yang kesulitan
memperoleh keturunan dapat menemukan solusi. Salah satu solusi itu
adalah teknologi bayi tabung.
Proses teknologi bayi tabung itu sebenarnya tidak ubahnya sebagai
proses pembuahan alami, yaitu bertemunya sel sperma dengan sel telur.
Hanya saja pembuahan alami terjadi dalam rahim seorang calon ibu,
sementara pembuahan bayi tabung dilakukan di sebuah tempat khusus
hasil karya manusia. Dengan kemajuan teknologi, sepasang suami-istri
yang telah diketahui dimungkinkan memiliki anak, namun ternyata selalu
gagal dalam proses pembuahan, bisa memperoleh solusi dengan bantuan
para dokter melalui proses ini.
Lalu bagaimana sikap Islam terhadap bayi tabung ini? Halal atau
haram?
Secara umum, para ulama memperbolehkan pemanfaatan teknologi
bayi tabung ini, sepanjang memperhatikan nilai-nilai ajaran Islam, yaitu:
Pertama, hendaknya sperma dan ovum berasal dari sepasang suami
istri. Oleh karena itu, pembuahan yang dilakukan antara sperma dan ovum
14

yang berasal dari luar pasangan tidak bisa dibenarkan. Pembuahan seperti
ini menjadi tidak berbeda dengan perzinahan yang diharamkan.
Kedua, hendaknya rahim tempat bersemainya bakal janin itu adalah
istri dari pemilik sperma. Yang demikian ini diatur, sehingga tidak ada
wanita yang mengandung benih dari laki-laki yang bukan suaminya. Bila
hal ini diabaikan, akan lahir bayi dari rahim seorang wanita yang bukan
istri dari bapaknya. Tentu saja dampak dari pengabaian ini akan
menimbulkan kekacauan hukum perkawinan.
2. Kloning
Dengan bantuan teknologi pula, sekarang makhluk hidup yang
biasanya berketurunan dengan cara bertemunya sel sperma dengan sel
telur, menjadi tidak demikian. Dengan bantuan teknologi yang disebut
dengan kloning, telah dimungkinkan terjadinya pembuahan tanpa bantuan
sperma.
Secara sederhana, proses kloning ini terjadi dengan cara:
Pertama, menyiapkan sebuah sel telur yang diambil inti selnya.
Kedua, mengambil inti sel dari sel selain sel telur.
Ketiga, menyuntikkan inti sel tersebut ke dalam sel telur di atas.
Dengan proses demikian, terbentuklah zigot atau bakal janin.
Teknologi ini bisa diterapkan kepada seluruh binatang, termasuk secara
teori kepada manusia.
Lalu bagaimana hukum kloning? Hukum kloning dibedakan kepada
obyeknya. Bila obyeknya binatang, apalagi binatang langka yang hampir
punah, maka kloning tidak dipermasalahan.
Adapun kloning kepada manusia hukumnya adalah haram. Kloning
kepada manusia diharamkan dengan beberapa alasan.
Pertama, dari segi hak asuh anak. Setiap anak memiliki hak untuk
mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah dan seorang ibu. Sementara
seorang bayi hasil kloning hanya memiliki orang tua dari ibu saja.

15

Kedua, dari segi hukum. Apa jadinya bila setiap wanita yang hamil di
luar perkawinan mengaku telah melakukan kloning.
3. Operasi Ganti Kelamin
Berkat kecanggihan teknologi pula, sekarang manusia bisa melakukan
operasi ganti kelamin. Seorang yang semula berkelamin laki-laki bisa
berganti kelamin perempuan, dan sebaliknya.
Dalam Islam, jenis kelamin mempengaruhi kedudukannya dalam
melaksanakan kewajibannya sebagai seorang hamba. Dalam Islam,
pembedaan jenis kelamin memiliki konsekuensi yang serius, sejak lahir
hingga mati.
Bagi seorang bayi laki-laki aqiqahnya adalah dua ekor kambing,
sedangkan aqiqah seorang bayi perempuan satu ekor kambing. Aurat lakilaki adalah sebatas pusar hingga lutut, sedangkan aurat perempuan adalah
seluruh tubuh kecuali wajah dan kedua telapak tangan. Hak waris seorang
anak perempuan adalah separo dari hak waris seorang anak laki-laki.
Ketika seorang laki-laki meninggal, kain kafannya berlapis tiga.
Sedangkan ketika seorang wanita meninggal, kain kafannya berlapis lima.
Demikian pula ada pembedaan di mana posisi seorang imam shalat
jenazah berdiri; dibedakan antara jenazah laki-laki dan jenazah
perempuan.
Mengingat konsekuensi-konsekuensi hukum di atas, operasi ganti
kelamin hukumnya adalah haram.
4. Bedah Plastik
Rasulullah Saw. pernah menyampaikan bahwa Allah itu indah dan
menyukai semua yang indah. Oleh karena itu, Rasulullah Saw.
memberikan teladan kepada kita bagaimana berperilaku untuk menjaga
dan menyempurnakan keindahan-keindahan yang telah diberikan oleh
Allah Swt. Mulai dari berpakaian, menyisir rambut, memotong rambut dan
kuku, serta menggunakan wangi-wangian.

16

Secara fitrah kesenangan untuk tampil indah itu memang sudah
diberikan oleh Allah kepada setiap manusia. Namun banyak manusia yang
karena saking inginnya tampil lebih indah membuatnya melakukan hal-hal
yang melebihi kewajaran. Seperti mengerok alis dan menggantinya dengan
gambar pensil atau tato. Bahkan dengan bantuan kecanggihan teknologi,
manusia bisa mengganti bentuk hidung, bibir, atau anggota tubuh yang
lain.
Tindakan-tindakan yang di luar batas kewajaran itu memberikan kesan,
seakan-akan pelakunya tidak bisa menerima karunia yang telah
diterimanya. Bahkan secara etika pelaku tindakan tersebut memberikan
kesan sebagai sosok yang tidak percaya diri, sehingga dia bersembunyi di
balik topeng yang dibuatnya sendiri. Padahal tindak-tindakan itu bukannya
tidak membawa dampak negatif secara medis bagi dirinya sendiri.
Bagaimana sikap Islam dalam hal ini? Secara umum Islam menerima
semua yang indah namun wajar. Namun bila sampai mengarah kepada
perbuatan yang melebihi batas kewajaran, apalagi mengarah pada sikap
yang tidak menerima karunia dari-Nya, maka hal itu bisa dikategorikan
sebagai perbuatan yang tidak menyatakan ungkapan rasa syukur.

F. PERTANYAAN
1. Jelaskanlah hubungan antara iman dan ilmu dalam agama Islam!
2. Apakah ada seorang ilmuwan yang dihukum karena dia memperoleh
sebuah temuan ilmiah karena ternyata bertentangan dengan isi kitab suci?
Jelaskankan jawaban Anda dengan membandingkan sejarah agama Kristen
dan agama Islam!
3. Bagaimana sikap Islam terhadap kemajuan teknologi?

G. REFERENSI
-

Software Maktabah Syamilah.

-

Yusuf al-Qaradhawi. ar-Rasul wal-‘Ilm. Kairo: Maktabah Wahbah,

17

1999.
-

Yusuf al-Qaradhawi. al-‘Aql wa al-‘Ilm fi al-Qur’an al-Karim. Kairo:
Maktabah Wahbah: 1996.

18

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2