Makalah Hadist Ekonomi Pembangunan Ekono

MAKALAH

HADITS TENTANG PEMBANGUNAN EKONOMI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadits Ekonomi
Dosen Pengampu: Dr. Abdul Rokhim S,Ag.,M.EI

Disusun oleh : Kelompok 10
Ida Saida

(083143001)

Deby Nikmatuz Zahro

(083143047)

Bella Dwi Saputri

(083143021)

Elok Wulan Maulida


(083143045)

Imanu Dwisiswo Putranto

(083143051)

FAKULTAS SYARIAH
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) JEMBER
SEPTEMBER, 2015
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah
ini berisikan pembahasan mengenai Hadits tentang Sumber Daya Manusia.
Penyusun yakin atas pertunjuk-NYA pula sehingga berbagai pihak berkenan
memberikan bantuan dan kemudahan bagi penyusun. Untuk itu penyusun mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak terutama kepada bapak Dr.Abdul RokhimS,Ag.,M.EI.

yang telah mendampingi kami dalam mengkaji materi hadist ekonomi, dengan judul bab
dadits tentang sumber daya manusia.
Penyusun menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
keterbatasan untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan para pembaca pada
umumnya. Dan diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang pembahasan bab yang akan kita pelajari ini.

Jember , September 2015

Penyusun

2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................1
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................4
1.3 Tujuan ........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................5
2.1 Hadits dan Terjemah Tentang Sumber Daya Manusia................................5
2.2 Kata Kunci Hadits Tentang Sumber Daya manusia ...................................
2.3 Penjelasan Hadits Tentang Sumber Daya Manusia....................................7
BAB III PENUTUP......................................................................................................15
3.1 Kesimpulan.................................................................................................15
3.2 Saran...........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 16

3

BAB II
PEMBAHASAN
PEMBANGUNAN EKONOMI
‫ب انللى اللنه نمنن الممؤنمنن‬
‫ لقالل لرمسومل الله ص ي للى ل‬:‫عنن ابي مهلري نلرلة لرنضلي الله عنمه لقالل‬

‫ل‬
‫) ال نممؤنممن اللقنو يمي لخي نررلوأ للح م‬: ‫عل لي ننه لولسل ي للم‬
‫ل‬
‫ ل لنوا لنيني لفلعنلت‬:‫لواننن ألصا بللك لشنيءر لفللاتلمقنل‬،‫عللى لما ي لن نلفمعلك لوانستلنعمن نبلاللنه لو للاتلنعنجنز‬
‫اا ي ل‬
‫ انحنرنص ل‬،‫ لونفني ك م ي نل لخي نرر‬، ‫ضنعينف‬
‫علملل ال ي لشي نلطانن( أ لنخلرلجمه ممنسنلم‬
‫لفنإ يلن ل لنو ن لنفن لمح ل‬،‫ لق ي لدلراللمه لولمالشالءاللمه لفلعلل‬:‫لول لنكنن مقنل‬،‫كلذالكالن ك للذا لولكذا‬

Artinya : “ Dari Abu Hurairah RA berkata : Rasulullah SAW bersabda orang mukmin
yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah, dan
pada semuanya ada kebaikan, tamaklah (mengharaplah) pada barang-barang yang akan
mendatangkan manfaat untuknya, dan minta tolonglah kepada Allah SWT, dan janganlah
engkau merasa lemah, dan apabila kamu ditimpa suatu musibah, maka janganlah engkau
berkata : kalau saya berbuat begini tentu menjadi begini, akan tetapi katakanlah telah
ditakdirkan oleh Allah SWT, dan apa yang dikehendaki oleh Allah SWT pasti Allah SWT
lakukan (pasti terjadi), karena sesungguhnya kata “seandainya” itu membuka perbuatan setan
(HR. Muslim)

‫لوي لك نلرمه‬،‫كم ث لللاثثا‬

‫ ان يلن اللله تعالى ي لنرلضى ل ل م‬: ‫عل لي ننه لولسل ي للم‬
‫ لقالل لرمسومل الله ص ي للى ل‬:‫عنن ابي مهلري نلرلة لرنضلي الله عنمه لقالل‬
‫ل‬
‫لوك لثنلرلة‬،‫لوي لك نلرمه ل لك منم لقي نلل لولقالل‬،‫حنمنل اللنه لجنمثعا لوللاتللف يمرمقوا‬
‫لل م‬
‫لوأ لنن ن لنعتلنصمموا نب ل‬،‫ لوللاتمنشنرمكوا لشي نثئا‬،‫لفي لنرلضى ل لك منم أ لنن تلنعبممدومه‬،‫كم ث لللاثثا‬
‫علة النمانل)لرلوامه ممنسنلم‬
‫لونإلضا ل‬،‫)ال يمسلؤانل‬
Artinya : “ Dari Abu Hurairah RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,
sesungguhnya Allah SWT menyukai tiga macam dan tidak menyukai (membenci) tiga
macam. Allah SWT menyukai tiga macam yaitu: jika kamu menyembah kepadaNya dan tidak
menyekutukanNya dengan sesuatu apapun, dan supaya kamu berpegang teguh dengan tali
(agama) Allah SWT, serta janganlah bercerai berai. Dan Allah SWT tidak menyukai tiga
macam: Banyak bicara, dan banyak bertanya serta menghambur-hamburkan (memboroskan)
harta.

4

A.PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ISLAM
Tanda dari perkembangan ekonomi, secara sederhana adalah pertumbuhan hasil

(growth of outputs) yang menyebabka bertambahnya ragam pilihan dalam barang dan jasa
atau perbaikan dalam kondisi material. Tanda ini, dengan prkembangan pemikiran tentang
pembangunan, bisa ditambah dengan yang lain, atau lebih rinci, seperti terkikisnya
kemiskinan massal ( yang antara lain ditandai oleh buta huruf, penyakit, kematian
bayi,rendahnya gizi masyarakat dan sebagainya ), perubahan komposisi bahan
masukan(inputs) dan keluaran atau hasil( putputs) yang terjadi bebarengan dengan
bergesernya struktur produksi yang menjauhi pertanian menuju kepada industri dan jasa,
meluasnya kesempatan kerja kesemua lapisan dan golongan masyarakat serta partisipasi yang
makin mencangkup masyarakat luas dalam perbuatan keputusan mengenai arah
perkembangan ekonomi menuju kepada kesejahteraan yang lebih tinggi.
Di lain pihak, bahwa mengabaikan masalah kemiskinan dan penderitaan orang lain,
berarti mendustakan agama (surat al-ma’un). Dengan pengertian bahwa pertumbuhan
ekonomi bisa meningkatkan kebebasan manusia, maka kita bisa menerima gagasan
pertumbuhan ekonomi ini sebagai suatu cara untuk mendekati kondisi tersebut.1
Salah seseorang tokoh yang menyuarakan secara langsung ketidak stabilan adalah
Helemut Schmidt(1974).Ia secara tegas mengatakan bahwa ekonomi dunia tengah memasui
fase yang sangat tidak stabil dan masa mendatang yang sama sekali tidak menentu.
Ungkapan Schmidt tersebut secara realitis menggambarkan kondisi kehidupan
ekonomi moderen yang mengalami masa surit karena tingginya tingkat inflasi,pengangguran
semakin meningkat,dan kemiskinan yang semakin menduniaserta pertumbuhan ekonomi

yang semakin menyulitkan antara kelompok elit dan kelompok masyarakat kecil baik dalam
suatu masyarakat mampu di berbagai negara di dunia.
Meskipun demikian banyak analisis kesalahan itu selalu dihubungkan dengan aspekaspekyang melingkupi tumbuh dan berkembangya roda perekonomian seperti ketidak
seimbangan antara anggaran belanja,timbul kecenderungan proteksi, bantua asing begitupula
kerjasama internasional yang tidak memadahi.

1 Manajemen bisnis syari’ah, Jakarta, (PT. Raja Grafindo Persada: 2008) 108

5

Upaya pemecahan masalah tersebut tidak bisa di lakukan secara persial,melainkan
membutuhkan reformasi total sistem yang ada,terlepas apapun sistemnya, yang jelas sistem
tersebut memerlukan keserba-daduan demensi, yaitu material dan seperitual.Dalam ekonomi
islam, keduanya diyakini sebagai sebagai kesatuan yang membentuk pandangan dunia.2
B. LANDASAN ISLAM DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI
1. Landasan filosofis
Landasa filosofis dasar dari pendekatan islam terdapat pembangunan ekonomi. Syed
Nawab Heidar Naqvi(1987,77-87) mengemukakan bahwa landasan filsosofis ini mencangkup
empat unsur,yaitu:(1)tauhid, (2) kesetimbangan(Equilibrium), (3) kebebasan, (4) tanggung
jawab.

a. Tauhid
Ajaran islam yang paling fundamental adalah doktrin tentang kesatuan (al-tawhid), tauhid
merupakan pondasi yang meletakan dasar-dasar antara allah dengan manusia,manusia dngan
manusia, manusia dengan dirinya, manusia dengan alam lingkungan sekitar.
Tauhid,dengan

demikian

merupakan

pandangan

tentang

kebenaran,tentang

dunia,ruang dan waktu .Ia merupakan perinsip dasar yang mencakup, dualitas, ideasionalitas,
dan teologi.Al-faruqi(1997-25-27) menggambarkan dua katagori generic,tuhan dan bukan
tuhan.yang pertama adalah pencipta dan transenden.yang kedua adalah tataran ruang dan
waktu , tataran pengalaman,tayaran ciptaan. Keduanya mutlak terpisah dalam wujud atau

ontologi,dalam eksistensidan karier mereka.selamanya keduanya tidak akan menyatu,berfusi
dan tukar posisi.
Ideasionalitas menggambarkan hubungan antara kedua realitas tersebut secara hakiki
bersifat ideasional.point of reference yang di gunakan adalah kemampuan pemahaman yang
mencakup semua gnosologis, seperti memori, imajinasi, pengamatan ,resio,fantasi dan
sebagainya.
Sedangkan

teologi

menggambarkan

bahwa

hakikat

kosimis

bersifat


teologis,purposif,mengandung tujuan dan penciptaanya,bergerak dan berpeliaku sebagaimana
rancangan yang telah ditetapkan kepadanya,yang disia-siakan atau untuk kesenangan, bukan
2 Segara, Edo. konsep pembangunan ekonomi perspektif ekonomi islam. , (PT. Raja Grafindo Persada: 1989)
hlm 223

6

merupakan kebetulan tapi di ciptakan dalam kondisi yang sempurna sesuai dengan ukuran
guna memenuhi suatu tujuan tertentu.
Tauhid dalam bidang ekonomi mengantar para pelaku ekonomi untuk meyakini bahwa
harta benda adalah milik allah semata,keuntungan yang di peroleh perusahaan adalah berkat
anugrah tuhan. Tauhid juga melahirkan kesatuan dunia dan akhirat dan mengantar seusahaan
untuk tidak hanya mengejar keuntungan duniawi,karena hidup adalah kesatuan duniawi dan
ukhrawi.
b. Keseimbangan (equilibrium)
Dalam al-quran landasan ini mendasarkan dari sejumlah ayat QS.2;201 dan 25;67 sering
kali dijadikan rujukan dasar yang sering di pakai yang memiliki relevansi dan landasan.
Prinsip ini mengantarkan manusia keadaan keharusan adanya fungsi sosial bagi harta
benda,sehingga pratek monopoli pemusatan kekuatan ekonomi penguasa pasar dan
semacamnya harus dihindari.keseimbangan sosial mengharuskan kita untuk melihat neraca

kebutuhan dengan pandangan yang relativ
Keseimbangan hanya dapat di peroleh melalui upaya sadar,ia bukan hanya merupakan
suatu sifat,tetapi juga suatu kebutuhan . Keseimbangan atau keharmonisan sosial ekonomi
merupakan suatu kekuatan dinamis yang mengarahkan kekuatan hebat untuk mewujudkan
masyarakat yang mandiri, yang sadar hak dan kewajiban baik dalam sekala vertikal,
horizontal, individu maupun sosial.
c. Kehendak bebas.
Kehendak bebas adalah prinsip yang mengantar manusia meyakini bahwa allah
memiliki kebebasan mutlak, tetapi Dia juga menganugrahkan kebebasan kepada
manusia.Namun demikian, kebebasan yang dianugrahkan kepada manusia sebagai mutlak
otonomi adalah kebebasan yang terbatas.
Dalam kontek, ekonomi islam, krbebasan yang terbatas sudah barang tentu berbeda
dengan sistem- sistem yang lain mendasarkan pandangan dunianya pada paradikma
materialistik,hedonistik dan feodalistik sebagaimana yang mendominasi pemikiran
liberalisasi ekonomi moderen.
Dengan demikian jelas bahwa kebebasan yang dimasud dalam konteks ekonomi islam
adalah kebebasan yang berbasis tanggung jawab individu dan sosial.kekayaan ekonomi yang
dimiliki harus diperlakukan sebagai amanah yang harus dikelola sebagai mungkin untuk
usaha-usaha produktif yang dapat membantu kelancaran ekonomi rayat. Islam menghenaki

7

pertumbuhan ekonomi yang berimbang baik dalam hal pertumbuhan maupun dalam hal
distribusi.
Pelaku ekonomi yang baik dalam persepktif islam adalah yang mampu menggunakan
kebebasan

dalam kerangka tauhid dan keseimbangan.Dari sini timbul tanggung jawab

manusia individu dan masyarakat. Sesuai dengan itu manusia terkait dengan apa yang
diusahakan.
2. Landasan etika dan moral
De George (1978) mengemukakan visi etika meliputi dua elemen dasar, pertama,
keputusan individu dalam membedakan sesutu yang baik dari yang tidak baik atau sesuatu
yang benar dari sesuatu yang salah atau yang seharusnya dari apa yang tidak seharusnya.
Kedua, setandar moral menjelaskan bahwa keadaan tertentu benar atau salah, baik atau
buruk, atau apa yang seharusnya dengan apa yang tidak seharusnya.
Syariah merupakan etika bagi muslim, ia merupakan sebuah sistem yang
komprehensip yang meliputi seluruh wilayah pengalaman hidup manusia, ia merupakan
sistem hukum sekarigus sistem moralitas, yaitu hukum syariah yang menganut seluruh
aktivitas manusia baik secara personal maupun secara sosial, termasuk aktivitas ekonomi dan
bisnis yang dilakukan oleh perusahaan.
Etika ekonomi yang di ajarkan islam menurut perwujudan nyata dari para pelaku
ekonomi.Etika ekonomi tentang kejujuran sesama manusia dalam transaksi bisnis atau dalam
pengambilan kebijakan yang tidak merugikan pihak lain.
Sebagai upaya perealisasian tanggungjawab moral atas perilaku ekonomi individu dan
masyarakat sebagaimana yang di uraukan di atas,maka dalam ekonomi islam landasan etika
dan moral wujud dalam bentuk sebagai berikut:
1. Pelarangan bunga(riba). Untuk mendorong terciptanya suatu sistem ekonomi
dimana modal it sendiri (apabila tidak di usahakan) tidak akan melahirkan
investasi, dan tidak ada hasil yang di peroleh tanpa resiko.
2. Larangan terhadap pemilik modal (kapitalis).agar tidak menggunakan hartanya ke
arah yang melahirkan desteribusi (kerusakan) baik bagi dirinya, orang lain dan
lingkunganya.
3. Larangan ikhtikar(menimbun) harta dalam bentuk emas atau perak atau sarana
moneter lainya menyebabkan perputaran roda ekonomi mengalami stagansi.
4. Larangan melakukan pemborosan, karena akan melahirkan kerusakan (mafsadat)
bagi individu dan masyarakat.

8

3. Landasan ekonomi dan bisnis.
Landasan pembangunan ekonomi dalam perspektif islam sudah barang tentu diilhami
pandangan dunia islam.pandangan ini menempatkan kegiatan ekonomi sebagai sebagai
bagian perwujudan pengapdian manusia dalam kapasitasnya sebagai khalifah allah di muka
bumi.
Ekonomi dan bisnis islam memiliki visi yang tidak lepas dari visi kehadiran manusia
itu sendiri.visi manusia di muka bumi ini adalah sebagai penebar rahmat melalui serangkian
kegiatan ekonomi dan bisnis yang di lakukan dalam mencari ridho allah.
4.Landasan sosial
Dalam al-quran di tegaskan bahwa allah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik –baiknya untuk menjalin komunikasi yang terbaik yang memiliki kemampuan yang
berbeda-beda baik secara fisik, emosional, spritual, maupun interektual. Perbedaan itu
menjadi dasar yang rasional bagi manusia untuk melaju interaksi sosial dan solidaritas sosial
sehingga sering melengkapi dan sering membutuhkan satu sama lain.
Landasan sosial menghendaki bagaimana mengeliminasi kesejangan sosial ekonomi
sedemikian rupa sehingga harmonis dan koshesi sosial tetap berjalan secara seimbang. Ajaran
islam tentang persaudaraan dan persamaan perlu di tempatkan pada posisi terdepan.
C. PERSYARATAN DASAR PEMBANGUNAN EKONOMI
Atas Dasar Kekuatan Sendiri
Syarat utama bagi pembangunan ekonomi ialah bahwa proses pertumbuhannya harus
bertumpu pada kemampuan perekonomian di dalam negeri. Hasrat untuk memperbaiki nasib
dan prakarsa untuk menciptakan kemajuan material harus muncul dari warga negara itu
sendiri. Pembangunan harus diprakarsai oleh negara dan tidak dapat dicangkokkan dari luar.
Kekuatan luar seyogyanya merangsang dan membantu kekuatan nasional. Ia hanya bersifat
membantu, tidak mengganti. Bantuan luar negeri hanya dapat mengawali atau merangsang
pembangunan dan tidak untuk mempertahankannya. Semangat membangun harus datang dari
dalam, tanpa itu prakarsa pembangunan akan terbuang percuma dan akan segera padam.

9

Menghilangkan Ketidaksempurnaan Pasar
Syarat kedua berkaitan dengan usaha menghilangkan ketidaksempurnaan pasar.
Ketidaksempurnaan pasar menyebabkan immobilitas faktor dan menghambat ekspansi
sektoral dan pembangunan. Untuk menghilangkan hal ini, lembaga sosio-ekonomi yang ada
harus diperbaiki dan diganti dengan yang lebih baik. Fasilitas kredit yang murah dan lebih
luas harus disediakan bagi para petani, pedagang kecil, dan usahawan. Pengetahuan mereka
mengenai kesempatan pasar dan teknik produksi baru juga harus ditingkatkan. Tujuan
perekonomian dengan demikian adalah penggarapan secara maksimum dan penggunaan
secara efisien sumber-sumber yang ada.
Sebagaimana dikatakan Prof.Schultz, “Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang
cukup berarti, maka negeri seperti itu di dalam mengalokasikan modal dan usahanya harus
melakukan tiga hal: meningkatkan kuantitas barang yang dapat direoroduksi, memperbaiki
kualitas manusia sebagai agen prroduksi, dan meningkatkan kadar seni produksinya.” Dengan
demikian diperlukan adanya suatu perubahan struktural dalam rangka mendorong “medan
produksi” ke tempat yang lebih tinggi.
Perubahan Struktural
Perubahan struktural mengandung arti peralihan dari masyarakat pertanian tradisional
menjadi ekonomi industri modern, yang mencakup peralihan lembaga, sikap sosial, dan
motivasi yang ada secara radikal. Perubahan struktural semacam ini menyebabkan
kesempatan kerja semakin banyak, dan produktivitas buruh stok modal, pendayagunaan
sumber-sumber baru serta perbaikan teknologi akan semakin tinggi.
Dalam upaya menaikkan output pertanian harus dilakukan perubahan-perubahan
radikal dalam bentuk land-reform, perbaikan teknik dan input pertanian, organisasi
pemasaran yang lebih baik, lembaga kredit baru, dan sebagainya.
Pada waktu produksi pertanian naik, kenaikan ini akan meningkatkan pendapatan di
sektor pertanian, yang pada gilirannya menaikkan permintaan di pedesaan akan barang
konsumen dan input pertanian. Naiknya permintaan di bidang ini merupakan rangsangan bagi
ekspansi sektor industri. Sektor industri itu sendiri akan mempengaruhi sektor pertanian.
Pertama, perluasan output pertanian memerlukan mesin-mesin pertanian yang lebih baik dan
input lain yang diproduksi oleh sektor industri. Kedua, produktivitas dan pendapatan yang
meningkat di bidang pertanian akan meningkatkan permintaan barang konsumen dan jasa
10

yang tersedia pada sektor industri. “Dengan kata lain, rentang kenaikan produktivitas dan
pendapatan pertanian sangat tergantung pada perubahan struktural perekonomiannya karena
perubahan itu mempengaruhi pertumbuhan permintaan barang-barang yang diproduksi,
pertumbuhan kesempatan kerja alternatif, dan peningkatan kuantitas serta kualitas input yang
dibeli oleh sektor pertanian.”
Pembentukan Modal
Pembentukan modal merupakan faktor paling penting dan strategis di dalam proses
pembangunan ekonomi. Pembentukan modal bahkan disebut sebagai “kunci utama menuju
pembangunan ekonomi”. Pembentukan modal juga berarti pembentukan keahlian karena
keahlian kerapkali berkembang sebagai akibat pembentukan modal.
Namun demikian, penyediaan atau penciptaan modal akan menjadi sia-sia kalau tidak
ada faktor lain yang menunjang pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi bukanlah
suatu proses sederhana berupa peningkatan volume modal per kepala tetapi juga merupakan
hasil pengubahan pandangan masyarakat dan lembaga perekonomian. Walaupun begitu,
sejarah negara maju jelas menunjukkan bahwa perubahan-perubahan besar dalam nilai-nilai
dan pandangan sosial serta lembaga perekonomian terjadi serentak dengan pembangunan
ekonomi dan bukan sebelumnya. Oleh karena itu, kehadiran sekelompok atau segolongan
orang yang benar-benar tertarik pada pembangunan ekonomi, mempunyai kemauan
menabung dan bersedia bekerja dengan imbalan material, merupakan prasyarat bagi
kemajuan suatu perekonomian. Kehadiran orang-orang seperti itu, dengan kemampuan dan
pengetahuan yang diperlukan sebagai agen perubahan, akan mempercepat laju pembangunan
perekonomian.
Persyaratan Sosio-Budaya
Wawasan sosio-budaya masyarakat haruslah diubah jikalau pembangunan diharapkan
dapat berjalan. Manakala terdapat hambatan sosial yang menghalangi kemajuan ekonomi,
hambatan tersebut harus disingkirkan atau disesuaikan. Organisasi sosial seperti keluarga
bersama, sistem kasta, warna kulit, dogma agama dan kehidupan desa harus dimodifikasi
sehingga selaras dengan pembangunan. Perubahan sosio-budaya harus selektif dan
diperkenalkan secara bertahap. Metode yang dipergunakan haruslah persuasif dan bukan
paksaan. Pendidikan dan teladan dapat berbuat banyak dalam hal ini. Pendidikan yang tepat
akan membuka kesadaran masyarakat dan membuka jalan ke arah ilmu pengetahuan. Ia

11

membuka mata orang terhadap metode dan teknik produksi baru, menciptakan swa-disiplin,
daya pikir rasional dan daya jangkau pikir ke masa depan.
Administrasi
Kehadiran administrasi yang kuat, berwibawa, dan tidak korup, merupakan sine qua
nonpembangunan ekonomi. Pemerintah harus kuat, mampu menegakkan hukum dan
ketertiban dan mempertahankan negeri melawan agresi dari luar. Tanpa pemerintahan yang
stabil, perdamaian dan ketentraman, kebijaksanaan publik akan selalu berubah-ubah. Rencana
ekonomi akan mengalami kemunduran, dan pembangunan akan berantakan. Oleh karena
itutanpa alat perlengkapan administratif yang baik dan efisien, rencana pembangunan –publik
maupun privat- tidak akan dapat dilaksanakan secara sempurna. Pembangunan ekonomi juga
memerlukan suatu sistem administrasi yang tepat untuk melaksanakan rencana yang
dicantumkan di dalam peraturan perundang-undangan. Pemerintahan seperti itu harus
menyediakan pelayanan kepada masyarakat, kapan saja dibutuhkan, untuk mendorong:
pembangunan ekonomi; ketertiban, keadilan, polisi, pertahanan; imbalan yang sepadan
dengan kemampuan dan penerapan di dalam produksi; jaminan dalam menikmati hak milik
yang sifatnya bisa sangat beraneka-ragam; hak waris; jaminan bahwa persetujuan dan
perjanjian bisnis akan ditepati; ketentuan-ketentuan tentang standar satuan berat, ukuran dan
mata uang serta stabilitas sistem pemerintahan itu sendiri, untuk memelihara rasa-ketertiban
dan harapan serta tugas masa depan yang dapat diperhitungkan.”
D. HAMBATAN PEMBANGUNAN EKONOMI
1. LINGKARAN SETAN KEMISKINAN
Negara terbelakang umumnya terjerat kedalam apa yang disebut “lingkaran setan
kemiskinan”. Nurkse menjelaskan: “lingkaran setan mengandung arti deretan melingkar
kekuatan-kekuatan yang satu sama lain beraksi dan bereaksi sedemikian rupa sehingga
menempatkan suatu negara miskin tetap berada dalam keadaan melarat. Si miskin, misalnya,
selalu kurang makan; karena kurang makan, kesehatannya menjadi buruk; karena fisiknya
lemah kapasitas kerjanya renda; karena kapasitas kerjanya rendah penghasilannyapun rendah,
dan itu berarti ia miskin, akhirnya ia tidak akan mempunyai cukup makan; dan seterusnya.
Bila keadaan seperti ini dikaitkan dengan negara secara keseluruhan dapat dikemas ke dalam
dalil kuno: ‘suatu negara miskin karena ia miskin’”.

12

Lingkaran setan pada pokoknya berasal dari fakta bahwa produktivitas total di negara
terbelakang sangat rendah sebagai akibat kekurangan modal, pasar yang tidak sempurna, dan
keterbelakangan perekonomian. Lingkaran setan tersebut kalau dilihat dari sudut permintaan
dapat dijelaskan sebagai berikut: rendahnya tingkat pendapatan nyata menyebabkan tingkat
permintaan menjadi rendah, sehingga pada gilirannya tingkat investasipun rendah. Tingkat
investasi yang rendah kembali menyebabkan modal kurang dan produktivitas rendah.
Lingkaran setan juga menyangkut keterbelakangan manusia dan sumber alam.
Pengembangan sumber alam pada suatu negara tergantung pada kemampuan produktif
manusia. Jika penduduknya terbelakang dan buta huruf, langka akan keterampilan teknik,
pengetahuan dan aktivitas kewirasawastaan, maka sumber-sumber alam akan tetap
terbengkalai, kurang atau bahkan salah guna. Pada pihak lain, keterbelakangan sumber alam
ini menyebabkan keterbelakangan manusia.
“kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi dengan demikian merupakan dua istilah yang
sinonim. Suatu negara dikatakan miskin karena ia terbelakang. Ia terbelakang karena ia
miskin, dan tetap terbelakang karena tidak mempunyai sumber yang diperlukan untuk
meningkatkan pembangunan.3
2. TINGKAT PEMBENTUKAN MODAL YANG RENDAH
Hambatan yang paling erat berkait dengan perkembangan ekonomi adalah kelangkaan
modal. Hal ini bersumber dari lingkaran. Kemiskinan merupakan penyebab sekaligus akibat
dari rendahnya tingkat pembentukan modal suatu negara. Masyarakat suatu negara
terbelakang tercekam oleh kemiskinan. Dengan begitu produktivitas menjadi sangat rendah.
Produktivitas rendah menyebabkan pendapatan nyata rendah, lalu tabungan pun rendah,
investasi rendah, dan tingkat pembentukan modal rendah pula. Tingkat konsumsi sudah
begitu rendah sehingga tidak mungkin lagi dikurangi untuk meningkatkan cadangan modal.
Itulah sebabnya mengapa jutaan petani di negara seperti itu mempergunakan peralatan modal
yang usang dan ketinggalan zaman. Kalaupun ada sedikit pendapatan yang dapat ditabung,
uang itu disimpan dalam bentuk mata uang atau dipergunakan untuk membeli emas dan
permata, dan sebagainya. Kecenderungan untuk menyimpan uang seperti ini merupakan
akibat dari ketiadaan fasilitas perbankan didaerah pedesaan. Tidak mengherankan bahwa
pembentukan modal di negara terbelakang sangat rendah.

3 M. L Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Jakarta, (PT. Raja Grafindo Persada: 2008)hlm 33-35.

13

Kebanyakan tabungan di negara terbelakang dilakukan oleh kelompok berpendapatan
tinggi. Tetapi tabungan ini tidak mengalir ke saluran-saluran peroduktif, mereka dihamburkan
untuk rumah mewah, emas, permata, menimbun barang dagangan, menyimpan mata uang
asing atau domestic, dengan maksud untuk dibungakan atau spekulasi. Jadi pola pengeluaran
mereka didominasi oleh barang-barang yang mengandung nilai konsumeris dan tahan lama.
Konsumsi barang-barang mewah memegang peranan penting dalam pola konsumsi mereka.
Akibatnya, mereka lebih suka pada barang impor ketimbang barang yang sama tapi buatan
dalam negeri. Itu semua lantaran gengsi.
3. HAMBATAN SOSIO-BUDAYA
Seperti dikatakan Nurkse: “pembangunan ekonomi berkaitan erat dengan kekayaan
manusiawi, sikap sosial, kondisi politik, dan latar belakang sejarah. Modal merupakan syarat
yang perlu tetapi bukan syarat yang mutlak bagi kemajuan. Ringkasnya, negara terbelakang
memiliki lembaga sosial dan sikap yang tidak menunjang pembangunan ekonomi.
Menurut laporan PBB dalam “Proses dan Problema Industrialisasi di Negara
Terbelakang”, di negara-negara terbelakang terdapat unsur-unsur perlawanan sosial terhadap
perubahan ekonomi yang berakar pada faktor-faktor kelembagaan seperti Nampak dalam:
“stratifikasi pekerjaan yang ketat” yang didukung oleh kepercayaan dan nilai-nilai
tradisional, sikap yang “memandang rendah peranan bisnis, ketidakcocokan dengan pola
hidup dan konsep martabat sosial yang dipegang teguh oleh kelompok berkedudukan tinggi”,
dan “pengelompokan masyarakat berdasarkan kasta dan kelas, agama dan suku bangsa,
tradisi budaya dan pola sosial, warna kulit dan ciri-ciri kedaerahan.
Faktor-faktor tersebut menghalangi mobilitas sosial dan geografis dan merupakan
penghambat bagi kemajuan. Penduduk di negara seperti itu menolak untuk menerima nilainilai baru yang lahir sebagai dampak pembaruan. Prof. Hansen menulis, dalam hal India,
demikian: “kegiatan pertanian dikendalikan oleh tradisi dan adat istiadat. Penduduk desa
takut terhadap ilmu pengetahuan. Bagi mereka penggunaan pestisida merupakan tabu karena
semua makhluk hidup akan terbunuh.
Keluarga merupakan unit sosial dan unit ekonomi utama. Sikap keluarga merupakan
sebab dari ledakan penduduk dan keterikatan pada tanah. Sikap ini juga membatasi lingkup
kebebasan individu di dalam mengambil keputusan ekonomi yang pada gilirannya
mempengaruhi hasrat untuk menabung dan menanam modal. Uang kebanyakan disimpan
atau ditanam dalam bentuk emas, permata, atau gedung mewah, atu dikeluarkan untuk
14

memenuhi kewajiban sosial pada bebagai kesempatan upacara demi status. Di dalam
masyarakat seperti itu, hubungan antarsesama lebih bersifat pribadi atau patrimonial
ketimbang universal.
Sikap sosial terhadap pendidikan adalah halangan lain lagi terhadap kemajuan ekonomi.
Pendidikan akademis murni yang menyiapkan orang untuk menjabat posisi di pemerintahan
atau pekerjaan klerikal lainnya lebih disukai ketimbang pendidikan professional. Ada
semacam prasangka yang memandang rendah dan kurang menghargai pekerjaan yang bersifat
manual. Akibatnya, ada rasa anti terhadap pendidikan dan pekerjaan praktis. Hal inilah yang
menyebabkan keterbelakangan teknologi.4
4. DAMPAK KEKUATAN INTERNASIONAL
Ahli ekonomi seperti Myint, Prebisch, Singer, Lewis, dan Myrdal telah mengembangkan
suatu teori tentang penghisapan negara-negara terbelakang secara internasional. Mereka
berpendapat bahwa, didalam perekonomian dunia telah bermain kekuatan-kekuatan yang
tidak seimbang, akibatnya keuntungan perdagangan lebih banyak mengalir ke negara-negara
maju.
Setelah negara terbelakang membuka diri terhadap pasar dunia, ekspor meningkat secara
luar biasa. Tetapi peningkatan ini tidak memberikan sumbangan besar pada perkembangan
perekonomian lainnya, karena sector ekspor berkembang dengan mengabaikan sama sekali
sector perekonomian yang lain. Pada pihak lain, terlalu banyak bergantung pada ekspor
berarti membiarkan perekonomian rentan terhadap pengaruh internasional dalam hal
permintaan dan harga dari produk-produknya. Negara-negara ini menjadi tidak stabil lantaran
ketidakstabilan siklus dan kesulitan neraca pembayaran.
Hambatan lain yang menghadang negara terbelakan ialah pengaruh buruk investasi asing.
Investasi asing terutama ditujukan pada barang-barang yang dapat diekspor secara terusmenerus. Ini cenderung merugikan perekonomian. Tingkat produktivitas, pendapatan dan
tingkat kehidupan disektor primer tidak mengalami kenaikan. Bahkan di sektor barang ekspor
pun, tingkatan upah nyata buruh tgidak terdidik tetap rendah. Pihak asing menguras habis
sejumlah besar uang dalam bentuk laba dan upah manajemen. Arus keluar laba dalam bentuk
penarikan langsung bukan dalam bentuk impor, justru membatasi kemampuan perekonomian
tersebut untuk menabung secara riil. Lemahnya kapasitas impor menyebabkan kemampuan
industry barang primer yang ada semakin lemah pula terutama dalam mendukung
4Ibid, hlm 35-38.

15

pertumbuhan penduduk. Hal ini berakibat pada kegagalan dalam menyebarluaskan manfaat
kemajuan teknik.5\
E. NILAI-NILAI DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI
Tidak ada kekhawatiran manusia yang paling puncak di abad mutakhir ini, kecuali
hancurnya rasa kemananusiaan dan hilangnya semangat nilai-nilai etika religius dalam segala
aktivitas kehidupan manusia. Terjadinya pergeseran gagasan pemikiran manusia telah
menghantarkan manusia terjerat dalam arus dehumanisasi dan erosi dimensi spiritual. Nilainilai altruistic (cinta kasih) yang diajarkan agam-agama besar di tenggalkan, di ganti dengan
berbagai pendekatan non-metafisik-material, rasionalistik.
Dalam bidang ekonomi, hal tersebut telah memacu tumbuhnya hisup yang amat
tajam.individualisme yang merupakan jantung dari gerakan kapitalisme, secara ekonomis
telah memunculkan ketergantungan antara negara maju (centre) dan negara berkembang
(periphery) dalam sebuah pembagian kerja internasional yang timpanh. Ia lebih berpihak
pada sekelompok kecil elite masyarakat yang mampu mengaksesnya sehingga al hasil
kesenjangan ekonomi semakin melebar dan merupakan sebuah keniscayaan. Sedangkan dari
sudut sosial dan budaya, kapitalisme telah menciptakan peradaban pragmatis, konsumtif dan
hedonis yang merusak sendi-sendi kemanusiaan.
Dalam konteks seperti ini transformasi nilai-nilai etika religius menjadi amat
mendasar dalam rangka meluruskan kembali penyimpangan-penyimpangan yang telah terjadi
dalam pranata sosial ekonomi.
Secara bebas bisa di terjemahkan bahwa “ Nilai merupakan kepercayaan yang
memetap yang lebih disukai sebagai cara bertindak (mode of conduct) atau mencapai tujuan
hidup baik secara individual atau sosial daripada cara-cara sebaliknya atau yang
bertentangan”. Secara defiinitif, nilai merupakan asumsi-asumsi abstrak dan sering tidak
didasari tentang hal-hal yang benar dan hal-hal yang penting. Memang nilai sebagai
kesadaran yang secararelative berlangsung dengan disertai emosi terhadap objek, ide dan
perorangan.
Sebagai sebuah konsep abstrak, nilai selalu berkaitan erat dengan aktivitas manusia
sehari-hari baik aktivitas sosial, politik, budaya ekonomi maupun aktivitas lainnya. Dengan
demikian, apabila nilai sebagai sebuah dimensi yang amat mendasar lepas dari kehidupan
5Ibid, hlm 38-39.

16

manusia, niscaya akan mendatangkan dampak negativ yang mengarahkan manusia pada
proses musnahnya hakekat manusia.
A. Nilai agama dalam sejarah Ekonomi
Sebagian ekonom berasumsi bahwa cara untuk memnuhi keinginan yang tak terbatas
adalah dengan menanamkan presepsi masyarakat tentang nilai kegunaan (utility) dengan cara
bahwa semakin banyak sumber daya yang mereka miliki semakin tak terpenuhi keinginan
mereka.
Selain sejumlah definisi yang diutarakan di atas, definisi lain yang populer yang
sering digunakan untuk menerangkan ilmu ekonomi adalah:
“Salah satu cabang ilmu sosial (social science) yang khusus mempelajari tingkah laku
manusia atau segolongan masyarakat dalam usahanya memenuhi kebutuhan yang relative tak
terbatas dengan alat pemenuhan kebutuhan yang terbatas adanya”.
Dalam definisi diatas nampak bahwa penekanannya sama bahwa ilmu ekonomi
membahas tentang perilaku manusia dalam memnuhi kebutuhan (human needs) beserta alatalat pemuasnya (goods). Concern ini menunjukkan bahwa manusia-individual maupun secara
kolektif-kecenderungan untuk berinteraksi satu sama lain dalam upayanya untuk memenuhi
kekurangan dan kebutuhan diri. Ini berarti bahwa ilmu ekonomi memiliki komitmen yang
kuat terhadap kehidupan manusia, hubungan antara manusia dan upaya-upaya manusia untuk
saling melindungimasing-masing, tolong-menolong dan mengutamakan kepentingan
bersama.
Ilmu ekonomi dengan demikian, tidak pernaha lepas dari nilai dan tanggung jawab
etik serta kemanusiaan. Karena pemahaman tetang perilaku manusia selalu mencerminkan
nilai dibalik tindakandan perilaku itu sendiri.
Nilai-nilai itu sebagian besar bersifat universal seperti cinta kasih, kejujuran, nilai
kebersamaan baik yang bersumber dari kosensus maupusn sendiri maupun nilai-nilai yang
bersumber dari luar manusia.
Manusia mengatur hidupnya dengan berbagai nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat. Salah satu norma penting yang digunakan sebagai pedoman adalah norma moral,
yaitu seperangkat aturan yang memonitor perilaku manusia serta menetapkan suatu perbuatan
mana yang bermoral (baik) dan tidak bermoral (buruk).
17

Manusia dalam hidupnya selalu membutuhkan dimensi nilai. Tanpa nilai, kehidupan
manusia tidak akan berlangsung dengan baik. Nilai dikembangkan dan dipelahara oleh
manusia secara turun menurun melalui etika berdasarkan prinsip-prinsip utama yang diantut
oleh masyarakat seempat.
Lima prinsip utama atas dasar mana suatu sistem nilai (etis) perlu disusun: pertama,
adalah prinsip bahwa manusia itu harus dipelihara dan dilindungi. Kedua, prinsip bahwa
kebaikan dan kebenaran itu perlu ditegakkan dengan (a) mengunggulkan kebaikan atas
keburukan dan kebenaran atas kesalahan, (b) tidak menimbulkan keburukan atau kerusakan,
(c) mencegah agar tidak timbul kerusakan dan lahirnya keburukan. Ketiga, kebaikan maupun
keburukan itu perlu dibagi diantara manusia, sejauh mungkin secara merata. Keempat,
perlunya orang menyatakan suatu negara jujur dan sebenarnya serta melaksankan janji atau
komitmen yang dipelihara kebebasan individu, guna memungkinkan terjadinya perbedaan
karena faktor orang, tempat dan waktu sehingga memungkinkan adanya keluwesa dan
terhindar dari kekakuan.
Hampir banyak dipastikan bahwa nilai moral dan etika dalam kehiatan ekonomi pada
tahap awal sejarah perkembangan mendominasi. Hal ini sangat mungkin mengingat apa yang
dikemukakan Boulding didukung oleh data-data historis lainnya yang menunjukkan bahwa
perumus dan aktor ekonomi pada saat (abad 16-17) didiominasi oleh tokoh-tokoh agama.
Agam dengan seperangkat nilai moral dan etikanya yang merupakan misi profetik
sufah barang tentu menghendaki suatu proses transformasi kehidupan sosial ekonomi melalui
serangkaian kebijakan pembangunan yang berkesinambungan, harmonis yang berakhir pada
teciptanya orde sosial dan orde ekonomi yang penuh dengan keadila, kedamaian dan
kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat.
Dalam bidang ekonomi nilai-nilai agama turut mempengaruhi pengambilan keputisan
mengenai jenis komoditi yang diproduksi terbentuknya kelembagaan ekonomi dan juga
prakterk-praktek atau perilaku ekonomi.6

BAB III
KESIMPULAN
6 M. L Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Jakarta, (PT. Raja Grafindo Persada: 2008) hlm 35-37

18

Minat bangsa maju dalam menghapuskan kemiskinan negara terbelakang tidaklah
lahir dari motif kemanusiaan. Alasan utama adalah perang dingin antara Russia dan Barat.
Masing-masing berusaha mendapatkan dukungan dan kesetiaan dari negara terbelakang
dengan imbalan bantuan yang melimpah. Sebagaimana diamati profesor Lyle W.
Shannon :’’Di tahun-tahun mendatang, pembangunan negara terbelakang akan menjadi ajang
persaingan berat antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Negara terbelakang yang
menyimpan kekayaan sumber alam akan dibutuhkan oleh kekuatan-kekuatan dunia; apalagi
jika mereka memiliki lokasi strategis ditinjau dari sudut militer. Bagi mereka pembangunan
ekonomi negara-negara terbelakang juga mempunyai nilai ekspor, terutama dalam upaya
menghindarkan stagnasi jangka panjang. Negara-negara kaya akan membutuhkan laju
perkembangan yang senantiasa meningkat dan itu mesti dibarengi dengan pasar demi
memanfaatkan stok modal mereka yang selalu tumbuh pesat. Di negara kaya ada suatu
tendensi untuk menganggap pembangunan ekonomi sebagai takdir, sesuatu yang harus
berkembang sendiri, dan tendensi untuk memusatkan perhatian pada gelombang
perekonomian jangka pendek.

DAFTAR PUSTAKA
M. L Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Jakarta, (PT. Raja Grafindo Persada:
2008
19

Manajemen bisnis syari’ah, Jakarta, (PT. Raja Grafindo Persada: 2008)
Segara, Edo. konsep pembangunan ekonomi perspektif ekonomi islam. , (PT. Raja Grafindo
Persada: 1989) hlm 223

20