asuransi syariah sistem atau produk

Assuransi Syariah: Sistim Atau Produk?
Asuransi Syariah 2007: asset membumbung, produk makin beragam
Optimisme industri dan regulator asuransi syariah bahwa asuransi yang berlandaskan
syariah Islam ini akan mengalami pertumbuhan yang pesat menemukan titik cerah.
Tahun 2007 ditutup dengan pencapaian yang sangat baik di industri asuransi syariah
terutama asuransi jiwa syariah. Secara industri, asset asuransi jiwa syariah mengalami
kenaikan lebih dari 100% dari tahun 2006 ke tahun 2007. Data KARIM Business
Consulting menunjukkan bahwa asset asuransi jiwa syariah meningkat pesat dari 620
Milyar pada Desember 2006 menjadi lebih dari 1,5 trilliun pada akhir 2007. Demikian
juga dari sisi produksi premi mengalami peningkatan fantastis dari 300 an milyar di akhir
tahun 2006 menjadi lebih dari 1 trilliun pada akhir 2007 atau mengalami peningkatan 3x
lipat. Walaupun jika dicermati kenaikan tersebut disumbang 30% nya oleh Prudential life
Assurance yang baru membuka cabang syariah dan menawarkan produk unit link syariah
nya pada kuartal ke 4 tahun 2007. Asset Prudential cabang syariah mencapai 496 Milliar
dan premi bruto sebesar 410 milliar (laporan publikasi tahun 2007). Namun secara rata rata perusahaan maupun cabang asuransi syariah mengalami peningkatan asset
maupun premi antara 50% - 100% di tahun 2007. Sebut saja seperti AJB Bumiputera
1912, Allianz Life Cabang Syariah, AIA Cabang Syariah ataupun BNI Life Syariah yang di
tahun 2007 ini assetnya mengalami peningkatan diatas 100% . Demikian juga Asuransi
Syariah Mubarakah yang tahun ini kembali bergairah ditandai dengan produksi premi
bruto nya yang mengalami peningkatan lebih dari 500% dari tahun sebelumnya.
Dari sisi asuransi kerugian peningkatan kinerja keuangan tahun 2007 memang tidak

setinggi asuransi jiwa , namun juga patut disyukuri karena di tahun 2007 ini peningkatan
asset secara industri berkisar 70% dengan growth tahun 2006 - 2007 berkisar 50%. Rata
- rata perusahaan/cabang asuransi kerugian syariah mengalami peningkatan asset
sebesar 30 - 50% dari tahun 2006 kecuali MAA General yang assetnya meningkat tajam
dari 3 milyar menjadi 36 milyar di tahun 2007. Demikian juga peningkatan premi rata rata industri sebesar 50% di tahun 2007 dimana ada beberapa cabang syariah megalami
peningkatan premi diatas 100% seperti Bumida, Adira ataupun Staco, namun beberapa
asurani lain growth preminya di level 50 - 100% bahkan ada juga yang dibawah 10%.
Dari sisi pengembangan produk, pada saat ini produk yang ditawarkan oleh asuransi
syariah sudah cukup beragam. Asuransi syariah yang sebelumnya identik dengan
asuransi haji kini tidak lagi terbatas pada produk -produk dasar ataupun produk
tradisional. Dari sisi asuransi jiwa produk - produk unit link yang menjadi primadona pada
asuransi konvensional sekarang juga menjadi market leader di asuransi jiwa dan terbukti
mampu mendongkrak pendapatan premi maupun asset perusahaan asuransi jiwa
syariah. Dari yang front end load maupun back end, riders yang variatif, kemudahan
akses dan informasi, berbagai pilihan fund yang sesuai dengan prinsip investasi
berdasarkan syariah membuat produk ini semakin diminati. Apalagi ditunjang dengan
tenaga pemasar baik itu agen maupun bancassurance yang agresif serta promosi dan
edukasi membuat masyarakat semakin mengerti apa itu asuransi syariah dan produk
asuransi syariah.
Produk tradisional seperti kesehatan baik untuk individu dan kumpulan pun semakin


berbenah untuk memberikan layanan yang prima ditambah dengan value tambahan
yaitu pembagian surplus underwriting di akhir periode pertanggungan.
Asuransi kerugian syariah yang portfolionya didominasi oleh motor dan harta benda juga
terus menambah ragam produk yang ditawarkannya termasuk produk penjaminan
syariah seperti surety bond.

Sistem atau produk?
Sering menjadi pertanyaan dengan pertumbuhan yang mengesankan dari industri
asuransi syariah tersebut apakah juga disertai dengan perbaikan sistem dan mekanisme
operasional dari asuransi syariah itu sendiri? Minimnya regulasi dan juga political will dari
manajemen perusahaan asuransi maupun cabang syariah dari asuransi konvensional
membuat masyarakat masih bertanya- tanya, apakah ini sebuah sistem baru yang
ditawarkan dengan berbagai keunggulan terutama aspek syariah ataukah hanya sebuah
produk baru dengan bernuansa syariah?
Mencermati beberapa produk dan juga polis asuransi syariah kita masih akan bertanya tanya "kenapa sangat mirip atau bahkan bisa dikatakan tidak ada bedanya dengan
produk konvensional?" Apakah cukup dengan perbedaan warna polis, penambahan kata
syariah pada nama produk ataupun penambahan logo perusahaan? Bagaimana dengan
sistem pengelolaannya? Kenapa cabang syariah kelihatan seperti hanya sekedar sebuah
formalitas untuk mendapatkan ijin menjual produk syariah dari Bapepam LK?

Regulasi dan Dewan pengawas syariah
Kita sangat bersyukur regulator seperti Biro Asuransi Bapepam LK dan juga Dewan
Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia aktif dalam mensupport perkembangan
asuransi syariah di tanah air melalui fatwa - fatwa yang dikeluarkan dan juga regulasi
terkait asuransi syariah seperti keputusan menteri keuangan (KMK).
Dewan Syariah Nasional juga menunjuk dan menetapkan Dewan Pengawas Syariah untuk
mengawasi dan memberikan rekomendasi dari aspek syariah dalam pengembangan
produk, pemasaran, maupun operasional perusahaan. Biro Asuransi juga dalam dalam
ketentuan baru nya mengenai produk maupun dokumentasi asuransi syariah telah
memberikan check list terhadap dokumen - dokumen seperti surat pengajuan asuransi
jiwa/kerugian, ketentuan - ketentuan dalam polis, sales quaotation atau ikhtisar
pertanggungan bahkan sampai kepada ketentuan mengenai brosur yang dikeluarkan
oleh perusahaan asuransi. Dengan demikian diharapkan peran DPS dapat dioptimalkan
sehingga setiap produk, cara pemasaran maupun aspek operasional dari di perusahaan
asuransi telah terlebih dahulu mendapatkan rekomendasi aspek syariah dari Dewan
Pengawas Syariah, tidak terbatas pada pernyataan kesesuaian syariah pada laporan
keuangan perusahaan.
Dengan adanya ketantuan mengenai produk dan dokumentasi dari Biro Asuransi
Bapepam LK yang dikeluarkan bulan Maret 2008 ini diharapkan perusahaan asuransi
sudah memiliki pegangan aspek - aspek apa saja yang harus diperhatikan dalam setiap

produk, ilustrasi, polis, maupun brosur asuransi syariah. Keharusan adanya akad antar
sesama peserta, akad antara peserta dengan perusahaan, transparansi biaya - biaya,

ketentuan mengenai surplus underwriting dan ketentuan lainnya harus ada dalam
dokumen - dokumen tersebut. Dengan demikian bagi perusahaan yang meluncurkan
produk baru ataupun baru mengajukan ijin perusahaan/pembukaa n cabang syariah
sudah harus menyesuaikan dengan ketentuan tersebut. Diharapkan produk dan
perusahaan/cabang asuransi yang sudah berjalan dapat menyesuaikan dengan
ketentuan tersebut.
Selain itu dengan akan dikeluarkannya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan untuk
Asuransi Syariah (PSAK no 111) akan makin memperjelas operasional asuransi syariah
yang sesuai dengan prinsip syariah seperti pemisahan premi menjadi dana
tabarru'peserta dan ujrah perusahaan, pemisahan laporan perusahaan dan laporan dana
peserta, penghitungan dan pendistribusian surplus underwriting dan aspek - aspek
operasional dan akuntansi lainnya. Walaupun diperlakukan seolah seperti produk, sistem
pengelolaan harus tetap sesuai syariah
Definisi asuransi syariah menurut Fatwa DSN no 21 tahun 2001 tentang Pedoman
Umum Asuransi Syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara
sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan / atau tabarru' yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad

(perikatan) yang sesuai dengan syariah. Sedangkan AAOIFI menyebutkan bahwa asuransi
syariah adalah sistem menyeluruh yang pesertanya mendonasikan (derma) sebagian
atau seluruh kontribusinya yang digunakan untuk membayar klaim atas kerugian akibat
musibah pada jiwa, badan, atau benda yang dialami oleh sebagian peserta yang lain.
Dari sini peranan perusahaan asuransi syariah hanya terbatas pada pengelolaan risiko
(termasuk mengadministrasikan , melakukan underwriting, membayar klaim,
memasarkan, dll) dan pengelolaan dana tabarru' melalui investasi yang sesuai syariah
Perusahaan asuransi boleh saja memperlakukan seolah - olah hanya sebuah produk baru
yaitu produk syariah, namun segala hal yang berhubugan baik dari aspek spesifikasi
produk, dokumentasi seperti ilustrasi/ikhtisar pertanggungan, polis, sampai kepada
brosur, maupun pengelolaan yang juga mencakup akuntansi dan pelaporan benar - benar
dilakukan sesuai dengan prinsip syariah.
Dengan demikian tidak perlu lagi ada pertanyaan " apakah asuransi syariah adalah
sebuah sistem atau sekedar tren produk?" karena jawabannya adalah " baik produk
ataupun sistem yang pasti sudah sesuai dengan prinsip syariah". Financial performance
yes, syariah compliant is a must.

Nina Mudrikah H
Consultant
KARIM Business Consulting

- See more at: http://jurnalekis.blogspot.com/2008/07/assuransi-syariah-sistim-atauproduk.html#sthash.BwPe8p1P.dpuf