MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN APLIKASI M

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.banyak nikmat yang Allah berikan,
tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian
alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”Aplikasi Manajemen Di
Ruangan”.
Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena
itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua yang telah
memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua
kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan
menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Surabaya, 2 Juni 2014
Penyusun

Kelompok Hanters


1

DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR...................................................................................................1
DAFTAR ISI.................................................................................................................2
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3
1.3 Tujuan............................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perumusan Filosofi, Visi, dan Misi...............................................................6
2.2 Standart Kerja................................................................................................7
A. Tata Tertib Perawat..................................................................................7
B. Tata Tertib Pengunjung dan Pasien.........................................................8
C. Koordinasi Kerja......................................................................................9
D. Ketentuan Seragam..................................................................................10

E. Jam Kerja.................................................................................................11
F. Reward dan Punishment...........................................................................11
2.3 SPO................................................................................................................12
A. SPO Manajemen......................................................................................12
B. SPO Prasat................................................................................................43
2.4 SAK................................................................................................................75
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................164
3.2 Saran...............................................................................................................164
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................165

2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Keberadaan rumah sakit sebagai suatu lembaga yang menyediakan pelayanan jasa
kesehatan sering kali menimbulkan tekanan psikologis dan ekonomi bagi konsumennya.
Selama ini masyarakat awam lebih mengenal rumah sakit sebagai tempat mengobati dengan

bayangan perlakuan medis yang akan diterima melalui peralatan kedokteran. Kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan akhir – akhir ini meningkat hingga mencapai angka 85
%. Ditambah dengan fenomena sekarang yang menunjukkan adanya kecenderungan
konsumen yang lebih memilih untuk berobat ke luar negeri, yang memang harus diakui
fasilitas dan layanannya jauh lebih baik dari yang dimiliki di dalam negeri. Sebuah rumah
sakit yang baik tentunya mengutamakan mutu dan kualitas dari pelayanan pada konsumen.
Namun disamping itu, bentuk fisik dan interior juga berperan menentukan baik buruknya
penilaian konsumen terhadap rumah sakit tersebut.setidaknya dengan bentuk fisik dan
interior dari bangunan rumah sakit yang baik akan dapat mengurangi kesan menyeramkan
sehingga mempercepat proses penyembuhan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa tempat, ruang dimana seseorang yang akan beraktifitas
dapat berpengaruh terhadap perilaku psikologis orang tersebut. Setiap ruang dalam rumah
sakit akan membawa pengaruh yang cukup kuat terhadap pola tingkah laku dan sikap
manusia yang beraktivitas di dalamnya. Dengan demikian desain interior yang menunjang
untuk tempat pelayanan kesehatan semakin diperlukan dalam menghadapi teknologi yang
semakin maju. Tuntutan kenyamanan dan keselamatan menjadi prioritas utama bagi pasien.
Bila perencanaan interior rumah sakit mencapai sasaran yang mengacu pada fungsional maka
akan menguntungkan berbagai pihak.
1. Bagi pasien ( konsumen utama )
Tata ruang yang baik dapat memberikan kenyamanan dan membantu proses

penyembuhan pasien.
2. Bagi keluarga pasien dan pegunjung
Tenang dan percaya akan kemampuan rumah sakit dalam menangani pasien yang
menyatakan tersirat dalam interiornya.
3

3. Bagi tenaga medis
Akan bekerja lebih nyaman dan memberi pelayanan yang baik untuk kepentingan pasien
dan keluarga, terbentuk dari suasana yang mendukung psikologisnya.
4. Bagi pihak rumah sakit
Memperoleh keuntungan melalui promosi gratis dari konsumen, pengunjung yang datang
dan mendapat pelayanan dan kenyamanan dari rumah sakit. Dari latar belakang diatas dirasa
perlu menciptakan sebuah fasilitas pelayanan kesehatan dengan penataan dan penampilan
interior yang tepat dan fungsional sesuai dengan aktifitas yang berlangsung didalamnya tanpa
meninggalkan faktor kenyamanan untuk mencapai tujuan derajat kesehatan yang optimal.
Oleh karena besarnya tuntutan akan pelayanan keperawatan professional di era sekarang
ini, maka dibutuhkan suatu metode yang dapat mengelola agar pelaksanaan asuhan
keperawatan dapat berjalan secara optimal. Model praktik keperawatan professional (MPKP)
adalah suatu system (struktur,proses, dan nilai-nilai profesional) yang memfasilitasi perawat
professional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan

tersebut diberikan.
.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana perumusan visi dan misi di ruangan?
b. Apa saja tata tertib perawat di ruangan?
c. Apa saja tata tertib pengunjung dan pasien di ruangan ?
d. Bagaimana koordinasi kerja di ruangan?
e. Bagaimana ketentuan seragam di ruangan?
f. Bagaimana jam kerja di ruangan?
g. Apa saja reward dan punishment di ruangan?
h. Apa saja SPO manajemen di ruangan?
i. Apa saja SPO prasat di ruangan?
j. Apa saja SAK di ruangan?
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami tentang aplikasi model praktik keperawatan
professional.

4


2.

Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang perumusan visi, dan misi di ruangan.
b. Mahasiswa dapat menyebutkan tata tertib perawat di ruangan.
c. Mahasiswa dapat menyebutkan tata tertib pengunjung dan pasien di ruangan.
d. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang koordinasi kerja di ruangan.
e. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang ketentuan seragam di ruangan
f. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang jam kerja di ruangan.
g. Mahasiswa dapat menyebutkan reward dan punishment di ruangan.
h. Mahasiswa dapat menyebutkan SPO manajemen di ruangan
i. Mahasiswa dapat menjelaskan SPO prasat di ruangan
j. Mahasiswa dapat menyebutkan SAK di ruangan.

5

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perumusan Visi dan Misi ruangan
A. Visi Ruangan

“Menjadi ruangan yang mampu dan handal dalam pelayanan keperawatan di Rumah Sakit
dengan pelayanan secara utuh bio-psiko-sosio dan spiritual”
B. Misi Ruangan
1. Kami dapat melayani pasien dengan layanan sepenuh hati - Kami akan selalu
berkomunikasi dengan pasien secara terapeutik
2. Kami akan optimalisasi sarana pelayanan sehingga bisa efektif dan efisien Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prima, berfokus pada kesehatan dan
kepuasan pasien dengan tetap memperhatikan aspek sosial
C. Moto
“Kami diciptakan untuk berbuat baik dengan sesama”
D. Tujuan khusus keperawatan medical bedah
1. Memberi asuhan keperawatan kepada klien penyakit bedah secara holistik dan
seoptimal mungkin berdasarkan kasih Allah.
2. Mempersiapkan klien (fisik, mental dan spiritual) yang akan menjalani pembedahan,
menjaga agar klien terhindar dari komplikasi pasca bedah.
3. Memberi semua bantuan yang diarahkan untuk memelihara rasa aman dan nyaman
klien.
4. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan klien penyakit bedah, digunakan standar
asuhan keperawatan dengan lima langkah proses keperawatan.
5. Memberi penyuluhan kepada klien, sehingga mandiri merawat diri setelah
pembedahan maupun setelah klien pulang.

6. Memelihara hubungan kerja yang harmonis sesama tim kesehatan yang ada di
lingkungan kerja.
7. Menciptakan iklim kerja yang kondusif untuk proses belajar

mengajar dalam

kegiatan pendidikan bagi peserta didik/magang.
6

8. Menunjang program pendidikan berkelanjutan bagi pengembangan staf dalam
pelayanan keperawatan.
E. Falsafah keperawatan
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan di Rumah sakit perawat meyakini:
1. Manusia adalah individu yang memiliki kebutuhan bio, psiko, sosio, kultur dan
spiritual, di mana unsur spiritual merupakan unsur terpenting. Kebutuhan ini penting
selalu diperhatikan dalam setiap pemberian asuhan keperawatan di lingkungan RS
2. Keperawatan merupakan karya Tuhan Yang Maha Esa bagi umat manusia melalui tim
keperawatan yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan secara optimal, kepada
semua yang membutuhkan dengan tidak membedakan suku, bangsa, agama maupun
status sosial di tempat pelayanan keperawatan berdasarkan


dorongan kasih dari

Allah.
3. Tujuan asuhan keperawatan dicapai melalui anugerah Allah dan usaha bersama tim
keperawatan, tim kesehatan lainnya dan klien.
4. Asuhan keperawatan diberikan dengan menggunakan proses keperawatan dalam lima
tahap untuk memenuhi kebutuhan kesehatan klien.
5. Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat serta memiliki wewenang
melakukan

asuhan

keperawatan

secara

utuh

berdasarkan


Standar

Asuhan

Keperawatan.
6. Pendidikan keperawatan berkelanjutan dilaksanakan secara terus menerus untuk
pertumbuhan dan perkembangan staf keperawatan.
2.2 Standart Kerja
A. Tata Tertib perawat
1.

Sebelum jam dinas dilaksanakan, masing-masing perawat di harapkan
berdo`a dalam memulai aktivitas hariannya.

2.

Tidak dibenarkan menukar/mengganti jadwal dinas yang telah ditentukan
tanpa sepengetahuan kepala ruangan atau kepala tim.


3.

Perawat tidak dibenarkan, meninggalkan lahan praktik, tanpa seizing kepala
ruangan atau ketua tim

4.

Perawat yang meninggalkan lahan praktik lebih dari 1 jam istirahat yang
telah ditentukan, wajib mengganti jam dinas sebanyak waktu yang di
tinggalkan.
7

5.

Perawat yang tidak hadir wajib melaporkan secara lisan atau tertulis kepada
kepala ruangan atau ketua tim.

6.

Ketidak hadiran dengan alasan sakit harus disertai surat keterangan sakit dari
dokter dan diserahkan kepada kepala ruangan atau ketua tim.

7.

Ketidak hadiran tanpa alasan atau keterangan apapun (alpa) wajib mengganti
sebanyak 3x lipat dari hari yang ditinggalkan.

8.

Penggantian dinas ijin dilakukan sesuai dengan hari ijin.

9.

Perawat sudah berada di ruangan 15 menit sebelum pre conference dengan
pakaian dinas lengkap.

10.

Perawat wajib mengisi daftar kehadiran.

11.

Selama melakukan tindakan di ruangan tidak diperkenankan memakai
perhiasan dalam bentuk apapun.

12.

Perawat diwajibkan melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan SPO

13.

Perawat diwajibkan melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan SAK.

B. Tata tertib pengunjung dan pasien
1. Pasien disarankan agar tidak membawa barang berharga selama dalam masa
perawatan. Apabila terjadi kerusakan atau kehilangan, maka tidak menjadi
tanggung jawab pihak Rumah Sakit.
2. Untuk mencegah terjadinya penyebaran infeksi, anak-anak berusia dibawah
lima tahun dilarang masuk ke ruang perawatan.
3. Penunggu yang diperbolehkan ada di ruang rawat inap maksimal 2 (dua)
orang, poliklinik hanya 1 (satu) orang.
4. Peralatan tidur penunggu (tikar, bantal, dll) hanya boleh dipergunakan mulai
pukul 18.00 s.d 06.00 WIB. Diluar jam tersebut, mohon disimpan dengan rapi.
5. Penunggu/tamudilarang duduk/tidur di tempat tidur pasien.
6. Dilarang membawa senjata tajam/senjata api, minuman keras, dan obat-obatan
terlarang.
7. Dilarang berkunjung di luar jam kunjung yang telah di tetapkan.
Jam Kunjung Pasien :
Siang

: Jam 11.00 WIB – 13.00 WIB

Sore : Jam 17.00 WIB – 21.00 WIB
8. Pasien, penunggu, dan pengunjung wajib menjaga kebersihan dan ketertiban
ruang perawatan, sebagai berikut:
a.

Tidak merokok di dalam area rumah sakit..
8

a.

Tidak mengotori ruang perawatan.

b.

Tidak membuat gaduh & keributan di ruang perawatan.

9. Wajib menjaga (tidak merusak ataupun membawa pulang) fasilitas yang ada di
ruang perawatan.
C. Koordinasi kerja
-

Organisasi Dan Uraian Tugas (Job Description)

KARU
Br. Choririn Erick

TIM I

TIM II

KATIM I

KATIM II

Zr. Laela

Zr. Diana Anggi

Anggota TIM :
Perawat Pelaksana

Anggota TIM :
Perawat Pelaksana

1. Zr. Fajri
2. Zr. Yeni
3. Zr. Anis

1. Br. Doni
2. Zr. lisa
3. Br. joko

Daftar Pasien :
1. Tn……
2. Tn…..
3. Tn…..
4. Tn……
5. Tn……

Daftar Pasien :
1. Tn……
2. Tn…..
3. Tn…..
4. Tn…...
5. Tn……

9

- Uraian tugas masing-masing personil diatas antara lain adalah :
a. Kepala ruangan :
 Membuat rencana tahunan, bulanan, mingguan dan harian.
 Mengorganisir pembagian tim dan pasien
 Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di ruangannya,
 Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di ruangannya,
 Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang lainnya,
 Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya, kemudian
menindak lanjutinya
 Mewakili MPKP dalam koordinasi dengan unit kerja lainnya,
b. Ketua tim/perawat primer:
 Membuat rencana tahunan, bulanan, mingguan dan harian
 Mengatur jadual dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala ruangan
 Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan

keperawatan

bersama-sama anggota timnya,
 Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan,
 Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan,
 Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawab timnya,
 Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan,
c. Uraian tugas perawat pelaksana:
 Membuat rencana harian asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawabnya.
 Melaksanakan asuhan keperawatan dengan melakukan interaksi dengan pasien dan
keluarganya
 Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.
D. Ketentuan Seragam
Seragam yang digunakan adalah :
-

Dinas Pagi

: Atas dan bawah putih

-

Dinas Sore

: Atas dan bawah biru
10

-

Dinas Malam

: Atas dan bawah hijau.

-

Dilengkapi dengan kap/kerudung sesuai jadwal dinas

-

Sepatu hitam tertutup, hak maksimal 3 cm dan tidak bersuara.

E. Jam Kerja


Dinas Pagi:

7 jam ( pkl 7.00 – 14.00)



Dinas Sore:

7 jam ( pkl 14.00 – 21.00)



Dinas Malam: 10 jam (pkl 21.00-7.00).



Daftar dinas disusun berdasarkan tim, yang dibuat dalam 1 minggu sehingga perawat
sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk melakukan dinas. Pembuatan
jadual dinas perawat dilakukan oleh kepala ruang pada hari terakhir minggu tersebut
untuk jadual dinas pada minggu berikutnya bekerja sama dengan ketua tim. Setiap tim
mempunyai anggota yang berdinas pada pagi, sore dan malam, dan yang lepas dari
dinas (libur) malam hari dan yang libur.

N Nama

Senin

Selasa

Rabu

Kamis

Jumat

Sabtu

Minggu

o
1
2
3
4
5
6
7
8
9

P
P
S
L
M
P
M
S
L

P
L
L
M
S
P
L
M
S

P
P
M
S
L
P
M
L
S

P
S
L
M
L
L
M
P
S

P
L
M
P
S
S
M
P
L

L
S
M
L
P
L
S
M
P

L
S
M
P
M
S
L
L
P

Br. Choririn
Zr. Laela
Zr. Fajri
Zr. Yeni
Zr. Anis
Zr. Diana
Br. Doni
Zr. Lisa
Br. Joko

F. Reward dan Punissment
Sanksi diberlakukan bagi perawat yang tidak mengikuti aturan baik yang disengaja atau tidak
disengaja
-

Bentuk sanksi :
1. RINGAN

: Berupa teguran lisan dari karu / katim

2. SEDANG

: Berupa surat pernyataan dari karu / katim

3. BERAT

: Berupa surat peringatan terakhir dari karu / katim

4. SANGAT BERAT

: Yaitu diberhentikan sementara dari seluruh kegiatan

sampai ditentukan melalui rapat
-

Kategori Sanksi :
11

-

1. Ringan

: Jika melakukan pelanggaran tata tertib 1-2 kali

2. Sedang

: Jika melakukan pelanggaran tata tertib 3-4 kali

3. Berat

: Jika melakukan pelanggaran tata tertib 4-5 kali

4. Sangat Berat

: Jika melakukan pelanggaran tata tertib > 5 kali

Perawat yang mematuhi aturan yang ditetapkan akan diberikan reward berupa
kenaikan jabatan dalam periode tertentu dan kenaikan bonus dari kepala ruangan

2.3 SPO (STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL)
A. SPO Manajemen
No. SPO: 001
STANDAR PROSEDUR
SPO – Ners

OPERASIONAL

F2-24
Tanggal dibuat:

Tanggal berlaku:

Nama Departemen:

2 Juni 2014

3 Juni 2014

KMB

Judul:

No. Revisi:

Timbang Terima

01
Hal. 1 dari 5
Disetujui Oleh

Dibuat oleh:
Kelompok Hanters

Pembimbing Akademik
1. Pengertian
Timbang terima ( operan ) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu ( laporan ) yang berkaitan dengan
keadaan klien. Timbang terima sering disebut dengan operan atau over
hand. Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima
sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Harus dilakukan
seefektif mungkin dengan secara singkat, jelas dan lengkap tentang
tindakan

mandiri

dilakukan/belum

perawat,
dan

tindakan

perkembangan

kolaboratif
saat

itu

yang

Informasi

sudah
yang

disampaikan harus akurat, sehingga kesinambungan asuhan keperawatan
dapat berjalan dengan sempurna
12

2. Tujuan
1. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
2. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
3. Akan terjalin suatu hubungan kerjasama yang bertanggung jawab antar
anggota tim perawat.
4. Terlaksananya

asuhan

keperawatan

terhadap

klien

yangberkesinambungan.
3. Prosedur
3.1 Persiapan
a. kedua kelompok dalam keadaan siap
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
3.2 Pelaksanaan
1. Kedua kelompok dinas sudah siap.
2. Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara penuh
terhadap masalah, kebutuhan dan segenap tindakan yang telah
dilaksanakan serta hal yang penting lainnya selama masa perawatan
( tanggung jawab )
3. Hal-hal yang sifatnya khusus, memerlukan perincian yang matang
sebaiknya dicatat khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada
petugas berikutnya.
4. Hal-hal yang perlu disampaikan dalam timbang terima :
a. Identitas klien dan diagnosa medis.
b. Masalah Keperawatan yang masih muncul.
c. Tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan ( secara umum )
d. Intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan.
e. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
operatif, pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan penunjang lain,
persiapan untuk konsultasi atau prosedur yang tidak rutin
dijalankan. Prosedur rutin yang biasa dijalankan tidak perlu
13

dilaporkan.
5. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi,
tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbang
terimakan atau berhak terhadap keterangan-keterangan yang kurang jelas.
6. Sedapat-dapatnya, mengupayakan penyampaian yang jelas, singkat dan
padat.
7. Lama timbang terima tiap pasien tidak lebih dari 5 menit,kecuali dalam
kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang rumit.
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan
1.

Dilaksanakan tepat waktu pada saat pergantian dinas yang disepakati.

2.

Dipimpin oleh penanggung jawab klien / perawat primer.

3.

Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas.

4.

adanya unsur bimbingan dan pengarahan dari penanggung jawab.

5.

Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematik dan
menggambarkan kondisi klien pada saat ini serta kerahasiaan klien.

6.

Timbang terima harus berorientasi pada masalaha keperawatan yang ada
pada klien, dengan kata lain informasi yang diberikan berawal dari
masalahnya terlebih dahulu ( setelah diketahui melalui pengkajian ), baru
kemudian terhadap tindakan yang telah dilakukan dan belum dilakukan serta
perkembangan setelah dilakukan tindakan.

7.

Timbang terima dilakukan didekat pasien, menggunakan volume suara
yang pelan dan tegas ( tidak berbisik ) agar klien disebelahnya tidak
mendengarkan apa yang dibicarakan untuk menjaga privacy klien, terutama
mengenai hal-hal yang perlu dirahasiakan sebaiknya tidak dibicarakan secara
langsung di dekat klien.

8.

Bila ada informasi yang mungkin membuat klien terkejut sebaiknya
jangan dibicarakan didekat klien tetapi diruang perawat.
5. Efek shift kerja atau operan

Shif kerja atau operan memiliki efek-efek yang sangat mempengaruhi diri seorang
perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien. Efek-efek dari shift kerja atau
operan adalah sebagai berikut:
1.

Efek Fisiologis
14

Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan
dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja
malam. Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk
dan lelah. Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.
2.

Efek Psikososial

Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, Efek fisiologis
hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan
mengganggu

aktivitas

kelompok

dalam

masyarakat.

Saksono

(1991)

mengemukakan pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat
yang biasanya dilakukan pada siang atau sore hari. Sementara pada saat itu bagi
pekerja malam dipergunakan untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat
berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibat tersisih dari lingkungan
masyarakat.
3.

Efek Kinerja

Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis
dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan
mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan
seperti kualitas kendali dan pemantauan.
4.

Efek Terhadap Kesehatan

Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung terjadi
pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap
keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.
5.

Efek Terhadap Keselamatan Kerja

Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang
dilakukan Smith et. Al (dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa frekuensi
kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam) dengan ratarata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian
menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift
malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi
selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift malam.

15

No. SPO: 002
STANDAR PROSEDUR
SPO – Ners

OPERASIONAL

F2-24
Tanggal dibuat:

Tanggal berlaku:

Nama Departemen:

2 Juni 2014

3 Juni 2014

KMB

Judul:

No. Revisi:

Pre Conference

01

Dibuat oleh:

Hal. 1 dari 5
Disetujui Oleh

Kelompok Hanters
Pembimbing Akademik
1. Pengertian
Komunikasi kepala tim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk
rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh katim atau
penanggung jawab tim . Jika yang dinas pada tim tersebut hanya 1 orang,
maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap
perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari kepala tim dan
penanggung jawab tim
2. Tujuan
a. Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan
asuhan dan merencanakan evaluasi hasil
b. Mempersiapkan hal-hal yang akan di temui di lapangan
c. Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien
3. Prosedur
3.1 Persiapan
a. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan
b. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
c. Topic yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan
d. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan
16

anggota tim
3.2 Pelaksanaan
1. Kepala tim atau penanggung jawab tim membuka acara
2. Kepala tim atau penanggung jawab tim menanyakan rencana harian
masing-masing perawat pelaksana
3. Kepala tim atau penanggung jawab tim memberikan masukan dan
tindakan lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu
4. Kepala tim atau penanggung jawab tim memberikan reinforcement
5. Kepala tim atau penanggung jawab tim menutup acara
4. Panduan perawat dalam pelaksanaan
Menurut Ratna Sitorus, 2006 , panduan perawat dalam pelaksanaan, antara lain:
1. Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas
pagi atau sore sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana
2. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya masingmasing
3. Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi
kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam.
4. Hal-hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi:


Keluhan utama klien



TTV dan kesadaran



Hasil pemeriksaan laboratorium atau diagnostik terbaru



Masalah keperawatan



Rencana keperawatan hari ini



Perubahan keadaan terapi medis



Rencana medis

5. Perawat pelaksana mendiskusikan dan mengarahkan perawat asosiet
tentang masalah yang terkait dengan perawatan klien yang meliputi:
1. Klien yang terkait dengan pelayanan, seperti: keterlambatan,
kesalahan pemberian makanan, kebisikan pengunjung lainnya,
kehadiran dokter yang dikonsulkan.
17

2. Ketepatan pemberian infuse
3. Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan
4. Ketepatan pemberian obat/injeksi
5. Ketepatan pelaksanaan tindakan lain
6. Ketepatan dokumentasi
7. Mengiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan
8. Mengingatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran,
dan kemajuan masing-masing perawatan asosiet
Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalah yang tidak dapat
diselesaikan

No. SPO: 003
STANDAR PROSEDUR
SPO – Ners

OPERASIONAL

F2-24
Tanggal dibuat:

Tanggal berlaku:

2 Juni 2012

3 Juni 2014

Nama Departemen:
KMB

Judul:

No. Revisi:

Post Conference

01
Hal. 1 dari 5
Disetujui Oleh

Dibuat oleh:
Kelompok Hanters

Pembimbing Akademik
1. Pengertian
Komunikasi kepala tim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan
sepanjang

shift

dan

sebelum

operan

kepada

shift

berikutnya.

Isinya adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawatan dan hal penting
untuk operanI(tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh kepala tim atau
penanggung jawab tim.

18

2. Tujuan
a. Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan
membandingkan masalah yang dijumpai.
3. Prosedur
3.1 Persiapan
e. Pre conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
f. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
g. Topic yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan
h. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan
anggota tim
3.2 Pelaksanaan
1. Kepala tim atau penanggung jawab tim membuka acara
2. Kepala tim atau penanggung jawab tim menanyakan kendala dalam
asuhan yang telah diberikan
3. Kepala tim atau penanggung jawab tim menyakan tindakan lanjut
asuhan klien yang harus dioperkan kepada perawat shift berikut nya
4. Kepala tim atau penanggung jawab tim menutup acara
4. Panduan perawat dalam pelaksanaan
Menurut Ratna Sitorus, 2006 , panduan perawat dalam pelaksanaan, antara lain:
a. Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan
pergantian dinas pagi atau sore sesuai dengan jadwal perawatan
pelaksana
b. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya
masing-masing
c. Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil
evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas
malam.
5. Hal-hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi:
19



Keluhan utama klien



TTV dan kesadaran



Hasil pemeriksaan laboratorium atau diagnostik terbaru



Masalah keperawatan



Rencana keperawatan hari ini



Perubahan keadaan terapi medis



Rencana medis

Perawat pelaksana mendiskusikan dan mengarahkan perawat asosiet tentang
masalah yang terkait dengan perawatan klien yang meliputi:
1. Klien yang terkait dengan pelayanan, seperti: keterlambatan,
kesalahan pemberian makanan, kebisikan pengunjung lainnya,
kehadiran dokter yang dikonsulkan.
2. Ketepatan pemberian infuse
3. Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan
4. Ketepatan pemberian obat/injeksi
5. Ketepatan pelaksanaan tindakan lain
6. Ketepatan dokumentasi
7. Mengiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan
8. Mengingatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran,
dan kemajuan masing-masing perawatan asosiet
Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalah yang tidak dapat
diselesaikan
No. SPO: 004
STANDAR PROSEDUR
SPO – Ners

OPERASIONAL

A1-04
Tanggal dibuat:

Tanggal berlaku:

2 Juni 2014

3 Juni 2014

Nama Departemen:
KMB

Judul:

No. Revisi:

Supervisi

01
Hal. 1 dari 10
20

Dibuat oleh:

Disetujui Oleh

Kelompok Hanters
(

)

Pembimbing Akademik
1. Pengertian
Supervisi mempunyai pengertian yang luas, yaitu segala
bantuan dari pemimpin/penanggung jawab keperawatan yang tertuju
untuk perkembangan para perawat dan staf lain dalam mencapai tujuan
asuhan keperawatan. Kegiatan supervisi berupa dorongan, bimbingan
dan kesempatan untuk pertumbuhan keahlian dan ketrampilan
perawat.
Yura dan Helen (1981), supervisi adalah mengawasi,
meneliti dan memeriksa, yang dipandang sebagai proses dinamis
dengan memberikan dorongan dan berpartisipasi dalam pengembangan
diri staf dan pelaksanaan keperawatan. Sedangkan menurut Kron T.
(1987), supervisi adalah merencanakan, mengarahkan, membimbing,
mengajar,

mengobservasi,

mendorong

dan

memperbaiki,

mempercayai, mengevaluasi secara terus-menerus pada setiap tenaga
keperawatan dengan sabar, adil serta bijaksana sehingga setiap tenaga
keperawatan dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik,
trampil, aman, cepat dan tepat secara menyeluruh sesuai dengan
kemampuan dan keterbatasan yang mereka miliki. Menurut Swansburg
dan Swansburg (1990), supervisi adalah suatu proses kemudahan
sumber-sumber

yang

diperlukan

staf

keperawatan

untuk

menyelesaikan tugas-tugasnya.
2. Tujuan supervisi :
 Mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan/khusus tenaga
baru
 Melatih staf dan pelaksana keperawatan
 Memberikan arahan dalam pelaksanaan tugas agar menyadari dan
mengerti terhadap peran, fungsi dan tugas sebagai staf dan
pelaksana asuhan keperawatan
 Memberikan layanan dan bantuan kepada staf dan pelaksana
21

keperawatan apabila menghadapi kendala dalam pelaksanaan
 Mengembangkan kemampuan staf dan pelaksana keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan
3. Kompetensi Supervisor
 Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas sehingga dapat
dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan
 Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksana
keperawatan
 Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja staf dan
pelaksana keperawatan
 Proses kelompok
 Memberi latihan dan bimbingan yang diperlukan staf
 Melakukan penilaian terhadap penampilan kerja perawat
 Mengadakan pengawasan agar pelayanan keperawatan lebih baik
4. Fungsi Supervisi
1. Untuk mengatur dan mengorganisasi proses pemberian pelayanan
keperawatan yang menyangkut pelaksanaan kebijakan pelayanan
keperawatan tentang staf dan SOP
2. Menilai dan memperbaiki factor-faktor yang mempengaruhi proses
pemberian pelayanan asuhan keperawatan
3. Briggs, mengungkapkan bahwa fungsi utama supervisi dalam
keperawatan ialah mengkoordinasi, menstimuli dan mendorong kearah
peningkatan kwalitas asuhan keperawatan
5. Peran Supervisi
1. Menurut Bowe dan Deas Lore, dikutip Yuslis ( 1995), menyatakan
peranan supervisor dalam keperawatan menitik beratkan kepada
perencanaan, pelaksanaan tugas, pelimpahan tanggung jawab, memberi
kesempatan pada staf untuk dapat menyelesaikan tugasnya sesuai
dengan

standar

asuhan

keperawatan,

memberi

support,

mempertahankan kebersamaan
2. Olivia (1976) mengatakan bahwa peranan supervisor adalah
koordinator, konsultan, pemimpin kelompok evaluator
22

3. Secara umum peranan supervisor dalam keperawatan adalah leader,
koordinator,

pembantu/pelayan,

pelatih,

pembimbing,

evaluator,

peneliti dan inspektur
6. Prinsip-prinsip dalam supervisi
1.

Didasarkan atas hubungan professional dan bukan pribadi

2.

Kegiatan yang direncanakan secara matang

3.

Bersifat edukatif, suppotif dan informal

4.

Memberikan perasaan aman pada staf

5.

Membentuk suatu kerja sama

6.

Objektif dan sanggup melakukan self evaluation ( mengkaji diri

sendiri ).
7.

Progresif, inovatif, fleksibel dan dapat mengembangkan kelebihan

masing-masing
8.

Kontruktif dan kreatif dalam mengembangkan diri disesuaikan

dengan kebutuhan
9.

Dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan

kualitas asuhan keperawatan
7.

Tehnik supervisi
 Individual Technic
 Pertemuan percakapan pribadi dengan staf secara informal/formal
 Observasi ke bangsal
 Intervisite
 Penilaian diri sendiri (self evaluation)
 Group Technic

8.

Area supervisi keperawatan
 Standar praktek keperawatan/SOP sebagai acuan .
 Fakta pelaksanaan praktek keperawatan sebagai pembanding untuk
menetapkan kesenjangan
 Tindak lanjut berupa upaya mempertahankan kualitas maupun upaya
memperbaiki

Instrumen Supervisi
Tujuan

Tercapai

Tidak Tercapai

Keterangan
23

Standar

Sangat

Baik

Cukup

Kurang

Keterangan

baik

9.
1.

Laporan Supervisi

Laporan harian
Supervisor : …………

Tanggal :

………………..
Masalah
Tujuan

Rencana

Rencana

yang

akan

datang

2.

Laporan mingguan
Masalah

Rencana

Penyelesaian masalah saat
ini

.

10.

Langkah-langkah supervisi

 Mengidentifikasikan kelemahan atau kekurangan staf
 Menentukan metode perbaikan dan peningkatan kinerja
 Memberikan bimbingan dan fasilitas yang diperlukan dalam perbaikan
dan meningkatkan kinerja
 Memonitoring hasil perbaikan dan peningkatan kinerja perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan

24

11. Kegiatan rutin supervisor
Tugas-tugas rutin yang harus dilakukan oleh supervisor setiap hari
( Bittel,1987 ), sbb:
 (15-30’) sebelum pertukaran Shift
1. Mengecek kecukupan fasilitas/peralatan/sarana untuk hari itu
2. Mengecek jadwal kerja
 (15-30’) pada waktu mulai Shift
1. Mengecek personil yang ada
2. Menganalisa keseimbangan tenaga
3. Mengatur pekerjaan
4. Mengidentifikasikan kendala yang muncul
5. Mencari alternatif penyelesaian masalah supaya dapat diselesaikan
 (6-7 jam ) sepanjang hari.
1. Mengecek pekerjaan setiap perawat, mengarahkan, mengintruksi,
mengoreksi atau memberi latihan sesuai kebutuhan
2. Mengecek kemajuan pekerjaan
3. Mengecek pekerjaan rumah tangga
4. Mengecek personil, kenyamanan kerja terutama personil baru
5. Berjaga di tempat bila ada pertanyaan, permintaan bantuan lain-lain
 Mengatur jam istirahat perawat
1. Mendeteksi dan mencatat problem yang muncul pada saat itu dan
mencari cara memecahkannya
2. Mengecek kembali kecukupan alat/fasilitas/sarana sesuai kondisi
operasional
3. Mencatat fasilitas/sarana yang rusak kemudian melaporkannya
4. Mengecek kecelakaan kerja
5. Menyiapkan laporan mengenai pekerjaan secara rutin
(15-30’) sekali dalam sehari
1. Mengobservasi satu personil atau aneka kerja secara kontinyu
untuk 15’
2. Melihat dengan seksama hal-hal yang mungkin terjadi, seperti
keterlambatan pekerjaan, lamanya mengambil barang, kesulitan
pekerjaan, dll
25

Sebelum pulang
1. Membuat daftar masalah yang belum terpecahkan dan berusaha
untuk memecahkan keesokan harinya
2. Pikirkan pekerjaan yang telah dilakukan sepanjang hari dengan
mengecek hasilnya, kecukupan material dan peralatannya
3. Melengkapi laporan harian
4. Membuat daftar pekerjaan untuk keesokan harinya

No. SPO: 005
STANDAR PROSEDUR
SPO – Ners

OPERASIONAL

A1-04
Tanggal dibuat:

Tanggal berlaku:

Nama Departemen:

2 Juni 2014

3 Juni 2014

KMB

Judul:

No. Revisi:

Case Confrence

01
Hal. 1 dari 10
Disetujui Oleh

Dibuat oleh:
Kelompok Hanters
(

)

Pembimbing Akademik
1. Pengertian
Merupakan kegiatan berdiskusi kelompok untuk membahas hal-hal yang
telah dilakukan pada praktik klinik atau lapangan, tingkat pencapaian tujuan
praktik klinik hari tersebut, kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya, serta
kejadian lain yang tidak direncanakan, termasuk kejadian kegawatan klien yang
harus dihadapi peserta didik.
1. Konferensi klinik
Merupakan kegiatan berdiskusi antara berbagai antar profesi kesehatan
seperti dokter, perawat dan ahli gizi yang membahas tentang
perkembangan

pasien,

ilmu-ilmu

terbaru

yang

bertujuan

dalam

perkembangan pelayanan kesehatan dan untuk kesehatan pasien.
2. Konferensi pra-klinik
26

Merupakan kegiatan berdiskusi kelompok tentang praktik klinik yang akan
dilakukan keesokan hari. Tujuan, cara pencapaian tujuan, dan rencana
tindakan (mulai dari fokus pengkajian, sampai kepada rencana evaluasi),
serta tambahan didiskusikan bersama.
Interdisciplinary Rounds Or Case Conference
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi
dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai
dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. konference sebaiknya dilakukan di
tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar.
Konferensi terdiri dari pre conference dan post conference yaitu :
 Pre Conference
Pre conference adalah komunikasi ka tim dan perawat pelaksana setelah selesai
operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim
atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang,
maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat
(rencana harian), dan tambahan rencana dari katim dan PJ tim(Modul MPKP,
2006)
2.

Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post
conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak
lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau Pj tim (Modul MPKP, 2006)
Tujuan Pre dan Post Conference : Secara umum tujuan konferensi adalah untuk
menganalisa

masalah-masalah

secara

kritis

dan

menjabarkan

alternatif

penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang
dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat
meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan
cara yang efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif (McKeachie, 1962).
Juga membantu koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan
sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi
asuhan (T.M.Marelli, et.al, 1997).

27

No. SPO: 006
STANDAR PROSEDUR
SPO – Ners

OPERASIONAL

A1-05
Tanggal dibuat:

Tanggal berlaku:

Nama Departemen:

2 Juni 2014

3 Juni 2014

KMB

Judul:

No. Revisi:

Ronde keperawatan

01
Hal. 1 dari 10
Disetujui Oleh

Dibuat oleh:
Kelompok Hanters
(

)

Pembimbing Akademik
1. Pengertian
Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan dalam mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan di samping pasien membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus tertentu yang dilakukan
oleh perawat primer dan atau konsuler, kepala ruangan, perawat asociate
yang melibatkan seluruh anggota tim. Adapun kegiatan ini mempunyai
karakteristik meliputi klien dilibatkan secara langsung, klien merupakan
fokus kegiatan, PA/PP dan konsuler melakukan diskusi, konsuler
mengfasilitasi kreatifitas dan konsuler membantu mengembangkan
kemampuan PA dan PP dalam meningkatkan kemampuan mengatasi
masalah.
2. Tujuan



Menumbuhkan cara berfifir kritis
Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang

berasal dari masalah klien


Meningkatkan faliditas data klien



Menilai kemampuan justifikasi



Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja

3. Pengorganisasian
a. Perawat primer (ketua tim) dan perawat asosiet (anggota tim)
28

Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa
untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain :
 Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien
 Menjelaskan masalah keperawatan utama
 Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
 Menjelaskan tindakan selanjtunya
 Menjelaskan

alasan

ilmiah

tindakan

yang

akan

diambil

b. Peran perawat primer (ketua tim) lain dan atau konsuler
 Memberikan justifikasi
 Memberikan reinforcement
 Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta
tindakan yang rasional
 Mengarahkan dan koreksi
 Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari

4. Kegiatan
a. Persiapan
 Penetapan kasus minimal satu hari sebelum pelaksanaan ronde
 Memberikan informed Concent kepada klien/keluarga
b. Pelaksanaan ronde
 Penjelasan tentang klien oleh PP.
 Difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang
akan atau telah dilaksanakan yang menjadi prioritas dan perlu
didiskusikan.
 Diskusi antara anggota tim tentang kasus tersebut
 Pemberian justifikasi oleh PP atau perawat konsuler/karu tentang
masalah
 klien dan rencana tindakan.
 Tindakan keperaatan pada masalah prioritas yang telah ditetapkan

29

c. Paska Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta cara
menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.

5. Instrumen Ronde Keperawatan
Diagnosa

Intervensi
Dilaksanakan

Keperawatan

b.

Tidak

Masalah
Teratasi

Ket
Tidak

Instrumen Pemecahan Masalah

Masalah

Justifikasi

Pemecahan

No. SPO: 007
STANDAR PROSEDUR
SPO – Ners

OPERASIONAL

A1-04
Tanggal dibuat:

Tanggal berlaku:

Nama Departemen:

2 Juni 2014

3 Juni 2014

KMB

Judul:

No. Revisi:

Discharge planning

01
Hal. 1 dari 10
Disetujui Oleh

Dibuat oleh:
Kelompok Hanters
(

)

Pembimbing Akademik
1. Pengertian
30

Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan
baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat
kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya.
Discharge Planning menunjukkan beberapa proses formal yang melibatkan team
atau memiliki tanggung jawab untuk mengatur perpindahan sekelompok orang ke
kelompok lainnya (RCP,2001). Perawat adalah salah satu anggota team Discharge
Planner, dan sebagai discharge planner perawat mengkaji setiap pasien dengan
mengumpulkan dan menggunakan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi
masalah actual dan potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama pasien dan
keluarga, memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara
individu dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara
optimal dan mengevaluasi kesinambungan Asuhan Keperawatan. Merupakan
usaha keras perawat demi kepentingan pasien untuk mencegah dan meningkatkan
kondisi kesehatan pasien, dan sebagai anggota tim kesehatan, perawat
berkolaborasi dengan tim lain untuk merencanakan, melakukan tindakan,
berkoordinasi dan memfasilitasi total care dan juga membantu pasien memperoleh
tujuan utamanya dalam meningkatkan derajat kesehatannya.

2. Tujuan Discharge Planning :
Meningkatkan kontinuitas perawatan, meningkatkan kualitas
perawatan dan memaksimalkan manfaat sumber pelayanan kesehatan. Discharge
Planning dapat mengurangi hari rawatan pasien, mencegah kekambuhan,
meningkatkan perkembangan kondisi kesehatan pasien dan menurunkan beban
perawatan pada keluarga dapat dilakukan melalui Discharge Planning ( Naylor,
1990 ). Dan menurut Mamon et al (1992), pemberian discharge planning dapat
meningkatkan kemajuan pasien, membantu pasien untuk mencapai kualitas hidup
optimum disebelum dipulangkan, beberapa penelitian bahkan menyatakan bahwa
discharge planning memberikan efek yang penting dalam menurunkan komplikasi
penyakit, pencegahan kekambuhan dan menurunkan angka mortalitas dan
31

morbiditas (Leimnetzer et al,1993: Hester, 1996)
Seorang Discharge Planners bertugas membuat rencana,
mengkoordinasikan dan memonitor dan memberikan tindakan dan proses
kelanjutan perawatan (Powell,1996). Discharge planning ini menempatkan
perawat pada posisi yang penting dalam proses pengobatan pasien dan dalam
team discharge planner rumah sakit, pengetahuan dan kemampuan perawat dalam
proses keperawatan dapat memberikan kontinuitas perawatan melalui proses
discharge planning( Naylor,1990 ) . Perawat dianggap sebagai seseorang yang
memiliki kompetensi lebih dan punya keahlian dalam melakukan pengkajian
secara akurat, mengelola dan memiliki komunikasi yang baik dan menyadari
setiap kondisi dalam masyarakat. (Harper, 1998 ).
3. Keuntungan Discharge Planning
-

Bagi Pasien :
o Dapat memenuhi kebutuhan pasien
o Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan
sebagai bagian yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya.
o Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya
o Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan memperoleh
support sebelum timbulnya masalah.
o Dapat memilih prosedur perawatannya
o Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang
dapat dihubunginya.

-

Bagi Perawat :
o Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat di gunakan
o Menerima informasi kunci setiap waktu
o Memahami perannya dalam system
o Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru
o Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda
dan cara yang berbeda.
o Bekerja dalam suatu system dengan efektif.
32

4. Justifikasi Metode Discharge Planning
Di Indonesia semua pelayanan keperawatan di Rumah Sakit , telah
merancang berbagai bentuk format Discharge Planning, namun discharge
planning kebanyakan dipakai hanya dalam bentuk pendokumentasian resume
pasien pulang, berupa informasi yang harus di sampaikan pada pasien yang akan
pulang seperti intervensi medis dan non medis yang sudah diberikan, jadwal
kontrol, gizi yang harus dipenuhi setelah dirumah. Cara ini merupakan pemberian
informasi yang sasarannya ke pasien dan keluarga hanya untuk sekedar tahu dan
mengingatkan, namun tidak ada yang bisa menjamin apakah pasien dan keluarga
mengetahui faktor resiko apa yang dapat membuat penyakitnya kambuh,
penanganan apa yang dilakukan bisa terjadi kegawatdaruratan terhadap kondisi
penyakitnya, untuk itu pelaksanaan discharge planning di rumah sakit apalagi
dengan penyakit kronis seperti stroke, diabetes mellitus, penyakit jantung dan
lain-lain yang memiliki resiko tinggi untuk kambuh dan berulangnya kondisi
kegawatan sangat penting dimana akan memberikan proses deep-learning pada
pasien hingga terjadinya perubahan perilaku pasien dan keluarganya dalam
memaknai kondisi kesehatannya.

STANDAR PROSEDUR

No. SPO: 008

OPERASIONAL
SPO – Ners
F2-24
Tanggal dibuat:

Tanggal berlaku:

Nama Departemen:

2 Juni 2014

3 Juni 2014

KMB

Judul:

No. Revisi:

PKMRS

01
Hal. 1 dari 5

33

Dibuat oleh:

Disetujui Oleh

Kelompok Hanters
Pembimbing Akademik

1.Pengertian

: Tata cara penyuluhan secara individu / keluarga tentang hal

yang berhubungan dengan penyakitnya.Pasien dapat mengerti tentang hal hal
yang berhubungan dengan penyakitnya.
2.Tujuan

: sebagai acuan dalam pemberian penyuluhan secara individu /

keluarga
3.Prosedur

: 1.Membuat SAP sesuai dengan penyuluhan.
2.Berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya
3.Menggunakan cara diskusi atau demonstrasi
4.Menggunakan alat bantu bila diperlukan
5.Mengadakan evaluasi
6.Memberikan umpan balik
7.Menyusun rencana lanjutan
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

No. SPO: 009
SPO – Ners
F2-24

Tanggal dibuat:
2 Juni 2014

Tanggal berlaku:

Nama Departemen:

3 Juni 2014

Judul:

KMB
No. Revisi:

DOKUMENTASI KEPERAWATAN

01
Hal. 1 dari 10

Dibuat oleh:

Disetujui Oleh
Kelompok Hanters
Pembimbing Akademik

34

DOKUMENTASI INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Pengertian
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau
mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. Tahap ini
dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi
(Iyer, Taptich & bernocchi-Losey, 1996).
Secara tradisional, rencana keperawatan diartikan sebagai suatu dokumen tulisan tangan
dalam menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensi. Sebagaiman disebutkan sebelumnya,
rencana keperawatan merupakan metode komunikasi tentang asuhan keperawatan kepada
klien. Setiap klien yang memerlukan asuhan keperawatan perlu suatu perencanaan yang baik.
Misalnya, semua klien pasca operasi memerlukan suatu pengamatan tentang pengelolaan
cairan dan nyeri sehingga semua tindakan keperawatan harus distandarisasi. Standar tindakan
tersebut dapat dibaca di SAK (Standar Asuhan Keperawatan) atau SOP (Standar Operasional)
dari Depkes R.I (1995).
2. Gambaran perencanaan
Dokumentasi keperawatan dimulai dari pengumpulan data dan analisa masalah. Kemudian
perawat memasukkan informasi ini dalam catatan perawatan untuk memikirkan rencana
perawatan. Prioritas masalah klien berdasarkan hasil dan jenis tindakan perawatan yang
memberikan koreksi terhadap cara kerja perawat demi pencapaian tujuan. Penetapan rencana
perawatan yang lengkap adalah mekanisme dari proses keperawatan.
Tujuan dari rencana perawatan adalah memberikan tindakan perawatan berdasarkan
respon klien terhadap masalah kesehatannya,dan mencegah masalah baru yang akan timbul
3. Dokumentasi tindakan keperawatan
Perencanaan dan tindakan keperawatan adalah tahap dalam proses keperwatan
berdasarkan m