Mahasiswa PGSD FKIP UNS Jurnal Didaktika
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI
CERITA ANAK DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS V
SEKOLAH DASAR
Anggit Ernawan 1), St. Y. Slamet 2), Kuswadi 3)
PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta.
e-mail:
1)
2)
3)
[email protected]
[email protected]
[email protected]
Abstract: This research is intended to find 1) the different of understanding children stories ability of student that
teached by Jigsaw teaching model within Student Teams Achievement Division (STAD) teaching model; 2) the
different of understanding children stories ability of student that have the high studied motivation and low studied
motivation; (3) the interaction between teaching model and studied motivation on the understanding of children
stories ability. This study was a Quasi Experimental research methode design by 2 × 2 factorial design. Population
of the research are all student at 5th grade of elementary school in Laweyan district Surakarta in the academic year
of 2016/2017. Samples were taken by cluster random sampling technique. The selected sample are Djama’atul
Ichwan elementary school dan Muhammadiyah 16 Karangasem Elementary School. The data collecting technique
understanding of children stories ability uses test in the form of multiple choice task and studied motivation with
non test technique in form of questionaire. This research used Two Ways Anava data analysis technique and used
Scheffe method as a further testing after two ways anova with 5% of significance level. Based on data analysis,
the result are as follow 1) there was a different of understanding children stories ability of student that teached by
Jigsaw teaching model within Student Teams Achievement Division (STAD) teaching model with F A value =
16,37 > F0,05;1;72 = 3,98; (2) there was a different of understanding children stories ability of student that have the
high studied motivation and low studied motivation with FB value = FB = 22,56 > F0,05;1;72 = 3,98; (3) there was an
interaction between teaching model and studied motivation on the understanding of children stories ability with
FAB value = 6,53 > F0,05;1;72 = 3,98. The further result shows 1) FA1B1 – A2B1 = 1,6851 < 3,455; 2) FA1B2 – A2B2 =
0,0003 < 3,455 3) FA1B1 – A2B1 = 0,0044 < 3,455 and 4) FA1B2 – A2B2 = 0,0948 < 3,455
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk 1) mengetahui perbedaan kemampuan memahami cerita anak antara
siswa yang diajar dengan model pembelajaran Jigsaw dan siswa yang diajar dengan model pembelajaran Student
Teams Achievement Division (STAD); 2) mengetahui perbedaan kemampuan memahami cerita anak antara siswa
yang memiliki motivasi belajar tinggi dan siswa yang memilki motivasi belajar rendah; 3) mengetahui interaksi
antara model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap kemampuan memahami cerita anak. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian Quasi Eksperimental desain 2 × 2 faktorial. Populasi penelitian ini adalah seluruh
peserta didik kelas V SD Se-Kecamatan Laweyan Surakarta tahun ajaran 2016/2017. Sampel diambil dengan
teknik cluster random sampling. Sampel yang terpilih adalah SD Djama’atul Ichwan dan SD Muhammadiyah 16
Karangasem. Teknik pengumpulan data kemampuan memahami cerita anak dengan teknik tes dalam bentuk soal
pilihan ganda dan motivasi belajar dengan teknik non tes dalam bentuk soal angket. Teknik analisis data yang
digunakan yaitu Analisis Varian Dua Jalan (Two Ways Anava) dan uji pasca Anava (Metode Scheffe) dengan taraf
signifikansi 5%. Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa (1) terdapat perbedaan kemampuan
memahami cerita anak antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran Jigsaw dengan siswa yang diajar
dengan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dengan nilai FA = 16,37 > F0,05;1;72 =
3,98; (2) terdapat perbedaan kemampuan memahami cerita anak antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi
dan motivasi belajar rendah dengan nilai FB = 22,56 > F0,05;1;72 = 3,98; (3) terdapat interaksi antara model
pembelajaran dan motivasi belajar terhadap kemampuan memahami cerita anak dengan nilai FAB = 6,53 > F0,05;1;72
= 3,98. Hasil uji lanjut menunjukkan 1) FA1B1 – A2B1 = 1,6851 < 3,455; 2) FA1B2 – A2B2 = 0,0003 < 3,455 3) FA1B1 –
A2B1 = 0,0044 < 3,455 and 4) FA1B2 – A2B2 = 0,0948 < 3,455
Kata kunci: Jigsaw, Student Teams Achievement Division, motivasi belajar, kemampuan memahami cerita anak
Bahasa memiliki peran sentral dalam
perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang
keberhasilan dalam mempelajari semua bidng
studi. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta
1)
2)
Mahasiswa PGSD FKIP UNS
Dosen PGSD FKIP UNS
3)
didik dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Siswa mampu
berkomunikasi secara lisan maupun tulis,
serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil
karya kesastraan manusia Indonesia (BNSP,
2006: 119). Hal tersebut selaras dengan salah
Jurnal Didaktika Dwija Indria
ISSN: 2337-8786
satu tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia
yaitu menghargai dan membanggakan sastra
Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (BSNP, 2006: 120).
Materi pembelajaran tentang sastra anak tertuang dalam SK. 5 Memahami cerita tentang
suatu peristiwa dan cerita pendek yang disampaikan secara lisan dan KD 5.2. Mengidentifikasi unsur-unsur cerita (tokoh, tema, latar,
amanat). Materi pemahaman cerita anak ini
sangat penting untuk dikuasai karena materi
ini berguna untuk belajar dalam bagaimana
cara mengapresiasi cerita-cerita khazanah budaya Indonesia. Kegiatan belajar mengajar di
SD saat ini berdasarakan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan seharusnya dilandasi oleh
prinsip bahwa pembelajaran berpusat pada
siswa (Trianto, 2014: 26).
Salah satu faktor yang diduga mempengaruhi keberhasilan pembelajaran pemahaman cerita anak di SD adalah model pembelajaran yang digunakan guru. Beberapa model
pembelajaran yang inovatif memilik karakteristik yang berbeda dan memiliki keunggulan
kelemahan masing-masing. Model pembelajaran yang inovatif dapat berupa model pembelajaran Jigsaw dan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)
Tarm dan Akdemiz (Sengul dan
Katranci 2013: 341) menyatakan bahwa variasi metode dalam pembelajaran diperlukan untuk meningkatkan pendekatan dan membuat
pembelajaran lebih efisien. Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif
dan saling membantu dalam menguasai materi
pembelajaran untuk mencapai prestasi yang
maksimal. Zuo dan Sarobol (Esnawy, 2016:
98) menyatakan Jigsaw adalah teknik dalam
metode kooperatif yang efektif dan dapat meningkatkan motivasi, sosial, dan linguistik siswa. Model pembelajaran kooperatif Student
Teams Achievement Division merupakan model pembelajaran kerjasama kelompok yang
mempunyai kemampuan campuran yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab
kelompok bagi pembelajaran masing-masing
orang.
Selain model pembelajaran, motivasi
belajar juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar baik dari dalam diri maupun dari luar
siswa. Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan belajar adalah motivasi belajar. Motivasi belajar merupakan dorongan dalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar agar tujuan tercapai (Sadirman, 2014: 75). Motivasi belajar penting dalam proses belajar siswa, karena motivasi belajar dapat mendorong,
menggerakkan, dan mengarahkan siswa ke
dalam kegiatan belajar (Hamalik, 2014: 156).
Motivasi belajar akan mempengaruhi daya tangkap siswa dalam memahami materi suatu
mata pelajaran. Jika motivasi belajar tinggi,
maka siswa akan memiliki keinginan untuk
mempelajari cerita anak, sehingga akan mempengaruhi kemampuan memahami cerita anak. Oleh sebab itu, dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia motivasi belajar sangat diperlukan. Tujuan penelitian ini antara
lain untuk mengetahui: (1) perbedaan kemampuan memahami cerita anak antara siswa yang
diajar dengan model pembelajaran Jigsaw dan
siswa yang diajar dengan model pembelajaran
Student Teams Achievement Division; (2) perbedaan kemampuan memahami cerita anak
antara siswa yang memiliki motivasi belajar
tinggi dan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah; (3) mengetahui interaksi antara
model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap kemampuan memahami cerita anak.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif eksperimental dengan desain 2×2 faktorial. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas V SD di Kecmatan Laweyan
Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2016/2017.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah cluster random sampling. Sugiyono
(2015: 122) menyatakan bahwa cluster random sampling digunakan jika populasi tidak
terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok individu. Sampel penelitian ini yaitu SD Djama’atul Ichwan sebagai
kelompok eksperimen dan SD Muhammadiyah 16 Karangasem sebagai kelompok kontrol. Teknik pengumpulan data yaitu teknik tes
dan non tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Variansi Dua jalan
Jurnal Didaktika Dwija Indria
ISSN: 2337-8786
dengan sel tak sama pada tingkat signifikansi
5%. Menurut Budiyono (2016: 206) tujuan
analisis variansi dua jalan adalah untuk
menguji signifikansi efek dua variabel bebas
terhadap satu variabel terikat. Uji prasayarat
analisis menggunakan uji normalitas dengan
uji Liliefors dan uji homogenitas dengan uji
Bartlett, serta uji keseimbangan dengan uji-t
tipe Polled Varian. Uji lanjut pasca Anava
dengan uji Scheffe untuk mengetahui pengaruh variabel yang lebih baik.
HASIL
Sebelum uji analisis data terlebih dahulu
dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas, sedangkan untuk
menguji keseimbangan kemampuan awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan uji-t tipe Polled Varian. Uji
keseimbangan kemampuan awal kedua sampel sama atau tidak. Uji keseimbanagn ini diambil dari nilai prettes.
Tabel 1. Rataan dan Variansi Data Pretest
Kelompok
Eksperimen
Kontrol
Jumlah
Siswa
34
39
X
S
88,23
88,97
11,4
10,2
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa
kelompok eksperimen memperoleh rata-rata
skor 88,23 dengan standar deviasi sebesar
11,4; sedangkan untuk kelompok kontrol
memperoleh rata-rata skor 88,97 dengan standar deviasi sebesar 10,2.
Tabel 2. Statistik Uji Normalitas Data
Pretest
Sampel
Lmaks
Ltabel
Eksperimen
Kontrol
0,1511
0,1016
0,1519
0,1418
Keputusan
Uji
H0 diterima
H0 diterima
Berdasarkan dari tabel 2 diketahui harga
Lhitung untuk masing-masing sampel tidak melebihi harga Ltabel sehingga H0 diterima yang
berarti sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
Hasil uji homogenitas dengan uji Bartlett dengan statistik uji Chi-kuadrat (χ2) dan tingkat signifikansi 0,05 diperoleh nilai statistik
uji dari kelompok eksperimen dan kontrol adalah χ2 hitung = 0,450 dan χ2tabel adalah 3,841.
Hasil perhitungan Uji Chi-kuadrat
diperoleh χ2hitung = 0,450 < χ2tabel(0,05;1) maka
H0 diterima. Hal ini berarti kedua kelompok
homogen.
Sampel penelitian berasal dari populasi
yang berdistribusi normal dan variansinya homogen maka selanjutnya dilakukan uji-t. Penelitian ini memiliki jumlah siswa (n) dari
masing-masing kelas berbeda. Jika jumlah (n)
berbeda maka rumus uji-t menggunakan rumus Polled Varians. Hasil uji keseimbangan dengan uji-t diperoleh thitung = - 0,047 Berdasarkan perhitungan, thitung = 0,047 ∉ DK = {t |
t < −1,99 atau t > 1,99} atau thitung bukan
anggota daerah kritis, maka H0 diterima. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal kedua sampel penelitian tersebut
dalam keadaan seimbang atau kedua sampel
penelitian mempunyai kemampuan awal yang
sama.
Tabel 3. Statistik Uji Normalitas
Sumber
Kelompok
Eksperimen
Kelompok
Kontrol
Motivasi
Belajar
Tinggi
Motivasi
Belajar
Rendah
Lmaks
Ltabel
Keputusan
Uji
0,1449
0,1519
H0 diterima
0,0781
0,1418
H0 diterima
0,1134
0,1292
H0 diterima
0,1057
0,1772
H0 diterima
Berdasarakan tabel 3 dapat dilihat bahwa harga L = maks{|F (zi) – S (zi)|} pada kelompok eksperimen, kelompok kontrol, motivasi belajar tinggi serta motivasi belajar rendah tidak melebihi harga Ltabel sehingga H0 diterima. Hal ini berarti sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Tabel 4. Hasil Analisis Uji Homogenitas
Sumber
Kelompok
Eksperimen
dan Kontrol
Motivasi
Belajar Tinggi
dan Rendah
Antar Sel
χ2 hitung
χ2 tabel
Keputusan
Uji
3,519
3,841
H0 diterima
0,106
3,841
H0 diterima
4,192
7,815
H0 diterima
Berdasarkan tabel data hasil analisis uji
homogentias pada Tabel 4 diperoleh harga
χ2hitung pasa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, motivasi belajar tinggi dan renJurnal Didaktika Dwija Indria
ISSN: 2337-8786
dah, serta antar sel tidak melebihi harga χtabel
sehingga H0 diterima. Hal ini berarti data
ketiga kelompok memiliki varians yang sama
atau kelompok data homogen.
Pengujian hipotesis penelitian digunakan Analisis Variansi Dua Jalan dengan sel
tak sama pada tingkat signifikansi α = 5%. Berikut ini adalah hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama yang terangkum pada Tabel 5 berikut:
Tabel 5. Hasil Analisis Variansi Dua jalan
dengan Sel Tak Sama
S
JK
DK
RJK
Fhit
Ftabel
A
6588
1
6588,9
16,37
3,98
B
9082
1
9082,3
22,56
3,98
AB
2623
1
2622,5
6,52
3,98
G
27773
69
402,5
-
-
T
27902
72
-
-
-
Berdasarkan data tabel 5 menunjukkan
bahwa; (1) terdapat perbedaan kemampuan
memahami cerita anak antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran Jigsaw dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran Student Teams Achievement Division
(STAD) dengan nilai FA = 16,37 > F0,05;1;72 =
3,98; (2) terdapat perbedaan kemampuan memahami cerita anak antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan motivasi
belajar rendah dengan nilai FB = 22,56 >
F0,05;1;72 = 3,98; (3) terdapat interaksi antara
model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap kemampuan memahami cerita anak dengan nilai FAB = 6,53 > F0,05;1;72 = 3,98
Berdasarkan hasil perhitungan Analisis
Variansi Dua Jalan dengan sel tak sama koefisien FA, FB, dan FAB menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan, sehingga perlu dilakukan uji lanjut pasca Anava. Teknik uji
lanjut Scheffe untuk mengetahui pengaruh variabel manakah yang lebih baik.
Hipotesis pertama dan kedua tidak perlu
dilakukan uji lanjut karena hanya mempunyai
dua kategori. Selanjutnya, untuk mengetahui
manakah hasilnya yang lebih baik cukup dengan membandingkan jumlah rataan marginal
dari masing-masing variabel. Uji hipotesis ketiga perlu dilakukan uji lanjut untuk mengetahui manakah yang lebih baik. Uji lanjut dihitung dari rata-rata marginal setiap sel. Hasil
rata-rata marginal setiap sel dapat dilihat
dalam tabel 6 berikut.
Tabel 6. Rataan Masing-masing Sel
Model
Pembelajaran
Jigsaw (A1)
Student Teams
Achievement
Division (A2)
X
Motivasi Belajar
Tinggi (B1)
Rendah
(B2)
82,50
82,00
X
82,25
84,17
82,13
83,15
83,33
82,07
-
Hasil hipotesis pertama (H0A) ditolak
sehingga diperoleh rataan marginal baris A1
(82,25) lebih kecil daripada rataan marginal
baris A2 (83,15) yang berarti bahwa kemampuan memahami cerita anak siswa yang diajar
dengan model pembelajaran Jigsaw tidak
lebih baik daripada siswa yang diajar dengan
model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD).
Hasil hipotesis kedua (H0B) ditolak sehingga diperoleh jumlah rataan marginal kolom B1 (83,33) lebih besar daripada rataan marginal kolom B2 (82,07) yang berarti bahwa
kemampuan memahami cerita anak siswa
yang memiliki motivasi belajar tinggi lebih
baik daripada siswa yang memiliki motivasi
belajar rendah.
Hasil hipotesis ketiga (H0AB) ditolak,
sehingga perlu dilakukan uji lanjut pasca Anava antar sel. Hasil uji lanjut pasca Anava dengan uji Scheffe terangkum dalam tabel 7.
Tabel 7. Hasil Uji Lanjut (Uji Scheffe)
Komparasi
Fhit
Ftabel
A1B1 - A2B1
1,6851
3,455
A1B2 - A2B2
0,0003
3,455
A1B1 - A1B2
0,0044
3,455
A2B1 - A2B2
0,0948
3,455
Berdasarkakn tabel 7 diperoleh hasil
yaitu: (1) Komparasi rataan antar sel (A1B1 A2B1), H0 diterima hal ini berarti kemampuan
memahami cerita anak siswa yang diajar dengan model pembelajaran Jigsaw dan memiliki motivasi belajar tinggi tidak lebih baik dari pada siswa yang diajar dengan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dan memiliki motivasi belajar
tinggi; (2) Komparasi rataan antar sel (A1B2 A2B2), H0 diterima hal ini berarti kemampuan
memahami cerita anak siswa yang diajar de-
Jurnal Didaktika Dwija Indria
ISSN: 2337-8786
ngan model pembelajaran Jigsaw dan memiliki motivasi belajar rendah tidak lebih baik
dari pada siswa yang diajar dengan model
pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dan memiliki motivasi belajar
rendah; (3) Komparasi rataan antar sel (A1B1
- A1B2), H0 diterima hal ini berarti kemampuan memahami cerita anak siswa yang diajar
dengan model pembelajaran Jigsaw dan memiliki motivasi belajar tinggi tidak lebih baik
dari pada siswa yang diajar dengan model
pembelajaran Jigsaw dan memiliki motivasi
belajar tinggi; dan (4) Komparasi rataan antar
sel (A2B1 - A2B2), H0 diterima hal ini berarti
kemampuan memahami cerita anak siswa
yang diajar dengan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)
dan memiliki motivasi belajar rendah tidak
lebih baik dari pada siswa yang diajar dengan
model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dan memiliki motivasi belajar rendah.
PEMBAHASAN
Hasil dari statistik uji hipotesis menggunakan Analisi Variansi Dua Jalan dengan
sel tak sama diperoleh hipotesis pertama H0A
ditolak, H0B ditolak, dan H0AB ditolak.
Hipotesis pertama, hasil Anava dua jalan dengan sel tak sama diketahui bahwa H0A
ditolak karena FA = 16,37 > F0,05;1;72 = 3,98.
Hal ini berarti ada perbedaan kemampuan memahami cerita anak antara siswa yang diajar
dengan model pembelajaran Jigsaw dan siswa
yang diajar dengan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD).
Hasil dari rataan marginalnya, kelompok siswa yang diajar dengan model Jigsaw mempunyai jumlah rata-rata nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang diajar
dengan model pembelajaran Student Teams
Achievement Division (STAD) yaitu 82,25 <
83,15. Hal ini tersebut menunjukkan bahwa
kemampuan memahami cerita anak yang diajar dengan model pembelajaran Jigsaw tidak
lebih baik daripada siswa yang diajar dengan
model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD).
Penerapan model pembelajaran Student
Teams Achievement Division (STAD) menga-
rahkan siswa untuk bekerja secara kooperatif
atau secara kelompok dalam mencari solusi
sebuah masalah yang ditemuinya dalam lembar kerja. Model pembelajaran tipe Student
Teams Achievement Division (STAD) merupakan model pembelajaran kerjasama kelompok yang mempunyai kemampuan campuran
yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung
jawab kelompok pada pembelajaran siswa kelompok (Slavin, 2011: 23). Model pembelajaran tersebut menekankan pada kerjasama tim
dalam menemukan solusi untuk masalah yang
ditemukan oleh siswa didalam kelompoknya.
Hipotesis kedua, hasil Anava dua jalan
dengan sel tak sama diketahui bahwa H0B ditolak karena FB = 22,56 > F0,05;1;72 = 3,98. Hal
ini berarti ada perbedaan kemampuan memahami cerita anak antara siswa yang memiliki
motivasi belajar tinggi dan motvasi belajar
rendah. Dapat dilihat dari rataan marginalnya,
kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi mempunyai rataan marginal kolom
yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa
yang memiliki motivasi belajar rendah yaitu
83,33 > 82,07. Hal ini berarti kemampuan memahami cerita anak yang memiliki motivasi
belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang
memiliki motivasi belajar rendah.
Sesuai pendapat dari Suprijono (2009:
182) motivasi belajar bertalian erat dengan tujuan belajar. Terkait dengan hal tersebut bahwa motivasi mempunyai fungsi: (1) mendorong peserta didik untuk berbuat; (2) menentukan arah kegiatan pembelajaran; (3) menyelidiki kegiatan pembelajaran. Motivasi
belajar perlu ditingkatkan karena dapat mempengaruhi aktivitas siswa dalam belajar.
Motivasi belajar tinggi dapat mendorong peserta didik untuk belajar dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran. Sebaliknya,
motivasi belajar rendah dapat membuat siswa
cenderung kurang berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, lebih cepat merasa bosan
dalam belajar, mudah menyerah ketika mengalami kesulitan, dan rasa keingintahuannya
tidak setinggi siswa yang memiliki motivasi
belajar tinggi. Siswa yang memiliki motivasi
belajar tinggi lebih bersemangat dalam belajar
dan memahami materi suatu pelajaran, sehingga siswa dengan motivasi belajar tinggi
Jurnal Didaktika Dwija Indria
ISSN: 2337-8786
memiliki kemampuan memahami cerita anak
lebih baik daripada kelompok siswa dengan
motivasi belajar rendah.
Berdasarkan uji hipotesis ketiga dan uji
lanjut Anava dengan uji Scheffe diperoleh empat keputusan uji. Pertama, hasil perhitungan
menunjukkan FA1B1 – A2B1 = 1,6851 < 3,455
sehingga H0 diterima, dengan demikian kemampuan memahami cerita anak siswa yang
diajar dengan model pembelajaran Jigsaw dan
memiliki motivasi belajar tinggi tidak lebih
baik dari pada siswa yang diajar dengan model
pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dan memiliki motivasi belajar
tinggi. Kedua, hasil perhitungan FA1B2 – A2B2 =
0,0003 < 3,455 sehingga H0 diterima, dengan
demikian kemampuan memahami cerita anak
siswa yang diajar dengan model pembelajaran
Jigsaw dan memiliki motivasi belajar rendah
tidak lebih baik dari pada siswa yang diajar
dengan model pembelajaran Student Teams
Achievement Division (STAD) dan memiliki
motivasi belajar rendah. Ketiga, hasil perhitungan FA1B1 – A2B1 = 0,0044 < 3,455 sehingga
H0 diterima, dengan demikian kemampuan
memahami cerita anak siswa yang diajar dengan model pembelajaran Jigsaw dan memiliki motivasi belajar tinggi tidak lebih baik da-
ri pada siswa yang diajar dengan model pembelajaran Jigsaw dan memiliki motivasi belajar tinggi. Keempat, hasil perhitungan FA1B2 –
A2B2 = 0,0948 < 3,455, sehingga H0 diterima,
dengan demikian kemampuan memahami cerita anak siswa yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Division (STAD) dan memiliki
motivasi belajar rendah tidak lebih baik dari
pada siswa yang diajar dengan model pembelajaran Student Teams Achievement Division
(STAD) dan memiliki motivasi belajar rendah.
SIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini antara lain: (1) Ada perbedaan kemampuan memahami cerita anak antara siswa
yang diajar dengan model pembelajaran Jigsaw dan siswa yang diajar dengan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD); (2) Ada perbedaan kemampuan
memahami cerita anak antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan siswa yang
memiliki motivasi belajar rendah; (3) Ada interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap kemampuan memahami
cerita anak.
DAFTAR PUSTAKA
BSNP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah: Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Budiyono. (2009). Statistika untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press.
Esnawy, S. (2016). EFL/EAP Reasing and Research Essay Writting Using Jigsaw. Procedia Sosial and Behavioral Science, 232, 98-191. Dipetik 14 Maret, 2017, dari
www.sciencedirect.com
Hamalik, O. (2014). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Sadirman, M. A. (2014). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.
Sengul, S., & Katranci, Y. (2013). Effect of Jigsaw Technique on Seventh Grade Primary
School Students' Attituden Towards Mathematics. Procedia-Sosial and Bahvioral
Science, 116, 339-244. Dipetik 14 Maret, 2017, dari www.scincedirect.com
Slavin, R. E. (2011). Cooperative Learning: Teori dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Suprijono. (2014). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Offset.
Trianto. (2014). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Jurnal Didaktika Dwija Indria
ISSN: 2337-8786
Jurnal Didaktika Dwija Indria
ISSN: 2337-8786
CERITA ANAK DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS V
SEKOLAH DASAR
Anggit Ernawan 1), St. Y. Slamet 2), Kuswadi 3)
PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta.
e-mail:
1)
2)
3)
[email protected]
[email protected]
[email protected]
Abstract: This research is intended to find 1) the different of understanding children stories ability of student that
teached by Jigsaw teaching model within Student Teams Achievement Division (STAD) teaching model; 2) the
different of understanding children stories ability of student that have the high studied motivation and low studied
motivation; (3) the interaction between teaching model and studied motivation on the understanding of children
stories ability. This study was a Quasi Experimental research methode design by 2 × 2 factorial design. Population
of the research are all student at 5th grade of elementary school in Laweyan district Surakarta in the academic year
of 2016/2017. Samples were taken by cluster random sampling technique. The selected sample are Djama’atul
Ichwan elementary school dan Muhammadiyah 16 Karangasem Elementary School. The data collecting technique
understanding of children stories ability uses test in the form of multiple choice task and studied motivation with
non test technique in form of questionaire. This research used Two Ways Anava data analysis technique and used
Scheffe method as a further testing after two ways anova with 5% of significance level. Based on data analysis,
the result are as follow 1) there was a different of understanding children stories ability of student that teached by
Jigsaw teaching model within Student Teams Achievement Division (STAD) teaching model with F A value =
16,37 > F0,05;1;72 = 3,98; (2) there was a different of understanding children stories ability of student that have the
high studied motivation and low studied motivation with FB value = FB = 22,56 > F0,05;1;72 = 3,98; (3) there was an
interaction between teaching model and studied motivation on the understanding of children stories ability with
FAB value = 6,53 > F0,05;1;72 = 3,98. The further result shows 1) FA1B1 – A2B1 = 1,6851 < 3,455; 2) FA1B2 – A2B2 =
0,0003 < 3,455 3) FA1B1 – A2B1 = 0,0044 < 3,455 and 4) FA1B2 – A2B2 = 0,0948 < 3,455
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk 1) mengetahui perbedaan kemampuan memahami cerita anak antara
siswa yang diajar dengan model pembelajaran Jigsaw dan siswa yang diajar dengan model pembelajaran Student
Teams Achievement Division (STAD); 2) mengetahui perbedaan kemampuan memahami cerita anak antara siswa
yang memiliki motivasi belajar tinggi dan siswa yang memilki motivasi belajar rendah; 3) mengetahui interaksi
antara model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap kemampuan memahami cerita anak. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian Quasi Eksperimental desain 2 × 2 faktorial. Populasi penelitian ini adalah seluruh
peserta didik kelas V SD Se-Kecamatan Laweyan Surakarta tahun ajaran 2016/2017. Sampel diambil dengan
teknik cluster random sampling. Sampel yang terpilih adalah SD Djama’atul Ichwan dan SD Muhammadiyah 16
Karangasem. Teknik pengumpulan data kemampuan memahami cerita anak dengan teknik tes dalam bentuk soal
pilihan ganda dan motivasi belajar dengan teknik non tes dalam bentuk soal angket. Teknik analisis data yang
digunakan yaitu Analisis Varian Dua Jalan (Two Ways Anava) dan uji pasca Anava (Metode Scheffe) dengan taraf
signifikansi 5%. Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa (1) terdapat perbedaan kemampuan
memahami cerita anak antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran Jigsaw dengan siswa yang diajar
dengan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dengan nilai FA = 16,37 > F0,05;1;72 =
3,98; (2) terdapat perbedaan kemampuan memahami cerita anak antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi
dan motivasi belajar rendah dengan nilai FB = 22,56 > F0,05;1;72 = 3,98; (3) terdapat interaksi antara model
pembelajaran dan motivasi belajar terhadap kemampuan memahami cerita anak dengan nilai FAB = 6,53 > F0,05;1;72
= 3,98. Hasil uji lanjut menunjukkan 1) FA1B1 – A2B1 = 1,6851 < 3,455; 2) FA1B2 – A2B2 = 0,0003 < 3,455 3) FA1B1 –
A2B1 = 0,0044 < 3,455 and 4) FA1B2 – A2B2 = 0,0948 < 3,455
Kata kunci: Jigsaw, Student Teams Achievement Division, motivasi belajar, kemampuan memahami cerita anak
Bahasa memiliki peran sentral dalam
perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang
keberhasilan dalam mempelajari semua bidng
studi. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta
1)
2)
Mahasiswa PGSD FKIP UNS
Dosen PGSD FKIP UNS
3)
didik dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Siswa mampu
berkomunikasi secara lisan maupun tulis,
serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil
karya kesastraan manusia Indonesia (BNSP,
2006: 119). Hal tersebut selaras dengan salah
Jurnal Didaktika Dwija Indria
ISSN: 2337-8786
satu tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia
yaitu menghargai dan membanggakan sastra
Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (BSNP, 2006: 120).
Materi pembelajaran tentang sastra anak tertuang dalam SK. 5 Memahami cerita tentang
suatu peristiwa dan cerita pendek yang disampaikan secara lisan dan KD 5.2. Mengidentifikasi unsur-unsur cerita (tokoh, tema, latar,
amanat). Materi pemahaman cerita anak ini
sangat penting untuk dikuasai karena materi
ini berguna untuk belajar dalam bagaimana
cara mengapresiasi cerita-cerita khazanah budaya Indonesia. Kegiatan belajar mengajar di
SD saat ini berdasarakan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan seharusnya dilandasi oleh
prinsip bahwa pembelajaran berpusat pada
siswa (Trianto, 2014: 26).
Salah satu faktor yang diduga mempengaruhi keberhasilan pembelajaran pemahaman cerita anak di SD adalah model pembelajaran yang digunakan guru. Beberapa model
pembelajaran yang inovatif memilik karakteristik yang berbeda dan memiliki keunggulan
kelemahan masing-masing. Model pembelajaran yang inovatif dapat berupa model pembelajaran Jigsaw dan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)
Tarm dan Akdemiz (Sengul dan
Katranci 2013: 341) menyatakan bahwa variasi metode dalam pembelajaran diperlukan untuk meningkatkan pendekatan dan membuat
pembelajaran lebih efisien. Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif
dan saling membantu dalam menguasai materi
pembelajaran untuk mencapai prestasi yang
maksimal. Zuo dan Sarobol (Esnawy, 2016:
98) menyatakan Jigsaw adalah teknik dalam
metode kooperatif yang efektif dan dapat meningkatkan motivasi, sosial, dan linguistik siswa. Model pembelajaran kooperatif Student
Teams Achievement Division merupakan model pembelajaran kerjasama kelompok yang
mempunyai kemampuan campuran yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab
kelompok bagi pembelajaran masing-masing
orang.
Selain model pembelajaran, motivasi
belajar juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar baik dari dalam diri maupun dari luar
siswa. Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan belajar adalah motivasi belajar. Motivasi belajar merupakan dorongan dalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar agar tujuan tercapai (Sadirman, 2014: 75). Motivasi belajar penting dalam proses belajar siswa, karena motivasi belajar dapat mendorong,
menggerakkan, dan mengarahkan siswa ke
dalam kegiatan belajar (Hamalik, 2014: 156).
Motivasi belajar akan mempengaruhi daya tangkap siswa dalam memahami materi suatu
mata pelajaran. Jika motivasi belajar tinggi,
maka siswa akan memiliki keinginan untuk
mempelajari cerita anak, sehingga akan mempengaruhi kemampuan memahami cerita anak. Oleh sebab itu, dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia motivasi belajar sangat diperlukan. Tujuan penelitian ini antara
lain untuk mengetahui: (1) perbedaan kemampuan memahami cerita anak antara siswa yang
diajar dengan model pembelajaran Jigsaw dan
siswa yang diajar dengan model pembelajaran
Student Teams Achievement Division; (2) perbedaan kemampuan memahami cerita anak
antara siswa yang memiliki motivasi belajar
tinggi dan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah; (3) mengetahui interaksi antara
model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap kemampuan memahami cerita anak.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif eksperimental dengan desain 2×2 faktorial. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas V SD di Kecmatan Laweyan
Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2016/2017.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah cluster random sampling. Sugiyono
(2015: 122) menyatakan bahwa cluster random sampling digunakan jika populasi tidak
terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok individu. Sampel penelitian ini yaitu SD Djama’atul Ichwan sebagai
kelompok eksperimen dan SD Muhammadiyah 16 Karangasem sebagai kelompok kontrol. Teknik pengumpulan data yaitu teknik tes
dan non tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Variansi Dua jalan
Jurnal Didaktika Dwija Indria
ISSN: 2337-8786
dengan sel tak sama pada tingkat signifikansi
5%. Menurut Budiyono (2016: 206) tujuan
analisis variansi dua jalan adalah untuk
menguji signifikansi efek dua variabel bebas
terhadap satu variabel terikat. Uji prasayarat
analisis menggunakan uji normalitas dengan
uji Liliefors dan uji homogenitas dengan uji
Bartlett, serta uji keseimbangan dengan uji-t
tipe Polled Varian. Uji lanjut pasca Anava
dengan uji Scheffe untuk mengetahui pengaruh variabel yang lebih baik.
HASIL
Sebelum uji analisis data terlebih dahulu
dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas, sedangkan untuk
menguji keseimbangan kemampuan awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan uji-t tipe Polled Varian. Uji
keseimbangan kemampuan awal kedua sampel sama atau tidak. Uji keseimbanagn ini diambil dari nilai prettes.
Tabel 1. Rataan dan Variansi Data Pretest
Kelompok
Eksperimen
Kontrol
Jumlah
Siswa
34
39
X
S
88,23
88,97
11,4
10,2
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa
kelompok eksperimen memperoleh rata-rata
skor 88,23 dengan standar deviasi sebesar
11,4; sedangkan untuk kelompok kontrol
memperoleh rata-rata skor 88,97 dengan standar deviasi sebesar 10,2.
Tabel 2. Statistik Uji Normalitas Data
Pretest
Sampel
Lmaks
Ltabel
Eksperimen
Kontrol
0,1511
0,1016
0,1519
0,1418
Keputusan
Uji
H0 diterima
H0 diterima
Berdasarkan dari tabel 2 diketahui harga
Lhitung untuk masing-masing sampel tidak melebihi harga Ltabel sehingga H0 diterima yang
berarti sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
Hasil uji homogenitas dengan uji Bartlett dengan statistik uji Chi-kuadrat (χ2) dan tingkat signifikansi 0,05 diperoleh nilai statistik
uji dari kelompok eksperimen dan kontrol adalah χ2 hitung = 0,450 dan χ2tabel adalah 3,841.
Hasil perhitungan Uji Chi-kuadrat
diperoleh χ2hitung = 0,450 < χ2tabel(0,05;1) maka
H0 diterima. Hal ini berarti kedua kelompok
homogen.
Sampel penelitian berasal dari populasi
yang berdistribusi normal dan variansinya homogen maka selanjutnya dilakukan uji-t. Penelitian ini memiliki jumlah siswa (n) dari
masing-masing kelas berbeda. Jika jumlah (n)
berbeda maka rumus uji-t menggunakan rumus Polled Varians. Hasil uji keseimbangan dengan uji-t diperoleh thitung = - 0,047 Berdasarkan perhitungan, thitung = 0,047 ∉ DK = {t |
t < −1,99 atau t > 1,99} atau thitung bukan
anggota daerah kritis, maka H0 diterima. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal kedua sampel penelitian tersebut
dalam keadaan seimbang atau kedua sampel
penelitian mempunyai kemampuan awal yang
sama.
Tabel 3. Statistik Uji Normalitas
Sumber
Kelompok
Eksperimen
Kelompok
Kontrol
Motivasi
Belajar
Tinggi
Motivasi
Belajar
Rendah
Lmaks
Ltabel
Keputusan
Uji
0,1449
0,1519
H0 diterima
0,0781
0,1418
H0 diterima
0,1134
0,1292
H0 diterima
0,1057
0,1772
H0 diterima
Berdasarakan tabel 3 dapat dilihat bahwa harga L = maks{|F (zi) – S (zi)|} pada kelompok eksperimen, kelompok kontrol, motivasi belajar tinggi serta motivasi belajar rendah tidak melebihi harga Ltabel sehingga H0 diterima. Hal ini berarti sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Tabel 4. Hasil Analisis Uji Homogenitas
Sumber
Kelompok
Eksperimen
dan Kontrol
Motivasi
Belajar Tinggi
dan Rendah
Antar Sel
χ2 hitung
χ2 tabel
Keputusan
Uji
3,519
3,841
H0 diterima
0,106
3,841
H0 diterima
4,192
7,815
H0 diterima
Berdasarkan tabel data hasil analisis uji
homogentias pada Tabel 4 diperoleh harga
χ2hitung pasa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, motivasi belajar tinggi dan renJurnal Didaktika Dwija Indria
ISSN: 2337-8786
dah, serta antar sel tidak melebihi harga χtabel
sehingga H0 diterima. Hal ini berarti data
ketiga kelompok memiliki varians yang sama
atau kelompok data homogen.
Pengujian hipotesis penelitian digunakan Analisis Variansi Dua Jalan dengan sel
tak sama pada tingkat signifikansi α = 5%. Berikut ini adalah hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama yang terangkum pada Tabel 5 berikut:
Tabel 5. Hasil Analisis Variansi Dua jalan
dengan Sel Tak Sama
S
JK
DK
RJK
Fhit
Ftabel
A
6588
1
6588,9
16,37
3,98
B
9082
1
9082,3
22,56
3,98
AB
2623
1
2622,5
6,52
3,98
G
27773
69
402,5
-
-
T
27902
72
-
-
-
Berdasarkan data tabel 5 menunjukkan
bahwa; (1) terdapat perbedaan kemampuan
memahami cerita anak antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran Jigsaw dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran Student Teams Achievement Division
(STAD) dengan nilai FA = 16,37 > F0,05;1;72 =
3,98; (2) terdapat perbedaan kemampuan memahami cerita anak antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan motivasi
belajar rendah dengan nilai FB = 22,56 >
F0,05;1;72 = 3,98; (3) terdapat interaksi antara
model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap kemampuan memahami cerita anak dengan nilai FAB = 6,53 > F0,05;1;72 = 3,98
Berdasarkan hasil perhitungan Analisis
Variansi Dua Jalan dengan sel tak sama koefisien FA, FB, dan FAB menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan, sehingga perlu dilakukan uji lanjut pasca Anava. Teknik uji
lanjut Scheffe untuk mengetahui pengaruh variabel manakah yang lebih baik.
Hipotesis pertama dan kedua tidak perlu
dilakukan uji lanjut karena hanya mempunyai
dua kategori. Selanjutnya, untuk mengetahui
manakah hasilnya yang lebih baik cukup dengan membandingkan jumlah rataan marginal
dari masing-masing variabel. Uji hipotesis ketiga perlu dilakukan uji lanjut untuk mengetahui manakah yang lebih baik. Uji lanjut dihitung dari rata-rata marginal setiap sel. Hasil
rata-rata marginal setiap sel dapat dilihat
dalam tabel 6 berikut.
Tabel 6. Rataan Masing-masing Sel
Model
Pembelajaran
Jigsaw (A1)
Student Teams
Achievement
Division (A2)
X
Motivasi Belajar
Tinggi (B1)
Rendah
(B2)
82,50
82,00
X
82,25
84,17
82,13
83,15
83,33
82,07
-
Hasil hipotesis pertama (H0A) ditolak
sehingga diperoleh rataan marginal baris A1
(82,25) lebih kecil daripada rataan marginal
baris A2 (83,15) yang berarti bahwa kemampuan memahami cerita anak siswa yang diajar
dengan model pembelajaran Jigsaw tidak
lebih baik daripada siswa yang diajar dengan
model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD).
Hasil hipotesis kedua (H0B) ditolak sehingga diperoleh jumlah rataan marginal kolom B1 (83,33) lebih besar daripada rataan marginal kolom B2 (82,07) yang berarti bahwa
kemampuan memahami cerita anak siswa
yang memiliki motivasi belajar tinggi lebih
baik daripada siswa yang memiliki motivasi
belajar rendah.
Hasil hipotesis ketiga (H0AB) ditolak,
sehingga perlu dilakukan uji lanjut pasca Anava antar sel. Hasil uji lanjut pasca Anava dengan uji Scheffe terangkum dalam tabel 7.
Tabel 7. Hasil Uji Lanjut (Uji Scheffe)
Komparasi
Fhit
Ftabel
A1B1 - A2B1
1,6851
3,455
A1B2 - A2B2
0,0003
3,455
A1B1 - A1B2
0,0044
3,455
A2B1 - A2B2
0,0948
3,455
Berdasarkakn tabel 7 diperoleh hasil
yaitu: (1) Komparasi rataan antar sel (A1B1 A2B1), H0 diterima hal ini berarti kemampuan
memahami cerita anak siswa yang diajar dengan model pembelajaran Jigsaw dan memiliki motivasi belajar tinggi tidak lebih baik dari pada siswa yang diajar dengan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dan memiliki motivasi belajar
tinggi; (2) Komparasi rataan antar sel (A1B2 A2B2), H0 diterima hal ini berarti kemampuan
memahami cerita anak siswa yang diajar de-
Jurnal Didaktika Dwija Indria
ISSN: 2337-8786
ngan model pembelajaran Jigsaw dan memiliki motivasi belajar rendah tidak lebih baik
dari pada siswa yang diajar dengan model
pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dan memiliki motivasi belajar
rendah; (3) Komparasi rataan antar sel (A1B1
- A1B2), H0 diterima hal ini berarti kemampuan memahami cerita anak siswa yang diajar
dengan model pembelajaran Jigsaw dan memiliki motivasi belajar tinggi tidak lebih baik
dari pada siswa yang diajar dengan model
pembelajaran Jigsaw dan memiliki motivasi
belajar tinggi; dan (4) Komparasi rataan antar
sel (A2B1 - A2B2), H0 diterima hal ini berarti
kemampuan memahami cerita anak siswa
yang diajar dengan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)
dan memiliki motivasi belajar rendah tidak
lebih baik dari pada siswa yang diajar dengan
model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dan memiliki motivasi belajar rendah.
PEMBAHASAN
Hasil dari statistik uji hipotesis menggunakan Analisi Variansi Dua Jalan dengan
sel tak sama diperoleh hipotesis pertama H0A
ditolak, H0B ditolak, dan H0AB ditolak.
Hipotesis pertama, hasil Anava dua jalan dengan sel tak sama diketahui bahwa H0A
ditolak karena FA = 16,37 > F0,05;1;72 = 3,98.
Hal ini berarti ada perbedaan kemampuan memahami cerita anak antara siswa yang diajar
dengan model pembelajaran Jigsaw dan siswa
yang diajar dengan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD).
Hasil dari rataan marginalnya, kelompok siswa yang diajar dengan model Jigsaw mempunyai jumlah rata-rata nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang diajar
dengan model pembelajaran Student Teams
Achievement Division (STAD) yaitu 82,25 <
83,15. Hal ini tersebut menunjukkan bahwa
kemampuan memahami cerita anak yang diajar dengan model pembelajaran Jigsaw tidak
lebih baik daripada siswa yang diajar dengan
model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD).
Penerapan model pembelajaran Student
Teams Achievement Division (STAD) menga-
rahkan siswa untuk bekerja secara kooperatif
atau secara kelompok dalam mencari solusi
sebuah masalah yang ditemuinya dalam lembar kerja. Model pembelajaran tipe Student
Teams Achievement Division (STAD) merupakan model pembelajaran kerjasama kelompok yang mempunyai kemampuan campuran
yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung
jawab kelompok pada pembelajaran siswa kelompok (Slavin, 2011: 23). Model pembelajaran tersebut menekankan pada kerjasama tim
dalam menemukan solusi untuk masalah yang
ditemukan oleh siswa didalam kelompoknya.
Hipotesis kedua, hasil Anava dua jalan
dengan sel tak sama diketahui bahwa H0B ditolak karena FB = 22,56 > F0,05;1;72 = 3,98. Hal
ini berarti ada perbedaan kemampuan memahami cerita anak antara siswa yang memiliki
motivasi belajar tinggi dan motvasi belajar
rendah. Dapat dilihat dari rataan marginalnya,
kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi mempunyai rataan marginal kolom
yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa
yang memiliki motivasi belajar rendah yaitu
83,33 > 82,07. Hal ini berarti kemampuan memahami cerita anak yang memiliki motivasi
belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang
memiliki motivasi belajar rendah.
Sesuai pendapat dari Suprijono (2009:
182) motivasi belajar bertalian erat dengan tujuan belajar. Terkait dengan hal tersebut bahwa motivasi mempunyai fungsi: (1) mendorong peserta didik untuk berbuat; (2) menentukan arah kegiatan pembelajaran; (3) menyelidiki kegiatan pembelajaran. Motivasi
belajar perlu ditingkatkan karena dapat mempengaruhi aktivitas siswa dalam belajar.
Motivasi belajar tinggi dapat mendorong peserta didik untuk belajar dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran. Sebaliknya,
motivasi belajar rendah dapat membuat siswa
cenderung kurang berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, lebih cepat merasa bosan
dalam belajar, mudah menyerah ketika mengalami kesulitan, dan rasa keingintahuannya
tidak setinggi siswa yang memiliki motivasi
belajar tinggi. Siswa yang memiliki motivasi
belajar tinggi lebih bersemangat dalam belajar
dan memahami materi suatu pelajaran, sehingga siswa dengan motivasi belajar tinggi
Jurnal Didaktika Dwija Indria
ISSN: 2337-8786
memiliki kemampuan memahami cerita anak
lebih baik daripada kelompok siswa dengan
motivasi belajar rendah.
Berdasarkan uji hipotesis ketiga dan uji
lanjut Anava dengan uji Scheffe diperoleh empat keputusan uji. Pertama, hasil perhitungan
menunjukkan FA1B1 – A2B1 = 1,6851 < 3,455
sehingga H0 diterima, dengan demikian kemampuan memahami cerita anak siswa yang
diajar dengan model pembelajaran Jigsaw dan
memiliki motivasi belajar tinggi tidak lebih
baik dari pada siswa yang diajar dengan model
pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dan memiliki motivasi belajar
tinggi. Kedua, hasil perhitungan FA1B2 – A2B2 =
0,0003 < 3,455 sehingga H0 diterima, dengan
demikian kemampuan memahami cerita anak
siswa yang diajar dengan model pembelajaran
Jigsaw dan memiliki motivasi belajar rendah
tidak lebih baik dari pada siswa yang diajar
dengan model pembelajaran Student Teams
Achievement Division (STAD) dan memiliki
motivasi belajar rendah. Ketiga, hasil perhitungan FA1B1 – A2B1 = 0,0044 < 3,455 sehingga
H0 diterima, dengan demikian kemampuan
memahami cerita anak siswa yang diajar dengan model pembelajaran Jigsaw dan memiliki motivasi belajar tinggi tidak lebih baik da-
ri pada siswa yang diajar dengan model pembelajaran Jigsaw dan memiliki motivasi belajar tinggi. Keempat, hasil perhitungan FA1B2 –
A2B2 = 0,0948 < 3,455, sehingga H0 diterima,
dengan demikian kemampuan memahami cerita anak siswa yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Division (STAD) dan memiliki
motivasi belajar rendah tidak lebih baik dari
pada siswa yang diajar dengan model pembelajaran Student Teams Achievement Division
(STAD) dan memiliki motivasi belajar rendah.
SIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini antara lain: (1) Ada perbedaan kemampuan memahami cerita anak antara siswa
yang diajar dengan model pembelajaran Jigsaw dan siswa yang diajar dengan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD); (2) Ada perbedaan kemampuan
memahami cerita anak antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan siswa yang
memiliki motivasi belajar rendah; (3) Ada interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap kemampuan memahami
cerita anak.
DAFTAR PUSTAKA
BSNP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah: Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Budiyono. (2009). Statistika untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press.
Esnawy, S. (2016). EFL/EAP Reasing and Research Essay Writting Using Jigsaw. Procedia Sosial and Behavioral Science, 232, 98-191. Dipetik 14 Maret, 2017, dari
www.sciencedirect.com
Hamalik, O. (2014). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Sadirman, M. A. (2014). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.
Sengul, S., & Katranci, Y. (2013). Effect of Jigsaw Technique on Seventh Grade Primary
School Students' Attituden Towards Mathematics. Procedia-Sosial and Bahvioral
Science, 116, 339-244. Dipetik 14 Maret, 2017, dari www.scincedirect.com
Slavin, R. E. (2011). Cooperative Learning: Teori dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Suprijono. (2014). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Offset.
Trianto. (2014). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Jurnal Didaktika Dwija Indria
ISSN: 2337-8786
Jurnal Didaktika Dwija Indria
ISSN: 2337-8786