LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BUDIDAYA TANAMA

1

I.
1.1.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Jagung (Zea mays. L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan

manusia dan hewan. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku
makanan ternak. Kebutuhan akan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini
didasarkan pada makin meningkatnya tingkat konsumsi perkapita per tahun dan semakin
meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Di Indonesia jagung merupakan komoditi
tanaman pangan penting, namun tingkat produksi belum optimal.
Tanaman jagung tak hanya kaya serat, jagung juga sumber karbohidrat
kompleks, dan sejumlah zat gizi lainnya seperti vitamin B, dan C, karoten, kalium, zat
besi, magnesium, fosfor, omega 6, dan lemak tak jenuh yang dapat membantu
menurunkan kolesterol.
Jagung manis merupakan jenis tanaman yang disukai dan selalu di pergunakan
oleh masyarakat sebagai bahan masakan. Sehingga pasokan untuk kebutuhan jagung

harus senantiasa tersedia untuk konsumsi masyarakat. Akan tetapi jagunng tidak
digunakan sebagai makanan pokok di Indonesia karena kadar lisin dan tryptopan sangat
rendah. Jika dikonsumsi sangat banyak akan menimbulkan penyakit radang tenggorakn
(pellagra).Adapun tanaman jagung ini biasanya digunakan sebagai bahan olahan
makanan ringan.
Usaha peningkatan produksi jagung di Indonesia telah digalakan melalui dua
program utama yakni : Ekstensifikasi (perluasan areal) dan intensifikasi (peningkatan
produktivitas). Program peluasan areal tanaman jagung selain memanfaatkan lahan
kering juga lahan sawah, baik sawah irigasi maupun lahan sawah tadah hujan melalui

2

pengaturan pola tanam. Usaha peningkatan produksi jagung melalui program
intensifikasi

adalah

dengan melakukan

perbaikan


teknologi dan manajemen

pengelolaan. Usaha-usaha tersebut nyata meningkatkan produktivitas jagung terutama
dengan penerapan teknologi inovatif yang lebih berdaya saing (produktif, efisien dan
berkualitas) telah dapat menghasilkan jagung sebesar 7 – 9 ton/ha seperti ditem ukannya
varietas ungul baru dengan tingkat produktvitas tinggi dan metode manajemen
pengelolaan tanaman dan sumberdaya secara terpadu.
Untuk itu pada pratikum kali ini dilakukan penanaman jagung guna mengetahui
tentang pengaturan jarak tanam yang berpengaruh pada persaingan dalam penyerapan
hara, air dan cahaya matahari, sehingga apabila tidak diatur dengan baik akan
mempengaruhi hasil tanaman. Jarak tanam rapat mengakibatkan terjadinya kompetisi
intra spesies dan antar spesies. Dan pada praktikum ini juga guna untuk mengetahui
pengaruh dosis pupuk urea, Urea merupakan salah satu jenis pupuk yang mengandung
unsur nitrogen. Unsur ini diperlukan tanaman selama pertumbuhannya, ketersediaannya
dapat merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, mensintesa asam amino dan protein
dalam tanaman, serta dapat merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman.

1.2.


Tujuan Praktimun
1. Untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi tanaman jagung berdasarkan
pengaturan jarak tanam dan dosis pupuk urea.
2. Untuk melihat dan mengetahui penampilan tanaman akibat persaingan antara
tanaman dalam memperebutkan faktor-faktor lingkungan (cahaya, air, hara, dll).

3

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Jagung ( Zea Mays L ) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Berdasarkan temuan-temuan genetik, antropologi,
dan arkeologi di ketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Anonim,
2012).
Klasifikasi dari tanaman jagung yaitu Kingdom : Plantae (Tumbuhan),
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh), Super Divisi : Spermatophyta
(Menghasilkan biji), Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Kelas : Liliopsida
(berkeping satu/monokotil), Sub Kelas : Commelinidae, Ordo : Poales, Famili :

Poaceae(suku rumput-rumputan), Genus : Zea, Spesies : Zea mays L. (Rukmana, 1997).
Jagung adalah tanaman rerumputan tropis yang sangat adaptif terhadap
perubahan iklim dan memiliki masa hidup 70-210 hari. Jagung dapat tumbuh hingga
ketinggian 3 meter. Jagung memiliki nama latin Zea mays. Tidak seperti tanaman bijibijian lain, tanamn jagung merupakan satu satunya tanaman yang bunga jantan dan
betinanya terpisah (Belfield dan Brown, 2008).
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m
meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup
dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu
menyangga tegaknya tanaman. Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam
akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal
adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar seminal akan
melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah dan pertumbuhan akar seminal
akan berhenti pada fase V3.

4

Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung
mesokotil, kemudian set akar adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan dan
terus ke atas antara 7-10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar adventif
berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar seminal hanya sedikit berperan dalam

siklus hidup jagung. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan hara. Bobot
total akar jagung terdiri atas 52% akar adventif seminal dan 48% akar nodal. Akar kait
atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas
permukaan tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak
dan mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan hara dan air.
Perkembangan akar jagung (kedalaman dan penyebarannya) bergantung pada varietas,
pengolahan tanah, fisik dan kimia tanah, keadaan air tanah, dan pemupukan (Nuning
Argo Subekti,dkk. 2012).
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun
tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat
sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun
yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung
lignin. (Nuning Argo Subekti, dkk. 2012).
Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk silindris,
dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang
berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi tongkol yang
produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis),
jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith). Teknik Produksi dan
Pengembangan lingkaran konsentris dengan kepadatan bundles yang tinggi, dan


5

lingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan bundles berkurang begitu
mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler yang tinggi dibawah epidermis
menyebabkan batang tahan rebah. Genotipe jagung yang mempunyai batang kuat
memiliki lebih banyak lapisan jaringan sklerenkim berdinding tebal di bawah epidermis
batang dan sekeliling bundles vaskuler (Paliwal 2000).
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang, merupakan bangun
pita (ligulatus), ujung daun runcing (acutus), tepi daun rata (integer), Antara pelepah dan
helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun
ada yang licin dan ada yang berambut. Stomata pada daun jagung berbentuk halter, yang
khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stomata dikelilingi sel epidermis berbentuk kipas.
Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel
daun. (Nuning Argo Subekti, dkk. 2012).
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam
satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku
Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae
(tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan
bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina
tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun.

(Nuning Argo Subekti, dkk. 2012).
Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur,
subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan
ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8%. Daerah dengan tingkat

6

kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian
antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl.
Daerah yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung yaitu daerah
beriklim sedang hingga beriklim subtropik/tropis basah. Jagung dapat tumbuh di daerah
yang terletak antara 500LU-400LS. Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan
tanaman memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan selama masa
pertumbuhan. Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari yang
penting dalam masa pertumbuhan. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung untuk
pertumbuhan terbaiknya antara 270-320 C (Purwono dan Hartono, 2005).
Penyebab perbedaan hasil dari pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan dan
produksi jagung belum diketahui pasti (Barbieri et al, 2000).
Sistem jarak tanam mempengaruhi cahaya, CO2, angin dan unsur hara yang
diperoleh tanaman sehingga akan berpengaruh pada proses fotosintesis yang pada

akhirnya memberikan pengaruh yang berbeda pada parameter pertumbuhan dan
produksi jagung (Barri, 2003).
Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan daya saing tanaman terhadap gulma
karena tajuk tanaman menghambat pancaran cahaya ke permukaan lahan sehingga
pertumbuhan gulma terhambat, disamping juga laju evaporasi dapat ditekan (Dad
Resiworo, 1992).
Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit mungkin tanaman budidaya akan
memberikan hasil yang relatif kurang karena adanya kompetisi antar tanaman itu
sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam optimum untuk memperoleh hasil yang
maksimum. Sebagai parameter pengukur pengaruh lingkungan, tinggi tanaman sensitive

7

terhadap factor lingkungan tertentu seperti cahaya. Tanaman yang mengalami
kekurangan cahaya biasanya lebih tinggi dari tanaman yang mendapat cahaya (Sitompul
dan Guritno, 1995).
Pupuk Urea (CO(NH2)2) mengandung 46 % nitrogen (N). karena kandungan N
yang tinggi menyebabkan pupuk ini menjadi sangat higroskopis. Urea sangat mudah
larut dalam air dan bereaksi cepat, juga mudak menguap dalam bentuk ammonia. Jika di
dalam tanah, nitrogen urea berubah menjadi ammonium akan terikat langsung oleh

koloid tanah. Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan merupakan ikatan hasil
tambang minyak bumi. Kandungan N total berkisar antara 45-46 %. Dalam proses
pembuatan Urea sering terbentuk senyawa biuret yang merupakan racun bagi tanaman
kalau terdapat dalam jumlah yang banyak. Agar tidak mengganggu kadar biuret dalam
Urea harus kurang 1,5-2,0 %. Kandungan N yang tinggi pada Urea sangat dibutuhkan
pada pertumbuhan awal tanaman (Nurhayati , dkk, 1986)
Manfaat unsure hara nitrogen pada urea membuat bagian tanaman lebih hijau
dan segar, mempercepat pertumbuhan dan menambah kandungan protein hasil panen.
Gejala kekurangan unsure hara nitrogen pada tanaman yaitu seluruh tanaman berwarna
pucat kekuningan, pertumbuhan lamabtdan kerdil, daun tua berwarna kekuningan pada
tanaman padi dimulai dari ujung daun menajalar ke tulang daun, pertumbuhan buah
tidak sempurna seringkali masak sebelum waktunya, dan jika dalam keadaan
kekurangan yag parah daun menjadi kering dimulai dari bagian bawah tanaman terus ke
bagian atas tanaman (Nurhayati , dkk, 1986).
Kelebihan pupuk urea yaitu ketika pupuk urea digunakan sesuai porsi dan diukur
melalui metodologi yang tepat, maka ureaakan memberikan hasil produksi yang

8

optimal. Pupuk urea dapat dengan mudah disimpan, diangkut dan ditangani

denganaman. Urea tidak berpotensi menimbulkan bahaya ledakan. Komposisi nutrisi /
unsur hara nitrogen yang diberikan oleh ureadapat meningkatkan produktivitas tanah
dan memperkaya kandungan nutrisinya. Urea juga memberikan unsur-unsurrelevan
yang diperlukan tanaman, sehingga urea dapat menopang kehidupan tanaman (Anonim b,
2012).
Pupuk urea juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain : urea dapat
menghasilkan polutan berbahaya selama prosesproduksi pada proses produksi yang
melibatkan emisi gas polutan di udara. Selain dapat menambah unsur hara nitrogenbagi
tanah, pada kondisi tertentu urea dapat mengganggu kestabilan pH di dalam tanah yang
mengakibatkan terganggunyakesuburan alami tanah tersebut (Anonimb, 2012)
Kompetisi yang terjadi utamanya adalah kompetisi dalam memperoleh cahaya,
unsur hara dan air. Beberapa penelitian tentang jarak tanam menunjukkan bahwa
semakin rapat jarak tanam, maka semakin tinggi tanaman tersebut dan secara nyata
berpengaruh pada jumlah cabang serta luas daun. Tanaman yang diusahakan pada
musim kering dengan jarak tanam rapat akan berakibat pada pemanjangan ruas, oleh
karena jumlah cahaya yang dapat mengenai tubuh tanaman berkurang. Akibat lebih jauh
terjadi peningkatan aktifitas auksin sehingga sel-sel tumbuh memanjang. (Budiastuti,
2000).

9


III.

BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan waktu
Praktikum Mata Kuliah Ekologi Tanaman ini di laksanakan di Kebun Percobaan
Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau, Jalan Kaharuddin Nasution Km 11,
Kelurahan simpang tiga, Kecamatan Bukit Raya, Kotamadya Pekanbaru. Waktu
praktikum di laksanakan dari tanggal 5 September 2014-10 Desember 2014.

B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum ini adalah benih jagung,
pupuk Urea, TSP, KCL dan pupuk kandang. Sedangkan alat yang yang digunakan pada
praktikum ini adalah gembor, garu, cangkul, meteran, dan alat tulis.

C. Pelaksanaan Praktikum
1. Pengolahan lahan
Lahan dibersihkan dari gulma dan sisa tanaman sebelumnya, kemudian
dicangkul dan tanah digemburkan. Masing-masing individu luas bedengan 2 m x 3 m,
tinggi bedengan 30 cm dan luas parit 50 cm.
2. Pemberian pupuk kandang atau pupuk dasar.
Pupuk kandang yang sudah matang diberikan pada setiap bedengan setelah
dilakukan pengolahan tanah. Masing-masing bedengan diberikan 1 karung pupuk
kandang dan dibiarkan 1-2 minggu sebelum tanam.

10

3. Penanaman
Penanaman jagung dilakukan secara serentak. Pada praktikum ini perlakuan
jarak tanam bervariasi ada J1 (100 cm x 25 cm), J2 (100 cm x 20 cm), dan J3 (50 cm x
25 cm). Saya menggunakan perlakuan jarak tanam J1 (100 cm x 25 cm) dengan populasi
24 tanaman/bedengan. Penanaman dilakukan dengan cara tunggal dengan kedalaman
lobang tanam 5 cm dengan jumlah 1 benih/lubang tanam. Penyisipan dilakukan 1
minggu setelah tanam, terhadap benih yang tidak tumbuh.
4. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk Urea, TSP, dan KCL. Pada
praktikum ini perlakuan pemupukan untuk pupuk urea bervariasi dengan dosis U1 (90
g/plot), U2 (180 g/plot), U3 (270 g/plot), sedangkan pupuk TSP dan KCL dosisnya sama
pada semua perlakuan yaitu dengan dosis TSP 90 g/plot dan KCL 90 g/plot. Saya
menggunakan perlakuan pemupukan U1 (90 g/plot urea), TSP 90 g/plot dan KCL 90
g/plot. Pemupukan pertama dilakukan pada saat penanaman benih.
5. Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dengan melihat kondisi kelembaban tanah. Hal ini
menyangkut ketersediaan air bagi pertumbuhan tanaman. Apabila di rasa kurang
air perlu dilakukan penyiraman.Akan tetapi penyiraman biasanya dilakukan 2
kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari.
b. Penyiangan
Penyiangan dilakukan 1 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang
masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan

11

jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih
belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman
berumur 15 hari.
6. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pada praktikum ini hanya hama saja yang menyerang tanaman jagung yaitu
semut, untuk pengendaliannya di lakukan dengan pemberian furadan sesuai dengan
dosis. Pemberian furadan ini dilakukan setelah penyiraman pada sore hari dengan cara
taburkan disekitar tanaman. Untuk penyakit yang menyerang tanaman jagung pada
praktikum ini tidak ada.
7. Panen
Panen dilakukan pada saat bunga betina pada tongkol sudah terlihat kecoklatan
pekat, atau pemanenan juga dapat di tandai dengan biji yang kering, keras, dan
mengkilat, apabila ditekan tidak membekas. Pemanenan dilakukan dengan cara
mematahkan tongkol dari batang tanaman jagung tersebut.

D. Parameter pengamatan
Pada praktikum ini di lakukan pengamatan dengan cara menghitung dan
mengukur :
1. Tinggi tanaman
Pada pengamatan tinggi tanaman ini dilakukan pada saat tanaman mulai berumur
sekitar 2 minggu setelah tanam, pengamatan selanjutnya dengan interval 1 minggu
sekali sampai munculnya bunga. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan

12

menggunakan penggaris dan meteran, pengukuran ini dilakukan dengan cara mengukur
dari titik tumbuh (pangkal batang) sampai pada daun dibagian paling atas.
2. Jumlah daun
Pada pengamatan jumlah daun ini dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar
2 minggu setelah tanam, pengamatan selanjutnya dilakukan 1 minggu sekali sampai
berbunga. Jumlah daun di hitung mulai daun bagian bawah sampai pada daun bagian
atas.
3. Umur berbunga
Pada pengamatan umur berbunga ini dihitung mulai dari setelah tanam hingga
munculnya bunga, yang di amati pada tanaman ini adalah umur munculnya bunga jantan
(pollen) dan umur munculnya bunga betina (stigma)
4. Umur panen
Pada pengamatan umur panen ini dihitung mulai dari saat tanam sampai pada
saat panen.
5. Jumlah biji/tongkol
Pengamatan jumlah biji/tongkol ini dilakukan pada saat setelah panen dengan
cara menghitung jumlah biji pada satu tongkol.
6. Berat tongkol/tanaman
Pada pengamatan berat tongkol/tanaman ini dilakukan dengan cara menimbang
tongkol yang dipanen pada setiap satu tanaman.
7. Panjang tongkol/tanaman
Pada pengamatan panjang tongkol/tanaman ini dilakukan dengan cara mengukur
panjang tongkol yang dipanen pada setiap satu tanaman menggunakan penggaris.

13

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tinggi Tanaman
Data hasil pengamatan tinggi tanaman jagung dengan perlakuan jarak tanam 100
cm x 25 cm dan dosis pupuk urea 90 g/plot (J1U1) dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Tinggi Tanaman Jagung Dengan Jarak Tanam 10 x 25 cm dan Dosis Urea 90
g/plot
Sampel
1
2
3
Rata-Rata

20 Hari
60
65
64
63

Tinggi Tanaman (cm)
27 Hari
34 Hari
41 Hari
97
145
153
99
136
140
90
140
148
95.3333
140.333
147

48 Hari
158
153
155
155.333

Pertumbuhan tanaman jagung dari segi tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di
atas bahwa pertumbuhan tinggi tanaman jagung terhambat tidak seperti pada tanaman
jagung biasanya, hal ini disebabkan karna ternaungnya tanaman jagung oleh pohon karet
yang berada di sekitar area lahan, sehingga kualitas dan kuantitas cahaya yang
dibutuhkan tanaman jagung jadi berkurang. Pada dasarnya tanaman jagung ini sangat
rakus terhadap cahaya.
Tanaman jagung memiliki bentuk batang tak bercabang. Ia cenderung silindris
dan terdiri atas beberapa ruas serta buku ruas. Di buku ruas tersebut dijumpai tunas yang
di kemudian waktu akan tumbuh menjadi tongkol. Bagian tunas paling ataslah yang
akan berkembang menjadi tongkol yang menghasilkan biji jagung. Bagian batang
jagung ini mempunyai 3 komponen jaringan utama, yakni bagian kulit atau epidermis,
jaringan pembuluh atau bundles vaskuler. pusat batang atau pith.

14

B. Jumlah Daun
Data hasil pengamatan jumlah daun tanaman jagung dengan perlakuan jarak
tanam 100 cm x 25 cm dan dosis pupuk urea 90 g/plot (J1U1) dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Daun Tanaman Jagung Dengan Jarak Tanam 10 x 25 cm dan Dosis Urea
90 g/plot
Sampel
1
2
3
Rata-Rata

20 Hari
6
6
7
6.33333

27 Hari
7
7
8
7.33333

Jumlah Daun
34 Hari
9
8
9
8.66667

41 Hari
11
9
10
10

48 Hari
13
10
11
11.3333

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah daun jagung tidak seperti biasanya,
hal ini di pengaruhi salah satu faktor eksternal yaitu intesitas cahaya yang kurang, hal ini
dikarnakan adanya naungan pohon karet di sekitar area lahan sehingga tanaman tidak
dapat tumbuh secara optimal.
Daun jagung adalah daun sempurna. Berbentuk memanjang, antara pelepah dan
helai daun terdapat ligula. Tulang daunnya sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan
daun kadang berambut tapi kadang juga licin. Stomata jagung pada daunnya berbentuk
halter dan setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas, yang khas dimiliki
familia Poaceae.
Jumlah daun pada tanaman jagung lazimnya 10 sampai 18 helai. Rata-rata, daun
yang terbuka setiao harinya antara 3 sampai 4. Jumlah ini turut dipengaruhi iklim
dimana jagung tersebut tumbuh. Daun pada jagung ini semuanya panjang. Namun ujung
daun tersebut memiliki bentuk yang variatif. Ada yang runcing agak bulat, runcing,
bulat, tumpul serta bulat agak tumpul.
C. Umur berbunga

15

Data hasil pengamatan umur berbunga tanaman jagung dengan perlakuan jarak
tanam 100 cm x 25 cm dan dosis pupuk urea 90 g/plot (J1U1) dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Umur Berbunga Tanaman Jagung Dengan Jarak Tanam 10 x 25 cm dan Dosis
Urea 90 g/plot
Umur Berbunga (Hari)
Sampel
Bunga jantan (pollen)
Bunga Betina (stigma)
1
48
55
2
48
55
3
48
55
Rata-Rata
48
55
Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa terbentuknya bunga tanaman jagung sangat
lambat, hal ini juga dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang kurang.
Tanaman jagung dikenal dengan sitilah Monoeciuos sebab ia tergolong
tumbuhan berumah satu. Artinya istilah tersebut bermakna bunga jagung, baik jantan
maupun betina ada dalam satu tanaman. Kedua bunga ini diklin atau terpisah. Pada tiap
kuntum bunga jagung terdapat struktur yang khas dari kelompok Poaceae yang
dinamakan floret. Pada tanaman jagung sendiri, floret menjadi terbatas sebab terdapat
gulmae. Bunga jantan jagung tumbuh pada bagian puncak tanaman. Ia berupa
inflorescence atau karangan bunga. Bagian serbuk sarin pada bunga jagung berwarna
kuning dengan aroma yang cukup khas. Adapun bunga betina tersusun dalam bentuk
tongkol yang tumbuh dari bagian buku. Ia ada di antara bagian pelepah daun dan batang.
Bunga jantan dan bunga betina pada jagung terpisah (diklin) dalam satu tanaman
(monoecious). Bunga jantan jagung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih awal dari
bunga betinanya (protandri).
D. Umur Panen

16

Data hasil pengamatan umur panen tanaman jagung dengan perlakuan jarak
tanam 100 cm x 25 cm dan dosis pupuk urea 90 g/plot (J1U1) dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Umur Panen Tanaman Jagung Dengan Jarak Tanam 10 x 25 cm dan Dosis Urea
90 g/plot
Sampel
Umur Panen (Hari)
1
69
2
69
3
69
Rata-Rata
69
Hasil panen jagung tidak semua berupa jagung tua/matang fisiologis, tergantung
dari tujuan panen. Seperti pada tanaman padi, tingkat kemasakan buah jagung juga dapat
dibedakan dalam 4 tingkat: masak susu, masak lunak, masak tua dan masak kering/
masak mati.
Ciri jagung manis yang siap dipanen adalah:
1. Umur panen adalah 86-96 hari setelah tanam.
2. Jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang ditandai
dengan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga.
3. Biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas.
Jagung untuk keperluan sayur, dapat dipetik 15 sampai dengan 21 hari setelah
tanaman berbunga. Pemetikan jagung untuk dikonsumsi sebagai jagung rebus, tidak
harus menunggu sampai biji masak, tetapi dapat dilakukan ± 4 minggu setelah tanaman
berbunga atau dapat mengambil waktu panen antara umur panen jagung sayur dan umur
panen jagung masak mati.

E. Jumlah Biji/ Tongkol

17

Data hasil pengamatan jumlah biji/tongkol tanaman jagung dengan perlakuan
jarak tanam 100 cm x 25 cm dan dosis pupuk urea 90 g/plot (J1U1) dapat dilihat pada
tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Biji/Tongkol Tanaman Jagung Dengan Jarak Tanam 10 x 25 cm dan
Dosis Urea 90 g/plot
Sampel
1
2
3
Rata-Rata

Jumlah Biji/Tongkol
347
360
300
335,6666667

Dapat dilihat dari 3 sampel data tabel diatas bahwa jumlah biji/tongkol pada
setiap tongkol dapat dikatakan tidak optimal, karna ukuran tongkol kecil dan pada
tongkol terdapat biji yang ompong, hal ini disebabkan rambut bunga betina tidak
bekerja dan berfungsi secara normal, pada dasarnya Setiap satu helai rambut bunga
betina terdapat satu biji didalam tongkol tersebut.
Biji jagung mempunyai bentuk, warna, dan kandungan endosperm yang
bervariasi tergantung pada jenisnya. Pada umumnya, biji jagung tersusun dalam barisan
yang melekat secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji.
Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp menyatu dengankulit
biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas tigabagian utama, yaitu
(a) pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsimencegah embrio dari organisme
pengganggu dan kehilangan air; (b)endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai
75% dari bobot biji yang mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan
lainnya; dan(c) embrio (lembaga), sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas
plamule,akar radikal, scutelum, dan koleoptil.

18

F. Berat Tongkol/Tanaman
Data hasil pengamatan berat tongkol/tanaman jagung dengan perlakuan jarak
tanam 100 cm x 25 cm dan dosis pupuk urea 90 g/plot (J1U1) dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Berat Tongkol/Tanaman Jagung Dengan Jarak Tanam 10 x 25 cm dan Dosis
Urea 90 g/plot
Sampel
1
2
3
Rata-Rata

Berat Tongkol/Tanaman (g)
260
320
200
260

Dapat dilihat pada tabel di atas bahwasanya berat tongkol/tanaman pada 3
sampel di atas tidak optimal. Pada umumnya berat tongkol jagung yang optimal dapat
mencapai 450-600 gram. Berat tongkol yang minim ini karna disebabkan oleh faktor
intensitas cahaya yang kurang.
Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya,
satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki
sejumlah bunga betina. Buah Jagung siap panen Beberapa varietas unggul dapat
menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik.
Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada
bunga betinanya (protandri).

G. Panjang Tongkol/Tanaman

19

Data hasil pengamatan panjang tongkol/tanaman jagung dengan perlakuan jarak
tanam 100 cm x 25 cm dan dosis pupuk urea 90 g/plot (J1U1) dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Panjang Tongkol/Tanaman Jagung Dengan Jarak Tanam 10 x 25 cm dan Dosis
Urea 90 g/plot
Sampel
1
2
3
Rata-Rata

Panjang Tongkol/Tanaman (cm)
16
17
14,5
15,83333333

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa ukuran dari segi panjang tongkol/tanaman
dari masing-masing sampel sangat pendek. Panjang tongkol tanaman jagung biasanya
dapat mencapai 20-25 cm. Ukuran panjang tongkol yang minim ini juga di karnakan
kekurangan intensitas cahaya, pada dasarnya tanaman jagung sangat membutuhkan
cahaya yang cukup mulai dari pertumbuhan vegetatif hingga generatif, apalagi pada saat
pembentukan tongkol.
Tongkol pada jagung adalah bagian dalam organ betina tempat bulir duduk
menempel. Istilah ini juga dipakai untuk menyebut seluruh bagian jagung betina ("buah
jagung"). Tongkol terbungkus oleh kelobot (kulit "buah jagung").
Secara morfologi, tongkol jagung adalah tangkai utama malai yang
termodifikasi. Malai organ jantan pada jagung dapat memunculkan bulir pada kondisi
tertentu.
Tongkol jagung muda, disebut juga babycorn, dapat dimakan dan dijadikan
sayuran. Tongkol yang tua ringan namun kuat, dan menjadi sumber furfural, sejenis
monosakarida dengan lima atom karbon.
V.

PENUTUP

20

A. Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai budidaya tanaman jagung ini dapat disimpulkan
bahwa hasil produksi dari segi kualitas dan kuantitas tidak optimal, hal ini disebabkan
oleh tanaman karet di area lahan yang menaungi tanaman jagung. Pada dasarnya
tanaman jagung ini sangat rakus terhadap cahaya, oleh karna itu pertumbuhan dan hasil
produksi tidak optimal.
Cara panen jagung yang matang fisiologis adalah dengan cara memutar tongkol
berikut kelobotnya, atau dapat dilakukan dengan mematahkan tangkai buah jagung.
Pada lahan yang luas dan rata sangat cocok bila menggunakan alat mesin pemetikan.
Dari segi hasil, tongkol ukurannya kecil danpadatongkol terdapat biji yang
ompong, hal ini disebabkan rambut bunga betina tidak bekerja dan berfungsi secara
normal, pada dasarnya bunga betina ini terletak di ketiak daun dan akan mengeluarkan
stil dan stigma. Setiap satu helai rambut bunga betina terdapat satu biji didalam tongkol
tersebut.

B. Saran
Saran saya sebaiknya prosedur dalam pelaksanaan praktek kedepannya harus
dilakukan secara lebih intensif dari yang sebelumnya. Lalu pada pohon karet yang
berada di dekat area lahan lebih baik ditebang agar faktor lingkungan lebih seragam dan
hasil perlakuan yang di berikan lebih efisien.

DAFTAR PUSTAKA

21

Anonim. Teknologi produksi jagung melalui pendekatan pengelolaan sumberdaya dan
tanaman terpadu. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id.
Belfield, Stephanie & Brown, Christine. 2008. Field Crop Manual. Maize (A Guide to
Upland Production in Cambodia). Canberra
Malti, Ghosh, Kaushik, Ramasamy, Rajkumar, Vidyasagar. 2011. Comparative Anatomy
of Maize and its Application.Intrnational Journal of Bio-resorces and Stress
Management.
Nuning Argo Subekti, Syafruddin, Roy Efendi, dan Sri Sunarti. 2012, Morfologi
Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung, Balai Penelitian Tanaman Serealia,
Maros.
Pramono Bambang R. Jagung. http://www.benss.co.cc.
Putu Budi Adnyana, Ida Bagus Putu Arnyana, 2000, Morfologi Tumbuhan, Sekolah
Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Singaraja.
Setyamidjaya, Djoehana. 2000. Teh Budidaya dan Pengolahan Persiapan. Kanisius.
Yogyakarta.
Tjitrosoepomo, Gembong, 1985, Morfologi Tumbuhan, 81-82, 126, 236-237, Gajah
Mada University Press, Yogyakarta
Widyastuti, Yustina E. dan Adisarwanto T. 2002. Meningkatkan Produksi Jagung di
Lahan Kering, Sawah, dan Pasang Surut. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
http://www.teknisbudidaya.com. Di akses pada tanggal 14 juni 2014.
http://www.syarat-tumbuh-tanaman jagung.com. Di akses pada tanggal 14 juni 2014.

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Praktikum
NO

KEGIATAN
PRAKTIKUM

SEPTEMBER
1 2 3 4

OKTOBER
1 2 3 4

NOVEMBER
1 2 3 4

DESEMBER
1 2 3 4

22

1 Pembersihan lahan
Pembagian
2 lahan/kelas
Pembagian
3 lahan/individu
Pembuatan
4 bedengan
Pemberian pupuk
5 kandang
Penanaman benih
6 jagung
Pemberian pupuk
7 urea,kcl,tsp (J1U1)
Pemilihan 3 sampel
8 secara acak
9 Panen