16. Proceding Ev Pengeboran Franklin

(1)

PENELITIAN DAN EVALUASI HASIL PENGEBORAN MINERAL LOGAM DI DAERAH ULU SULITI, TANJUNG LIMAU KAPEH, KECAMATAN KOTO PARIK GADANG DIATEH,

KABUPATEN SOLOK SELATAN, PROVINSI SUMATERA BARAT Franklin

Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi SARI

Mineralisasi yang tersingkap di daerah penelitian ditemukan di daerah Ulu Suliti dan Tanjung Lima Kapas. Mineralisasi di Ulu Suliti terdiri dari beberapa logam-logam sulfida sebagai mineral utamanya seperti sfalerit, galena, kalkopirit, kuarsa sementara besi merupakan logam ikutanya, terbentuk di kontak antara gamping dan granodiorit berasosiasi dengan urat kuarsa yang dikontrol oleh struktur geser mengiri berarah timurlaut-baratdaya. Di Tanjung Lima Kapas di temukan singkapan besi yang terbentuk akibat kontak antara gamping dan granit/granodiorit dikontrol oleh sesar geser mengiri timurlaut-baratdaya. Hasil uji kimia batuan termineralisasi di Ulu Suliti dan Tanjung Lima Kapas menunjukkan kandungan unsur tertinggi antara lain Cu: 5540 ppm, Pb: 129 ppm, Zn: 1464 ppm, Co: 105 ppm, Ni: 30 ppm, Mn: 9733 ppm, Ag: 7 ppm, Au: 47 ppb, As: 32 ppm, Fe: 50,43%, Sn: 140 ppm Sb: 3 ppm, Sr: 455 ppm, W: 450 ppm dan Li: 98 ppm. Mineralisasi di permukaan ini dilanjutkan dengan pendugaan bawah permukaan menggunakan metoda Polarisasi Induksi dan Magnet yang hasilnya menunjukkan adanya anomali logam dimulai pada kedalaman 74 meter dan menerus hingga lebih dari 123 meter di beberapa titik pengukuran. Pengeboran di lakukan pada tiga titik yaitu: BSS-01,BSS-02 dan BSS-03 dengan masing-masing kedalaman 150 meter. Hasil pengeboran ini menunjukan satuan batuan yang ditemukan adalah tanah pelapukan,/koluvial, selang-seling batupasir dengan batulempung, breksi polimik, granodiorit dan gamping/skarn. Satuan tersebut telah tersesarkan dan pada zona sesar tersebut ditemukan ubahan berupa argilik, propilitik. Mineralisasi yang ditemukan berupa sulfida antara lain: pirit, galena, sfalerit, kalkopirit dan magnetit/hematit serta garnet. Mineralisasi ini ditemukan pada satuan batupasir, breksi dan yang paling intesif serta cukup tebal ditemukan pada skarn dimulai pada kedalaman 74 meter hingga lebih 150 meter. Mineralisasi pada skarn ini berasosiasi dengan logam dasar sementara besi masif yang diharapkan terbentuk pada sakrn ini tidak ditemukan di tiga lobang bor.

Pendahuluan

Kabupaten Solok dan Solok

Selatan, khususnya daerah Pantai Cermin dan Sungai Pagu telah diselidiki oleh tim geologi dari Pusat Sumber Daya Geologi sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 (termasuk kerjasama dengan China

Geological Resources, Pemerintah

Tiongkok). Berbagai kegiatan penyelidikan telah dilakukan di daerah tersebut dan hasilnya memperlihatkan, bahwa daerah ini mempunyai potensi sumber daya mineral logam khususnya logam besi dan logam lainnya yang cukup potensil untuk dikembangkan. Secara administratif lokasi

daerah penyelidikan mencakup dua kabupaten yaitu Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Secara geografis penentuan wilayah pengeboran eksplorasi tersebut terletak di antara 100º 56' 14,36" ~ 101º 0' 46,78" Bujur Timur dan 1º 17' 35,17" ~ 1º 21' 20,68" Lintang (Gb.1). Daerah penyelidikan dapat ditempuh dengan Pesawat dari Jakarta ke Padang dengan waktu tempuh sekitar 1 jam dan 45 menit, lalu dilanjutkan dengan perjalanan lewat darat memakai kendaraan roda empat ke lokasi penyelidikan dengan waktu tempuh sekitar 4 jam.


(2)

Fisiografi dan Morfologi

Fisiografi di dua lokasi ini dibagi menjadi 3 (tiga) satuan yaitu : perbukitan tinggi, perbukitan rendah dan pedataran (Gb.2). Perbukitan tinggi menempati sebelah barat, merupakan bagian dari Bukit Barisan dengan ketinggian lebih dari 800 m dpl. Perbukitan sedang menempati bagian timur dengan ketinggian antara 400 - 600 m dpl, umumnya merupakan hutan lindung dan area pengguna lain. Di bagian tengah merupakan pedataran dengan ketinggian 50 - 200 m dpl (Gb 3 dan Gb.4). Pola aliran sungai di daerah ini umumnya trellis dengan sungai utama adalah Batang Suliti yang mengalir dari utara - selatan.

Pemetaan Situasi

Pemetaan dilakukan di daerah Ulu Suliti IV dan Tanjung Limau Kapeh dengan skala 1 : 1.000. Pemetaan ini dimaksudkan untuk mengetahui objek-objek yang ada disekitar daerah pengeboran, seperti jalan, irigasi, persawahan, perkebunan, sarana sosial, pemukiman yang selanjutnya akan digunakan untuk menentukan jalur mobilisasi dan demobilisasi dari satu titik bor ke titik bor lainnya. Hasil pemetaan situasi tersebut dapat dilihat pada Gb. 5.

Satuan Batuan

Pengamatan satuan batuan di daerah ini dilakukan di sungai-sungai serta di sepanjang jalan serta perbukitan yang batuannya tersingkap. Berdasarkan ciri-ciri litologi yang teramati di lapangan, terdapat empat satuan batuan dengan urut-urutan dari tua ke muda yaitu: Satuan Batugamping, Satuan Granodiorit, Satuan Gabro dan Satuan Breksi. Deskripsi lapangan dari batuan yang teramati adalah sebagai berikut : Satuan Batugamping, merupakan satuan tertua pada daerah penelitian, di tandai dengan warna biru pada peta geologi. Litologi penyusun satuan ini terdiri dari packstone dan

wackestone. Packstone, grain-supported,

terdapat foraminifera besar. Wackestone, mud-supported. Gejala metamorfisme juga teramati pada Satuan Batugamping berupa tekstur crenulation cleavage dan filitik. Satuan Granodiorit, Satuan Granodorit memiliki ciri litologi, fanerik, komposisi mineral primer terdiri dari plagioklas dan hornblenda. Gejala metamorfisme juga teramati pada Satuan Granodiorit berupa tekstur slaty cleavage. Satuan Gabro, memiliki ciri litologi berwarna hitam kehijauan, fanerik,

komposisi mineral primer berupa

plagioklas dan piroksen. Satuan Breksi-Tufa, dicirikan dengan warna cokelat pada daerah penelitian. Litologi Breksi secara umum menyudut-menyudut tanggung, terpilah buruk dengan kemas terbuka dengan fragmen monomik berupa andesit. Gambaran lengkap pengamatan batuan di daerah penyelidikan dapat dilihat pada Gb.6.

Pengeboran

Tajak Lobang Bor dan Perhitungan kedalaman

Pengeboran awal dilakukan di lokasi BSS-03 Ulu Suliti IV, namun sebelum dilakukan pengeboran diperiksa terlebih dahulu posisi pipa bor dan persiapan lainnya.

Prosedur sama juga diterapkan untuk titik bor BSS-01 dan BSS-02 yang berlokasi di Tanjung Limau Kapeh.

Perhitungan Kedalaman, Perolehan Inti Bor dan Penyimpanan di Dalam Core Box

Kedalaman lobang bor ditentukan dengan cara:

Depth hole = Rod string - Stickup - Constan.

Depth hole = Kedalaman lobang bor (meter)

Rod string = Jumlah pipa yang masuk (panjang tiap pipa 1,5 meter)

Stickup = sisa pipa diatas head (meter atau centimeter)


(3)

Constan = Jarak dari head ke permukaan tanah (meter/centimeter, konstan tergantung dari tipe mesin bor dan kemiringan pengeboran). Untuk BSS-03, mesin yang digunakan adalah LY-38, konstannya 2,5 meter dengan posisi tegak (90°), sedangkan untuk 01 dan BSS-02, mesin yang digunakan adalah

Jackrow-200 dengan konstannya 50 cm. posisi 90°. Untuk lebih jelasnya keterangan tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.

Prosedur yang sama juga

diterapkan untuk titik bor BSS-01 dan

BSS-02. Kemajuan pengeboran

dilaporkan setiap hari dan dicatat pada Daily Drilling Report (DDR) yang dibuat sesuai dengan format perusahaan dan ditandatangani oleh Drilling Supervisior serta disetujui oleh Pengawas Dari PSDG. Total core box yang ada dapat dilihat pada Gb 10, 11 dan Gb 12.

Pemerian Inti Bor

Sebelum dilakukan pemerian, inti bor yang ada di core box dicuci terlebih dahulu sampai bersih kemudian disusun ulang dan setelah itu didokumentasi. Selanjutnya inti bor tersebut dibelah dengan menggunakan mesin pembelah (Coreshaw). Inti bor yang telah dibelah siap untuk dilakukan pemerian. Tahapan tersebut dapat dilihat pada Gambar 13, 14,dan 15.

Pemerian Inti Bor BSS-03

Hasil pengamatan inti bor dari

permukaan hingga 150 meter

menunjukkan:

Litologinya tersusun dari :

0.00 m - 4.30 m, Endapan permukaan (tanah lapukan granodiorit, lempung, pasir, kerikil dan kerakal).

4.30 m - 15.40 m, Selang-seling batulempung mengandung mangan dan batupasir, bercampur breksi polimik tersemenkan karbonat.

15.40 m - 20.10 m, Breksi polimik, pirit, klorit, argilik

20.10 m - 30.35 m, Selang-seling pasir-lempung hitam sisipan breksi, batupasir kuarsa.

30.35 m - 42.30 m, Batupasir berukuran sedang-halus bagian bawah fragmental, sisipan breksi polimik.

42.30 m - 64.90 m, Batupasir kuarsa dengan bagian atas konglomeratan sisipan breksi hancuran bagian bawah lempung berkarbon.

64.90 m - 149.00 m, Breksi polimik, pirit, magnetit, hematit, urat kalsit, semen

karbonat dibeberapa tempat

terhancurkan.

149.00 m - 150.10 m, Gamping, magnetit, hematit, terpotong urat kalsit.

Struktur, di breksi teramati adanya pengarahan fragmen batuan serta jejak aliran pada sementasinya. Sementara di kedalaman 64.90 m - 83.20 m, terbentuk

zona hancuran pada breksi yang

diperkirakan akibat sesar.

Ubahan, berupa argilik, propilik dan kloritisasi ditemukan pada breksi polimik di kedalaman 15.40 m - 21.20 m.

ubahan yang sama ditemukan di

kedalaman 76.80 m - 83.20 m.

Mineralisasi, Umumnya terbentuk pada breksi polimik di fragmen-fragmen batuan berupa pirit terserak setempat mengisi rekahan pada ke dalaman 20.10 m - 21.20 m, 76.80 m - 83.20 m. Magnetit dan hematit ditemukan dalam bentuk sekunder di breksi dan metasedimen pada ke dalaman 124.90 m - 149.50 m.

Deskripsi lengkap dapat dilihat pada Gb. 16 (Lampiran).

Pemerian Inti Bor BSS-01

Hasil pengamatan inti bor dari

permukaan hingga 150 meter

menunjukkan:

Litologinya tersusun dari:

0.00 m - 3.60 m, Lempung coklat kemerahan, pasir, kerikil dan kerakal).


(4)

3.60 m - 11.10 m, Selang-seling batulempung mengandung mangan dan oksida besi, batupasir, bercampur breksi polimik tersemenkan karbonat.

11.10 m - 20.90 m, Breksi polimik, bercampur batupasir, lempungpasiran, metasedimen dan batupasir kuarsa.

20.90 m - 31.00 m, Breksi polimik semen karbonat, hancuran, bagian bawah berupa metasedimen.

31.00 m - 111.50 m, Metasedimen, terhancurkan, urat kalsit, feldspar terubah, piritisasi terserak, kalkopirit, garnet, magnetit, hematit, klorit sisipan pasirlempungan pada 42.00 m - 42.60 m, gamping pada 42.60 m - 44.40 m dan breksi polimik pada 44.80 m - 45.00 m. 115.50 m - 150.00 m, Skarn, magnetik kuat, urat kalsit, klorit, argilik, pirit terserak, garnet, kalkopirit.

Struktur, Zona geseran pada metasedimen dan batulempung pasiran pada ke dalaman 18.60 m - 20.90 m dan 20.90 m - 42.00 m pada metasedimen. Zona hancuran ditemukan juga pada ke dalaman 92.90 m - 115.50 di batuan metasedimen yang diperkirakan akibat sesar.

Ubahan, berupa argilik, propilik dan kloritisasi ditemukan pada batupasir kuarsa terbreksikan di kedalaman 17.10 m - 18.60 m. ubahan yang sama ditemukan di kedalaman 20.90 m - 31.00 m, 37.80 m - 42.00 m di metasedimen dan di kedalaman 47.00 m - 99.40 m. Di batuan skarn terargilikkan, terkloritkan ditemukan pada kedalaman 112.00 m - 15.00 m.

Mineralisasi, berupa piritisasi terserak terbentuk pada metasedimen setempat mengisi rekahan pada ke dalaman 20.10 m - 26.30 m., Mineralisasi yang sama ditemukan pada metasedimen di kedalaman 30.20 m - 42.00 m dandi kedalaman 45.00 m - 112.50. Magnetit, hematit, pirit terserak dan kalkopirit

ditemukan pada batuan skarn di

kedalaman 112.50 m - 149.50 m.

Deskripsi lengkap dapat dilihat pada Gb. 17 (Lampiran).

Pemerian Inti Bor BSS-02

Hasil pengamatan inti bor dari

permukaan hingga 150 meter

menunjukkan:

Litologinya tersusun dari:

0.00 m - 3.10 m, Endapan permukaan (tanah lapukan granodiorit, lempung, pasir, kerikil dan kerakal).

3.10 m - 9.60 m, Selang-seling batulempung mengandung mangan dan batupasir, bercampur dengan bolder granodiorit.

9.60 m - 13.80 m, Batupasir halus, urat kalsit, mengandung mangan.

13.80 m - 18.80 m, Bagian atasnya gamping klastik dan bagian bawahnya batupasir halus.

18.80 m - 25.00 m, Selang-seling

batupasir halus dengan lempung,

setempat terhancurkan dan di bagian bawah berupa fragmental.

25.30 m - 30.60 m, Metasedimen, fragmental, urat kalsit, terbreksiasi.

30.64 m - 41.10 m, Selang-seling

batupasir dengan lempungpasiran,

karbonatan.

41.10 m - 52.50 m, metagamping klastik, urat mineral hitam terpotong urat kalsit.

52.50 m - 60.60 m, Granodiorit lapuk.

60.60 m - 62.60 m, Metabatugamping

62.60 m - 63.30 m, Zona breksiasi, lempung, argilik, milonitisasi.

63.30 m - 69.50 m, Gamping klastik, urat mineral hitam, setempat sisipan breksi polimik.

69.50 m - 150.20 m, Granodiorit, putih, massif, biotit, hornblende, kuarsa, urat kalsit berasosiasi dengan mineral hitam bertekstur dendritik. Di kedalaman 75.50 m - 75.60 m, 79.40 m - 79.90 m, 80.20 m - 80.40 m, 84.90 m - 85.10 m, 87.90 m - 88.40 m123.70 m - 123.90 m, 139.60 m - 140.00 m, 140.50 m -140.60 m, 143.90 m - 144.00, terpotong oleh lempung argilik karbonatan/shear zone, urat kalsit. Di


(5)

kedalaman 114.90 m - 115.15 m, intrusi granodiorit kedua?, abu-abu kehijauan, porfir afanitik, fenokris kuarsa, ubahan silika-klorit berasosiasi dengan mineral hitam bertekstur dendritik.

Struktur, Di batupasir lempungan,

komponen batuan terbreksikan di

kedalaman 20.10 m - 30.60 m dan di kedalaman 38.70 m - 39.10 m. Zona

breksiasi, milonitisasi di

metagamping/gamping klastik di

kedalaman 62.60 m - 63.30 m. Mulai di kedalaman 72.50 m - 150,20 m kerap ditemukan granodiorit terpotong oleh lempung terargilikkan/zona. Sementara di kedalaman 114.90 m - 115.15 m, teramati granodiorit yang diintrusi kembali oleh granodiorit (kedua?). Struktur-struktur tersebut diperkirakan terjadi akibat sesar atau adanya intrusi berikutnya.

Ubahan, berupa argilik, propilik dan kloritisasi ditemukan pada granodiorit dan granodiorit yang diintrusi kembali di kedalaman 72.50 m - 150.20 m.

Mineralisasi, Pirit dan galena serta mangan ditemukan pada gamping klastik pada kedalaman 13.80 m - 18.80 m berasosiasi dengan urat kalsit. Di batupasir lempungan dengan komponen batuan yang terbreksikan/zona hancuran ditemukan pirit dan kalkopirit pada

kedalaman 23.10 m - 23.80 m.

Mineralisasi yang sama ditemukan pada metasedimen terhancurkan di kedalaman 28.60 m - 30.10 m. Di batupasir, zona hancuran ditemuka pirit pada kedalaman 39.10 m - 41.10 m. Mineralisasi yang sama ditemukan pada gamping klastik di kedalaman 52.50 m - 54.00 m dan di kedalaman, 63.30 m - 66.90 m.

Deskripsi lengkap dapat dilihat pada Gb. 18 (Lampiran).

Pemercontohan

Dari hasil pemerian conto inti bor BSS-03, BSS-01 dan BSS-02, teramati adanya keterdapatan mineralisasi sulfida dan oksida dalam batuan breksi,

batupasir, metasedimen/skarn dan

granodiorit baik itu terserak, dalam urat, dalam fragmen batuan atau yang mengisi rongga-rongga. Untuk mengetahui tipe

batuan, paragenesa dan besaran

kandungan logam dan jenisnya, maka inti bor yang termineralisasi diambil contohnya untuk dianalisis di laboratorium.

Beberapa conto yang diambil dari 3 (tiga) lobang bor dapat dilihat pada Lampiran B, C dan D. Selanjutnya gambar conto-conto tersebut dapat dilihat di bawah ini.

Korelasi Lobang Bor

Hasil pemerian dari 3 (tiga) lobang bor tersebut kemudian disusun kembali berdasarkan kesamaan ciri-ciri litologinya ataupun ciri-ciri mineral penyusun batuan, sehingga diperoleh susunan satuan batuan dari permukaan hingga pada kedalaman 150 meter. Berdasarkan susunan tersebut, maka dilakukan penarikan batas-batas satuan batuan sehingga terbentuk korelasi yang sesuai seperti yang terlihat pada Gb. 24.

Pembahasan

Pengeboran yang telah

dilaksanakan di daerah Ulu Suliti IV dan Tanjung Limau Kapeh merupakan tidak lanjut dari hasil penyelidikan geologi permukaan serta hasil penyelidikan geofisika Induksi Polarisasi dan Magnet. Hasil pengeboran ini menunjukkan adanya variasi litologi, sturktur, ubahan dan mineralisasi serta fenomena lainnya. Sasaran utama pengeboran ini, yaitu menemukan bijih besi masif dan mineral logam dasar serta perkiraan sebarannya pada kedalaman yang telah diproyeksikan oleh hasil pendugaan geofisika. Di titik pengeboran BSS-03, hingga kedalaman 150,10 meter, tidak menemukan bijih besi masif sementara mineralisasi yang ditemukan adalah mineralisasi sulfida (pirit, kalkopirit, sfalerit dan galena) pada batuan breksi, umumnya pada fragmen


(6)

batuan dan batuan ini cukup tebal. Breksi ini terbentuk akibat adanya sesar (sesar turun) dan dibeberapa tempat terbentuk milonitisasi dan ubahan argilik. Di batuan lainnya mineralisasi juga terbentuk namun setempat-setempat berupa piritisasi terserak. Berdasarkan data-data ini, respon yang terbaca pada induksi polarisasi diperkirakan berasal dari mineral-mineral sulfida bukan dari magnetit (besi). Di titik pengeboran BSS-01, hingga kedalaman 150,0 meter, tidak ditemukan bijih besi masif sementara mineralisasi ditemukan pada batupasir, breksi dan skarn. Di batupasir mineralisasi umumnya pirit terserak dan setempat-setempat, di breksi mineralisasi umunya terbentuk sama seperti yang ditemukan pada titik bor BSS-03. Mineralisasi yang intensif dan cukup tebal ditemukan pada metagamping dan skarn berupa pirit terserak, kalkopirit, galena, sfalerit dan magnetit. Skarn ini terbentuk akibat terobosan granodiorit pada gamping sementara breksi yang terjadi akibat adanya sesar turun. Ubahan yang terbentuk pada gamping dan skarn adalah argilik.

Di titk pengeboran BSS-02, hingga kedalaman 150,20 meter, tidak ditemukan bijih besi masif. Sama seperti di kedua lobang bor, mineralisasi berupa pirit terserak, galena, magnetit dan garnet ditemukan pada zona breksiasi, batupasir dan skarn. Di titik ini, breksiasi terbentuk akibat sesar turun dan metasedimen yang terbentuk akibat adanya terobosan granodiorit. Di kedalaman 114,90 m, granodiorit ini diterobos kembali namun tidak disertai oleh pemineralana, namun terjadi ubahan argilik dan silisifikasi yang cukup intensif dan di beberapa tempat ditemukan urat-urat mineral hitam bertekstur denritik berasosiasi dengan granodiorit yang terpotong oleh lempung karbonatan. Tekstur dari granodiorit yang diterobos ini adalah porfir afanitik dengan fenokris kuarsa dan alterasinya

silika-propilitik-klorit. Berdasarkan hasil ini, dapat disimpulkan bahwa mineralisasi yang terbentuk di daerah ini terutama yang terjadi pada skarn tidak berasosiasi dengan bijih besi namun cenderung ke arah mineral-mineral sulfida. Dari pengamatan permukaan, bahwa besi yang ditemukan berupa onggokan merupakan hasil transportasi yang diendapkan kembali di sekitar wilayah penyelidikan, hal ini dikuatkan dari hasil penyelidikan geofisika yang menunjukkan di bawah permukaan di sekitar onggokan tidak

menunjukkan adanya anomali baik

resistiviti juga chargeabiliti. Diperkirakan mineralisasi di daerah ini dikontrol oleh patahan naik baratlaut - tenggara atau patahan Semangko.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengeboran ini,

maka dapat disimpulkan bahwa

mineralisasi sulfida ditemukan pada breksi di BSS-03 di ke dalaman 70 m - 83 m, 107 m - 112 m dan 126 m - 129 m, umumnya pada fragmen batuan. Sementara itu mineralisasi sulfida ditemukan di BSS-01 pada zona breksiasi pada ke dalaman 20 m - 41 m, di zona metasedimen pada ke dalaman 45 m - 83 m dan di skarn pada ke dalaman 84 m - 150 m. Di BSS-02, mineralisasi sulfida di temukan pada ke dalaman 13 m - 24 m pada zona breksiasi, 47 m - 67 m pada metasedimen/skarn?.

Mineralisasi bijih besi masif tidak ditemukan sampai pada ke dalaman 150 meter di 3 (tiga) lobang bor.

Dengan demikian dapat diduga bahwa onggokan besi yang ditemukan di daerah Ulu Suliti IV dan Tanjung Limau Kapeh merupakan hasil transportasi karena hasil dari Polarisasi Induksi di sekitar onggokkan tersebut ke arah bawah permukaan tidak menghasilkan resistiviti dan chargeabiliti yang tinggi. Jalur mineralisasi sulfida dalam batuan skarn kemungkinannya mengikuti arah baratlaut


(7)

- tenggara atau mengikuti arah patahan Sumatera (patahan Semangko).

Saran

Untuk mendapatkan potensi

sumber daya mineral yang akurat maka jumlah titik pengeboran perlu diperbanyak minimal dua atau tiga.

DAFTAR PUSTAKA

BPS Solok Selatan (2012), Solok Selatan Dalam Angka.

Crow, M.J., Johnson, C.C., McCourt, W.J. dan Harmanto, 1993, Geokimia Regional Lembar Painan dan Muara Siberut, Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung.

Ernowo dkk (2011), Penyelidikan Anomali geokimia stream sedimen di wilayah Solok Selatan, Pusat Sumber Daya Geologi Bandung.

Franklin dkk, 2014., Penyelidikan Untuk Menentukan Wilayah Pengeboran Eksplorasi Logam Besi Dan Logam Lainnya di Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Solok Dan Kecamatan Pagu Kabupaten Solok Selatan Provinsi Sumatera Barat, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.

PT.Bumi Surya Kirana (2012), Survey Induce Polarization dan Magnetic untuk Eksplorasi Bijih Besi di Daerah Pekan Rati Sumatera barat.

Rosidi dkk, 1996, Peta Geologi Lembar Painan, Sumatera skala 1 : 250.000. PPPG, Bandung. Suganda, E dan Johnson, C.C., 1993, Geokimia Regional Lembar Sungai Penuh dan Ketaun,

Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung.

Yudi A dkk, 2014., Survei Polarisasi Terimbas (IP) dan Geomagnet Daerah Ulu Suliti dan Tanjung Lima Kapas Kabupaten Solok Selatan Provinsi Sumatera Barat. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.


(8)

(9)

Gambar 2. Bentang Alam Daerah Pekan Rabaa Utara

Gambar 3.- 4. Bentang alam Ulu Suliti IV - Tanjung Limau Kapeh

Gambar 5. Peta Situasi Daerah Pengeboran Ulu Suliti IV dan Tanjung Limau Kapeh

Pedataran

Perbukitan Sedangi Perbukitan Tinggi

Pedataran Perbukitan Sedangi Perbukitan Tinggi


(10)

(11)

Gambar 7. Perhitungan Kedalaman Lobang Bor Perolehan Inti bor dihitung berdasarkan Panjang Pipa Yang Masuk Sama Dengan Panjang Material Yang Diperoleh Dikali 100

Persen (Gb 8).

Gambar 8. Perhitungan Perolehan Inti Bor Inti Bor Yang Diperoleh Kemudian Disimpan Dalam Core Box dan Diberi Tanda Interval Kedalamanya (Gba 9).


(12)

Gambar 10. Jumlah Perolehan Inti Bor 27 Core Box BSS-03

Gambar 11. Jumlah Perolehan Inti Bor 28 Core Box BSS-01


(13)

Gambar13. Total CoreBox BSS-03 (kiri) Ulu Suliti IV dan BSS-01 (tengah) dan BSS-02 (kanan) Tanjung Limau Kapeh Siap Untuk Dibelah

Gambar 14. Inti Bor Dalam Proses Pembelahan dan Yang Telah Dibelah

Gambar 15. Contoh Inti Bor Yang Telah Dibelah Dari Tiap-Tiap Lobang Bor dan Siap Untuk Dideskripsi


(14)

(15)

(16)

Gambar 18. Pemerian Lobang Bor BSS-02, Tanjung Limau Kapeh

Gambar 19. Conto Inti Bor Dari Tiap-tiap Lobang Bor Untuk Analisis Kimia


(17)

Gambar 21. Conto Inti Bor Dari Tiap-tiap Lobang Bor Untuk Analisis Petrografi

Gambar 22. Conto Inti Bor Dari Tiap-tiap Lobang Bor Untuk Analisis REE

Gambar 23. Conto Inti Bor Dari Tiap-tiap Lobang Bor Untuk Analisis XRD

Gambar 24. Penampang Korelasi Lobang Bor Ulu Suliti IV - Tanjung Limau Kapeh Solok Selatan


(1)

Gambar 10. Jumlah Perolehan Inti Bor 27 Core Box BSS-03

Gambar 11. Jumlah Perolehan Inti Bor 28 Core Box BSS-01


(2)

Gambar13. Total Core Box BSS-03 (kiri) Ulu Suliti IV dan BSS-01 (tengah) dan BSS-02 (kanan) Tanjung Limau Kapeh Siap Untuk Dibelah

Gambar 14. Inti Bor Dalam Proses Pembelahan dan Yang Telah Dibelah

Gambar 15. Contoh Inti Bor Yang Telah Dibelah Dari Tiap-Tiap Lobang Bor dan Siap Untuk Dideskripsi


(3)

(4)

(5)

Gambar 18. Pemerian Lobang Bor BSS-02, Tanjung Limau Kapeh

Gambar 19. Conto Inti Bor Dari Tiap-tiap Lobang Bor Untuk Analisis Kimia


(6)

Gambar 21. Conto Inti Bor Dari Tiap-tiap Lobang Bor Untuk Analisis Petrografi

Gambar 22. Conto Inti Bor Dari Tiap-tiap Lobang Bor Untuk Analisis REE

Gambar 23. Conto Inti Bor Dari Tiap-tiap Lobang Bor Untuk Analisis XRD

Gambar 24. Penampang Korelasi Lobang Bor Ulu Suliti IV - Tanjung Limau Kapeh Solok Selatan