06.POTENSI ENDAPAN BATUBARA DAERAH JANGKANG DAN SEKITARNYA

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

POTENSI ENDAPAN BATUBARA DAERAH JANGKANG DAN SEKITARNYA
KABUPATEN KAPUAS, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Deddy Amarullah
Kelompok Program Penelitian Energi Fosil
SARI
Dalam rangka pembaharuan dan melengkapi data pada Bank data Pusat
Sumber Daya Geologi, Badan Geologi, pada tahun anggaran 2010 telah melakukan
penyelidikan endapan batubara di daerah Jangkang dan sekitarnya Kabupaten Kapuas
Secara geologi daerah Jangkang utara termasuk kedalam pinggiran Cekungan
Barito bagian Utara yang terbentuk pada Awal Tersier yang berbatasan dengan
Cekungan Hulu Mahakam dan Cekungan Kutai. Formasi pembawa batubara di daerah
Jangkang adalah Formasi Tanjung yang berumur Eosen Akhir dan Formasi Montalat
yang berumur Oligosen Akhir. Endapan batubara dikelompokan menjadi 5 (lima) blok,
yaitu Blok Jangkang, Blok Tumbangnusa, Blok Tambaan, Blok Blok Kuatan, Blok
Ringin dan Blok Mohon.
Batubara di Blok Jangkang terdapat dalam Formasi tanjung dan Montalat terdiri
dari 3 seam, tebalnya berkisar antara 1,60 m – 4,30 m. Di Blok Tumbangnusa terdiri
dari 7 seam, tebalnya berkisar antara 0,50 m – 3,00 m. Di Blok Tambaan terdiri dari 4
seam, tebalnya berkisar antara 0,50 m – 4,80 m. Di Blok Kuatan terdiri dari 3 (tiga)

seam, tebalnya berkisar antara 0,65 m – 2,50 m. Di Blok Ringin terdiri dari 2 seam,
tebalnya 0,50 m dan di Blok Mohon terdiri dari satu seam tapi tebalnya belum
diketahui. Nilai kalori pada kelima blok tersebut berkisar antara 5714 – 7091 cal/gr
(adb), sedangkan nilai reflektan vitrinitnya berkisar antara 0.36 – 0.59 %. Total
sumberdaya batubara dari lima blok sekitar 29 juta ton (hipotetik).
PENDAHULUAN
Dalam
rangka
menunjang
kebijakan
pemerintah
dan
untuk
meningkatkan
kegiatan
pendataan
mengenai potensi sumberdaya energi,
Pusat Sumberdaya Geologi Badan
Geologi, pada tahun anggaran 2010
telah melakukan penyelidikan endapan

batubara di daerah Jangkang dan
sekitarnya, Kabupaten Kapuas, Provinsi
Kalimantan Selatan.
Maksud dari penyelidikan adalah
untuk mendapatkan data batubara yang
meliputi jurus kemiringan lapisan, tebal
lapisan,
sebaran,
kualitas
dan
sumberdaya. Tujuannya adalah untuk
mengevaluasi potensi endapan batubara

sehingga neraca sumber daya batubara
di Pusat Sumber Daya, Badan Geologi
semakin
berkembang,
selain
itu
diharapkan batubara daerah Jangkang

mempunyai prospek yang baik untuk
dimanfaatkan.
Daerah penyelidikan termasuk
dalam wilayah Kecamatan Kapuas
Tengah, Kabupaten Kapuas bagian
utara, yang terletak diantara koordinat
koordinat 1000’00,00” - 1010’00” Lintang
Selatan dan 114000’00” – 114020’00”
Bujur Timur. Lokasi tersebut terletak
sekitar
200
km.
sebelah
utara
Palangkaraya.
Lokasi daerah penyelidikan dapat
dilihat pada gambar 1.

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi


75

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

GEOLOGI UMUM
Secara
geologi
Kabupaten
Kapuas bagian utara termasuk kedalam
pinggiran Cekungan Barito bagian Utara
yang terbentuk pada Awal Tersier yang
berbatasan dengan Cekungan Hulu
Mahakam dan Cekungan Kutai. Batuan
dasar cekungan terdiri dari batuan beku,
metamorf dan meta sedimen yang
berumur Pra Tersier.
Supriatna S. dkk. (1995) dan
Sutrisno dkk (1994) telah menyusun
stratigrafi sedimen Tersier Cekungan
Barito bagian Utara sebagai berikut.

Formasi Tanjung merupakan
batuan Tersier paling tua dan sebagai
formasi pembawa batubara. Fm. Tanjung
seumur dengan Fm. Batu Kelau dan
Batupasir Haloq yang terdapat di bagian
Utara Kab. Barito Utara, yaitu Eosen
Akhir. Selain itu terdapat batuan berumur
Eosen Akhir namun terletak diatas Fm.
Tanjung, Batu Kelau dan Batupasir
Haloq yang dinamakan Fm. Batu Ayau.
Selaras diatas Fm. Batu Ayau terdapat
Fm. Ujohbilang yang berumur Oligosen
Awal.
Diatas Fm. Ujohbilang adalah
Fm. Berai yang menjari jemari dengan
Fm. Montalat, Karamuan dan Purukcahu,
berumur Oligosen Akhir. Didalam Fm.
Karamuan
terdapat
Anggota

Batugamping Jangkan, didalam Fm.
Purukcahu
terdapat
Anggota
Batugamping Penuut. Kedudukan ketiga
formasi
tersebut
dengan
formasi
dibawahnya (Fm.Ujohbilang) adalah
tidak selaras, tetapi di wilayah Kab.
Barito Utara bagian Selatan dan di Kab.
Barito Selatan menunjukan kontak
selaras, dan tidak ditemukan endapan
Fm. Karamuan, Purukcahu, Ujohbilang,
Batu Kelau dan Batupasir Haloq.
Diatas Fm. Berai dan Montalat
terdapat Fm. Warukin sebagai formasi
pembawa batubara, berumur Miosen


Tengah-Akhir.
Di
bagian
utara
diendapkan Fm. Kelinjau yang seumur
dengan Fm. Warukin. Kontak antara Fm.
Warukin dengan formasi dibawahnya
tidak selaras.
Secara tidak selaras diatas Fm.
Warukin terdapat Fm. Dahor yang
berumur Plio-Plistosen. Endapan yang
paling atas adalah Aluvium yang terdiri
dari karakal, kerikil dan pasir.
Terobosan batuan beku bersifat
andesitik dan dioritik yang terjadi pada
Miosen Awal, dinamakan Intrusi Sintang.
Secara umum perlapisan batuan
di Kabupaten Kapuas membentuk
perlipatan yang berarah baratdayatimurlaut sampai selatan utara. Di
beberapa tempat perlipatan-perlipatan

tersebut mengalami penunjaman dan
pencuatan,
bahkan
ada
yang
tergeserkan akibat pengaruh sesar.
GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN
Morfologi, daerah penyelidikan
dibedakan menjadi 2 (dua) satuan
morfologi, yaitu Satuan Pedataran dan
Satuan Perbukitan. Satuan Pedataran
menempati sepanjang pinggiran Sungai
Kapuas dan Sungai Kuatan, luas satuan
ini sekitar 45 %. Satuan Perbukitan
menempati bagian selatan dan utara
Sungai Kapuas, luasnya sekitar 55 %.
Berdasarkan formasi batuan yang
tersingkap stratigrafi daerah penyelidikan
diawali oleh batuan volkanik, oleh
Soetrisno dkk (1994) dinamakan Batuan

Volkanik Kasale yang berumur Kapur
Akhir, dan merupakan salahsatu batuan
dasar Cekungan Barito.
Batuan sedimen Tersier paling
tua adalah Fm. Tanjung, merupakan
formasi pembawa batubara, terdiri dari
dua bagian, bagian bawah disusun oleh
serpih batulanau dan konglomerat,
sebagian gampingan. Bagian atas
disusun
oleh
perselingan
antara

76 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

batupasir, batulanau, batugamping dan
batubara. Menurut Soetrisno dkk. (1994)

formasi ini berumur Eosen, terletak tidak
selaras diatas batuan berumur Pra
Tersier, tersebar dibagian utara wilayah
Jangkang.
Selaras diatas Fm. Tanjung
adalah Fm. Berai yang menjemari
dengan Fm. Montalat. Fm. Berai terdiri
dari batugamping berlapis, batulempung
dan napal, mengandung limonit, berumur
Oligosen Tengah-Akhir (Soetrisno dkk.,
1994). Fm. Montalat merupakan formasi
pembawa batubara, terdiri dari batupasir
kuarsa dengan sisipan batulanau, serpih
dan
batubara,
berumur
Oligosen
(Soetrisno dkk., 1994). Fm. Berai
tersingkap didaerah Sungai Ringin,
sedangkan Fm. Montalat tersingkap

secara memanjang dari barat ke timur di
bagian selatan Formasi Tanjung.
Selaras diatas Fm. Berai dan
Montalat
adalah
Fm.
Warukin,
merupakan formasi pembawa batubara,
terdiri dari batupasir berbutir kasarsedang
sebagian
konglomeratan
bersisipan
batulanau,
serpih
dan
batubara, berumur Miosen TengahMiosen Atas (Soetrisno dkk., 1994). Fm.
Warukin tersingkap di bagian selatan
daerah penyelidikan. Stratigrafi daerah
Jangkang dapat dilihat pada gambar 2.
Dari hasil pengamatan lapangan
dan pengukuran jurus kemiringan
perlapisan batuan, daerah penyelidikan
khususnya Fm. Tanjung membentuk
perlapisan yang arah jurusnya sangat
bervariasi, namun sudut kemiringan
lapisannya tidak terlalu besar, yaitu
berkisar antara 5o-15o. Di daerah
Mamput sudut kemiringan perlapisan
batuan relatif besar yaitu berkisar antara
33o-37o. Sudut kemiringan disebelah
utara
Tambaan
mencapai
78o,
diperkirakan didaerah tersebut telah
tersesarkan dengan arah sesar adalah
baratdaya-timurlaut.

ENDAPAN BATUBARA
Berdasarkan singkapan batubara
yang ditemukan dan hasil korelasi,
endapan batubara daerah Jangkang
dikelompokan
menjadi
6
(enam)
kelompok atau blok, yaitu Blok
Jangkang, Blok Tumbangnusa, Blok
Tambaan, Blok Kuatan, Blok Mohon dan
Blok Ringin.
Blok Jangkang terletak dibagian
selatan daerah penyelidikan, ditemukan
3 (tiga) seam batubara yang arah umum
penyebarannya
adalah
baratdayatimurlaut (N60oE-N70oE), kemiringan
lapisan kearah tenggara dengan sudut
kemiringan berkisar antara 10o-12o.
Lapisan paling atas dinamakan Seam J1, diperkirakan termasuk kedalam
Formasi Montalat, berwarna hitam
kecoklat-coklatan, kusam atau dull
sampai mengkilap (bright), tebal lapisan
sekitar 1,60 m, litologi diatas dan
dibawahnya kurang jelas. Sebaran
kearah jurus hanya dibatasi sampai
sejauh 250 m dari singkapan, sehingga
panjang sebaran lapisan ini sekitar 500
m. Lapisan kedua dinamakan Seam J-2,
tebal lapisan berkisar antara 2,60 m –
6,00 m, litologi diatas dan dibawahnya
kurang jelas, panjang sebaran ke arah
jurus diperkirakan bisa mencapai 1.000
m, tebal lapisan interseam antara Seam
J-1 dengan J-2 sekitar 200 m. Lapisan
ketiga dinamakan Seam J-3, secara
megaskopis berwarna hitam mengkilap
atau bright, tebal lapisan sekitar 1,60 m.
Litologi
diatas
batubara
adalah
batulempung berwarna abu-abu muda
dan keatasnya lagi adalah batupasir
konglomeratan
dengan
komponen
utamanya kuarsa, litologi dibawah
batubara adalah batulempung karbonan.
Diperkirakan panjang sebaran kearah
jurus mencapai 500 m, tebal interseam
antara
Seam
J-2
dengan
J-3
diperkirakan sekitar 170 m.

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

77

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Blok
Tumbangnusa
terletak
disebelah utara Blok Jangkang, lapisan
batubara yang ditemukan diperkirakan
sebanyak 7 (tujuh) seam dengan arah
umum penyebaran adalah baratdayatimurlaut (N50oE-N60oE), kemiringan
lapisan kearah tenggara dengan sudut
kemiringan berkisar antara 5o-13o. Seam
paling atas dinamakan Seam TN-1
tebalnya sekitar 1,50 m, litologi diatas
dan
dibawah
batubara
adalah
batulempung, panjang sebaran kearah
jurus diperkirakan sekitar 500 m. Lapisan
kedua dinamakan Seam TN-2, tebal
lapisan 0,50 m, litologi diatas dan
dibawah batubara adalah batulempung,
panjang sebaran kearah jurus sekitar
300 m, tebal interseam antara TN-1 dan
TN-2 sekitar 2,60 m. Lapisan ketiga
dinamakan Seam TN-3, tebal lapisan
sekitar 3,00 m, litologi diatas dan
dibawahnya
batulempung,
panjang
sebaran kearah jurus diperkirakan
sekitar 500 m, tebal interseam antara
TN-2 dengan TN-3 sekitar 1,50 m.
Lapisan keempat dianamakan Seam TN4, tebal lapisan 0,50 m – 0,70 m, litologi
diatas dan dibawah batubara adalah
batulempung, panjang sebaran ke arah
jurus sekitar 4.000 m, tebal interseam
sekitar 1,50 m. Lapisan kelima
dinamakan Seam TN-5, tebal lapisan
1,60 m, litologi diatas dan dibawah
batubara adalah batulempung, panjang
sebaran kearah jurus sekitar 4.000 m,
tebal interseam antara TN-4 dan TN-5
sekitar 3,60 m. Lapisan keenam
dinamakan Seam TN-6, tebal lapisan
0,80 m – 1,50 m, litologi diatas dan
dibawah batubara adalah batulempung,
panjang sebaran kearah jurus sekitar
4.000 m, tebal interseam antara TN-5
dengan TN-6 sekitar 0,70 m. Lapisan
ketujuh dinamakan Seam TN-7, tebal
lapisan sekitar 2,00 m, litologi diatas dan
dibawahnya
batulempung,
panjang
sebaran kearah jurus sekitar 500 m,

tebal interseam antara Seam TN-6
dengan TN-7 sekitar 130 m.
Blok Tambaan terletak sebelah
utara Blok Tumbangnusa, lapisan
batubara yang ditemukan cukup banyak
namun yang tebalnya diatas 0,40 m
diperkirakan hanya 4 (empat) seam
dengan arah umum penyebaran adalah
baratlaut-tenggara
(N140oE-N170oE),
kemiringan lapisan kearah baratdaya
dengan sudut kemiringan berkisar antara
3o-78o. Diperkirakan lapisan batubara
yang sudut kemiringan lapisannya terjal
(75o-78o) adalah yang tersesarkan
dengan arah sesar baratdaya timurlaut.
Lapisan paling atas di blok ini dinamakan
Seam TB-1, tebal lapisan 0,50 m, litologi
diatas
dan
dibawahnya
adalah
batulempung,
panjang
sebaran
diperkirakan 300 m. Lapisan kedua
dinamakan Seam TB-2, tebal lapisan
3,00 m didalamnya terdapat sisipan
batulempung karbonan 0,30 m, litologi
diatasnya batulempung karbonan dan
dibawahnya
adalah
batulempung,
panjang sebaran kearah jurus sekitar
3.000 m, tebal interseam antara TB-1
dan TB-2 sekitar 100 m. Lapisan ketiga
dinamakan TB-3, tebal lapisan belum
diketahui, panjang sebaran kearah jurus
sekitar 300m, tebal interseam antara TB2 dengan TB-3 sekitar 100 m. Lapisan
keempat dinamakan Seam TB-4, tebal
lapisan mencapai 4,80 m, litologi diatas
dan dibawah batubara kurang jelas,
panjang sebaran kearah jurus sekitar
1.000 m, tebal interseam antara TB-3
dengan TB-4 sekitar 100 m.
Blok Kuatan terletak disebelah
timur Blok Tambaan, perlapisan di blok
ini membentuk sinklin yang sumbunya
berarah baratdaya-timurlaut, namun
lapisan batubara yang tebal hanya
ditemukan pada sayap sinklin bagian
tenggara, yang terdiri dari 3 (tiga) lapisan
batubara. Lapisan paling atas dinamakan
Seam K-1, tebal lapisan 1,80 m – 2,00

78 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

m, litologi diatasnya adalah batulempung
karbonan dan dibawahnya batulempung,
panjang sebaran kearah jurus sekitar
2.500 m. Lapisan kedua dinamakan
Seam K-2, tebal lapisan 2,50 m, litologi
diatasnya adalah batulempung dan
dibawahnya adalah batupasir halus,
panjang sebaran sekitar 2.500 m,
interseam antara lapisan K-1 dan K-2
berkisar antara 2,50 m – 5,00 m. Lapisan
ketiga dinamakan Seam K-3, tebal
lapisan 0,50 m – 0,80 m, litologi
diatasnya batulempung dan dibawahnya
batupasir halus, panjang sebaran kearah
jurus sekitar 2.500 m, interseam antara
lapisan K-2 dengan K-3 berkisar antara
3,00 m – 10,00 m.
Blok Ringin terletak disebelah
barat Blok Jangkang, batubara yang
ditemukan hanya 2(dua) seam. Arah
umum penyebaran adalah baratlauttenggara (N118oE-N140oE), kemiringan
lapisan kearah baratdaya dengan sudut
kemiringan berkisar antara 8o-15o.
Lapisan paling atas dinamakan Seam R1, tebal lapisan 0,50 m, litologi diatasnya
batulempung dan dibawahnya adalah
batulempung karbonan, panjang sebaran
kearah jurus sekitar 500 m, seam ini
diperkirakan termasuk kedalam Formasi
Montalat. Lapisan kedua dinamakan
Seam R-2, tebal lapisan 0,25 m – 0,50
m, lapisan diatas dan dibawahnya
batulempung, panjang sebaran kearah
jurus sekitar 500 m, tebal interseam
sekitar 300 m.
Blok Mohon terletak disebelah
utara Blok Ringin, endapan batubara
yang ditemukan hanya satu seam yang
arah perlapisannya barat-timur (N90oE),
kemiringan lapisan kearah selatan
dengan sudut kemiringan sekitar 30o,
namun ketebalannya masih belum jelas.
Rangkuman endapan batubara di
daerah Jangkang dapat dilihat pada
tabel 1.

KUALITAS BATUBARA
Kualitas batubara dapat diketahui
berdasarkan
pengamatan
secara
megaskopis dan mikroskopis, serta
berdasarkan
analisis
laboratorium.
Secara megaskopis batubara daerah
Jangkang terdiri dari perselingan antara
batubara mengkilap dan batubara
kusam, yang biasa disebut bright banded
dull. Di beberapa tempat terlihat juga
batubara yang umumnya kusam atau
dull, dan batubara yang umumnya
mengkilap atau bright.
Analisis batubara di laboratorium
dilakukan terhadap 15 (lima belas)
contoh batubara. Dari hasil analisis,
terdapat 5 (lima) contoh yang kandungan
abunya cukup tinggi yaitu berkisar antara
28,79 % - 41,22 %, oleh karena itu
contoh yang kandungan abunya tinggi
tidak dirata-ratakan dengan contoh yang
lainnya
karena
dianggap
tidak
mencerminkan karakter batubara yang
sebenarnya. Kualitas yang ditunjukan
dari hasil analisis ini belum mewakili tiap
seam batubara tapi hanya mewakili 5
(lima) blok batubara, yaitu Blok
Jangkang, Tumbangnusa, Kuatan dan
Ringin, dari Blok Mohon tidak diambil
contoh batubara, sehingga tidak ada
hasil analisisnya. Kualitas batubara
berdasarkan
hasil
analisis
di
laboratorium dapat dilihat pada table 2.
Setelah dirata-ratakan (tabel 3)
terlihat bahwa kualitas batubara yang
paling baik adalah dari Blok Tambaan,
dengan nilai kalori 7091 cal/gr dan
kandungan fixed carbon 47.77 %.
Namun kualitas Blok Tambaan hanya
diwakili oleh satu contoh saja (JG-09)
sedangkan contoh yang satu lagi (JG-20)
tidak dirata-ratakan karena abunya
terlalu tinggi . Batubara yang nilai
kalorinya paling rendah adalah dari Blok
Jangkang yaitu 5714 cal/gr. Secara
umum kandungan sulfur dari batubara

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

79

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

daerah penyelidikan tidak tinggi, dari
pengamatan secara megaskopis juga
jarang terlihat mineral pirit . Dari analisis
HGI (hardgrove index) menunjukan
bahwa batubara daerah penyelidikan
termasuk kedalam batubara yang tidak
keras.
Sifat fisik batubara berdasarkan
pengamatan
secara
mikroskopis
(petrografi organik) dapat dilihat pada
tabel 4.
Dari tabel 4 terlihat bahwa
batubara yang mempunyai komposisi
maseral vitrinit rendah (70.1 % - 84.5 %)
adalah yang mempunyai kandungan
mineral lempung tinggi (10.7 % - 19.7
%), sedangkan nilai mean reflektan
vitrinitnya (Rvmax) tidak terlalu rendah (
0.41 % - 0.58 %). Di tabel 4 terlihat ada
dua contoh (JG-02 dan JG-24) yang
mempunyai Rvmax rendah (0.37 & 0.32)
padahal kandungan mineral lempungnya
tidak terlalu tinggi. Hal ini menunjukan
bahwa peringkat batubara (coal rank)
JG-02 dan JG-24 tidak sama dengan
contoh batubara yang lainnya. Oleh
karena itu formasi pembawa batubara
untuk contoh JG-02 dan JG-24
diperkirakan tidak sama dengan formasi
pembawa batubara untuk contoh-contoh
yang lainnya. Jadi formasi pembawa
batubara untuk contoh JG-02 dan JG-24
adalah formasi yang lebih muda dari
Formasi
Tanjung,
yaitu
Formasi
Montalat.
Kualitas rata-rata batubara pada
empat
blok
berdasarkan
analisis
1.
petrografi organik dapat dilihat pada
tabel 5.
Dari tabel 5 terlihat bahwa nilai
Rvmax yang paling tinggi adalah pada 1.
Blok Tambaan yaitu 0.59 %, jadi secara
umum kualitas batubara yang paling baik
di daerah penyelidikan adalah dari Blok
Tambaan.
2.

SUMBERDAYA BATUBARA
Sumberdaya batubara di daerah
penyelidikan
diestimasi
dengan
menggunakan metoda cross section
yaitu yang ditentukan oleh segmensegmen diantara dua penampang. Tebal
lapisan batubara yang diestimasi untuk
sumberdaya adalah ≥0,50 m, jadi lapisan
batubara yang tebalnya kurang dari 0,50
m tidak dihitung. Lebar lapisan batubara
yang dihitung kearah kemiringan dibatasi
sampai kedalaman 100 m. Estimasi
sumberdaya batubara di Blok Mohon
tidak dilakukan karena data batubaranya
kurang jelas.
Dari hasil estimasi, sumberdaya
batubara Blok Jangkang sebanyak
6.012.720 ton, Blok Tumbangnusa
12.886.135
ton,
Blok
Tambaan
7.107.408 ton, Blok Kuatan 3.071.0 ton,
dan Blok Ringin 310.080 ton. Sehingga
total sumberdaya batubara daerah
Jangkang sebanyak 29.387.375 ton.
Berdasarkan
“Klasifikasi
Sumberdaya dan Cadangan Batubara”
Standar Nasional Indonesia Amandemen
1-SNI
13-5014-1998,
sumberdaya
batubara
yang
dihitung
tersebut
termasuk kedalam sumberdaya hipotetik
.
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, dapat
dibuat beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
Secara geologi daerah Jangkang
termasuk kedalam pinggiran Cekungan
Barito
bagian utara.
Formasi Pembawa batubara di daerah
penyelidikan adalah Formasi Tanjung
yang berumur Eosen Akhir dan Formasi
Montalat yang berumur Oligosen Akhir.
Endapan batubara daerah Jangkang
tersebar secara berkelompok dengan
arah sebaran yang bervariasi, oleh

80 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

3.

4.

karena itu untuk membahas sebarannya
dikelompokan menjadi Blok Jangkang,
Blok Tumbangnusa, Blok Tambaan, Blok
Blok Kuatan, Blok Ringin dan Blok
Mohon.
Batubara yang ditemukan di Blok
Jangkang terdapat dalam Formasi
tanjung dan Montalat terdiri dari 3 seam,
tebalnya berkisar antara 1,60 m – 4,30
m. Di Blok Tumbangnusa terdiri dari 7
seam, tebalnya berkisar antara 0,50 m –
3,00 m. Di Blok Tambaan terdiri dari 4
seam, tebalnya berkisar antara 0,50 m –
4,80 m. Di Blok Kuatan terdiri dari 3
seam, tebalnya berkisara antara 0,65 m
– 2,50 m. Di Blok Ringin terdiri dari 2
seam, tebalnya 0,50 m dan di Blok
Mohon terdiri dari satu seam tapi
tebalnya belum diketahui.
Kualitas batubara daerah Jangkang
dicirikan oleh nilai kalori yang berkisar
antara 5714 – 7091 cal/gr (adb),
sedangkan nilai reflektan vitrinit berkisar
antara 0.36-0.59 %. Total sumberdaya
batubara dari lima blok sekitar 29 juta ton
(hipotetik).

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

81

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

DAFTAR PUSTAKA
- A. D. Tarsis, dkk, 1996: Penyelidikan Pendahuluan Endapan Batubara di daerah Pendreh,
Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, Proyek Eksplorasi Bahan Galian
Mineral Indonesia, Direktorat Sumber daya Mineral, laporan.
- Cahyono Y. A. E. dkk, 1992 : Penyelidikan Pendahuluan Endapan Batubara di daerah
Lahai, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, Proyek Esplorasi
Bahan Galian Industri dan Batubara, Direktorat Sumberdaya Mineral,
laporan.
-

Badan

Standarisasi Nasional, 1998 ; Klasifikasi
Batubara, Amandemen 1 – SNI 13-5014 -1998

Sumberdaya

dan

Cadangan

- Data Base Subdit Batubara,2002: Peta Sebaran Bahan Galian Mineral Logam dan bukan
Logam Kabupaten Barito Selatan dan Barito
Utara,
Direktorat
Inventarisasi Sumber Daya Mineral.
- Deddy Amarullah, Ugan M., Saksosno, Nandang P., Priono, Sudiro, 2002 : Inventarisasi dan
Evaluasi Endapan Batubara Kabupaten Barito Selatan dan Barito Utara Provinsi
Kalimantan Tengah, Proyek Inventarisasi dan Evaluasi Bahan Galian Mineral
Indonesia, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Laporan.
- Dinas

Pertambangan & Energi Provinsi Kalimantan Tengah, 2000 : Data Bahan
Galian Golongan A dan B Provinsi Kalimantan Tengah.
- Rukmana N. Adhi, 1999 ; Perhitungan Sumber Daya Batubara dengan Berbagai Metoda
Estimasi, Publikasi Khusus, Direktorat Sumberdaya Mineral, Dit. Jen. Geologi
dan Sumberdaya Mineral, DEPTAMBEN, No. 98, ISSN. 0216-0765.
- Soetrisno, Supriatna S., Rustandi E., Sanyoto P., Hasan K., 1994 : Peta Geologi Lembar
Buntok, PPPG, Peta Geologi.
- Sumaatmaja E. R. dkk, 1982 : Penyelidikan Endapan Batubara di daerah Buntok dan
Muara Teweh, Kalimantan Tengah, Proyek Inventarisasi
dan Eksplorasi
Batubara, Direktorat Sumberdaya Mineral, laporan.
- Wahyudi H. dkk, 1982 : Penyelidikan Endapan Batubara
di daerah Purukcahu,
Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, Proyek Inventarisasi dan
Eksplorasi Batubara, Direktorat Sumberdaya Mineral, laporan.

82 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

83

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

DAERAH KEGIATAN

Gambar 2. Stratigrafi Daerah Jangkang
Tabel 1. Endapan Batubara Yang ditemukan di Daerah Jangkang
Seam Batubara Jangkang
Blok
Nama

Tebal

Pan

Kemi

rata-rata

jang

ring

(m)

(m)

an

Atap

Lantai

Seam

Seam

Sisipan

o

(.. )

Jangkang

J-1

1,60

500

10

-

-

-

J-2

4,30

1.000

10

-

-

-

J-3

1,60

500

12

btlmp

btlemp
karb.

TN-1

1,50

500

9

-

btlmp

btlmp

TN-2

0,50

300

9

-

btlmp

btlmp

Tumbang

TN-3

3,00

500

10

-

btlmp

btlmp

nusa

TN-4

0,60

4.000

15

-

btlmp

btlmp

TN-5

1,60

4.000

10

-

btlmp

btlmp

TN-6

1,15

4.000

10

-

btlmp

btlmp

TN-7

2,00

500

10

-

btlmp

btlmp

TB-1

0,50

300

30

-

btlmp

btlmp

TB-2

3,00

3.00

15

Btlmp

Btlmp

btlmp

karb

84 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

karb

Keterangan

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Tambaan

TB-3

-

-

16

singkapan kurang
jelas

TB-4

4,80

1.000

15

-

K-1

1,90

2.500

35

-

-

-

Btlmp

btlmp

karb

Kuatan

Ringin

Mohon

K-2

2,50

2.500

35

-

btlmp

btpsr

K-3

0,65

2.500

35

-

btlmp

btpsr

R-1

0,50

500

15

-

btlmp

btlmp

R-2

0,50

500

11

-

btlmp

btlmp

M-1

-

-

30

-

-

-

singkapan kurang
jelas

Tabel 2. Kualitas Batubara Hasil Analisis di Laboratorium

Parameter Analisis
Kode
FM TM M
VM
(%)
(%)
(%)
Contoh (%)
JG-01
JG-02
JG-05
JG-7
JG-7B
JG-08
JG-09
JG-14
JG-14B
JG-14C
JG-14D

JG-15
JG-20
JG-22
JG-24

ar
32.22
29.50
29.54
13.91
19.62
17.96
9.57
12.25
13.52
12.16
12.10
13.33
8.04
24.34
34.58

ar
38.98
37.35
35.72
17.65
25.91
21.79
13.77
17.05
18.35
15.72
16.10
17.56
11.86
29.72
40.96

adb
9.97
11.14
8.77
4.35
7.83
4.67
4.64
5.47
5.58
4.05
4.55
4.88
4.15
7.11
9.76

adb
46.08
41.50
41.27
36.18
41.59
31.88
42.80
42.46
37.28
29.95
31.40
40.42
33.94
58.13
42.65

FC

Ash

TS

(%)
adb
40.84
42.49
41.72
27.37
46.33
28.67
47.77
46.35
42.55
24.78
27.62
44.45
33.12
32.58
45.22

(%)
adb
3.11
4.87
8.24
32.10
4.25
34.78
4.79
5.72
14.59
41.22
36.43
10.25
28.79
2.18
2.37

(%)
adb
0.26
0.44
0.66
0.42
0.25
0.51
0.26
0.35
0.53
0.42
0.27
0.28
1.76
0.70
0.27

HGI
48
74
70
69
52
62
53
52
54
75
66
49
58
85
57

SI
1/2
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
1
1

RD

CV

1.40
1.40
1.43
1.54
1.34
1.62
1.32
1.36
1.44
1.71
1.62
1.37
1.56
1.29
1.42

(Cal/gr)
adb
5870
5558
5635
4531
6467
4240
7091
6573
5777
3695
4048
6506
4923
6704
5758

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

85

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Tabel 3. Kualitas Rata-Rata Batubara Hasil Analisis Laboratorium
Pada 5 (Lima) Blok

Parameter
Analisis
Free Moisture
Total
Moisture
Moisture
Volatile
Matter
Fixed Carbon
Ash
Total Sulphur
HGI
SI
RD
Calorific
Value

Blok
Unit

Basis

%
%

Jangkang

Tumbang Kuatan
nusa

Tambaan

Ringin

ar
ar

30.86
38.17

24.58
30.82

13.03
17.65

9.57
13.77

29.46
35.34

%
%

adb
adb

10.56
43.79

8.30
41.43

5.31
40.05

4.64
42.80

8.44
50.39

%
%
%

adb
adb
adb
adb
adb
adb
adb

41.65
3.99
0.35
61
1/2
1.40
5714

44.03
6.25
0.46
61
0
1.39
6051

44.45
10.19
0.39
52
1
1.39
6285

47.77
4.79
0.26
53
1
1.32
7091

38.90
2.28
0.49
71
1
1.36
6231

Cal/gr

Tabel 4. Kualitas Batubara Hasil Analisis Petrografi Organik
N0.
Contoh
JG-01
JG-02
JG-05
JG-7
JG-7B
JG-08
JG-09
JG-14
JG-14B
JG-14C
JG-14D
JG-15
JG-20
JG-22
JG-24

Mean
Reflektan
Vitrinit
(%Rvmax)
0.50
0.37
0.46
0.42
0.56
0.41
0.60
0.57
0.47
0.51
0.52
0.57
0.58
0.40
0.32

Kisaran
Reflektan
Vitrinit
(%)
0.45-0.55
0.34-0.43
0.41-0.49
0.36-0.46
0.49-0.62
0.33-0.45
0.50-0.68
0.54-0.59
0.39-0.53
0.49-0.56
0.44-0.55
0.48-0.61
0.48-0.65
0.37-0.43
0.25-0.39

Komp. Maseral (%)

Kand. Mineral (%)

Vitrinit

Inertinit Liptinit

Clay

Oksida
Besi

Pirit

96.3
88.5
95.0
75.5
95.8
81.8
96.7
95.0
95.7
70.1
73.8
93.9
84.5
95.0
90.6

1.6
1.5
2.4
1.5
2.1
1.5
1.6
3.1
1.9
3.5
1.8
3.3
1.6
3.1
1.5

0.9
6.7
1.5
18.7
0.9
12.7
0.5
1.1
1.8
19.7
17.0
1.6
10.7
1.1
4.9

0.1
2.4
0.1
3.4
0.1
3.1
0.1
0.1
0.2
4.6
5.4
0.3
2.4
0.1
2.1

0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.2
0.1
0.1
0.1

86 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

1.0
0.5
0.9
0.5
1.0
0.5
1.0
0.4
0.3
0.7
0.6
0.4
0.4
0.4
0.5

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Tabel 5. Kualitas Rata-Rata Batubara pada 5 (lima) Blok
Berdasarkan Analisis Petrografi
Blok

Mean
Reflektan
Vitrinit
(%Rvmax)
0.44

Jangkang
Tumbang
0.46
nusa
Tambaan 0.59
Kuatan
0.53
Ringin
0.36

Komp. Maseral (%)
Kisaran
Reflektan
Vitrinit
Vitrinit Inertinit Liptinit
(%)
0.34-0.55 92.4
1.6
0.8

Kand. Mineral (%)
Clay

Oksida
Besi

Pirit

3.8

1.3

0.1

0.33-0.49

87.0

1.9

0.7

8.5

1.7

0.1

0.48-0.68
0.39-0.61
0.25-0.39

90.6
85.7
92.8

1.6
2.7
2.3

0.7
0.5
0.5

5.6
8.2
3.0

1.3
2.1
1.1

0.1
0.1
0.1

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

87

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

88 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi