03.PENYELIDIKAN ENDAPAN BATUBARA DAERAH BELIMBING

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PENYELIDIKAN ENDAPAN BATUBARA DAERAH BELIMBING DAN SEKITARNYA,
KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Dahlan Ibrahim
Kelompok Penelitian Energi Fosil, PMG
SARI
Daerah Belimbing dan sekitarnya, terletak di Kabupaten Kutai Timur, Provinsi
Kalimantan Timur. Secara geografis dibatasi oleh koordinat 00009’ - 00030’ LU dan
117014’ – 117030’ BT. Daerah ini secara geologi termasuk Cekungan Kutai yang
tersusun oleh batuan sedimen berumur Tersier dan endapan Kuarter. Endapan Tersier
terdiri atas Formasi Pamaluan, Formasi Pulubalang, Formasi Balikpapan dan Formasi
Kampungbaru. Pengendapan Formasi Kampungbaru diperkirakan menerus hingga
awal Kuarter. Wilayah Penyelidikan sebagian besar termasuk kawasan Taman
Nasional Kutai. Sesuai dengan rencana undang-undang tata ruang nasional
merupakan kawasan konservasi dan ditetapkan sebagai wilayah pencadangan
nasional untuk komoditi energi khususnya batubara. Hasil penyelidikan diharapkan
akan memberikan informasi mengenai potensi batubara yang lebih terinci.
Kegiatan penyelidikan terdiri atas pemetaan geologi batubara dan pengambilan
conto bertujuan untuk mengetahui potensi batubara pada kedalaman < 100 m. Hasil
penyelidikan menunjukkan pada Formasi Balikpapan terdapat 3 (tiga) lapisan batubara

dengan notasi lapisan B-1, B-2 dan B-3. ketebalan masing-masing sekitar 5 m; 1,20 m
dan 1,50 m. Pada Formasi Pulubalang terdapat 1 (satu) lapisan batubara PB,
ketebalannya sekitar 6 m. Pada Formasi Pamaluan terdapat 3 (tiga) lapisan batubara
yaitu PM-1, PM-2 dan PM-3, ketebalan masing-masing adalah sekitar 1,25 m; 2 m dan
1,0 m.
Kualitas batubara dicerminkan olah nilai kandungan air total (TM, ), kandungan
abu (Ash), kadar belerang total (St) dan nilai kalori (CV) rata-rata yaitu : Formasi
Balikpapan (TM 22,58 %; Ash 6,02 %; St 0,88 %; CV 5740 kal/gr). Formasi Pulubalang
(TM 13,70 %; Ash 3,08 %; St 3,19 %; CV 6667 kal/gr. Formasi Pamaluan (TM 12,10
%; Ash 8,10 %; St 2,97 %; CV 6942 kal/gr
Sumber daya batubara daerah Belimbing dan sekitarnya secara keseluruhan
adalah sebesar 294.880.110 ton yang digolongkan sebagai sumber daya hipotetik,
terdiri atas sumber daya Formasi Balikpapan (93.895.470 ton), Formasi Pulubalang
(145.981.400 ton) dan Formasi Pamaluan ( 55.003.200 ton). Sedangkan sumber daya
batubara daerah Belimbing yang terletak dalam kawasan Taman Nasional Kutai
adalah sebesar 205.716.138 ton yang terdiri atas sumber daya batubara Formasi
Balikpapan (79.838.838 to), Formasi Pulubalang (46.759.680 ton) dan Formasi
Pamaluan (28.347.660 ton).
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Daerah Belimbing dan sekitarnya
sebagian termasuk ke dalam wilayah

Taman Nasional Kutai, Kalimantan
Timur. Wilayah ini secara geologi
diperkirakan memiliki sumber daya
batubara yang cukup potensial yang
diperkirakan berdasarkan pelamparan

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

25

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

formasi pembawa batubara dan data
potensi batubara dari daerah sekitarnya.
Sesuai dengan rencana undangundang tata ruang wilayah nasional,
wilayah
Taman

Nasional
Kutai
merupakan kawasan konservasi dan
termasuk
ke
dalam
wilayah
pencadangan nasional untuk batubara,
sehingga hasil kegiatan penyelidikan
batubara di daerah ini diharapkan akan
memberikan informasi mengenai potensi
batubara yang lebih terinci.
Maksud dan Tujuan
Maksud kegiatan adalah untuk
memperoleh informasi awal mengenai
keadaan endaan batubara di daerah
penyelidikan yang antara lain meliputi
lokasi, jurus dan kemiringan, ketebalan,
penyebaran serta kualitas dari batubara.
Tujuannya adalah untuk mengetahui

potensi endapan batubara di daerah
tersebut sebagai upaya konservasi
energi yang diperlukan untuk menjaga
dan memelihara pasokan energi di masa
mendatang.
Hasil penyelidikan diharapkan dapat
menambah informasi mengenai potensi
batubara di daerah Kabupaten Kutai
Timur, Provinsi Kalimantan Timur.
Disamping itu kegiatan ini diharapkan
dapat memperbaharui data pada Bank
Data Sumber Daya Mineral di Pusat
Sumber Daya Geologi, Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral
Maksud kegiatan ini adalah untuk
memperoleh informasi awal mengenai
keadaan endaan batubara di daerah
penyelidikan yang antara lain meliputi
lokasi, jurus dan kemiringan, ketebalan,
penyebaran serta kualitas dari batubara.

Tujuannya adalah untuk mengetahui
potensi endapan batubara di daerah
tersebut sebagai upaya konservasi
energi yang diperlukan untuk menjaga
dan memelihara pasokan energi di masa
mendatang.

Hasil penyelidikan diharapkan dapat
menambah informasi mengenai potensi
batubara di daerah Kabupaten Kutai
Timur, Provinsi Kalimantan Timur.
Disamping itu kegiatan ini diharapkan
dapat memperbaharui data pada Bank
Data Sumber Daya Mineral di Pusat
Sumber Daya Geologi, Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral
Lokasi Daerah Penyelidikan
Daerah Belimbing dan sekitarnya
termasuk wilayah Kabupaten Kutai
Timur, Provinsi Kalimantan Timur,

dengan ibu kota Kabupaten adalah
Sangatta.
Secara geografis pada
perencanaan awal terletak antara 00015’
- 00030’ LU dan 117015’ – 117030’ BT,
kemudian pada pelaksanaan kegiatan
lapangan diperluas ke arah selatan dan
barat sehingga terletak antara 00009’ 00030’ LU dan 117014’ – 117030’ BT.
Daerah penyelidikan terletak
lebih kurang 10 km ke arah selatan kota
Sangatta. Pencapaian lokasi yaitu dari
Jakarta ke Balikpapan dengan pesawat
udara, dilanjutkan dengan jalan darat
Balikpapan – Samarinda – Sangatta
dengan waktu tempuh sekitar 6 (enam)
jam (Gambar 1).
GEOLOGI UMUM
Informasi
mengenai
geologi

regional daerah penyelidikan diperoleh
dari publikasi Peta Geologi Lembar
Sangatta, Kalimantan skala 1 : 250.000,
terbitan Puslitbang Geologi Bandung (
Sukardi, dkk, 1995). Peta Geologi
Lembar Sangatta mencerminkan geologi
daerah Sangatta dan sekitarnya
di
bagian Timur dari Provinsi Kalimantan
Timur dengan batas koordinat antara
117º00’ - 119º30’ BT dan 00º00’ - 01º00’
LU. Disamping itu informasi geologi
regional daerah ini juga diperoleh dari
beberapa penulis lain diantaranya

26 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Herman Darman (2000), Schwartzt

(1973), Wain (1989) dan beberapa
penulis lain.
Secara geologi regional daerah
penyelidikan
termasuk
ke
dalam
Cekungan Kutai yang meliputi sebagian
wilayah provinsi Kalimantan Timur.
Cekungan Kutai dari sisi ekonomi dikenal
memiliki potensi sumber daya geologi
berupa komoditi bahan-bahan tambang
yang selama ini menjadi sumber
penerimaan negara yang cukup besar,
salah satunya adalah batubara.
Dari segi dimensi cekungan Kutai
merupakan cekungan yang terluas dan
terdalam di antara cekungan-cekungan
sedimentasi Tersier di Indonesia. Luas
cekungan ini adalah sekitar 165.000 km2

sedangkan kedalamannya mencapai
12.000 m hingga 14.000 m dengan
sedimentasi pengisi cekungan umumnya
bersumber dari sistem deltaik daratan
utama Pulau Kalimantan. Potensi
endapan batubara yang terbentuk pada
sistem pengendapan delta tersebut
menyebabkan
Cekungan
Kutai
merupakan
salah
satu
cekungan
pembawa batubara yang potensial.
Cekungan Kutai terbentuk sejak
awal
Tersier,
sejak
sejarah

pengendapannya sumbu sedimentasi
maksimum pada cekungan ini
dari
waktu ke waktu diperkirakan senantiasa
bergeser ke arah timur (Schwartz, 1973).
Secara fisiografis cekungan ini dibatasi
di
sebelah
utara
oleh Tinggian
Mangkalihat, di sebelah selatan oleh
Adang – Flexure (Adang – Pasternoster
Fault), di sebelah barat oleh Tinggian
Kuching dan di sebelah timur terbuka ke
arah Selat Makassar (Gambar 2.1)
Stratigrafi
Stratigrafi
regional
daerah
penyelidikan mengacu pada Stratigrafi

Lembar Sangatta yang umumnya
tersusun oleh seri sedimen Tersier

berumur mulai Eosen hingga Pliosen dan
sebagian
kecil
endapan
Kuarter.
Sedimen Tersier terendapkan pada
lingkungan laut dalam, laut dangkal
hingga delta dengan urutan yaitu
Formasi Mangkupa, Formasi Taballar,
Formasi Kedango, Formasi Lembak,
Formasi Maau, Formasi Pamaluan,
Formasi Bebuluh, Formasi Pulubalang,
Formasi Maluwi, Formasi Tendehhantu,
Formasi
Menumbar,
Formasi
Balikpapan, Formasi Kampungbaru dan
Formasi Golok. Endapan Kuarter adalah
aluvium yang umumnya tersebar di
sepanjang garis pantai timur yang
berbatasan dengan Selat Makassar.
Pengendapan batubara yang
potensial
bersamaan
dengan
pengangkatan cekungan dan deformasi
yang dimulai pada Miosen Awal. Pada
fase ini terjadi pengendapan dalam skala
luas dari sedimen-sedimen sungai dan
delta yaitu Formasi Pamaluan, Formasi
Pulubalang, Formasi Balikpapan dan
Formasi Kampung Baru berumur Miosen
Awal - Plistosen yang berprogadasi ke
arah timur. Pengendapan sistem delta ini
berlangsung hingga saat ini bersamaan
dengan proses penurunan dan perluasan
Cekungan Kutai ke arah timur atau ke
arah Selat Makassar.
Formasi Pamaluan ini tersingkap
di bagian selatan, barat dan baratlaut
dari
Cekungan
Kutai.
Litologinya
tersusun oleh batugamping, serpih
gampingan,
batugamping
pasiran,
batupasir, serpih karbonan, batupasir
tufaan dan lapisan batubara. Formasi ini
berumur Miosen Awal dan diendapkan
pada lingkungan paparan luar dan
ketebalannya mencapai lebih dari 1030
m.
Formasi
Pulubalang
mencerminkan
pengendapan
di
lingkungan transisi dari kondisi marin ke
air payau. Sekuen sedimen ke arah atas
memperlihatkan
pengurangan

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

27

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

kandungan gampingan dan mulai
membentuk
fasies
pengendapan
batubara. Formasi ini tersusun oleh
batupasir tipis, kelabu;
serpih;
batulumpur dan lapisan batubara.
Formasi ini berumur Miosen Tengah dan
ketebalannya mencapai sekitar 2500 m
di area Balikpapan – Samarinda dan
berkurang hingga 1600 m ke arah
baratdaya.
Formasi Balikpapan tersusun
oleh batupasir masif, lapisan batubara,
batulumpur karbonan, serpih piritik, serta
sedimen karbonatan dan batugamping
pada bagian bawah. Formasi ini berumur
Miosen Akhir dan diendapkan di
lingkungan
delta

estuarin,
ketebalannya
diperkirakan
berkisar
antara 1030 – 1830 meter yang
diperoleh dari data hasil pemboran
minyakbumi.
Formasi Kampung Baru terletak
tak selaras di atas Formasi Balikpapan.
Formasi ini tersusun oleh batupasir
kuarsa, batulumpur karbonan, serpih dan
batubara muda Ketebalan formasi ini
diperkirakan antara 900 m – 1500 m.
Formasi ini berumur Pliosen – Plistosen
dan diendapkan di lingkungan delta –
paparan.
Struktur Geologi
Pola struktur geologi yang
mempengaruhi
Cekungan
Kutai
didominasi oleh pola perlipatan dan
sesar berarah Utara-Timulaut hingga
Selatan-Baratdaya.
Pola
struktur
tersebut umumnya sejajar dengan
lengkungan garis pantai dan dikenal
sebagai Antiklinorium Samarinda –
Lipatan Mahakam.
Pola perlipatan ini dicirikan oleh
antiklin-antiklin asimetris dan sinklinsinklin yang umumnya tersusun oleh
sedimen silisiklastik berumur Miosen.
Pola struktur geologi tersebut tampak
sangat dominan dan jelas pada daerah

daratan di bagian barat cekungan dan
masih dapat diidentifikasi hingga ke
daerah lepas pantai di sebelah timur
namun pengaruh deformasi ke arah
daratan tampak lebih kuat dan rumit
(Gambar 4.)
Bagian barat dari Cekungan Kutai
dengan ketebalan sedimen mencapai
1500 m-3500 m diperkirakan sampai kini
masih mengalami proses pengangkatan
dan
pembalikan
(Wain,dkk.,1989;
Courtney, dkk.,1991). Daerah bagian
timur cekungan hanya sedikit yang dapat
diketahui pola strukturnya, walaupun
terdapat unsur struktur yang cukup besar
namun belum dapat disimpulkan adanya
kemiripan jenis dan pola strukturnya
dengan daerah bagian barat.
Lembar Sangatta yang terletak di
bagian timur Cekungan Kutai umumnya
dipengaruhi oleh pola struktur lipatan
(Antklin dan sinklin) yang berarah relatif
Utara – Selatan dan Timurlaut –
Baratdaya. Struktur sesar umumnya
berupa sesar naik berarah sama dengan
struktur lipatan dengan bagian barat
relatif naik terhadap bagian timur.
Indikasi Endapan Batubara
Daerah penyelidikan mengacu
kepada Sukardi, dkk.( Peta Geologi
Lembar
Sangatta,
Kalimantan,
Puslitbang Geologi Bandung, 1994)
tersusun oleh Formasi-formasi pembawa
batubara berumur Neogen adalah
Formasi Pamaluan (Miosen Awal),
Formasi Pulubalang (Miosen Awal –
Miosen Tengah), Formasi Balikpapan
(Miosen Tengah – Miosen Akhir) dan
Formasi Kampung Baru (PliosenPlistosen Awal), namun diperkirakan
yang paling prospek adalah Formasi
Pulubalang dan Formasi Balikpapan.
Beberapa penyelidikan terdahulu
oleh Pusat Sumber Daya Geologi (d/h
Direktorat Inventarisasi Sumber Daya
Mineral, DIM) pada daerah berdekatan

28 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

melaporkan
terdapatnya
endapan
batubara yang cukup potensial pada
Formasi Balikpapan dan Formasi
Pulubalang
sehingga
diharapkan
penyebaran lapisan batubaranya akan
menerus ke daerah penyelidikan.
KEGIATAN PENYELIDIKAN
Penyelidikan Lapangan
Penyelidikan
dilakukan meliputi
kegiatan yaitu :









lapangan
beberapa

yang
jenis

Mencari lokasi singkapan batubara
dan mengukur koordinatnya dengan
alat
GPS
(Global
Positioning
System)
Mengukur Jurus, kemiringan dan
ketebalan
dari lapisan batubara
serta
mengamati
batuan
pengapitnya
Mengambil conto batubara untuk
kepentingan analisis laboratorium.
Mengamati aspek-aspek geologi
lainnya yang dapat menunjang
penafsiran bentuk geometris dari
endapan batubara.
Mengamati kondisi infra struktur,
masyarakat dan lingkungan yang
dapat
melengkapi
data
dan
informasi untuk kepentingan tujuan
penyelidikan.

Analisis Laboratorium
Kegiatan analisis laboratorium
terhadap conto batubara terdiri atas
analisis proksimat, ultimat, petrografi
batubara..
Analisis proksimat dan ultimat
terutama adalah untuk mengetahui
kualitas dari batubara, terdiri atas
beberapa
parameter
antara
lain
kandungan moisture (Moisture Content),
kandungan zat terbang (Volatile Matter,

VM), kandungan abu (Ash Content),
karbon tertambat (Fixed Carbon, FC),
kadar sulfur total
(St), nilai kalori
(Calorific Value, CV), berat jenis
(Specific Gravity, SG atau Rock Density,
RD), indeks kekerasan (Hardgroove
Grindability Index, HGI), kandungan
unsur-unsur (C, H, N, S, O). Analisis
petrografi terutama untuk mengetahui
komposisi maseral, nilai reflektansi
vitrinit
(derajat
kematangan)
dan
kandungan mineral (lempung, oksida
besi, pirit).
Pengolahan Data
Data penyelidikan terdiri atas
data lapangan dan data kantor. Data
lapangan berupa data dari pemetaan
geologi batubara, data kantor adalah
hasil analisis conto batubara di
laboratorium. Hasil pemetaan geologi
endapan
batubara
akan
menggambarkan pola sebaran, dimensi
dan distribusi dari lapisan batubara, hasil
analisis conto di laboratorium akan
menunjang penafsiran data lapangan
dan memberikan informasi tambahan
antara lain mengenai kualitas, material
penyusun
sedimen,
kondisi
pengendapan dan lain-lain.
Data-data tersebut baik data
lapangan maupun laboratorium yang
ditunjang dengan data literaratur diolah
untuk menghasilkan suatu informasi
mengenai potensi endapan batubara di
daerah penyelidikan. Potensi endapan
batubara
terutama
akan
menginfornasikan
sumber
daya
batubara, kualitas batubara dan prospek
pemanfaatan batubara.
HASIL PENYELIDIKAN
Geologi Daerah Penyelidikan
Daerah penyelidikan sebagian
besar tersusun oleh batuan sedimen

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

29

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Tersier dan berumur Miosen Awal hingga
Pliosen. Batuan sedimen Tersier ini
ditutupi oleh endapan endapan Aluvium
berumur Kuarter yang tersingkap di
daerah bagian timur.
Endapan Tersier terdiri atas
Formasi Pamaluan, Formasi Pulubalang,
Formasi Balikpapan dan Formasi
Kampungbaru. Pengendapan Formasi
Kampungbaru
diperkirakan
masih
menerus hingga awal Kuarter yaitu pada
kala Plistosen Awal. Pola penyebaran
dari formasi-formasi tersebut umumnya
berarah relatif Utara – Selatan dan
membentuk pola struktur lipatan berupa
antiklin dan sinklin.

Struktur Geologi
Daerah penyelidikan dipengaruhi
struktur lipatan dan sesar. Struktur
lipatan berupa
antiklin dan sinklin
berarah
relatif
Utara

Selatan
sedangkan sesar berupa sesar naik
berarah relatif Utara – Selatan, sesar
geser berarah Barat – Timur dan sesar
normal berarah relatif Timurlaut –
Baratdaya dan Baratlaut – Tenggara.
Sesar normal dan sesar geser umumnya
memotong sumbu perlipatan atau sesar
naik, dimensinya lebih kecil sehingga
disimpulkan sebagai sesar-sesar lokal
yang terbentuk kemudian.
Penyebaran Batubara

Morfologi
Daerah
penyelidikan
secara
umum dicirikan oleh satuan morfologi
perbukitan
bergelombang
sedang
dengan ketinggian berkisar antara 30 –
170 meter di atas muka laut kecuali
sebagian kecil wilayah sebelah timur
merupakan daerah dataran rendah
dengan ketinggian sekitar 10 – 20 meter
di atas muka laut, yang ditempati oleh
endapan aluvium dan rawa.. Perbedaan
ketinggian lebih mencerminkan tingkat
resistensi
batuan
terhadap
erosi
dibandingkan dengan pengaruh struktur
geologi. Sungai dan anak sungai
umumnya memperlihatkan pola dendritik
yang mencerminkan pola aliran pada
wilayah yang memiliki batuan yang relatif
homogen dan perbedaan relief yang
tidak begitu besar.
Stratigrafi
Stratigrafi daerah penyelidikan
tersusun oleh batuan Tersier berumur
mulai Miosen Awal hingga Pliosen, dari
tua ke muda yaitu Formasi Pamaluan,
Formasi Pulubalang, Formasi Balikpapan
dan Formasi Kampungbaru
yang
ditutupi di bagian atas oleh Endapan
Aluvium berumur Kuarter.

Sebagaimana telah dijelaskan
terdahulu wilayah penyelidikan sebagian
besar terletak di dalam kawasan Taman
Nasional Kutai (TNK) yang berada
dibawah
kewenangan
Kementerian
Kehutanan,
Direktorat
Jenderal
Perlindungan Hutan dan Konservasi
Alam melalui Balai Taman Nasional
Kutai.
Pada
pelaksanaan
kegiatan
lapangan,
tim
penyelidikan
tidak
memperoleh
izin
masuk
untuk
melakukan kegiatan pada kawasan
tersebut. Hal ini terkait dengan adanya
peraturan
internal
Kementerian
Kehutanan
dan
Undangtentang
Kehutanan No. 41 pasal 50 ayat 3g.
Disamping itu untuk memperoleh izin
diperlukan prosedur yang cukup rumit
dan memerlukan proses dan waktu yang
cukup lama.
Untuk
mengatasi
masalah
tersebut dan agar tujuan penyelidikan
tetap
tercapai
tim
penyelidikan
melakukan pengambilan data di bagian
pinggiran dari kawasan tersebut, batasbatas wilayah penyelidikan diperluas dari
yang telah direncanakan pada proposal
rencana kerja. Kemudian dilakukan

30 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

metoda interpolasi dari lapisan-lapisan
batubara
yang mengarah ke dalam
kawasan
Taman
Nasional
Kutai
sehingga nantinya masih diperoleh
informasi yang cukup memenuhi kriteria
penyelidikan geologi. Namun disadari
tentunya
informasi
ini
memiliki
keterbatasan dalam tingkat ketelitian,
distribusi dan kerapatan titik informasi
dan tingkat keyakinan geologi.
Dari hasil pemetaan geologi
permukaan telah ditemukan 18 lokasi
singkapan batubara dan batuan lain.
Data lapisan batubara di permukaan
memiliki ketebalan bervariasi antara 0,40
– 7.0 meter. Singkapan batubara
terdapat pada tiga formasi yaitu Formasi
Balikpapan, Formasi Pulubalang dan
Formasi Pamaluan.
Kendala dalam penafsiran pola
penyebaran lapisan batubara adalah
terbatasnya data lapangan yang bisa
diperoleh khususnya data singkapan
batubara maupun data geologi lapangan
lainnya.
Namun dengan segala
keterbatasan data tersebut diupayakan
agar penafsiran pola penyebaran lapisan
batubara tetap dapat memenuhi kriteriakriteria geologi. Dari
data lapangan
diperkirakan bahwa pada Formasi
Balikpapan terdapat 3 (tiga) lapisan
batubara yang masing-masing diberi
notasi lapisan B-1, B-2 dan B-3.
ketebalan masing-masing lapisan adalah
sekitar 5 m; 1,20 m dan 1,50 m. Pada
Formasi Pulubalang terdapat 1 (satu)
lapisan batubara dengan notasi lapisan
PB, ketebalannya sekitar 6 m. Pada
Formasi Pamaluan terdapat 3 (tiga)
lapisan batubara dengan notasi lapisan
PM-1, PM-2 dan PM-3, ketebalan
masing-masing lapisan adalah sekitar
1,25 m; 2 m dan 1,0 m. Pelamparan
lapisan ke arah lateral disesuaikan
dengan kriteria hipotetik atau lebih dari

5000 m. Data lapisan selengkapnya
ditabulasikan pada tabel 1.
Kualitas Batubara
Hasil analisis proksimat dan
ultimat dari 7 conto batubara yang
dilakukan pada Laboratorium Pusat
Sumber Daya Geologi secara umum
menunjukkan hasil sebagai berikut :
Kandungan air bebas (FM,ar)
berkisar antara 4,75 % - 17,64 %;
Kandungan air total (TM, ar) berkisar
antara 9,02 % - 23,77 %; Kandungan air
terikat (M, adb) antara 4,48 % - 12,65 %;
Kandungan gas terbang (VM, adb)
antara 35,29 % - 44,62 %; Karbon
tertambat (FC, adb) antara 37,01 % 51,37 %; Kandungan abu (Ash, adb)
antara 1,24 % - 21,63 %; Kadar sulfur
total (St, adb) antara 0,56 % - 6,36 %;
Indeks kekerasan (HGI, adb) anatar 32
– 52; Berat jenis (RD, adb) antara 1,32 –
1,53; Nilai kalori (CV, adb) antara 5566
kal/gr – 7044 kal/gr. Satu conto batubara
yaitu BL-04 memiliki kandungan abu
cukup tinggi ( 21,63 %) sehingga
mengurangi
nilai
kalori
dan
memperbesar
nilai
berat
jenis.
Diperkirakan kandungan abu cukup
tinggi karena adanya lapisan pengotor
dalam batubara.
Kualitas batubara tiap formasi
terutama
berdasarkan
parameter
kandungan air total( TM), kandungan
abu (Ash), kandungan sulfur total (St)
dan nilai kalori (CV) ditabulasikan pada
tabel 2.
Kalau diamati secara umum
conto batubara yang berasal dari
Formasi
Pamaluan
dan
Formasi
Pulubalang memiliki nilai kalori yang
lebih tinggi ( antara 6667-7044 kal/gr,
rata-rata > 6100 kal/gr),sehingga dapat
dikategorikan sebagi High Rank Coal,
sedangkan conto Formasi Balikpapan

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

31

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

berkisar antara 5584 – 5960 kal/gr,
sehingga dapat diklasifikasikan sebagai
Medium Rank Coal. Conto batubara BL04 (Formasi Pamaluan) dikecualikan
karena rendahnya nilai kalori (5566
kal/gr) yang disebabkan oleh tingginya
kandungan abu (21,63%).
Parameter lain yang dapat
diamati adalah kandungan air total (TM)
pada conto batubara Formasi Balikpapan
lebih besar (antara 20,76 – 23,77 %)
dibandingkan pada Formasi Pulubalang
(13,70%) dan Formasi Pamaluan (9,02 –
13,90 %), tentunya ini terkait dengan
umur dan tingkat pembebanan dari
masing-masing formasi.
Selanjutnya dapat diamati juga
kadar belerang total (St) pada Formasi
Balikpapan ( 0,60 – 1,13 %) lebih rendah
dibandingkan Formasi Pulubalang (3,19
%) dan Formasi Pamaluan ( 0,56 – 6,36
%).
Faktor tersebut diperkirakan
dipengaruhi
oleh
lingkungan
pengendapan masing-masing formasi.
Formasi Pamaluan diendapkan di
lingkungan laguna - paparan luar,
Formasi Pulubalang di lingkungan
peralihan dari marin – air payau
sedangkan
Formasi
Balikpapan
diendapkan di lingkungan delta estuarin.
Pengaruh
marin
pada
pengendapan Formasi Pamaluan dan
Formasi Pulubalang menyebabkan lebih
tingginya kandungan mineral pirit (FeS)
yang mengandung unsur belerang (S).
Hasil analisis petrografi dari 7
(tujuh) conto batubara dari ketiga formasi
menunjukkan secara umum maseral
Vitrinit dari Telovitrinit sangat dominan
yaitu bervariasi antara 92,5% - 94,9%,
Liptinit antara 1,1% - 1,9% dan Inertinit
antara 2,3% - 3,8%. Dominannya Vitrinit
menunjukkan
bahan
pembentuk
batubara berasal dari tumbuh-tumbuhan
tingkat
tinggi
atau
pepohonan.
Persentase Inertinit yang cukup tinggi

kemungkinan
disebabkan
bahan
pembentuk batubara berasal dari
pepohonan sisa kebakaran hutan.
Kandungan
mineral
umumnya
didominasi oleh mineral lempung yang
hadir sebagai butiran atau pengisian
rekahan diantara pita-pita vitrinit. Mineral
lainnya adalah Oksida Besi, Pirit dan
Karbonat.
Nilai
reflektansi
vitrinit
menunjukkan adanya peningkatan nilai
pada lapisan batubara pada formasi
yang lebih tua. Conto batubara dari
Formasi Balikpapan berkisar antara
0,35% - 0,53 %,
dari Formasi
Pulubalang antara 0,43 % - 0,54 % dan
dari Formasi Pamaluan antara 0,47 % 0,58 %
Dari analisis petrografi ditafsirkan
bahwa
batubara
pada
Formasi
Balikpapan diklasifikasikan sebagai Sub
Bituminous C – High Volatile Bituminous
C yang diendapkan pada lingkungan
transitional upper delta plain – upper
delta plain. Batubara pada Formasi
Pulubalang diklasifikasikan sebagai Sub
Bituminous A – High Volatile Bituminous
C dan diendapkan pada upper delta
plain. Batubara Formasi Pamaluan
diklasifikasikan sebagai Sub Bituminous
A – High Volatile Bituminous C
diendapkan pada upper delta plain.

Sumber Daya Batubara
Penghitungan
sumberdaya
batubara diperoleh dari data lapangan
dan data laboratorium. Data lapangan
yang diperlukan antara lain adalah tebal,
kemiringan dan panjang sebaran lapisan
batubara, sedangkan data laboratorium
yang diperlukan adalah berat jenis
batubara
(RD,
Rock
Density).
Berdasarkan Klasifikasi Sumberdaya dan
Cadangan Batubara Standar Nasional
Indonesia (SNI) amandemen 1-SNI

32 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

135014-1998 dari Badan Standarisasi
Nasional, sumberdaya batubara di
daerah Belimbing dapat dikelompokan
kedalam
sumberdaya
hipotetik
(Hypothetical
resource),
kriteria
perhitungan adalah sebagai berikut :


Tebal
lapisan
batubara
yang
dihitung adalah tebal rata-rata,
minimal 1 meter
• Panjang sebaran kearah jurus
adalah panjang sebaran yang
diperkirakan
sejauh
tingkat
keyakinan geologi.
• Lebar
yang
dihitung
kearah
kemiringan
dibatasi
sampai
kedalaman 100 m dengan besar
sudut kemiringan yang dihitung
adalah sudut kemiringan rata-rata.
• Berat jenis yang dihitung adalah
berat jenis rata-rata dari hasil
analisis tiap lapisan.
Hasil penghitungan sumberdaya
batubara daerah Belimbing disarikan
pada Tabel 4.
Dari perhitungan pada tabel
tampak bahwa daerah Belimbing dan
sekitarnya minimal mengandung potensi
sumber
daya
batubara
sebesar
294.880.110 ton ton yang dikategorikan
sebagai sumber daya hipotetik.
Sumber daya batubara di dalam Taman
Nasional Kutai adalah sumber daya
batubara
daerah
Belimbing
total
dikurangi sumber daya batubara di luar
Taman Nasional Kutai (Lihat Tabel 5 dan
Tabel 6)
Prospek
Pemanfaatan
dan
Pengembangan Batubara
Ditinjau dari segi kualitas maupun
kuantitas endapan batubara di wilayah
ini dapat dikatakan cukup baik namun
karena lokasi dari sebagian besar
wilayah penyelidikan termasuk dalam

kawasan konservasi Taman Nasional
Kutai, dengan fungsi pokok sebagai
perlindungan
sistem
penyangga
kehidupan, pengawetan keaneragaman
jenis tumbuhan dan satwa serta
pemanfaatan secara lestari sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya, maka
endapan batubara di daerah ini tidak
diizinkan untuk dieksploitasi kecuali
dalam kondisi darurat untuk kepentingan
yang lebih besar.
Dengan rencana
undang-undang mengenai tata ruang
nasional, wilayah ini termasuk kedalam
kawasan konservasi sehingga potensi
endapan batubara di wilayah ini
ditetapkan
sebagai
pencadangan
nasional untuk energi batubara.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari uraian terdahulu kesimpulan
dan saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut :
Kesimpulan :
• Daerah penyelidikan secara geologi
termasuk kedalam Cekungan Kutai




Formasi pembawa batubara adalah
Formasi
Pamaluan,
Formasi
Pulubalang, Formasi Balikpapan dan
Formasi
Kampung
Baruyang
masing-masing berumur
Miosen
Awal, Miosen Awal – Miosen
Tengah, Miosen Tengah – Miosen
Akhir dan Pliosen – Plistosen Awal.
Namun yang lebih prospek adalah
Formasi
Balikpapan,
Formasi
Pulubalang dan Formasi Pamaluan.
Pada Formasi Balikpapan terdapat 3
(tiga) lapisan batubara yang masingmasing diberi notasi lapisan B-1, B-2
dan B-3. ketebalan masing-masing
lapisan adalah sekitar 5 m; 1,20 m
dan 1,50 m. Pada Formasi
Pulubalang terdapat 1 (satu) lapisan

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

33

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

batubara dengan notasi lapisan PB1, ketebalannya sekitar 6 m. Pada
Formasi Pamaluan terdapat 3 (tiga)
lapisan batubara dengan notasi
lapisan PM-1, PM-2 dan PM-3,
ketebalan masing-masing lapisan
adalah sekitar 1,25 m; 2 m dan 1,0
m.






Kualitas
batubara
daerah
penyelidikan khususnya untuk nilai
kandungan air total (TM, ),
kandungan
abu
(Ash),
kadar
belerang total (St) dan nilai kalori
(CV) rata-rata adalah : Formasi
Balikpapan (TM 22,58 %; Ash 6,02
%; St 0,88 %; CV 5740 kal/gr).
Formasi Pulubalang (TM 13,70 %;
Ash 3,08 %; St 3,19 %; CV 6667
kal/gr. Formasi Pamaluan (TM 12,10
%; Ash 8,10 %; St 2,97 %; CV 6942
kal/gr.

tidak dizinkan untuk dieksploitasi
karena
terletak
di
kawasan
konservasi yang ditetapkan sebagai
wilayah
pencadangan
nasioanl
untuk energi batubara.
Saran :




Sumber daya batubara daerah
Belimbing dan sekitarnya secara
keseluruhan
adalah
sebesar
294.880.110 ton yang digolongkan
sebagai sumber daya hipotetik,
terdiri atas sumber daya Formasi
Balikpapan
(93.895.470
ton),
Formasi Pulubalang (145.981.400
ton) dan Formasi Pamaluan (
55.003.200 ton). Sedangkan sumber
daya batubara daerah Belimbing
yang terletak
dalam kawasan
Taman Nasional Kutai adalah
sebesar 205.716.138 ton yang
terdiri atas sumber daya batubara
Formasi
Balikpapan
sebesar
79.838.838 ton, Formasi Pulubalang
sebesar
46.759.680 ton dan
Formasi
Pamaluan
sebesar
28.347.660 ton
Endapan batubara di wilayah
penyelidikan yang termasuk dalam
kawasan Taman Nasional Kutai

34 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

Perlu perencanaan yang lebih baik
dan matang sebelum melakukan
kegiatan lapangan antara lain dalam
pengurusan perizinan disesuaikan
dengan lokasi, status kewenangan,
peraturan dan kondisi
wilayah
setempat serta dilakukan dengan
prosedur yang semestinya karena
untuk kawasan taman nasional
proses
perizinan
memerlukan
prosedur dan tata cara yang
spesifik.
Penyelidikan
untuk
mengetahui
potensi endapan batubara di seluruh
kawasan Taman Nasional Kutai atau
kawasan konservasi lainnya yang
diperkirakan mengandung potensi
batubara yang cukup baik perlu
dilanjutkan karena sangat penting
dalam rangka menunjang penetapan
wilayah
pencadangan
nasional
untuk energi batubara sesuai
dengan Rencana Undang-Undang
mengenai Tata Ruang Nasional.

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

DAFTAR PUSTAKA
Darman, H., dkk., 2000, An Outline 0f The

Geology of Indonesia, IAGI.

Ilyas, S., 2005, Laporan Pemboran Dalam Batubara
Daerah
Sungai
Santan,
Bontang, Kab.
Kutai Timur dan Kab. Kukar, Prov. Kalimantan Timur,
DIM, Bandung
Robertson Research, 1978, Coal Resources of
Sukardi,dkk., 1995, Peta Geologi Lembar
Geologi
Bandung.

Indonesia

Sangatta,

Kalimantan,

Puslitbang

Sumarna N., dkk., 2002, Inventarisasi
Batubara Bersistem di Daerah Sungai
Santan,
Bontang, Kab. Kutai Timur dan Kab. Kukar, Prov. Kalimantan
Timur, DIM, Bandung

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

35

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Gambar 1. Peta Lokasi Penyelidikan Daerah Belimbing, Kab. Kutai Timur, Prop. Kaltim

36 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Gambar 2. Cekungan Kutai dalam Kerangka Tektonik Pulau Kalimantan
(Herman D., 2000)

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

37

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Gambar 3. Peta Geologi Daerah Belimbing dan Sekitarnya

Keterangan :
SIMBUL
Qal

FORMASI/SATUAN
Aluvium

UMUR
Holosen
Kuarter

Tmpk

Formasi Kampungbaru

Tmbp

Formasi Balikpapan

Tmpb

Formasi Pulubalang

Tmp

Formasi Pamaluan

38 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

Plistosen
Pliosen

Tersier

Miosen
Akhir
Miosen Tengah
Miosen
Tengah
Miosen Awal
Miosen Awal

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Gambar 3. Peta Geologi dan Sebaran Batubara Daerah Belimbing dan Sekitarnya

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

39

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Tabel 1. Data Lapisan Batubara Daerah Belimbing
Formasi

Balikpapan

Pulubalang

Pamaluan

Formasi
Balikpapan
Pulubalang
Pamaluan

Lapisan

Singkapan

Ketebalan (m)

Kemiringan (º)

B-1

BL-10

5,00

25

B-2

BL-01; BL-03

1,20

14

B-3

BL-02

1,50

15

PB

BL-05; BL-11; BL-12

6,00

10

PM-1

BL-07; BL-13

1,25

10

PM-2

BL-09

2,00

12

PM-3

BL-08

1,00

10

Tabel 2. Perbandingan Kualitas Batubara Tiap Formasi
Nilai
TM %
Ash %
St %
Kisaran
20,76 23,77 4,60 8,58 0,60 1,13
Rata-rata
22,58
6,02
0,88
Kisaran
13,70
3,08
3,19
Rata-rata
13,70
3,08
3,19
Kisaran
9,02 13,90 1,24 21,63 0,56 6,36
Rata-rata
12,10
8,10
2,97

CV kal/gr
5584 5960
5740
6667
6667
6841 7044
6942

Tabel 3. Perbandingan Nilai Reflektansi Vitrinit Conto Batubara Tiap Formasi
Formasi

Reflektansi Vitrinit (Rvmax)

%

Kisaran

Rata-Rata Mean

Balikpapan

0,35-0,53

0,44

Pulubalang

0,43-0,54

0,49

Pamaluan

0,47-0,58

0,53

40 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Tabel 4. Perhitungan Sumber Daya Hipotetik Daerah Belimbing dan Sekitarnya
Formasi

Lap.
BB

Panjang
(m)

Tebal
(m)

Lebar
(m)

Balikpapan

B-1
35.000
5,00
236
B-2
35.000
1,20
413
B-3
15.000
1,50
386
Sumber Daya Batubara Formasi Balikpapan
Pulubalang PB
32.000
6,00
576
Sumber Daya Batubara Formasi Pulubalang
Pamaluan
PM-1
20.000
1,25
576
PM-2
20.000
2,00
481
PM-3
20.000
1,00
576
Sumber Daya Batubara Formasi Pamaluan
Sumber Daya Batubara Total (Hipotetik)

RD
Ton/m3
1,41
1,37
1,37
1,32
1,32
1,32
1,32

SD
ton
58.233.000
23.764.020
11.898.450
93.895.470
145.981.440
145.981.440
14.400.000
25.396.800
15.206.400
55.003.200
294.880.110

Tabel 5. Perhitungan Sumber Daya Hipotetik Daerah Belimbing dan Sekitarnya
Di luar Wilayah Taman Nasional Kutai
Formasi
Balikpapan

Lap.
BB

Panjang
(m)

Tebal
(m)

Lebar
(m)

B-1
6000
5,00
236
B-2
6000
1,20
413
B-3
Sumber Daya Batubara Formasi Balikpapan
Pulubalang PB
10.250
6,00
576
Sumber Daya Batubara Formasi Pulubalang
Pamaluan
PM-1
10.000 1,25
576
PM-2
9750 2,00
481
PM-3
8500 1,00
576
Sumber Daya Batubara Formasi Pamaluan
Sumber Daya Batubara Total (Hipotetik)

RD
Ton/m3

S. Daya
ton

1,41
1,37
-

9.982.800
4.073.832
14.056.632
46.759.680
46.759.680
9.504.000
12.380.940
6.462.720
28.347.660
89.163.972

1,32
1,32
1,32
1,32

Tabel 6. Perhitungan Sumber Daya Hipotetik Daerah Belimbing dan Sekitarnya
Dalam Wilayah Taman Nasional Kutai
Sumber Daya (Ton)
F.
Fm.Pulubalang
Fm.
Total
Wilayah
Balikpapan
Pamaluan
Belimbing Total
93.895.470
145.981.440
55.003.200 294.880.110
Di luar TN. Kutai
14.056.632
46.759.680
28.347.660
89.163.972
Dalam TN. Kutai
79.838.838
99.221.760
26.655.540 205.716.138

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

41