ProdukHukum Produk hukum keuangan

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

SALINAN

PERATURAN
NOMOR

MENTERI KEUANGAN
156/PMK.

02/2010

TENTANG
TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN
DANA PENYELENGGARAAN
KEW AJIBAN PELA YANAN UMUM
BIDANG ANGKUT AN KERET A API KELAS EKONOMI
DENGAN

RAHMA T TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KEUANGAN,

Menimbang

Mengingat

a.

bahwa dalam rangka penyelenggaraan
kewajiban pelayanan umum
(public sendee obligation) yang ditetapkan
oleh Pemerintah,
telah
dianggarkan
subsidifbantuan
pelayanan
umum bidang angkutan
kereta api kelas ekonomi dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja
Negara;


b.

bahwa dalam rangka menyempurl1akal1 ketentuan mengenai tata cara
penyediaan,
pencairan,
dan
pertanggungjawaban
dana
penyelenggaraan
kewajiban pelayanan umum bidang angkutan kereta
api kelas ekonomi, periu mengatur
kembali tata cara penyediaan,
pencairan,
dan
pertanggungjawaban
dana
penyelenggaraan
kewajiban
pelayanan

umum
bidang
angkutan
kereta api kelas
ekonomi yang sebelumnya diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 69/PMK02/2007;

c.

bahwa berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud
dalam
huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan
tentang Tata Cara Penyediaan,
Pencairan, dan Pertanggungjawaban
Dana
Penyelenggaraan
Kewajiban

Pelayanan
Umum
Bidang
Angku tan Kereta A pi Kelas Ekonomi;

1.

Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

2.

Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287);

3.

Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomar 5,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4.

Undang-Undang
Nomor
15 Tahun
2004 tentang
Pemeriksaan
Pengeialaan
dan Tanggung

Jawab Keuangan
Negara (Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Tahun 2004 Nomor
66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-25. Undang-Undang Nomor 47 Tahun 2009 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 156, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5075) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2010
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 69;
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5132);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan

Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4406);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pend irian,
Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4556);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 8
Keuangan dan Kinerja Instansi
Republik Indonesia Tahun 2006
Negara Republik Indonesia Nomor

Tahun 2006 tentang Pelaporan
Pemerintah (Lembaran Negara
Nomor 25 Tambahan Lembaran
4614);

9. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4214) sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 92,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4418);
10. Peraturan Presiden Nomor 51 Tahun 2009 tentang Rincian Anggaran
Belanja Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2010;
11. Keputusan Presiden Nomor 56/P Tahun 2010;
12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK06/2005 tentang
Pedoman Pembayaran Dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara;
13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK05/2007 tentang Tata
Cara Pencairan Dana atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Melalui Rekening Kas Umum Negara;
14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.06/2007
Bagan Akun Standar;

tentang

15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK05/2007 tentang
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;


MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-316. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK05/2007 tentang Tata
Cara Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Belanja Subsidi
dan Belanja Lain-lain pada Bagian Anggaran' Pembiayaan dan
Perhitungan;
17. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/PMK02/2009 tentang
Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga
dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan, dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Tahun Anggaran 2010;
Memperhatikan : 1. Keputusan Bersama Menteri Perhubungan, Menteri Keuangan dan
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor KM.19 Tahun 1999,
Nomor 83/KMK13/03/1999, Nomor KEP.024/K/03/1999 tentang
Pembiayaan Atas Pelayanan Umum Kereta Api Kelas Ekonomi,
Pembiayaan atas Perawatan dan Pengoperasian Prasarana Kereta Api,

serta Biaya atas Penggunaan Prasarana Kereta Api;
2. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Penunjukan kepada PT Kereta Api (Persero) Selaku Penyelenggara
Angkutan Kereta Api Kelas Ekonomi;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA
PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN
DANA PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN UMUM
BIDANG ANGKUTAN KERETA API KELASEKONOMI. .
Pasal 1
Dalam

rangka

penyelenggaraan

kewajiban


pelayanan

umum

(public service obligationjPSO) bidang angkutan kereta api kelas ekonomi,

Pemerintah telah menugaskan PT Kereta Api (Persero) untuk
melaksanakan pengangkutan penumpang kereta api kelas ekonomi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 2
(1) Dana untuk keperluan penyelenggaraan kewajiban pelayanan umum
bidang angkutan kereta api kelas ekonomi dialokasikan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
(2) Dalam rangka pelaksanaan kewajiban pelayanan umum bidang
angkutan kereta api kelas ekonomi, Menteri Keuangan selaku
Pengguna Anggaran menetapkan Direktur Jenderal PerkeretaapianKementerian Perhubungan selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-4-

(3) Direktur Jenderal Anggaran-Kementerian Keuangan menyampaikan
pemberitahuan pagu kewajiban pelayanan umum bidang angkutan
kereta api kelas ekonomi kepada Direktur Jenderal PerkeretaapianKementerian Perhubungan selaku KPA.
(4) Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
Direktur Jenderal Perkeretaapian-Kementerian Perhubungan selaku
KPA mengajukan usulan penyediaan dana kewajiban pelayanan
umum bidang angkutan kereta api kelas ekonomi kepada Direktur
Jenderal Anggaran- Kementerian Keuangan.
(5) Berdasarkan usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Direktur
Jenderal Anggaran-Kementerian Keuangan menerbitkan Surat
Penetapan Satuan Anggaran Per Satuan Kerja (SP-SAPSK).
'(6) SP-SAPSKsebagaimana dimaksud pada ayat (5) disampaikan secara
tertulis kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan-Kementerian
Keuangan dan
Direktur Jenderal Perkeretaapian-Kementerian
Perhubungan selaku KPA.
(7) Berdasarkan SP-SAPSK sebagaimana dimaksud pada ayat (5),
Direktur Jenderal Perkeretaapian-Kementerian Perhubungan selaku
KPA menyusun Konsep Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
dan menyampaikannya secara tertulis kepada Direktur Jenderal
Perbendaharaan-Kementerian
Keuangan
guna
memperoleh
pengesahan.
(8) DIPA sebagaimana dimaksud pada ayat (7) menjadi dasar
pelaksanaan pembayaran penyelenggaraan kewajiban pelayanan
umum bidang angkutan kereta api kelas ekonomi.
Pasa13
(1)

Direktur Jenderal Perkeretaapian-Kementerian Perhubungan selaku
KPA membuat Perjanjian Kerja dengan PT Kereta Api (Persero)
berdasarkan DIPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (8).

(2) Perjanjian Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani
oleh Direktur Jenderal Perkeretaapian-Kementerian Perhubungan dan
Direktur Utama PT Kereta Api (Persero).
(3) Perjanjian Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling kurang
memuat ketentuan sebagai berikut:
a. para pihak yang menandatangani kontrak yang meliputi nama,
jabatan, dan alamat;
b. pokok pekerjaan yang diperjanjikan dengan uraian yang jelas
mengenai jenis dan jumlah barangj jasa yang diperjanjikan;
c. hak dan kewajiban para pihak yang terkait dalam perjanjian;
d. nilai atau harga kontrak serta syarat-syarat pembayaran;

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 5e. persyaratan dan spesifikasi teknis yang jelas dan terinci;
f.

tempat dan jangka waktu penyelesaianj penyerahan dengan
disertai jadwal penyelesaianj penyerahan yang' pasti serta syaratsyarat penyerahannya;

g. ketentuan mengenai cidera janji dan sanksi dalam hal para pihak
tidak memenuhi kewajibannya;
h. ketentuan mengenai keadaaan memaksa; dan
1.

penyelesaian perselisihan.
Pasal 4

(1) Direktur Jenderal Perkeretaapian-Kementerian Perhubungan selaku
KPA menerbitkan keputusan untuk menunjuk:
a. pejabat yang diberi wewenang untuk melakukan tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran anggaran belanjaj penanggungjawab
kegiatanj pembuat komitmen, yang selanjutnya disebut Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK);
b. pejabat yang diberi wewenang untuk menguji tagihan kepada
negara dan menandatangani SPM, yang selanjutnya disebut
Pejabat Penandatangan SPM;dan
c. Bendahara Pengeluaran.
(2) Salinan surat keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara, Direktorat Jenderal Perbendaharaan-Kementerian Keuangan.
Pasal 5
(1) Pencairan dana penyelenggaraan kewajiban pelayanan umum bidang
angkutan kereta api kelas ekonomi dilaksanakan secara triwulanan.
(2) Direksi PT Kereta Api (Persero) mengajukan tagihan pembayaran
dana penyelenggaraan kewajiban pelayanan umum bidang angkutan
kereta api kelas ekonomi untuk triwulan berkenaan kepada Direktur
Jenderal Perkeretaapian-Kementerian Perhubungan selaku KPA.
(3) Berdasarkan tagihan PT Kereta Api (Persero), Direktur Jenderal
Perkeretaapian-Kementerian Perhubungan selaku KPA menugaskan
tim verifikasi untuk melakukan verifikasi terhadap dokumen
penyelenggaraan kewajiban pelayanan umum bidang angkutan kereta
api kelas ekonomi.
(4)Tim verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Perkeretaapian-Kementerian Perhubungan selaku
KPA.

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-6(5) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan terhadap
kebenaran atas data yang disampaikan dalam dokumen tagihan
pembayaran penyelenggaraan kewajiban pelayanan umum bidang
angkutan kereta api kelas ekonomi.
Pasal6
(1) HasH verifikasi penyelenggaraan kewajiban pelayanan umum bidang
angkutan kereta api kelas ekonomi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ditandatangani oleh tim verifikasi selaku verifikator dan
PT Kereta Api (Persero) selaku pihak yang diverifikasi.
(2) Hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnya
dituangkan dalam berita acara verifikasi penyelenggaraan kewajiban
pelayanan umum bidang angkutan kereta api kelas ekonomi yang
ditandatangani oleh KPA atau PPK dan Direksi PT Kereta Api
(Persero) selaku pihak yang diverifikasi.
(3) Berita acara verifikasi penyelenggaraan kewajiban pelayanan umum
bidang angkutan kereta api kelas ekonomi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) merupakan salah satu persyaratan pencairan dana
penyelenggaraan kewajiban pelayanan umum bidang angkutan kereta
api kelas ekonomi.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan prosedur verifikasi
diatur
oleh
Direktur
Jenderal
Perkeretaapian- Kementerian
Perhubungan selaku KPA.
Pasal 7
(1) Berdasarkan berita acara verifikasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6, PPK membuat SPP untuk disampaikan kepada Pejabat
Penandatangan SPM dengan dilampiri:
a. Berita Acara Verifikasi; dan
b. kuitansi pembayaran.
(2) Berdasarkan
SPP
yang
diajukan
oleh
PPK,
Penandatangan SPM melakukan pengujian sebagai berikut:
a. pemeriksaan keabsahan
anggaran lainnya;

DIPA atau

dokumen

Pejabat

pelaksanaan

b. pemeriksaan kelengkapan dokumen tagihan pembayaran;
c. memperhitungkan pajak-pajak yang timbul sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan;
dan
d. mencocokkan tanda tangan PPK dengan spesimen yang diterima.

MENTERI
REPUBLIK

KEUANGAN
INDONESIA

-7(3) Berdasarkan pengujian sebagaimana dimaksud pad a ayat (2), Pejabat
Penandatangan SPM membuat, menandatangani, d.an menyampaikan
SPM ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara, Direktorat
Jenderal Perbendaharaan-Kementerian Keuangan dengan dilampiri:
a. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja dari KPA/PPK, yang
dibuat sesuai format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I
yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Keuangan ini;
b. Faktur pajak dan SSP (bila ada);
c. Surat Pernyataan Telah Diverifikasi dari KPA, yang dibuat sesuai
format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri Keuangan ini;
d. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak dari KPA, yang dibuat
sesuai format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Keuangan ini.
Pasal 8
(1)Sisa anggaran penyelenggaraan kewajiban pelayanan umum bidang
angkutan kereta api kelas ekonomi yang belum dapat dibayarkan
sampai dengan akhir Desember tahun berjalan sebagai akibat dari
belum dapat dilakukannya verifikasi atas dokumen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3), ditempatkan pada Rekening
Cadangan Subsidi/PSO sesuai dengan peraturan perundangundangan.
(2)Penempatan
dana pada Rekening Cadangan· Subsidi/PSO
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling tinggi sebesar sisa pagu
DIPA.
(3)Pencairan dana pad a Rekening Cadangan Subsidi/PSO sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 9
PT Kereta Api (Persero) bertanggung jawab secara formal dan material
atas pelaksanaan dan penggunaan dana penyelenggaraan kewajiban
pelayanan umum bidang angkutan kereta api kelas ekonomi.
Pasal10
Direktur Jenderal Perkeretaapian-Kementerian Perhubungan selaku KPA
bertanggung jawab atas penyaluran dana penyelenggaraan kewajiban
pelayanan umum bidang angkutan kereta api kelas ekonomi kepada
PT Kereta Api (Persero).

MENTERI
REPUBLIK

KEUANGAN
INDONESIA

- 8Pasalll
PT Kereta Api (Persero) menyampaikan laporan pertanggungjawaban
penggunaan dana penyelenggaraan kewajiban pelayanan umum bidang
angkutan kereta api kelas ekonomi kepada Direktur Jenderal
Perkeretaapian-Kementerian Perhubungan.
Pasa112
Direktur Jenderal Perkeretaapian-Kementerian Perhubungan selaku KPA
menyelenggarakan akuntansi dan pelaporan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang -undangan.
Pasal13
(1) Penggunaan dana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, diaudit oleh
auditor yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Laporan hasil audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada Direktur Jenderal Perkeretaapian-Kementerian
Perhubungan selaku KPA, Direktur Jenderal Anggaran-Kementerian
Keuangan dan Direktur Jenderal Perbendaharaan-Kementerian
Keuangan.
(3) Auditor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah instansi yang
berwenang melakukan audit sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasa114
(1) Dalam hal terdapat selisih kurang antara jumlah dana
penyelenggaraan kewajiban pelayanan umum bidang angkutan kereta
api kelas ekonomi yang telah dibayar kepada PT Kereta Api (Persero)
dengan hasil audit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 pada satu
tahun anggaran, kekurangan pembayaran tersebut tidak dapat
ditagihkan kepada negara.
(2) Dalam hal terdapat selisih lebih antara jumlah dana penyelenggaraan
kewajiban pelayanan umum bidang angkutan kereta api kelas
ekonomi yang telah dibayar kepada PT Kereta Api (Persero) dengan
hasil audit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 pada satu tahun
anggaran, kelebihan pembayaran tersebut harus disetor ke Kas
Negara oleh PT Kereta Api (Persero) menggunakan Kode Akun
423913 (penerimaan kembali belanja lainnya rupiah murni tahun
anggaran yang lalu).

MENTERIKEUANGAN
'REPUBLIK INDONESIA

-9-

Pasal15
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan kewajiban
pelayanan umum bidang angkutan kereta api kelas ekonomi,
Kementerian Keuangan dan Kementerian Perhubungan' dapat
membentuk tim untuk melakukan monitoring dan evaluasi sesuai dengan
kewenangannya.
Pasal16
Peraturan Menteri Keuangan ini berlaku sepanjang dana untuk
penyelenggaraan kewajiban pelayanan umum bidang angkutan kereta api
kelas ekonomi masih dianggarkanj disediakan dalam APBN.
Pasal17
Pada saat Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 69j PMK.02j 2007 tentang Tata Cara
Penyediaan, Pencairan, dan Pertanggungjawaban Dana Penyelenggaraan
Kewajiban Pelayanan Umum Bidang Angkutan Kereta Api Kelas
Ekonomi, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal18
Peraturan Menteri
1 Januari 2010.

Keuangan

ini

mulai

berlaku

pada

tanggal

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 1 September
MENTERI KBUANGAN.
ttd.

ttd.

,PATRIALIS AKBAR

2010

PERATURAN

LAMPIRAN I
KEUANGAN

MENTER!

NOMOR 156./PMK.02/2010
TENTANG TATA
CARA
PENYEDIAAN,
PENCAIRAN,
DAN
PERTANGGUNGJAWABAN
DANA
PENYELENGGARAAN
KEW AJIBAN
PELAYANAN
UMUM BIDANG ANGKUTAN
KERET A API KELAS EKONOMI
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

FORMAT SURA T PERNY AT AAN TANGGUNG

SURA T PERNY AT AAN TANGGUNG
N omor :
(1)
1.
2.
3.
4.
5.

Nama Satuan Kerja
Kode Satuan Kerja
TanggaljNomor
DIPA
Sub Kegiatan
Klasifikasi Belanja

Yang
bertanda
.......... (7)
yang dibayarkan
No.

Akun

(8)

(9)

:
:
:
:
:

JAW AB BELANJA

JAW AB BELANJA
.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

tangan
di bawah ini
Kuasa
Pengguna
Anggaran
Satuan Kerja
menyatakan
bahwa saya bertanggung
jawab penuh atas segala pengeluaran
kepada yang berhak menerima dengan perincian sebagai berikut:
Penerima

Uraian

(10)

(11)

Bukti
TanQ"Q"ali
Nomor
(12)

I

Jumlah

(13)

(14)

Jumlah
Bukti-bukti
tersebut
di atas disimpan
sesuai ketentuan
Kerja
(16)
untuk kelengkapan
administrasi
aparat pengawas fungsional.
Demikian

surat pernyataan

ini dibuat dengan sebenarnya
...........
(17)
Kuasa Pengguna
(18)
Nama
NIP

yang berlaku
dan keperluan

pada Satuan
pemeriksaan

.
.

AnggaranjPembuat

Komitmen

MENTERIKEUANGAN
'REPUBLIK INDONESIA

-2PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB BELANJA (SPTB)
Uraian
Isian
nomor
akumulasi
satuan
urut
jumlah
kerja
dana
bersangkutan
yang
dibayarkan
Diisi
Disi
dengan
kode
nama
nom
orsub
satuan
klasifikasi
satuan
penerbitan
kegiatan
kerja
kerja
belanja
bersangkutan
SPTB
yang
bersangkutan
yang
yang
tercantum
tercantum
dalam
dalam
DIP
DIP
AA stemple/
Diisidengan
dengan
tempat
dengan nama
dan
jumlah
nama
nomor
penyaluran
tanggal
tanda
kodetanggal
mata
pihak
tangan
penerbitan
dana
penerbitan
anggaran
penerbitan
pada
penerima
yang
pejabat
peri
Berita
dibayarkan
Berita
yang
ode
keluaran
pembayaran
SPTB
Acara
terkait
Acara
berwenang
Verifikasi
belanja
Verifikasi
subsidi
dibubuhi
yang
tercantumcapdalam
dinas
tanggal
dan
nomor
penerbitan
DIP
A dan
No. .Diisi
DIPA
(10)
(17)
(2)
(3)
(4)
(18)
(11)
(12)
(13)
(15)
(16)
(9)
(8)
(6)
(7)
(14)
(5)

MENTERI KEUANGAN
ttd.
AGUS D.W. MARTOWARDOJO

LAMPIRAN
PERATURAN

MENTERI

III

KEUANGAN

156

NOMOR
T AT A CARA
DAN

/PMK.02/2010
TENTANG
PENYEDIAAN,
PENCAIRAN,

PERTANGGUNGjAWABAN

PENYELENGGARAAN
PELA Y ANAN UMUM BIDANG
KERET A API KELAS EKONOMI

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

DANA
KEW AJIBAN
ANGKUT AN

FORMAT SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK
KEMENTERIAN/LEMBAGA

(KOP SURAT)

SURAT PERNYATAANTANGGUNG

JAWAB MUTLAK

Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama

............................................

(1)

NIP

............................................

(2)

Jabatan

Kuasa Pengguna Anggaran

(3)

Satuan Kerja

............................................

(4)

Menyatakan dengan sesungguhnya

bahwa:

1. Perhitungan
Subsidi
(5)
sebesar Rp
diverifikasi dan dihitung dengan benar berdasar kan

(6)

(dengan
(7)
~

huruf)

telah

2. Apabila di kemudian hari terdapat kesalahan dan/ atau kelebihan atas pembayaran Subsidi
............... (8)
tersebut, sebagian atau seluruhnya, kami bertanggung jawab sepenuhnya
dan bersedia menyetorkan atas kesalahan dan/ atau kelebihan pembayaran tersebut ke
rekening Kas N egara.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya .

............

..(9),

Kuasa Pengguna Anggaran
(10)

(Nama lengkap)
NIP
.

.

MENTERIKEUANGAN
'REPUBLIK INDONESIA

- 2-

PETUNJUK PENGISIAN
SURA T PERNY ATAAN TELAH DIVERIFIKASI
Uraian
Isian
nama
nomor
satuan
Surat
rupiah
kerja
tagihan
bersangkutan
Timberwenang
Verifikasi
Diisi dengan
dengan jumlah
tempat
NIP
tang
tandagal
penanda
jabatan
tangan
berita
tinggal,
berita Keputusan
acara
tangan
Kuasa
pejabat
acara
bulan,
verifikasi
verifikasi
Pengguna
surat
yang
tahun
penandatanganan
Anggarandan dibubuhi
surat stempel! cap dinas
pejabat
penanda
tangan
surat
No. Diisi
(10)
(3)
(4)
(7)
(8)
(9)
(5)
(6)
(2)

MENTERI KEUANGAN
ttd.
AGUS D.W. MARTOWARDOJO

LAMPIRAN
PERATURAN

MENTERI

156

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

NOMOR
/PMK.02/2010
TENT ANG
TAT A CARA
PENYEDIAAN,
PENCAIRAN,
DAN
PERTANGGUNGjAWABAN
DANA
PENYELENGGARAAN
KEW A]IBAN
PELA Y ANAN UMUM BIDANG ANGKUT AN
KERET A API KELAS EKONOMI

FORMAT SURA T PERNY ATAAN TELAH DIVERIFIKASI
KEMENTERIAN/LEMBAGA

(KOP SURAT)

SURA T PERNY ATAAN TELAH DIVERIFlKASI
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama

............................................

(1)

NIP

............................................

(2)

Jabatan

Kuasa Pengguna Anggaran

(3)

Satuan Kerja

............................................

(4)

Menyatakan dengan sesungguhnya

II

KEUANGAN

bahwa:

Tagihan sebesar
Rp
(5)
(dengan huruf) untuk penyelenggaraan
kewajiban
pelayanan umum bidang angkutan kereta api kelas ekonomi telah diverifikasi sesuai dengan
berita acara verifikasi tanggal.
(6)
Nomor
(7)
oleh Tim verifikasi yang
ditetapkan oleh KPA dengan surat Nomor
(8)
.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya .

...............

..(9),

Kuasa Pengguna Anggaran
(10)

(Nama lengkap)
NIP
.

.

MENTERIKEUANGAN
'REPUBLIK INDONESIA

-2PETUNJUK PENGISIAN
SURA T PERNY ATAAN TANGGUNG JAW AB MUTLAK
Uraian
Isian
jenis
NIP
nama
dokumen
subsidi
satuan
rupiah
bukti
kerja
tangan
penyaluran
penyaluran
bersangkutan
surat
subsidi
subsidi
Diisi dengan
dengan jumlah
tempat
tandapenanda
pejabat
tangan
tinggal,
penanda
pejabat
bulan,
yang
tahun
tangan
berwenang
penandatanganan
surat
surat stempel/ cap
jabatan
Kuasa
?engguna
Anggarandan dibubuhi
No. Diisi
dinas
(10)
(2)
(5)
(3)
(4)
(6)
(8)
(9)
(7)

MENTERIKEUANGAN

Salinan sesuai dengan aslinya,
Kepala Biro
u b Umum
Pj. Kepala Bagian

~N...

ttd.

~~
V~\\;.lG"I~£PU8~

:.u 1.~artemen
§(

AGUS D.W. MARTOWARDOJO
~\

@~~~-~q."
B'RO U"UM
Adelina Sirait
1;
NIP 19660603198

..
\ ~