AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK OPENCOURSEWARE UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Slide AKT 301 ASP 7

(1)

FILOSOFI PEMUNGUTAN CUKAI

Pasal 2 UU Cukai No. 39 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas UU

No.11 Tahun 1995 Tentang Cukai, mengatur tentang barang-barang

tertentu yang dinyatakan sebagai Barang Kena Cukai dengan sifat

dan karakteristik :

a.Konsumsi perlu dikendalikan.

b.Peredaran perlu diawasi.

c.Pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi

masyarakat atau lingkungan; atau

d.Pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi

keadilan dan keseimbangan.


(2)

Cukai dikenakan terhadap Barang Kena Cukai yang

terdiri dari:

a.etil alkohol atau etanol

, dengan tidak

mengindahkan bahan yang digunakan dan proses

pembuatannya;

b.minuman yang mengandung etil

alkohol

dalam kadar berapa pun, dengan tidak

mengindahkan bahan yang digunakan dan proses

pembuatannya, termasuk konsentrat yang

mengandung etil alkohol;

c.hasil tembakau

, yang meliputi sigaret, cerutu,

rokok daun, tembakau iris, dan hasil pengolahan

tembakau lainnya, dengan tidak mengindahkan

digunakan atau tidak bahan pengganti atau bahan

pembantu dalam pembuatannya.


(3)

(4)

PERIZINAN ETIL ALKOHOL

Pasal 14 ayat (8) Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007

UU 11 1995 /

UU 39 2007

PP 72 2008

PMK 200/PMK.04/2008

PMK 201/PMK.04/2008

PMK 202/PMK.04/2008


(5)

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 72 TAHUN 2008

TENTANG NOMOR POKOK PENGUSAHA BARANG KENA CUKAI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 200/PMK.04/2008

TENTANG TATA CARA PEMBERIAN, PEMBEKUAN, DAN PENCABUTAN NPPBKC UNTUK PENGUSAHA PABRIK DAN IMPORTIR HASIL TEMBAKAU

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 201/PMK.04/2008

TENTANG TATA CARA PEMBERIAN, PEMBEKUAN, DAN PENCABUTAN NPPBKC UNTUK PENGUSAHA PABRIK DAN IMPORTIR, PENYALUR, DAN PENGUSAHA TEMPAT PENJUALAN ECERAN MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 202/PMK.04/2008

TENTANG TATA CARA PEMBERIAN, PEMBEKUAN, DAN PENCABUTAN NPPBKC UNTUK PENGUSAHA PABRIK, PENGUSAHA TEMPAT PENYIMPANAN, IMPORTIR, DAN PENGUSAHA TEMPAT PENJUALAN ECERAN ETIL ALKOHOL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN CUKAI

TENTANG PERIZINAN


(6)

KETENTUAN UMUM

1. Undang-Undang adalah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai.

2. Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam Undang-Undang.

3. Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai yang selanjutnya disingkat dengan NPPBKC adalah izin untuk menjalankan kegiatan sebagai pengusaha pabrik, pengusaha tempat penyimpanan, importir barang kena cukai, penyalur, atau pengusaha tempat penjualan eceran di bidang cukai.

4. Pabrik adalah tempat tertentu termasuk bangunan, halaman, dan lapangan yang merupakan bagian daripadanya, yang dipergunakan untuk menghasilkan barang kena cukai dan/atau untuk mengemas barang kena cukai dalam kemasan untuk penjualan eceran.

5. Orang adalah orang pribadi atau badan hukum.

6. Pengusaha Pabrik adalah orang yang mengusahakan pabrik.

7. Tempat Penyimpanan adalah tempat, bangunan, dan/atau lapangan yang bukan merupakan bagian dari pabrik, yang dipergunakan untuk menyimpan barang kena cukai berupa etil alkohol yang masih terutang cukai dengan tujuan untuk disalurkan, dijual, atau diekspor.

8. Pengusaha Tempat Penyimpanan adalah orang yang mengusahakan tempat penyimpanan.

9. Tempat Penjualan Eceran adalah tempat untuk menjual secara eceran barang kena cukai kepada konsumen akhir.

10.Pengusaha Tempat Penjualan Eceran adalah orang yang mengusahakan tempat penjualan eceran.


(7)

KETENTUAN UMUM (lanjutan)

11.Tempat Usaha Penyalur adalah tempat, bangunan, halaman, dan/atau lapangan yang dipergunakan untuk kegiatan usaha dan/atau untuk menimbun barang kena cukai yang sudah dilunasi cukainya untuk disalurkan atau dijual yang semata-mata ditujukan bukan kepada konsumen akhir.

12.Penyalur adalah orang yang menyalurkan atau menjual barang kena cukai yang sudah dilunasi cukainya yang semata-mata ditujukan bukan kepada konsumen akhir.

13.Tempat Usaha Importir barang kena cukai yang selanjutnya disebut Tempat Usaha Importir adalah tempat, bangunan, halaman, dan/atau lapangan yang dipergunakan untuk kegiatan usaha dan/atau untuk menimbun barang kena cukai impor yang sudah dilunasi cukainya.

14.Kantor adalah Kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. 15.Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.

16.Pejabat Bea dan Cukai adalah pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang ditunjuk dalam jabatan tertentu untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang-Undang.


(8)

PENGUSAHA WAJIB

PENGUSAHA WAJIB

NPPBKC

NPPBKC

PENYALUR IMPORTIR

MINUMAN

MENGANDUNG

ETIL ALKOHOL

PENGUSAHA PABRIK PENGUSAHA TEMPAT PENJUALAN ECERAN PENGUSAHA TEMPAT PENYIMPANAN PENGUSAHA TEMPAT PENJUALAN ECERAN ETIL ALKOHOL PENGUSAHA PABRIK IMPORTIR PENGUSAHA PABRIK HASIL TEMBAKAU IMPORTIR


(9)

a. orang yang membuat tembakau iris yang dibuat dari

tembakau hasil tanaman di Indonesia yang tidak dikemas

untuk penjualan eceran atau dikemas untuk penjualan

eceran dengan bahan pengemas tradisional yang lazim

dipergunakan, apabila:

1. dalam pembuatannya tidak dicampur atau ditambah

dengan tembakau yang berasal dari luar negeri atau

bahan lain yang lazim dipergunakan dalam pembuatan

hasil tembakau; dan/atau

2. pada pengemas atau tembakau irisnya tidak dibubuhi

atau dilekati

atau dicantumkan cap, merek dagang, etiket, atau

yang sejenis

dengan itu; atau

b. orang yang membuat minuman mengandung etil alkohol

yang diperoleh dari hasil peragian atau penyulingan,

apabila:

1. dibuat oleh rakyat Indonesia;

2. pembuatannya dilakukan secara sederhana;

3. produksi tidak melebihi 25 (dua puluh lima) liter setiap

hari; dan

4. tidak dikemas dalam kemasan penjualan eceran.


(10)

DIKECUALIKAN MEMILIKI NPPBKC

(lanjutan)

c. orang yang mengimpor barang kena cukai berupa hasil

tembakau yang mendapatkan fasilitas pembebasan cukai

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf b, huruf

c, huruf d, huruf e, dan huruf f Undang-Undang Cukai.

d. Pengusaha Tempat Penjualan Eceran etil alkohol yang jumlah

penjualannya paling banyak 30 (tiga puluh) liter setiap hari;

dan

e. Pengusaha Tempat Penjualan Eceran minuman mengandung

etil alkohol dengan kadar paling tinggi 5% (lima persen).


(11)

PERSYARATAN FISIK PABRIK EA

1. tidak berhubungan langsung dengan bangunan, halaman, atau tempat-tempat

lain yang bukan bagian pabrik yang dimintakan izin

2. tidak berhubungan langsung dengan rumah tinggal

3. berbatasan langsung dan dapat dimasuki dari jalan umum, kecuali yang

lokasinya dalam kawasan industri

4. memiliki luas bangunan paling sedikit

5.000 (lima ribu) meter persegi

5. memiliki ruang laboratorium dan peralatannya

6. memiliki bangunan, ruangan, dan tempat yang dipakai untuk membuat EA

7. memiliki bangunan, ruangan, tempat, dan bak atau tangki atau wadah lainnya

yang digunakan untuk menampung EA yang selesai dibuat

8. memiliki bangunan, ruangan, tempat, pekarangan, dan tangki atau wadah

lainnya untuk menyimpan bahan baku atau bahan penolong

9. memiliki bangunan, ruangan, tempat, pekarangan, dan tangki atau wadah

lainnya untuk menyimpan hasil akhir yang bukan barang kena cukai dalam hal

pabrik dengan proses produksi terpadu


(12)

PERSYARATAN FISIK PABRIK EA

10.memiliki bangunan, ruangan, tempat, pekarangan, dan tangki atau wadah

lainnya untuk menampung EA yang telah dirusak sehingga tidak baik untuk

diminum (spiritus bakar);

11.memiliki bangunan, ruangan, tempat, pekarangan, dan tangki atau wadah

lainnya untuk menampung produk sampingan;

12.memiliki peralatan pemadam kebakaran yang memadai;

13.memiliki ruangan yang memadai bagi pejabat bea dan cukai dalam melakukan

pekerjaan atau pengawasan; dan

14.memiliki pagar dan/atau dinding keliling dari tembok, dengan ketinggian paling

rendah

2 (dua) meter

yang merupakan batas pemisah yang jelas, kecuali sisi

bagian depan disesuaikan dengan aturan pemerintah daerah setempat.


(13)

PERSYARATAN FISIK TEMPAT PENJUALAN ECERAN EA

1. dilarang berhubungan langsung dengan bangunan, halaman, atau

tempat-tempat lain yang bukan bagian dari TPE yang dimintakan izin, kecuali yang

berada di kawasan industri atau kawasan perdagangan;

2. berbatasan langsung dan dapat dimasuki dari jalan umum, kecuali yang berada

di kawasan industri atau kawasan perdagangan; dan


(14)

PERSYARATAN ADMINISTRASI PABRIK HT/MMEA/EA

1. IMB

2. Izin HO (UU Gangguan) atau Izin Amdal 3. Izin Usaha Industri atau TDI

4. Izin Usaha Perdagangan

5. Izin/rekomendasi instansi Bidang Tenaga Kerja 6. NPWP

7. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (pribadi)

8. KTP (orang pribadi) atau Akte Pendirian Usaha (Badan Hukum)

9. Surat pernyataan bermeterai tidak keberatan dibekukan/dicabut apabila kesaman nama pabrik

10.Akta sewa disahkan notaris min 5 tahun (bukan pemilik bangunan)


(15)

Persyaratan Administrasi Tempat Penyimpanan EA

1.IMB

2.Izin HO (UU Gangguan) atau Izin Amdal 3.Izin Usaha Perdagangan

4.NPWP

5.Surat Keterangan Catatan Kepolisian (pribadi)

6.KTP (orang pribadi) atau Akte Pendirian Usaha (Badan Hukum)

7.Surat pernyataan bermeterai tidak keberatan dibekukan/dicabut apabila kesaman nama penyalur


(16)

MASA BERLAKU NPPBKC

Pengusaha Pabrik & Importir HT

Pengusaha Pabrik & Importir MMEA

Pengusaha Pabrik & Importir EA

Penyalur & Pengusaha TPE MMEA

Pengusaha TP & Pengusaha TPE EA

berlaku selama masih

menjalankan usaha

berlaku selama 5 tahun

dan dapat diperpanjang

untuk jangka waktu yang

sama


(17)

NPPBKC DITERBITKAN BERDASARKAN

PP NOMOR 5

TAHUN

1997, WAJIB

DIPERBAHARUI

DENGAN

MENGAJUKAN PERMOHONAN DAN MEMENUHI

PERSYARATAN

PP NOMOR 72 TAHUN 2008 DALAM

WAKTU

PALING LAMA 3 (TIGA) TAHUN

SEJAK PP

DIBERLAKUKAN (9 DESEMBER 2008)


(18)

(19)

DASAR HUKUM

Pasal 5 ayat (5) UU Nomor 11 Tahun 1995 tentang

Cukai jo. UU Nomor 39 Tahun 2007 tentang Cukai;

Peraturan

Menteri

Keuangan

Nomor

62/PMK.011/2010 tanggal 17 Maret 2010 tentang

Tarif Cukai Etil Alkohol, Minuman Yang Mengandung

Etil Alkohol dan Konsentrat Yang Mengandung etil

Alkohol.


(20)

PMK 89/PMK.04/2006

PMK62/PMK.011/2010

Kenaikan

Semua jenis EA

Tarif per liter

(rupiah) Semua jenis EA

Tarif per liter (rupiah) Tarif per liter (rupiah)

Dalam

Negeri Impor NegeriDalam Impor Dalam Negeri Impor 10.000,- 10.000,- 20.000,- 20.000,- 10.000,-

( 100%)

10.000,- ( 100%)


(21)

TATA CARA


(22)

DASAR HUKUM

Pasal 9 ayat (4) UU Nomor 11 Tahun 1995 tentang

Cukai jo. UU Nomor 39 Tahun 2007 tentang Cukai;

Peraturan

Menteri

Keuangan

Nomor

109/PMK.04/2010 tanggal 19 Mei 2010 tentang Tata

Cara Pembebasan Cukai;


(23)

DEFINISI

Pembebasan Cukai

adalah fasilitas yang diberikan

kepada pengusaha pabrik, pengusaha tempat

penyimpanan, atau importir untuk tidak membayar

cukai yang terutang.


(24)

CUKAI DIBEBASKAN ATAS BKC

yang digunakan sebagai bahan baku/penolong dalam pembuatan

barang hasil akhir non BKC;

keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;

keperluan perwakilan negara asing dan para pejabatnya yang

bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik;

keperluan tenaga ahli bangsa asing yang bertugas pada badan atau

organisasi internasional di Indonesia;

dibawa oleh penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas

atau kiriman dari luar negeri;

untuk tujuan sosial;


(25)

etil alkohol yang dirusak sehingga tidak baik untuk

diminum (

spiritus bakar

);

minuman yang mengandung etil alkohol dan hasil

tembakau, yang dikonsumsi oleh penumpang dan

awak sarana pengangkut yang berangkat langsung ke

luar daerah pabean.

PEMBEBASAN CUKAI DAPAT JUGA DIBERIKAN ATAS

PEMBEBASAN CUKAI DAPAT JUGA DIBERIKAN ATAS

BKC TERTENTU:


(26)

UNTUK BAHAN BAKU/BAHAN PENOLONG

Untuk pembuatan Barang Hasil Akhir yang Bukan

Merupakan Barang Kena Cukai;

Proses produksi terpadu dan tidak terpadu;

Diajukan kepada Menteri Keuangan u.p. Direktur Jenderal

melalui Kepala Kantor menggunakan dokumen PMCK-1 &

PMCK-2;

Berdasarkan pesanan pengusaha barang hasil akhir;

Permohonan yang diajukan oleh importir harus


(27)

UNTUK KEPERLUAN PENELITIAN

EA dengan kadar paling rendah 85%

Permohonan kepada Menteri Keuangan u.p. Direktur Jenderal

melalui kepala Kantor menggunakan dokumen PMCK-3

Berdasarkan pesanan badan/lembaga penelitian

Mencantumkan rincian jumlah etil alkohol yang dimintakan

Pembebasan Cukai dan tujuan pemakaiannya


(28)

EA dengan kadar paling rendah 85%

Permohonan kepada Menteri Keuangan u.p. Direktur Jenderal

melalui kepala Kantor menggunakan dokumen PMCK-3

Berdasarkan pesanan rumah sakit

Mencantumkan rincian jumlah etil alkohol yang dimintakan

Pembebasan Cukai dan tujuan pemakaiannya

UNTUK TUJUAN SOSIAL


(29)

Menggunakan dokumen CK-5

Dalam hal BKC berasal dari Kawasan Pabean,

pelaksanaan sesuai UU Kepabeanan

Pengeluaran BKC dari TPB ke dalam negeri wajib

lunas cukai

BARANG DIMASUKKAN KE TEMPAT

BARANG DIMASUKKAN KE TEMPAT

PENIMBUNAN BERIKAT


(30)

DIMASUKKAN KE TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT

BKC yang dimasukkan ke TBB, penjualannya

mengikuti ketentuan UU Kepabeanan

Pengeluaran BKC dari TBB harus menggunakan

CK-5

Pengusaha TBB menyampaikan laporan bulanan


(31)

Hanya diizinkan untuk Pengusaha Pabrik

Permohonan kepada Direktur Jenderal melalui

Kepala Kantor menggunakan PMCK-4

Berdasarkan pesanan dari Pengguna Pembebasan


(32)

Hanya diizinkan untuk Pengusaha Pabrik

Diawasi Pejabat Bea Cukai

Dituangkan dalam BACK-6

EA yang telah dirusak harus dikeluarkan paling lambat 3 hari

setelah pelaksanaan perusakan

Pengusaha Pabrik EA menyampaikan LACK-7 setiap bulan

PELAKSANAAN PERUSAKAN


(33)

PROSES PERMOHONAN

PROSES PERMOHONAN

Keputusan diberikan paling lama 14 hari kerja sejak diterima secara

lengkap

Dalam hal tidak lengkap, harus diperbaiki dalam jangka waktu paling

lama 10 hari


(34)

menimbun EA pada tempat tersendiri di dalam lokasi

perusahaannya; dan

mencatat etil alkohol serta barang hasil akhir yang diproduksi

dengan BCK-10.

menyampaikan laporan bulanan paling lama setiap tanggal 10

pada bulan berikutnya dengan menggunakan:

- LACK-3 untuk pabrik terpadu

- LACK-4 untuk pabrik tidak terpadu

- LACK-5 untuk lembaga/badan ilmu pengetahuan

- LACK-6 untuk rumah sakit

KEWAJIBAN PENGGUNA PEMBEBASAN


(35)

Dalam hal jumlah EA dengan fasilitas Pembebasan

Cukai pada periode tahun berjalan tidak mencukupi,

pengguna Pembebasan Cukai dapat mengajukan

pesanan tambahan melalui Pengusaha Pabrik,

Pengusaha Tempat Penyimpanan, atau importir.


(36)

KEWAJIBAN PENGUSAHA PABRIK/TEMPAT

PENYIMPANAN/IMPORTIR

Pengusaha Pabrik, Pengusaha Tempat Penyimpanan,

dan importir, yang menjual atau menyerahkan barang

kena cukai dengan mendapatkan fasilitas Pembebasan

Cukai harus menyampaikan laporan bulanan tentang

jenis dan jumlah barang kena cukai yang dijual atau

diserahkan dengan fasilitas Pembebasan Cukai

kepada Direktur Jenderal melalui kepala Kantor, paling

lambat tanggal 10 bulan berikutnya menggunakan


(37)

PENCABUTAN KEPUTUSAN PEMBEBASAN CUKAI

Melanggar ketentuan mengenai kewajiban

penyampaian laporan bulanan

Melanggar ketentuan mengenai jangka waktu

pengeluaran EA yang telah dirusak

Pembebasan cukai dapat diajukan setelah 3 bulan

sejak tanggal pencabutan fasilitas pembebasan

cukai


(38)

Menyalahgunakan fasilitas Pembebasan Cukai

dengan cara menggunakan atau

memindahtangankan barang kena cukai yang

mendapat Pembebasan Cukai tidak sesuai dengan

peruntukannya; dan/atau

Menyalahgunakan fasilitas Pembebasan Cukai

dengan cara menggunakan etil alkohol yang

mendapat fasilitas Pembebasan Cukai sebagai

bahan baku atau bahan penolong untuk

memproduksi barang hasil akhir yang tidak sesuai

dengan barang hasil akhir yang telah ditetapkan


(39)

Berkembangnya Produsen Bio-Ethanol Skala Rumahan 250 – 300 unit

tersebar di daerah Sukoharjo, Pati, Lampung, Sukabumi, Minahasa,

Cilegon dan sebagainya dengan pertimbangan: Bahan baku melimpah,

proses produksi relatif murah, pemasaran produk tidak terbatas.

Volume Produksi Beragam antara 30 liter s.d. 2.000 liter per hari per

unit

Mengingat ethanol merupakan Barang

Kena Cukai maka Direktorat Jenderal Bea

dan

Cukai

dapat

secara

proaktif

memberikan pembinaan dan pengarahan

pada industri bio-ethanol skala mikro

sehingga dapat dikembangkan ke arah

yang positif dan bermanfaat.


(40)

KAJIAN PERATURAN:

BARANG KENA CUKAI,PERIJINAN PENDIRIAN PABRIK ETIL ALKOHOL DAN

PEMBEBASAN CUKAI

1. Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas

Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2008 tentang Nomor

Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai.

3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 202/PMK.04/2008 tentang

Tata Cara Pemberian, Pembekuan, dan Pencabutan Nomor Pokok

Pengusaha Barang Kena Cukai Untuk Pengusaha Pabrik,

Pengusaha Tempat Penyimpanan, Importir, dan Pengusaha

Tempat Penjualan Eceran Etil Alkohol.

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 109/PMK.04/2010 tentang

Pembebasan Cukai.

5. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: P-14/BC/2007

tentang Tata Cara Pencampuran dan Perusakan Etil Alkohol Yang

Mendapatkan Pembebasan Cukai.


(41)

1. Persyaratan luas (minimum 5.000 m

2

) untuk pemberian ijin penerbitan

NPPBKC pabrik etil alkohol , yang tertuang dalam PMK

202/PMK.04/2008 pasal 3 ayat 3 huruf a angka 1. sulit dipenuhi untuk

pabrik etil alkohol skala kecil.

2. Mekanisme pembebasan cukai etil alkohol dengan kadar yang

absolut/mutlak (99,99%):

Keluar dari pabrik ke tempat penyimpanan, tempat perusakan atau

pengguna fasilitas (Pertamina, Toyota Astra Motor) harus memiliki

ijin tambahan sebagai tempat pencampur atau tempat penimbunan

berikat atau tempat lain sesuai dengan peraturan.

Proses blending (pencampuran) dengan premium harus dipastikan

tidak dapat di-redistilasi kembali menjadi etil alkohol (BKC) sehingga

penyalahgunaan tujuan akhir penggunaan sebagai bio etanol yang

dicampur dengan premium sesuai dengan peruntukannya.


(42)

Etil alkohol yang selanjutnya disingkat EA adalah barang cair, jernih,

dan tidak berwarna, merupakan senyawa organik dengan rumus

kimia C2H5OH, yang diperoleh baik secara peragian dan/atau

penyulingan maupun secara sintesa kimiawi.


(1)

PENCABUTAN KEPUTUSAN PEMBEBASAN CUKAI

Melanggar ketentuan mengenai kewajiban

penyampaian laporan bulanan

Melanggar ketentuan mengenai jangka waktu

pengeluaran EA yang telah dirusak

Pembebasan cukai dapat diajukan setelah 3 bulan

sejak tanggal pencabutan fasilitas pembebasan

cukai


(2)

Menyalahgunakan fasilitas Pembebasan Cukai

dengan cara menggunakan atau

memindahtangankan barang kena cukai yang

mendapat Pembebasan Cukai tidak sesuai dengan

peruntukannya; dan/atau

Menyalahgunakan fasilitas Pembebasan Cukai

dengan cara menggunakan etil alkohol yang

mendapat fasilitas Pembebasan Cukai sebagai

bahan baku atau bahan penolong untuk

memproduksi barang hasil akhir yang tidak sesuai

dengan barang hasil akhir yang telah ditetapkan


(3)

Berkembangnya Produsen Bio-Ethanol Skala Rumahan 250 – 300 unit

tersebar di daerah Sukoharjo, Pati, Lampung, Sukabumi, Minahasa, Cilegon dan sebagainya dengan pertimbangan: Bahan baku melimpah, proses produksi relatif murah, pemasaran produk tidak terbatas.

Volume Produksi Beragam antara 30 liter s.d. 2.000 liter per hari per

unit

Mengingat ethanol merupakan Barang

Kena Cukai maka Direktorat Jenderal Bea

dan

Cukai

dapat

secara

proaktif

memberikan pembinaan dan pengarahan

pada industri bio-ethanol skala mikro

sehingga dapat dikembangkan ke arah

yang positif dan bermanfaat.


(4)

KAJIAN PERATURAN:

BARANG KENA CUKAI,PERIJINAN PENDIRIAN PABRIK ETIL ALKOHOL DAN PEMBEBASAN CUKAI

1. Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2008 tentang Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai.

3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 202/PMK.04/2008 tentang Tata Cara Pemberian, Pembekuan, dan Pencabutan Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai Untuk Pengusaha Pabrik,

Pengusaha Tempat Penyimpanan, Importir, dan Pengusaha Tempat Penjualan Eceran Etil Alkohol.

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 109/PMK.04/2010 tentang Pembebasan Cukai.

5. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: P-14/BC/2007 tentang Tata Cara Pencampuran dan Perusakan Etil Alkohol Yang Mendapatkan Pembebasan Cukai.


(5)

1. Persyaratan luas (minimum 5.000 m2) untuk pemberian ijin penerbitan

NPPBKC pabrik etil alkohol , yang tertuang dalam PMK 202/PMK.04/2008 pasal 3 ayat 3 huruf a angka 1. sulit dipenuhi untuk pabrik etil alkohol skala kecil.

2. Mekanisme pembebasan cukai etil alkohol dengan kadar yang absolut/mutlak (99,99%):

• Keluar dari pabrik ke tempat penyimpanan, tempat perusakan atau pengguna fasilitas (Pertamina, Toyota Astra Motor) harus memiliki ijin tambahan sebagai tempat pencampur atau tempat penimbunan berikat atau tempat lain sesuai dengan peraturan.

• Proses blending (pencampuran) dengan premium harus dipastikan tidak dapat di-redistilasi kembali menjadi etil alkohol (BKC) sehingga penyalahgunaan tujuan akhir penggunaan sebagai bio etanol yang dicampur dengan premium sesuai dengan peruntukannya.


(6)

Etil alkohol yang selanjutnya disingkat EA adalah barang cair, jernih, dan tidak berwarna, merupakan senyawa organik dengan rumus

kimia C2H5OH, yang diperoleh baik secara peragian dan/atau penyulingan maupun secara sintesa kimiawi.