Pemberdayaan petani berbasis kelompok wanita tani dari rendahnya pendapatan sektor pertanian di Dusun Banaran Desa Depok Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos.)

Disusun Oleh : Yusuf Auliyak

B02213054

PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017


(2)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos.)

Disusun Oleh : Yusuf Auliyak

B02213054

PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

ABSTRAK

Yusuf Auliyak, NIM B02213054, 2017: Pemberdayaan Petani Berbasis Kelompok Wanita Tani Dari Rendahnya Pendapatan Sektor Pertanian DI Dusun Banaran Desa Depok Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek.

Skripsi ini membahas tentang proses pendampingan masyarakat petani di Dusun Banaran Desa Depok yang mengalami ketergantungan dengan penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia. Akibat pola pertanian seperti ini, ekonomi mereka pada sektor pertanian tergolong rendah, selain itu jenis tanaman yang berkualitas rendah menjadikan hasil yang diperoleh juga rendah. Hal ini terjadi karena salah satu faktor minimnya keterampilan untuk memanfaatkan potensi alam disekitar mereka.

Pada kegiatan pendampingan ini, peneliti menggunakan metode penelitian

Partcipatory Action Research (PAR). Metode pendekatan yang lebih mengedepankan

partisipasi masyarakat sebagai subjek perubahan, awal kegiatan yaitu mulai dari pengolahan data, melakukan aksi perubahan sampai dengan evaluasi. Sehingga ketika pendamping sebagai fasilitator sudah tidak berada bersama mereka, diharapkan permasalahn-permasalahan yang terjadi dikalangan mereka dapat diselesaikan secara mandiri tanpa bergantung pada pihak luar.

Pendamping ingin membantu masyarakat petani untuk merubah pemikiran mereka yang menginginkan hasil pertanian tinggi tapi tidak melihat akibat dari penggunaan bahan kimia itu. Dan menyadarkan mereka bahwa selama ini ekonomi mereka telah diserap oleh pihak luar. Untuk memudahkan proses pendampingan, lembaga kelompok tani dilibatkan sebagai wadah berkumpulnya subjek pendampingan untuk proses belajar ini.

Kegiatan pemberdayaan dilakukan melalui pelatihan pembuatan pupuk dan pestisida dari bahan alami sebagai upaya memberikan pengetahuan dan keterampilan mereka, mulai pertemuan untuk belajar bersama mengetahui dari kegunaan potensi yang mereka punyai untuk keberlangsungan pertanian mereka. mulai dari kotoran kambing dan sapi diolah menjadi pupuk organik, dan tumbuhan-tumbuhan sekitar diolah menjadi pestisida alami. Dan hasilnya, masyarakat petani mulai memahami akibat dari penggunaan pupuk kimia, dan beralih dengan mengkombinasikan bahan alami sebagai upaya untuk menjaga kelangsungan pertanian mereka, dan meminimalisir pengeluaran sehingga pendapatan bisa lebih maksimal.


(8)

COVER DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN... iv

PERSEMBAHAN ... v

MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR BAGAN ... xviii

DAFTAR DIAGRAM... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian Untuk Pemberdayaan ... 13

D. Strategi Pemberdayaan... 13

E. Analisis Startegi Program ... 20

F. Sistematika Pembahasan ... 22

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Pemberdayaan ... 25


(9)

D. Pandangan Islam Tentang Pemberdayaan Ekonomi dan Merawat

Lingkungan. ... 48

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan. ... 51

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 55

B. Prosedur Penelitian di Lapangan... 60

C. Subjek Penelitian... 64

D. Teknik Pengolahan Data ... 65

E. Teknik Validasi Data... 67

F. Teknik Analisis Data... 69

G. Pihak yang Terlibat Pelatihan Pembuatan Pupuk dan Pestisida ... 71

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENDAMPINGAN A. Geografis ... 75

B. Demografis ... 80

1. Sejarah Desa Depok... 80

2. Pemerintah dan Struktur Kelembagaan Desa ... 82

3. Jumlah Penduduk... 85

4. Ekonomi Masyarakat ... 88

5. Pendidikan Masyarakat... 97

6. Kesehatan Masyarakat ... 101


(10)

A. Tingginya Ketergantungan Petani Terhadap Pupuk dan Pestisida

Kimia... 108

B. Kurang Efektifnya Peran Kelompok Wanita Tani Srikandi dalam Pemberdayaan Petani ... 133

C. Rendahnya Penguatan Pemerintah Terhadap Sektor Pertanian .. 136

BAB VI DINAMIKA PROSES PERUBAHAN (Proses Pendampingan untuk Memperkuat Ekonomi Petani) A. Dinamika Pengorganisiran ... 144

1. Inkulturasi bersama masyarakat ... 144

2. Langkahassessment... 148

3. Pengorganisiran masyarakat petani ... 159

BAB VII AKSI PERUBAHAN UNTUK PENINGKATAN EKONOMI PETANI A. Memperkuat Keahlian Petani Tentang Pupuk Organik dan Pestisida Nabati... 166

1. Proses pelatihan pembuatan pupuk dan pestisida... 166

2. Inisiasi ujicoba tanam singkong unggulan... 180

B. Mengefektifkan Peran Kelompok Wanita Tani Srikandi dalam Pemberdayaan Petani ... 184

C. Advokasi Kebijakan Penguatan Sektor Pertanian terhadap Pemerintah Desa... 190


(11)

A. Analisis Pendamping Tentang Anggota KWT Srikandi Sebagai Subjek Dampingan. ... 207 B. Catatan Refleksi Proses Pendampingan Bersama Petani di Dusun

Banaran ... 227

BAB IX SIMPULAN

A. Kesimpulan ... 233 B. Rekomendasi ... 235 DAFTAR PUSTAKA... 237


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Wilayah Kabupaten Trenggalek mempunyai luas 126.140 Ha pada tahun 2014, dari luas lahan itu salah satunya terdiri dari tanah sawah seluas 12.160 Ha atau 9,64 persen dari total luas wilayah. Jumlah luas sawah tersebut hanya 18,45 persen dapat ditanami padi satu kali dalam setahun yang tergolong wilayah pertanian lahan kering. Sedangkan 77,18 persen sisanya dapat ditanami padi 2 kali atau lebih dalam setahunnya yang tergolong tanah basah (sawah).1

Desa Depok merupakan salah satu desa di Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek yang wilayahnya didominasi oleh lahan pertanian. Menurut data kependudukan, Desa Depok mempunyai luas wilayah 1.410 ha yang digunakan sebagai tempat tinggal oleh 4.628 jiwa. Dari total jumlah jiwa, terdapat sekitar 3.241 orang yang bekerja pada sektor pertanian dari kaum laki-laki dan kaum perempuan dari golongan ibu-ibu. Komoditas tanaman yang digunakan oleh petani di Desa

Depok adalah singkong dan jagung, sedangkan untuk padi atau gogoh2 adalah

tanaman minoritas.

Dusun Banaran merupakan salah satu dusun dari Desa Depok Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek. Kawasannya didominasi lahan kering milik

1

BPS Trenggalek, Kabupaten Trenggalek dalam Angka, (Trenggalek, BPS Kabupaten Trenggalek, 2015), hal. 223

2


(13)

perhutani sebagai tempat bercocok tanam para petani singkong dan jagung. Dari jumlah kepala keluarga di Desa Depok, semua mendapatkan lahan dari perhutani untuk hak kelola dengan luas rata-rata setiap kepala keluarga adalah 5 x 50 meter. Kebijakan ini diperoleh dari pemerintah desa yang bekerja sama dengan pihak perhutani untuk memberikan ruang para petani untuk bercocok tanam ini agar bisa menjadi salah satu sumber penghasilan. Dengan syarat mereka boleh menggunakan lahan ini untuk ditanami namun tidak boleh mengganggu tanaman milik perhutani.

Para petani juga harus bekerjasama dengan perhutani, ketika permintaan penanaman pohon yang mereka butuhkan seperti pohon pinus, sengon, mahoni. Ketika pihak perhutani tidak menanggung resiko jika tanaman para petani mengalami kekurangan pupuk, karena jarak tanaman yang berdekatan dengan pohon milik perhutani.

Wilayah petani yang berada di dataran tinggi ini lebih cocok dengan pertanian dengan sistem berkembang, yaitu pertanian yang berada di lahan kering seperti perkebunan (perkebunan rakyat maupun modern) dan tanaman keras atau holtikultura.3 Apabila terdapat tanaman di lahan sawah, umumnya dengan sistem tadah hujan. Sebagai akibat rendahnya dari tingkat produktivitas ini, menjadikan wilayah atas atau dataran tinggi umunya tidak padat penduduk.

Kondisi fisik lahan pertanian juga memberikan pengaruh terhadap sistem pertanian itu sendiri, salah satunya tinggi-rendahnya letak lahan. Lahan yang berada

3

Rahardjo, Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian, (Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2010), hal. 151


(14)

di ketinggian (atas) umunya akan ditandai oleh tingkat keasaman tanah yang cocok

digunakan untuk pertanian yang bersifat tidak intensif.4 Tanaman singkong

mendominasi komoditas yang ditanam oleh masyarakat, sedangkan untuk tanaman jagung dan padi ini terbagi menurut wilayah. Di dusun Soko mayoritas adalah petani singkong dan padi, hal ini dikarenakan geografis mereka lebih banyak didominasi tanah basah (sawah). Sedangkan dusun yang memeiliki ketinggian hampir 900 mdpl seperti Banaran, ini lebih banyak yang membudidayakan tanaman singkong dan jagung. Seperti yang terletak pada RT 27 Dusun Banaran yang mayoritas adalah petani singkong, dan jagung,selain bentuk geografis yang lebih cocok untuk tanaman

jagung, faktor lain yang menjadi pendorong mereka yaitu untuk dijual dan dapat digunakan sebagai pakan ternak.

Perbandingan masa tanam dan masa panen antara tanaman jagung dan padi juga sama yaitu sekitar 3 bulan, sedangkan untuk singkong bisa mencapai 10-12 bulan. Para petani melakukan kegiatan menanam pada bulan November sampai dengan Desember karena pada bulan ini musim penghujan mengalami intensitas hujan yang sangat tinggidan persiapan memasuki musim kemarau. Para petani memanfaatkan air hujan pada akhir pergantian musim ini untuk memberikan asupan air yang cukup pada tanaman singkong dan gogoh mereka.

Faktor ini menjadi salah satu resiko yang harus ditanggung petani, karena mereka harus memberikan pupuk pada tanaman agar bisa menghasilkan dengan jumlah yang melimpah. Pembelian pupuk harus lebih banyak karena pupuk yang 4


(15)

diberikan ini juga terserap oleh tanaman milik perhutani. Menurut ilmu ekologi, makhluk hidup merupakan kesatuan atau sistem didalam lingkungannya. Tanah merupakan faktor utama dalam membentuk kondisi lingkungan pertanian, karena tanah merupaka sumber nutrisi untuk semua komponen kehidupan. Namun fakta ini masih belum sepenuhnya dipahami oleh pelaku usahatanai sehingga perilaku kesehariannya lebih cenderung menyukai tindakan-tindakan yang praktis.5

Keinginan untuk mendapatkan hasil panen yang cepat dan melimpah, petani rela mengeluarkan biaya untuk pembelian pupuk yang sebenarnya itu membuat semakin ketergantungan. Para petani di Desa Depok, khususnya Dusun Banaran ini sudah terbiasa menghadapi harga pupuk yang hampir menghabiskan separuh dari perolehan hasil singkong dan padi. Hama yang menyerang pada tanaman padi juga mengharuskan petani untuk selalu menyemprotkan pestisida kimia untuk mengurangi resiko gagal panen. Hama yang mereka alami biasanya potong leher, wereng, dan walang. Perilaku penggunaan bahan kimia berupa pupuk dan pestisida ini menjadi salah satu indikator masih lemahnya pengetahuan mereka dalam pembuatan pupuk dan pestisida secara alami. Aspek kesuburan lahan mereka yang semakin membutuhkan asupan pupuk yang lebih, karena sifat tanah jika menggunakan pupuk kimia dari musim tanam tahun lalu dengan musim tanam sekarang minimal harus sama seperti panen sebelumnya, bahkan bisa sampai meningkat karena kondisi tanah sudah mulai mengeras (nyengkar). Kebiasaan membeli pupuk kimia dan pestisida

5

R Mangoendihardjo, Pertanian Berkelanjutan: Bahan Bacaan Pendidikan Pertanian Organik Bagi Petani di Kabupaten Madiun,(Surakarta, SUSDEC-LPTP, 2015), hal. 20


(16)

yang tidak bisa mereka tinggalkan menjadi penyebab keuntungan yang diperoleh pada saat musim panen tidak bisa maksimal, sehingga petani juga harus mencari alternatif lain untuk menutupi biaya pembelian pupuk dan pestisida ini.6

Pola pertanian di Indonesia, para petani bercocok tanam hanya sebagai pemenuhan kebutuhan pangan mereka untuk musim selanjutnya sehingga dapat dikatakan tergolong masih dibawah garis sejahtera. Selain dikonsumsi, sebagian dari hasil pertanian mereka jual kepada tengkulak. Harga yang diberikan juga tergolong rendah, sehingga para petani sulit untuk mendapatkan keuntungan yang lebih. Harga penjualan singkong dipasar juga tergolong rendah, komoditas ini sudah banyak yang membudidayakannya sehingga diperlukan pengolahan singkong untuk meningkatkan harga jual, dengan harapan keuntungan petani dapat lebih meningkat daripada dijual secara mentah.

Masyarakat yang bekerja pada sektor pertanian merupakan salah satu penyumbang angka kemiskinan yang ada di Indonesia. Jika melihat kondisi perekonomian di Desa Depok ini juga masih tergolong dibawah garis kemiskinan. Hal ini dikarenakan pendapatan yang mereka peroleh dari sektor pertanian singkong,

jagung dan gogoh masih belum bisa meningkatkan kesejahteraan mereka, dengan

keuntungan minim selain pengeluaran pembelian pupuk dan pestisida juga terdapat biaya pengeluaran yang harus dipenuhi oleh mereka seperti biaya buruh panen, biaya untuk pengangkutan hasil panen (ojek panen) yang diperoleh ini mengingat jarak antara lahan mereka dengan rumah cukup jauh. Selain itu tanaman singkong juga 6


(17)

memiliki masa panen yang cukup lama sehingga mereka tidak dapat menikmati hasil pertanian mereka secara langsung. Mereka dapat menikmati hasil panen jagung setelah tiga bulan dari musim tanam.

Pengangguran musiman ini biasanya dialami oleh para petani, mereka hanya sibuk pada musim tanam dan musim panen saja. Tuntutan keluarga yang selalu mengeluarkan belanja keluarga membuat para petani ini harus mencari pendapatan lain untuk menutup biaya tersebut. Biasanya disela musim tanam dan panen ini terjadi pada bulan Juni sampai dengan Agustus, mereka ke kota untuk menjadi pekerja sementara di proyek-proyek fisik, seperti pembuatan jalan, gorong-gorong, kuli bangunan.7

Secara aksiomatik, manusia ingin agar harkat dan martabatnya dapat dipertahankan dan sekaligus diakui dan dihormarti oleh orang atau pihak lain. Karena mempertahankan harkat dan martabat merupakan kebutuhan secara mandiri, sehingga ketika seseorang bergantung pada orang lain maka harkat dan martabatnya rendah dihadapan orang lain. Para petani juga menginginkan mereka mempunyai harkat dan martabat yang dapat diakui orang lain, dengan mereka berusaha untuk secara mandiri dapat memepertahankan harkat dan martabat mereka sendiri.8Dalam kenyataanya, pada saat ini masih terus berkembang dikalangan masyarakat beberapa etos kerja yang kurang menunjang pembangunan moral bangsa, diantara beberapa sikap tersbut yang dikemukakan adalah :

7

Sondang P. Siagian, Administrasi Pembangunan: Konsep, Dimensi, dan Strateginya, (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2009), hal. 26

8


(18)

1) Budaya konsumtif, munculnya masalah ini disebabkan sulitnya mengajak masyarakat untuk dapat menginvestasikan kekayaannya untuk hal-hal yang produktif, kurang adanya disiplin sosial menyebabkan budaya komsumtif sering sekali

berkembang menjadi persaingan gaya hidup.9

2) Sikapnrimo,mentalitas sikapnrimo(menerima) dengan kerja yang dibatasi untuk

sekedar memenuhi kebutuhan hidup dan hanya berorientasi untuk hari ini tanpa

memperhitungkan hari depannya.10

3) Sikap status Oriented, sikap terhadap kerja yang hanya ditujukan semata-mata

kepada kependudukan dan lambang-lambangnya, merasa mempunyai legliasasi terhadap derajat atau gelar.11

4) Sikap pasif terhadap hidup, hidup dipandang penuh dengan kesusahan, penuh

kesukaran, gampang menyerah dan berkeluh kesah.12

Beberapa etos kerja yang menjadi salah satu ciri masyarakat petani di Desa Depok ini adalah sikap fokus pada kelemahan mereka yang berupa status seorang petani singkong dan jagung. Mereka hanya berasumsi bahwa mereka hanya orang biasa yang sulit untuk menjadi orang kaya. Namun para petani ini mempunyai semangat dalam memenuhi kebutuhan hidup, mereka memaksa untuk tetap melakukan pengolahan lahan menjadi sumber penghasilan mereka. Dengan luas lahan

9

Muchdarsyah Sinungan,Produktivitas : Apa Dan Bagaimana, (Jakarta, Bumi Aksara, 2003), hal. 5

10

Ibid.

11

Ibid.

12


(19)

yang diberikan perhutani yaitu sekitar 5 x 50 m, petani mendapatkan hasil panen dengan rata-rata 5 Kw Singkong, dan 3 Kw jagung.

Harga jual singkong yang relatif rendah yaitu Rp. 500 sampai dengan Rp. 1000 dalam kondisi mentah, sedangkan mayoritas warga mengolah singkong menjadi tepung tapioka dengan cara mengambil patinya13. Jenis singkong yang mejadi komoditas di Desa Depok ini masih tergolong singkong yang mengandung racun atau biasa disebut telo pait, seperti singkong andera, sehingga untuk dijual mentah akan

sulit untuk mendapatkan harga jual yang tinggi. Oleh karena itu petani mengolah singkong ini menjadi tepung tapioka (tepung kanji). Jika diolah menjadi tepung

tapioka, 5 kw singkong mentah akan diperoleh 80 kg pati dengan harga perkilo adalah Rp. 3.600 sampai dengan Rp. 6.000, dan akan diperoleh 10 kg ampas singkong hasil dari penyaringan yang sudah dikeringkan dengan harga jual Rp. 2.000/kg. Jika diakumulasikan hasil dari singkong yang diolah menjadi tepung tapioka petani mendapatkan Rp. 80 x Rp. 6000 = Rp. 480.000 dan 10 x Rp. 2.000 = Rp. 20.000 total Rp. 500.000 dari satu kali panen (10 bulan).Selain itu ptani juga mendapatkan keuntungan kulit singkong yang telah terkelupas bisa menjadi salah satu sumber pakan untuk ternak mereka, dengan melalui proses fermentasi.

Pada hasil penjualan jagung kering, petani menghasilkan rata-rata per musim panen 1.5 kw, dengan harga jual sekitar Rp. 2.500 sampai dengan Rp. 3.000. Jika diakumulasikan dari sektor hasil jagung petani Desa Depok mendapatkan hasil sekitar

13

Sari dari umbi singkong dengan cara membersihkan kulitnya kemudian dihaluskan dan di setelah itu diisi air kemudian disaring sampai ampas nya berwarna keputihan.


(20)

150 x Rp. 3.000 = Rp. 450.000 dalam satu kali panen panen yaitu sekitar 3 bulan. Namun petani hanya bisa melakukan penanaman satu kali, karena tanah sudah fokus untuk pertumbuhan umbi singkong sehingga tidak bisa digunakan untuk melakukan pembibitan. Jadi dalam satu tahun para petani mendapatkan penghasilan Rp. 950.000, sedangkan biaya yang dikeluarkan oleh para petani untuk merawat tanaman singkong dan jagung ini hampir dari setengah biaya pendapatan mereka, pasalnya mereka masih menggunakan pupuk yang disuplai oleh pemerintah yaitu pupuk kimia seperti pupuk urea dengan harga Rp. 110.000, phonska dengan harga Rp. 135.000 ,TS dengan harga Rp. 105.000. Jika ditotal dalam satu musim panen, petani mengeluarkan biaya sekitar Rp. 470.000 untuk pembelian pupuk dan pestisida.

Tabel 1.1

Biaya Operasional Petani

Sumber:diolah dari hasil fokus group diskusi (FGD) dengan warga Dusun Banaran di kediaman Bapak Puryanto (47 th), pada tanggal 9 November 2016, pukul 10.00 WIB.

Hasil analisa keuntungan yang diperoleh oleh petani dalam jangka waktu satu bulan, mereka mendapatkan penghsilan Rp. 40.000 dari sektor pertanian singkong dan jagung ini. Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, petani juga mengeluarkan

Jumlah pengeluaran operasional lahan 5 x 50 m / Tahun

Jenis barang Jumlah Harga Total

Pupuk phonska 1 sak Rp.135.000 Rp. 470.000

Pendapatan per

bulan Rp.

950.000 Rp.

470.000 = Rp.

480.000 / 12 = Rp. 40.000

Pupuk urea 1 sak Rp.110.000

Pupuk TS I sak Rp.105.000

Bibit Jagung ¼kg Rp.15.000

Pestisida (sidapos) 1 botol Rp.55.000


(21)

biaya untuk membeli kebutuhan untuk keluarga seperti biaya untuk membeli kebutuhan mandi, bayar listrik, uang saku untuk anak-anak mereka maupun untuk pembelian lauk pauk. Biaya yang dikeluarkan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari jauh lebih besar daripada pendapatan yang diperoleh mereka dari sektor pertanian, sehingga mereka rela menjadi tenaga kasar di luar kota bahkan pulau. Seperti hasil wawancara dengan ibu Astuti istri bapak Gunawan (36 tahun) yang hidup dengan kedua anaknya. Besarnya pengeluaran daripada pendapatan membuat petani harus bekerja lebih keras mengahasilkan sumber pendapatan alternatif yang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, dengan memanfaatkan waktu luang ketika akan memasuki musim panen tanaman mereka

Tabel 1.2

Survei Belanja Rumah Tangga

Biaya pengeluaran perbulan Belanja pangan

1. Beras/jagung/umbi2an - - Sendiri

2. Lauk pauk (ikan, telur,

dll)

½

kg / hari 7000 210.000

3. Aneka sayur -/bulan - Sendiri

4. Bumbu masak -/bulan 20.000/mgu 80.000

5. Minyak goreng -/bulan 12.000/mgu 48.000

6. Gula -/bulan 6000/mgu 24.000

7. Susu -/bulan - 122.000

Belanja energi, pendidikan, kesehatan, dan sosial.

1. Gas -/bulan - 17.000

2. Bbm motor -/bulan - 35.000

3. Listrik -/bulan - 64.000

4. Uang saku sekolah -/bulan - 150.000


(22)

6. Pulsa HP -/bulan - 10.000

Total Rp. 810.000

Sumber:diolah dari hasil wawancara survey belanja rumah tangga dengan Astuti (34 th) di kediamannya, pada tanggal 3 desember 2016, pukul 11.00 WIB.

Hasil wawancara dengan Astuti, dapat dilihat bahwa biaya yang mereka keluarkan untuk mencukupi kebutuhan dalam satu bulan mencapai Rp. 810.000. Dari beberapa pengeluaran, lauk pauk merupakan pembelian yang paling banyak mengeluarkan biaya, yaitu mencapai Rp. 210.000/bulan. Sedangkan untuk uang saku anak menempati urutan terbesar kedua yaitu mencapai angka Rp. 150.000/bulan. Dan yang lain juga masih banyak seperti pembelian susu untuk anak, BBM untuk kendaraan motor.

Besarnya pendapatan dalam suatu keluarga yang diperoleh dari usahatani tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya, salah satu faktor itu adalah luas lahan yang digunakan untuk memproduksi dalam kegiatan usahatani.14 Jika dibandingkan dengan lahan yang dimiliki oleh para petani di Desa Depok ini masih tergolong kecil, karena lahan mereka 5 x 50 meter belum dikurangi dengan keberadaan tanaman milik perhutani.

Menurut L. Greenberg yang dikutip oleh Muchdarsyah, bahwa yang dimaksud dengan produktivitas yaitu suatu perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu di bagi totalitas masukan selama periode.15Hasil panen yang diperoleh oleh petani dalam menanam singkong dan jagung ini perlu dilihat keefektivitasanya,

14

Hernanto,Ilmu Usaha Tani, (Jakarta: Penebar Swadaya, 1994), hal. 84

15


(23)

dibagi dengan totalitas biaya pengeluaran selama periode panen tersebut. Selain itu, produktivitas yang ideal juga harus mampu mengikutsertakan pendayagunaan secara terpadu antara sumber daya manusia dan keterampilan, barang modal teknologi, manajemen, informasi, energi dan sumber-sumber lain yang dapat mengembangkan dan meningkatkan standart hidup untuk seluruh masyarakat.16

Langkah-langkah pemberdayaan masyarakat dapat dibenarkan dengan memerlukan peningkatan efektivitas kerja, dan juga tambahan pengetahuan untuk dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki petani selama ini. Dengan menggunakan pendekatan Participatory Action Research (PAR) yaitu dimana masyarakat sebagai

subjek perubahan mereka dilibatkan langsung mulai dari awal kegiatan, penentuan masalah utama yang sedang mereka alami sampai dengan akhir kegiatan. Peneliti bersama masyarakat menitik beratkan pada fokus permasalahan penggunakan pupuk kimia dan pestisida sebagai salah satu permasalahan disektor pertanian mereka. Minimnya pengetahuan petani tentang bahaya akibat penggunaan bahan kimia yang berkelanjutan, dan informasi yang diperoleh tentang pertanian menjadi salah satu faktor peneliti untuk terlibat aktif dalam proses pemberdayaan.

B. Rumusan Masalah

Petani singkong dan jagung yang berada di Desa Depok, khususnya Dusun Banaran adalah sebagian kecil dari petani yang ada di Trenggalek yang mengalami ketergantungan pada pembelian pupuk kimia untuk tanaman mereka, sedangkan pendapatan mereka dari sektor pertanian tergolong masih sedikit. Dari uraian di atas, 16


(24)

maka perlu melakukan pendampingan agar mereka mampu keluar dari ketergantungan itu. Sehingga untuk mengurai permasalahan yang terjadi, maka perlu pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi perekonomian petani singkong dan padi di Dusun Banaran

Desa Depok ?

2. Faktor apa yang menyebabkan rendahnya penghasilan petani di Dusun Banaran

Desa Depok ?

3. Bagaimana strategi yang efektif untuk memberdayakan petani dari rendahnya

pendapatan di Dusun Banaran Desa Depok ?

C. Tujuan Penelitian untuk Pemberdayaan

Penelitian aksi yang difokuskan pada permasalahan yang dialami oleh para petani singkong dan jagung ini diharapkan mereka memahami:

1. Permasalahan yang sedang mereka alami yaitu rendahnya penghasilan dari

sektor pertanian di Dususn Banaran Desa Depok.

2. Faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya penghasilan dari sektor pertanian

di Dusun Banaran Desa Depok.

3. Strategi yang digunakan untuk memecahkan permasalahan rendahnya

penghasilan dari sektor pertanian di Dusun Banaran Desa Depok ini.

D. Strategi Pemberdayaan 1. Analisis Masalah

Proses pemberdayaan masyarakat diperlukan analisis yang digunakan untuk memahami sebuah persoalan itu secara komperhensif. Dalam penelitian tentang


(25)

rendahnya ekonomi pertanian petani singkong dan jagung di Dusun Banaran ini digunakan analisis pohon masalah. Langkah ini digunakan untuk memahami lebih detail bagaimana permasalahan utama itu terjadi, dan disebabakan oleh permasalahan pendukung, sampai pada permasalahan inti yang kemudian dilanjutkan dengan proses perencanaan program. Dari beberapa temuan problem di lapangan peneliti bersama masyarakat adalah sebagai berikut:


(26)

Bagan. 1.1

Pohon Masalah Rendahnya Penghasilan Petani dari Sektor Pertanian

Sumber:diolah dari hasil fokus group diskusi (FGD) dengan warga Dusun Banaran di kediaman Puryanto (47th), pada tanggal 9 November 2016, pukul 11.10.

Dari tabel pohon masalah yang terdapat di atas, permasalahan mendasar yang dialami oleh petani adalah rendahnya penghasilan sektor pertanian. Rendahnya penghasilan pada sektor pertanian. Fakta yang menunjukkan bahwa masih rendahnya

Bertambahnya kebiasaan

merantau di kalangan

keluarga pertani

Bertambahnya jumlah

kemiskinan di kalangan petani

Rendahnya penghasilan petani dari sektor pertanian di Dusun Banaran Desa Depok Kecamatan Bendungan

Tingginya tingkat

ketergantungan petani pada pembelian pupuk kimia dan pestisida kimia

Belum efektifnya

kelompok wanita tani

(KWT) Srikandi

dalam pemberdayaan petani

Rendahnya penguatan

pemerintah Desa

Depok terhadap sektor pertanian

Belum adanya

keterampilan

pengolahan pupuk dan

pestisida secara

mandiri

Minimnya kesadaran

pengurus terhadap

fungsi KWT Srikandi

Belum ada yang

mengadvokasi

kebijakan untuk

memperkuat sektor

pertanian

Belum adanya

pelatihan pembuatan pupuk dan pestisida dari bahan oorganik

Belum adanya

penguatan kepada

bagian pengurus KWT Srikandi

Belum adanya inisiasi penguatan pemerintah

Desa Depok pada


(27)

pendapatan dari tanaman singkong dan jagung ini dapat dilihat dari biaya yang dikeluarkan petani untuk pengolahan, perawatan dan proses pemanenan. Sedangkan untuk hasil panen sendiri, petani rata-rata mendapatkan penghasilan dalam bentuk rupiah sekitar Rp. 970.000 belum dikurangi dengan biaya selama ini mereka menanam sampai dengan memanen. Bagaimana antara pemasukan dengan pengeluaran dalam fakta ini sangat jauh.

Dan terdapat dua dampak yang dari permasalahan rendahnya pendapatan petani dari sektor pertanian di Dusun Banaran Desa Depok ini, yaitu:

a) Tingginya tingkat ketergantungan petani pada pembelian pupuk kimia dan

pestisida kimia.Tingginya tingkat kemiskinan. Rendahnya perekonomian para petani singkong dan jagung ini menjadi salah satu indikator mereka masih dalam kondisi digaris kemiskinan. Upaya yang dilakukan mereka seperti merantau keluar kota atau pulau bahkan keluar negeri seperti Malaysia mereka gunakan untuk mencukupi kebutuhan mereka ketika menunggu musim panen. Selanjutnya mereka bergantung pad hasil pertanian mereka yang masih rendah ini.

b) Tingginya budaya merantau. Budaya merantau dikalangan keluarga petani

sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh mereka. Kegiatan merantau ini mereka lakukan untuk mencukupi kebutuhan keluarga mereka. Biasanya para kepala keluarga (suami) bekerja menjadi tenaga kasar untuk proyek-proyek yang pendapatannya sekitar Rp.80.000 dalam perhari, mereka gunakan sebagaian untuk mencukupi kebutuhan mereka disana sebagian lainnya mereka kirimkan kepada keluarga mereka untuk kebutuhan rumah tangga. Mereka melakukan ini pada bulan Juni sampai


(28)

dengan bulan Agustus, setalah itu mereka kembali ke desa untuk persiapan memanen tanaman singkong dan jagung mereka.

Selanjutnya terdapat tiga penyebab rendahnya pendapatan petani dari sektor pertanian di Dusun Banaran Desa Depok Kecamatan Bendungan, yaitu:

a) Tingginya tingkat ketergantungan petani pada pembelian pupuk kimia dan

pestisida kimia. Para petani beranggapan bahwa pupuk kimia lebih cocok dengan keinginan mereka yaitu hasil panen bisa lebih cepat. Namun masih jarang petani yang mengakumulasi pengeluaran mereka untuk pembelian bahan-bahan ini. Masih banyaknya pengeluaran pupuk dan pestisda kimai ini dipengaruhi oleh minimnya pengetahuan petani tentang pengolahan sumber daya alam yang mereka miliki. Belum adanya pelatihan tentang pembuatan pupuk organik dan pestisida nabati secara mandiri menjadi penyebab inti dari sektor ini.

b) Belum efektifnya kelompok wanita tani (KWT) dalam pemberdayaan petani.

Penyebab inti yang kedua yaitu masih belum efektifnya kelompok wanita tani yang merupakan subjek pendampingan. Fungsi sebuah kelompok tani diharapkan dapat memberdayakan para anggotanya untuk bisa berkembang dalam bidang pertanian, namun pada fakta di lapangan, masih minimnya kegiatan kelompok tani yang bertujuan untuk mensejahterakan para petani. Faktor yang menyebabkan ini salah satunya dari bagaimana kesadaran para pengurus kelompok wanita tani dalam mengemban kewajiban mereka sebagai orang yang dipercaya untuk dapat melakukan pemberdayaan melalui kelompok wanita tani. Dan minimnya kesadaran dari para pengurus kelompok wanita tani juga dipengaruhi masih rendahnya pengetahuan


(29)

mereka dalam melakukan kewajiban sebagai pengurus, sehingga diperlukan penguatan melalui para pengurus-pengurus kelompok tani ini.

c) Rendahnya penguatan pemerintah Desa Depok terhadap sektor pertanian.

Rendahnya penguatan pemerintah Desa Depok pada para petani ini dibuktikan minimnya adanya kegiatan-kegiatan pemerintah dalam memberdayakan para petani di Dusun Banaran, umunya di Desa Depok. Faktor yang menyebabkan rendahnya penguatan pemerintah pada sektor pertanian ini karena beluam ada yang mengadvokasi kebijakan pemerintah. Selama ini kelompok tani yang ada di Desa Depok masih bergantung pada program yang diberikan oleh dinas pertanian seperti pemberian bibit singkong atau jagung, dan kegiatan tahunan seperti simpan pinjam pada kelompok tani yang biasanya dilakukan para petani satu tahun sekali. Belum ada yang menginisiasi tentang kebijakan ini menjadi penyebab tidak adanya penguatan dari pemerintah terhadap petani.

2. Analisis Tujuan

Analisis tujuan yang dilakukan pendamping bersama para petani, dengan menjadikan permasalahan yang telah diketahui menjadi acuannya. Dari analisis pohon maslahan dapat disimpulkan bahwa belum ada pihak-pihak yang melakukan pendampingan pada para petani agar lebih meningkat dalam sektor penghasilannya. Dan belum adanya pihak yang menginisiasi pemerintah desa untuk memberikan penguatan pada sektor pertanian. Sehingga para petani bersama pendamping melakukan upaya pemecahan permasalahan yang terjadi, adapaun uraianya adalah sebagai berikut:


(30)

Bagan. 1.2

Analisis Tujuan tentang Rendahnya Penghasilan Petani dari Sektor Pertanian

Sumber:diolah dari hasil fokus group diskusi (FGD) dengan warga Dusun Banaran di rumah Bapak Puryanto (47th), pada tanggal 9 November 2016, pukul 11.20.

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh para petani bersama pendamping yaitu berkurangnya jumlah kebiasaan merantau di kalangan keluarga petani, dan juga

Berkurangnya kebiasaan merantau di kalangan keluarga pertani

Berkurangnya jumlah

kemiskinan di kalangan petani

Tingginya penghasilan petani dari sektor pertanian di Dusun Banaran Desa Depok Kecamatan Bendungan

Rendahnya tingkat

ketergantungan petani pada pembelian pupuk dan pestisida kimia

Efektifnya kelompok wanita tani (KWT) dalam pemberdayaan petani

Tingginya penguatan

pemerintah Desa

Depok terhadap sektor pertanian

Adanya keterampilan pengolahan pupuk dan

pestisida secara

mandiri

Tingginya kesadaran

pengurus terhadap

fungsi KWT Srikandi

Adanya yang

mengadvokasi

kebijakan untuk

memperkuat sektor

pertanian

Adanya pelatihan

pembuatan pupuk dan pestisida dari bahan organik

Adanya penguatan

kepada bagian

pengurus KWT

Srikandi

Adanya inisiasi

penguatan pemerintah

Desa Depok pada


(31)

berkurangnya jumlah kemiskinan di kalangan para petani. Untuk mencapai tujuan ini, ditunjang dengan beberapa faktor tujuan mendasar yang lain yaitu:

a) Adanya pelatihan pembuatan pupuk organik dan pestisida nabati. Sebagai upaya

untuk meningkatkan sumber daya manusia para petani agar mempunyai keterampilan dalam mengoptimalkanan pertanian mereka. faktor ini dianggap sangat memberikan berperan penting dalam kemajuan sumber daya manusia para petani.

b) Adanya penguatan pada pengurus KWT Srikandi. Pada sektor lembaga

diharapkan kelompok wanita tani Srikandi yang merupakan subjek pendampingan dapat lebih efektif dalam melakukan kegiatannya untuk membantu memberdayakan para petani dari kaum wanita.

c) Adanya inisiasi penguatan pemerintah Desa Depok terhadap sektor pertanian. Faktor ini juga diharapkan mampu memunculkan kebijakan yang dapat membantu meningkatkan kesejahteraan para petani melalui kelompok-kelompok tani yang ada di Desa Depok.

E. Analisis Startegi Program

Proses untuk mencapai tujuan diperlukan beberapa strategi yang terstruktur. Pada kegiatan pemberdayaan para petani ini, untuk memperjelas alur pikiran peneliti dalam mencapai tujuan-tujuan yang ada bersama mereka, berikut adalah kerangka berfikir dalam penelitian pendampingan ini:


(32)

Bagan 1.3

Kerangka Berfikir dalam Pemberdayaan Petani dari Rendahnya Penghasilan Sektor Pertanian

Sumber:diolah dari hasil fokus group diskusi (FGD) dengan anggota KWT Srikandi di kediaman Bapak Sugeng (52th), pada tanggal 22 November 2016, pukul 10.30.

Tabel di atas menunjukan langkah-langkah pendamping bersama para petani dalam melaksanakan program pendampingan. Berawal dari permasalahan kemudian dilanjutkan dengan membuat harapan atau tujuan yang direalisasikan dengan

No. Masalah Harapan Proses Hasil

1.

Tingginya tingkat ketergantungan petani pada pembelian pupuk kimia dan pestisida kimia

Rendahnya tingkat

ketergantungan

petani pada

pembelian

pupuk dan

pestisida kimia

Mengenalkan potensi alam yang dapat menjadi pengganti pupuk dan pestisida, dan pelatihan

pembuatannya.

Subjek dampingan dapat mengelola potensi alam yang mereka miliki, dan menjadi lokal leader bagi petani yang lain. 2. Belum efektifnya kelompok wanita tani (KWT) Srikandi dalam pemberdayaan petani Efektifnya kelompok

wanita tani

(KWT) dalam

pemberdayaan petani

Mengadakan kegiatan pelatihan di kelompok wanita tani Srikandi, dan memberikan cara untuk melakukan program bagi KWT Srikandi kedepannya.

Petani mempunyai program yang dapat meningkatkan perekonomian mereka pada sektor pertanian. 3. Rendahnya penguatan pemerintah Desa Depok terhadap sektor pertanian Tingginya penguatan pemerintah

Desa Depok

terhadap sektor pertanian

Mempresentasikan hasil analisa kerugian akibat pembelian pupuk kimia, dan hasil pelatihan pembuatan pupuk dan pestisida kepada pemerintah desa dan petani Desa Depok.

Adanya program pemerintah Desa Depok untuk menguatkan keterampilan para petani, dan menekankan larangan penggunaan pupuk kimia secara berlebihan.


(33)

program. Dengan berpedoman tabel ini, diharapkan pendamping dan para petani dapat melakukan program sesuia dengan permasalahan yang terjadi, dan lebih mudah untuk melakukan evaluasi pada hasil yang dicapai, dan menjadikan hasil evaluasi sebagai pedoman untuk langkah kedepannya.

F. Sistematika Pembahasan

Adapun pembahasan skripsi ini terdiri dari IX Bab yang mencakup dari awal sampai dengan akhir laporan, dan diuraikan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, pada bab ini yang menjelaskan tentang judul yang digunakan dalam penelitian ini, dengan mencakup beberapa hal penting mengenai latar belakang terjadinya masalah di Desa Depok yang merupakan lokasi penelitian, tujuan dan strategi program yang dilakukannya dalam riset pendampingan. Serta melihat sistematika pembahasan yang akan digunakan dalam laporan skripsi ini.

BAB II Kajian Teori dan Penelitian yang Relevan. Pada bab ini membahas tentang teori yang digunakan dalam sebuah pemberdayaan self help dan penjelasan

dengan penelitian terdahulu yang relevan.

BAB III Metodologi Penelitian. Pada bab ini membahas tentang metode yang

digunakan, yaitu membahas tentang metode Participatory Action Research (PAR)

yang digunakan dalam riset, prosedur dalam penelitian, subjek pendampingan, teknik-teknik dalam pendampingan, teknik pengumpulan data, teknik validasi data, teknik analisa data dan analisa stakeholder atau pihak-pihak yang terkait dalam


(34)

BAB IV Gambaran Umum Lokasi Pendampingan. Membahas tentang gambaran secara umum tentang lokasi yang digunakan pendampingan. Dengan menjelaskan tentang profil Desa Depok secara geografis, demografis yang mencakup jumlah penduduk, tingkat ekonomi, pendidikan, sosial budaya, agama dan menjelaskan bagaimana pertanian singkong dan jagung di Desa Depok yang merupakan komoditas tanaman mereka.

BAB V Temuan Problem. Pada bab membahas tentang analisa situasi problematik yang terjadi di Desa Depok meliputi tingkat penggunaan pupuk kimia dan pestisida pada pertanian singkong, padi dan jagung, kegiatan sehari-hari masyarakat, analisis pengeluaran masyarakat tentang pertanian dan rendahnya pemahaman tentang bahaya pengguanaan pupuk kimia dan pestisida disertai minimnya keterampilan dalam mengoptimalkan potensi yang ada.

BAB VI Dinamika Aksi Perubahan. Pada bab ini membahas tentang proses dalam melakukan pendekatan kepada pihak-pihak yang terkait dalam proses pendampingan, dengan harapan dapat memberikan kontribusi yang diperlukan oleh para petani.

BAB VII Aksi Perubahan Untuk Meningkatkan Ekonomi Petani. Bab ini memberikan penjelasan tentang strategi yang akan digunakan sebagai alternatif untuk memecahkan problem yang terjadi yaitu ketergantungan petani singkong dan jagung terhadap pemakain pupuk kimia dan pestisida kimia. Dan memberikan pemahaman kepada para petani tentang besarnya biaya operasional pemupukan dan pestisida selama ini..


(35)

BAB VIII Analisis dan Refleksi.Pada bab ini membahas tentang analisis teori

dan refleksi metodologi yang telah digunakan pada aksi-aksi yang dilakukan.

BAB IX Simpulan. Pada bab ini membahas tentang kesimpulan dan rekomendasi dari proses pendampingan bersama petani singkong dan jagung di Desa Depok, Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek yang telah ditulis dalam laporan skripsi.


(36)

A. Pengertian Pemberdayaan

Pengertian pemberdayaan yang dikemukakan oleh Mc. Ardle yang dikutip oleh Harry Hikmat yaitu sebagai proses pengambilan keputusan orang-orang yang secara konsekuen melaksanakan keputusan-keputusan yang telah diambil tersebut. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan sebuah keharusan untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, keterampilan dan sumber daya lainnya. Hal itu dalam rangka mencapai tujuan mereka tanpa bergantung pada pertolongan eksternal. Namun pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Ardle bukan bertujuan untuk mencapai sebuah tujuan semata, namun lebih mementingkan makna sebuah proses dalam pengambilan keputusan sebagai langkah untuk mencapai tujuan.17

Istilah lain keberdayaan dalam konteks pengembangan masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa dengan invidu-individu lainnya dalam masyarakat untuk membangun keberdayaan diri mereka yang bersangkutan. Memberdayakan masyarakat adalah langkah atau proses mengupayakan unsur-unsur keberdayaan dalam masyarakat sehingga mereka mampu meningkatkan harkat dan martabat dan keluiar dari sebuah ketergantungan yang mengkondisikan

17

Harry Hikmat,Strategi Pemberdayaan Masyarakat(Bandung: Humaniora Utama Press, 2010), hal. 3


(37)

mereka dalam perangkap kemiskinan dan keterbelakangan, atau dengan istilah lain memandirikan masyarakat.18

Menurut Parsons yang dikutip oleh Suharto, pemberdayaan yaitu sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas, mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta

lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan

menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan-keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupanya dan orang lain yang menjadi perhatiannya. Sedangkan pendapat Ife yang dikutip oleh Suharto, pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung. Para petani sebagai orang-orang yang lemah, diberdayakan agar mereka mampu meningkatkan kekuasaan mereka atas potensi yang mereka miliki. Kekuasaan mereka mampu keluar dari ketergantungan pada pupuk kimia dan pestisida kimia.19

Pengertian lain, pemberdayaan atau pengembangan sumber daya manusia adalah upaya memperluas pilihan bagi masyarakat, memberikan kemampuan pada masyarakat untuk bisa memikir lebih baik untuk jangka panjang. Sehingga ini dapat diartikan masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Belajar bersama mereka untuk belajar dengan menyederhanakan sesuatu yang sulit mereka pahami, dengan memakai logika mereka sendiri, sehingga dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah

18

Anwar,Manajemen Pemberdayaan Perempuan(Bandung: Alfabeta, 2007), hal. 1

19

Edi Suharto,Membangun Masyarakat, Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial,(Bandung: PT Refika Aditama, 2005), hal. 58


(38)

yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk mengadakan pilihan-pilihan.20

Pemberdayaan sebagai sebuah proses masyarakat untuk melakukan perubahan-perubahan yang telah terencana, seperti yang dirinci oleh Lippit dan

Riant dalam Mardikanto, yaitu langkah-langkah yang perlu dilakukan

pemberdayaan adalah sebagai berikut:

a) Penyadaran masyarakat, yaitu sebuah kegiatan untuk menyadarkan

masyarakat tentang keberlangsungan mereka yang bukan hanya sebagai makhluk individu dan anggota masyarakat, namun juga kapasitas dalam lingkungan sosial, budaya, dan ekonomi. Sehingga mereka mempunyai pemikiran yang lebih jauh bagaimana dampak yang akan dihadapi mereka ketika sebuah permasalahan itu terus berlangsung. Seperti yang dialami oleh para petani di Dusun Banaran yang merupakan sebagian kecil petani dari Desa Depok yang telah merasa nyaman dengan pemakaian pupuk dan pestisida kimia, dengan hasil pertanian yang instant dan lebih mudah membentuk karakterisitik petani menjadi berubah dari yang tradisional menjadi modern.21

b) Menunjukkan adanya masalah yang dialami oleh masyarakat. Proses ini merupakan langkah yang bersamaan dengan langkah penyadaran masyarakat, dengan menunjukkan permasalahan yang sebenarnya sedang mereka alami. Permasalahan ini biasanya menyangkut pada sisi kelemahan petani salah satunya

20

Nanih Machendrawaty dkk,Pengembangan Masyarakat Islam,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994) hal. 42

21

Totok Mardikanto, dkk. Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Kebijakan Publik. (Bandung: CV. Alfabeta, 2012), hal. 123


(39)

pada sumber daya manusia yang lemah, dan minimnya pemaksimalan kekuatan yang mereka miliki.22

c) Membantu pemecahan masalah. Belajar bersama masyarakat untuk

menanalisa permasalahan yang sedang mereka hadapi, langkah ini perlu dilakukan bersama mereka sehingga mereka juga akan belajar dalam memahami permasalahan mereka. Melakukan analisis akar masalah, alternatif solusi, serta pilihan alternatif paling mungkin.23

d) Menunjukkan pentingnya perubahan, bahwa mereka perlu melakukan perubahan yang merupakan keniscayaan yang harus mereka antisipasi. Perubahan yang mereka hadapi belum tentu kearah yang baik, namun jika sebuah permasalahan sosial itu dibiarkan maka tidak menutup kemungkinan mereka akan mengalami ketidakberdayaan.24

e) Melakukan pengujian dan demonstrasi. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui aktifitas pemberdayaan paling bermanfaat yang beresiko terkecil. Sebuah pembelajaran bagi masyarakat untuk mendidik mereka dalam melakukan perubahan kecil yang bisa memberikan dampak yang lebih baik bagi mereka. Uji coba pupuk dan pestisida yang telah dibuat, diharapkan bisa menjadi tolak ukur keberhasilan dalam pelatihannya.25

Pemberdayaan masyarakat juga harus mempunyai tahapan-tahapan yang dapat dijadikan sebuah pedoman dalam proses pemberdayaan. Menurut Azis yang

22

Ibid.

23

Ibid.

24

Ibid.

25


(40)

dikutip oleh Alfitri dalam buku “Community Development Teori dan Aplikasi”

memberikan panduan tahapan pemberdayaan sebagai berikut:

1). Membantu masyarakat menemukan masalahnya26

2). Melakukan analisis masalah tersebut secara mandiri.27 3). Menentukan skala prioritas masalah.28

4). Mencari solusi atas masalah.29

5). Implementasi penyelesaian masalah.30 6). Evaluasi.31

Secara konseptual, Aziz juga menambahkan agar dalam proses

pemberdayaan masyarakat diharapkan mampu memenuhi beberapa hal berikut:

1. Learning by doing. Pemberdayaan adalah proses belajar, dan terdapat tindakan

konkrit yang kontinyu dan dampaknya apa terlihat. Proses belajar para petani mulai dari kegiatan pengolahan data, sampai dengan evaluasi program diharapkan bisa menjadi motivasi mereka untuk belajar terus. Dari pengalaman tersebut, dampak apa yang dirasakan oleh para petani.32

2. Problem solving. Pemberdayaan harus memberikan pemecahan masalah

krusial pada waktu yang tepat. Kegiatan pemberdayaan yang dilakukan ini, diharapkan bisa membantu para petani keluar dari permasalahan ketergantungan pada pupuk dan pestisida kimia.33

26

Alfitri, Community Development: Teori dan Aplikasi. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal.26

27

Ibid.

28

Ibid.

29

Ibid.

30

Ibid.

31

Ibid.

32

Ibid, hal.24

33


(41)

3. Self evaluation. Pemberdayaan harus mampu mendorong masyarakat

melakukan evaluasi secara mandiri. Pada kegiatan evaluasi, para petani difasilitasi oleh pendamping agar mereka mampu menilai hasil yang telah dicapai. Dengan harapan mereka mampu menjadikan kegagalan yang ada sebagai panduan untuk

proses pemberdayaan kedepan.34

4. Self development and coordination. Pemberdayaan agar mendorong

pengembangan diri dan melakukan koordinasi dengan pihak lain secara luas. Proses penguatan pada kelompok wanita tani, diharapkan para pengurus mampu melakukan koordinasi dengan pihak-pihak lain yang dapat memberikan penguatan pada para petani.35

5. Self selection. Pemberdayaan menumbuhkan kemandirian dalam menetapkan

langkah kedepan. Para petani mulai menunjukan langkah-langkah untuk melakukan program ke depan, yaitu dengan mengusulkan kegiatan penanaman sayuran sebagai pemanfaatan pupuk alami yang telah mereka hasilkan.36

Menurut Soetomo, dalam proses pemberdayaan masyarakat diperlukan langkah-langkah pendekatan sebagai berikut, yaitu:

1. Sentralisasi menjadi desentralisasi. Desentralisasi dalam hal ini diarahkan pada bentuk kewenangan masyarakat untuk melakukan kontrol terhadap pengambilan keputusan dan sumber daya. Desentralisasi ini berarti mencakup lapisan masyarakat miskin akar rumput, bukan semata berhenti pada elit lokal setempat. Kekuasaan yang selama ini terpusat pada penyuplai pupuk kimia dan

34

Ibid.

35

Ibid.

36


(42)

pestisida kimia, diharapkan dapat dikuasai oleh masyarakat petani dengan keterampilan yang mereka miliki.37

2. Top down menjadi bottom up. Pendekatan pemberdayaan cenderung

mengutamakan alur dari bawah ke atas. Proses dan mekanismenya dapat melalui dua kemungkinan, yaitu identifikasi masalah dan kebutuhan masyarakat direspon sendiri oleh masyarakat bersangkutan dalam bentuk program pembangunan yang direncanakan dan sekaligus dilaksanakan oleh masyarakat. Kemudian identifikasi masalah dan kebutuhan masyarakat diakomodir oleh pemerintah untuk dimasukkan kedalam program pembangunan pemerintah. Pengadvokasian pada penguatan kebijakan pemerintah Desa Depok dilakukan dengan menerima usulan dari para petani.38

3. Uniformity menjadi variasi lokal. Pendekatan pemberdayaan sangat

memberikan toleransi kepada variasi lokal atau kearifan lokal, dengan demikian program-program yang dirumuskan dan dilaksanakan sangat berorientasi pada permasalahan dan kondisi serta potensi setempat.39

4. Sistem komando menjadi proses belajar. Pendekatan pemberdayaan memosisikan masyarakat lebih berkedudukan sebagai subyek atau aktor, dalam hal ini, proses belajar yang dilakukan untuk meningkatkan inisiatif merupakan rangkaian pemantapan kapasitas. Peningkatan kapasitas ini bermakna pengakuan akan kemampuan para petani untuk melakukan langkah-langkah menuju keberdayaan atas sumber daya yang mereka miliki.40

37

Soetomo,Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal. 72

38

Ibid.

39

Ibid.

40


(43)

5. Ketergantungan menjadi keberlanjutan. Pemberian kewenangan kepada masyarakat dalam pengelolaan pembangunan akan lebih mendorong tumbuh kembangnya inisiatif dan kreatifitas yang memacu keberlanjutan. Pelatihan yang dilakukan diharapkan bisa menjadi modal petani untuk menjaga keberlanjutan kegiatan pemberdayaan ini.41

6. Social exclusion menjadi sosial inclution. Seluruh lapisan masyarakat

terutama lapisan bawah, mendapatkan peluang yang sama dalam berpartisipasi pada semua proses kehidupan, dalam mengakses semua pelayanan, serta dalam mengakses sumber daya dan informasi.42

Pemberdayaan petani dilakukan dengan menyentuh langsung pada sektor-sektor yang penting. Dan dalam program peningkatan kesejahteraan petani, terdapat beberapa sektor penting yang menjadi fokus revitalisasi, adapun sektor itu adalah:

1. Revitalisasi sistem penyuluhan pertanian secara intensif perlu dikoordinasikan dengan pemerintah daerah baik itu provinsi maupun kabupaten. Pada pihak penyuluh lapangan Desa Depok, diharapkan mampu memberikan penguatan pada para petani secara intensif. Sehingga para petani mempunyai keterampilan yang lebih.43

2. Penumbuhan dan penguatan lembaga pertanian dan pedesaan untuk meningkatkan posisi tawar petani. Lembaga kelompok tani di Desa Depok juga

41

Ibid.

42

Ibid.

43


(44)

diharapkan mampu memberikan penguatan pada hasil panen mereka, sehingga harga panen mereka bisa berada dikondisi yang tinggi.44

3. Penyederhanan mekanisme dukungan kepada petani dan pengurangan hambatan usaha tani. Pihak pemerintah Desa Depok diharapkan dapat melancarkan kegiatan untuk penguatan petani.45

4. Perlindungan terhadap petani dari persaingan usaha yang tidak sehat dan perdagangan yang tidak adil, pengembangan upaya pengentasan kemiskinan. Permasalahan yang biasa dialami oleh petani, yaitu harga hasil panen mereka mudah ditawar oleh para tengkulak. Lemahnya perlindungan petani pada sektor hasil panen juga perlu dilakukan penguatan.46

B. Konsep Produktivitas

Secara umum produktivitas dapat diartikan sebagai hubungan hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masuknya yang sebenarnya. Misalnya produktivitas adalah ukuran efesiensi produktif, jadi bagaimana kegiatan sebuah produksi yang memiliki perhitungan waktu yang cukup efesien sehingga dapat meningkatkan hasil dari produksi tersebut. Produktivitas juga dapat diartikan sebagai cara pemanfaatan secara baik terhadap sumber-sumber daya dalam memproduksi barang-barang.

Menurut L. Greenberg yang dikutip oleh Muchdarsyah, produktivitas merupakan perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagai

44

Ibid.

45

Ibid.

46


(45)

totalitas masukan selama periode tersebut.47 Sedangkan pengertian produktivitas

menurut Hasibuan yaitu perbandingan antara hasil (output) dengan masukan

(input).48 Jika Produktivitas naik ini hanya dimungkinkan oleh adanya

peningkatan efisiensi (waktu-bahan-tenaga) dan sistem kerja, teknik produksi dan

adanya peningkatan keterampilan dari tenaga kerjanya. Bagaimana suatu

peningkatan ekonomi pertanian didukung dengan adanya efesiensi bahan, jika dilihat pada lingkungan Desa Depok, terdapat banyak sekali kotoran ternak yang masih belum dimaksimalkan untuk menunjang pengeluaran dari pembelian pupuk kimia yang selama ini mereka lakukan. Selain itu keefesiensian waktu juga mendorong petani untuk mencari alternatif jenis singkong yang mampu berkembang dengan waktu yang sama namun memberikan keuntungan yang lebih besar.

Menurut Riyanto secara teknis produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang

diperlukan (input).49 Produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran tenaga kerja persatuan waktu.

Ada tiga faktor produksi menurut ekonom klasik dalam pembangunan ekonomi, yaitu: tanah, pekerja, dan modal. Menurut mereka, tanah terdapat dalam jumlah yang tetap, tidak tergantung pada tingkat harganya. Artinya harga dapat

47

Muchdarsyah Sinungan,Produktivitas:Apa dan Bagaimana,(Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal. 12

48

Hasibuan Malayu Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, (Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 1996), hal.126

49


(46)

naik turun, tetapi jumlah tanah yang ditawarkan tidak akan berubah.50 Bahkan kualitas tanah juga akan mempengaruhi pada hasil yang akan diperoleh. Semakin subur tanah yang digunakan, maka hasil yang diperoleh juga akan mengalami peningkatan. Selain itu faktor tenaga kerja juga harus diperhatikan sebagai tenaga kerja dengan modal, bagaimana kefektivitasan waktu tenaga yang mereka keluarkan untuk mengolah modal dengan keuntungan yang mereka peroleh.

Faktor yang mempengaruhi pembangunan ekonomi di Indonesia salah satunya adalah produktivitas yang rendah, dalam penjelasanya bahwa rendahnya produktivitas dipengaruhi oleh kualitas manuisa dan sumber daya alam. Namun yang lebih penting pada permasalahan di Desa Depok ini yaitu bagaimana angkatan kerja sebagai petani ini mempunyai kualitas yang baik. Syarat yang dibutuhkan untuk mencapai angkatan kerja yang mempunyai kualitas baik adalah bila penduduk ini tidak buta huruf, sehat, cukup makan, kuat dan terlatih, sehingga jika kualitas sumber daya manusia sudah baik, maka faktor sumber daya

alam tidak begitu penting dalam pembangunan ekonomi.51

Faktor lain yang mempengaruhi adalah jumlah kapital yang sedikit. Kapital adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan, langsung maupun tidak langsung, dalam produksi untuk menambahoutput, dengan kata lain kapital terdiri

dari barang-barang yang akan dibuat penggunaan produksi pada masa yang akan datang yang meliputi pabrik-pabrik, bangunan-bangunan, dan alat-alat.52Sehingga kelangkaan kapital ini berarti mutlak dalam hubunganya dengan investasi yang

50

S. Mulyadi, Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2003), hal.194

51

Irawan, dkk.Ekonomika Pembangunan,(Yogyakarta: BPFE, 2002), hal. 286

52


(47)

menguntungkan. Karena produktivitas tenaga kerja di negara berkembang rendah, berarti pendapatan negara tersebut juga rendah dan berdampak pada tabungan sebagai pembentuk kapital yang rendah. Keadaan ini disebut dengan lingkaran setan (vicious circle) yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini53:

Bagan. 2.1

Lingkaran Setan (vicious circle)

Dari gambar di atas dapat dilihat, bahwa rendahnya pendapatan disebabkan oleh rendahnya tingkat produktivitas yang rendah. Sehingga mengakibatkan tingkat konsumsi yang bergizi untuk masyarakat juga rendah, dengan kata lain masyarakat hanya berputar dalam pemenuhan kebutuhan makanan saja sehingga tabungan yang mereka miliki juga terbatas dikarenakan pemenuhan kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Hal ini yang mempengaruhi rendahnya investasi kapital

53

Ibid.hal. 288

Sumber daya alam belum banyak diolah: penduduk

terbelakang kekurangan

kapital

Konsumsi rendah

Investasi Kemanusiaan rendah Investasi

Capital rendah

Produktivitas rendah

Tabungan rendah

Pendapatan rendah


(48)

dan kemanusiaan yang rendah. Dan berdampak pada sumber daya alam yang kurang dimanfaatkan secara maksimal.

Siklus ini dapat digunakan untuk melihat bagaimana kehidupan masyakarat

di Desa Depok yang mempunyai pendapatan rendah, faktor yang

mempengaruhinya salah satunya yaitu tingkat produktivitas pertanian mereka yang rendah.

Para ahli ekonomi di negara-negara maju atau belum maju mereka berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya bersumber dari tingkat kapital yang mereka miliki. Sumber-sumber kapital dapat diperoleh dari penggunaan kelebihan tenaga kerja yang ada di dalam masyarakat, yaitu dengan cara menggeser kelebihan tenaga kerja sektor pertanian pada sektor yang lain. Jadi sumber fisik dapat diperoleh dari swadaya masyarakat, contohnya penggunaan tenaga kerja yang kurang produktif dapat dialihkan untuk pembangunan

jalan-jalan desa, saluran air dipedesaan, dan sebagainya.54 Sebagai pemenuhan

produktivitas diperlukan sarana yang dapat meningkatkannya, sarana jalan Desa Depok yang masih banyak belum dibangun untuk memudahkan akses menuju lokasi lahan mereka. Kondisi geografis membuat para petani kesulitan mengangkut hasil panen mereka. Sebagai contoh, ketika memanen hasil singkong mereka tidak mengambil keseluruhan secara bersama, hal ini dikarenakan untuk mengangkut singkong mereka harus berjalan kaki.

Faktor pemenuhan kapital dapat dilakukan dengan cara lain, yaitu pemenuhan kapital dapat dilakukan dengan cara meningkatkan aspek wirausaha.

54


(49)

Pendapat Joan Robinson yang dikutip oleh Irawan bahwa dimana ada usaha wiraswasta, maka dana (kapital) akan mengikutinya. Ketika keinginan untuk berinvestasi sudah sangat kuat, namun kapital masih sangat rendah maka akan ditemukan usaha-usaha yang akan dapat mengumpulkan kapital itu sendiri.55 Sebagian kecil dari masyarakat Desa Depok, ada yang bekerja sebagai wirausaha penjual keripik. Mereka produksi dengan memanfaatkan hasil pertanian yang ada di desa mereka, singkong yang diolah menjadi keripik dan tepung tapioka, jagung yang diolah menjadi marning56, dan pisang yang diolah menjadi sale57 atau keripik, mereka menjual hasil produksi ini keluar desa sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari mereka, selain menunggu pertanian mereka panen.

C. Konsep Pendapatan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendapatan adalah hasil kerja (usaha atau sebagainya).58 Sedangkan pendapatan yang diterjemahkan oleh kamus manajemen adalah uang yang diterima oleh perorangan, perusahaan, dan oraganisasi lain dalam bentuk upah, gaji, sewa, bunga, komisi, ongkos, dan laba.59 Pendapatan seseorang juga dapat didefinisikan sebagai banyaknya penerimaan yang dinilai dengan satuan mata uang yang dapat dihasilkan seseorang atau suatu bangsa dalam periode tertentu. Reksoprayitno

mendefinisikan bahwa pendapatan (revenue) dapat diartikan sebagai total

penerimaan yang diperoleh pada periode tertentu. Dengan demikian dapat

55

Ibid,hal. 127

56

Makanan ringan yang berasal dari jagung yang digoreng.

57

Pisang yang digoreng dengan dicampur gula.

58

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hal. 185

59


(50)

disimpulkan bahwa pendapatan sebagai jumlah penghasilan yang diterima oleh para anggota masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atau faktor-faktor produksi yang telah disumbangkan.60

David Ricardo di dalam masyarakat ekonomi dapat digolongkan menjadi 3, yaitu kapitalis, buruh, tuan tanah. Golongan kapitalis merupakan pemegang peran yang paling penting karena selalu mencari keuntungan dan menginvestasikan kembali pendapatanya untuk akumulasi kapital yang mengakibatkan naiknya pendapatan nasional. Sedangkan buruh merupakan golongan terbesar dan tergantung dari kapitalis. Dan tuan tanah hanya menerima sewa dari golongan kapitalis atas tanah yang disewakan. Namun keuntungan golongan kapitalis ini tidak bisa terus menerus berkembang, karena dengan bertambahnya jumlah penduduk dan akumulasi kapital yang terus menerus megakibatkan tanah yang

subur menjadi kurang jumlahnya atau semakin langka adanya.61Pendapatan yang

mereka terima juga berbeda-beda yaitu upah untuk golongan buruh, sedangkan sewa untuk golongan tuan tanah dan keuntungan untuk golongan kapitalis. Dari pembagian ini, agar diketahui pendapatan manakah yang mempunyai pengaruh besar terhadap pembangunan ekonomi, jika pendapatan nasional berupa keuntungan maka perkembangan ekonomi akan semakin pesat.

Masyarakat petani Desa Depok dapat dilihat sebagai golongan kapitalis dan buruh, dan tuan tanah. Karena merekalah yang berperan untuk meningkatkan pendapatan mereka selama ini. Mereka bekerja bertani untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka, dengan mengajak anggota keluarga mereka yang 60

Rekso Prayitno,Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi,(Jakarta: Bina Grafika, 2004), Hal. 79

61


(51)

lain untuk mengelola lahan. Sedangkan jika dilihat dari golongan tuan tanah, masyarakat petani mengelola lahan yang didapatkan dari pihak perhutani tanpa dipungut biaya sedikitpun.

Keterampilan dalam meningkatkan produksi juga diperlukan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan. Adam Smith juga berpendapat bahwa adanya spesialisasi atau pembagian kerja. Spesialisasi dalam proses produksi ini akan dapat meningkatkan keterampilan tenaga kerja, dan ditemukannya alat-alat yang akhirnya dapat mempercepat dan meningkatkan produksi.62 Keterampilan para petani dalam meningkatkan pendapatan masih tergolong tradisional, mereka mengelola hasil pertanian mereka dengan pengetahuan yang diperoleh dari orang tua. Sehingga pendapatan juga masih sama dengan keadaan orang tua mereka dahulu, tanpa ada peningkatan.

Petani di pedesaan khususnya petani kecil sangat tergantung dari pendapatan di sektor non pertanian sehingga kaitan keberhasilan sektor pertanian dan non pertanian di pedesaan menjadi sangat kental. Soekartawi menjelaskan pendapatan akan mempengaruhi banyaknya barang yang dikonsumsikan, bahwa sering kali dijumpai dengan bertambahnya pendapatan, maka barang yang dikonsumsikan bukan hanya bertambah, tapi juga harus memperhatikan kualitas produk.63

Keluarga pada umumnya terdiri dari seorang kepala keluarga dan beberapa orang anggotanya. Kepala rumah tangga adalah orang yang paling bertanggungjawab terhadap rumah tangga tersebut, sedangkan anggota keluarga atau rumah tangga adalah mereka yang hidup dalam satu atap dan menjadi

62

Ibid,hal. 23

63


(52)

tanggungan kepala rumah tangga yang bersangkutan. Tingkat pendapatan rumah tangga merupakan indikator yang penting untuk mengetahui tingkat hidup rumah tangga. Umumnya pendapatan rumah tangga di pedesaan tidak berasal dari satu sumber, tetapi berasal dari dua atau lebih sumber pendapatan. Tingkat pendapatan tersebut diduga dipengaruhi oleh pemenuhan kebutuhan dasar rumah tangga petani. Seperti yang dikemukakan oleh Toweulu bahwa untuk memperbesar pendapatan, seseorang anggota dari keluarga dapat mencari tambahan pendapatan dari sumber lain selain pertanian untuk membantu kepala keluarga sehingga

pendapatannya dapat bertambah.64

Tingkat pendapatan juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Pendapatan petani dapat dikategorikan sesuai dengan umur dan jenis kelamin, sebagai contoh

seperti yang ditulis oleh Mulyadi dalam buku “Ekonomi Sumber Daya Manusia

dalam Perspektif Pembangunan”upah bersih pekerja sektor pertanian pada tahun

2000 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:65 Tabel. 2.1

Upah Bersih Pekerja Sektor Pertanian Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2000

64

Sudarman Toweulu,Ekonomi Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo, 2001), hal. 3

65

S. Mulyadi, Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2003), hal. 215

No. Tingkat pendidikan Rata-rata upah bersih sebulan (Rp)

Laki-laki Perempuan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tidak/belum sekolah Tidak/ belum tamat SD

Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA umum Tamat SMA kejuruan

232.941 235.783 261.109 309.366 468.558 442.097 140.331 140.175 151.410 194.674 297.686 303.116


(53)

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan atau upah yang diperoleh oleh petani di kalangan orang tua yang berpendidikan rendah ialah Rp.200.000. sedangkan untuk yang berpendidikan sampai Universitas mencapai hampir Rp. 900.000. sehingga dapat dibenarkan bahwa tingkat pendidikan mempunyai dampak pada pendapatan yang diperoleh seorang petani.

Pada tabel di atas juga dapat diketahui, bahwa usaha tani memberikan penjelasan peran para petani. Para petani mempunyai peran di dalam usaha taninya, beberapa diantaranya yaitu:

a) Sebagai produsen (petani subsistem), berusaha tani untuk menghasilkan produksi yang setinggi-tingginya untuk kepentingan sendiri.66

b) Sebagai pengusaha, berusaha tani untuk mendapatkan keuntungan yang setinggi-tingginya.67

c) Buruh tani, seseorang yang menyediakan jasa berupa tenaga kerja untuk

mendapatkan upah.68

Jika peran petani sebagai pengusaha, maka akan membantu meningkatkan pendapatan nasional, sedangkan jika hanya menjadi produsen maka posisi mereka akan mangalami satgnan. Dan ketika peran petani berposisi pada buruh, maka ini indikator rendahnya kesejahteraan keluarga petani tersebut.

Petani diharapkan mampu melakukan analisa usaha tani yang mereka lakukan, dengan cara menganalisa pada setiap komoditas tanaman yang mereka

66

R Mangoendihardjo,Pertanian Berkelanjutan,(Surakarta: SUSDEC-LPTP, 2015), hal. 111

67

Ibid.

68

Ibid.

7. 8.

Diploma I/II/III Universitas

472.930 890.383

598.331 819.376


(54)

gunakan. Tujuan kegiatan ini agar para petani mengetahui status usaha tani mereka, apakah untung atau rugi. Sehingga dari informasi yang diketahui akan

menjadi bahan evaluasi untuk penanaman selanjutnya. Adapun analisa

keuntungan dapat dihitung seperti tabel di bawah ini:69 Tabel. 2.2

Analisa Keuntungan Usaha Tani

Analisa Keuntungan Usaha Tani

Jumlah Produksi (kg) x harga produksi (kg)

Total pengeluaran produksi sekali panen

-=Keuntungan

Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa keuntungan merupakan hasil dari pengurangan anatara penerimaan yang berupa jumlah produksi yang dikalikan dengan harga produksi, kemudian dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama produksi tersebut, biasanya meliputi pembelian bibit, pupuk, pestisida, biaya ojek hasil panen, atau biaya untuk buruh. Sedangkan untuk harga produksi mempengaruhi pendapatan para petani, pasalnya harga komoditas yang mereka jual mengalami dinamika yang cepat. Pada musim penghujan, harga tepung tapioka mengalami kenaikan hal ini dikarenakan produksi yang rendah akibat dari minimnya sinar matahari untuk mengeringkan sari dari singkong tersebut.

Besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan usaha tani tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya, termasuk pada permasalahan petani di Desa Depok ini. Jika dilihat,beberapa faktor itu adalah:

69


(55)

a. Luas lahan. Dalam usaha tani lahan yang dimiliki sangat mempengaruhi bagaimana hasil yang akan diperoleh, karena jika semakin luas lahan yang dimiliki oleh petani maka akan berpotensi memberikan dampak keuntungan bagi mereka. Hal ini disebabkan luas lahan dapat memberikan lipatan keuntungan meskipun keuntungan itu kecil.70

b. Tingkat produksi. Tingkat produksi sebuah usaha tani akan memberikan pengaruh yang cukup besar, pasalnya jika lahan sebuah petani itu luas namun dalam intensitas produksi hanya sekali maka keuntungan yang diperoleh juga akan sedikit. Namun meskipun lahan itu tidak terlalu luas namun intensitas produksi dapat maksimal, maka akan memberikan dampak yang besar pada pendapatan.71

c. Jenis pertanaman. Jika dilihat dari aspek waktu yang digunakan untuk bercocok tanam itu sama namun dengan kualitas tanaman yang berbeda. Maka tanaan yang mempunyai kualitas dan kuantitas yang lebih tinggi akanmemberikan dampak keuntungan yang lebih, dan ini juga bisa mengurangi tenaga kerja yang dikeluarkan.72

d. Tenaga kerja. Tenaga kerja akan memberikan pengaruh pada hasil atau pendapatan dari sebuah kegiatan usaha tani. Semakin banyak tenaga yang dikeluarkan maka semakin sedikit keuntungan yang diperoleh, karena faktor

tenaga juga berpegaruh pada pembiayaan untuk pembelian konsumsi.73

70

Hernanto,Ilmu Usaha Tani, (Jakarta: Penebar Swadaya, 1994), hal. 84

71

Ibid.

72

Ibid.

73


(56)

Hernanto, menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha tani, yaitu faktor internal seperti unsur tanah, air, iklim, tingkat teknologi, manajemen, tenaga kerja, modal, dan jumlah tenaga kerja. Selain faktor internal juga terdapat faktor eksternal, yaitu tersedianya sarana transportasi dan komunikasi, harga, sarana produksi, fasilitas kredit, dan penyuluhan.74

Tingkat pendapatan yang rendah mengharuskan anggota rumah tangga untuk bekerja atau berusaha lebih giat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapatan keluarga diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan besarnya modal yang dimiliki petani. Semakin besar pendapatan keluarga petani cenderung lebih berani menanggung resiko. Pendapatan besar mencerminkan tersedianya dana yang cukup untuk usaha tani selanjutnya dan pendapatan yang rendah menyebabkan menurunnya investasi dan upaya pemupukan modal.

Menurut Soekirno, terdapat empat ukuran pendapatan pada aspek pertanian, adapaun penjelesannya adalah:

1) Pendapatan kerja petani. Pendapatan ini diperoleh dengan menghitung semua penerimaan dan kenaikan investasi yang kemudian dikurangi dengan pengeluaran baik tunai maupun bunga modal dan investasi nilai kerja keluarga. Pendapatan yang diterima oleh para petani pada musim panen, dikurangi dengan modal awal

penanaman dan operasional perawatan tanaman.75

2) Pendapatan kerja keluarga. Pendapatan yang diperoleh dari balas jasa dan kerja serta pengelolaan yang dilakukan petani dan anggotanya yang bertujuan untuk menambah penghasilan rumah tangga. Beberapa keluarga petani, biasanya 74

Ibid, hal. 70

75

Sadono Sukirno,Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah, dan Dasar Kebijaksanaan, (Jakarta, LPEF-UI Bima Grafika, 1985), hal. 52


(57)

mempunyai profesi lain, seperti menjadi guru TK ataupun menjadi perangkat desa. Sehingga pendapatan mereka bukan diperoleh dari satu anggota keluarga saja, namun dari anggota keluarga yang bekerja selain petani.76

Sumber pendapatan rumah tangga digolongkan kedalam dua sektor, yaitu sektor pertanian dan non pertanian. Sumber pendapatan dari sektor pertanian dapat dirincikan lagi menjadi pendapatan dari usaha tani, ternak, buruh petani, menyewakan lahan dan bagi hasil. Sumber pendapatan dari sektor non pertanian dibedakan menjadi pendapatan dari industri rumah tangga, perdagangan, pegawai, jasa, buruh non pertanian serta buruh subsektor pertanian lainnya, sedangkan menurut Hernanto, pendapatan petani dialokasikan untuk beberapa kegiatan, yaitu:

1) Kegiatan produktif, yaitu untuk membiayai kegiatan usaha taninya. Usaha tani ini meliputi pengadaan bibit tanaman, pupuk yang akan digunakan sebagai vitamin tanaman, biaya transportasi.77

2) Kegiatan konsumtif. Sebagai pemenuhan kebutuhan pokok para petani dalam kehidupan sehari-hari mereka yang meliputi kebutuhan sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, rekreasi, dan pajak.78

3) Pemeliharaan investasi. Yaitu sebagai pemeliharaan alat-alat pertanian yang mereka gunakan sebagai pengelola lahan mereka, seperti traktor, tangki penyemprot pestisida, dan lain sebagainya.79

76

Ibid.

77

Ibid,hal.73

78

Ibid.

79


(58)

4) Investasi dan tabungan, yaitu sebagai simapanan mereka ketika membutuhkan biaya pada waktu yang tidak terduga. Para petani biasanya mengikuti kegiatan arisan yan ada di desanya, sebagai bentuk investasi atau menabung dari pendapatan pertanian mereka.80

Usaha tani terpadu merupakan salah satu peluang pertanian organik yang dapat diterapkan dengan memperhatikan kondisi lingkungan yang mereka miliki, yang dapat membantu mengurangi pengguanaan pupuk dan pestisida kimia selama ini. Dengan menggunakan potensi lokal yang mereka miliki, sedikit melakukan perubahan yang positif muncul ide-ide dari masyarakat untuk melakukan pemberdayaan secara berlanjut. Kegiatan produktivitas ini selain membantu para petani untuk mengurangi penggunaan produk dari luar, juga memberikan pemasukan untuk perekonomian mereka. Dari pengeluaran yang selama ini mereka belanjakan untuk pupuk dan pestisida kimia, sehingga mampu untuk disimpan sebagai pemenuhan kebutuhan yang lain. Sebagai indikator mereka telah berdaya dari ketergantungan menjadi kemandirian adalah dari tingkah laku yang terjadi pada petani dan tingkat penerapannya dalam kegiatan pertanian mereka.

Pemberdayaan yang lebih memperhatikan kondisi lingkungan lokal ini dianggap bisa menjadi acuan agar lembaga-lembaga di Desa untuk ikut berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Menurut pendapat Soerjono yang dikutip dalam Rahardjo bahwa lembaga kemasyarakatan ialah himpuanan daripada norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan

80


(59)

pokok dalam kehidupan masyarakat.81 Lembaga pemerintahan desa merupakan

salah satu pihak yang sangat berperan pada pembangunan ekonomi di daerah (lokal), dengan memberikan kebijakan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Seperti yang dijelaskan peda Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 yang tercantum dalam pasal 1a dan 1b yang menyatakan bahwa pemerintahan desa merupakan penyelenggaraan pemerintahan yang dilaksanakan

oleh organisasi pemerintahan terendah di bawah kecamatan.82 Pada

undang-undang tersebut dapat dilihat bahwa pemerintah desa mempunyai hak untuk menyelenggarakan rumah tangganya sendiri (dalam batasan Negara Kesatuan Republik Indonesia). Sehingga pemerintahan desa juga diharapkan berperan dalam pemberdayaan ekonomi para petani di Desa Depok ini.

D. Pandangan Islam tentang Pemberdayaan Ekonomi dan Merawat Lingkungan

Islam sebagai agama besar di dunia, merupakan agen perubahan dan pembebas manusia dari kejahiliyaan yang mengungkung dan menindas menjadi manusia yang merdeka dan bertauhid, yaitu mereka terbebas dari penguasaan elit terhadap sektor politik dan ekonomi.83 Sektor ekonomi dan politik memang banyak yang menguasai, sehingga masyarakat lemah akan semakin tertindas dan yang kuat akan semakin menindas, oleh karena itu diperlukan pembebasan pada masyarakat lemah. Fazlur Rahman yang dikutip oleh Agus Afandi mengatakan

bahwa al-Qur’an memberikan penekanan pada empat kemerdekaan maupun hak

81

Rahardjo,Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian,(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010), hal. 162

82

Ibid,hal. 169

83

Agus Afandi, dkk,Modul Participatory Action Research(PAR), (Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel, 2016), hal. 20


(1)

adanya program menanam sayur wilayah mereka dengan menggunakan pupuk organik.

c. Penguatan sektor pertanian pada pemerintah Desa Depok. Kegiatan ini

dilakukan dengan presentasi oleh subjek dampingan kepada masyarakat petani di Balai Desa Depok dan pemerintah desa. Sebagai upaya agar pemerintah desa bisa memberikan penguatan dalam bentuk apapun. Dan hal ini direspon oleh pihak pemerintah Desa Depok yang akan memasukan program pada tahun 2017 untuk penguatan para petani.

B. Rekomendasi

Kegiatan pendampingan ini yang telah dilakukan bersama para petani Dusun Banaran, bukan menjadi berakhirnya proses belajar masyarakat. Namun dengan adanya pendampingan ini, diharapkan beberapa pihak yang mempunyai peran untuk membantu meningkatkan kesejahteraan mereka agar terus membrikan kontribusinya, adapun pihak-pihak tersbut adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah Desa Depok

Agar pemerintah desa benar-benar mewujudkan usulan yang diberikan oleh para petani, yaitu agar memberikan penguatan paa sektor pertanian. Bisa dengan memberikan pelatihan kewiraushaan, pelatihan pengolah hasil panen, studi banding ke daerah yang telah maju tentang pertaniannya, dan agar mengawasi bagaimana tingkat penggunaan pupuk kimia di Desa Depok, apakah melebihi kapasitas atau mengalami penurunan.


(2)

236

2. Penyuluh Pertanian Lapangan Desa Depok

Agar penyuluh tetap memonitoring bagaimana kelanjutan program pemberdayaan ini, dan selalu memotori dengan memberikan arahan agar pola pertanian mereka bisa lebih baik dan benar.

3. Pengurus KWT Srikandi

Agar pengurus KWT Srikandi dapat melaksanakan peran mereka sebagai orang yang dipercaya untuk memberdayakan petani wanita Dusun Banaran. Dengan sering mengadakan pertemuan dan kegiatan-kegiatan yang bisa membantu meningkatkan perekonomian mereka, seperti pelatihan pembuatan kue dari bahan singkong, dan lain sebagainya.

4. Kepada Peneliti Selanjutnya

Agar bisa melanjutkan pendampingan ini, dikarenakan perlu waktu yang berlanjut agar mereka bisa memahami hasil atau perubahan, apakah kegiatan yang mereka lakukan dahulu memberikan dampak positif atau bahkan tidak memberikan dampak sama sekali.

5. Kepada Petani Desa Depok

Agar tetap menerapkan uahatani dengan pola organik, meskipun belum bisa meninggalkan pola pertanian kimia namun sedikit demi sedikit dengan mengkombinasikan pola organik diharapkan mereka sudah bisa keluar dari ketergantungan penggunaan pupuk kimia.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Afandi, Agus. dkk, 2016. Modul Participatory Action Research (PAR), Surabaya:

LPPM UIN Sunan Ampel.

Alfitri. 2011. Community Development: Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Anwar. 2007.Manajemen Pemberdayaan Perempuan,Bandung: Alfabeta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka.

Departemen Agama RI, 2009,Al-Qur’an dan Terjemahannya,Jakarta: Rilis Grafika.

Hernanto. 1994.Ilmu Usaha Tani, Jakarta: Penebar Swadaya.

Hikmat, Harry. 2010. Strategi Pemberdayaan Masyarakat,Bandung: Humaniora

Utama Press.

Irawan, dkk. 2002, Edisi Keenam cetakan pertama. Ekonomika Pembangunan,

Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Malayu, Hasibuan. 1996. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Jakarta: PT

Toko Gunung Agung.

Marbun, BN. 2003.Kamus Manajemen, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Mardikanto, Totok, dkk. 2012. Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif

Kebijakan Publik, Bandung: CV. Alfabeta.

Moloeng, J. Lexy,. 2013.Metode Penelitian Kulitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyadi, S., 2003.Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan,

Jakarta: Rajagrafindo Persada.


(4)

238

P. Siagian Sondang. 2009. Administrasi Pembangunan : Konsep, Dimensi, dan

Strateginya, Jakarta: PT.Bumi Aksara.

R Mangoendihardjo. 2015. Pertanian Berkelanjutan, Karanganyar: SUSDEC-LPTP

Surakarta.

Rahardjo. 2010. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian, Yogyakarta, Gadjah

Mada University Press.

Prayitno Rekso. 2004. Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi, Jakarta: Bina

Grafika.

Riyanto J., 1986.Produktivutas dan Tenaga Kerja, Jakarta: SIUP.

Sinungan, Muchdarsyah, 2003. Produktivitas: Apa dan Bagaimana, Jakarta: Bumi

Aksara.

Soekarwati. 2002.Faktor-faktorProduksi, Jakarta: Salemba Empat.

Soetomo. 2011,Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat, Memberdayakan Rakyat: Kajian

Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial,

Bandung: PT Refika Aditama.

Sukirno, Sadono. 1985, Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah, dan Dasar

Kebijaksanaan,Jakarta: LPEF-UI Bima Grafika.

Toweulu Sudarman, 2001,Ekonomi Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo

Usman Sunyoto, 2008,Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat,Yogyakarta :

Pustaka Belajar. Sumber Jurnal/Skripsi

Green, Lawrence W.; M. Anne George; Mark Daniel; C. James Frankish; Carol P.

Herbert; William R. Bowie and Michel O’Neill. 2003. Appendix C: Guidelines for Participatory Research in Health Promotion,” in Min-kler, Meredith and Nina Wallerstein(eds), Community-Based Participatory Research for Health. San Francisco, CA: Jossey-Bass Inc.


(5)

M Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,

Volume VI, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 212 dalam Skripsi Muhammad

Ali. F, Ayat-aya Pertanian Al-Qur’an, Semarang: Fak.Ushuluddin dan

Humaniora UIN Walisongo, 2016.

Mac. Donald Cathy, 2012, Understanding Participatory Action Research: A

Qualitative Research Methodology Option, Canadian Journal of Action Research, Vol. 13, Issue 2.

Marzuki, 2014, Melestarikan Lingkungan Hidup dan Mensikapi Bencana Alam

dalam Perspektif Islam, hal:1 dikutip oleh Ulin Niam Masruri, Pelestarian Lingkungan dalam Perspektif Sunnah, at-Taqaddum,Volume 6, Nomor 2. Sitopu Reslila, dkk, Partisipasi Petani Dalam Penerapan Usahatani Padi Organik

Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai, Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian.

Yusuf Al-Qordlawi, DR, Fiqih Peradaban: Sunnah Sebagai Paradigm Ilmu

Pengetahuan, Surabaya: Dunia Ilmu 1997, hal: 183 dalam Ulin Niam Masruri, 2014, Pelestarian Lingkungan dalam Perspektif Sunnah, Jurnal at-Taqaddum,Volume 6, Nomor 2.

Sumber Dokumen:

BPS Trenggalek Tahun 2015, Kabupaten Trenggalek dalam Angka,Trenggalek.

Laporan kependudukan Desa Depok, Kecamatan. Bendungan Kabupaten. Trenggalek Tahun 2016.

Profil Desa Depok, Keccamatan Bendungan, Kabupaten Trenggalek, Tahun, 2014. Profil Desa Depok, Keccamatan Bendungan, Kabupaten Trenggalek, Tahun, 2015. Sumber Wawancara

Hasil forum group diskusi (FGD) dengan warga Dusun Banaran, pada tanggal 9 November 2016 pukul 10.00, di kediaman Puryanto.

Hasil wawancara dengan Boeran (43 th), pada tanggal 3 Desember 2016, pukul 14.20 di kediaman Boeran.


(6)

240

Hasil wawancara dengan keluarga Muyoto (41 th), pada tanggal 10 Januari 2017, pukul 12.45 di kediaman Muyoto.

Hasil wawancara survey belanja rumah tangga dengan Astuti (34 th), pada tanggal 3 desember 2016, pukul 11.00 di kediaman Astuti.

Hasil wawancara survey belanja rumah tangga Nurhadi (40 th) di kediamannya, pada tanggal 15 Desember 2016, pukul 11.30.

Hasil wawancara dengan Katini, (44 th), pada tanggal 7 Desember 2016 pukul 21.30, di Puskemas Pembantu Dusun Suko

Hasil wawancara dengan Yasir (62 th), pada tanggal 30 Oktober 2016 pukul 08.15, di Balai Desa Depok.


Dokumen yang terkait

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN NELAYAN DALAM MENUNJANG PENDAPATAN KELUARGA (Studi pada Kelompok Wanita Tani Aneka Bahari Desa Prigi Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek )

2 52 36

KAJIAN EKONOMI KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI DI DESA BANARAN KAJIAN EKONOMI KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI DI DESA BANARAN Studi Kasus Desa Banaran, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo.

0 2 16

PENDAHULUAN KAJIAN EKONOMI KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI DI DESA BANARAN Studi Kasus Desa Banaran, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo.

0 3 12

TINJAUAN PUSTAKA KAJIAN EKONOMI KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI DI DESA BANARAN Studi Kasus Desa Banaran, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo.

1 4 20

PENUTUP KAJIAN EKONOMI KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI DI DESA BANARAN Studi Kasus Desa Banaran, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo.

0 3 22

Pendampingan masyarakat untuk hidup sehat di Desa Depok Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek.

1 13 256

Pengurangan risiko bencana tanah longsor dengan membangun kesiapsiagaan masyarakat berbasis kelompok arisan RT di Desa Depok Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek.

0 0 254

Pendampingan kelompok wanita tani (KWT) Argosari dalam meningkatkan perekonomian komunitas melalui pengolahan hasil pertanian di Desa Dompyong Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek.

0 0 231

EVALUASI HASIL PROGRAM PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA TANI DI DESA KALIABU, KECAMATAN MEJAYAN, KABUPATEN MADIUN

0 0 19

PERAN KELOMPOK WANITA TANI “SARI MAKMUR” DALAM PEMBERDAYAAN WANITA DI DESA ALASMALANG KECAMATAN KEMRANJEN KABUPATEN BANYUMAS

0 0 16