Pendampingan kelompok wanita tani (KWT) Argosari dalam meningkatkan perekonomian komunitas melalui pengolahan hasil pertanian di Desa Dompyong Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek.

(1)

PENDAMPINGAN KELOMPOK WANITA TANI (KWT) ARGOSARI DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN KOMUNITAS MELALUI

WIRAUSAHA PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI DESA DOMPYONG KECAMATAN BENDUNGAN KABUPATEN

TRENGGALEK

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)

Oleh:

Halimatus Sya’diyah B92213064

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017


(2)

PENDAMPINGAN KELOMPOK WANITA TANI (KWT) ARGOSARI DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN KOMUNITAS MELALUI

WIRAUSAHA PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI DESA DOMPYONG KECAMATAN BENDUNGAN KABUPATEN

TRENGGALEK

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)

Oleh:

Halimatus Sya’diyah B92213064

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

ABSTRAK

Halimatus Sya’diyah, NIM B92213064. Pendampingan Kelompok Wanita Tani (KWT) Argosari dalam Meningkatkan Perekonomian Komunitas Melalui Wirausaha Pengolahan Hasil Pertanian di Desa Dompyong Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek

Skripsi ini membahas tentang pendampingan kelompok wanita tani untuk meningkatkan perekonomian atau pendapatan petani. Rendahnya pendapatan petani disebabkan oleh kurang terkelolanya hasil panen lokal, padahal banyak hasil panen yang bisa dikembangkan. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan petani untuk mengelola hasil panen dan belum adanya kelompok yang mengorganisir penanganan pascapanen. Selama ini hasil panen lokal hanya dijual mentah dengan harga yang relatif murah.

Dalam pendampingan ini peneliti menggunakan metode penelitiab sosial

Parsitipatory Action Researc (PAR). PAR terdiri dari tiga kata yang saling

berhubungan yaitu partisipasi, riset dan aksi. PAR di konsepkan untuk menciptakan perubahan dalam tiap prosesnya, dimana semua proses pemberdayaan dilakukan secara partisipatif bersama kelompok mulai dari kegiatan penggalian data, perencanaan, proses aksi hingga pelaksanaan evaluasi. Peneliti ingin merubah paradigma dan keterampilan petani dalam mengelola hasil panen lokal.

Melalui pembentukan Kelompok Wirausaha Bersama dan pelatihan keterampilan dalam pegolahan hasil panen menghasilkan pengetahuan dan keterampilan kelompok wanita tani Argosari untuk memanfaatkan dan mengelola hasil panen menjadi produk yang bernilai ekonomis dan bernilai jual lebih tinggi dibandingkan hanya menjual mentah saja. Pencapaian yang diperoleh yaitu adanya kerjasama kelompok untuk mengembangkan wirauaha bersama untuk meningkatan pendapatan masyarakat petani khususnya kelompok Wanita Tani Argosari.


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN PENGUJI ... iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR DIAGRAM ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian untuk Pemberdayaan ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Strategi Pemecahan Masalah ... 13


(9)

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN TERKAIT

A. Pemberdayaan dan Pemberdayaan Masyarakat sebagai Proses

Mencapai Kemandirian ... 23

B. Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Islam ... 32

C. Kewirausaha Sebagai Sarana Peningkatan Perekonomian ... 44

D. Penelitian Terkait ... 56

BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF A. Pendekatan Penelitian Aksi Partisipatif ... 58

B. Prosedur Penelitian Aksi Partisipatif ... 63

C. Subjek Penelitian dan Pendampingan ... 67

D. Teknik- Teknik Pengumpulan Data ... 69

E. Teknik Validasi Data ... 71

F. Teknik Analisis Data ... 72

G. Jadwal Pelaksanaan Pemberdayaan ... 74

H. Anlisis Steakholder ... 75

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DOMPYONG A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Dompyong ... 79

B. Sejarah Desa Dompyong ... 85

C. Kondisi Ekonomi ... 88

D. Kondisi Pendidikan ... 91

E. Kondisi Kesehatan ... 95

F. Keagamaan dan Kebudayaan ... 96


(10)

H. Profil Kelompok Dampingan (Kelompok Wanita Tani Argosari)

... 102

BAB V PROBLEMATIKA MASYARAKAT DESA DOMPYONG A. Rendahnya Perekonomian dan Pendapatan Petani di Desa Dompyong ... 105

B. Belum Terkelolanya Hasil Panen Lokal yang Dapat Meningkatkan Perekonomian Perekonomian Masyarakat ... 125

C. Belum Ada Kelompok Usaha Dalam Menangani Pengolahan Pascapanen ... 126

BAB VI DINAMIKA PROSES PENGORGANISASIAN A. Assesment Awal ... 132

B. Proses Inkulturasi ... 133

C. Focus Group Discussion ... 137

D. Pendampingan Kelompok Wanita Tani ... 143

E. Memecahkan Problem Bersama Melalui Perencanaan Program Pendampingan ... 146

BAB VII PROSES AKSI A. Membangun Kesadaran Kelompok Wanita Tani dalam Pengolahan Pascapanen ... 154

B. Membentuk Kelompok Wirausaha Bersama Pengolahan Hasil Panen untuk Meningkatkan Perekonomian Petani ... 157

C. Membangun Wirausaha untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Melalui Pengolahan Hasil Panen ... 158


(11)

D. Kegiatan Pemberdayaan Melalui Pendidikan Petani untuk

Meningkatkan Produktifitas Hasil Panen ... 178

E. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Pendampingan KWT Argosari dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat ... 181

F. Rencana Tindak Lanjut ... 188

BAB VIII ANALISIS DAN REFLEKSI A. Analisis Pendamping Tentang Kelompok Wanita Tani (KWT) Argosari Sebagai Subjek Dampingan ... 190

B. Catatan Refleksi Proses Pendampingan Bersama Petani di Desa Dompyong ... 196

BAB IX PENUTUP A. Kesimpulan ... 208

B. Rekomendasi ... 209

DAFTAR PUSTAKA ... 211


(12)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Analisa Pohon Masalah Desa Dompyong Tentang Rendahnya

Perekonomian Petani Desa Dompyong ... 14

Bagan 1.2 Analisa Pohon Harapan dalam Meningkatkan Perekonomian dan

Pendapatan Petani Desa Dompyong ... 17 Bagan 3.1 Siklus PAR ... 61


(13)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 5.1 Alur Pemasaran Hasil Panen ... 123 Diagram 5.2 Diagram Venn Pola Relasi KWT Argosari ... 129


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Posisi Desa Dompyong di Kecamatan Bendungan ... 81

Gambar 4.2 Posisi Desa Dompyong Diantara Desa yang Lain ... 82

Gambar 4.3 Peta Dusun Pakel ... 85

Gambar 4.4 Makam Mbah Djoyo Proyo ... 86

Gambar 4.5 Gapura Makam Dukuh Dompyong Dusun Pakel RT. 25 ... 87

Gambar 5.1 Aktifitas Petani Selain Bertani (Ngeramban) ... 106

Gambar 5.2 Para Petani Istirahan Sejenak Setelah Bertani ... 107

Gambar 5.3 FGD dengan Petani Desa Dompyong ... 112

Gambar 5.4 FGD dengan Petani Wanita Desa Dompyong dalam Menentukan Pohon Masalah ... 113

Gambar 6.1 Inkulturasi dengan Ibu-Ibu PKK Desa Dompyong ... 135

Gambar 6.2 Inkulturasi dengan Jamaah Yasin dan Tahlil ... 136

Gambar 6.3 FGD Pemetaan Wilayah RT di Dusun Pakel ... 138

Gambar 6.4 FGD Pemetaan Wilayah RT di Dusun Tumpakaren ... 139

Gambar 6.5 FGD Pemetaan Wilayah RT di Dusun Bendungan ... 140

Gambar 6.6 FGD Pemetaan Wilayah RT di Dusun Garon ... 141

Gambar 6.7 Penanaman Bibit Pohon Kelompok Tani Demangsari IV dan KWT Argosari ... 142

Gambar 6.8 Pencarian Batas Desa dengan Raster bersama Perangkat Desa ... 143

Gambar 6.9 FGD dengan KWT Argosari dalam Merencanakan Aksi ... 147

Gambar 7.1 Diskusi untuk Menumbuhkan Kesadaran Petani dalam Pengeloaan Pascapanen ... 155


(15)

Gambar 7.2 Membangun Kesadaran Petani Secara Persuasif ... 157

Gambar 7.3 Proses Pemotongan Talas dan Pisang... 162

Gambar 7.4 Suasana Proses Pembuatan Kripik Pisang dan Kripik Talas ... 163

Gambar 7.5 Hasil Produk Kripik Talas Dan Pisang ... 164

Gambar 7.6 Suasana Praktek Pengolahan Walangan dari hasil Panen Telo Kuning ... 170

Gambar 7.7 Hasil Olahan Walangan Telo Kuning ... 171

Gambar 7.8 Kumpulan Rutin KWT Argosari dan Sosialisasi Produk Hasil Olahan Kelompok “Tiga Diva” ... 172

Gambar 7.9 Kegiatan/Praktek Pengolahan Walangan dan Kripik Dari Hasil Panen Telo Ungu ... 173

Gambar 7.10 Hasil Produk Walangan dan Kripik Telo Ungu yang Mengalami Kegagalan ... 174

Gambar 7.11 Hasil Olahan Kripik Telo Kuning Dan Telo Ungu ... 175

Gambar 7.12 Hasil Produk Olahan Kopi Bubuk ... 176

Gambar 7.13 Kripik Pisang Siap dijual pada Konsumen ... 178

Gambar 7.14 Materi dari Petugas Penyuluh Pertanian Desa Dompyong... 180

Gambar 7.15 Kegiatan Petani dalam Pendidikan Mengenai Tanaman Kopi ... 181

Gambar Lampiran 1 Pohon Kopi Arabika dan Robusta ... 220

Gambar Lampiran 2 Pohon Kopi Kasinir dan Ndruwo ... 221

Gambar Lampiran 3 Pohon Kopi Buriah dan Kopi Jawa ... 221


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Pertanian Lokal yang Bisa Dikembangkan Menjadi Produk

Olahan ... 6

Tabel 1.2 Kerangka Berfikir dalam Pendampingan Upaya Peningkatan Perekonomian dan Pendapatan Petani di Desa Dompyong ... 19

Tabel 3.1 Subjek Penelitian dan Informan ... 67

Tabel 3.2 Kejadian/Fenomena yang Diamati di Desa Dompyong ... 68

Tabel 3.3 Jadwal Pelaksanaan Pemberdayaan ... 74

Tabel 3.4 Analisa Stakeholder ... 75

Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Administratif Desa Dompyong ... 80

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Desa Dompyong ... 83

Tabel 4.3 Lahan Produktif Desa Dompyong ... 89

Tabel 4.4 Mata Pencaharian Penduduk Desa Dompyong ... 90

Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Dompyong ... 92

Tabel 4.6 Lembaga Pendidikan Formal di Desa Dompyong ... 94

Tabel 4.7 Lembaga Kemasyarakatan Desa Dompyong ... 99

Tabel 4.8 Nama Anggota KWT Argosari ... 104

Tabel 5.1 Transek Desa Dompyong ... 108

Tabel 5.2 Kalender Musim Pertanian Desa Dompyong ... 115

Tabel 5.3 Tanaman Pangan Hasil Pertanian Dan Perkebunan ... 116

Tabel 5.4 Biaya Pengeluaran Petani Padi ... 118

Tabel 5.5 Biaya Pengeluaran Petani Jagung ... 119


(17)

Tabel 5.7 Kalender Harian Petani Desa Dompyong ... 127 Tabel 7.1 Kalkulasi Penentuan Harga yang direncanakan oleh KWT

Argosari ... 168 Tabel 7.2 Evaluasi Formatif Program Kegiatan bersama KWT Argosari .... 184

Tabel 7.3 Trand and Change Pelaksanaan Program Bersama KWT

Argosari ... 185 Tabel 8.1 Analisa Pendmping Terhadap Subjek Dampingan ... 192


(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Desa Dompyong secara topografi merupakan daerah perbukitan dan pegunungan dengan mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani sebagaimana umumnya desa-desa daerah pegunungan di Jawa. Daerah tersebut merupakan daerah dengan berbagai macam lahan yaitu lahan tegalan, lahan perhutani, lahan kering, lahan sawah dan lahan pemukiman. Kondisi alam Dompyong yang kurang kondusif bagi pengembangan pertanian persawahan, mengharuskan masyarakat untuk mengelola lahan kering. Hal ini terjadi karena kurang tersedianya air ketika musim kemarau, sehingga masyarakat lebih memilih mengembangkan pola-pola lahan kering atau lahan tegalan.

Lahan tegalan biasanya ditanami beragam tanaman pangan, seperti ketela, jahe, jagung, sayuran, pohon duren, kelapa, pohon mahoni, sengon, cengkeh dan sebagainya dengan menggunakan sistem campursari. Sedangkan lahan pekarangan di desa ini biasanya ditanami pohon pisang, alpukat, kopi, talas dan sayuran. Namun masyarakat belum bisa mengelola lahan pertanian untuk memperolah hasil yang maksimal serta kurangnya keterampilan masyarakat untuk mengelola hasil pertanian menjadi barang yang lebih bernilai dan mampu meningkatkan nilai jual yang lebih tinggi. Mereka hanya mengandalkan menjual mentah hasil pertanian kepada tengkulak, hal inilah yang menjadi ketidakberdayaan masyarakat Dompyong. Ketika tidak ada tengkulak yang mau membeli hasil panen, mereka belum bisa memasarkan


(19)

2

hasil panen secara mandiri, sehingga dapat menyebabkan berkurangnya penghasilan petani.

Secara administratif Desa Dompyong merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Bendungan Kabupaten Trennggalek. Wilayah Desa Dompyong berbatasan dengan Desa Botoputih disebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan Desa Botoputih, sebelah selatan selatan berbatasan dengan Desa Sumurup, sedangkan sebelah barat berbatasan langsung dengan Desa Jeruk (Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo). Desa ini terbagi menjadi empat dusun, yaitu Dusun Bendungan, Dusun Pakel, Dusun Garon dan Dusun Tumpak Aren.1

Wilayah Desa Dompyong memiliki area seluas 1.782 Hektar dengan pola pemanfaatan lahan terdiri dari hutan dengan luasan 1.258,2 hektar, perkebunan 127,5 hektar, lahan sawah 49 hektar, pemukiman seluas 46 hektar dan pekarangan dengan luasan 95 hektar.2 Desa Dompyong berada pada ketinggian 729 meter di atas permukaan air laut dengan topografi berbukit-bukit. Sedangkan menurut data demografi jumlah penduduk Desa Dompyong mencapai 3.746 jiwa3 yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan jumlah keluarga sebanyak 1279 KK. Hasil transek bersama masyarakat, potensi di Desa Dompyong memiliki kecenderungan di bidang pertanian, perkebunan, hutan dan peternakan. Lahan pertanian sendiri terbagi menjadi; persawahan, ladang dan pekarangan dengan berbagai tanaman multikultur. Hasil pertanian

1 Data Geografi Desa Dompyong tahun 2014 2 Data Monografi Desa Dompyong tahun 2014


(20)

3

dilahan sawah berupa padi dan jagung. Tanaman padi dengan varietas tanaman padi gogo dan padi hibrida sedangkan tanaman jagung lebih banyak menggunakan benih hibrida dari pabrik.4

Jenis tanaman yang ada di ladang diantaranya; ketela pohon, ketela rambat, jagung, jahe dan talas. selebihnya tanaman dilahan pekarangan berupa tanaman kopi, pisang, durian, alpukat dan sayur-sayuran. Sedangkan di bidang peternakan seperti pada umumnya; terdiri dari sapi perah, kambing, dan unggas.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan masyarakat, di Desa Dompyong terdapat beberapa hasil panen (potensi lokal) yang bisa di manfaatkan untuk meningkatkan value (nilai) agar bisa menjadi barang yang mempunyai nilai jual tambah, yang selama ini belum dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan penghasilan pertanian, mengingat semakin rendahnya penjualan hasil panen mentah dan kurangnya kemampuan masyarakat untuk mengolah dan memasarkan hasil panen. Padahal sektor pertanian menjadi tumpuan penghidupan masyarakat desa, baik dalam segi ekonomi maupun penghidupan, namun dari banyaknya potensi lokal yang ada masyarakat belum bisa memaksimalkan hasil maupun mengelola hasil panen untuk menjadi barang yang lebih bernilai yang mempunyai nilai jual yang lebih tinggi yang mampu meningkatkan pendapatan petani.

Pemanfaatan lahan Desa Dompyong terbagi menjadi beberapa lahan yaitu lahan sawah dengan luasan 35 Ha, lahan perkebunan seluas 127,5 Ha,


(21)

4

luas pekarangan sekitar 95 Ha, lahan Hutan seluas 1.257 Ha dan lahan lain-lain seluas 267,5 Ha untuk lahan pemukiman, fasilitas umum dan pemakaman.5

Hasil pertanian dan perkebunan meliputi padi dan jagung, ketela, talas, pisang jahe dan kopi. Hasil panen padi hanya cukup untuk dikonsumsi sendiri sedangkan jagung sebagian untuk di konsumsi namun lebih banyak yang menjual hasil panennya kepada tengkulak. Masyarakat Desa Dompyong jarang menggunakan jagung sebagai makanan pokok sehari-hari. Mereka lebih memilih menjadikan tiwul maupun gaplek baik sebagai bahan makanan pokok atau hanya sekedar campuran beras.

Hasil pertanian lahan sawah dengan luasan ¼ Ha atau 250 meter persegi bisa menghasilkan panen sebanyak 6 KW untuk panen jagung, lahan padi tiap 250 meter persegi bisa menghasilkan panen sebanyak 375 kg. hasil panen padi hanya cukup untuk dikonsumsi sendiri oleh petani, sedangkan untuk hasil panen jagung masyarakat lebih memilih untuk menjual mentah daripada dikonsumsi. Penggunaan lahan untuk tanaman ketela tiap 250 meter persegi mampu menghasilkan lebih dari 1 ton ketela. Tanaman ketela biasanya menggunakan sistem tumpang sari dengan tanaman lainnya, baik dengan jagung dan jahe. Sedangkan kopi dan pisang ditanam dipekarangan dengan jumlah pohon rata-rata sebanyak 40 batang untuk tanaman kopi di setiap pekarangan rumah warga.6

5 Data Demografi Desa Dompyong tahun 2016

6 Hasil Diskusi dengan Kelompok Tani Dusun Garon pada tanggal 24 November 2014 pukul 21:00


(22)

5

Dari hasil panen yang ada jika dikurangi dengan pengeluaran pertanian hasilnya tidak seimbang, misalnya dari hasil panen jagung sebanyak 3 KW atau 300 kg dengan harga panen Rp.3000, 300 kg x 3000 = Rp. 900.000 tiap panen. Sedangkan pengeluaran pertanian tiap tanam mencapai Rp. 419.000 untuk pengeluaran pupuk, bibit dan pestisida, bila menggunakan buruh maka pengeluaran akan bertambah menjadi Rp. 280.000 untuk upah buruh. Jadi jika dikalkulasikan antara pengeluaran dan pendapatan pertanian hanya menghasilkan Rp. 264.000 tiap kali musim panen. Dan itupun harus menunggu sekitar 4 bulan untuk memperoleh hasil panen. Oleh karenanya masyarakat mengandalkan hasil ternak sapi perah untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Namun bagi yang tidak mempunyai ternak sapi perah akan sangat bergantung pada hasil pertanian yang ada.7

Dari sekian banyak hasil pertanian potensi lokal yang ada di Desa Dompyong masim belum dikelola secara maksimal, hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman dan keterampilan masyarakat untuk mengelola hasil pertanian agar mampu memberikan sumbangsih untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Desa Dompyong.

Banyak tanaman lokal yang belum termanfaatkan secara maksimal dan hanya dijual mentah dengan harga yang murah salah satuya yaitu ketela, talas, pisang, telo rambat dan kopi. Berikut hasil perkebunan yang bisa

7

Hasil Diskusi dengan Kelompok Tani Dusun Garon pada tanggal 24 November 2014 pukul 21:00 di rumah ketua RT 30.


(23)

6

dikembangkan menjadi produk wirausaha untuk meningkatkan nilai jual yang lebih tinggi menjadi produk olahan diantaranya;8

Tabel 1.1

Hasil Pertanian Lokal Desa Dompyong yang Bisa Dikembangkan Menjadi Produk Olahan

No Hasil Panen Lokasi Satuan Harga Pasca Panen

1. Kopi Pekarangan

dan ladang

1 kg Rp. 25.000 Di

konsumsi dan di jual

3. Ketela Ladang, dan

pekarangan

1 kg Rp. 300 Jual mentah

4. Telo rambat Ladang 1 kg Rp. 2.000 Jual mentah

4. Pisang Pekarangan 1 tundun Rp. 10.000 Jual mentah

5. Talas Pekarangan 1 kg Rp. 1.000 Jual mentah

Sumber: hasil wawancara dengan Sukesi, Sri Wahyuni

Menurut Sukesi (37 tahun) Pertanian di Desa Dompyong, khususnya di Dusun Garon mengalami ketidakseimbangan antara pengeluaran pra tanam dengan hasil penen, hal ini terjadi karena murahnya hasil panen terutama tanaman ladang, semisal tanaman singkong memiliki harga jual mentah sangat murah berkisar Rp. 300 per kg, sehingga banyak warga yang lebih memilih tidak memanen dan membiarkan di ladang.9 Hal ini terjadi karena masyarakat belum bisa mengolah hasil panen menjadi produk olahan yang lebih bernilai jual tinggi, padahal singkong merupakan potensi yang bisa dikembangkan

8 Hasil wawancara dengan Sri Wahyuni (36 tahun) pada tanggal 23 November 2016 pukul 14:00 di

rumah

9 Hasil wawancara dengan Sukesi (37 tahun) pada tanggal 19 november 2016 pukul 13:30 di ruang


(24)

7

mengingat banyaknya petani yang menanam tanaman singkong dalam jumlah yang besar.

Ketela digunakan sebagai makanan berupa tiwul yang masih menjadi makanan pokok khas Desa Dompyong. Hasil panen ketela lebih banyak dibandingkan dengan padi dan jagung. Selain tidak membutuhkan biaya tanam, ketela juga mudah tumbuh dengan subur dimana saja walaupun tanpa menggunakan pupuk dan pestisida. Bibitnyapun sangat mudah didapatkan. Namun harga ketela saat ini sangat murah hanya RP.300 per kg. Oleh karenanya petani lebih memilih tidak memanen ketela walaupun telah sampai masa panen yaitu minimal 7 sampai 8 bulan, mereka masih menunggu mungkin harga bisa stabil kembali dengan harga Rp 1000 per kg. Hal inilah yang menjadikan pendapatan petani semakin berkurang.10

Talas juga banyak ditanam di lahan pertanian dengan kualitas yang bagus, namun harga jualnya juga rendah, yaitu hanya berkisar Rp.900 per kg. hasil panen kebanyakan hanya di jual mentah, namun ada sebagian warga yang mulai mengolah menjadi olahan kripik mbote11 dalam jumlah yang sedikit dan hanya dijual di sekolah-sekolah terdekat saja.12

Setiap orang mempunya lahan kopi yang ditanam di pekarangan rumah dan ladang, tetapi belum ada perkebunan rakyat yang menanan khusus komoditas tanaman kopi, kebun kopi hanya ada di perkebunan Dilem milik

10 Hasil wawancara dengan Suruto (42 tahun) pada tanggal 20 November 2016 pukul 20:00 di ruang

tamu.

11 Mbote merupakan nama lain dari talas yang merupakan bahasa lokal di Desa Dompyong 12 Hasil wawancara dengan Sameni (33 tahun) pada tanggal 15 November 2016 pukul 10:00 di ruang


(25)

8

daerah padahal tanaman kopi merupakan komuditas tanaman yang sangat potensial di Desa Dompyong. Selain mudah tumbuh di daerah ini, hasil panen kopi juga lebih menjanjikan dibanding dengan tanaman perkebunan lainnya.13

Kopi merupakan komoditas tanaman yang menjadi icon wisata Desa Dompyong di perkebunan Dilem Willis lengkap dengan pabrik kopi peninggalan belanda yang hanya beroperasi ketikan panen kopi saja. Selain itu, masyarakat juga banyak yang menanam di lahan pekarangan tiap rumah, khususnya di Dusun Garon. Hasil panen kebanyakan di konsumsi sendiri oleh masyarakat serta di jual mentah ke pasar maupun ke pabrik. Ada juga kelompok yang mulai memproduksi bubuk kopi tetapi masih menggunakan sistem manual dan dalam jumlah yang sedikit karena produksinya hanya mengandalkan pesanan. Setiap rumah di Dusun Garon mampu menghasilkan produksi kopi mentah setiap panen dari hasil pohon kopi yang mereka tanam di pekarangan rumah masing-masing. Sehingga sangat potensial untuk dikembangkan menjadi bubuk kopi khas Desa Dompyong. Hanya saja tantangannya bagi para petani kopi, yaitu pengelolahan yang belum memenuhi standard olah yang diterima pasar.14

Begitu pula dengan pisang, pisang banyak ditanam di pekarangan rumah dan ladang. Selain dikonsumsi sendiri, juga dijual mentah ke pasar. Sedangkan kopi selain di konsumsi sendiri juga di jual baik ke pabrik maupun ke pasar. Jahe merupakan komoditi tanaman toga yang bisa dimanfaatkan

13 Hasil wawancara dengan Sudar (45 tahun) pada tanggal 23 november 2016 pukul 09:00 di rumah

Sudar

14 Hasil Wawancara dengan Purwanto (47 tahun) pada tanggal 23 November 2016 pukul 13:30 di


(26)

9

sebagai obat untuk kekebalan tubuh. Kebanyakan masyarakat menanan jahe di ladang terutama di lahan perhutani menggunakan sistem tumpang sari dengan tanaman singkong dan tanaman lainnya. Namun sejauh ini jahe hanya dijual mentah dengan harga yang murah karena adanya penurunan harga yang drastis dibanding tahun-tahun sebelumnya, padahal jahe merupakan komoditas yang banyak ditanam di Desa Dompyong mengingat kondisi geografis yang sangat mendukung untuk budidaya tanaman jahe. Selain produksi hasil panen jahe sangat bagus dan dalam jumlah yang banyak, tetapi sejauh ini masyarakat belum mampu meningkatkan hasil jual tanaman jahe melalui pengolahan produk yang bernilai manfaat dan nilai jual tinggi. Mereka hanya menjual mentah hasil panen kepada tengkulak dengan harga yang murah, oleh karenanya produksi jahe mulai menurun mengingat turunnya harga mempengaruhi keinginan petani untuk menanan jahe kembali.15

Pada tahun 2009-2010 ada pendampingan dari Prima Tani untuk menanam komoditas sayuran seperti kubis, sawi, wortel dan kentang dalam rangka meningkatkan dan mengganti komoditas tanaman yang bernilai jual tinggi.16 Kerjasama dengan kelompok tani Mardi Luhur bersama masyarakat Garon dengan sistem balik modal. Pendampingan dilakukan mulai dari proses cara penanaman, pemupukan organik, pengobatan, pemupukan kimia dan panen yang berlangsung selama tiga bulan masa tanam. Namun sangat disayangkan pendampingan tidak sampai pada proses pemasaran. Sehingga

15 Hasil wawancara dengan Yateni umur 48 tahun pada tanggal 16 November 2016 pukul 21:00 di

rumah

16 Hasil FGD bersama kelompok wanita tani (KWT) Argosari pada tanggal 20 November 2016 pukul


(27)

10

masyarakat kesulitan untuk menjual hasil panennya. Walaupun kualitas hasil panen baik namun masyarakat belum mampu memperoleh penghasilan yang maksimal karena tidak ada pihak yang membeli hasil panen mereka serta kurangnya pengetahuan dan keterampilan untuk pemasaran hasil panennya.

Setelah melakukan inkulturasi dengan berbagai pihak, baik dengan kelompok tani, lembaga kemasyarakatan dan kelompok keagamaan, akhirnya peneliti cenderung memilih kelompok wanita tani Argosari dan para petani sebagai subjek dampingan. Hal ini karena beberapa alasan yaitu, mereka menyambut dengan senang hati dan lebih terbuka serta mempunyai keinginan untuk belajar bersama dalam melakukan perubahan, baik untuk diri mereka, kelompok dan perubahan Desa Dompyong menjadi lebih baik dan masyarakatnya lebih sejahtera.

Adanya problematika yang dialami masyarakat terutama petani menyebabkan timbulnya kemiskinan petani. Kemiskinan akan terus berkembang jika tidak diberantas. Kemiskinan bukan diciptakan oleh orang miskin, tetapi diciptakan oleh tatanan sosial-ekonomi, maka kemiskinan dapat atasi melalui pemberdayaan masyarakat untuk merubah kondisi masyarakat menjadi lebih baik. Sebagaimana dalam Al Qur’an potongan dari surat

Ar-Ra’du ayat 11 yang berbunyi: “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan

sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.

Kondisi masyarakat Dompyong yang mayoritas sebagai petani belum bisa merasakan kesejahteraan walaupun produktifitas hasil pertaniannya tinggi


(28)

11

karena harga hasil panen lokal yang sangat murah. Dari sekian banyak potensi lokal yang ada di Desa Dompyong, kebanyakan masih dijual mentah dengan harga yang rendah. Maka peneliti bersama masyarakat dan kelompok tani wanita (KWT) Argosari akan melakukan pendampingan untuk meningkatkan nilai tambah hasil pertanian dalam rangka memajukan perekonomian masyarakat terutama dalam meningkatkan pendapatan petani.

B. Rumusan Masalah

Desa Dompyong mempunyai lahan pertanian yang sangat potensial dalam menghasilkan panen lokal berupa ketela baik ketela pohon maupun ketela rambat, talas, pisang dan kopi, namun petani belum mampu mengolah hasil panen tersebut menjadi barang yang lebih bernilai ekonomi tinggi yang dapat meningkatkan pendapatan mereka. Petani selama ini hanya mampu menjual mentah hasil panen potensi lokal dengan harga yang relatif murah.

Dari rumusan masalah di atas, maka pertanyaan riset pendampingan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi rendahnya perekonomian petani Desa Dompyong akibat tidak adanya pemanfaatan hasil panen lokal?

2. Bagaimana strategi yang efektif untuk meningkatkan perekonomian petani Desa Dompyong?

3. Bagaimana hasil yang dicapai dalam penerapan wirausaha pengolahan hasil panen bersama Kelompok Wanita Tani Argosari di Desa Dompyong?


(29)

12

C. Tujuan Penelitian untuk Pemberdayaan

Adapun tujuan penelitian dari pendampingan ini yaitu:

1. Untuk mengetahui kondisi rendahnya perekonomian petani Desa Dompyong akibat tidak adanya pemanfaatan hasil panen lokal?

2. Untuk menjelaskan strategi yang efektif untuk meningkatkan

perekonomian petani Desa Dompyong?

3. Untuk mengetahui hasil yang dicapai dalam penerapan wirausaha pengolahan hasil panen bersama Kelompok Wanita Tani Argosari di Desa Dompyong?

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian diatas, peneliti berharap hasil penelitian ini bisa memberikan beberapa manfaat. Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil pendampingan ini antara lain sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Untuk memberikan sumbangsih pada khasanah keilmuan

pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan pertanian dalam

meningkatkan hasil pertanian lokal agar memiliki nilai jual yang lebih tinggi diandingkan hanya dengan menjual mentah hasil pertanian. Selain itu, penelitian ini bisa memberi kontribusi atau sumbangan pemikiran bagi jurusan Pengembangan Masyarakat Islam atau para pemberdaya masyarakat dalam memahani kehidupan dan permasalahan yang ada di masyarakat serta menggali potensi yang dimiliki masyarakat atau komunitas lokal.


(30)

13

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini bisa menjadi informasi awal dalam pengembangan sektor pertanian di Desa Dompyong dan Memberikan manfaat bagi masyarakat Desa Dompyong, khususnya para petani dalam membaca dan memecahkan permasalahan sosial yang realistis, yaitu dalam upaya meningkatkan penghasilan petani melalui pengolahan hasil panen menjadi produk yang lebih bernilai jual tinggi. Selain itu Petani dapat memahami bagaimana masalah yang menjerat kehidupan mereka, menemukan solusi bersama agar kehidupan masyarakat bisa lebih sejahtera. Sehingga dari setiap proses yang dilakukan dapat memberikan motivasi kepada petani lainnya untuk terus mengembangkan potensi yang mereka miliki demi kesejahteraan bersama.

E. Strategi Pemecahan Masalah dan Tujuan 1. Analisis Masalah

Fokus pemberdayaan ini melibatkan partisipasi dari masyarakat Desa Dompyong dan Kelompok Wanita Tani (KWT) Argosari sebagai subjek dampingan. Partisipasi ini dilakukan dalam setiap proses pengorganisasian di lapangan, mulai dari pemetaan awal, penentuan masalah, mencari solusi, pelaksanaan aksi hingga proses evaluasi dan refleksi dalam upaya meningkatkan perekonomian atau pendapatan petani di Desa Dompyong. Sehingga seluruh subjek dampingan mampu mengambil peran masing-masing dalam segala proses pemberdayaan dengan harapan terciptanya masyarakat ahli yang mampu melakukan perubahan sosial untuk permasalahan yang


(31)

14

mereka hadapi dan agar mereka bisa menyadarkan masyarakat yang lainnya dan mengajak masyarakat untuk melakukan perubahan dengan mandiri setelah proses pendampingan ini selesai. Berikut ini adalah fokus penelitian dan pendampingan yang digambarkan dalam analisa pohon masalah tentang rendahnya perekonomian atau pendapatan petani di Desa Dompyong yaitu sebagai berikut:

Bagan 1.1

Analisa Pohon Masalah Tentang Rendahnya Perekonomian Petani Desa Dompyong

Sumber: Hasil FGD bersama Kelompok Wanita Tani pada tanggal 20 November2016

Tejadinya kemiskinan Kurang terpenuhinya kebutuhan

masyarakat

Rendahnya perekonomian (pendapatan) masyarakat Desa Dompyong

Belum ada kelompok usaha dalam menangani pengolahan

pascapanen Belum terkelolanya hasil panen

lokal yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat

Kurangnya keterampilan masyarakat untuk mengelola hasil panen

lokal

Belum ada yang mengorganisir pembentukan kelompok yang menangani pengolahan pascapanen Kurangnya pemahaman masyarakat untuk mengembangkan hasil panen lokal

Belum ada pendidikan untuk mengembangkan

hasil panen lokal

Belum ada pelatihan dalam mengelola hasil

panen lokal

Belum ada yang menginisiasi pembentukan kelompok

yang menangani pengolahan pascapanen


(32)

15

Problematika yang tampak dari pohon masalah diatas yaitu rendahnya perekonomian atau pendapatan masyarakat, terutama petani yang disebabkan oleh kurangnya pemahaman dan keterampilan petani untuk mengelola hasil panen lokal agar menjadi barang yang mempunyai nilai jual lebih tinggi. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat tersebut disebabkan belum adanya pendidikan dan pelatihan tentang pengolahan hasil panen lokal yang bisa mendukung peningkatan perekonomian masyarakat. Selama ini hasil panen hanya sebatas di konsumsi sendiri dan dijual dipasar maupun tengkulak dengan harga yang relatif murah.

Pengetahuan masyarakat tentang pengolahan pascapanen juga disebabkan oleh kurangnya pendidikan kepada petani tentang pengolahan pasca panen hasil pertanian. Hal ini terjadi dikarenakan belum ada yang mengorganisir pendidikan masyarakat baik dari pemerintah desa, kelompok tani maupun dari petani sendiri. Pendidikan selama ini yang ada di Desa Dompyong lebih pada tata cara bercocok tanam yang baik agar bisa memperoleh hasil yang maksimal, tetapi belum ada yang menfasilitasi pendidikan tentang pengolahan pascapanen untuk peningkatan nilai jual belinya.

Pengolahan hasil panen untuk meningkatkan pendapatan petani bisa dilakukan jika ada sebuah kelompok atau lembaga yang menangani dan menjalankan aktifitas kelola hasil panen. Namun di Desa Dompyong sendiri belum ada gerakan ataupun kelompok yang berinisiatif untuk mulai berinovasi dalam bidang pertanian, yaitu melalui pengolahan hasil panen lokal menjadi


(33)

16

produk baru. Produk baru tersebut tentunya produk yang bisa dijual dengan harga yang relatif tinggi, dibandingkan dengan hanya menjual mentah saja.

Adapun dampak dari rendahnya perekonomian atau pendapatan masayarakat petani yaitu menyebabkan peningkatan kemiskinan para petani dan kurang terpenuhinya kebutuhan hidup para petani. Karena dalam pemenuhan kebutuhan sehari masih mengandalkan pendapatan dari hasil pertanian.

2. Analisis Tujuan

Dari ketiga faktor penyebab rendahnya perekonomian atau pendapatan petani di Desa Dompyong tersebut, selama ini belum ada pihak yang melakukan upaya penanganan masalah baik dari pihak desa, kelompok maupun para petani karena belum ada kesadaran dari petani untuk melakukan upaya peningkatan perekonomian atau pendapatan petani melalui pengolahan hasil pertanian lokal. Petani hanya memperoleh penghasilan dari hasil panen yang dijual pada tengkulak dengan harga yang murah tanpa melakukan penangana pascapanennya. Oleh sebab itu, berikut uraian tindakan yang dilakukan oleh peneliti bersama para petani dan KWT Argosari dalam melakukan upaya pemecahan masalah untuk meningkatkan perekonomian petani yang tergambar dalam analisa pohon harapan atau hirarki analisa tujuan sebagai berikut:


(34)

17

Bagan 1.2

Analisa Pohon Harapan dalam Meningkatkan Perekonomian dan Pendapatan Petani Desa Dompyong

Sumber: Hasil FGD bersama Kelompok Wanita Tani pada tanggal 20 November 2016

Dari paparan problem pada pohon masalah diatas, maka peneliti dan masyarakat membuat analisa tujuan untuk merumuskan bersama tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam proses pendampingan ini. Tujuan dari pendampingan petani dan KWT Argosari dalam mengatasi rendahnya perekonomian dan pendapatan petani di Desa Dompyong di tunjang oleh

Berkurangnya tingkat kemiskinan

Terpenuhinya kebutuhan masyarakat

Meningkatnya perekonomian (pendapatan) Petani Desa Dompyong

Ada kelompok usaha dalam menangani pengolahan

pascapanen Terkelolanya hasil panen lokal

yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat

Meningkatnya keterampilan masyarakat untuk mengelola hasil panen

lokal Ada yang mengorganisir pembentukan kelompok yang menangani pengolahan pascapanen Meningkatnya

pemahaman masyarakat untuk mengembangkan

hasil panen lokal

Adanya pendidikan untuk mengembangkan

hasil panen lokal

Pengadaan pelatihan dalam mengelola hasil

panen lokal

Ada yang menginisiasi pembentukan kelompok

yang menangani pengolahan pascapanen


(35)

18

beberapa tujuan dasar lainnya. Faktor yang dibutuhkan untuk mecapai tujuan tersebut yaitu:

1. Ada yang menginisiasi pendidikan untuk memberikan pemahaman kepada petani dalam mengelola hasil panen lokal agar menjadi barang yang mempunyai nilai jual lebih tinggi. Faktor penunjang ini sangat dibutuhkan untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya pengolahan hasil panen dalam peningkatan pendapatan petani. Sehingga petani tidak mengalami ketergantungan kepada para tengkulak dalam pemasaran hasil panennya tetapi mempunyai kemampuan untuk mengelola hasil panen secara mandiri.

2. Ada yang menginisiasi pembentukan kelompok usaha bersama dalam pengolahan hasil panen lokal. Hal ini menjadi awal terbentuknya wirausaha bersama kelompok yang nantinya dapat dikembangkan menjadi wirausaha yang lebih besar. Kelompok usaha ini merupakan wadah pengembangan keterampilan dan kemampuan petani untuk mengolah hasil panen serta menjadi wadah untuk melakukan perubahan secara berkelanjutan sehingga dapat memunculkan kelompok baru yang lebih ahli dan kreatif dalam mengupaya adanya perubahan yang lebih baik. 3. Ada yang menginisiasi pelatihan keterampilan dalam pengolahan hasil

panen menjadi produk olahan yang bernilai jual ekonomis. Faktor penunjang ini dibutuhkan untuk memberikan keterampilan pada petani dalam mengelola hasil panen menjadi produk yang bisa memberikan


(36)

19

sumbangsih dalam peningkatan pendapatan keluarga petani khususnya Kelompok Wanita Tani Argosari.

3. Analisis Strategi Program

Selanjutnya, untuk memperjelas alur pikiran peneliti dalam mencapai tujuan-tujuan yang ada bersama para petani dan Kelompok Wanita Tani Argosari, berikut adalah kerangka berfikir dan strategi program dalam penelitian pendampingan ini, yaitu:

Tabel 1.2

Kerangka Berfikir dan Strategi Program dalam Pendampingan Upaya Peningkatan Perekonomian dan Pendapatan Petani di Desa Dompyong

No Masalah Harapan Proses Hasil

1. Kurangnya

pemahaman masyarakat untuk mengelola

dan mengembangkan hasil panen lokal

Meningkatnya pemahaman masyarakat untuk mengelola dan mengembangkan hasil panen lokal

Membangun kesadaran dan pemahaman kelompok wanita tani dalam pengolahan hasil panen lokal Subjek dampingan dapat memahami tentang pengolahan hasil panen lokal

2. Kurangnya

keterampilan masyarakat untuk mengelola hasil panen lokal

Masyarakat mempunyai keterampilan untuk mengelola hasil panen lokal

Pelatihan Pengolahan hasil panen dan wirausaha untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Masyarakat memiliki keterampilan dalam mengelola hasil panen lokal menjadi produk yang bernilai jual lebih tinggi

3. Belum ada

kelompok usaha dalam menangani pengolahan pascapanen Ada kelompok usaha dalam menangani pengolahan pascapanen Membentuk kelompok wirausaha bersama pengolahan hasil panen untuk meningkatkan Terbentuknya kelompok wirausaha bersama yang menangani pengolahan hasil panen


(37)

20

perekonomian petani

Sumber: Diolah dari Hasil FGD dengan Kelompok Wanita Tani Argosari pada tanggal 20 November 2016 di Rumah Sri Narti

Dengan adanya kerangka berfikir tersebut, akan menjadikan proses pendampingan petani dan KWT Argosari mejadi lebih jelas dan terarah. Sehingga dapat mencapai tujuan utama melalui tahapan-tahapan analisis yang sesuai dengan konteks problem, harapan dan kondisi yang ada di masyarakat. Selain itu juga, dari kerangka berfikir tersebut, akan memudahkan peneliti dalam mengorganisir dan melakukan semua setiap prosesnya bersama masyarakat hingga pada tahapan evaluasi untuk proses yang berkelanjutan.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika adalah salah satu unsur penelitian yang sangat penting agar penulisan hasil penelitian bisa terarah. Sistematika penulisan skripsi secara keseluruan terdiri dari IX BAB, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, pada bab ini peneliti memaparkan tentang latar belakang masalah yang terjadi di lokasi dampingan termasuk juga fokus riset pendampingan atau rumusan masalah, tujuan dan manfaat riset pendampingan, strategi pemberdayaan dan juga sistematika pembahasan bab per bab dari skripsi.

BAB II Kajian Teori Dan Penelitian Terkait, Pada bab ini peneliti membahas tentang teori-teori yang relevan dengan tema penelitian yang diangkat. Diantaranya yaitu teori pengembangan dan pemberdayaan


(38)

21

masyarakat, teori pemberdayaan masyarakat berdasarkan perspektif islam dan teori kewirausahaan.

BAB III Metode Penelitian Aksi Partisipatif, Pada bab ini peneliti membahas tentang metode riset aksi partisipatif. Dalam bab ini berisi tentang metode pendekatan yang digunakan dalam riset, prosedur dalam penelitian PAR (Participatory Action Research), subjek penelitian dan penadmpingan, teknik-teknik pendampingan, teknik pengumpulan data, teknik validasi data, teknik analisi data riset untuk pendampingan dan jadwal operasional yang menjelaskan tentang waktu dan juga pihak-pihak yang terkait dalam riset pendampingan yang dilakukan.

BAB IV Gambaran Kehidupan di Desa Dompyong, bab ini memberikan gambaran umum tentang lokasi riset dampingan. Dalam bab ini dijelaskan tentang profil Desa Dompyong secara geografis, monografi desa Dompyong, keadaan sosial budaya masyarakat, adat istiadat, pendidikan, dan yang paling penting yaitu keadaan perekonomian masyarakat dan menjelaskan kondisi pertanian Desa Dompyong yang menjadi sektor utama Pertanian di desa tersebut. Begitupula pemaparan profil subyek dampingan, yaitu Kelompok Wanita Tani Argosari.

BAB V Problematika Masyarakat Desa Dompyong, Pada bab ini membahas tentang analisa situasi problematik yang terjadi di Desa Dompyong, meliputi rendahnya perekonomian (pendapatan) petani di desa dompyong, belum terkelolanya hasil panen lokal yang dapat meningkatkan perekonomian


(39)

22

perekonomian masyarakat, serta belum adanya kelompok usaha dalam menangani pengelolahan pascapanen.

BAB VI Proses Pengorganisasian, bab ini membahas tentang dinamika proses pengorganisiran yang meliputi assesment awal, proses inkulturasi, focus

group discussion dan perencanaan program pendampingan kelompok wanita

tani Argosari dalam memecahkan berbagai permasalahan di Desa Dompyong. BAB VII Proses Aksi Pada bab ini peneliti membahas tentang proses aksi pendampingan masyarakat di Desa Dompyong melalui berbagai program yaitu membangun kesadaran Kelompok Wanita Tani dalam penanganan pascapanen, membentuk kelompok usaha bersama untuk meningkatkan perekonomian masyarakat serta melaksanakan pelatihan keterampilan dalam pengolahan hasil panen menjadi produk olahan yang bernilai ekonomis. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian serta pendapatan masyarakat terutama petani.

BAB VIII Analisis Dan Refleksi, bab ini berisi tentang analisis pendamping terhadap subjek dampingan serta Refleksi Teoritis dan Refleksi Metode Penelitian dimana peneliti menguraikan hasil refleksi terhadap perubahan dan hasil dari sebuah proses pendampingan.

BAB IX Simpulan, pada bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan, saran dan rekomendasi dari proses riset dampingan yang telah ditulis dalam skripsi.


(40)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN TERKAIT

A. Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat sebagai Proses Mencapai Kemandirian

Pengembangan masyarakat adalah upaya mengembangkan sebuah kondisi masyarakat secara berkelanjutan dan aktif berlandaskan prinsip-prinsip keadilan sosial dan saling menghargai. Para pekerja kemasyarakatan berupaya memfasilitasi warga dalam proses terciptanya keadilan sosial dan saling menghargai melalui program-program pembangunan secara luas yang menghubungkan seluruh komponen masyarakat. Pengembangan masyarakat menterjemahkan nilai-nilai keterbukaan, persamaan, pertanggungjawaban, kesempatan, pilihan, partisipasi, saling menguntungkan, saling timbal balik dan pembelajaran terus menerus. Inti dari pengembangan masyarakat adalah mendidik, membuat anggota masyarakat mampu mengerjakan sesuatu dengan memberikan kekuatan atau sarana yang diperlukan dan memberdayakan mereka17. Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat merupakan upaya yang dilakukan untuk melakukan perubahan masyarakat petani Desa Dompyong menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Pengembangan masyarakat didasari sebuah cita-cita bahwa masyarakat bisa dan harus mengambil tanggung jawab dalam merumuskan kebutuhan, mengusahakan kesejahteraan, menangani sumber daya baik sumber daya alam


(41)

24

maupun sumber daya manusia dan mewujudkan tujuan hidup mereka sendiri.

Pengembangan masyarakat diarahkan unuk membangun supportive

communities, yaitu sebuah struktur masyarakat yang kehidupannya didasarkan

pada pengembangan dan pembagian sumber daya secara adil serta adanya interaksi sosial, partisipasi, dan upaya saling mendorong antar satu dengan yang lain18.

Salah satu tujuan pengembangan masyarakat adalah membangun sebuah struktur masyarakat yang didalamnya memfasilitasi tumbuhnya partisipasi secara demokratis ketika terjadi pengambilan keputusan. Upaya ini menuntut pembentukan proses yang memungkinkan sebuah masyarakat mempunyai akses pada sumber daya, mampu mengontrol sumber daya dan struktur kekuasaan di masyarakat.19

Sedangkan pemberdayaan berarti menyediakan sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan dalam rangka meningkatkan kemampuan warga miskin untuk menentukan masa depannya sendiri dan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakatnya.20 Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan dimana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri.21 Pemberdayaan hanya bisa terjadi apabila warganya ikut berpartisipasi.

18 Zubaedi, Pengembangan Masyarakat: Wacana dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2014) hal. 2 19 Sumaryo Gitosaputro, Kordiyana K. Rangga, Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat;

Konsep, Teori dan Aplikasinya di Era Otonomi Daerah, (Yogyakarta: Graha Ilmu), hal. 3

20 Nanih Machendrawati, Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam dari Ideologi,

Strategi, sampai Tradisi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 43

21 James A. Cristenson, Jerry W. Robinson, Community development in perspective, (Jr Ames: Ioa


(42)

25

Carlzon dan Macauley sebagaimana di kutip oleh Wasistiono mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pemberdayaan adalah sebagai berikut: “membebaskan seseorang dari kendali yang kaku, dan memberi orang kebebasan untuk bertanggung jawab terhadap ide-idenya, keputusan-keputusannya dan tindakan-tidakanya.”22

Pemberdayaan adalah langkah atau proses mengupayakan unsur-unsur keberdayaan dalam masyarakat sehingga mereka mampu meningkatkan harkat dan martabat dan keluar dari sebuah ketergantungan yang mengkondisikan mereka dalam perangkap kemiskinan dan keterbelakangan, atau dengan istilah lain memandirikan masyarakat.23

Carver dan Clatter Back mendefinisikan pemberdayaan sebagai berikut

“upaya memberi keberanian dan kesempatan pada individu untuk mengambil

tanggung jawab perorangan guna meningkatkan dan memberikan kontribusi pada tujuan organisasi”. Sementara Shardlow mengatakan pada intinya:

“pemberdayaan membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas

berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka”.24

Menurut Sumodiningrat dan Gunawan Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subjek dari upaya pembangunannya sendiri. Berdasarkan konsep demikian, maka pemberdayaan

22 Risyanti Riza, Roesmidi, Pemberdayaan Masyarakat, (Sumedang: Alqa Print Jatinangor, 2006). 23

Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan (Bandung: Alfabeta, 2007), hal. 1

24


(43)

26

masyarakat harus mengikuti pendekatan sebagai berikut pertama, upaya itu harus terarah. Ini yang secara populer disebut pemihakan. Kedua, program ini harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran. Ketiga, menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-sendiri masyarakat miskin sulit dapat memecahkan masalah masalah yang dihadapinya. 25

Permendagri RI Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat, dinyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu strategi yang digunakan dalam pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Pasal 1, ayat (8).26

Menurut Jim Ife, konsep pemberdayaan memiliki hubungan erat dua konsep pokok yakni: konsep power (daya) dan konsep Disadvanteged (ketimpangan). Upaya pemberdayaan masyarakat perlu didasari pemahaman bahwa munculnya ketidakberdayaan masyarakat akibat masyarakat tidak memiliki kekuatan (powerless). Jim Ife mengidentifikasi beberapa jenis kekuatan yang dimiliki masyarakat yang dapat digunakan untuk memberdayakan mereka:27

25 Sumodiningrat, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial, (jakarta: Gramedia,

1999)

26 Cholisin, Pemberdayaan Masyarakat, Disampaikan pada Gladi Manajemen Pemerintahan Desa

Bagi Kepala Bagian/Kepala Urusan Hasil Pengisian Tahun 2011 Di Lingkungan Kabupaten Sleman, 2011

27 Ife, J.W, Community Development: Creating Community Alternatives-vision, Analisys and


(44)

27

a. Kekuatan atas pilihan pribadi. Upaya pemberdayaan dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menentukan pilihan pribadi atau kesempatan untuk lebih baik

b. Kekuatan dalam menentukan kebutuhannya sendiri dengan mendampingi mereka untuk merumuskan kebutuhannya sendiri

c. Kekuatan dalam kebebasan berekspresi dengan mengembangkan kapasitas mereka untuk bebas berekspresi dalam bentuk budaya politik

d. Kekuatan kelembagaan dengan meningkatkan aksebilitas terhadap kelembagaan pendidikan, kesehatan, keluarga, keagamaan, sistem kesejahteraan sosial, struktur pemerintah, media dan sebagainya.

e. Kekuatan sumber daya ekonomi dengan meningkatkan aksebilitas dan kontrol terhadap aktivitas ekonomi

f. Kekuatan dalam kebebasan reproduksi dengan memberikan kebebasan kepada masyarakat dalam menentukan proses reproduksi.

Prinsip-prinsip Pengembangan Masyarakat salah satunya yaitu sebagai berikut:28

1. Berkelanjutan. Pengembangan masyarakat merupakan bagian dari upaya untuk membangun tatanan sosial, ekonomi dan politik baru yang proses dan strukturnya secara berkelanjutan. Setiap kegiatan pengembangan masyarakat harus berjalan dalam kerangka berkelanjutan, bila tidak ia tidak akan bertahan dalam waktu yang lama. Keistimewaan dari prinsip keberlanjutan adalah ia dapt membangun struktur, organisasi, bisnis, dan

28


(45)

28

industri yang dapat tumbuh dan berkembang dalam bernagai tantangan. Jika pengembangan masyarakat berjalan dalam pola berkelanjutan diyakini akan dapat membawa sebuah masyarakat menjadi kuat, seimbang dan harmonis, serta concern terhadap keselamatan lingkungan.

2. Kemandirian. Masyarakat hendaknya mencoba memanfaatkan secara mandiri terhadap sumber daya yang dimiliki seperti: keuangan, teknis, alam dan manusia daripada menggantungkan diri terhadap bantuan dari luar. Melalui program pengembangan masyarakat duupayakan agar para warga mampu mengidentifikasi dan memanfaatkan sumber daya yang ada dalam masyarakat semaksimal mungkin.

3. Partisipasi. Pembangunan masyarakat harus selalu mencoba

memaksimalkan partisipasi, dengan tujuan agar setiap orang dalam masyarakat bisa terlibat aktif dalam proses dan kegiatan masyarakat. Lebih banyak anggota masyarakat yang berpartisipasi aktif, lebih banyak cita-cita yang dimiliki massyarakat dan proses yang melibatkan masyarakat akan dapat direalisasikan. Hal ini tidak menekankan bahwa setiap orang harus berpartispasi dengan cara yang sama. Masyarakat berbeda-beda karena mereka memiliki keterampilan, keinginan, dan kemampuan yang berbeda-beda. Kerja kemasyarakatan yang baik akan memberikan rangkaian kegiatan partisipatori yang seluas mungkin dan akan membenarkan persamaan bagi semua anggota masyarakat yang secara aktif terlibat.


(46)

29

Upaya menumbuhkan partisipasi warga melalui program

pengembangan masyarakat diawali dengan cara menggugah kesadaran masyarakat akan hak-haknya untuk hidup secara bermutu, adanya realitas kompleksitas permasalahan yang dihadapi, serta perlunya tindakan konkret dalam mengupayakan perbaikan kehidupan.

Partisipasi yang ingin dibangun melalui program pengembangan masyarakat berjalan secara bertahap, dimulai dari jenis partisipasi interaktif menuju tumbuhnya mobilitas sendiri (self-mobilization) di kalangan masyarakat. Partisipasi interaktif adalah bentuk partisipasi masyarakat dimana ide dalam berbagai kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program masih dibantu dan difasilitasi oleh pihak luar. Sementara itu, mobilitas sendiri adalah bentuk partisipasi dimana masyarakat mengambil inisiatif, melaksanakan kegiatan, pada berbagai tahap secara mandiri dan mobilisasi sumber daya yang dibutuhkan dari masyarakat sendiri.29

Jika masyarakat sudah mampu mandiri dalam berpikir, bersikap, dan mengambil tindakan serta sudah mampu berorientasi jangka panjang, makro dan subtansial berarti mereka sudah berada dalam tahap terberdayakan.

Konsep pemberdayaan masyarakat jika ditelaah sebenarnya berangkat dari pandangan yang menempatkan manusia sebagai subjek dari dunianya sendiri. Pola dasar gerakan pemberdayaan ini mengamanatkan kepada perlunya power dan menekankan keberpihakan kepada kelompok yang tak berdaya. Pemberdayaan bersifat holistik berarti ia mencakup semua aspek. Untuk itu


(47)

30

setiap sumber daya lokal patut diketahui dan didayagunakan. Hal ini untuk menghindarkan masyarakat dari sikap ketergantungan kepada segala sesatu.30

Upaya pemberdayaan, seperti yang dikatakan Kartasasmita harus dilakukan melaui tiga arah. Pertama, menciptakan suasana iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Artinya setiap manusia atau setiap masyarakat telah memiliki potensi, sehingga pada saat langkah pemberdayaan diupayakan agar mendorong dan membangkitkan kesadaran masyarkat akan pentingnya mengembangkan potensi-potensi yang telah dimiliki. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat

(empowering). Artinya langkah pemberdayaan diupayakan melalui aksi-aksi

nyata seperti pendidikan, pelatihan, peningkatan kesehatan, pemberian modal, informasi, lapangan kerja, pasar serta sarana prasarana lainnya. Ketiga, melindungi masyarakat (protection). Hal ini berarti dalam pemberdayaan masyarakat perlu diupayakan langkah-langkah yang mencegah persaingan secara tidak seimbang serta praktek esploitasi yang kuat terhadap yang lemah, melalui keberpihakan atau adanya aturan atau kesepakatan yang jelas dan tegas untuk melindungi golongan yang lemah.31

Langkah-langkah perencanaan program program itu setidak-tidaknya mempunyai enam tahap. Pertama, tahap problem posing (pemaparan masalah) yang dilakukan dengan mengelompokkan dan menentukan masalah-masalah dan persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat, dengan memfasilitasi

30 Soetomo. 2006. Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat, Yogyakarta: Penerbit Pustaka

Pelajar. Ibid hal. 76-77


(48)

31

kegiatan musyawarah atau diskusi dalam kelompok atau komunitas. Kedua, tahap problem analysis (analisis masalah). Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi ruang lingkup permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat. Ketiga, tahap penentun tujuan (aims) dan sasaran

(objektives). Keempat, tahap action plans (perencanaan tindakan). Tahap ini

dilakukan dengan perencanaan berbagai aksi untuk mencapai tujuan. Kelima,

tahap pelaksanaan kegiatan. Tahap ini dilakukan dengan

mengimplementasikan langkah-langkah penembangan masyarakat yang telah dirancang. Keenam, tahap evaluasi yang dilakukan secara terus menerus, baik secara formal maupun informal.32

Pendekatan pembangunan yang bersifat top down tidak mencerminkan keberpihakan pada kebutuhan masyarakat. Akibatnya, hasil dari program-program pembangunan yang dilancarkan tidak berhubungan langsung dengan pemenuhan kebutuhan mendasar masyarakat khususnya kalangan miskin, meskipun telah menghabiskan biaya yang besar.33

Pengembangan masyarakat adalah upaya terencana untuk

meningkatkan kemampuan dan potensialitas warga dalam rangka mobilisasi semangat berpartisipasi mereka pada proses pengambilan keputusan terhadap

masalah-masalah yang berpengaruh terhadap kehidupannya dan

mengimplementasikan keputusan tersebut.34 Setidaknya ada tiga tahap dalam

32 Ibid hal. 84-86

33 Zubaedi, Pengembangan Masyarakat: Wacana dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2014), hal. 138 34 Ibid hal. 144


(49)

32

partisipasi pembangunan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap pemanfaatan.

Pengembangan sumber daya manusia hendaklah mencakup

pengembangan personality yang kreatif, inovatif, dan berwawasan masa depan, serta memiliki managerial skill maupun technical skill, berkemampuan memimpin, produktif, beramal sholeh, berkemampuan memelihara dan mengembangkan sistem nilai kemasyarakatan (universal) sebagai rahmatan lil

alamin serta memiliki semagat kemandirian self help spirit simple living dan

honesty.35

B. Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Islam

Pada dasarnya Islam adalah agama pemberdayaan. Dalam pandangan Islam, pemberdayaan harus merupakan gerakan tanpa henti. Hal ini sejalan dengan paradigma Islam sendiri sebagai agama gerakan atau perubahan.

Istilah “pemberdayaan“ adalah terjemahan dari istilah asing

empowerment. Secara leksikal, pemberdayaan berarti penguatan. Secara teknis

istilah pemberdayaan dapat disamakan atau setidaknya diserupakan dengan istilah pengembangan. Bahkan dua istilah ini, dalam batas-batas tetentu bersifat

interchangeable atau dapat dipertukarkan.36

Dalam pengertian lain, pemberdayaan atau pengembangan atau tepatnya pengembangan sumber daya manusia adalah upaya memperluas horison pilihan bagi masyarakat. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk

35 Nanih Machendrawati, Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam dari Ideologi,

Strategi, sampai Tradisi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 166

36 Nanih Machendrawati, Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam dari Ideologi,


(50)

33

melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Dengan memakai logika ini, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk mengadahan pilihan-pilihan.37

Amrullah Ahmad menyatakan bahwa pengembangan masyarakat dalam Islam adalah sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif model pemecahan masalah ummah dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan alam perspektif Islam.38 Imag Mansur Burhan mendifinisikan pemberdayaan ummat atau masyarakat sebagai upaya membangkitkan potensi umat Islam ke arah yang lebih baik, baik dalam kehidupan sosial politik maupun ekonomi.39

Dengan demikian pengembangan atau pemberdayaan Islam merupakan model empiris pengembangan perilaku individual dan kolektif dalam dimensi amal saleh (karya tebaik), dengan titik tekan pada pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat. Sasaran individual yaitu setiap individu muslim dengan orientasi sumber daya manusia. Sasaran komunal adalah kelompok atau komunitas muslim, dengan orientasi pengembangan sistem masyarakat. Dan sasaran institusional adalah organisasi Islam dan pranata sosial kehidupan dengan orientasi pengembangan kualitas dan islamitas kelembagaan.40

37 Ibid hal. 42

38 Amrullah Ahmad, Strategi Dakwah di tengah Era Reformasi Menuju Indinesia Baru dalam

Memasuki Abad ke 21 Masehi.,Makalah yang disampaikan dalam “Sarasehan Nasional : Menggagas Strategi Dakwah Menuju Indonesia Baru”, yang diselenggarakan oleh SNF Dakwah, IAIN Sunan Gunung Djati, Bandug, 21 April 1995, Hal. 9

39 Imang Mansur Burhan, Pokok-pokok Pikiran tentang Zakat dalam Pemberdayaan Ummat, dalam

jurnal Al Tadbir. Tranformasi Al Islam dalam Pranata dana Pembangunan (Bandung: Puat Pengkajian Islam dan Pranata IAIN Sunan Gunung Djati, 1998). Hal. 121

40 Nanih Machendrawati, Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam dari Ideologi,


(51)

34

Pada pemberdayaan pendekatan proses lebih memungkinkan pelaksanaan pembangunan yang memanusiakan manusia. Dalam pandangan ini pelibatan masyarakat dalam pembangunan lebih mengarah kepada bentuk partisipasi, bukan dalam bentuk mobilisasi. Partisipasi masyarakat dalam perumusan program membuat masyarakat tidak semata-mata berkedudukan sebagai konsumen program, tetapi juga sebagai produsen karena telah ikut serta terlibat dalam proses pembuatan dan perumusannya, sehingga masyarakat merasa ikut memiliki program tersebut dan mempunyai tanggung jawab bagi keberhasilannya serta memiliki motivasi yang lebih bagi partisipasi pada tahap tahap berikutnya41.

Sering dikatakan bahwa pengembangan masyarakat Islam adalah wujud dari dakwah bil Hal. Tokoh Amrullah Ahmad, Nanih Machendrawati, dan Agus Ahmad mendefinisikan bahwa pengembangan masyarakat Islam adalah suatu sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif model pemecahan masalah ummah dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam perspektif Islam. Secara terminologis, pengembangan atau

pemberdayaan masyarakat Islam berarti mentranformasikan dan

melembagakan semua sesuai ajaran Islam dalam kehiduan keluarga (usrah), kelompok sosial (jamaah), dan masyrakat (ummah).42

Secara etimologis, dakwah berasal dari bahasa arab, yaitu da’a, yad’u,

da’wan yang diartika sebagai mengajak atau menyeru, memanggil, seruan,

41

Soetomo. 2006. Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat, Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.


(52)

35

permohonan dan permintaan. Pada tatanan praktik dakwah harus mengandung dan melibatkan tiga unsur, yaitu: penyampai pesan, informasi yang disampaikan, dan penerima pesan. Namun dakwah mengandung pengertian yang lebih luas dari istilah-istilah tersebut, karena istilah dakwah mengandung makna sebagai aktivitas menyampaikan ajaran islam, menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan mungkar serta memberi kabar gembira dan peringatan bagi manusia.43

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Syeh Ali Mahfud dalam kitab Hidayatul Mursyidin dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin memberikan definisi dakwah sebagai berikut:44

Artinya: "Mendorong manusia agar memperbuat kebaikan dan

menurut petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka

dari perbuatan mungkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan

akhirat".

Menurut Muhammad Khidr Husain dalam bukunya “al- Dakwah ila al- Islah” dakwah adalah upaya untuk memotivasi orang agar berbuat baik dan mengikuti jalan petunjuk dan melakukan amr ma’ruf nahi mungkar dengan tujuan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.45

Sedangkan Quraish Shihab mendifinisikan dakwah sebagai seruan atau ajakan kepada keinsafan, atau usaha mengubah situasi yang tidak baik kepada

43 Muhammad Munir, Wahyu Ilahi, Management Dakwah, (Jakarta: Pranada Media, 2006), hal. 17 44 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta, Kencana, 2006), hal. 7

45


(53)

36

situasi yang lebih baik dan sempurna baik terhadap pribadi maupun masyarakat.46

Unsur-unsur dakwah merupakan komponen-komponen yang terdapat dalam setiap kegiatan dakwah, yaitu:47

a. Da’i (Pelaku Dakwah)

Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan secara individu, kelompok, atau lewat organisasi/lembaga yang dalam hal ini pendamping merupakan pelaku dakwah.

b. Mad’u (Penerima Dakwah)

Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama islam atau tidak; atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan. Mad’u disini terdiri dari para petani dan Kelompok Wanita Tani Argosari.

c. Maddah (Materi) Dakwah

Maddah dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i kepada mad’u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah adalah ajaran islam itu sendiri. Maddah dakwah pemberdayaan merupakan ajakan untuk melakukan pemberdayaan ekonomi dalam meningkatkan perekonomian para petani.

46 Muhammad Munir, Wahyu Ilahi, Management Dakwah, (Jakarta: Pranada Media, 2006), hal. 20 47 Ibid hal. 21


(54)

37

d. Wasilah (Media) Dakwah

Wasilah dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran islam) kepada mad’u. Wasilah dakwah berupa diskusi bersama untuk melakukan pemecahan masalah.

e. Thariqoh (Metode) Dakwah

Adalah cara yang dipakai da’i untuk menyampaikan ajaran materi dakwah baik secara lisan, tulisan, lukisan, audiovisual maupun dengan akhlak. Dalam pemberdayaan ini menggunakan riset aksi dengan masyarakat sebagai pelaku perubahan. Metode dakwah merujuk pada surat An-Nahl ayat 125 sebagai berikut:48

Artinya:

“Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalannya dan Dialah yang ebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk. (QS. An-Nahl: 125)

Ayat tersebut menjelaskan tentang metode dalam berdakwah. Dakwah harus disampaikan dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan apabila terjadi perbedaan pendapat, maka bantahlah mereka dengan cara yang baik pula.

48

Muhammad Munir, Wahyu Ilahi, Management Dakwah, (Jakarta: Pranada Media, 2006), hal. 32-33


(55)

38

f. Atsar (Efek) Dakwah

Atsar sering disebut feed back (timbal balik) atau respon dari mad’u (penerima dakwah).49 Timbal balik dari pemberdayaan yaitu adanya peubahan baik dari paradigma maupun keterampilan masyarakat alam pengelolaan hasil panen.

g. Tujuan Dakwah (Maqashid al-Dakwah)

Yaitu tujuan yang hendak dicapai oleh kegiatan dakwah yaitu agar manusia mematuhi ajaran Allah dan Rasul-Nya dalam kehidupan keseharian, tercapainya individu yang baik, komunitas yang tangguh agar membentuk bangsa yang sejahtera dan maju atau yang disebut dengan baldatun thayyibun

wa robbun ghofur.50 Tujuan pemberdayaan disini yaitu untuk meningkatkan

perekonomian atau pendapatan petani melalui wirausaha bersama pengolahan hasil pertanian.

Dakwah ekonomi adalah aktifitas dakwah umat islam yang berusaha mengimlementasikan ajaran islam yang berhubungan dengan proses-proses ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan umat islam. Dakwah ekonomi berusaha untuk mengajak umat islam meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan, salah satunya melalui jual beli. Ajaran islam tersebut memiliki relevansi dengan dakwah ekonomi yaitu pada aspek produksinya, distribusi, suplier, pemanfaatan barang dan jasa. Maka ekonomi umat islam akan meningkat dan pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan umat islam.51

49

Muhammad Munir, Wahyu Ilahi, Management Dakwah, (Jakarta: Pranada Media, 2006), hal. 23

50

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hal. 8


(56)

39

Prinsip-pripsip yang harus terpenuhi dalam dakwah pengembangan masyarakat yaitu52:

1. Prinsip Kebutuhan: Artinya, program dakwah harus didasarkan atas dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, baik materil dan non materil. 2. Prinsip Partisipasi: Prinsip dakwah ini menekankan pada keterlibatan

masyarakat seca ra aktif dalam proses dakwah, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, penilaian, dan pengembangannya.

3. Prinsip Keterpaduan: Mencerminkan adanya upaya untuk memadukan seluruh potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat, bukan monopoli sekelompok orang dan ahli, atau organisasi.

4. Prinsip Berkelanjutan: Prinsip ini menekankan bahwa dakwah itu harus sustainable. Artinya, dakwah harus berkelanjutan yang tidak dibatasi oleh waktu. Prinsip Keserasian; Mengandung makna bahwa program dakwah pengembangan masyarakat harus mepertimbangkan keserasian kebutuhan jasmaniah dan ruhaniah masyarakat.

5. Prinsip Kemampuan Sendiri: Menegaskan bahwa kegiatan dakwah pengembangan masyarakat disusun dan dilaksanakan berdasarkan kemampuan dan sumber-sumber (potensi) yang dimiliki masyarakat. Adapun keterlibatan pihak lain hanyalah bersifat sementara yang berfungsi sebagai fasilitator dan transformasi nilai keagamaan.

52

Moh. Ali Aziz, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat: Paradigma dan Aksi, (Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara, 2005), hal. 15 -88.


(57)

40

Karena pada dasarnya dalam islam para umatnya juga dianjurkan untuk senantiasa melakukan pemberdayaan dan pengembangan baik dalam aspek ekonomi, sosial, agama, ataupun sosial budaya. Disamping itu sebagai umat Islam juga dianjurkan untuk terus berusaha dan menggali potensi yang dimiliki oleh komunitas tersebut baik berupa sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam, sebagaimana disinyalir dalam Al - Qur’an potongan Surat Ar-Ra'du ayat 11 sebagai berikut:

Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga

mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (QS. Ar-

Ra’du:11)

Dari ayat di atas, dapat dipahami bahwa sebagai makhluk sosial seharusnya senantiasa melakukan proses- proses pemberdayaan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Hal paling penting yang harus dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat adalah keterlibatan masyarakat itu sendiri, mulai dari penentuan masalah dan bagaimana mengatasi permasalahan yang dilakukan oleh masyarakat, begitu pula dengan melakukan aksi perubahan melalui berbagai program yang disusun oleh masyarakat, yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat dengan adanya keterlibatan komunitas serta membangun kemandirian dari sumber daya lokal setempat, tidak hanya memanfaatkan potensi yang ada di lingkungan masyarakat tetapi tetap harus memperhatikan dampak lingkungan dan menjaga keberlanjutan


(58)

41

potensi lokal dan yang paling penting yaitu masyarakat bisa mandiri tanpa adanya ketergantungan pada pihak luar.

Proses- proses pemberdayaan tersebut bisa dilakukan melalui beberapa cara dan meliputi beberapa aspek, baik aspek ekonomi, sosial dan budaya. Namun dalam pemberdayaan yang akan dilakukan di Desa Dompyong lebih difokuskan pada aspek pengembangan ekonomi melalui membangun wirausaha komunitas dengan Kelompok Wanita Tani Argosari untuk peningkatan perekonomian masyarakat melalui pengolahan pascapanen.

Terdapat tiga cara dalam melaksanakan dakwah bil hal yang dapat ditempuh. Pertama, dakwah lewat pembinaan tenaga. Kedua, lewat pengemangan instsitusi. Ketiga, lewat pengembangan infrastruktur. Ketiga cara tersebut bukan alternatif yang harus dipilih, melainkan harus dilaksanakan secara simultan. Beberapa ahli menyebut cara-cara itu sebagai model pelaksanaan dakwah pembangunan.

Pelaksanaan dakwah tidak hanya mengarah pada urusan akhirat saja, tetapi juga meliputi urusan duniawi. Sebagaimana pelaksanaan dakwah bil hal dalam upaya pemberdayaan masyarakat agar memperoleh kehidupan yang lebih baik dengan memanfaatkan sumber daya yang ada tanpa melakukan eksploitasi dan kerusakan di muka bumi ini. Seperti dalam surat Al-Qashash ayat 77:

كاتآ ا يف غتْباو

ايْنّ لا نم ك ي ن سنت َو رخ ْْا راه لا هّ

َ هّ ه إ ْر ْْا يف داسفْلا غْ ت َو كْيلإ هّ نسْحأ ا ك نسْحأو

ني سْف ْلا ّبحي


(59)

42

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashash: 77).

Begitupila dalam Surat Al-Jumu’ah ayat 10, dianjurkan untuk melakukan upaya pemenuhan kebutuhan hidup dengan bekerja, berusaha mencari rezeki yang halal, sesudah menunaikan kewajiban kita kepada Allah SWT dalam urusan akhirat agar tercapai kebahagiaan dan keberuntung di dunia dan akhirat.

ْر ْْا يف اورشتْناف َه لا تيضق ا إف

هّ لْضف ْنم اوغتْباو

وحلْفت ْمكهلعل اًريثك هّ اوركْ او

“Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (Al-Jumu’ah: 10).

Menurut Agus Efendi, ada tiga kompleks pemberdayaan yang mendesak untuk diperjuangkan dalam kompleks keumatan masa kini, yakni pemberdayaan dalam tataran ruaniah, intelektual, dan ekonomi.53

Pemberdayan ekonomi, pada situasi ekonomi masyarakat Islam Indonesia bukan untuk diratapi, melainkan untuk dicarikan jalan pemecahannya. Untuk keluar dari himpitan ekonomis ini, diperluakan perjuangan besar dan gigih dari setiap komponen ummat. Setiap pribadi muslim ditantang untuk lebih keras dalam bekerja, berkreasi, dan berwirausaha

(entrepreneurship), lebih giat dalam bekerja sama, komunikatif dalam

53 Agus Efendi, Pemberdayaan dalam Fitrah, (Bandung: Alsina: Center for Methodological


(60)

43

berinteraksi: lebih skill full dalam menfasilitasi jaringan kerja dan lebih profesional dalam mengelola potensi-potensi dan kekuatan-kekuaran rill ekonomi ummat. Untuk bisa keluar dari himpitan situasi ekonomi seperti sekarang, disamping penguasaan terhadap life skill atau keahlian hidup,

keterampilan berwirausaha, dibutuhkan juga pengembangan dan

pemberdayaan ekonomi kerakyatan, yang selama ini tidak pernah ‘dilirik’.54

Islam sebagai agama yang sempurna memberikan tuntunan petunjuk kepada manusia tentang bidang usaha yang halal, cara berusaha dan bagaimana manusia harus mengatur hubungan kerja dengan sesama mereka supaya memberikan manfaat yang baik bagi kepentingan bersama dan dapat menciptakan kesejahteraan serta kemakmuran hidup bagi segenap manusia.

Pemberdayaan masyarakat yang di lakukan di Desa Dompyong dilakukan melalui pemberdayaan dalam meningkatkan perekonomian petani dengan menciptakan kewirusahaan bersama pengolahan hasil panen lokal. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), wirausaha adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan operasinya serta memasarkannya. Jadi wirausaha itu mengarah kepada orang yang melakukan usaha/kegiatan sendiri dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Islam sangat menganjurkan adanya usaha mandiri sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari sebagai berikut:

54 Nanih Machendrawati, Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam dari Ideologi,


(1)

209

hasil panen lokal menjadi makanan Khas Dompyong. Hal ini merupakan

langkah awal untuk membangun kelompok yang mandiri yang nantinya bisa

diikuti oleh semua anggota KWT. Usaha bersama inilah yang menjadi salah

satu solusi dan peluang untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Desa

Dompyong mengingat Desa Dompyong sedang digalakkan menjadi Desa

Wisata.

B. Rekomendasi

Setelah melakukan proses pendampingan selama lebih dari tiga bulan,

peneliti banyak melakukan pengamatan tentang kondisi masyarakat desa

Dompyong, khususnya kelompok Wanita Tani Argosari. Setelah melihat

kenyataan yang ada, peneliti memiliki beberapa rekomendasi kepada beberapa

pihak dengan harapan Desa Dompyong menjadi desa yang lebih baik, antara

lain:

1. Kepada Pemerintah Desa Dompyong

a. Hendaknya Pemerintah Desa memberikan perhatian lebih pada

kelompok kemasyarakatan dengan melakukan berbagai kebijakan

maupun kegiatan yang mampu meningkatkan kesejahteraan hidup

kelompok petani.

b. Pemerintah Desa hendaknya mendukung kegiatan masyarakat dengan

menyediakan sarana koperasi sebagai pusat peningkatan usaha


(2)

210

2. Kepada Kelompok Dampingan (KWT Argosari)

a. Kelompok wanita tani hendaknya bisa melihat potensi-potensi Desa

Dompyong yang bisa dikembangkan dan dimanfaatkan untuk

kepentingan bersama. Baik dari segi ekonomi maupun kelembagaan.

b. Selalu memonitoring kelompok usaha bersama agar tetap berkembang

dan berkelanjutan bahkan bisa dikembangkan menjadi usaha yang

lebih besar. Tentunya hal ini akan memberikan perubahan yang


(3)

211

DAFTAR PUSTAKA

Sumber dari buku:

Afandi, Agus. dkk. 2013. Modul Participatory Action Research (PAR). Surabaya:

LPM IAIN Sunan Ampel.

Afandi, Agus. dkk. 2016. Modul Participatory Action Research. Surabaya: LPPM

UIN Sunan Ampel.

Ali Aziz, Moh. 2005. Dakwah Pemberdayaan Masyarakat: Paradigma dan Aksi.

Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara.

Anwar. 2007. Manajemen Pemberdayaan Perempuan. Bandung: Alfabeta.

Dafid L Shills (ed). 1972. International Encyclopaedia of Social Scienses, jilid

5-6. New York: McMillan.

Efendi, Agus. 1999. Pemberdayaan dalam Fitrah. Bandung: Alsina Center for

Methodological Transformation.

Gitosaputro, Sumaryo, dan K. Rangga, Kordiyana. Pengembangan dan

Pemberdayaan Masyarakat; Konsep, Teori dan Aplikasinya di Era Otonomi Daerah. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ife, J.W, Community Development: Creating Community Alternatives-vision,

Analisys and Practice, (Melbourne: Longman, 2000).

Kasmir. 2014. Kewirausahaan. Jakarta: PT Raja Gafindo Persada.

Kotler, Philip. 1995. Manajemen Pemasaran; Analisa, Perencanaan, Implementasi

dan Pengendalian. Jilid I, edisi kedelapan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Machendrawati, Nanih dan Safei, Agus Ahmad. 2001. Pengembangan Masyarakat

Islam dari Ideologi, Strategi, sampai Tradisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Meredith, Geoffrey G. (et.al). 1996. Kewirausahaan: Teori dan Praktek. Jakarta:

PPM.

Mokelsen, Brita. 2003. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya

Pemberdayaan. Yogyakarta: Yayasan Obor.


(4)

212

Munir, Muhammad dan Ilahi, Wahyu. 2006. Management Dakwah. Jakarta:

Pranada Media.

Riza, Risyanti, dan Roesmidi. 2006. Pemberdayaan Masyarakat. Sumedang: Alqa

Print Jatinangor.

Saputra, Wahidin. 2012. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: Rajawali Pers.

Soetomo. 2006. Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Penerbit

Pustaka Pelajar.

Sumodiningrat. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial.

Jakarta: Gramedia.

Wiratmo, Masykur. 1996. Pengantar kewiraswstaan: kerangka dasar memasuki

duania bisnis. Yogyakarta: BPFE.

Zaharuddin, Harmaizar. 2006. Menggali Potensi Wirausaha. Bekasi: CV Dian

Anugerah Prakara.

Zubaedi. 2014. Pengembangan Masyarakat: Wacana dan Praktik. Jakarta:

Kencana.

Sumber dari jurnal dan makalah:

Mansur Burhan, Imang. 1998. Pokok-pokok Pikiran tentang Zakat dalam

Pemberdayaan Ummat, dalam jurnal Al Tadbir. Tranformasi Al Islam dalam Pranata dana Pembangunan (Bandung: Pusat Pengkajian Islam dan Pranata IAIN Sunan Gunung Djati.

Paramita Sofia, Irma. 2015. Konstruksi Model Kewirausahaan Sosial (Social

Entrepreneurship) Sebagai Gagasan Inovasi Sosial Bagi Pembangunan Perekonomian. Jurnal Universitas Pembangunan Jaya, Vol. 2.

Utomo, Harsi. 2014. Menumbuhkan Minat Kewirausahaan Sosial. Jurnal Ilmiah

Among Makarti Vol. 7 No. 14.

Firdaus, Nur. 2014. Pengentasan Kesmiskinan Melalui Pendekatan Kewirausahaan

Sosial. Jakarta: Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, Vol 22, No. 1.

Gillis & Jackson, 2002, dalam Cathy MacDonald (2012) Understanding Participatory Action Research: A Qualitative Research Methodology Option. Canadian Journal of Action Research.

Cholisin. 2011. Pemberdayaan Masyarakat, Disampaikan pada Gladi Manajemen

Pemerintahan Desa Bagi Kepala Bagian/Kepala Urusan Hasil Pengisian Tahun 2011 Di Lingkungan Kabupaten Sleman.


(5)

213

Amrullah Ahmad. 1995. Strategi Dakwah di tengah Era Reformasi Menuju

Indinesia Baru dalam Memasuki Abad ke 21 Masehi.,Makalah yang disampaikan dalam “Sarasehan Nasional: Menggagas Strategi Dakwah

Menuju Indonesia Baru”, yang diselenggarakan oleh SNF Dakwah, IAIN

Sunan Gunung Djati, Bandug, 21 April 1995.

Amin Nurrokhman, Habib. Pengertian, Tujuan dan Teori Kewirausahaan,

(Kompasiana, 2015).

Sumber dari dokumen:

Data Monografi Desa Dompyong tahun 2014

Data demografi Desa Dompyong pada bulan Agustus 2016

Laporan RPJMD 2016

Sumber dari internet:

James A. Cristenson dan Jerry W. Robinson. 1989. Community development in

perspective. Jr Ames: Ioa State Univercity Press. Diakses di wikipedia.org. pada tanggal 6 juli 2017.

Sumber dari wawancara:

Wawancara dengan Sri Wahyuni (36 tahun) pada tanggal 23 November 2016 pukul 14:00 di Kediaman Sri Wahyuni.

Wawancara dengan Sukesi (37 tahun) pada tanggal 19 november 2016 pukul 13:30 di Rumah Sukesi.

Wwawancara dengan Suruto (42 tahun) pada tanggal 20 November 2016 pukul 20:00 di Rumah Suroto.

Wawancara dengan Sameni (33 tahun) pada tanggal 15 November 2016 pukul 10:00 di Ladang.

Wawancara dengan Yateni umur 48 tahun pada tanggal 16 November 2016 pukul 21:00 di Rumah Yateni.

Wawancara di kediaman Mantan Lurah, Purwanto (74tahun) pada 04 Januari 2017

pukul 15:00.

Wawancara di kediaman Kantor Desa, Yateni Kasun Pakel (50tahun) pada tanggal


(6)

214

Wawancara dengan Sri Wahyuni (36 tahun) pada tanggal 27 Desember 2016 di Rumah Sri Wahyuni.

Wawancara dengan Puryanto (49 tahun) pada tanggal 5 januari 2016 di kandang koloni pukul 15.00


Dokumen yang terkait

Kelembagaan Kelompok Tani Hutan di Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Sumatera Utara

3 45 50

Pemberdayaan petani berbasis kelompok wanita tani dari rendahnya pendapatan sektor pertanian di Dusun Banaran Desa Depok Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek.

0 2 251

Pendampingan masyarakat daerah risiko longsor di Desa Dompyong Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek.

0 3 133

Pendampingan masyarakat untuk hidup sehat di Desa Depok Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek.

1 13 256

Pemberdayaan peternak sapi perah melalui Kelompok Ternak Lembu Sejahtera dalam menghadapi kerentanan pakan musim kemarau di Desa Dompyong Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek.

0 2 186

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kelembagaan Kelompok Wanita Tani (KWT) Pengolah Hasil Pertanian (Studi pada KWT di Kota Salatiga)

0 1 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kelembagaan Kelompok Wanita Tani (KWT) Pengolah Hasil Pertanian (Studi pada KWT di Kota Salatiga)

0 0 10

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI KELOMPOK WANITA TANI (KWT) BAGI AKTUALISASI PEREMPUAN DI DESA KEMANUKAN, BAGELEN, PURWOREJO, JATENG.

5 45 130

PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA TANI (KWT) MELALUI KEGIATAN PEMBERIAN NILAI TAMBAH OLAHAN JAGUNG (Zea mays L.) (Suatu Kasus Pengolahan Marning Jagung pada Kelompok Wanita Tani Cipta Lestari di Desa Haurgeulis Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka) THE EM

0 1 7

UPAYA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) MELATI DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENGOLAHAN HASIL KEHUTANAN DI DESA TRIBUDISYUKUR KECAMATAN KEBUN TEBU KABUPATEN LAMPUNG BARAT - Raden Intan Repository

0 2 142