Konsep Pembelajaran Kontekstual

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 21:14:02 2017 / +0000 GMT

Konsep Pembelajaran Kontekstual
LINK DOWNLOAD [29.46 KB]
Konsep Pembelajaran Kontekstual
Konsep yang melandasi sistem pembelajaran kontekstual adalah konstruktivisme. Yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa
belajar tidak hanya menghafal tetapi siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Dan bahwa pengetahuan
tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan ketrampilan yang dapat
diterapkan.
Dari teori tersebut diatas, dijelaskan bahwa aktifitas belajar siswa yang lebih komunikatif dan produktif adalah siswa
mengkonstruksikan pengalamannya sendiri. Hasil dari pada pembelajaran kontekstual ini diharapkan akhirnya lebih memiliki makna
bagi anak didik untuk dapat memecahkan persoalan dan dapat berfikir kritis, dan melakukan observasi serta menarik kesimpulan
dalam kehidupan jangka panjangnya. Dalam konteks seperti itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dan
bagaimana mencapainya. Dengan mereka menyadari apa yang dipelajarinya akan berguna bagi hidupnya nanti.
Model pembelajaran kontekstual masih belum diterapkan dalam dunia pendidikan, karena model pembelajaran ini tergolong masih
baru. Dan model pembelajaran ini masih diujicobakan pada sekolah-sekolah yang sudah memenuhi syarat untuk menerapkannya.
Dalam pembelajaran ini siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan
bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa, siswa harus mampu
mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Karena esensi dari pada teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa
harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi

milik mereka sendiri.
Dengan dasar itu, maka pembelajaran kontekstual harus dikemas menjadi proses ?mengkonstruksi? bukan ?menerima? pengetahuan.
Dalam proses pembelajaran ini siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar
mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Bagi siswa untuk benar-benar mengerti dan menerapkan ilmu pengetahuan,
mereka harus bekerja untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu bagi dirinya sendiri dan selalu bergulat dengan ide-ide.
Dalam pembelajaran ini tugas guru tidak hanya menuangkan sejumlah informasi ke dalam benak siswa, tetapi mengusahakan
bagaimana agar konsep-konsep penting dan sangat berguna tertanam kuat dalam benak siswa.
Landasan berfikir dalam pembelajaran ini berbeda dengan landasan pembelajaran yang lain dalam hal tujuan pembelajaran. Kaum
obyektivis lebih menekankan pada hasil pembelajaran yang berupa pengetahuan. Sedangkan dalam pembelajaran kontekstual
strategi lebih diutamakan di banding seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah
memfasilitasi proses tersebut dengan cara: a. menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa; b. memberi kesempatan
kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri; c. menyadarkan siswa agar menerapkan strategi dalam belajar.[1]
Untuk mendapatkan gambaran secara jelas tentang perbedaan kontekstual yang berpijak pada pandangan konstruktivisme adalah
sebagai berikut:[2]
Perbedaan pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran tradisional

No
Pembelajaran kontekstual
Pembelajaran Tradisional


1
Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran
Siswa adalah penerima informasi secara pasif

2
Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok diskusi, saling mengkoreksi

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/4 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 21:14:02 2017 / +0000 GMT

Siswa belajar secara individual

3
Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau disimulasikan
Pembelajaran sangat abstrak


4
Perilaku dibangun atas kesadaran sendiri
Perilaku dibangun atas kebiasaan

5
Ketrampilan di kembangkan atas dasar pemahaman
Ketrampilan dikembangkan atas dasar latihan

6
Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri
Hadiah untuk perilaku baik adalah pujian atau angka

7
Seseorang tidak melakukan perbuatan jelek karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan
Seseorang tidak melakukan perbuatan jelek karena takut dihukum

8
Belajar diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni siswa diajak menggunakan bahasa dalam konteks nyata
Belajar diajarkan dengan pendekatan struktural, rumus diterangkan sampai faham, kemudian dilatihkan


9
Pemahaman rumus dikembangkan atas dasar skemata yang sudah ada dalam diri siswa
Rumus itu ada diluar diri siswa, yang harus diterangkan, diterima, dihafal dan dilatihkan

10
Pemahaman rumus itu relatif berbeda antara siswa yang satu dengan siswa yang lain, sesuai dengan skemata siswa
Rumus adalah kebenaran absolut, hanya ada dua kemungkinan, yaitu pemahaman rumus yang salah/ pemahaman rumus yang benar

11
Siswa menggunakan kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam mengupayakan terjadinya proses pembelajaran yang efektif,
dan membawa skemata masing-masing ke dalam proses pembelajaran
Siswa secara pasif menerima rumus/kaidah (membaca, mendengarkan, mencatat, menghafal), tanpa memberikan kontribusi ide
dalam proses pembelajaran

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 2/4 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 21:14:02 2017 / +0000 GMT


12
Pengetahuan yang dimiliki manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Pengetahuan dengan cara memberi arti dan memahami
pengalamannya
Pengetahuan adalah penangkapan terhadap serangkaian fakta, konsep atau hukum yang berada diluar diri manusia

13
Karena itu pengetahuan itu dikembangkan (dikonstruksi) oleh manusia sendiri, sementara manusia selalu mengalami peristiwa baru,
maka pengetahuan itu tidak pernah stabil, selalu dikembangkan (tentative&inclompite)
Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final

14
Siswa diminta bertanggung jawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran masing-masing
Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran

15
Penghargaan terhadap pengalaman siswa sangat diutamakan
Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa

16

Hasil belajar diukur dengan berbagai cara, proses belajar, hasil karya, penampilan, rekaman tes dan lain-lain
Hasil belajar diukur hanya dengan tes

17
Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting
Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas

18
Penyesalan adalah hukuman bagi perilaku jelek
Sangsi adalah hukuman dari pelaku jelek

19
Perilaku baik berdasarkan motivasi instrinsik
perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik

20
Seseorang berperilaku baik karena dia yakin itulah yng terbaik dan bermanfaat
Seseorang berperilaku baik karena terbiasa melakukan begitu. Kebiasaan itu dibangun dengan hadiah yang menyenangkan

Baca Juga Artikel Terkait:


Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 3/4 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 21:14:02 2017 / +0000 GMT

Pengertian Pembelajaran Dengan Pendekatan Kontekstual
Latar Belakang Lahirnya Pembelajaran Kontekstual
Tujuan Dari Pembelajaran Konstektual]
Konsep Pembelajaran Kontekstual
[1] Ibid., hlm. 34
[2] Ibid., hlm. 35

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 4/4 |