Dinas Pertanian Sumbar pht

KATA PENGANTAR
PENGENDALIAN HAMA TERPADU ITU SANGAT STRATEGIS DAN PENTING. BILA HAMA TAK
TERKENDALI AKAN TERJADI KRISIS PANGAN SECARA REVOLUSI. BILA LAHAN PERTANIAN
DIGEROGOTI OLEH BERBAGAI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN, MAKA MIMPI BURUK PETANI
AKAN SEGERA MENJELMA MENJADI KENYATAAN YANG MENAKUTKAN, YAKNI GAGAL PANEN.
UNTUK ITU, PERLINDUNGAN TANAMAN ADALAH TANGGUNGJAWAB BERSAMA, BAIK PEMERINTAH
SEBAGAI FASILITATOR MAUPUN PETANI SEBAGAI PENGGIAT LANGSUNG.
Terapan PHT mengubah mimpi buruk petani menjadi mimpi yang indah.Ia menjawab
persoalan hama dan kelestarian lingkungan.
Kegagalan panen tak saja menciptakan kerugian di kalangan para petani, sekaligus akan
memengaruhi pasar pertanian, di mana komoditi yang gagal panen tersebut akan menjadi
langka di pasaran. Seiring dengan itu, harga komoditi tersebut akan melambung tinggi.
Bila gagal panen secara lokal masih bisa diatasi, tapi bagaimana dengan regional, atau
nasional? Dapat dibayangkan, bahwa itu akan menjadi mimpi buruk bagi kita semua.
Untuk itu, pengendalian hama dan penyakit tanaman secara terpadu menjadi salah satu
solusi untuk menjaga lahan pertanian supaya tak dirambah oleh hama yang merisaukan
tersebut.
Guna mengantisipasi peledakan hama dan pelestarian lingkungan, maka konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) diperkenalkan di Sumatera Barat sejak tahun 1985 yang dimulai
dengan adanya kegiatan Rintisan PHT.
Sejalan dengan perkembangan waktu penerapan konsep PHT kepada petani di Sumatera
Barat terus berjalan secara bertahap. Pengembangan PHT secara besar-besaran dilaksanakan

pada tahun 1992 melalui Program Nasional dan terus berlanjut sampai kini.
Dari berbagai kegiatan pemasyarakatan PHT, seperti peningkatan SDM petugas dan petani,
Sekolah Lapangan PHT, lokarya, petani pemandu, penerapan teknologi pengendalian OPT
telah banyak asset yang dimiliki dalam mendukung peningkatan produksi dan pelestarian
lingkungan.
Perkembangan PHT ini merupakan asset yang perlu didokumentasikan dalam bentuk
buku success story PHT di Sumbar. Harapan kita buku ini dapat menjadi bahan referensi dan
menambah khasanah “ke-PHT-an” bagi pemasyarakatan PHT di dunia pertanian kita.
Terimakasih kepada Tim Penulis dan semua pihak yang berkontribusi sehingga
terwujudnya buku ini.
Padang, Oktober 2014
Kepala Balai Perlindungan
Tanaman Pangan dan Hortikultura
Sumatera Barat
ttd
Ir. ARZAL, MP
NIP. 19660822.199603.1.002
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT
BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA


i

PENDAHULUAN
PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) MERUPAKAN SEBUAH KONSEP BACK TO NATURE
YANG MELIHAT PADA ALAM TERKEMBANG MENJADI GURU. PHT ADALAH SUATU CARA
PENJINAKAN HAMA UNTUK DIKENDALIKAN DENGAN AMAN DAN TIDAK MEMBAHAYAKAN
TANAMAN SERTA MAKHLUK HIDUP LAINNYA.

PHT merupakan jawaban atas persoalan klassik yang selama ini membuat hidup dan
kehidupan petani, hidup dan kehidupan komoditi yang ditanam petani menjadi meranggas
dalam ruang kecemasan kita, yakni gagal panen.
Untuk itu PHT memberikan jawaban atas segala persoalan tua yang menimpa tanaman
di lahan pertanian kita. Karena, PHT menunjukkan cara mengendalikan hama dan penyakit
tanaman dengan kekuatan unsur-unsur alami yang mampu menekan hama agar tetap berada
pada jumlah di bawah ambang batas yang merugikan.
PHT adalah konsep
yang memadukan beberapa komponen, seperti
cara pengendalian-pengendalian kultur teknik,
hayati, varietas yang tahan
penyakit. PHT memulai

keterpaduan di lahan itu
sejak dari hulu. Hulunya
adalah penggunaan varietas unggul yang tahan
hama dan penyakit. Ini
usaha awal dari pengendalian terpadu yang dilakukan pada pratanam. Sulit dipungkiri, bagaimana
pun kelangsungan baik
dan buruknya tanaman
ditentukan juga dari pemilihan varietas yang unggul
dan tahan dari penyakit.
Konsep PHT bukanlah
memberantas, membasmi
secara brutal dengan pestisida, atau memusnahkan
hama, akan tetapi dilakukan dengan pengontrolan
teratur dan rutin, sehingga
bila terdapat sesuatu pada
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT
BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

ii


tanaman tersebut dapat dilakukan tindakan yang sesuai dengan kondisi hama penyakit yang
menyerang.
PHT memerhatikan keseimbangan ekosistem. Bila tanah kurang subur karena minus mikroorganisme, maka petani harus memerhatikan kelangsungan hidup mikrorganisme yang
terdapat dalam tanah.
PHT menjauhi penggunaan pestisida (bahan kimia) tapi memanfaatkan predator untuk
mengendalikan hama dan penyakit dan senantiasa menggunakan pupuk organik.
Karena itulah PHT merupakan pengetahuan yang diperoleh dari pengamatan, pengalaman
dan pengamalan di lahan. Pada akhirnya PHT membentuk petani yang cerdas bertindak pintar
bertanam. Kecerdasan bertindak dan pintar bertanam itulah yang membuat petani menjadi
mandiri dalam banyak ruang. Mandiri di ruang pikiran, mandiri berpikir, mandiri bertindak,
mandiri energi, mandiri sarana.
PHT adalah suatu konsep. Konsep persuasif ala PHT adalah cara pendekatan dalam
pengendalian hama yang didasarkan pada pertimbangan ekologi. Selain pertimbangan ekologi
juga termaktub efisiensi ekonomi dalam kerangka pengelolaan agro ekosistem secara
menyeluruh.
PHT merupakan instrumen penting bagi mendorong peningkatan produktivitas hasil
pertanian dan sekaligus berperan dalam pelestarian lingkungan. Karena konsep PHT teruji
dalam sikap dan perbuatan yang ramah lingkungan. PHT berawal dari kesadaran manusia
terhadap bahaya penggunaan pestisida yang terus meningkat baik bagi lingkungan hidup
maupun kesehatan masyarakat. PHT mengendalikan hama secara alami. Pengendalian hama

secara alami adalah pengendalian hama yang terjadi di alam tanpa campur tangan manusia.
Kita tahu, alam terdiri atas faktor fisik atau non hayati dan hayati . Faktor tersebut dapat
menjadi pembatas atau penyekat perkembangbiakan hama.
Faktor non hayati misalnya iklim, tanah dan air dari suatu habitat, udara beserta oksigen
dan gas lain yang diperlukan bagi kehidupan hama, dapat mendorong atau menekan
perkembangbiakan hama. faktor hayati yang berupa musuh alami yang bekerja dengan

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT
BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

iii

sendirinya di alam menjadi bagian dari pengendalian alami. Kegiatan musuh alami juga ikut
dipengaruhi faktor non hayati. Dengan demikian pengendalian alami merupakan gabungan
kegiatan faktor hayati dan non hayati yang menekan perkembangbiakan haman tanpa campur
tangan manusia.
Agar petani dapat memutuskan secara tepat kapan dan di mana penyemprotan harus
dilakukan, maka mereka harus melakukan pengamatan rutin atau monitoring yang selaras
dengan pertumbuhan tanaman dan perkembangan hama seminggu sekali. Yang diamati
tentang keadaan populasi hama, populasi musuh alami, pertumbuhan tanaman, cuaca, dan

lain-lainnya. Setelah petani mengadakan analisis terhadap data ekosistem yang terkumpul,
dengan menggunakan pengertian tentang prinsip ekologi dan ekonomi yang sederhana,
dengan penuh keyakinan petani dapat memutuskan perlu atau tidak digunakan pestisida.
Dengan mengelola lingkungan pertanian secara tepat melalui perpaduan berbagai
teknologi pengendalian yang bukan pestisida, maka populasi hama selama satu musim tanam
dapat diupayakan untuk selalu berada pada aras yang tidak mendatangkan kerugian ekonomik
bagi petani. Dalam keadaan demikian tentunya petani tidak perlu lagi menggunakan pestisida
dan cukup mempercayakan pengendalian hama kepada teman-teman petani yang berupa
musuh alami yang ada di pertanaman. Apabila petani selalu memelihara kesehatan tanaman
melalui budidaya tanaman yang tepat, maka sasaran produktivitas tinggi dapat dicapai dengan
biaya pengendalian hama yang minimal.
PHT bagaikan taman indah di gurun savana nan hijau. PHT adalah puspa indah di lahan
pertanian kita. Ia bagaikan musikal dalam tarian yang harmonis yang memberi keindahan
dan kecerahan di ruang kehidupan petani kita.
Kisah sukses petani alumni Sekolah Lapangan (SL) PHT dan peranan PHT dalam pertanian
perlu dibukukan sebagai bahan motivasi dan referensi kita dalam lembaran kemajuan dunia
pertanian Sumbar khususnya, dan Indonesia umumnya.
Salam PHT, salam sejahtera petani!

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT

BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

iv

DAFTAR
ISI

KATA PENGANTAR

i

Rangkaian SLPHT Padi di Sumatera Barat

PENDAHULUAN

ii

Gubernur Membuka dan Bupati Menutup 22
Penguatan Lembaga Petani Sadar PHT
24


Riwayat PHT di Sumatera Barat

Pertanian dan Kearifan Lokal Minangkabau

PHT, Pola Pertanian Ramah Lingkungan

2

PHT Klop dengan Budaya Bertani Kita

SLPHT, Sekolah Tanpa Dinding

4

Seruan Gubernur Sumatera Barat

“Jangan Bakar Jerami,
Jadikan Ia Pupuk Padi


PHT Memberikan Jawaban

Ketika Mimpi Buruk Petani Berganti Indah

26

28

5
Seruan Gubernur Sumatera Barat

Ragam Program Nasional PHT
Menciptakan Petani Ahli

6

Dirintis di Tanjungraya, Agam

Petani Pengamat Hama


“Berharap Petani Kerja 8 Jam
Jangan Biarkan Lahan Kosong

30

Terapan PHT Ramah Lingkungan

32

8
Kisah Sukses Petani Alumni SLPHT

Sumatera Barat Mem-PHT-kan Petani

Ribuan KT dan Puluhan Ribu Petani
Tuntas Pelatihan PHT

Marsilan, Petani Alumni SLPHT
Dari Gubuk ke Rumah Rancak


34

Kreasi Marsilan, Tahi Kerbau Jadi Api

37

10

Kegiatan Pengembangan Pertanian Organik

Mewujudkan Petani Mandiri

12

Lingkungan Sehat, Produksi Meningkat,
Petani Tangguh Mandiri dan Kuat

Deklarasi Baso Kecamatan PHT

Maridin LB

Dari Hasil Sawah Berangkat ke Mekah

38

Sunarmis : Panen Sesuai Harapan…

40

14
Nulfryatman : Sarjana Seni Sukses di Tani 42

Masyarakat Sadar PHT

Seruan Camat Kepada Masyarakat Baso

16

Yurnita

Dulu, Racun Terbeli Makan Bergaram

44

Bertutur Cakap dengan Ir. Djoni

Kisah si “Pemberontak!”
Melawan Racun

Syamsul Bahri Sutan Basa

18

Pelatihan Petani Pemandu

Wujud PHT Oleh Petani

Petani PHT Berpenghasilan Rp48 Juta

45

Nurhikmah

21

Sejak Kenal PHT
Gemar Manfaatkan Lahan Tidur

48

Desi Kurnia

Menyesal, Mengapa Baru Kini
Mengenal PHT

Pak Jis Temukan Mustika Ajaib

JJ Mustika Penghilang Bau Busuk

61

50
Aziz Rosihan

Dulu Dituduh Gila Kini Jadi Teladan

Meri Sosita

PHT Buka Pola Pikir Kami
pada Lahan dan Tanaman

51

62

Rumzi Sutan Sinaro

Karya Seni untuk PHT

64

Susemi

Biaya Bertanam Berkurang,
Pendapatan Kami Bertambah

Si Mistik Sahabat Pak Tani

52

Burung Hantu Pun Ikut
Menjaga Lahan Petani Kita

66

Suryati

PHT Menjawab Persoalan
Musim Kemarau Merisaukan

Si Pemangsa Tikus di Lahan Pertanian Sumbar

53

Ratusan Pasang Burung Hantu
Dilepas di Tengah Sawah

67

Lamsiar

Dulu Tak Mempan Diracun,
Obatnya Air Mata Kesedihan

Tabung Bambu :

54

Perangkap Tikus Ramah Lingkungan

69

Pos IPAH, Kelembagaan PHT Milik Petani

72

Trichoderma, Agens Hayati Multiguna

76

56

Pseudomanas Fluorescens
Bakteri Pengendali Penyakit Tanaman

79

57

Beauveria Bassiana
Si Jamur Pengendali Hama

81

Pemanfaatan Parasitoid Trichogramma

83

PGPR, Mikroba Sahabat Petani

85

Pemanfaatan
Mikroorganisme Lokal (MOL)

87

Yusni

Produksi Meningkat Pendapatan Membaik

55

Zulmitas

Sekiranya Petani Di-PHT-kan Semua
Saya Yakin Petani Maju dan Sejahtera
Nurni

Berjibun Manfaat PHT!
Azwirman

Panen Berhasil Pitih Tertabung

58

Amri

Sejak Jerami Jadi Pupuk

59

Zedriwan

PHT Mencerahkan Kehidupan Petani

60

Hama dan Penyakit Menyerang

Konsep PHT Bertanam Pisang

90

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT
BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

1

RIWAYAT PHT DI SUMATERA BARAT

PHT, POLA PERTANIAN
RAMAH LINGKUNGAN

PERKEMBANGAN
PENERAPAN PHT DI
SUMATERA BARAT TELAH
MEMBERIKAN HASIL
YANG MEMUASKAN.

TERUTAMA PADA
TANAMAN PADI YANG
SUDAH MEMBUAT
AGROEKOSISTEM YANG
STABIL SEHINGGA TIDAK
ADA LAGI LEDAKAN
SERANGAN HAMA.
PENERAPAN

KINI,

PHT SUDAH

MENGARAH KEPADA
PERTANIAN RAMAH
LINGKUNGAN DAN AMAN
DIKONSUMSI DAN
BAHKAN ADA YANG
SUDAH MENERAPKAN
PERTANIAN ORGANIK
SECARA TOTAL YANG
SUDAH DISERTIFIKASI
OLEH LEMBAGA YANG
BERWENANG.

2

Sumatera Barat telah
mengenal PHT sejak 29
tahun yang lalu. Tepatnya,
tahun 1985. Dimulai dengan adanya kegiatan Rintisan Pengendalian Hama
Terpadu (PHT) di Kecamatan 2 X 11 Enam Lingkung
Kabupaten Padangpariaman. Sejalan dengan itu
pemasyarakatan PHT kepada petani di Sumatera
Barat terus berjalan secara
bertahap.
Seperti disampaikan di
atas, bahwa pengembangan PHT secara besar-besaran dilaksanakan pada tahun 1992 melalui Program Nasional. Kegiatan itu dilaksanakan pada saat program nasional dengan menyiapkan SDM
petugas melalui pendidikan D1 PHT dan pelatihan praktis di lapangan. Peningkatan SDM petani dilaksanakan pada musim penyuluhan melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu
(SLPHT) yang disebar di setiap kabupaten/ kota di Sumatera Barat.
Sejak program nasional, penerapan PHT terus berkembang
Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) setiap tahun
terus dilaksanakan baik melalui dana APBN, APBD provinsi, APBD
kabupaten/kota. Yang lebih menggembirakan, bahkan kegiatan
PHT ada yang dilaksanakan secara swadaya petani.
Kegiatan PHT berupa pelatihan bagi petugas BPTPH, PHP dan
PPL dilokasi rintisan PHT. Pelatihan dilaksanakan secara teori dan
praktek. Teori dilaksanakan di kelas sedangkan praktek
dilaksanakan di lapangan. Disamping itu juga mendemontrasikan
penerapan PHT pada tanaman padi dengan membandingkan
praktek PHT, sistem kalender, dan petak lokal (perlakuan petani).
Pihak-pihak yang terkait pada kegiatan rintisan PHT ini adalah
Dinas Pertanian, Balai Penyuluhan Pertani (BPP) dan PPL.
Perkembangan penerapan PHT di Sumatera Barat telah
memberikan hasil yang memuaskan. Terutama pada tanaman padi
yang sudah membuat agroekosistem yang stabil sehingga tidak
ada lagi ledakan serangan hama.
Kini, penerapan PHT sudah mengarah kepada pertanian ramah
lingkungan dan aman dikonsumsi dan bahkan ada yang sudah
menerapkan pertanian organik secara total yang sudah disertifikasi
oleh lembaga yang berwenang.
Petani yang mengikuti SLPHT akan mengerti dan menerapkan

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT
BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

beberapa konsep PHT, seperti penjelasan di bawah ini :

Langkah-langkah PHT
Langkah-langkah PHT adalah penggunaan varietas unggul
tahan hama penyakit dan tekanan atau hambatan lingkungan,
penerapan teknik budidaya yang mampu mengendalikan OPT
dan penggunaan pupuk organik, peramalan terhadap serangan
hama penyakit, pengendalian OPT secara biologis.

Perbaikan Teknik Budidaya
Penerapan teknik budidaya meliputi ; penataan pola tanam
dan sistem tanam, dan pengaturan jarak tanam dan pemupukan
dapat menekan perkembangan OPT. Pengaturan pola tanam
dalam setahun (tumpang gilir) dengan tanaman yang berbeda
OPT-nya, diharapkan dapat memutus siklus hidup dari OPT.
Dengan bertanam secara campuran (mixed cropping) effisiensi
lahan dapat ditingkatkan, resiko kegagalan dapat dikurangi,
sehingga pendapatan petani dapat ditingkatkan.
Dari segi perkembangan OPT sistem tumpang sari sangat
menguntungkan apabila tanaman yang ditumpangsarikan
memiliki hama yang berbeda dan saling menguntungkan.
Sebagai contoh tumpang sari kapas dengan jagung, di mana
jagung berfungsi sebagai perangkap (trap crop) bagi hama
Heliothis armigera dan kacang hijau dapat menarik predator bagi
hama kapas. Atau menanam tanaman jagung, bawang, bunga
matahari di pematang sawah kita.
Penggunaan pupuk organik (pupuk kandang, pupuk hijau dan
kompos) sebagai pelengkap dan penyeimbang pupuk buatan,
selain mensuplai unsur hara juga berfungsi untuk memperbaiki
sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pemberian pupuk organik
dapat meningkatkan kapasitas menahan air, sifat penyangga
(buffer) tanah dan meningkatkan mikroorganisme dalam tanah
yang berguna bagi tanaman.

Peramalan Terhadap Serangan Hama dan Penyakit
Peramalan terhadap serangan hama penyakit untuk mengetahui dinamika populasi hama penyakit tanaman yang dapat
digunakan sebagai dasar dalam menentukan cara pengendalian
tersebut. Pengendalian hama dan penyakit tanaman berpedoman pada ambang kendali dimaksudkan untuk menentukan saat
pengendalian hama dan penyakit tanaman secara tepat.

Pengendalian Hama Penyakit Secara Biologi
Secara alami tiap spesies memiliki musuh alami (predator, parasit, dan patogen) yang
dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama tanaman. Peningkatan penggunaan pestisida
hayati dengan bahan aktifnya jasad renik penyebab penyakit hama khususnya serangga akan
mengurangi ketergantungan terhadap pestisida kimiawi.

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT
BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

3

SLPHT, Sekolah Tanpa Dinding

MENYEBUT KATA SEKOLAH
YANG PERTAMA
TERBAYANG OLEH KITA
ADALAH SEBUAH
BANGUNAN BERATAP,
BERDINDING, DAN
BERLOKAL SERTA
BERGURU.

TERBAYANG

OLEH KITA SEBUAH LOKAL
YANG MEMILIKI KURSI DAN
PAPAN TULIS SERTA GURU
MENJELASKAN DI DEPAN.

BEGITULAH PANDANGAN
DAN BAYANGKAN KITA
TERHADAP SEBUAH
SEKOLAH.

4

Namun tidak begitu dengan Sekolah Lapangan Pengendalian
Hama Terpadu (SLPHT). Sekolah yang satu ini, atapnya bukan
atap seng atau genteng, tapi beratapkan langit. Sekolahnya
bukan berdinding beton atau kayu, tapi berdinding lahan tanam
di sekitar kita. Sekolahnya tak berlantai jubin, batu mar-mar atau
batu alam, tapi adalah berlantai tanah di lahan pertanian itu
sendiri.
Adakah gurunya PHT? Tidak. Yang ada adalah pemandu. Ya,
pemandu. Konsep pengajaran PHT bukanlah konsep seperti guru
dengan murid, melainkan adalah konsep berbagi dan berdiskusi
bersama-sama dan bersama-sama mengidentivikasi masalah lalu
menyimpulkan apa tindakan dan cara dari solusi dari sebuah
masalah itu tadi. Pembelajaran PHT dalam siklus agroekosistem,
ditulis, dianalisis, didiskusikan, disimpulkan dan ditindaklanjuti.
Sekolah Lapangan PHT adalah sekolah khusus bagi petani.
Masa belajarnya adalah selama 1 musim tanam yang sesuai
dengan fase pertumbuhan tanaman itu sendiri. Durasi pembelajaran adalah mingguan yang sesuai dengan pertumbuhan
tanaman dan perkembangan hama penyakit. SLPHT merupakan
kolaborasi pemerintah, FAO, LSM dan tokoh petani.

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT
BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

PHT MEMBERIKAN JAWABAN

KETIKA MIMPI BURUK PETANI
BERGANTI INDAH
D

ARI berbagai kegiatan
pemasyarakatan PHT,
seperti peningkatan SDM
petugas dan petani, Sekolah
Lapangan PHT, lokarya, petani pemandu, penerapan
teknologi pengendalian OPT
telah banyak asset yang dimiliki dalam mendukung
peningkatan produksi dan
pelestarian lingkungan.
Sifat pengendalian hama
terpadu itu sangat strategis
dan penting. Bila hama tak
terkendali akan terjadi krisis
pangan secara revolusi. Bila
lahan pertanian digerogoti oleh berbagai hama dan penyakit
tanaman, maka mimpi buruk petani akan segera menjelma
menjadi kenyataan yang menakutkan, yakni gagal panen. Konsep
PHT mengubah mimpi buruk petani menjadi mimpi yang indah.
Kegagalan panen tak saja menciptakan kerugian di kalangan
para petani, sekaligus akan memengaruhi pasar pertanian, di
mana komoditi yang gagal panen tersebut akan menjadi langka
di pasaran. Seiring dengan itu, harga komoditi tersebut akan
melambung tinggi.
Bila gagal panen secara lokal masih bisa diatasi, tapi
bagaimana dengan regional, atau nasional? Dapat dibayangkan,
bahwa itu akan menjadi mimpi buruk bagi kita semua.
Untuk itu, pengendalian hama dan penyakit tanaman secara
terpadu menjadi salah satu solusi untuk menjaga lahan pertanian
supaya tak dirambah oleh hama yang merisaukan tersebut.
Guna mengatisipasi peledakan hama dan pelestarian
lingkungan, maka konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
diperkenalkan di Sumatera Barat sejak tahun 1985 yang dimulai
dengan adanya kegiatan Rintisan PHT.
Sejalan dengan perkembangan waktu penerapan konsep PHT
kepada petani di Sumatera Barat terus berjalan secara bertahap.
Pengembangan PHT secara besar-besaran dilaksanakan pada
1992 melalui Program Nasional dan terus berlanjut sampai kini.
Dari berbagai kegiatan pemasyarakatan PHT, seperti
peningkatan SDM petugas dan petani, Sekolah Lapangan PHT,
lokarya, petani pemandu, penerapan teknologi pengendalian
OPT telah banyak asset yang dimiliki dalam mendukung
peningkatan produksi dan pelestarian lingkungan.
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT
BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

5

Ragam Program Nasional PHT
Menciptakan Petani Ahli
Program PHT telah berperan dalam mengatasi kemiskinan yang dulunya diidentikkan kehidupan petani. Kini banyak petani di
Sumbar yang telah menikmati hasil dari pembelajaran selama mengikuti
SLPHT.
Berikut beragam program nasional yang telah
diterapkan di Sumatera Barat menyangkut ke-PHT-an
tersebut.

Sekolah Lapangan
Pengendalian
Hama Terpadu
(SLPHT)
Sekolah
Lapangan
Pengendalian
Hama
Terpadu (SLPHT) merupakan kegiatan pelatihanPHT bagi petani. Kegiatan
SLPHT ini memakai metoda pendekatan guna mewujudkan petani
sebagai “ahli” PHT. Diharapkan, metoda tersebut membantu percepatan
tercapainya kelembagaan PHT.

Training of Trainer (TOT)
Training of Trainer (TOT) adalah pelatihan yang intensif dapat
mengerti dan memahami pengelolaan tanaman dengan menggunakan
prinsip PHT, sehingga akan mampu menjadi TOT.

MANFAAT SEKOLAH
LAPANGAN
PENGENDALIAN HAMA
TERPADU MULAI TERASA
BAGI PARA PETANI DI

SUMBAR. MEREKA
MULAI MERASAKAN
BETAPA KONSEP

PHT

TELAH MENGURANGI
BIAYA PRODUKSI DAN
MENINGKATKAN HASIL
TANAM SERTA
PENDAPATAN PETANI.

6

Pemandu Lapangan (PL)
Program Nasional Pengendalian Hama Terpadu (PHT) di Sumatera
Barat telah dimulai semenjak tahun 1991. Pengelolaan program tersebut
telah diawali dengan mengikuti TOT bagi para pemandu lapangan (PL)
yang dilaksanakan di Kali Urang, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten
Sleman, Provinsi DI. Yogjakarta, pada tahun 1990. Lalu dilanjutkan
dengan TOT II di BLPP Cihea Provinsi Jawa Barat yang dilaksanakan oleh
Food Agriculture Organization (FAO).
Materi yang pada TOT I adalah bagaimana mengelola Pelatihan PHT
dengan metoda Pendidikan Orang Dewasa (POD). Sedangkan pada TOT
II lebih rinci lagi yaitu Pengelolaan Pelatihan PHT di FTF (Field Training
Facilities) yang mencakup : Metoda Pelatihan Pendidikan Orang Dewasa,
Studi Habitat, Perencanaaan Partisipatoris, serta Pelatihan Komputer.
Guna lebih memantapkan keterampilan pemandu lapangan dalam
pelaksanaan program nasional PHT maka tiap tahun dilakukan pelatihanpelatihan seperti Pelatihan Manajemen Lapangan, Lokakarya PHT, seminar dan workshop yang dibagi per regional Indonesia, barat dan timur.

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT
BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT
BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

7

DIRINTIS DI TANJUNGRAYA, AGAM

PETANI PENGAMAT HAMA

BALAI PERLINDUNGAN
TANAMAN PANGAN DAN
HORTIKULTURA
SUMATERA BARAT TELAH
MERINTIS LAHIRNYA

PETANI PENGAMAT
HAMA (PPH) DI
KECAMATAN

TANJUNGRAYA AGAM
DALAM MODEL WILAYAH
PENGAMATAN.

8

Apa dan bagaimana tentang PPH di kecamatan Tanjungraya
Agam ini? Berikut penjelasannya.
Petani Pengamat Hama (PPH) adalah solusi yang tepat guna
menutupi kekurangan pengamat hama dari golongan pegawai
negeri sipil. Salah satu ikhtiar penting dalam peningkatan
produksi pertanian adalah pengendalian hama tanaman.
Pada era modern ini, lebih dari itu, pembangunan pertanian
tidak cukup hanya pada peningkatan produksi semata.
Peningkatan produksi belum sepenuhnya mengamankan atau
menjamin peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Untuk itu, sangat perlu dan sudah saatnya kini pembangunan
pertanian mengarah pada peningkatan kualitas dan SDM petani.
Dengan begitu, petani tak saja mampu meningkatkan produksi,
namun juga mamupu meningkatkan keterampilan mengolah,
sehingga hasil pertanian mendapatkan nilai tambah lebih tinggi.
Petani yang hebat adalah petani yang mampu menyesuaikan diri
terhadap perubahan dan perkembangan zaman.
Dengan demikian, ukuran kekuatan dan kesinambungan
pembangunan pertanian adalah ketangguhan dan kemampuan
petani mengkreasi dan mengelola sumber daya alam secara
rasional, efisien dan berwawasan lingkungan.

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT
BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Sukses pembangunan pertanian didukung oleh banyak hal.
Salah satu hal yang terpenting adalah peran dan fungsi Petani
Pengamat Hama (PPH) itu tadi. Pengamatan dan pelaporan
merupakan kegiatan pokok dari PPH yang menyampaikan
informasi awal dan gambaran tentang adanya serangan hama,
serta usaha-usaha pengendalian organisme pengganggu
tanaman serta masalah-masalah lain yang berhubungan dengan
pelaksanaan perlindungan tanaman pangan.
Informasi yang diperoleh dari PPH digunakan untuk
memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan pengamatan lebih
lanjut, sekaligus tindakan korektif yang tepat guna. Tugas pokok
PPH melaksanakan pengamatan, pendugaan teknik pengendalian OPT, pelaporan dan pengawasan pemakaian pestisida.
PPH menciptakan sistem pertanian yang profesional, dinamis
dan efisien. Arah PPH adalah pengembangan profesi yang
profesional, mandiri serta mewujudkan identitas diri sebagai
“penyuluh” dan mitra petani.
Hal tersebut sesuai dengan amanat UU nomor 12 tahun 1992
tentang Sistem Budidaya Tanaman yang mengisyaratkan
kemandirian petani dalam perlindungan tanaman. PPH juga
berperan sebagai “tokoh petani” yang menjadi jembatan antara
petani di nagari, petugas dan pemerintah.
Menuju profesionalisme maka PPH terus dipicu dengan
berbagai program pendukung kemampuan dan pengetahuan
dengan cara dilakukan kegiatan belajar yang tiada henti dan
berkesinambungan. Diharapkan, PPH dapat meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan serta cakrawala berpikir sehingga
mampu melaksanakan fungsinya seperti yang kita harapkan.
Sebagaimana yang disampaikan di atas, PPH adalah petani
tokoh atau tokoh petani yang dilatih dalam bidang perlindungan
tanaman. Ia diberdayakan untuk mengamankan pertanaman di
nagari masing-masing.
Di antara PPH ada yang berperan menjadi penyuluh swadaya
ke berbagai nagari tetangga, karena soal serangan hama tak
mengenal batas administrasi sebuah nagari.
Syarat pokok untuk dapat menjadi PPH antara lain, selain
tokoh petani atau petani tokoh, yang lebih utama adalah alumni
SLPHT, perhatian dan peduli serta memiliki keterampilan dalam
bertani atau bertanam dan mengenal seluk beluk dunia tani dan
tanam. Seleksi dilakukan
berjenjang, mulai dari
kecamatan, kabupaten
dan propinsi.
Dari berbagai pelatihan dan pemberdayaan
petani, sampai saat ini
telah dapat diberdayakan seratusan petani sebagai PPH, sebagian dari
PPH ini dengan berperan
sebagai petani pakar.

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT
BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

9

SUMATERA BARAT MEM-PHT-KAN PETANI

Ribuan KT dan Puluhan Ribu
Petani Tuntas Pelatihan PHT

PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI
PENGENDALIAN HAMA
TERPADU

(PHT)

TERUTAMA PADA
KOMODITI PADI TELAH
SEMAKIN BERKEMBANG,

Selanjutnya akan
dimasyarakatkan
kepada petani sebagai
pengguna teknologi,
sebagai penciptaan
petani ahli PHT. Wujud
nyata dari proses
transformasi teknologi
tersebut adalah
pemberian pelatihan
PHT kepana para PHP
dan PPL di Field
Training Fasilities (FTF)
Padang.
Selama program nasional PHT sudah dapat melatih petani
sebanyak 1.936 kelompok tani dengan jumlah petani yang dilatih
sebanyak 48.400 orang yang tersebar di seluruh kabupaten kota
di Sumatera Barat. Disamping itu telah dapat menindaklanjuti
SLPHT tersebut melalui SLPHT Tindak Lanjut sebanyak 120
kelompok tani dengan jumlah peserta SLPHT tindak lanjut
sebanyak 3.000 orang.
Pola pelatihan PHT sampai dengan saat ini di Sumatera Barat
masih tetap dilakukan walaupun sedikit banyaknya terjadi
pencairan proses dibandingkan dengan yang dilaksakan sewaktu
program nasional PHT terdahulu.

BAIK HASIL PENELITIAN
YANG DILAKUKAN
PEMERINTAH MAUPUN
TEKNOLOGI YANG
DIHASILKAN PETANI
SENDIRI.
PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI TERSEBUT
HARUS SECARA TERUS
MENERUS
DITRANSFOMASIKAN
KEPADA PARA

PENGAMAT HAMA
PENYAKIT (PHP) DAN
PETUGAS LAPANGAN
PERTANIAN.

10

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT
BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT
BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

11

KEGIATAN PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK

MEWUJUDKAN PETANI MANDIRI
Pengembangan
pertanian organik ini
dilakukan melalui
beberapa kegiatan dan
lembaga yang
mendukung antara lain :

Sekolah Lapang
Pertanian
Organik (SLAPO)
Kegiatan ini
dilaksanakan untuk
meningkatkan SDM
petani. Diharapkan
kelak, petani mampu untuk melaksanakan budidaya tanaman
secara organik (tanpa bahan kimia). Sama halnya dengan
SLPHT, SLAPO dilaksanakan dengan metode pendidikan orang
dewasa, belajar lewat pengalaman di lahan usaha taninya
dengan melaksanakan pertemuan minimal 12 kali setiap
SLAPO. Setiap angro input dilahan SLAPO diupayakan berasal
dari sumber daya lokal sehingga pemanfaatan bahan-bahan
yang ada di sekitar lahan usaha tani maksimal dari
ketergantungan petani terhadap pihak luar dapat dihindari.
Sehinga dapat terwujudnya petani mandiri.

Magang Pertanian Organik

PERJALANAN PHT
DEWASA INI TELAH
MEMBERIKAN DAMPAK
YANG MENGEMBIRAKAN
KARENA DI BEBERAPA
LOKASI TELAH TUMBUH
DAN BERKEMBANGNYA
PERTANIAN ORGANIK
YANG MERUPAKAN
TUNTUTAN MASYARAKAT
TERHADAP PRODUK YANG
BERKWALITAS TINGGI.

12

Selain sekolah lapang, peningkatan SDM juga dilaksanakan
melalui magang. Peningkatan SDM melalui magang ini tidak saja
diikuti oleh petani tetapi juga oleh petugas terutama petugas
lapangan (PPL dan PHP). Magang dilaksanakan di Institut
Pertanian Organik (IPO Aie Angek) yang merupakan pusat studi
dan model pengembangan pertanian organik di Kecamatan X
Koto Kabupaten Tanah Datar.

Pusat Studi Pertanian Organik
Untuk mengali dan mengembangkan teknologi pertanian organik dilakukan berbagai studi di IPO
Aie Angek. Pada lahan seluas ± 2
hektare dilakukan sebagai studi
untuk mendukung pengembangan
pertanian organik. Untuk mendapat
hasil studi yang lebih baik juga
dilakukan kerjasama dengan instansi dan lembaga lainnya terutama

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT
BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

dengan Fakultas Pertanian Universitas Andalas.

Demplot
Dalam rangka menyosialisasikan pertanian
organik kepada masyarakat dilakukan melalui
demonstrasi plot (demplot). Pada lahan demplot ini diterapkan budidaya tanaman secara
organik. Keberhasilan
yang diperoleh pada lahan demplot ini dapat
secara langsung di adopsi
oleh petani untuk diterapkan di lahan usaha
taninya.

Sertifikasi Organik
Kelompok tani ataupun petani secara perorangan yang telah
mampu dan memenuhi syarat sebagai pertanian organik
dilakukan sertifikasi pertanian organik oleh Lembaga Sertifikasi
Organik (LSO) Sumatera Barat. Sampai saat ini LSO Sumatera
Barat. Sampai saat ini LSO Sumatera Barat sudah mengeluarkan
atau mensertifikasi 22 kelompok/ perorangan pertanian organik
di Sumatera Barat.

Teknologi Pengendalian OPT Spesifik Lokasi
Perjalanan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) di Sumatera
Barat melalui pendekatan pendidikan orang dewasa telah dapat
menghasilkan beberapa teknologi spesifik lokasi antara lain :
 Pemanfaatan agens hayati dan pestisida nabati
 Teknologi tabung bambu yaitu suatu teknologi yang
digunakan sebagai perangkap tikus.
 Perangkap walang segit : Suatu teknologi
merangkap walang sangit dengan memanfaatkan keong emas.
 Pengendalian hama dengan keong mas : Suatu
teknologi pengendalian gulma dengan cara
memanfaatkan keong mas.
 Mikro Organisme Lokal (MOL) : Teknologi
dengan memanfaatkan mikro organisme lokal.
 Tabung Bambu : Suatu teknologi pengembangan parasitoid dengan memanfaatkan
dengan tabung parasitoid dari bambu.
 Kompos Jerami : memanfaatkan residu tanaman seperti jerami berbagai macam tumbuhan untuk bahan organik.
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT
BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

13

LINGKUNGAN SEHAT, PRODUKSI MENINGKAT,
PETANI TANGGUH MANDIRI DAN KUAT

DEKLARASI BASO
KECAMATAN PHT

BASO MERUPAKAN
SALAH SATU KECAMATAN
DI KABUPATEN

AGAM.

KECAMATAN INI BAKAL
DIJADIKAN KECAMATAN
PENGENDALIAN HAMA
TERPADU (PHT) DI
INDONESIA. DI
KECAMATAN PHT INI
DIHARAPKAN SEMUA
KEGIATAN PERTANIAN
BERLANDASKAN KONSEP

PHT, SEHINGGA
PRODUKSI DAPAT
MENINGKAT,
KELESTARIAN
LINGKUNGAN DAPAT
DIJAGA DAN PETANI
MANDIRI DAPAT
DIWUJUDKAN.

14

Untuk itu para petani
yang terhimpun dalam
Forum Petani PHT Kecamatan Baso, sepakat
mendeklarasikan Baso
sebagai Kecamatan PHT.
Deklarasi yang dilaksanakan di Nagari Simarasok itu dihadiri langsung oleh Dirjen Tanaman Pangan.
Pada kesempatan itu,
Ketua FKPHT Baso, Abdul
Karim membacakan deklarasi yang diikuti oleh
petani anggota menyatakan bahwa dengan kesungguhan dan rasa tanggung jawab dalam
mengembangkan pertanian ramah lingkungannya menyatakan
: menerapkan konsep PHT sebagai rohnya kegiatan budidaya
pertanian, melaksanakan pertanian berkelanjutan dan ramah
lingkungan untuk menghasilkan produksi yang tinggi dan aman
dikonsumsi, mengajak semua elemen masyarakat Baso
khususnya dan Agam umumnya untuk menggerakkan pembangunan pertanian.
Pada acara deklarasi ini, selain dihadiri langsung oleh Direktur
Jenderal Tanaman Pangan Kementarian Pertanian, Ir. Udhoro
Kasih Anggoro, MS dan juga hadir Sekretaris Ditjen Tanaman
Pangan, Ir. Spudnik Sujono K, MM, Direktur Serelia, Ir. Fathan
A.Rasid, MMA, Direktur Aneka Kacangan dan Umbi (Akabi), Dr.
Ir. Maman Surahman, MS dan dari Direktorat Perlindungan
Tanaman, Ir. Yadi Rusyadi Reksadinata, MM. Dari jajaran
pertanian Sumatera Barat hadir Ir. Djoni, Kepala Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Ir. Arzal, MP, Kepala Balai Perlindungan
Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Pada deklarasi yang diikuti oleh lebih dari 200 orang petani
ini, juga terlihat Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Agam, Kepala
Laboratorium PHP dan PAH Bukittinggi, Koordinator PHP Agam,
Camat Baso, Pengurus Persatuan Petani Organik (PPO) Sumatera
Barat, Ketua Forum Petani Agam (FKPA)Wali Nagari, tokoh
masyarakat dan petugas pertanian Lapangan, seperti Pengemat
Hama Penyakit, Penyuluh Pertanian.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Sumbar dalam sambutan-

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT
BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

nya menyampaikan bahwa penerapan konsep
PHT adalah langkah nyata dalam mendorong peningkatan produksi, melaksanakan pertanian
yang efisien serta berperan serta petani dalam
pelestariana lingkungannya. Sambutan yang diselingi dengan nyanyian
bersama petani, seperti
nyanyi petani sejahtera
dan Lycosa merana karena pestisida mendapat
sambutan yang ‘heboh’
dari hadirin.
Dirjen Tanaman Pangan dalam arahannya menyampaikan rasa gembira dan bangga atas
pelaksanaan kegiatan ini, karena penerapan konsep PHT seperti isi deklarasi yang disampaikan
FKPHT Baso akan menjadi pendorong dalam meningkatkan pembangunannya pertanian
dengan meningkatkan produksi baik kuantitas maupun kualitas dan menumbuhkan tanggung
jawab petani terhadap kelestarian lingkungannya.
“Kami melihat wajah-wajah petani disini segar dan sehat, mungkin karena mengkonsumsi
pangan yang sehat dari pertanian organik,” ujar Dirjen Tanaman Pangan yang disambut
tepukan yang riuh-meriah dari petani Baso.
Pada kesempatan ini, saya memberikan pesan atau pekerjaan rumah (PR) kepada petani
PHT Baso:
1) Tidak lagi membakar jerami, karena jerami merupakan sumber pupuk yang baik dan
pembakaran dapat membunuh Lycosa yang merupakan sahabat petani,
2) Melaksanakan penanaman jajar Legowo, sehingga peningkatan produktivitas dapat
dicapai,
3) Kalau dapat tidak menggunakan pestisida karena pestisida adalah bahan berbahaya bagi
lingkungannya dan kesehatan manusia.
Informasi dari Kepala BPTPH Sumatera Barat, Ir. Arzal, MP, menjelaskan bahwa Baso dipilih
sebagai Kecamatan PHT di Sumatera Barat, karena di kecamatan ini telah banyak melaksanakan kegiatan pertanian
dan aktivitas petani dalam mendukungnya sangat menggembirakan.
Di Kecamatan ini dilakukan sekolah lapangan pengendalian hama terpadu (SLPHT), sekolah lapangan pertanian organik
(SLAPO), pengembangan
agens hayati melalui Pos
IPAH, demplot pertanian
organik, klinik PHT, dan
banyak kegiatan dan aktivitas petani yang dilandasi konsep PHT dan pertanian organik.
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT
BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

15

MASYARAKAT SADAR PHT

SERUAN CAMAT
KEPADA MASYARAKAT BASO

SEPERTI SEBUAH
GERAKAN, MASYARAKAT
PETANI DI KECAMATAN

BASO TAMPAKNYA SADAR
BENAR AKAN APA DAN
BAGAIMANA MANFAATNYA

PHT DALAM
KELESTARIAN
LINGKUNGAN DAN
MENDUKUNG
PENINGKATAN PRODUKSI
DAN PENDAPATAN
PETANI.

16

Kecamatan yang berada di kabupaten Agam Sumatera Barat
ini, oleh petani dan masyarakatnya sepakat menyatakan diri
sebagai “Kecamatan PHT”. Deklarasi pernyataan kecamatan Baso
sebagai kecamatan PHT tersebut sudah dinyatakan oleh
masyarakat petani beberapa waktu lalu. Masyarakat petani Baso
yakin benar bahwa PHT mendorong peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan pelestarian lingkungan.
Guna mewujudkan hal tersebut, Camat Baso Budi Prawira
Negara AP, M.Si, sejak April 2014 secara resmi menerbitkan
Seruan Camat Baso dalam lima poin himbauan untuk petani dan
masyarakat.
Berikut isi Seruan resmi Camat Baso yang dituangkan pada
lembaran berbentuk poster:
1. Agar para petani dan masyarakat tidak lagi membakar jerami,
akan tetapi dijadikan kompos untuk pupuk tanaman.
2. Melaksanakan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
dalam kegiatan usaha tani.
3. Menjaga dan melindungi satwa yang berguna seperti burung
hantu, ular dan musuh alami untuk membantu petani dalam
melindungi tanaman.
4. Tidak menggunakan pestisida secara serampangan sehingga
mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan manusia.
Demikian Seruan ini kamipril 2014 (tanda tangan) Camat
Baso Budi Prawira Negara AP, MSi.
Seruan dari Camat Baso tersebut adalah sebuah tanda yang
mengisyaratkan bahwa masyarakat Baso khususnya telah dapat
merasakan manfaat PHT, tak saja bagi mendorong hasil produksi
dan penambahan pendapatan, namun juga menjaga kelestarian
lingkungan sehingga harmonisasi alam terus terjaga dan
terpelihara.

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT
BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT
BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

17

BERTUTUR CAKAP DENGAN IR. DJONI

Kisah si “Pejuang!”
MELAWAN RACUN

KETIKA ALAHAN
PANJANG KEHILANGAN
LUKAH DAN IKAN YANG
JINAK, KETIKA LEMBAH
GUMANTI KEHILANGAN
KUPU-KUPU, DI SAAT
ITULAH LELAKI MUDA ITU
MERASA TERPUKUL
SEKALI.

ALAHAN ITU
ARTINYA LUKAH, TAPI
IKANNYA MENGAPA
LENYAP.

GUMANTI ITU
ARTINYA KUPU-KUPU,

TAPI MENGAPA BERAGAM
JENIS KUPU-KUPU
SEPERTI HILANG DI
LEMBAH YANG KIAN
SENYAP ITU?

18

Ada sesuatu yang terputus di lahan ini. Yang terputus itu
adalah lepasnya satu mata rantai yang membuat alam menjadi
senjang dalam keberantakan yang merisaukan. Ya, lelaki muda
itu adalah PNS yang baru saja diangkat sebagai pegawai di
lingkungan pertanian di Sumatera Barat. Djoni namanya.
Djoni muda sudah lama benar mengamati betapa di saat
mana negeri ini sudah puluhan tahun merdeka, tapi –di mata
anak muda –ini masih ada yang terjajah, yaitu petani. Sebuah
perlawanan bathin dari dirinya mendesak urat dada yang tak
tertahankan. Ia muntahkan segala ekpresi ketaksanggupan
melihat “alam” pincang itu ke dalam sebuah sajak. Sajak yang ia
tulis tahun 1985 itu ia beri judul genderang petani.
“Innalillahi waiinna ilaihi ro’jiun
Datang dari Allah kembali pada Allah
Sang anak telah kehilangan bapaknya
Sang istri telah kehilangan suaminya
Ribuan makhluk telah punah gara-gara pestisida laknat
Petani miskin tiada berdaya
Petani ditindas dipinggirkan saja
Petani melarat sepanjang masa
Ini gara-gara pengkhianat
Hari ini engkau kobarkan api
Api untuk menerangi bangsa ini
Bangsa yang gelap di tengah gemerlap
Bangsa yang terpuruk di tengah kekayaan
Wahai kawan-kawan
Sebelum kupu-kupu terakhir mati menggelepar
Sebelum burung terakhir berhenti berkicau
Marilah...marilah kita berbuat”
Sajak keras itu dilantunkan Djoni di saat mana rezim atau
kekuasaan Orde Baru benar-benar bertangan besi. Sangat rawan
sekali membuat ungkapan sekeras itu di masa tersebut. Tapi,
Djoni tidak takut. Bisa saja sembilu subversif ditodongkan pada
Djoni; dengan mudah ia bisa ditangkap di saat itu dengan
tuduhan menghasut petani.
Akibat merilis sajak tersebut, seorang Djoni sampai disingkirkan oleh kawan-kawan sesama PNS yang takut terembai puisi
Djoni. Bahkan, atasannya pada waktu itu jelas berang dan seiring
dengan itu sanksi sosial, yakni dijauhi kawan-kawan harus dihadapi seorang Djoni dan tak ditegur sapa selama setahun. Tapi
Djoni tak peduli. Para penjual atau agen racun pestisida, di mata
Djoni tetap dianggap Djoni sebagai pengkhianat. Sudah menjadi
rahasia umum bahwa penjualan pestisida adalah semacam bisnis

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT
BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

di lingkar kekuasaan. Dan itu tak
akan tersentuh.
“Bayangkan, petani tetap
saja miskin. Tetap saja ditindas.
Tetap saja diberlakukan seperti
orang terjajah. Petani dipaksa
membeli pestisida. Tak ada
uang, boleh ambil di koperasi.
Bertanam harus serentak. Kalau
kedapatan bertanam mendahului yang lain maka tanamannya
itu akan diinjak-injak oleh aparat, dan ini tanpa ampun. Petani
kian miskin saja. Derita untuk
petani, duitnya dibawa ke kota!”
kata Ir. Djoni yang kini Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Provinsi Sumatera Barat, dalam
suatu percakapan baru-baru ini
menyangkut Pengendalian Hama terpadu di daerah ini.
Djoni menuturkan, betapa ia
benar-benar tidak sepakat sejak
dulu melihat dan menyaksikan
lahan-lahan petani penuh dengan racun pestisida. Bahkan
lahan-lahan itu disemprot dengan menggunakan pesawat capung. Bila petani tak berduit, diperbolehkan berhutang atau
meminjam uang di KUD untuk membeli pestisida tersebut.
Mengapa kita tak pernah menyadari akibat buruk dari pestisida tersebut. Selain merusak
kesuburan tanah, pestisida juga membunuh berbagai hewan secara brutal. Tikus, burung
dan lain-lain sebagainya, bisa mati akibat itu. Habis tikus, hilang burung, itu berarti terputusnya
satu mata rantai kehidupan. Putus satu mata rantai kehidupan akan berkonsekwensi kepada
hal yang lain. Bila itu terjadi, alam tak menjadi harmonis. Ketika alam pincang, maka terimalah
bencana itu.
“Saya paling geram mendengar kata-kata yang sering disebut orang bahwa alam tak lagi
atau alam sedang tak bersahabat. Tidakkah kita pernah tahu bahwa sebenarnya kita yang
gemar mengkhianati alam atau merusak alam, kita sebenarnya yang tak bersahabat dengan
alam. Lihatlah tingkah laku manusia terkini yang main rambah hutan, main bakar hutan,
main racun secara brutal dan berlebihan dan merusak kelestarian itu dengan kerakusan dan
keserakahan. Ketika terjadi bencana lalu kita meratap bahwa alam tak bersahabat. Yang tak
bersahabat itu adalah kita; bukan alam. Karena alam diciptakan Tuhan bagi makhluknya tetap
lestari dan hidup dengan nyaman dan aman. Ketika alam tak nyaman dan tak aman, jangan
salahkan alam, tanyakan pada diri sendiri apa yang telah kita lakukan dan kita perbuat pada
alam itu sendiri?” retorik Djoni yang dikenal sebagai musuh nomor satu bagi agen atau penjual
racun pestisida.
Seorang pegawai pertanian—yang kini staf Djoni—bernama Yohannes pernah menceritakan, “Sering sekali terjadi, saat kami di kedai masuk segerombolan orang yang hendak menjual
racun pestisida. Kalau itu terjadi, biasanya saya sudah was-was. Pasti akan ribut ujungnya”.
Kata Yonannes menceritakan kembali: “ Biasanya Pak Djoni akan langsung tegak dan
dengan lantang akan mengahampiri para agen pestisida itu. Ia tak akan segan-segan
mengatakan, wa-ang ka manga ?(kamu mau apa?), wa-ang kamaracun nagari ko? (Kamu
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT
BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

19

akan meracun negeri ini?). Mendengar hardikan
Pak Djoni yang keras, biasanya para agen itu akan
mundur sendiri. Dan ia akan lekas-lekas pergi dari
hadapan Djoni. Padahal pada masa itu, jabatan
Pak Djoni masih staf biasa saja, belum menjadi
kepala dinas seperti sekarang”. Sejak itu, para
agen pestisida akan kucar-kacir lari dan menjauh
kalau melihat atau mendengar ada Djoni. Bahkan,
Djoni dengan sangat beraninya memasang poster
himbauan di Alahanpanjang tentang bahaya
penggunaan pestisida. Padahal seperti yang
diketahui, petani Alahanpanjang adalah makanan
empuk bagi agen pestisida.
Yohannes juga pernah bertanya pada Djoni. “ Suatu kali saya bertanya pada Pak Djoni
yang saya panggil dengan sebutan abang. Tanya saya, apa yang ada dalam pikiran abang?
Mengapa abang begitu sangat memusuhi pestisida itu? Itulah pertanyaan saya. Saya lihat,
Pak Djoni lama terdiam. Lama ia pandang wajah saya. Pertanyaan ini saya ajukan sekitar
tahun 1988”, ujar Yohannes.
“Lalu Pak Djoni menjawab, saya bermimpi lahan kita yang indah ini terbebas dari segala
racun yang mematikan. Saya bermimpi, keseimbangan alam tetap terjaga, tak boleh ada
satu mata rantai yang putus. Saya bermimpi sebuah konsep pertanian yang ramah lingkungan
akan menjadi solusi yang tepat guna menghindari kepincangan alam yang kian
memprihatinkan kita semua. Saya bermimpi, konsep PHT akan membudaya. Dengan konsep
PHT, saya yakini tak saja akan mengurangi beban petani dalam membeli pestisida, tak saja
akan meefisiensi waktu dan hasil tani yang meningkat, namun lebih dari itu adalah, terjaganya
kelestarian alam. Pada akhirnya nanti, alam Minangkabau yang indah ini, tanah Minangkabau
yang subur ini akan mekar oleh kebun-kebun jeruk, manggis, sayuran dan lain-lain sebagainya.
Berbagai ragam tanaman hayati bersemi bak puspa indah kehidupan petani. Pertanian yang
ramah lingkungan adalah sebuah keniscayaan untuk membawa negeri yang penuh pesona
ini ke gerbang pintu agrowisata Indonesia, bila perlu menembus dunia. Dan di negeri yang
indah ini orang akan berdatangan berkunjung untuk berekreasi. Datang wisatawan, berarti
itu adalah devisa bagi kita. Bukankah kepariwisataan lahan yang tak pernah kering. Subur
lahan pertanian kita, subur lahan kepariwisataan kita, itu berarti subur lahan rakyat semesta.
Mereka datang kemari, duitnya tertinggal untuk kita semua. Begitu kata Pak Djoni pada saya.
Kata-kata yang sangat visioner itu masih terngiang oleh saya hingga sekarang”, kata Yohannes.
Ya, kembali pada Pak Djoni.
Menurut Pak Djoni, gerakan PHT di Sumbar sudah dimulai sejak tahun 1984. Berbagai
aksi telah dilakukan. Djoni berharap, kegiatan PHT akan menjadi tradisi bertani di Sumbar. “
Harapan kita, petani tak lagi tergantung pada racun”, ujar Djoni.
Kita tahu, kegiatan pencerdasan bagi petani melalui program PHT, sedang gencargencarnya dilakukan di Sumbar. Pertanyaan kita pada Pak Djoni yang sangat akrab dan dekat
dengan para petani Sumbar itu adalah mengapa petani perlu dicerdaskan?
“ Ini sudah abad 21. Tak masanya lagi membodoh-bodohi petani”, kata Djoni.
“ Petani tak pernah pensiun. Selain sebuah culture, dunia tani tak bisa dilepaskan dari
dunia bisnis. Sebuah bisnis mustahil tanpa dibekali berbagai ilmu pengetahuan dan kecakapan.
Bila petani berpengetahuan dan cerdas, otomatis kesejahtreraan petani meningkat.
Meningkatnya taraf dan harkat serta martabat petani itu berarti , secara umumnya Indonesia dan khususnya Sumatera Barat—lepas dari jerat kemiskinan yang membelenggu.
Kesejahteraan petani adalah kekuatan bagi bangsa dan negara yang kita cintai ini”, ujar Djoni
seraya menyebutkan, dalam agrowisata, daerah Sumbar memiliki keunggulan bersaing,
keunggulan mana yang jarang dimiliki oleh daerah lain. “ Lihatlah, di tepian jalan raya saja,
pelintas dapat menikmati air terjun yang bergemuruh di lembah anai”, katanya.

20

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT
BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

PELATIHAN PETANI PEMANDU

WUJUD PHT OLEH PETANI
Mengembangkan
SDM petani alumni
SLPHT perlu ditingkatkan
peranannya sebagai pemandu, fasilitator PHT
dan pengorganisator petani di daerahnya. Oleh
karena itu, petani yang
mandiri dan yang telah
mengikuti SLPHT tahun
sebelumnya perlu dilatih
dalam satu pelatihan
petani pemandu SLPHT.
Selama mengikuti pelatihan calon petani pemandu akan ditingkatkan
keterampilannya dalam hal perencanaan, persiapan SLPHT,
pelaksanaan dan evaluasi SLPHT. Selain itu peserta akan dilatih
tentang pengelolaan kegiatan PHT di lapangan, agar petani
pemandu mampu menjadi organisator pengembangan dan
penerapan PHT di wilayahnya.
Selama program nasional PHT di Sumatera Barat telah terlatih
sebanyak 120 orang petani pemandu dan telah mampu melaksanakan SLPHT oleh petani sebanyakn 80 kelompok tani atau
2.000 orang petani
Sampai kini kegiatan ini masih terus dikembangkan di
Sumatera Barat, hanya saja pola pengembangan SLPHT oleh
petani pemandu sedikit berbeda dari yang dilakukan waktu program nasional PHT terrdahulu.

PELATIHAN PETANI
PEMANDU DI SUMATERA
BARAT TELAH DIMULAI
SEMENJAK TAHUN 1998
DENGAN TUJUAN
MELETAKAN LANDASAN
BAGI TEWUJUDNYA

“PHT OLEH PETANI”,
DENGAN HARAPAN
KEGIATAN

PHT

MERUPAKAN BAGIAN DAN
KEBIASAAN SERTA
MENJADI PRILAKU
BERCOCOK TANAM
SEHARI-HARI.

Lokakarya
Kegiatan lokakarya dilakukan dengan tujuan mendukung
pencapaian kualitas pelaksanaan kegiatan terutama dalam
pelaksanaan SLPHT. Lokakarya dilaksanakan setiap paket
kegiatan. Kegiatan SLPHT oleh PHT yang sedang mengikuti
pelatihan di Field Training Facilities (FTF) dilaksanakan sebanyak
3 kali (awal, tengah dan akhir), sedangkan dalam pelaksanaan
SLPHT oleh PHP di luar FTF dikasanakan pada masing-masing
Unit Pelaksana Kabupaten (UPK) dan Unit Koordinator Wilayah
(UKW).
Pelaksanaan Lokakarya di tingkat UPK dilaksanakan sebanyak
2 kali dalam 1 tahun, hasil lokakarya tingkat UPU di bahas dalam
pelaksanaan lokakarya yang dilaksanakan di tingkat UKW
setahun sekali. Hal-hal yang dibahas pada saat lokakarya tersebut
yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan SLPHT
pada tahun yang berjalan.
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT
BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN D