Gambaran Perilaku Agresif Pada Suporter Sepak Bola Di Kota Medan

(1)

GAMBARAN PERILAKU AGRESIF PADA SUPORTER SEPAK BOLA DI KOTA MEDAN

Skripsi Psikologi

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh :

HENDRA LEVY MANURUNG 041301110

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN GANJIL 2009/2010


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya, sehingga penulis diberi kemampuan untuk menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Gambaran Perilaku Agresif Pada Suporter Sepak Bola Di Kota Medan” ini merupakan suatu karya ilmiah yang disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Psikolgi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan ini penulis banyak mendapat bantuan dari beberapa pihak dalam penyelesaian skripsi. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam proses penyusunan skripsi ini, antara lain :

1. Prof. Dr. Chairul Yoel, Sp. A (K) selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ari Widyanta, Msi, Psikolog selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas diskusi-diskusi, kesabaran serta dukungannya.

3. Ibu Raras Sutatminingsih, Msi selaku dosen Pembimbing Akademik selama saya menjalani pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Rika Eliana, Msi, Psikolog sebagai kordiantor bidang Psikologi sosial, terima kasih karena telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk bergabung kepada tim sosial.

5. Bapak Eka Danta MA., Psikolog terima kasih atas informasi metodologi penelitiannya.


(3)

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara (Pak Is, Pak Aswan, Pak Anto, dll) yang telah banyak membantu penulis dalam administrasi perkuliahan.

7. Orang tua penulis dan keluarga tercinta, yang telah memberikan semangat dan dukungan penuh. Bapak T. Manurung dan Ibu F. Br Siahaan terima kasih banyak bapak dan ibuku buat motivasi dan doanya selama ini. Buat abang dan adik-adikku semua terima kasih atas dukungan kalian semua, aku berharap kalian juga dapat segera menyelesaikan pendidikan kalian. 8. Buat temen-teman satu kampus (Joko, Rayez, Bima Sandro

Sumbayak.,S.Psi Lian B T, S.Psi, Roy Apriady Bancin., S.Psi, Raja Siregar, Benny Setiawan, OK Alfy, dan semua kawan-kawan yang tidak dapat disebutkan satu persatu ). Kalian sudah menjadi sahabat dikampusku.

9. Buat karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara (Pak Sahrial, Ari, Bang Endang, Jono, dll) terima kasih buat celotehannya selama ini.

Penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan saudara-saudara semua. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan mamfaat bagi orang-orang yang memerlukannya

Medan, September 2009 Penulis, Hendra Levy Manurung.


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Perumusan Masalah 9

C. Tujuan Penelitian 10

D. Manfaat penelitian 11

E. Sistematika Penulisan 12

BAB II LANDASAN TEORI 13

A. Perilaku Agresif 13

1. Pengertian Perilaku Agresif 13

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Agresif 15

3. Bentuk-Bentuk perilaku Agresif 18

4. Perilaku Agresif Pada pria Dan Wanita 21

5. Perkembangan Perilaku Agersif 22

6. Perilaku Agresif Dalam Telaah Lintyas Budaya 23

B. Suporter 23

1. Pengertian Suporter 23

2. Struktur Organisasi dan Keanggotaan 24

3. Keanggotaan. 24

4. Hubungan Suporter Dengan Klub 25

BAB III METODE PENELITIAN 26

A. Variabel Penelitian 26

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 27

1. Defenisi Operasional Perilaku Agresi 27

C. Populasi Dan Sampel 28

1. Populasi 28

2. Sampel 29

D. Metode Pengumpulan Data 29

1. Sumber Data 29

2. Instrumen Penelitian 30


(5)

E. Hasil Uji Coba Alat Ukur 31

1. Validitas Alat Ukur 31

F. Prosedur Penelitian 32

1. Tahap Persiapan Penelitian. 32

2. Tahap Pelaksanaan 32

3. Tahap Pengelolaan Data. 32

G. Metode Analisa Data 32

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 34

A. Gambaran Subjek Penelitian 34

1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia 34 2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin 35 3. Gambaran Subjek Penelitan Berdasarkan Suku Bangsa 35

B. Hasil Utama Penelitian 36

1. Gambaran Umum Perilaku Agresif Berdasarkan Usia 37 2. Gambaran Perilaku Agresi Berdasarkan Jenis Kelamin 38 3. Gambaran Perilaku Agresi Berdasarkan Suku 40

C. Hasil Tambahan 42

1. Menyerang Fisik 43

2. Menyerang Suatu Objek Atau Benda Mati 44

3. Menyerang Secara Verbal Atau Simbolis 45

4. Pelanggaran Terhadap Hak Milik Atau Daerah Orang Lain.

46

D. Pembahasan 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 51

A. Kesimpulan 51

B. Saran 52

1. Saran Metodologis 53

2. Saran Praktis 53

DAFTAR PUSTAKA 63


(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Distribusi Perilaku Agresi 28

Tabel 2 Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia 34

Tabel 3 Penyebaran Data Berdasarkan Jenis Kelamin 35

Tabel 4 Penyebaran Data Berdasarkan Suku Bangsa 36

Tabel 5 Gambaran Perilaku Agresif Pada Suporter Sepak Bola Di Kota Medan

37

Tabel 6 Gambaran Perilaku Agresif Remaja 37

Tabel 7 Gambaran Perilaku Agresif Dewasa 38

Tabel 8 Gambaran Perilaku Agresif Laki-Laki 39

Tabel 9 Gambaran Perilaku Agesif Perempuan 39

Tabel 10 Gambaran Perilaku Agresif Suku Padang 40

Tabel 11 Gambaran Perilaku Agresif Suku Batak 41

Tabel 12 Gambaran Perilaku Agresif Suku Jawa 41

Tabel 13 Gambaran Perilaku Agresi Suku Melayu 42

Tabel 14 Gambaran Perilaku Agresif Bentuk Menyerang Fisik 43

Tabel 15 Gambaran Perilaku Agresif Bentuk Menyerang Suatu Objek Atau Benda Mati

44

Tabel 16 Gambaran Perilaku Agresif Bentuk Menyerang Secara Verbal Atau Simbolis

45

Tabel 17 Gambaran Perilaku Agresif Bentuk Pelanggaran Terhadap Hak Milik Atau Daerah Orang Lain


(7)

Gambaran Perilaku Agresif Pada Suporter Sepak Bola Di Kota Medan Hendra dan Ari Widianta

ABSTRAK

Kerusuhan antara suporter sepak bola akhir-akhir ini semakin meningkat. Ekkers (dalam Gunarsa, 1989) dalam penelitiannya mengatakan olah raga sering menaikkan tingkat aktivasi melalui aneka ragam emosi dan tanda-tanda agresivitas, sehingga memungkinkan timbulnya agresivitas pada atlet maupun penonton. kerusuhan yang terjadi biasanya di sebakan karena im yang di bela oleh suporter mengalami kekalahan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui bentuk gambaran perilaku agresif pada suporter sepak bola di Kota Medan.

Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 200 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan incidental sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan angket yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori Meddisun dan Johnson (dalam Dayakisni, 2003). Dari hasil penelitian ini menunjukkan 5,59 % bentuk perilaku agresif adalah menyerang secara verbal atau simbolis, sehingga dapat disimpulkan bahwa bentuk perilaku agresif pada suporter sepak bola di Kota Medan adalah menyerang verbal atau simbolis.


(8)

Gambaran Perilaku Agresif Pada Suporter Sepak Bola Di Kota Medan Hendra dan Ari Widianta

ABSTRAK

Kerusuhan antara suporter sepak bola akhir-akhir ini semakin meningkat. Ekkers (dalam Gunarsa, 1989) dalam penelitiannya mengatakan olah raga sering menaikkan tingkat aktivasi melalui aneka ragam emosi dan tanda-tanda agresivitas, sehingga memungkinkan timbulnya agresivitas pada atlet maupun penonton. kerusuhan yang terjadi biasanya di sebakan karena im yang di bela oleh suporter mengalami kekalahan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui bentuk gambaran perilaku agresif pada suporter sepak bola di Kota Medan.

Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 200 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan incidental sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan angket yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori Meddisun dan Johnson (dalam Dayakisni, 2003). Dari hasil penelitian ini menunjukkan 5,59 % bentuk perilaku agresif adalah menyerang secara verbal atau simbolis, sehingga dapat disimpulkan bahwa bentuk perilaku agresif pada suporter sepak bola di Kota Medan adalah menyerang verbal atau simbolis.


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dewasa ini banyak media yang membicarakan tentang agresi sebagai istilah yang memayungi berbagai macam manifestasinya. Dewasa ini media massa hampir setiap hari melaporkan tentang berbagai insiden agresi dari hampir seluruh wilayah kedudukan sosial. Banyak diantara insiden yang disulut oleh sebab-sebab sepele berakhir menjadi kekerasan serius. Bentuk-bentuk agresi yang terjadi di lingkungan publik, sayangnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari seperti bullying di sekolah dan ditempat kerja, agresi yang di motivasi oleh prasangka etnis dan kepentingan politik dan agresi yang timbul dari konfrontasi antar kelompok yang saling bermusuhan, seperti hooliganisme di dunia sepak bola dan lain-lain.

Russell (1993) mengatakan bahwa diluar peperangan, olah raga merupakan salah satu wahana bagi tindakan agresi yang ditoleransi oleh sebagian besar masyarakat. Perilaku agresi tidak hanya terjadi pada pemain tetapi juga terjadi pada penonton. Selanjutnya Arm, dkk (1979) dalam penelitiannya menyatakan bahwa responden yang menonton pertandingan gulat atau pertandingan hoki menunjukkan sikap bermusuhan yang lebih tinggi dibandingkan penonton lomba renang (kondisi kontrol non agresif). Pada


(10)

pertandingan olah raga beregu dan profesional, kekerasan fisik juga terjadi pada penonton, seperti kerusuhan antara suporter sepak bola atau kasus hooliganisme

Salah satu faktor penting dari sepak bola adalah keberadaan suporter atau pendukung sepak bola. Kehadiran suporter dapat meningkatkan motivasi pemain sehingga pertandingan semakin seru. Bagi klub, suporter sudah menjadi aset berharga karena dapat menguntungkan seperti penjualan tiket masuk ke stadion, penjualan merchandise klub (kostum, pernak, pernik sepak bola dan lain-lain) dan dapat juga merugikan klub seperti kerusuhan yang dapat merusak fasilitas stadion sampai sanksi yang diberikan oleh otoritas tertinggi sepak bola berupa denda, sehingga perlu pengarahan dan pengaturan yang cermat agar potensi negatif dari suporter bisa diminimalkan dan mengembangkan potensi positif untuk menuju iklim yang kondusif bagi sepak bola secara umum (Satujiwa, 2007)

Menurut Hinca (2007), Suporter atau fans club adalah sebuah organisasi yang terdiri dari sejumlah orang yang bertujuan untuk mendukung sebuah klub sepak bola. Suporter harus berafiliasi dengan klub sepak bola yang didukungnya, sehingga perbuatan suporter akan berpengaruh terhadap klub yang didukungnya. Klub dapat diberikan sanksi apabila suporter baik perorangan maupun per grup melakukan tindakan yang merusak atau tindakan anarki. Namun, klub juga harus menyediakan fasilitas dalam bentuk subsidi finansial, infrastruktur dan pendidikan kepada suporter. Klub juga harus memberikan penjelasan kepada suporter mengenai peraturan permainan, dan peraturan perwasitan yang bertujuan agar suporter dapat lebih mengerti peraturan yang berlaku. Suporter harus berlaku


(11)

sopan dan memberikan dukungan, sehingga akan memberi respons positif dari penonton atau suporter yang lain sehingga tingkat kerusuhan dapat di minimalisir.

Ajiwibowo (2007), suporter saat ini mengambil dua peran sekaligus yaitu sebagai penampil (performer) dan penonton (audience). Sebagai penampil (performer) yang ikut menentukan jalannya pertandingan sepakbola, suporter kemudian menetapkan identitas yang membedakannya dengan penonton biasa. Suporter jauh lebih banyak bergerak, bersuara dan berkreasi di dalam stadion dibanding penonton yang terkadang hanya ingin menikmati pertandingan sepak bola dari kedua tim yang bertanding. Suporter dengan peran penyulut motivasi dan penghibur itu biasanya membentuk kerumunan dan menempati area atau tribun tertentu di dalam stadion. Para suporter ini menemukan kebahagiaan dengan jalan mendukung secara all out tim kesayangannya, sekaligus memenuhi kebutuhan mereka akan kepuasan yang tidak dapat dilakukan sendirian.

Suryanto (1996) mengatakan penonton adalah orang yang melihat atau menyaksikan pertandingan sepakbola, sehingga bersifat pasif. Sementara itu suporter adalah orang yang memberikan dukungan, sehinga bersifat aktif. Di lingkungan sepakbola, suporter erat kaitannya dengan dukungan yang dilandasi oleh perasaan cinta dan fanatisme terhadap tim. Dalam hal ini terdapat tiga alasan dalam pemakaian makna penonton dengan suporter: pertama, penonton maknanya lebih luas dari suporter artinya setiap suporter adalah penonton, tetapi tidak semua penonton adalah suporter. Kedua tidak semua suporter juga memakai atribut tim yang didukungnya sehingga sulit mengidentifikasi apakah seseorang sebagai


(12)

suporter atau penonton. Ketiga baik penonton maupun suporter juga bisa melakukan tindakan agresi ketika berada dalam suatu situasi dan kondisi lingkungan tertentu

Ekkers (dalam Gunarsa, 1989) dalam penelitiannya mengatakan olah raga sering menaikkan tingkat aktivasi melalui aneka ragam emosi dan tanda-tanda agresivitas, sehingga memungkinkan timbulnya agresivitas pada atlet maupun penonton. Atlet dan penonton dalam pertandingan melakukan tingkah laku agresif tanpa perasaan bersalah. Bahkan agresivitas dibenarkan dalam usaha mencapai kemenangan dan tujuannya. Dengan demikian terjadinya perubahan dalam penilaian mereka, yakni perilaku agresif tidak lagi menimbulkan perasaan bersalah, tidak di hukum, tidak dianggap sebagai pelanggaran melainkan dibenarkan.

Perilaku suporter Indonesia dewasa ini menunjukkan sikap fanatisme yang berlebihan yang dimanifestasikan dalam perilaku agresif seperti kerusuhan antar suporter, pengerusakan fasilitas stadion dan di luar stadion, cacian, cemohan, dan lain-lain ketika tim kesayangannya kalah atau tidak puas dengan hasil pertandingan. Besarnya dukungan suporter tidak saja memberikan konsekuensi positif terhadap tim, melainkan juga memberikan dampak negatif pada tim, terutama akibat tindakan agresi atau kebrutalan yang ditimbulkannya. Seperti kerusuhan yang terjadi yang dilakukan pendukung pada saat pertandingan antara Persija Jakarta melawan Persikab di Bogor dan melawan Persita di Tangerang dalam pertandingan Liga Djarum Indonesia, sehingga Komisi Disiplin PSSI


(13)

(Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) menjatuhkan sanksi kepada tim Persija denda sebesar 25 (dua puluh lima) juta Rupiah. (Media Indonesia, 2008)

Faktor yang berpengaruh pada perilaku agresif sangat beragam dan kompleks. Salah satunya faktor sosial yaitu; pertama, frustasi dimana ketika individu gagal mendapatkan apa yang diinginkan atau diharapkan dan dengan demikian dapat menimbulkan perilaku agresif. Kedua, provokasi yaitu aksi yang dilakukan orang lain yang memicu agresi individu, ketika individu mendapatkan perlakuan yang membuatnya marah atau terganggu oleh karena seseorang individu. Seperti kasus pada pertandingan antara PSMS Medan dengan PSIS Semarang, manajer PSIS Yoyok Sukawi mencoba memukul wasit Sunarjo karena menilai tidak adil dalam memimpin pertandingan. Akibat tindakannya, suporter PSIS jadi terprovokasi dengan melempari wasit dengan tong sampah ketika dia diamankan keluar stadion. (Kompas, 2008).

Baron (2002) juga mengatakan bahwa faktor situasional dapat membuat individu untuk terpancing untuk berperilaku agresif. Faktor meminum minuman keras dalam jumlah yang melewati batas, suhu yang tinggi atau panas, kepadatan, kebisingan dan ditengah keramaian atau massa. Hal ini dapat dilihat pada suporter fanatik Dynamo Dresden di Jerman. Sebelum mereka masuk stadion, para suporter menunggu kedatangan tim kesayangannya sambil menikmati minuman beralkohol yaitu bir, sehingga tidak jarang para suporter Dynamo Dresden bentrok dengan suporter lain yang mengakibatkan pihak kepolisian dan dari pihak suporter mengalami luka serius. (Elshinta, 2003)


(14)

Bandura (1983), menyatakan bahwa perilaku agresi merupakan perilaku yang dipelajari dari pengalaman masa lalu, apakah melalui pengamatan langsung (imitasi), pengukuh positif, dan karena stimulus negatif. Sifat asertif pemain atau perilaku agresi yang di perlihatkan oleh pemainnya selama pertandingan memberikan stimulus agresif tambahan yang bisa menguatkan kecenderungan agresif penontonnya. Selanjutnya, Simon dan Taylor (1992) menyatakan bahwa olah raga yang membutuhkan kontak fisik ekstensif lebih mungkin meningkatkan kecenderungan agresif penontonnya. Seperti hasil kutipan wawancara dengan beberapa suporter sepak bola yang ada di kota Medan., yaitu J (20 tahun)

“biasanya kalau kondisi tim sedang menang ekspresi penonton itu senang seperti ketawa, menari-nari dan kalaupun perilaku agresif yang di tunjukkan yaitu dengan mengolok-olok pemain lawan yang kalah seperti bodoh kali kau main bola, dikandang lembu aja maen bola. Maen di tarkam (antar kampung) aja kau tidak cocok maen di liga”.

Hal serupa juga dikemukakan oleh L (20 tahun) dengan mengatakan, “kalau tim kalah, ekspresi yang di tunjukkan adalah kekecewaan seperti diam dan kadang-kadang memaki pemain baik lawan ataupun pemain yang didukung dan tidak terdorong untuk memotivasi. Sebenarnya pada saat kalah itulah suporter harus memberi motivasi dengan meneriakkan yel-yel. Tapi kalau sudah keadaan seri suporter baru memberi motivasi. Tapi suporter PSMS Medan kadang-kadang jika melihat timnya kalah kadang-kadang ekspresi kekecewaan ditunjukkan dengan membela tim lawan dan memaki-maki tim yang didukung”.

Demikian juga menurut D (36 tahun) yaitu

“kalau di Medan, Suporter melempari botol minuman ke stadion biasanya lawan-lawannya adalah tim yang jadi saingan di liga dan kadang kadang


(15)

ada unsur balas dendam karena ketika tim PSMS Medan bertandang mereka diperlakukan kasar oleh suporter lawan dan motivasi penonton melempar botol ke stadion adalah untuk menurunkan motivasi lawan”.

Burhanuddin (1997), mengindikasikan bahwa tindak kerusuhan pada suporter sepak bola dan agresivitas massa muncul dari arus sosial yang menghanyutkan emosi mereka ke luar kontrol kesadaran dirinya sendiri. Tindakan tersebut merupakan gejala sosial yang tidak memiliki bentuk yang jelas dan bisa saja terjadi pada setiap orang. Seperti yang terjadi pada stadion Brawijaya Kediri, Aremania (suporter klub sepak bola Arema) melakukan aksi kerusuhan dengan masuk kedalam stadion dan memukul wasit. Bahkan diluar stadion Aremania menunjukkan agresif nya dengan melakukan pembakaran dan fasilitas lain dari stadion Brawijaya. (Kompas, 2008).

Dari hasil penelitian Suryanto (2005) pada suporter sepak bola Jawa Timur pada PON XV/2000 mengatakan walaupun suporter tersebut pernah berkonflik ketika membela klub nya masing-masing, tetapi interaksi sesama penonton yang pernah berkonflik di saat mendukung klub sepak bola sangat baik. Ada pencairan identitas sosial penonton sepak bola ketika kepentingan dan tujuan yang lebih tinggi yang harus dicapai. Seperti Lamongan, Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Malang, Kediri, dan lain-lain kota di Jawa Timur tidak lagi menjadi sasaran identitas tersebut. Semua pendukung tim kota beralih menjadi pendukung tim wilayah propinsi. Peralihan dukungan tentunya dilandasi oleh problem-problem psikologis seperti persepsi, interaksi dan faktor situasional yang memungkinkan kelangsungan proses identifikasi yang dijalani


(16)

Durkheim (dalam Burhanuddin, 1997) menyatakan bahawa setiap fakta (gejala) sosial selalu memiliki karakteristik yang bersifat eksternal. Ada fakta sosial yang bersifat memaksa individu. Fakta ini bersifat umum atau tersebar secara meluas dalam masyarakat. Ia bukan sekedar hasil penjumlahan beberapa fakta individu per orangan melainkan benar-benar bersifat kolektif yang secara keseluruhan telah mempengaruhi setiap individu. Berdasar asumsi diatas, luapan kemarahan dan emosi dalam berbagai kerusuhan tersebut meskipun berskala massal dan merupakan kumpulan dari sejumlah individu, tapi luapan dan emosinya secara substansial tidak datang dari individu-individu itu sendiri. Mereka secara reflektif bertindak melakukan kerusahan dan kekerasan jika dalam kondisi berkumpul. Jika dalam kondisi sendirian dan secara sadar lebih menguasai dirinya.

Ancaman atau serangan sering menimbulkan pembalasan respon yang agresif. Jika seseorang yang diancam oleh orang lain, maka sebagai responnya dapat berupa perilaku yang agresif. Suatu kelompok yang diserang oleh kelompok yang lain akan memberikan respon yang agresif pula. (Walgito, 2007) Selanjutnya, Wann dkk (1999) memperlihatkan bahwa individu-individu yang terlibat atau sedang menonton olah raga agresif percaya pada ide tentang katarsis simbolis yang terdapat dalam olah raga. Seperti dalam wawancara kepada salah satu suporter PSMS Medan

“saya datang ke stadion teladan karena saya merasa stress dan jenuh akibat persoalan ekonomi yang saya hadapi. Pada saya di stadion saya bisa mengeluarkan suntuk saya dengan mencaci maki para pemain lawan atau pemain PSMS yang terlihat bodoh dan juga kadang-kadang kepada aparat kepolisian. Setelah selesai pertandingan stress yang saya hadapi biasanya sedikit berkurang”


(17)

Fenomena kerusuhan yang diakibatkan suporter sepak bola di Indonesia tidak hanya terjadi di kota-kota besar, melainkan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Seperti yang terjadi di Medan, saat PSMS Medan melawan PSIS Semarang di Stadion Teladan. Sebelum pertandingan selesai ribuan suporter yang berada di tribun tertutup masuk kedalam lapangan sambil melempari pemain dengan potongan kayu dan besi. Kemarahan massa menyerbu pemain ke tengah lapangan, kemungkinan disebabkan kekalahan yang diderita PSMS Medan. (Kompas, 1998)

PSMS Medan sendiri memiliki dua suporter resmi yang sudah terdaftar dalam Assosiasi Suporter Seluruh Indonesia yaitu KAMPAK FC dan SMeck FC. Walaupun keduanya sama-sama mendukung PSMS Medan tetapi kedua komunitas tersebut berbeda secara organisasi.

Kampak FC adalah singkatan dari Kesatuan Anak Medan Pecinta Ayam kinantan yang berdiri pada tanggal 14 Februari 2001 dan menjadi suporter resmi yang mendukung tim sepak bola professional yaitu PSMS Medan. KAMPAK FC mempunyai visi dan misi sebagai badan usaha yang kreatif dan inovatif untuk mengawal dan mendukung PSMS Medan untuk menjurai Liga Indonesia.(Sumut Pos, 2001)

Demikian juga dengan SMeCK FC yang merupakan singkatan dari Suporter Medan Cinta Kinantan yang berdiri pada tanggal 30 September 2003 juga mempunyai tujuan yang sama dengan KAMPAK FC yaitu mendukung PSMS Medan bertanding di liga Indonesia sehingga kejayaan PSMS Medan terangkat lagi di kancah persepakbolaan nasional. (Waspada, 2004)


(18)

Pertandingan sepak bola dari tahun ke tahun saat kompetisi tengah berjalan, dapat dipastikan selalu terjadi kerusuhan. Baik itu di dalam arena stadion maupun di luar stadion, bahkan hingga memakan korban jiwa. Titik terang sepak bola nasional sebagal hiburan masyarakat, tontonan yang menarik, indah dipandang dengan mata telanjang akan menjadi bumerang di kemudian hari. Penonton senatiasa merasa was - was, tidak nyaman, dan ketakutan saat duduk di Stadion melihat pertandingan sepak bola secara langsung. Hal ini karena keselamatan mereka belum tentu terjamin. (Haristanto, 2005)

Berdasarkan pemaparan diatas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran agresivitas suporter sepak bola di Kota Medan.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan fenomena di atas peneliti ingin mengetahui beberapa hal yang dirumuskan dalam pertanyaan dibawah ini :

“Bagaimana gambaran bentuk perilaku agresi secara umum pada suporter sepak bola di Kota Medan”

Secara mendetail, operasionalisasi permasalahan dalam penelitian ini bisa dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa bentuk umum Perilaku Agresi pada suporter sepak bola di Kota Medan?

2. Apa bentuk Perilaku Agresi pada suporter sepak bola di Kota Medan, di tinjau dari Usia, jenis kelamin, suku?


(19)

C.TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran secara umum perilaku pada suporter sepak bola di Kota Medan.

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun yang diperoleh dari penlitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis.

Diharapakan dari penelitian ini dapat menambah wawasan dan khasanah ilmu psikologi khususnya bidang psikologi sosial mengenai perilaku agresif pada suporter sepak bola

2. Manfaat praktis

a. Kepada PSSI (Persatuan Sepak Bola Indonesia) sebagai lembaga tertinggi sepak bola di Indonesia untuk dapat mengetahui gambaran kecenderungan perilaku agresi pada suporter sepak bola khususnya di Kota Medan agar dapat mengambil kebijakan dalam menangani suporter sepak bola dan kepada BLI (Badan Liga Indonesia) dan panitia penyelenggara dapat membuat langkah preventif dalam menangani suporter.

b. Sebagai masukan kepada PSMS Medan, agar dapat memahami bentuk-bentuk perilaku agresi yang terjadi pada suporter sepak bola yang sudah ber afiliasi dengan klub.

c. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian-penelitian lainnya.


(20)

E. SISTEMATIKA PENULISAN.

Penelitian ini dibagi atas tiga bab dan masing-masing bab dibagi atas beberapa sub-bab. Sistematika penulisan penelitian ini adalah:

Bab I : Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Bab ini menguraikan kepustakaan yang menjadi landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian.

Bab III : Metodologi Penelitian

Bab ini menceritakan tentang metode kuantitatif yang digunakan dalam penelitian yang meliputi identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional, populasi, dan metode pengambilan sampel, instrumen atau alat ukur yang digunakan, prosedur penelitian, dan metode analisis data. Bab IV : Analisa Data Dan Pembahasan.

Terdiri dari uraian singkat hasil penelitian, interpretasi data dan pembahasan.


(21)

BAB II Landasan Teori A. PERILAKU AGRESI

A.1 Pengertian Perilaku Agresi

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah agresif. Mungkin terlintas dalam pikiran kita segala tindakan yang berbentuk negatif, berupa kekerasan atau perilaku-perilaku aktif. Secara umum agresif dapat diartikan sebagai suatu serangan yang dilakukan oleh organisme terhadap organisme lain, objek lain atau bahkan pada dirinya sendiri (Dayakisni & Hudaniah, 2003)

Robert Baron (dalam Koeswara, 1998) menyatakan bahwa agresi adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakai individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Defenisi dari Baron ini mencakup empat faktor tingkah laku, yaitu : tujuan untuk melukai atau mencelakakan, individu yang menjadi pelaku, individu yang menjadi korban dan ketidakinginan si korban menerima tingkah laku si pelaku.

Menurut Baron dan Richardson (dalam Krahe, 2005) mendefenisikan perilaku agresi yaitu segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai makhluk hidup lain yang terdorong untuk menghindari perilaku itu.

Kartono (2002), mengungkapkan bahwa agresi adalah ledakan-ledakan emosi dan kemarahan hebat meluap-luap dalam bentuk sewenang-wenang, penyerangan, penyergapan, serbuan kekejaman, perbuatan-perbuatan yang


(22)

menimbulkan penderitaan dan kesakitan, pengrusakan, dan tindakan permusuhan ditujukan kepada sesorang atau benda.

Medinnus dan Johnson (1974), menjelaskan bahwa tingkah laku agresi bisa berupa tingkah laku fisik maupun secara verbal. Agresivitas menurut penelitian Jersild dan Marley (1978), ditunjukkan melalui berbagai macam bentuk tingkah laku seperti menyerang orang lain, mengancam secara fisik maupun verbal, menuntut orang lain, mencoba memaksa untuk memiliki benda-benda yang bukan miliknya.

Berkowitz (dalam Koeswara, 1988) mendefenisikan agresi dalam hubungannya dengan pelanggaran norma atau perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial. Selanjutnya Berkowitz membedakan dua macam agresif yaitu agresif instrumental dan agresi benci atau disebut juga agresi impulsive. Agresi instrumental adalah agresi yang dilakukan oleh individu sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan tertentu. Agresi benci atau agresi impulsive adalah agresi yang dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan keinginan untuk melukai atau menyakiti, atau agresi tanpa tujuan selain untuk menimbulkan efek kerusakan, kesakitan atau kematian pada sasaran.

Menurut Baron dan Byrne (1990), perilaku agresif adalah segala bentuk perilaku yang disengaja terhadap orang lain yang bertujuan untuk melukainya dan orang yang dilukainya tersebut berusaha untuk menghindarinya.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif adalah perilaku yang dilakukan dengan niat menimbulkan akibat negatif terhadap targetnya dan sebaliknya menimbulkan harapan bahwa tindakan itu akan


(23)

menghasilkan sesuatu oleh individu atau pun kelompok dengan menggunakan kekerasan fisik atau verbal.

A.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Agresi.

1. Faktor sosial, terdiri dari 3 elemen :

Frustasi, terjadi karena ketika individu gagal mendapatkan apa yang diingingkan atau diharapkan dan dengan demikian dapat menyebabkan timbulnya perilaku agresif.

Provokasi, adalah aksi yang dilakukan oleh orang lain yang memicu agresi individu. Ketika individu mendapatkan perlakuan yang membuatnya marah atau terganggu oleh karena seseorang, individu cenderung membalas perlakuan yang tidak menyenangkan itu kepada orang yang memberikan perlakuan tersebut.

Media kekerasan, yang menyajikan tayangan-tayangan berbau tindakan agresif. Ress & Roth, 1993 menyatakan bahwa film-film banyak yang bermuatan kekerasan bahkan tayangan kekerasan tersebut lebih banyak dalam kehidupan nyata.

2. Faktor Personal.

Pengaruh dari tipe kepribadian A yang berkarakteristikkan berjiwa kompetitif, orientasi pada waktu dan bersifat hostility (bermusuhan) lebih agresif dibandingkan dengan individu dengan tipe kepribadian B dengan karakteristik yang berlawanan dengan tipe kepribadian B.


(24)

Selain itu, keinginan personal individu untuk menjadi sosok yang memiliki kekuasaan menjadi determinan penting dalam perilaku agresif karena hasrat tersebut mendorong individu untuk menghalalkan segala cara untuk menggapai keinginannya.

3. Faktor Situasional

Didasarkan pada keadaan disekitar individu yang membuat individu terpancing untuk berperilaku agresif. Faktor meminum minuman keras dalam jumlah yang melewati batas atau mabuk, suhu yang tinggi atau panas, kepadatan, kebisingan dan polusi udara menunjukkan bahwa faktor-faktor ini mendorong terjadinya perilaku agresif

Menurut Deaux, (1993) faktor atau kondisi yang mempengaruhi munculnya perilaku agresif yaitu :

1. General arousal

Model general arousal menunjuk pada keadaan arousal yang umum yang akan meningkatkan kecenderungan tingkah laku agresi. Zilmann berpendapat bahwa ekspresi kemarahan maupun emosi yang lainnya tergantung pada tiga faktor yaitu kebiasaan / watak seseorang yang dipelajari, beberapa sumber yang memberikan arousal, dan interprestasi seseorang tentang keadaan arousal

2. Serangan secara fisik dan verbal

Perkataan langsung dan serangan fisik adalah pengaruh yang paling nyata dalam tingkah laku agresif. Dalam segala kemungkinan seseorang akan


(25)

terpancing (dan akan bereaksi) untuk membalas agresi fisik dan verbal tersebut.

3. Dorongan pihak ketiga

Agresi tidak selalu muncul dalam keadaan terisolasi. Seringkali orang-orang lain yang berada disekitar kita ikut terlibat dalam interaksi. Contohnya dalam suatu pertarungan penonton penonton dapat secara antusias memaksa petarung favorit mereka untuk menghancurkan lawan. 4. Deindividusiasi

Saat orang-orang tidak bisa terindentifikasi, mereka cenderung untuk membentuk sikap anti sosial. Jelasnya, agresi lebih mungkin dan lebih dapat ditoleransi saat kita tidak bisa melihat konsekuensi dari tindakan kita 5. Kondisi lingkungan

Kondisi lingkungan sering kali mempengaruhi mood seseorang. Donnerstein dan Wilson (1976) berdasarkan hasil penelitiannya menemukan bahwa tingkat tingkat keributan dapat menambah tingkat agresif. Kondisi udara yang tidak menyenangkan seperti asap, kabut, juga mempengaruhi sikap agresi. Banyak orang juga mempengaruhi sugesti dalam hubungan antara temperatur dan kekerasan. Robert Baron dan mahasiswanya menemukan bahwa dalam beberapa kondisi, cuaca panas menambah kecenderungan sikap agresi, bahkan pada subjek yang tidak sedang marah.


(26)

6. Media massa

Di beberapa media televisi sering menampilkan program yang acaranya sebagian besar berupa penayangan film yang bertemakan kekerasan, perkelahian, pemukulan, pembunuhan, kekerasan media massa semacam ini dianggap dapat merangsang untuk berperilaku agresif.

7. Frustasi

Tahun 1939 Dollard, Miller, Mowrer dan Sears membuat hipotesa bahwa frustasi adalah sebagai penyebab dari agresi. Hipotesa frustai – agresi mengangatakan bahwa “terjadinya agresi selalui diikuti oleh frustasi”. Disisi lain Wagiman (1997) menyatakan bahwa hukuman merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mendisiplinkan anak. Namun hukuman juga dapat mengakibatkan anak menjadi frustasi. Sesuai dengan hipotesa frustasi – agresi, keadaan frustasi akaan mengakibatkan anak menjadi agresif.

A.3 Bentuk Perilaku Agresi

Menurut Buss, (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003 ) agresi dapat terjadi dalam beberapa bentuk. Dapat di ekpresikan secara verbal, seperti memaki atau penyerangan meliputi serangan langsung terhadap orang lain atau serangan tidak langsung sebagai contoh posesif terhadap orang lain. Agresi dapat diekspresikan secara pasif, seperti ketika seseorang menghalangi pekerjaan orang lain dengan mengalihkan perhatian orang tersebut atau sikap tidak mau bekerja sama.


(27)

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Buss (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003) membagi agresi kedalam beberapa bentuk yaitu:

1. Agresi fisik aktif langsung

Agresi fisik aktif langsung adalah tindakan agresi fisik yang dilakukan individu atau kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi target dan terjadi kontak fisik secara langsung. Contohnya memukul, menikam atau menembak seseorang. 2. Agresi fisik pasif langsung

Agresi fisik pasif langsung adalah tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak fisik secara langsung. Contohnya memasang ranjau atau jebakan untuk melukai orang lain, menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh orang lain. 3. Agresi fisik aktif tidak langsung

Agresi fisik aktif tidak langsung adalah tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya namun tidak terjadi kontak fisik secara langsung. Contohnya demonstrasi, aksi mogok dan aksi diam

4. Agresi fisik pasif tidak langsung

Agresi fisik pasif tidak langsung adalah tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak fisik


(28)

secara langsung. Contohnya tidak peduli, apatis, masa bodoh, menolak melakukan tugas penting, tidak mau melakukan perintah.

5. Agresi verbal aktif langsung.

Agresi verbal aktif langsung adalah tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain. Contoh menghina orang lain dengan kata-kata yang menyakitkan, mengomel.

6. Agresi fisik aktif langsung.

Agresi verbal aktif tidak langsung adalah tindakan agresi yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya. Contoh menyebarkan berita tidak benar atau gosip tentang orang lain.

7. Agresi verbal pasif langsung.

Agresi verbal pasif langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individu atau kelompok lain namun tidak terjadi kontak verbal secara langsung seperti menolak bicara, bungkam

8. Agresi verbal pasif tidak langsung.

agresi verbal pasif tidak langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok lain yang menajdi targetnya dan tidak terjadi kontak verbal secara langsung, seperti tidak memberi dukungan, tidak menggunakan hak suara.


(29)

Sementara itu Medinus dan Johnson (dalam Dayakisni, 2003) mengelompokkan agresi menjadi empat kategori, yaitu :

1. Menyerang fisik, yang termasuk didalamnya adalah memukul, mendorong, meludahi, menendang, menggigit, meninju, memarahi dan merampas. 2. Menyerang suatu objek, yang dimaksudkan disini adalah menyerang benda

mati atau binatang

3. Secara verbal atau simbolis, yang termasuk didalamnya adalah mengancam secara verbal, memburuk-burukkan orang lain, sikap mengancam dan sikap menuntut.

4. Pelanggaran terhadap hak milik atau menyerang daerah orang lain.

A.4 Perilaku Agresif Pada Pria Dan Wanita.

Menurut Condry dan Ross (dalam Hogg dan Vaughan, 2002) sejak awal masa anak-anak, laki-laki cenderung lebih agresif daripada wanita. Hocker (dalam sarwono, 2000) menyebutkan bahwa perbedaan proses sosialisasi antara pria dan wanita menghasilkan perbedaan agresivitas antara keduanya. Perbedaan ini mudah terlihat dalam tingkah laku bermain. Anak laki-laki melakukan permainan yang menuntut kekuatan motorik, bersifat ekspansif dan agresif (bermain bola, perang-perangan) sedangkan anak perempuan melakukan permainan yang menuntut kehalusan motorik dan non agresif (masak-masakan, bermain boneka).

Menurut Maccobay & jacklin kebanyakan laki-laki lebih agresif daripada kebanyakan wanita (dalam Santrock, 2003). Darvill & Cheyne (dalam Hetherington, 1999) menyatakan bahwa pola agresivitas pada laki-laki dan


(30)

perempuan berbeda dalam cara tertentu. Laki-laki cenderung membalas setelah diserang daripada perempuan.

Hasil penelitian Sears (dalam Koeswara, 1988) menemukan bahwa anak laki-laki lebih agresif dibandingkan wanita. Anak wanita cenderung melakukan penyerangan secara psikologis seperti perilaku agresif secara verbal, sedangkan laki-laki memperlihatkan perilaku agresifnya dengan melakukan penyerangan fisik.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa laki-laki cenderung lebih agresif dibandingkan wanita.

A.5 Perkembangan Perilaku Agresi.

Menurut Loeber dan Hay (Krahe, 2005) mengatakan sampai batas tertentu agresi bersifat normatif umur (age-normatif) dikalangan anak-anak dan remaja. Ini berarti bahwa perilaku yang dilakukan dengan niat menyakiti orang lain diperlihatkan, paling tidak sekali-sekali, oleh banyak atau kebanyakan anggota kelompok umur ini. Tetapi, ada sejumlah anak dan remaja yang menyimpang dari proses perkembangan normal ini.

Pada tahun-tahun awal sekolah, perbedaan gender dalam hal agresi menjadi tampak jelas. Anak laki-laki pada umumnya memperlihatkan tingkat agresi fisik yang lebih tinggi daripada umumnya memperlihatkan tingkat agresi fisik yang lebih tinggi daripada perempuan.

Loeber dan Hay (Krahe, 2005) mengemukakan bahwa perilaku agresi berubah tingkat dan polanya pada masa remaja dan pada masa dewasa-muda.


(31)

Perubahan penting pada perilaku agresif tersebut karena lebih terorganisasi secara sosial. Selanjutnya Loeber dan Stouthamer (1998) mengatakan bahwa perilaku agresi terus menurun sebagaimana fungsi umur.

Berdasarkan diatas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan tingkat perilaku agresi dengan perkembangan usia.

A.6. Perilaku Agresi Dalam Telaah Lintas Budaya

Menurut Krahe (2005) semua perilaku agesif dapat terjadi di semua masyarakat, tetapi akan beragam tingkat agresifnya. Biasanya mereka melakukan tindakan agresi dalam tingkatan yang berbeda, dalam cara yang berbeda, dan untuk alasan yang berbeda.

Hasil penelitian Landau (dalam Dayakisni, 2004) menunjukkan ada tingkat pembunuhan yang relatif tinggi dan konsisten (Finlandia, Israel, USA, dan Jerman), sementara yang lain menunjukkan angka pembunuhan yang relatif rendah dan stabil (Austria, Swiss, Inggris, Nederland, Swedia, Norwegia, ddan Denmark) sedangkan Jepang memiliki tingkat pembunuhan yang rendah dan semakin menurun.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan adanya pengaruh budaya dalam perilaku agresif.


(32)

B. SUPORTER

B.1 Pengertian Suporter

Menurut Hinca (2007), Suporter atau fans club adalah sebuah organisasi yang terdiri dari sejumlah orang yang bertujuan untuk mendukung sebuah klub sepak bola. Suporter harus berafiliasi dengan klub sepak bola yang didukungnya, sehingga perbuatan suporter akan berpengaruh terhadap klub yang didukungnya.

Suryanto (1996) mengatakan Suporter adalah orang-orang yang memberikan dukungan atau support kepada satu tim yang di bela.

B.2 Struktur Organisasi dan Keanggotaan. B.2.1 Struktur Organisasi.

Berdasarkan peraturan PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia), dalam organisasi fans club atau Suporter setidaknya harus terdiri dari :

1. Ketua 2. Sekretaris 3. Bendahara

4. Kordinator Suporter 5. Kordinator Humas 6. Kordinator keamanan

7. Kordiantor Peralatan atau Perlengkapan 8. Kordiantor Transportasi.


(33)

B.2.2 Keanggotaan.

Mengenai keanggotaan sebuah suporter, BLI (Badan Liga Indonesia) menetapkan peraturan sebagai berikut :

1. Terdaftar sebagai anggota suporter dalam organisasi suporter

2. Terikat dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh suporter yang bersangkutan

3. Anggota membayar iuran bulanan yang jumlahnya ditentukan oleh organisasi suporter

4. Anggota mendapat kartu suporter yang didalamnya terdapat nomor keanggotaan fan yang bersangkutan

5. Lama berlakunya keanggotaan ditentukan oleh suporter yang bersangkutan

6. Anggota dapat membeli tiket dari pengurus suporter dengan potongan harga

7. Dengan menjadi anggota suporter, anggota mendapatkan keuntungan-keuntungan yang ditentukan dalam peraturan keanggotaan suporter yang bersangkutan.

B.3 Hubungan Suporter Dengan Klub

Suporter harus berafiliasi kepada klub. Perbuatan anggota suporter akan berpenagruh terhadap klub yang didukungnya. Klub dapat dikenakan sanksi apabila suporter baik perorangan maupun per group melakukan tindakan yang merusak atau anarkistis. Suporter bertanggung jawab menjaga nama baik klub.


(34)

Klub wajib memberikan fasilitas dalam bentuk subsidi finansial, infrastruktur dan pendidikan, kepada suporter


(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam penjelasan pada bab pendahuluan peneliti ingin mendapatkan gambaran mengenai perilaku agresi pada suporter sepak bola di Kota Medan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh oleh peneliti dari subjek berupa individu, organisasional, industri, atau perspektif yang lain (Erlina, 2007).

Puck (1998) menyatakan ada 2 tujuan dilakukan penelitian deskriptif. Pertama untuk mengembangkan teori baru yang masih baru dan belum yang belum banyak dikenal. Kedua untuk membantu mempelajari faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi suatu variabel untuk kemudian dapat dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap faktor-faktor tersebut.

Penelitian jenis ini tidak untuk meramalkan hasil tapi hanya ingin melihat gambaran suatu keadaan, ciri-ciri atau karakteristik suatu populasi yang menjadi sampel penelitian (Setiadi, Matindas, Chairy, 1998).

A. VARIABEL PENELITIAN

Variabel dalam penelitian ini adalah perilaku agresi pada suporter sepak bola di Kota Medan.


(36)

B. DEFENISI OPERASIONAL

Defenisi operasional merupakan suatu defenisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang diamati (Azwar, 2000).

B.1. Defenisi Operasional Perilaku Agresi

Definisi operasional dari perilaku agresi adalah tindakan yang berbentuk negatif yang dapat berupa fisik dan verbal. Agresi yang berbentuk fisik berupa memukul, menendang, membayar orang lain untuk mencedarai korban, menakut-nakuti, tidak memberi dukungan yang dapat mengakibatkan sakit atau luka pada orang atau objek. Sedangkan agresi yang berbentuk verbal yaitu mencaci maki, menghina, memfitnah, mengeluarkan kata-kata yang kotor dan bentuk-bentuk yang sifatnya lisan atau verbal.

Perilaku agresi ini akan di kategorisasikan berdasarkan bentuk-bentuk perilaku agresi yang dikemukakan Medinus dan Johnson (dalam Dayakisni, 2003), yaitu Menyerang Fisik, Menyerang suatu Objek, Menyerang secara Verbal atau simbolis dan pelanggaran terhadap hak milik atau menyerang daerah orang lain. . Semakin tinggi nilai persentase dari satu bentuk perilaku agresi akan menunjukkan gambaran umum perilaku agresi. Hal ini dapat dilihat dari tabel 1 pada distribusi aitem perilaku agresi.


(37)

Tabel.1

Distribusi Perilaku Agresi

Bentuk Agresi Jumlah

Menyerang fisik 7

Menyrang suatu objek 8

Secara verbal atau simbolis 8

Pelangaran terhadap hak milik atau menyerang daerah orang lain

7

Jumlah 30

C. POPULASI DAN SAMPEL C.1. Populasi

Masalah populasi dan sampel yang dipakai dalam penelitian merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan. Populasi adalah objek, gejala atau kejadian yang diselidiki terdiri dari semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel penelitian itu hendak digeneralisasikan.

Menurut Kuncoro (2003), populasi adalah sekelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian di mana kita tertarik untuk mempelajari atau menjadikan sebagai objek penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah Suporter Sepak bola di Kota Medan. Karakteristik populasi dalam penelitian ini adalah anggota Suporter Sepak Bola yang terdaftar dalam keanggotaan KAMPAK FC dan SMecK FC.


(38)

C.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi (Kuncoro, 2003). Agar informasi yang diperoleh dari sampel benar-benar mewakili populasi, sampel tersebut harus mewakili karakteristik populasi yang diwakilinya (Kuncoro, 2003).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah nonprobability sampling secara incidental. Melalui metode ini, tidak semua individu dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dapat dipilih menjadi anggota sampel, hanya individu-individu yang kebetulan dijumpai atau dapat dijumpai saja yang diteliti (Hadi, 2000).

Penggunaan teknik ini bertujuan untuk memperoleh data dari daftar pertanyaan dalam jumlah yang besar dan lengkap secara cepat dan hemat, serta peneliti tidak memerlukan daftar populasi dalam pemilihan sampel penelitian (Kuncoro, 2003).

Penggunaan teknik ini dilakukan dengan pertimbangan kurangnya data yang lengkap mengenai subjek penelitian sehingga sampel dipilih berdasarkan kemudahan ditemui dengan kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian ini.

D. PENGUMPULAN DATA D.1. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian adalah data primer yang diperoleh dari para responden. Kepada responden diberikan daftar pertanyaan (kuesioner) untuk dijawab.


(39)

D.2. Instrumen Penelitian

Alat ukur yang digunakan merupakan metode pengumpulan data dalam kegiatan penelitian yang mempunyai tujuan untuk mengungkap fakta mengenai variabel yang di teliti (Azwar, 1999)

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode angket (kusioner). Metode angket mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri (self reports) atau setidak-tidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi (Hadi, 2000)

Angket digunakan untuk mengungkapkan data faktual atau yang dianggap fakta oleh subjek (azwar, 2002). Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket perilaku agresi. Angket ini terdiri dari item-item berupa pertanyaan langsung terarah kepada informasi mengenai data yang hendak di ungkap dan meminta responden untuk memilih salah satu jawaban dari beberapa alternatif jawaban yang telah disediakan. Angket disusun berdasarkan aspek-aspek perilaku agresi.

D.2.1 Angket perilaku Agresi

Angket dalam penelitian ini disusun berdasarkan aspek bentuk perilaku agresi yang di kemukakan oleh Medinus dan Johnson (dalam dayakisni, 2003) yaitu:

1. Menyerang fisik 2. Menyerang suatu objek


(40)

3. Menyerang secara verbal atau simbolis

4. Pelanggaran terhadap hak milik atau menyerang daerah orang lain.

Angket yang di gunakan dalam penelitian ini merupakan kusioner langsung karena daftar pertanyaannya dikirimkan langsung kepada orang yang diminta pendapatnya atau diminta untuk menceritakan tentang keadaan dirinya sendiri (Hadi, 2003)

Pada pengisian angket ini subjek diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada dengan memilih salah satu jawaban yang tersedia. Pertanyaan diberikan dua alternatif jawaban, yaitu alternatif ”ya” dan alternatif ”tidak”.

E. UJI COBA ALAT UKUR E.1. Validitas Alat Ukur

Untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut mampu menghasilkan data yang akurat yang sesuai dengan tujuan ukurnya, diperlukan suatu pengujian validitas. Suatu alat tes atau istrumen pengukuran dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 2000). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini ádalah content validity (validitas isi) dimana peneliti meminta pendapat profesional (profesional judgement) dari dosen pembimbing dalam proses telaah soal baik dari isinya maupun validitas muka (face validity).


(41)

F. PROSEDUR PENELITIAN F.1 Tahap Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian ini dilakukan dengan mempersiapkan alat ukur penelitian terlebih dahulu, yaitu angket perilaku agresi. Jumlah angket yang digunakan ada sebanyak 200 ekslempar. Sebelum angket ini disebarkan terlebih dahulu dilakukan uji validitas dengan menggunakan face validty.

F.2. Tahap Pelaksanaan

Setelah dilakukan uji validitas maka peneliti langsung melakukan pengambilan data dengan memberikan alat ukur berupa angket perilaku agresi.

F.3. Tahap Pengelolaan Data.

Setelah diperoleh hasil skor orientasi nilai pada masing-masing subjek, maka untuk pengolahan data selanjutnya, diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS for windows 15.0 version.

G. Metode Analisa Data

Azwar (2001) menyatakan bahwa penelitian deskriptif menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan. Kesimpulan yang diberikan selalu jelas dasar faktualnya sehingga semuanya selalu dapat dikembalikan langsung pada data yang diperoleh.


(42)

Untuk mendapatkan gambaran skor perilaku agresi digunakan statistik deskriptif. Data yang akan diolah yaitu frekuensi (Mean). Azwar (2001) menyatakan bahwa uraian kesimpulan dalam penelitian deskriptif didasari oleh angka yang diolah secara tidak terlalu mendalam. Pengelolaan data didasarkan pada analisis persentase. Data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan bantuan program SPSS for Windows 15.0 version.


(43)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil dan interpretasi hail sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian dan hasil penelitian tentang gambaran perilaku agresif pada suporter sepak bola di Kota Medan.

IV.A Gambaran Subjek Penelitian.

Subjek penelitian berjumlah 200 orang berasal dari suporter sepak bola yang ada di Kota Medan. Berdasarkan hal tersebut diperoleh gambaran umum subjek penelitian berdasrkan usia , suku dan Jenis kelamin.

IV.A.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Individu pada subjek penelitian ini dibedakan berdasarkan 2 pengelompokan kategori usia yaitu remaja (14-19 tahun) dan dewasa awal (20-31 tahun) dengan penyebaran sebagai berikut :

Tabel 2

Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia

No Subjek Jumlah subjek Persentase

1 Remaja 33 16,5 %

2 Dewasa 167 63,5 %


(44)

Dari gambaran diatas dapat diketahui bahwa jumlah subjek dewasa 63,5% dan remaja sebanyak 16,5 % tidak seimbang dimana jumlah subjek dewasa sebanyak 167 orang dan remaja 33 orang.

IV.A.2 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Individu pada subjek penelitian ini dibedakan jenis kelaminnya yaitu laki-laki dan perempuan dengan penyebaran sebagai berikut:

Tabel 3

Penyebaran Data Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Subjek %

1 Laki-Laki 123 61,5 %

2 Perempuan 77 38,5 %

Jumlah 200 orang 100 %

Dari gambaran diatas dapat diketahui bahwa jumlah subjek laki-laki 61,5 % dan perempuan 38,5 % tidak seimbang dimana jumlah subjek laki-laki sebanyak 123 orang dan perempuan 77 orang.

IV.A.3 Gambaran Subjek Penelitan Berdasarkan Suku Bangsa

Individu pada subjek penelitian ini dibedakan berdasarkan kategori suku dengan penyebaran sebagai berikut :


(45)

Tabel 4

Penyebaran Data Berdasarkan Suku Bangsa

No Suku Bangsa Frekuensi Persentase

1 Padang 18 9 %

2 Batak 64 32 %

3 Jawa 53 26,5 %

4 Melayu 9 4,5 %

5 Lain-lain 8 4 %

6 Tidak tertulis 48 24 %

Jumlah 200 orang 100 %

Dari gambaran diatas dapat diketahui bahwa subjek penelitian yang paling banyak menjadi subjek penelitian berdasarkan suku yaitu suku Batak sebanyak 64 orang (32 %), kemudian suku Jawa sebanyak 53 orang (26,5%), kemudian suku Padang sebanyak 18 orang, kemudian suku Melayu sebanyak 9 orang (4,5%) dan paling sedikit kategori lain-lain (Aceh, Banten, Minang) sebanyak 8 orang (4%). Sedangkan untuk kategori tidak tertulis sebanyak 48 orang (24%) dan tidak dimasukkan dalam pengolahan data.

B. HASIL PENELITIAN

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran umum mengenai perilaku agresif pada suporter sepak bola di Kota Medan.

Berdasarkan tujuan penelitian maka dilakukan analisa statistik dengan menggunakan descriptive statistik. Hasil uji coba ststistik dapat dilihat dalam tabel berikut ini


(46)

Tabel 5

Gambaran Perilaku Agresif Pada Suporter Sepak Bola Di Kota Medan

No Perilaku Agresif Persentase

1 Menyerang Fisik 15,3

2 Menyerang suatu objek atau benda mati 16,5

3 Menyerang secara verbal atau simbolis 21,8

4 Pelanggaran terhadap hak milik atau daerah orang

lain

12,6

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku menyerang secara verbal atau simbolis sebanyak 21,8 %, kemudian menyerang secara objek atau benda mati sebanyak 16,5 %, kemudian menyerang secara fisik sebesar 15,3 % dan pelanggaran terhadap hak milik atau daerah orang lain sebesar 12,6 %.

B.1. Gambaran Umum Perilaku Agresif Berdasarkan Usia B.1.1. Gambaran Umum Perilaku Agresif Remaja

Gambaran perilaku agresi pada suporter sepak bola berdasarkan usia remaja dapat dilihat pada tebel berikut :

Tabel 6

Gambaran Perilaku Agresif Remaja

No Perilaku Agresif Persentase

1 Menyerang Fisik 4,55

2 Menyerang suatu objek atau benda mati 4,56 3 Menyerang secara verbal atau simbolis 5,59 4 Pelanggaran terhadap hak milik atau daerah

orang lain

3,32

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku agresi suporter sepak bola di Kota Medan berdasarkan usia remaja yaitu menyerang secara verbal


(47)

atau simbolis sebesar 5,59%, kemudian menyerang suatu objek atau benda mati sebesar 4,56 %, kemudian menyerang fisik 4,55% dan pelanggaran terhadap hak milik atau daerah orang lain sebesar 3,32%.

B.1.2. Gambaran Perilaku Agresif Dewasa

Gambaran perilaku agresi pada suporter sepak bola berdasarkan usia dewasa dapat dilihat pada tebel berikut :

Tabel 7

Gambaran Perilaku Agresif Dewasa

No Perilaku Agresi Persentase

1 Menyerang Fisik 1,58

2 Menyerang suatu objek atau benda mati 1,75 3 Menyerang secara verbal atau simbolis 2,28 4 Pelanggaran terhadap hak milik atau

daerah orang lain

1,35

Bedasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku agresi suporter sepak bola di Kota Medan berdasarkan usia dewasa yaitu menyerang secara verbal yaitu 2,28%, kemudian menyerang suatu objek atau benda mati 1,75%, kemudian menyeang fisik 1,58% dan pelanggaran terhadap hak milik atau daerah orang lain sebesar 1,35%.

B.2. Gambaran Perilaku Agresi Berdasarkan Jenis Kelamin B.2.1. Gambaran Perilaku Agresif Laki-laki

Gambaran Perilaku Agresi pada suporter sepak bola berdasarkan jenis kelamin laki-laki dapat dilihat pada tabel berikut :


(48)

Tabel 8

Gambaran Perilaku Agresif Laki-Laki

No Perilaku Agresi Persentase

1 Menyerang Fisik 2,10

2 Menyerang suatu objek atau benda mati 2,16 3 Menyerang secara verbal atau simbolis 2,70 4 Pelanggaran terhadap hak milik atau

daerah orang lain

1,69

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku agresi suporter sepak bola di Kota Medan berdasarkan jenis kelamin laki-laki yaitu menyerang secara verbal 2,70%, kemudian menyerang suatu objek atau benda mati 2,16%, kemudian menyerang fisik 2,10% dan pelanggaran terhadap hak milik atau daerah orang lain sebesar 1,69%.

B.2.2. Perempuan

Gambaran Perilaku Agresi pada suporter sepak bola berdasarkan jenis kelamin perempuan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9

Gambaran Perilaku Agesif Perempuan

No Perilaku Agresi Persentase

1 Menyerang Fisik 1,89

2 Menyerang suatu objek atau benda mati 2,38 3 Menyerang secara verbal atau simbolis 3,56 4 Pelanggaran terhadap hak milik atau

daerah orang lain

1,75

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku agresi pada suporter sepak bola di Kota Medan berdasarkan jenis kelamin perempuan yaitu


(49)

menyerang secara verbal atau simbolis sebesar 3,56%, kemudian menyerang suatu objek atau benda mati sebesar 2,38%, kemudian menyerang fisik sebesar 1,89% dan pelanggaran terhadap hak milik atau daerah orang lain sebesar 1,75%.

B.3. Gambaran Perilaku Agresi Berdasarkan Suku B.3.1 Gambaran Perilaku Agresi Suku Padang

Gambaran Perilaku Agresi pada suporter sepak bola berdasarkan suku Padang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 10

Gambaran Perilaku Agresif Suku Padang

No Perilaku Agresi Persentase

1 Menyerang Fisik 3,83

2 Menyerang suatu objek atau benda mati 4,80 3 Menyerang secara verbal atau simbolis 6,00 4 Pelanggaran terhadap hak milik atau

daerah orang lain

4,87

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku agresi pada suporter sepak bola di Kota Medan dilihat darisuku Padang yaitu menyerang secara verbal atau simbolis sebesar 6%, kemudian pelanggaran terhadap hak milik atau daerah orang lain sebesar 4,87%, kemudian menyerang suatu objek atau benda mati sebesar 4,80% dan menyerang fisik 3,83%.

B.3.2 Gambaran Perilaku Agresi Suku Batak

Gambaran Perilaku Agresi pada suporter sepak bola berdasarkan suku Batak dapat dilihat pada tabel berikut :


(50)

Tabel 11

Gambaran Perilaku Agresif Suku Batak

No Perilaku Agresi Persentase

1 Menyerang Fisik 2,29

2 Menyerang suatu objek atau benda mati 2,75 3 Menyerang secara verbal atau simbolis 3,41 4 Pelanggaran terhadap hak milik atau

daerah orang lain

1,97

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku agresi pada suporter sepak bola di Kota Medan dilihat dari suku Batak yaitu menyerang secara verbal atau simbolis sebesar 3,41%, kemudian menyerang suatu objek atau benda mati sebesar 2,75%, kemudian menyerang fisik sebesar 2,29% dan pelanggaran terhadap hak milik atau daerah orang lain sebesar 1,97%.

B.3.3 Gambaran Perilaku Agresi Suku Jawa

Gambaran Perilaku Agresi pada suporter sepak bola berdasarkan suku Batak dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 12

Gambaran Perilaku Agresif Suku Jawa

No Perilaku Agresi Persentase

1 Menyerang Fisik 2,72

2 Menyerang suatu objek atau benda mati 2,73 3 Menyerang secara verbal atau simbolis 3,74 4 Pelanggaran terhadap hak milik atau

daerah orang lain


(51)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku agresi pada suporter sepak bola di Kota Medan dilihat dari suku Jawa yaitu menyerang secara verbal atau simbolis sebesar 3,74%, kemudian menyerang suatu objek atau benda mati sebesar 2,73%, kemudian menyerang fisik sebesar 2,72% dan pelanggaran terhadap hak milik atau daerah orang lain sebesar 1,66%.

B.3.4. Gambaran Perilaku Agresif Suku Melayu

Gambaran Perilaku Agresi pada suporter sepak bola berdasarkan suku Melayu dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 13

Gambaran Perilaku Agresi Suku Melayu

No Perilaku Agresi Persentase

1 Menyerang Fisik 8,33

2 Menyerang suatu objek atau benda mati 6,01 3 Menyerang secara verbal atau simbolis 9,86 4 Pelanggaran terhadap hak milik atau

daerah orang lain

6,96

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku agresi pada suporter sepak bola di Kota Medan dilihat dari suku Melayu yaitu menyerang secara verbal atau simbolis sebesar 9,86%, kemudian menyerang fisik sebesar 8,33%, kemudian pelanggaran terhadap hak milik atau daerah orang lain sebesar 6,96% dan menyerang suatu objek atau benda mati sebesar 6,01%.


(52)

C. HASIL TAMBAHAN

Setelah dilakukan analisa terhadap perilaku agresi pada suporter sepak bola di Kota medan berdasarkan usia, jenis kelamin dan suku, maka peneliti juga ingin melihat bentuk spesifik perilaku agresi berdasarkan bentuk perilaku agresi seperti menyerang fisik, menyerang suatu objek atau benda mati, menyerang secara verbal atau simbolis dan pelanggran terhadap hak milik atau daerah orang lain.

C.1. Menyerang Fisik

Gambaran sasaran perilaku agresi dalam bentuk menyerang sacara fisik dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 14

Gambaran Perilaku Agresif Bentuk Menyerang Fisik

NO Sasaran perilaku agresi Frekuensi Persentase

1 Melempar suporter lawan 32 21,1

2 Melempar wasit 35 23,0

3 Melempari pemain yang didukung 28 18,4

4 Memukul suporter lawan 11 7,2

5 Melempari pelatih lawan 25 16,4

6 Melempari pelatih tim yang didukung 25 16,4

7 Melempari penjaga keamanan 27 17,8

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada bentuk spesifik perilaku agresi pada suporter sepak bola di Kota Medan untuk menyerang fisik yaitu melempar wasit sebanyak 35 orang (23%), kemudian melempar suporter lawan sebanyak 32 orang (21,1%), kemudian melempari pemain yang di dukung sebesar 28 orang (18,4%),kemudian melempari penjaga keamanan sebesar 27


(53)

orang (17,8%) kemudian melempari pelatih lawan 25 orang (16,4%), kemudian melempari pelatih tim yang didukung sebesar 25 orang (16,4%) dan memukul suporter lawan 11 orang (7,2%).

C.2. Menyerang Suatu Objek Atau Benda Mati

Gambaran sasaran perilaku agresi dalam bentuk menyerang suatu objek atau benda mati dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 15

Gambaran Perilaku Agresif Bentuk Menyerang Suatu Objek Atau Benda Mati

NO Sasaran perilaku agresi Frekuensi Persentas

e

1 Melempari benda kedalam lapangan 50 32,9

2 Merusak fasilitas stadion 24 15,8

3 Merusak fasilitas publik disekitar stadion 24 15,8

4 Menendangi bangku stadion 54 35,8

5 Merusaki pagar stadion 28 18,4

6 melempari bus pemain yang didukung 27 17,8

7 Melempari bus pemain lawan 29 19,1

8 Melempari bus penjaga keamanan 17 11,2

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku spesifik dari menyerang suatu objek atau benda mati yaitu menendangi bangku stadion sebanyak 54 orang (35,8%), kemudian melempari benda kedalam lapangan sebesar 50 orang (32,9%),kemudian melempari bus pemain lawan sebesar 29 orang (19,1%) kemudian merusaki pagar stadion sebesar 28 orang (18,4%),


(54)

kemudian melempari bus pemain yang didukung sebesar 27 orang (17,8%), kemudian merusak fasilitas stadion sebesar 24 orang (15,8%), kemudian merusak fasilitas publik disekitar stadion sebanyak 24 orang (15,8%) dan melempari bus penjaga keamanaan sebesar 17 orang (11,2%).

C.3. Menyerang Secara Verbal Atau Simbolis

Gambaran sasaran perilaku agresi dalam bentuk menyerang secara verbal atau simbolis dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 16

Gambaran Perilaku Agresif Bentuk Menyerang Secara Verbal Atau Simbolis

NO Sasaran perilaku agresi Frekuensi Persentase

1 Menghina pemain lawan 78 51,3

2 Mencaci maki pemain yang didukung 72 47,4

3 Mencaci maki suporter lawan 66 43,4

4 Mencaci maki wasit 70 46,1

5 Mencaci maki penjaga keamanaan 54 35,5

6 Mencaci maki pelatih lawan 59 38,8

7 Mengatakan pemain disuap 36 27,3

8 Mengatakan wasit tidak adil dalam

pertandingan

75 49,3

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku spesifik dari menyerang secara verbal atau simbolis yaitu menghina pemain lawan sebanyak 78 orang (51,9%), kemudian mengatakan wasit tidak adil dalam pertandingan sebesar 75 orang (49,3%), kemudian mencaci maki pemain yang didukung 72 orang (47,4 %),kemudian mencaci maki wasit sebanyak 70 orang (46,1%), kemudian mencaci suporter lawan sebanyak 66 orang (43,4%), kemudian mencaci maki pelatih lawan


(55)

sebanyak 54 orang (35,5%) dan terkahir mengatakan pemain disuap sebanyak 36 orang (27,3%).

C.4. Pelanggaran Terhadap Hak Milik Atau Daerah Orang Lain.

Gambaran sasaran perilaku agresi dalam bentuk pelanggaran terhadap hak milik atau daerah orang lain dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 17

Gambaran Perilaku Agresif Bentuk Pelanggaran Terhadap Hak Milik Atau Daerah Orang Lain

NO Sasaran perilaku agresi Frekuensi Persentase

1 Memblokir jalan pada saat pertandingan selesai

32 21,1

2 melempari mobil orang yang sedang parkir diareal stadion

11 7,2

3 mencoreti dinding rumah disekitar

stadion

29 11,1

4 merusak barang dagangan yang ada

disekitar stadion

17 11,2

5 membakari spanduk milik panitia

pertandingan

16 11,5

6 menendangi sepeda motor milik orang lain

22 14,5

7 menghadang wasit keluar 28 18,4

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa perilaku spesifik dari pelanggaran terhadap hak milik orang atau daerah orang lain yaitu memblokir jalan pada saat pertandingan selesai sebanyak 32 orang (21,1%), kemudian mencoreti dinding rumah sekitar stadion sebanyak 29 orang (11,1%), kemudian


(56)

menghadang wasit sebanyak 28 orang (18,4%), kemudian menendangi sepeda motor milik orang lain sebanyak 22 orang (14,5%), merusakbarang dagangan yang ada disekitar stadion sebanyak 17 orang (11,2%), kemudian membakari spanduk milik panitia pertandingan sebesar 16 orang (11,5%), kemudian melempari mobil orang yang sedang parkir di areal stadion sebesar 11 orang (7,2 %).

D. PEMBAHASAN

Perilaku agresi adalah tindakan yang berbentuk negatif yang dapat berupa fisik dan verbal. Agresi yang berbentuk fisik berupa memukul, menendang, membayar orang lain untuk mencedarai korban, menakut-nakuti, tidak memberi dukungan yang dapat mengakibatkan sakit atau luka pada orang atau objek. Sedangkan agresi yang berbentuk verbal yaitu mencaci maki, menghina, memfitnah, mengeluarkan kata-kata yang kotor dan bentuk-bentuk yang sifatnya lisan atau verbal.

Hasil penelitian pada 200 sampel menunjukkan perilaku menyerang secara verbal atau simbolis sebanyak 21,8 %, kemudian menyerang secara objek atau benda mati sebanyak 16,5 %, kemudian menyerang secara fisik sebesar 15,3 % dan pelanggaran terhadap hak milik atau daerah orang lain sebesar 12,6%. Hal ini senada dengan J salah seorang suporter PSMS Medan, yaitu biasanya kalau PSMS Medan kalah ekspresi yang dilakukan oleh suporter adalah dengan cara mencaci maki, atau menghina baik pemain lawan, wasit, dan kadang-kadang pemain yang di bela.


(57)

Loeber dan Hay (Krahe, 2005) mengemukakan bahwa perilaku agresi berubah tingkat dan polanya pada masa remaja dan pada masa dewasa-muda. Perubahan penting pada perilaku agresif tersebut karena lebih terorganisasi secara sosial. Selanjutnya Loeber dan Stouthamer (1998) mengatakan bahwa perilaku agresi terus menurun sebagaimana fungsi umur.

Melihat berdasarkan usia, perilaku agresif pada remaja menunjukkan perilaku agresi menyerang secara verbal sebesar 5,59%, kemudian menyerang suatu objek atau benda mati sebesar 4,56 %, kemudian menyerang fisik 4,55% dan pelanggaran terhadap hak milik atau daerah orang lain sebesar 3,32%. Dan dilihat dari perilaku agresi pada orang dewasa menunjukkan perilaku menyerang secara verbal sebesar 2,28%, kemudian menyerang suatu objek atau benda mati 1,75%, kemudian menyerang fisik 1,58% dan pelanggaran terhadap hak milik atau daerah orang lain sebesar 1,35%. Secara umum, ada temuan bahwa agresi terus menurun sebagaimana fungsi umur seperti yang dijelaskan Loeber dan Stouthammer, tetapi dari hasil penelitian diatas dapat dilihat bahwa perilaku agresi pada remaja tidak jauh berbeda dari orang dewasa. Bentuk yang paling banyak dimunculkan adalah menyerang secara verbal atau simbolis.

Hasil penelitian Sears (dalam Koeswara, 1988) menemukan bahwa anak laki-laki lebih agresif dibandingkan wanita. Anak wanita cenderung melakukan penyerangan secara psikologis seperti perilaku agresif secara verbal, sedangkan laki-laki memperlihatkan perilaku agresifnya dengan melakukan penyerangan fisik.


(58)

Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan yang dikemukakan oleh Sears (dalam Koeswara,1988), karena perilaku agresif pada suporter sepak bola pada laki-laki lebih kepada bentuk verbal, tetapi sejalan dengan jenis kelamin perempuan yang betuk perilaku agresinya bersiat verbal.

Gambaran perilaku suporter sepak bola berdasarkan suku, dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk perilaku agresi yang dominan adalah menyerang secara verbal atau simbolis. Namun jika ditinju bentuk perilaku agresi secara umum berdasarkan suku, maka bentuk perilaku agresi pada subjek penelitian suku Batak, menyerang secara verbal lebih besar persentasenya, kemudian menyerang suatu objek atau benda mati, kemudian menyerang fisk dan yang paling rendah adalah pelanggaran terhadap milik atau daerah orang lain. Sementara pada suku Jawa, bentuk perilaku agresi yang paling banyak adalah menyerang secara verbal, kemudian menyerang suatu objek atau benda mati, kemudian menyerang fisik dan yang paling rendah pelanggaran terhadap hak milik atau daerah orang lain. Ditinjau dari suku Padang bentuk perilaku agresinya yaitu menyerang secara verbal, kemudian pelanggaran terhadap hak milik atau daerah orang lain, kemudian menyerang benda mati dan paling kecil adalah menyerang secara fisik. Sedangkan untuk suku Melayu, bentuk perilaku agresi yang paling tinggi persentasenya adalah menyerang secara verbal, kemudian menyerang secara fisik, kemudian pelanggaran terhadap milik atau daerah orang lain dan yang paling kecil adalah menyerang benda mati. Menurut Krahe (2005) semua perilaku agesif dapat terjadi di semua masyarakat, tetapi akan beragam


(59)

tingkat agresifnya. Biasanya mereka melakukan tindakan agresi dalam tingkatan yang berbeda, dalam cara yang berbeda, dan untuk alasan yang berbeda.

Melihat dari suku sangat sulit untuk menentukan perilaku agresi apakah didasari oleh identitas suku oleh subjek penelitian, karena dalam kondisi nya subjek penelitian yang berada dalam satu kelompok yaitu suporter sepak bola PSMS Medan. Satu hal yang bisa menjelaskan hal tersebut yaitu pernyataan Dari hasil penelitian Suryanto (2005) pada suporter sepak bola Jawa Timur pada PON XV/2000 mengatakan walaupun suporter tersebut pernah berkonflik ketika membela klub nya masing-masing, tetapi interaksi sesama penonton yang pernah berkonflik di saat mendukung klub sepak bola sangat baik. Ada pencairan identitas sosial penonton sepak bola ketika kepentingan dan tujuan yang lebih tinggi yang harus dicapai. Seperti Lamongan, Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Malang, Kediri, dan lain-lain kota di Jawa Timur tidak lagi menjadi sasaran identitas tersebut. Semua pendukung tim kota beralih menjadi pendukung tim wilayah propinsi. Peralihan dukungan tentunya dilandasi oleh problem-problem psikologis seperti persepsi, interaksi dan faktor situasional yang memungkinkan kelangsungan proses identifikasi yang dijalani.


(60)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan disimpulkan jawaban-jawaban permasalahan dalam penelitian ini, dan selanjutnya akan didiskusikan dan pada bab akhir akan dikemukakan saran-saran metodologis dan praktik bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

A. KESIMPULAN

1. Gambaran umum bentuk perilaku agresi pada suporter sepak bola di Kota Medan adalah menyerang secara verbal atau simbolis.

2. Berdasarkan usia, bentuk perilaku agrsif pada remaja adalah menyerang secara verbal atau simbolis dan bentuk perilaku agresif pada usia dewasa adalah menyerang secara verbal atau simbolis.

3. Berdasarkan jenis kelamin, bentuk perilaku agresi pada laki-laki adalah menyerang secara verbal atau simbolis dan bentuk perilaku agresif pada wanita adalah menyerang secara verbal atau simbolis.

4. Berdasarkan suku, subjek dengan suku Batak bentuk perilaku agresif adalah menyerang secara verbal atau simbolis, subjek dengan suku Jawa bentuk perilaku agresi menyerang secara verbal atau simbolis, subjek dengan suku Padang bentuk perilaku agresi adalah menyerang secara verbal atau simbolis, subjek dengan suku Melayu bentuk perilaku agresif adalah menyerang secara verbal atau simbolis.


(61)

5. Setelah melihat analisa deskriptif berdasrkan usia, jenis kelamin, dan suku bentuk perilaku agresif pada suporter sepak bola di Kota Medan; peneliti selanjutnya melihat dari masing-masing kategori perilaku agresif.

- Menyerang Fisik.

Berdasarkan bentuk perilaku agresi menyerang fisik adalah melempar wasit

- Menyerang Suatu Objek atau Benda Mati.

Berdasarkan bentuk perilaku agresi menyerang suatu objek atau benda mati yaitu menendangi bangku stadion.

- Menyerang secara Verbal atau Simbolis

Berdasarkan bentuk perilaku agresi menyerang secara verbal atau simbolis yaitu menghina pemain lawan.

- Pelanggaran terhadap hak milik atau daerah orang lain.

Berdasarkan bentuk perilaku agresi pelanggaran terhadap hak milik atau daerah orang lain yaitu memblokir jalan pada saat pertandingan selesai.

B. SARAN

Berdasarakan kesimpulan yang dikemukakan, peneliti memberikan beberapa saran yang diharapkan berguna bagi studi ilmiah tentang perilaku agresi pada suporter sepak bola di Kota Medan.


(62)

B.1. Saran Metodologis

1. Perlu dilakukan penelitian yang dengan sampel yang berbeda agar dapat dijadikan bahan perbandingan.

2. Suatu penelitian yang menggunakan metode deskriptif akan lebih baik apabila variabel yang hendak diteliti ditinjau dari berbagai faktor yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap variabel tersebut sehingga hasil penelitian dapat memberikan gambaran secara lebih luas.

3. Sampel dari penelitian ini akan menjadi lebih baik apabila penyebaran angket yang merata dilihat dari karakteristik sampel.

B.2. Saran Praktis

1. Saran kepada PSSI sebagai induk sepak bola tertinggi di Indonesia agar dapat membuat kebijakan mengenai peraturan dan sanksi yang diberikan kepada suporter melalui komisi disiplin PSSI.

2. BLI dan Panitia Penyelenggara agar dapat memahami bentuk perilaku agresif pada suporter sepak bola agar dapat melakukan tindakan preventif sehingga tidak terjadi tindakan kerusuhan pada saat pertandingan sepak bola.

3. Kepada organisasi suporter sepak bola di Kota Medan agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang psikologi massa dan bagaimana memanajemen kelompok pada saat pertandingan sepak bola sehingga anggota suporter dapat diarahkan dan dikontrol.


(63)

4. PSMS Medan sebagai klub sepak bola agar terus meningkatkan pemahaman psikologi massa khususnya perilaku agresif kepada organisasi suporter , sehingga tindakan suporter didalam lapangan pada saat membela klub lebih kearah positif dan dapat menerima kemenangan dan kekalahan dengan lapang dada.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, R L., Atkinson, R.C., Smith, E.E., Bem, D.J. Pengantar Psikologi. Edisi kesebelas. Jilid satu. Batam Centre : Penerbit Interaksara

Azwar, S. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Azwar, S. (2000). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Azwar, S. (2000). Sikap Manusia : Teori Dan pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Benny Chandra (2006). Ketika Suporter Sepak bola Masih bermasalah.

Chaplin, J.P. (1999). Kamus Lengkap Psikologi (Edisi 5). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Dayakisni, T. & Hudaniah. (2003). Psikologi Sosial. Malang : UMM Press

Djatmiko, P. (2008). Perilaku Agresif dan kekerasan : Tinjauan Aspek psikiatrk sosial. http;//pdskjijaya.com

Gunarsa, S. D. (1989). Psikologi Olah Raga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hadi, Sutrisno. (2000). Metodologi Research (Jilid 1). Yogyakarta: Penerbit Andi. Haristanto (2005). Kerusuhan Setelah Pertandingan Sepak Bola.

Hasan. M. I.. (2002). Pokok-Pokok Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Helmi dkk (1998). Beberapa perspektif Perilaku Agresi. Buletin Psikologi.

Hogg, M.A., Vaughan. G.M. (2002) Social Psychology. Gosport : Ashford Colour press Ltd.

http://www.waspada.co.id/olahraga/belum-pernah-sejak-13-tahun-li.html

Jawa pos (1994). Kerusuhan Sepak bola.

Kartono, K. (2003). Patologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Kerusuhan Juga Hantui Sepak Bola Jerman.


(65)

Kerusuhan sepak bola, keamanan, ulah suporter, dan puncak ketidaktegasan PSSI. Kerusuhan Sepak Bola Catania 2007.

Koeswara, E. (1998). Agresi Manusia. Bandung: PT Escero.

Krahe, B. (2007). Perilaku Agresif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Panjaitan, H.I.P. (2006). Lika-liku Laga Di Liga :Memahami Penyelenggaraan Liga Indonesia 2006. Jakarta : PT Primamedia Pustaka.

Paskah, L.S (2008). Selamat Datang Di Pekan Tawauran Indonesia.

Sejarah LIGINA dari masa ke masa.

Siddiqah, L., & Helmi, A.V. (2005). Peran Emosi Malu Dan Rasa Bersalah Terhadap Perilaku Agresif pada Remaja. Jakarta : UI-Press

Soeriatanuwijaya, H. (2008). Serat Sepak Bola Doddi Ahmad Fauji Agresifitas

Puitis Dalam Sepak Bola.

Suryanto (2005). Motivasi Dasar Pencairan Sosial (Fluidity Of Social Identity) Penonton sepak Bola. Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Suryanto (2008). Perbedaan Istilah Antara Penonton Dengan Suporter Sepak bola.

Walgito, B. (2007). Psikologi kelompok. Yogyakarta : Andi

Wohangara, B.Z (2008). Metafora Kekerasan Dalam Berita Olah raga.


(66)

LAMPIRAN DATA


(67)

No : Identitas Diri

Nama / Inisial : Suku bangsa :

Usia :

Jenis kelamin : Lama keanggotaan :

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(68)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dengan hormat,

Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, saya bermaksud mengadakan penelitian di bidang psikologi. Untuk itu saya membutuhkan sejumlah data yang hanya akan dapat saya peroleh dengan adanya kerja sama dari anda dalam mengisi angket ini.

Dalam pengisian angket ini tidak ada jawaban yang salah. Hal yang saya harap dan butuhkan adalah jawaban yang paling mendekati keadaan anda yang sesungguhnya. Oleh karena itu, saya harapkan anda bersedia memberikan jawaban anda sendiri, sejujurnya tanpa mendiskusikannya dengan orang lain. Semua jawaban akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini saja.

Bantuan anda dalam menjawab kuesioner ini merupakan bantuan yang amat besar dan berarti bagi keberhasilan penelitian ini. Atas kerja sama anda saya mengucapkan banyak terima kasih.

Medan, Agustus 2009 Hormat saya,


(69)

PETUNJUK PENGISIAN

Berikut ini akan disajikan 30 pernyataan mengenai PANDANGAN ANDA terhadap DIRI ANDA. Anda diharapkan menjawab setiap pertanyaan sesuai dengan keadaan, perasaan dan pikiran Anda yang sebenarnya dengan cara memilih :

Ya atau tidak

Berikan tanda X (silang) pada kolom jawaban yang anda anggap paling sesuai. Contoh Pengisian angket :

Saya ikut bernyanyi memberi semangat kepada tim yang saya dukung,jika menang

a) Ya b) Tidak

Jika anda ingin mengganti jawaban anda, berikan tanda = pada jawaban yang salah dan berikan tanda silang kembali pada kolom jawaban yang anda anggap paling sesuai.

Contoh Koreksi Jawaban :

Saya ikut berkonvoi jika tim yang saya dukung menang

a) Ya b) Tidak


(1)

VAR00010

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak ada perilaku agresi 142 85.0 85.0 85.0

ada perilaku agresi 25 15.0 15.0 100.0

Total 167 100.0 100.0

VAR00011

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak ada perilaku agresi 92 55.1 55.1 55.1

ada perilaku agresi 75 44.9 44.9 100.0

Total 167 100.0 100.0

VAR00012

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak ada perilaku agresi 136 81.4 81.4 81.4

ada perilaku agresi 31 18.6 18.6 100.0

Total 167 100.0 100.0

VAR00013

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak ada perilaku agresi 156 93.4 93.4 93.4

ada perilaku agresi 11 6.6 6.6 100.0


(2)

VAR00014

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak ada perilaku agresi 114 68.3 68.3 68.3

ada perilaku agresi 53 31.7 31.7 100.0

Total 167 100.0 100.0

VAR00015

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak ada perilaku agresi 86 51.5 51.5 51.5

ada perilaku agresi 81 48.5 48.5 100.0

Total 167 100.0 100.0

VAR00016

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak ada perilaku agresi 155 92.8 92.8 92.8

ada perilaku agresi 12 7.2 7.2 100.0

Total 167 100.0 100.0

VAR00017

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak ada perilaku agresi 145 86.8 86.8 86.8


(3)

VAR00017

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak ada perilaku agresi 145 86.8 86.8 86.8

ada perilaku agresi 22 13.2 13.2 100.0

Total 167 100.0 100.0

VAR00018

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak ada perilaku agresi 138 82.6 82.6 82.6

ada perilaku agresi 29 17.4 17.4 100.0

Total 167 100.0 100.0

VAR00019

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak ada perilaku agresi 103 61.7 61.7 61.7

ada perilaku agresi 64 38.3 38.3 100.0

Total 167 100.0 100.0

VAR00020

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak ada perilaku agresi 151 90.4 90.4 90.4

ada perilaku agresi 16 9.6 9.6 100.0


(4)

VAR00021

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak ada perilaku agresi 144 86.2 86.2 86.2

ada perilaku agresi 23 13.8 13.8 100.0

Total 167 100.0 100.0

VAR00022

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak ada perilaku agresi 141 84.4 84.4 84.4

ada perilaku agresi 26 15.6 15.6 100.0

Total 167 100.0 100.0

VAR00023

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak ada perilaku agresi 99 59.3 59.3 59.3

ada perilaku agresi 68 40.7 40.7 100.0

Total 167 100.0 100.0

VAR00024

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak ada perilaku agresi 144 86.2 86.2 86.2

ada perilaku agresi 23 13.8 13.8 100.0


(5)

VAR00025

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak ada perilaku agresi 143 85.6 85.6 85.6

ada perilaku agresi 24 14.4 14.4 100.0

Total 167 100.0 100.0

VAR00026

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak ada perilaku agresi 141 84.4 84.4 84.4

ada perilaku agresi 26 15.6 15.6 100.0

Total 167 100.0 100.0

VAR00027

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak ada perilaku agresi 130 77.8 77.8 77.8

ada perilaku agresi 37 22.2 22.2 100.0

Total 167 100.0 100.0

VAR00028

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak ada perilaku agresi 136 81.4 81.4 81.4


(6)

VAR00028

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak ada perilaku agresi 136 81.4 81.4 81.4

ada perilaku agresi 31 18.6 18.6 100.0

Total 167 100.0 100.0

VAR00029

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak ada perilaku agresi 151 90.4 90.4 90.4

ada perilaku agresi 16 9.6 9.6 100.0

Total 167 100.0 100.0

VAR00030

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak ada perilaku agresi 87 52.1 52.1 52.1

ada perilaku agresi 80 47.9 47.9 100.0