Studi deskriptif tentang perilaku agresif suporter tim sepak bola PSM Makassar.

(1)

ABSTRAK

STUDI DESKRIPTIF TENTANG PERILAKU AGRESIF SUPORTER TIM SEPAK BOLA PSM MAKASSAR

Patricius Leo Tandiari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran berbagai macam perilaku agresif yang dilakukan oleh para supporter saat menonton dan mendukung tim kesayangannya di dalam stadion.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain penelitian berupa deskriptif kualitatif. Subyek penelitian ini adalah kelompok suporter The Mac’z Man, yang merupakan kelompok suporter tim PSM Makassar. Pengumpulan data menggunakan dua metode yakni observasi dan wawancara. Observasi dilakukan pada tiga pertandingan dan dilakukan oleh dua observer. Pengamatan terhadap hasil rekaman video menambah keakuratan hasil observasi. Proses wawancara dilakukan terhadap tiga orang supporter yang selalu hadir dalam setiap pertandingan dan mempunyai posisi yang berbeda dalam struktur organisasi The Mac’z Man. Hasil wawancara digunakan sebagai pelengkap data observasi yang telah didapatkan.

Hasil penelitian menggambarkan bahwa The Mac’z Man sebagai kelompok suporter PSM Makassar melakukan berbagai macam perilaku agresif.. Perilaku agresif verbal mendominasi perilaku agresif mereka, terutama perilaku agresif verbal aktif langsung yang dinyatakan dalam bentuk nyanyian dan perkataan yang berisi hinaan, dan intimidasi terhadap tim / pemain lawan dan juga tim / pemain PSM. Perilaku agresif secara fisik dan anarkis hampir tidak pernah muncul dan ini terkait dengan komitmen mereka yang anti anarkis. Perilaku agresif The Mac’z Man biasanya terpicu tidak hanya dari faktor situasional seperti adanya provokasi, pengaruh alkohol, judi dan gangguan dari kelompok suporter lain namun juga dari faktor sosial seperti rasa fanatisme yang melahirkan frusatasi dan provokasi yang dapat memicu perilaku agresif mereka. The Mac’z Man tidak akan melakukan suatu tindakan tanpa adanya instruksi dari jendral lapangan, sehingga peran jendral lapangan sangat penting dalam mengontrol perilaku utamanya perilaku agresif mereka.


(2)

ABSTRACT

DESCRIPTIVE STUDY ABOUT AGGRESIVE BEHAVIOR of PSM MAKASSAR’S SUPPORTERS

Patricius Leo Tandiari Faculty of Psychology Sanata Dharma University

Yogyakarta

This research aim to know assorted picture of aggresive behavior done by the supporter when looking and supports their darling team in stadium.

This research is qualitative research with research design in the form of qualitative descriptive. This research subject is group of suporter The Mac'z Man, which is group of suporter team PSM Makassar. Data collecting applies two methods namely observation and interview. Observation done by three contests and done by two observer. Observation to result of video record adds accuracy result of observation. Interview process is done to three supporters who always present in every contest and has different position in organization chart of The Mac'z Man. Result of interview applied as complement of observation data which has been got.

Result of research depicts that The Mac'z Man as a group suporter PSM Makassar does assorted of aggresive behavior.. Aggresive behavior of verbal predominates aggresive behavior of them, especially aggresive behavior of active verbal of direct which expressed in the form of hymn and word containing snubbing, and intimidation to team / opponent player as well as team / player PSM. Aggresive behavior in physical and anarchic seldom emerges and this related to commitment they which is anti anarchic. Aggresive behavior of The Mac'z Man usually is triggered not only from factor situasional like existence of provocation, alcohol influence, gambling and trouble from group of other suporter but also from social factor like fanatism taste delivering birth frusatasi and provocation which can trigger aggresive behavior of them. The Mac'z Man will not do an action without existence of instruction from field general, so that the role of field general of vital importance in controlling main behavior of aggresive behavior of them.


(3)

STUDI DESKRIPTIF TENTANG PERILAKU AGRESIF SUPORTER

TIM SEPAK BOLA PSM MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh :

Patricius LeoTandiari

NIM : 019114014

Program Studi Psikologi Jurusan Psikologi

Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta


(4)

(5)

(6)

PERSEMBAHAN

Seorang manusia,

tidak akan bisa mengusung kebahagiaan semua orang

sekaligus dan yang bisa dia lakukan

hanyalah melindungi kebahagian setiap orang

yang dia cintai satu per satu

Sejarah adalah jalan kehidupan setiap orang,

tidak peduli jalan apa yang kita tempuh,

Terus maju ke depan, jangan takut, jangan mundur,

jangan pernah bersembunyi,

dan ketika suatu waktu nanti kita tersadar, kita akan

melihat jalan terbaik yang sudah kita lalui

Karya sederhana ini kupersembahkan kepada : Ia yang telah meletakkan batu pertama dalam hidupku dan memberi modal yang sangat cukup untuk membangun kehidupan yang baru ;

Alm.Bapak dan Ibu tercinta. Kepada keempat kakak-kakakku yang memberi berbagai pengalaman

My sweet Angel, Ike dan kepada semua orang yang telah memberikan cinta dan kepercayaannya


(7)

MOTTO

YOU’LL NEVER WALK ALONE

(LIVERPOOLDIAN)

DOMINUS ERIT TECUM IN OMNE TEMPORE ET LOCO

Penyesalan itu hanya milik orang-orang yang mampu melakukan sesuatu namun tidak berbuat apa-apa


(8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagaian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta,….., 2007 Penulis


(9)

ABSTRAK

STUDI DESKRIPTIF TENTANG PERILAKU AGRESIF SUPORTER TIM SEPAK BOLA PSM MAKASSAR

Patricius Leo Tandiari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran berbagai macam perilaku agresif yang dilakukan oleh para supporter saat menonton dan mendukung tim kesayangannya di dalam stadion.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain penelitian berupa deskriptif kualitatif. Subyek penelitian ini adalah kelompok suporter The Mac’z Man, yang merupakan kelompok suporter tim PSM Makassar. Pengumpulan data menggunakan dua metode yakni observasi dan wawancara. Observasi dilakukan pada tiga pertandingan dan dilakukan oleh dua observer. Pengamatan terhadap hasil rekaman video menambah keakuratan hasil observasi. Proses wawancara dilakukan terhadap tiga orang supporter yang selalu hadir dalam setiap pertandingan dan mempunyai posisi yang berbeda dalam struktur organisasi The Mac’z Man. Hasil wawancara digunakan sebagai pelengkap data observasi yang telah didapatkan.

Hasil penelitian menggambarkan bahwa The Mac’z Man sebagai kelompok suporter PSM Makassar melakukan berbagai macam perilaku agresif.. Perilaku agresif verbal mendominasi perilaku agresif mereka, terutama perilaku agresif verbal aktif langsung yang dinyatakan dalam bentuk nyanyian dan perkataan yang berisi hinaan, dan intimidasi terhadap tim / pemain lawan dan juga tim / pemain PSM. Perilaku agresif secara fisik dan anarkis hampir tidak pernah muncul dan ini terkait dengan komitmen mereka yang anti anarkis. Perilaku agresif The Mac’z Man biasanya terpicu tidak hanya dari faktor situasional seperti adanya provokasi, pengaruh alkohol, judi dan gangguan dari kelompok suporter lain namun juga dari faktor sosial seperti rasa fanatisme yang melahirkan frusatasi dan provokasi yang dapat memicu perilaku agresif mereka. The Mac’z Man tidak akan melakukan suatu tindakan tanpa adanya instruksi dari jendral lapangan, sehingga peran jendral lapangan sangat penting dalam mengontrol perilaku utamanya perilaku agresif mereka.


(10)

ABSTRACT

DESCRIPTIVE STUDY ABOUT AGGRESIVE BEHAVIOR of PSM MAKASSAR’S SUPPORTERS

Patricius Leo Tandiari Faculty of Psychology Sanata Dharma University

Yogyakarta

This research aim to know assorted picture of aggresive behavior done by the supporter when looking and supports their darling team in stadium.

This research is qualitative research with research design in the form of qualitative descriptive. This research subject is group of suporter The Mac'z Man, which is group of suporter team PSM Makassar. Data collecting applies two methods namely observation and interview. Observation done by three contests and done by two observer. Observation to result of video record adds accuracy result of observation. Interview process is done to three supporters who always present in every contest and has different position in organization chart of The Mac'z Man. Result of interview applied as complement of observation data which has been got.

Result of research depicts that The Mac'z Man as a group suporter PSM Makassar does assorted of aggresive behavior.. Aggresive behavior of verbal predominates aggresive behavior of them, especially aggresive behavior of active verbal of direct which expressed in the form of hymn and word containing snubbing, and intimidation to team / opponent player as well as team / player PSM. Aggresive behavior in physical and anarchic seldom emerges and this related to commitment they which is anti anarchic. Aggresive behavior of The Mac'z Man usually is triggered not only from factor situasional like existence of provocation, alcohol influence, gambling and trouble from group of other suporter but also from social factor like fanatism taste delivering birth frusatasi and provocation which can trigger aggresive behavior of them. The Mac'z Man will not do an action without existence of instruction from field general, so that the role of field general of vital importance in controlling main behavior of aggresive behavior of them.


(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tri Tunggal Maha Kudus dan Bunda Allah Santa Perawan Maria yang dengan rahmat-Nya senantiasa menyertai dan melindungi setiap umat-Nya yang berlindung pada- umat-Nya. Tuhan berkarya dalam berbagai cara dan jalan yang bahkan tidak akan terduga oleh siapapun dengan karya- Nya yang Agung, penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan skirpsi ini.

Selama proses penulisan skripsi ini, penulis tidak pernah ditinggalkan oleh Allah yang Maha Kuasa yang setia mendampingi penulis hingga akhir penulisan skripsi yang nampak secara nyata dalam bentuk berbagai bantuan dan dukungan baik secara mental, spiritual, pemikiran, waktu, pendampingan dan bahkan materi dari berbagai pihak yang memungkinkan dan menolong penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat berterima kasih atas segala bantuan dalam berbagai wujud tersebut dan pada kesempatan istimewa ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. YAHWE, Allah yang hidup, hidup dan berkuasa, hidup dan kekal. Engkau adalah Tuhan, orang tua, pendamping, rekan, teman, sahabat, yang selalu berjalan bersamaku kapan dan dimana pun aku berada. “Dominus Erit Tecum In Omne Tempore Et Loco.”

2 Bp. P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

3. Bp. C. Siswa Widyatmoko, S. Psi., dan ibu Sylvia Carolina M.Y.M., S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang menemani dan membimbing penulis melewati masa-masa studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma,Yogyakarta.


(12)

4. Ibu M. L. Anantasari,S.Psi., M.Si., my mentor. Terima kasih atas pendampingan, dukungan, dan kebijakan yang ibu berikan utamanya atas waktu dan kesabaran yang diberikan dalam membaca, mengoreksi, membaca dan mengoreksi lagi serta membimbing anak bengal ini. Dalam bimbinganmu aku belajar, bekerja, dan berkembang.

5. Perdana Mentri kelompok suporter The Mac’z Man, Bapak Ocha Alim Bachri, yang telah memberi izin penelitian terhadap kelompok suporter The Mac’z Man. 6. Daeng Uki selaku dirigen lapangan, mentri bisnis dan usaha The Mac’z Man dan

ketua sektor Mamajang. Than’x untuk semua informasinya serta pendampingannya selama di lapangan.

7 Subyek D.U., Eff. dan Jef, yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini terutama dalam berbagai pengalaman menarik dan menegangkan saat berada dalam stadion yang penuh dengan gemuruh para suporter. Makasih banyak ces atas bantuannya, viva The Mac’z Man dan sampai jumpa di dalam stadion di Tribun Timur kebanggaan kita.

8. Ondi, my partner and my best friend , Than’x bos untuk semuanya. Sudah bantu saya, temani saya, cari orang, ketemu bencong, masuk stadion bareng, nongkrong bareng di stadion, cari tiket, jalan-jalan keliling Makassar. Ingat bos kalo pulang langsung ke rumah, jangan sering main ke Mall tanpa diketahui. Besok ada mi kartu anggotamu ces.ok!

9. My lovely Ike. Than’x God, You gave me a beautiful angel. Tuhan Tidak memberikan apa yang kita inginkan, tetapi memberi apa yang kita butuhkan. Saat-saat akhir Saat-saat saya sendiri, ditinggalkan, hilang pegangan, hilang motivasi, Tuhan mengirimkan sesuatu yang indah dalam hidupku yang mencintai, mendampingi dan membimbing saya. That’s you Honey. Thank you for loving me, for being my


(13)

eyes when I cuoldn’t see, for sharing everything, for being my part of my life, and for everytihing you’ve done. Let’s realise our dream, sweety.

10. My best Partner Jogiaraja Warnold Paternus Sitanggang, meski jauh kita tak pernah terpisah. Thanx sobat dukungan dan doanya. Terima kasih untuk keluarga Sitanggang Belibis, rumah kedua saya.

11. The Mac’z Man, warga negara Republik The Mac’z Man. The Mac’z Man...

EWAKO. Paentengi Siri’nu, Siri’ Na Pacce. Gunung tinggi kan kudaki lautan luas kan kusebrangi hanya untuk mendukungmu PSM.

12. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Psikologi yang dengan tulus membagi ilmunya dan membimbing penulis selama menjalani masa studi. Bu Lusi, tiada semester tanpa kehadiranmu dan tiada ramai tanpa omelanmu. Bu Nimas, trima kasih atas izinya,boleh jadi asisten mesti dengan modal pas-pasan. Penguasa lantai III, Lab.Psikologi mas Muji Beckham, yang selalu sepi di awal musim tapi ramai saat tengah musim sampai akhir musim praktikum, GOD BLESS, you. Mas Doni dengan segala koleksi yang mendampinginya di ruang baca. Mbak Nani dan Mas Gandung (Milanista) di sekretariat yang membantu proses lancaranya segala macam administrasi. Spesial salam untuk pemegang kunci ruangan dan kartu lift,

Pak Giyono, yang dengan keramahan dan senyumannya membuat suasana fakultas jadi beda dan ceria.Bapak yang sabar ya pak, meski datang paling pagi dan pulang paling sore.

13. Ayah dan ibuku yang adalah orang tua, teladan, guru dan temanku. Terima kasih atas cinta, doa dan bimbingan kalian. Kalian berdua adalah guru terbaik bagiku yang telah mengajarkan padaku berbagai hal mulai dari berbagai kesenagan sampai pada penderitaan, sehingga saya dapat menjalani menikmanti dan mengatasi masalah hidup. Tak ada yang dapat kuberikan sebagai balasan atas


(14)

semua yang telah kalian berikan selain menjalani hidup dengan lebih baik. Kalian meletakkan batu pertama dalam hidupku, memberikan modal yang lebih dari cukup sehingga aku bisa membangun rumah kehidupanku dengan baik. Terima kasih Tuhan, telah menyerahkan aku dalam bimbingan mereka.

14. Kakak-kakakku, Yanti, Fifi, Nini, Oce’... terima kasih atas semua yang kita lalui bersama. Trima kasih bos atas semua doa dan dukungan baik berupa materi maupun moril. Akhirnya saya lulus juga, jadi ibu tidak ada beban lagi dan sekarang marikita yang menjaga ibu. Ok ?

15. Buat keluarga di Daya’, om sama bunda, trima kasih atas dukungannya terlebih atas prakarsa, dukungan dan usulannya sehingga saya bisa kuliah di jogja. Terima kasih atas semua perhatian dan doanya.

16. Keluarga besar Ne’ Lotong yang telah memberi doa-doa dan segala macam dukungan. Terima kasih kakek, nenek, om, tante, kakak-kakak dan adik-adikku semua, Patric sudah lulus. Sapa lagi dari keluarga ta’ yang nyusul ?

17. Keluarga besarku dari Buntao’, terima kasih atas segala dukungannya selama ini dalam berbagai rupa utamanya Ma’ Desta, Ma’ Liwan dan Ma’ Sari. Bapak tidak ada bukan berarti kita semua putus hubungan. Terima kasih kakak-kakakku. 18. Siska ’01, S.Psi. Tahnx bu atas semuanya ; buku, panduan pemikiran dan inspirasi

yang diberikan lewat skripsi. Sukses selalu, GBU. Bherta, ’01, S. Psi. Skripsimu jadi inspirasiku saat-saat terakhir mengalami kebuntuan mencari jalan ke luar. Anak Gunung Agung, S.Psi. Saat semua pergi dan tidak ada teman untuk ‘pegangan’ tiba-tiba ada kamu. Thanx Bro

19. Anak-anak gerombolan siberat ADI, AGUS dan KRIS + Eko Kodok. Makasih bro atas pengalaman, keceriaan, kejengkelan, kemarahan, keusilan, keseriusan dan ke


(15)

ke ke lainnya. I’ll Never Walk Alone. Pada akhirnya semua akan berpisah, bukan berakhir tetapi memulai sesuatu yang baru. Kita akan ketemu lagi sobat

20. Anak-anak Psikologi ’01 kelas A, B, C. Viva Bangsat. Thanx untuk semua yang telah kita lalui bersama hingga saat-saat akhir. Ingatlah kapan pun dan dimana pun kalian berada, tatkala mendengar kata BANGSAT, kalian tahu siapa yang dimaksud.

21. Teman-temanku di BEMF Psikologi periode 2002 – akhir 2003 (BEM-nya Agus) dan periode 2004 - 2005 (BEM-nya Anton). Thanx untuk pengalaman yangkita alami bersama.maju terus BEM Psikologi jangan mati.

22. Teman-temanku si Psikososial Yakkum, hari-hari pendampingan yang kita lalui bersama sungguh sangat berharga, takkan pernah bisa terganti oleh apa pun. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan untuk menjadi salah satu bagian Psikososial Yakkum. Banyak pelajaran yang aku terima dari kalian. Than’x friends.

23. Kerukunan Keluarga Katolik Keuskupan Agung Makassar, (K2KAMSY) anak-anak Concat, Kayen, Klasman, Paingan, Kaliurang. Ayo bangkitkan lagi K2KAMSY jangan sampai mati. Kita bisa melakukannya semua sobat. Ingat satu hal apa pun acara dan kegiatannya yang penting makannya bung.

24. Jon Pepayu, Patrick Edi, S.E., Ak., Feni S.T., Marson ‘Anak Padi’, Banci Brothers Ronald & Rolens, kak Nunu’, angkatanku Fr.Lukas, Yuyud, Soelja. Trima kasih bos untuk semua bantuannya selama ini. Bantuan kalian sangat berarti bagiku. 23. Ikatan Persaudaraan Misdinar St. Jakobus, Mariso. Than’x atas semua dukungan

hinaan pujian yang terus memacu semangatku.


(16)

25. Semua teman-teman dan handai taulan yang terus mendukungku, maaf jika belum tertulis.

25. Semua pihak yang membantu saya untuk menyelesaikan karya ini, trima kasih.

Yogyakarta...2007 Penulis


(17)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN...iv

MOTTO...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...vi

ABSTRAK...vii

ABSTRACT...viii

KATA PENGANTAR...ix

DAFTAR ISI...xv

DAFTAR TABEL...xix

DAFTAR SKEMA...xx

DAFTAR LAMPIRAN...xxi

BAB I. PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah ……...……….1

B. Rumusan Masalah …….………..………...7

C. Tujuan Penelitian ………..………..……...7

D. Manfaat Penelitian ………...7

BAB II. LANDASAN TEORI...9

A. Perilaku Agresif………...………...9

1. Pengertian Perilaku Agresif...………..…...9

2. Jenis-Jenis Agresi..………..….10

3. Teori Agresi...…..………..15


(18)

b. Teori Belajar : Modelling and Conditioning...17

c. Teori Interaksi Sosial...18

4. Faktor-Faktor Pemicu Perilaku Agresif...20

B. Suporter Sepak Bola.………...23

1. Definisi Suporter Sepak Bola...………..………..23

2. The Mac’z Man .………...…………..………...25

C. Perilaku Agresif Suporter Sepak Bola PSM Makassar (The Mac’z Man) ...…………..………...…………...29

D. Kerangka Berpikir...34

BAB III. METODELOGI PENELITIAN...35

A. Metode Penelitian……….…...………...………..35

B. Responden...……….………..35

C. Batasan Istilah………...36

1. Perilaku Agresif...…………..………..36

2. Suporter SepakBola….…...………..38

3. Suporter Sepak Bola PSM Makassar...38

4. Perilaku Agresif Suporter Sepak Bola PSM Makassar...38

D. Tahap Penelitian ………...40

1. Perencanaan Penelitian……..…….………..40

2. Pelaksanaan Penelitian……….40

E. Metode Pengumpulan Data ….………..41

1. Metode Observasi …………...……..………...41

2. Metode Wawancara ...….………..………...42

F. Metode Analisis Data ..………...………...44


(19)

2. Analisis Data………...44

3. Interpretasi Data………...46

G. Kredibilitas dan Konfirmabilitas Penelitian ……….………47

1. Kredibilitas………..47

2. Konfirmabilitas………...48

BAB IV. PROSES PENELITIAN, ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA………50

A. Proses Penelitian………...50

1. Prosedur Awal Penelitian………...50

2. Deskripsi Kelompok Suporter The Mac’z Man………...52

3. Waktu Pengambilan Data……….58

4. Proses Pengambilan Data……….59

a. Observasi Awal……….59

b. Observasi………...59

c. Wawancara………....61

B. Analisis Hasil Observasi………....62

1. Perilaku Para Supporter Saat Pertandingan Berlangsung……….62

2. Deskripsi Perilaku Agreisf The Mac’z Man Saat Menonton Pertandingan………66

a. Observasi Pertandingan Oleh Observer I……….67

b. Observasi Pertandingan Oleh Observer II………...73

c. Kesimpulan Perilaku Agresif Suporter Saat Menonton Pertandingan………...76

4. Analisis Hasil Pengamatan Lewat Rekaman Video………..81


(20)

1. Bentuk-Bentuk Perilaku Suporter………..85

2. Alasan-Alasan Perilaku Agresif Suporter………..93

3. Kesimpulan Hasil Wawancara………...98

D. Dinamika Perilaku Agresif Suporter………101

E Pembahasan……….108

F. Keterbatasan Penelitian………119

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………...121

A. Kesimpulan………..121

B. Saran………122

DAFTAR PUSTAKA...123


(21)

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1. Perilaku Agresif The Mac’z Man Pada Observasi Awal....39

Tabel 2 Interview Guides...………...43

Tabel 3 Kode Observasi Perilaku Agresif Suporter…………..……45

Tabel 4 Jadwal Penelitian………...…..58

Tabel 5 Pembagian Grup Turnamen Jusuf Cup……….67

Tabel 6 Kesimpulan Perilaku Agresif The Mac’z Man Pada Tiga Pertandingan………... 80

Tabel 7 Kesimpulan Hasil Rekaman Video………...83

Tabel 8 Kesimpulan Hasil Observasi……….84

Table 9 Kesimpulan Hasil Wawancara ……….99


(22)

Daftar lampiran

1. Kode Observasi Pertandingan

2. Kesimpulan Observasi Pertandingan

3. Kode Wawancara

4. Transkrip Wawancara

5. Surat keterangan penelitian dari Universitas


(23)

Daftar Skema

Skema 1. Alur Koordinasi Organisasi The Mac’z Man………...28

Skema 2. Alur Penelitian...………34

Skema 3. Denah Stadion PSM dan Tempat Duduk The Mac’z Man

di dalam Stadion………57


(24)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perilaku agresif sebenarnya bukanlah hal baru dan mungkin sudah menjadi bagian dalam kehidupan bermasyarakat. Berbagai macam bentuk perilaku ini tidak jarang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari seperti pemukulan, pelemparan, hinaan, makaian, ejekan bahkan sampai pada penganiayaan dan pembunuhan. Pemberitaan akan tindakan-tindakan kekerasan sebagai wujud perilaku agresif sangat gencar dan banyak. Media-media elektronik memberi waktu khusus untuk membahas berbagai macam perilaku agresif demikian pula media cetak yang bahkan ada yang mengkhususkan pada berita-berita yang mengandung unsur kekerasan dan agresi setiap hari. Pemberitaan lewat berbagai media dan kejadian-kejadian di sekitar kita seolah ingin menekankan bahwa perilaku agresif ada dan dekat dengan kehidupan manusia.

Sikap agresif dimiliki oleh setiap orang yang diperoleh sejak lahir ( Freud, dalam Bandura,1973) dan bersifat instingtual (Lorenz, 1966) dan bahkan oleh Murray (dalam Hall, 2001) dikategorikan sebagai salah satu kebutuhan manusia. Maka dapat dikatakan bahwa setiap orang memiliki kecenderungan untuk agresif. Sebagai suatu sifap tentu saja agresif hanya dapat diamati dalam bentuk perilaku yang menggambarkan sifat tersebut. Perilaku agresif merupakan suatu perilaku yang ditujukan untuk melukai orang lain dengan atau tanpa tujuan tertentu (Aronson dalam Koeswara,1988). Obyek yang dikenai perilaku ini tidak ingin mengalaminya (Baron 1994), karena dampak dari perilaku ini tidak mengenakkan bahkan menyakitkan.


(25)

Perilaku agresif muncul karena terpicu oleh banyak hal. Selain karena sifat ini sudah menjadi bawaan sejak lahir yang merupakan fakor internal tetapi juga didukung oleh fakor-faktor ekstenal seperti rasa marah dan frustasi (Sears, 2001; Baron & Byrne, 2003), ingin melindungi diri (Sears, 2001) dari ancaman tertentu dan bahkan keadaan lingkungan yang tidak menyenangkan, seperti cuaca panas, dapat menimbulkan sifat ini (Sears, 2001), sehingga sifat dan perilaku agresif akan semakin berkembang jika faktor-faktor eksternalnya mendukung.

Sasaran atau obyek dari perilaku agresif yang sifatnya destruktif atau menghancurkan ini, tidak terbatas pada manusia atau makhluk hidup (Baron dan Byrne, 2005; Huffman, 2000; Bandura, 1973; Sears, 1985; Chaplin, 2002), tetapi juga pada benda-benda (Bandura,1973; Chaplin,2002). Bentuk-bentuk agresi pun beragam mulai dari fisik seperti pembunuhan, pengerusakan, perkelahian sampai pada non fisik seperti menghina, menyebarkan rumor dan mengintimidasi (Baron dan Byrne, 2003; Hall, 2001; Bandura, 1973). Adakalanya agresi dilakukan secara langsung seperti memukul orang lain, tetapi terkadang agresi juga dilakukan secara tidak langsung seperti sindiran dan tulisan-tulisan yang disampaikan lewat media massa. Variasi obyek dan bentuk agresi ini terkadang tidak disadari sehingga seseorang atau sekelompok orang merasa tidak melakukan agresi.

Perilaku agresif dapat terjadi kapan dan dimana saja dengan situasi atau keadaaan apa saja, karena bentuk, alasan pemicu dan obyeknya sangat bervariasi. Berbagai kegiatan yang melibatkan manusia berpotensi melahirkan perilaku agresif meskipun tujuan kegiatan itu baik. Olah raga adalah salah satu bentuk kegiatan manusia dengan tujuan untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh, namun menjadi aneh jika dalam olah raga terjadi perilaku-perilaku agresif.


(26)

Tindak kekerasan dan perilaku agresif memang terkadang muncul dalam kegiatan olah raga utamnya olah raga bela diri dimana orang-orang yang mengikuti olah raga ini sebagaian besar harus kontak fisik dengan orang lain seperti memukul dan menendang. Perilaku-perilaku ini memang tidak tergolong dalam bentuk perilaku agresif karena diajarkan sebagai suatu keterampilan dan tetap terkontrol penggunaannya dalam olah raga yang bersangkutan. Faktanya, perilaku agresif terkadang terjadi pada olah raga lain selain bela diri, yang secara gamblang mengajarkan keterampilan untuk berperilaku agresif, dan yang paling sering adalah olah raga sepak bola yang mana perilaku agresif tidak hanya dilakukan oleh para pemain tetapi juga oleh para penonton pertandingan sepak bola atau yang kita kenal dengan istilah suporter.

Sepak bola dan kekerasan serta kebrutalan seolah-olah menjadi bagian yang tak terpisahkan bahkan sepak bola terkesan menjadi olah raga yang penuh dengan kekerasan. Para insan sepak bola tentu tak bisa melupakan tragedi Heysel yang sangat terkenal, yang terjadi pada tanggal 29 Mei 1985, di mana terjadi bentrokan antar suporter yang mengakibatkan tewasnya tiga puluh sembilan orang (Pikiran Rakyat, 7 Agustus 2005). Dunia sepak bola di tanah air kita pun tak jauh beda, bahkan lebih keras lagi. Kerusuhan yang terjadi di Surabaya pada tanggal 4 September 2006, yang disebut-sebut sebagai kerusuhan terbrutal dalam dunia sepak bola Indonesia (BOLA, 7 September 2006), adalah salah satu contohnya. Bentrokan suporter yang terjadi di Jepara tanggal 12 Maret 2006, antara Jetmen (suporter Persijap Jepara) dengan para Panser Biru dan Snex (suporter PSIS Semarang) mengakibatkan banyak korban luka-luka ( Liga Indonesia.com). Putaran final Ligina (Liga Indonesia) VII yang mempertemukan empat tim besar yaitu Persija Jakarta, PSMS Medan, PSM Makassar dan Persebaya Surabaya di Jakarta berujung pada kerusuhan antar suporter yang


(27)

mengakibatkan puluhan orang terluka dan patah tulang dan harus dirawat di Rumah Sakit. (Suara Karya, 17 Maret 2006).

Selain bentrok dengan suporter yang lain, para suporter fanatik ini terkadang mengadakan pengerusakan terhadap sarana dan prasarana sehingga menimbulkan teror di mayarakat. Pengerusakan fasilitas umum di pelabuhan Tanjung Perak oleh suporter PSM Makassar, gerbong kereta api yang rusak karena dilempari batu oleh para Bonek (suporter Persebaya Surabaya) (Suara Karya 17 Maret 2006), pembakaran fasilitas di stadion Bung Karno, Senayan, juga oleh para Bonek, penyerbuan rumah-rumah ibadat di Jawa Barat oleh suporter yang tidak dikenal, (BOLA, 20 September 2005) dan yang paling parah adalah pengeruskan sarana dan prasarana stadion 10 November di Surabaya oleh para Bonek (BOLA, 7 September 2006). Ada banyak kekerasan yang terjadi di lapangan sepak bola entah itu kekerasan oleh para pemain dan pengurus klub sepak bola maupun oleh suporter. Fakta-fakta tersebut semakin menguatkan image atau gambaran yang melukiskan olah raga sepak bola penuh dengan kekerasan.

Perilaku agresif yang dilakukan oleh para suporter seperti tidak dapat dikendalikan dan tetap saja ada padahal sudah dikerahkan pengamanan dan pengantisipasian kerusuhan pada setiap pertandingan. Perilaku agresif yang mereka lakukan menjadi perilaku agresif komunal, secara bersama-sama dengan tujuan tertentu. Berbeda dengan perilaku agresif komunal lainnya, perilaku agresif para suporter mempunyai alasan yang bervariatif dan terkadang muncul secara insidental tergantung situasi dan kondisi dilapangan seperti kepemimpinan wasit dan kekalahan timnya (GELORA, 28 September 2005) atau bahkan tergantung lawan yang akan dihadapi oleh tim kesayangan mereka.


(28)

Penelitian ini secara spesifik akan dilakukan terhadap kelompok suporter PSM Makassar, dimana telah diketahui bahwa kelompok suporter ini merupakan salah satu kelompok suporter sepak bola yang besar di Indonesia dan juga terkenal sering membuat keributan serta bentrok dengan kelompok suporter lain (Fajar Online, 8 Juli 2006). Pengerusakan fasilitas umum di pelabuhan Tanjung Perak, (Suara Karya 17 Maret 2006), bentrok dengan kelompok suporter Persija Jakarta, PSMS Medan, PSM Makassar dan Persebaya Surabaya di Jakarta mengakibatkan puluhan orang terluka dan patah tulang dan harus dirawat di Rumah Sakit (Suara Karya, 17 Maret 2006) adalah contoh kecil perilaku agresif suporter PSM Makassar. Bahkan saat bentrok dengan Bonek, yang bergabung dengan SNEX PSIS Semarang (Fajar Online 17 September 2005), suporter PSM Makassar telah mempersiapkan diri mereka dengan panah, pedang, parang, dan senjata tajam lainnya (Pembayun’s Father Diary, 8 Desember 2005) sehingga terkesan bahwa mereka memang berniat untuk membuat kerusuhan. Obyek perilaku mereka tidak hanya fasilitas umum dan kelompok suporter lain tetapi juga tim PSM sendiri. Suporter tim PSM Makassar melakukan pelemparan pada timnya saat bertanding dengan hasil seri malawan Persik Kediri. (BOLA, 23 Maret 2005), bahkan suporter PSM Makassar memberi ultimatum kepada pengurus PSM Makassar untuk mundur (Tribun Makassar,3 Maret 2006).

Kelompok suporter di Makassar sangat banyak jumlahnya dan dari sekian banyak kelompok suporter yang ada di Makassar peneliti memilih kelompok The Mac’z Man dengan pertimbangan bahwa kelompok inilah yang merupakan satu-satunya kelompok yang diakui di Indonesia dan terdaftar di PSSI sebagai kelompok suporter PSM Makassar sehingga The Mac’z Man telah menjadi icon suporter tim PSM Makassar. The Mac’z Man mengklaim kelompok mereka sebagai kelompok suporter kreatif dan anti anarkis, namun perilaku mereka sangat kontradiktif dimana


(29)

mereka tercatat melakukan berbagai perilaku agresif dan kerusuhan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Perilaku agresif suporter termasuk The Mac’z Man baru terdeteksi dan akan ditanggapi ketika sudah menjadi besar dan bersifat komunal, namun melihat berbagai bentuk perilaku agresif yang ada, mungkinan saja telah ada perilaku-perilaku agresif yang mereka lakukan sebelumnya meski terkadang bersifat individual atau juga kelompok namun dalam skala kecil dan terkadang tidak disadari bahkan dianggap wajar. Peneliatian ini ingin menggambarkan apa dan bagaimana bentuk perilaku agresif yang dilakukan oleh suporter The Mac’z Man utamanya saat menonton pertandingan PSM Makassar melawan tim lain.

B. Rumusan Masalah

Pemaparan latar belakang telah memberikan suatu gambaran tentang permasalahan yang akan digali lebih dalam pada penelitian ini. Untuk lebih memperjelas fokus masalah yang akan dibahas maka disimpulkan dalam rumusan masalah ;

Bagaimana gambaran berbagai bentuk perilaku agresif yang dilakukan oleh The Mac’z Man (kelompok suporter PSM Makassar) saat mendukung tim PSM Makassar yang bertanding melawan tim lain.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan bentuk-bentuk perilaku agresif pada suporter sepak bola secara khusus pada The Mac’z Man (suporter sepak bola PSM Makassar) saat mendukung tim PSM Makassar yang bertanding melawan tim lain.


(30)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoretik :

Menambah kasanah pengetahuan ilmu psikologi utamanya di bidang Psikologi Sosial tentang perilaku agresif yang dilakukan oleh para suporter,

secara spesifik pada The Mac’z Man (suporter sepak bola tim PSM Makassar).

2. Manfaat praktis :

a. Sebagai bahan referensi bagi para petugas keamanan agar lebih memahami perilaku suporter di lapangan sehingga dapat mengantisipasi secara dini segala macam bentuk perilaku yang dapat menjurus ke arah perilaku anarkis yang dapat mengakibatkan perilaku agresif dalam skala yang besar seperti kerusuhan

b. Sebaga bahan referensi bagi pihak-pihak yang terkait dengan para suporter sepak bola secara khusus organisasi kelompok suporter The Mac’z Man (suporter PSM Makassar) untuk mengetahui dan memahami bentuk-bentuk perilaku agresif yang sering dilakukan oleh para suporter sehingga dapat mengantisipasi dan mengontrol tindakan kekerasan yang dilakukan oleh para suporter.


(31)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Perilaku Agresif

1. Pengertian Perilaku Agresif

Berbicara mengenai perilaku agresif tidak bisa lepas dari sifat agresif. Sebagai suatu sikap, agresi hanya dapat diamati melalui perilaku yang nampak dan inilah yang disebut sebagai perilaku agresif. Meskipun istilah ini tertuju pada suatu perilaku tertentu namun dalam pendefenisian terminologi ini, oleh banyak ahli, ternyata bermacam-macam. Menurut Bandura (1973), adanya berbagai macam definisi agresi sebagai suatu perilaku disebabkan oleh anggapan atau pemahaman dari para ahli. Ada beberapa ahli yang mendeskripsikan agresi semata-mata sebagai atribut suatu perilaku, namun ada juga yang mengasumsikan adanya peran dorongan, kesamaan emosi atau berdasarkan intensitas tindakan yang berpotensi untuk melukai. Ternyata dengan istilah yang sama tidak selalu menyiratkan kesamaan arti.

Sebuah definisi klasik yang diutarakan oleh Buss (Krahe`2005) mengenai perilaku agresi adalah sebuah respon yang mengantarkan stimuli ‘beracun’ kepada makhluk hidup lain. Hal senada diutarakan oleh beberapa ahli yaitu Dollard, Doob, Miller, Mowrer dan Sears (1939) yang mengatakan bahwa perilaku agresi adalah suatu rangkaian perilaku yang mana bertujuan untuk melukai orang lain secara langsung (Bandura, 1973). Baron (1994) mengutarakan hal yang serupa dimana dia mengatakan bahwa perilaku agresif merupakan suatu tingkah laku yang bertujuan untuk melukai atau mencelakakan (termasuk mematikan atau membunuh) orang lain. Namun Baron juga menambahkan bahwa perilaku agresi tidak dinginkan oleh orang atau makhluk yang menjadi obyeknya.


(32)

Melihat banyak ahli yang mendefenisikan perilaku ini sebagai suatu perilaku individu atau seseorang terhadap individu atau obyek lain maka definisi yang ditawarkan oleh Berkowitz memperlihatkan sesuatu yang berbeda. Berkowitz (1980) mengatakan bahwa agresi adalah suatu keinginan untuk melukai satu sama lain, baik secara fisik maupun psikologis. Ini berarti subyek dapat menjadi obyek agresi dalam waktu yang bersamaan. Lebih lanjut Berkowitz mengatakan bahwa keinginan ini bertujuan untuk menghindarkan rasa sakit bagi si pelaku. Keinginan tersebut dipengaruhi oleh berbagai motiv yang terkombinasi dan sering muncul saat emosi seseorang menjadi tinggi utamanya saat marah. Pada saat ini seseorang tidak akan berpikir akan akibat yang ditimbulkannya dan apa yang orang lain akan katakan mengenai dirinya. Yang penting adalah melukai orang yang memprovokasinya.

Dari berbagai definisi yang sudah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa perilaku agresi adalah suatu perilaku individu yang bermaksud untuk menyerang dan melukai orang, makhluk dan benda lain secara fisik maupun psikologis, dimana korban tidak ingin mendapat perlakuan tersebut.

2. Jenis-Jenis Agresi

Sebagai suatu sikap dan sifat, agresi tidak dapat dijabarkan dalam bentuk yang konkrit. Agresi hanya dapat dilihat dalam bentuk perilaku yang menggambarkan agresi itu sendiri. Ada berbagai macam perilaku yang menggambarkan suatu agresifitas. Perilaku-perilaku itu oleh beberapa ahli telah digolongkan, dan akhirnya muncullah suatu penggolongan perilaku agresi yang sering disebut sebagai bentuk-bentuk atau jenis-jenis agresi.

Berkowitz (Koeswara, 1988), membagi perilaku agresif ke dalam dua jenis yaitu :


(33)

a. Agresi Instrumental. Ini adalah suatu bentuk agresi yang dilakukan oleh organisme atau individu sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan tertentu. b. Agresi impulsif (agresi benci). Ini adalah suatu bentuk agresi yang dilakukan

semata-mata sebagai pelampiasan keinginan untuk melukai atau menyakiti. Bentuk agresi ini tidak bertujuan selain untuk menimbulkan kerusakan, kesakitan atau kematian pada sasaran atau korban.

Kemudian Moyer (dalam Koeswara, 1988) membagi perilaku agresi

ke dalam berbagai bentuk. Moyer mambagi perilaku agresi ke dalam tujuh bentuk yaitu :

a. Agresi predatori adalah agresi yang dibangkitkan oleh kehadiran obyek alamiah (mangsa). Biasanya terdapat pada organisme atau species hewan yang menjadikan organisme atau species lain sebagai mangsanya.

b. Agresi antar jantan adalah agresi yang secara tipikal dibangkitkan oleh kehadiran sesama jantan pada suatu species

c. Agresi ketakutan adalah agresi yang dibangkitkan oleh tertutupnya kesempatan untuk menghindari ancaman.

d. Agresi tersinggung adalah agresi yang dibangkitkan oleh perasaan tersinggung atau kemarahan. Respon menyerang muncul terhadap stimulus yang luas (tanpa memilih sasaran), baik berupa obyek-obyek hidup maupun mati.

e. Agresi pertahanan adalah agresi yang dilakukan oleh organisme dalam rangka mempertahankan daerah kekuasaannya dari ancaman atau gangguan dari anggota species-nya sendiri. Ini disebut juga agresi teritorial.

f. Agresi maternal adalah agresi yang spesifik pada species atau organisme betina (induk) yang dilakukan dalam upaya melindungi anak-anaknya dari berbagai ancaman.


(34)

g. Agresi instrumental adalah agresi yang dipelajari, diperkuat,dan dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Menurut Moyer (Koeswara, 1988), tidak ada satu pun dari ketujuh tipe agresi ini yang eksklusif artinya tipe-tipe ini dengan intensitas yang berbeda bisa ditemukan baik pada hewan maupun pada manusia. Moyer juga membagi agresi berdasarkan kuantitas dan normalitas pelakunya. Berdasarkan kuantitas pelakunya agresi dibedakan menjadi agresi individual yaitu agresi yang dilakukan secara individu atau perorangan dan agresi kolektif, yaitu agresi yang dilakukan secara kolektif atau bersama-sama oleh beberapa individu. Sedangkan berdasarkan normalitas pelakunya agresi dibedakan menjadi agresi normal yaitu agresi yang diakibatkan oleh stimulus yang jelas dan nyata dan agresi patologis yaitu agresi yang disebabkan oleh adanya penyakit mental.

Berbeda dengan Berkowitz dan Moyer yang memandang perilaku agresi berdasarkan motif-motif pelakunya, Sears membagi perilaku agresi berdasarkan norma yang ada dalam masyarakat. Sears (1991) membagi perilaku agresi ke dalam tiga bentuk yaitu : a. Agresi antisosial yaitu tindakan agresi yang tidak sesuai dengan norma sosial

yang ada seperti tindakan kriminal (perampokan, pembunuhan. pemukulan). b. Agrsesi prososial yaitu tindakan agresi yang diatur oleh norma sosial seperti

hukuman yang diberikan atas tindak kejahatan.

c. Agresi yang disetujui (sanctioned aggression) yaitu agresi yang tidak diterima dalam norma sosial tapi masih dalam batas yang wajar. Tindakan tersebut tidak melanggar standar moral yang telah diterima seperti seorang wanita yang memukul seseorang yang mencoba memperkosanya.


(35)

Pembagian bentuk-bentuk perilaku agresif yang cukup lengkap diutarakan oleh Buss (Pearlman& Cosby, 1983) dimana dia membagi perilaku agresif ke dalam tiga bentuk yaitu :

a. Perilaku agresi secara fisik dan verbal.

b. Perilaku agresi yang dilakukan secara aktif dan pasif.

c. Perilaku yang dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

Dari ketiga kriteria ini Buss mengembangkannya menjadi delapan bentuk perilaku agresif yang merupakan kombinasi dari ketiga aspek di atas. Adapun delapan bentuk perilaku agresif tersebut adalah :

a. Fisik-aktif-langsung, dimana seseorang melakukan perilaku agresi secara fisik, dengan aktif dan langsung diarahkan pada obyek. Contoh perilaku ini adalah memukul langsung orang lain.

b. Fisik-aktif-tidak langsung, dimana seseorang melakukan perilaku agresi secara fisik, dengan aktif tetapi tidak langsung diarahkan pada obyek. Contoh perilaku ini adalah membuat jebakan untuk orang lain.

c. Fisik-pasif-langsung, dimana seseorang melakukan perilaku agresi secara fisik, tetapi pasif dan langsung diarahkan pada obyek. Contoh perilaku ini adalah tidak memberi jalan pada orang lain yang mau lewat. d. Fisik-pasif-tidak langsung, dimana seseorang melakukan perilaku agresi

secara fisik, tetapi pasif dan tidak langsung diarahkan pada obyek. Contoh perilaku ini adalah menolak mengerjakan sesuatu yang diperintahkan oleh orang lain.

e. Verbal-aktif-langsung, dimana seseorang melakukan perilaku agresi secara verbal, dengan aktif dan langsung diarahkan pada obyek. Contoh perilaku ini adalah mencaci maki orang lain.


(36)

f. Verbal-aktif-tidak langsung, dimana seseorang melakukan perilaku agresi secara verbal, dengan aktif tetapi tidak langsung diarahkan pada obyek. Contoh perilaku ini adalah menyebarkan gosip.

g. Verbal-pasif-langsung, dimana seseorang melakukan perilaku agresi secara verbal, tetapi pasif dan langsung diarahkan pada obyek. Contoh perilaku ini adalah menolak untuk berbicara.

h. Verbal-pasif-tidak langsung, dimana seseorang melakukan perilaku agresi secara verbal, tetapi pasif dan tidak langsung diarahkan pada obyek. Contoh perilaku ini adalah menggerutu.

Dari semua teori tentang bentuk-bentuk perilaku agresif yang telah diungkapkan, bentuk-bentuk perilaku agresif yang diungkapkan oleh Buss merupakan bentuk yang paling lengkap dimana mencakup semua aspek. Oleh karena itu bentuk-bentuk perilaku inilah yang akan digunakan sebagai acuan bentuk-bentuk-bentuk-bentuk perilaku agresif dalam penelitian ini.

3. Teori Agresi

Ada beberapa pendapat ahli mengenai perilaku agresi ini. Para ahli psikologi mengajukan berbagai teori mengenai perilaku agresi ini. Mereka mencoba menerangkan bagaimana perilaku agresi terbentuk apa yang memicu munculnya perilaku ini. Pada penelitian ini akan digunakan beberapa teori yang mencoba menggambarkan perilaku agresif tersebut. Teori-teori tersebut adalah teori Hipotesis-Frustrasi Agresi oleh Dollard dan kawan-kawan (1939); belajar oleh Bandura (1973); interaksi sosial oleh Tedeschi dan Felschon (dalam Krahe`,2005) dan GAAM (General Affectif Aggression Model) oleh Lindsay dan Anderson pada tahun 1996 (Baron & Byrne, 2005).


(37)

a. Teori Hipotesis Frustrasi-Agresi

Teori yang cukup terkenal, yang membahas agresifitas sebagai suatu dorongan, adalah Hipotesis frustrasi-Agresi yang diperkenalkan oleh Dollard dkk. Pada tahun 1939 (Baron & Byrne, 2005). Awalnya teori ini memuat dua hal yang penting yaitu; frustrasi selalu memunculkan bentuk tertentu dari agresi dan agresi selalu muncul dari frustrasi, sehingga dapat dikatakan bahwa pengalaman frustrasi memicu munculnya dorongan untuk bertindak agresif terhadap sumber atau penyebab frustrasi dan mengarah pada suatu perilaku agresif. Tetapi disadari bahwa tidak semua frustrasi menimbulkan respon agresif dan dan tidak semua perilaku agresif merupakan hasil frustrasi yang dialami sebelumnya. Menyadari hal itu maka Miller, pada tahun 1941 (Krahe` 2005) merevisi teori ini sehingga bukan menjadi suatu yang mutlak bahwa frustrasi melahirkan agresi dan agresi sebab dari frustrasi melainkan menjadi suatu probabilitas dimana dikatakan bahwa frustrasi menyebabkan sejumlah respon yang berbeda-beda dan agresi adalah salah satu diantaranya. Kemungkinan frustrasi akan memunculkan respon agresif bergantung pada variabel-variabel yang mempengaruhinya. Agresi bisa terhambat jika muncul hal-hal seperti takut akan hukuman karena perilaku agresi tersebut dan tidak ada penyebab frustrasi. Senada dengan Miller, Bandura (1973) juga menegaskan bahwa lingkungan dan interaksi individu dengan determinasi dan hukuman dapat mempengaruhi perilaku agresi karena faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan, mengurangi perilaku agresi, tetapi selain itu tidak menutup kemungkinan bahwa faktor-faktor tersebut juga tidak berpengaruh sama sekali terhadap perilaku agresi.


(38)

b. Teori Belajar : Modelling and Conditioning

Teori ini diungkapkan oleh Bandura dimana dia mengatakan bahwa individu tidak digerakkan untuk menyerang oleh keinginan dari dalam dirinya melainkan oleh keadaan lingkungannya (Bandura, 1973). Kemudian oleh Bandura dikatakan bahwa perilaku agresif dihasilkan oleh pola asuh (nurture) yang diperoleh melalui proses belajar. Pengondisian instrumental (reward and punishment) dan meniru (modelling) merupakan mekanisme yang kuat untuk memunculkan perilaku agresif Bandura dalam Krahe` 2005).

Bandura (1973) mempertegas pendekatan sosial learning dan membedakan dengan pendekatan lain dengan membuat suatu skema dimana dijelaskan bahwa kejadian yang tidak mengenakkan (aversif) akan membangkitkan emosional individu. Dilakukannya pengantisipasian kejadian dari individu akan memperkuat dan memotivasi individu untuk bertindak dan dari proses ini muncullah berbagai respon seperti : dependensi; achievement (pencapaian tujuan); withdrawal (penarikan diri) dan resignation (kepasrahan); agresi; psikosomatis; ketergantungan pada obat-obatan dan alkohol; membentuk problem solving (pemecahan masalah). Perilaku-perilaku tersebut tidak akan sama pada semua orang tergantung pada seberapa besar kemampuan coping individu terhadap stress akibat kejadian tertentu dan seberapa efektif tindakan itu bagi individu itu sendiri.

c. Teori Interaksi Sosial

Tedeschi dan Felschon (1994 hlm. 348) menawarkan konsep baru tentang agresifitas. Mereka mengganti terminologi agresifitas sebagai suatu perilaku koersif

yang dikonsepkan sebagai hasil dari proses pengambilan keputusan dimana pelakunya pertama-tama memutuskan menggunakan strategi koersif untuk mempengaruhi orang lain kemudian memilih bentuk koersi tertentu diantara pilihan yang ada (Krahe`,


(39)

2005). Perilaku koersif sendiri didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan dengan niat membuat orang lain menderita atau memaksa orang lain patuh (Krahe`, 2005).

Adapun bentuk koersif ada tiga yaitu :

1) Ancaman, komunikasi yang dilakukan untuk menyakiti target. 2) Hukuman, tindakan yang dilaksanakan untuk menyakiti target.

3) Paksaan badaniah, kontak fisik yang bertujuan untuk melarang atau memaksa orang lain melakukan sesuatu.

Pemilihan strategi koersif ditentukan oleh tingkat keefektifan perilaku koersif

tersebut dimana semakin cepat hasil yang didapat maka perilaku itu yang akan dipilih. Dalam teroi ini ditekankan bahwa agresi adalah bentuk tindakan koersif khusus, yang merupakan salah satu tindakan sosial, dimana bukan satu-satunya strategi potensial untuk memaksa dan mempengaruhi individu lain .

Lindsay dan Anderson pada tahun 1996 (Baron & Byrne, 2005) membuat suatu model pembentukan perilaku agresi yang tergolong paling modern yang terkenal dengan nama GAAM (General Affective Aggression Model / Model Agresi Afektiv Umum), yang mana merupakan penyempurnaan dari berbagai model yang sudah ada. Dalam teori ini dikatakan bahwa banyak sekali variabel yang dapat menjadi pemicu munculnya perilaku agresi. Keseluruahan variabel terbagi ke dalam dua kelompok besar yaitu variabel perbedaan individual dan variabel situasional. Adapun variabel-variabel perbedaan individual meliputi :

1) Sifat yang mendorong individu melakukan agresi seperti mudah sekali marah.

2) Sikap dan kepercayaan tertentu terhadap kekerasan seperti mempercayai bahwa hal tersebut diterima dan layak.


(40)

3) Nilai mengenai kekerasan seperti pandangan bahwa kekerasan merupakan hal yang baik. Biasanya dianggap sebagai suatu kebanggaan tersendiri atau menunjukkan sifat maskulin.

4) Keterampilan spesifik yang terkait pada agresi seperti mengetahui cara berkelahi dan menggunakan senjata.

Sedangkan variabel-variabel situasional meliputi : 1) Perasaan frustrasi yang dialami.

2) Bentuk serangan tertentu dari orang lain seperti penghinaan.

3) Tanda-tanda yang berhubungan dengan agresi misalnya senapan atau senjata lainnya.

4) Hampir semua hal yang menyebabkan individu merasa tidak nyaman seperti suhu udara yang tinggi, rasa sakit, kebosanan, polusi udara dan lain sebagainya.

Selain variabel-variabel pemicu perilaku agresif, Anderson juga mengemukakan bahwa ada tiga proses dasar pembentukan perilaku agresif yang terjadi dalam diri individu yaitu :

1) Keterangsangan atau arousal ; bangkitnya keterangsangan pada fungsi-fungsi fisiologis dan antusiasme.

2) Keadaan afektif atau affective states ; bangkitnya perasaan hostile dan tanda-tanda yang tampak dari hal ini seperti ekspresi wajah marah.

3) kognisi atau cognition ; bangkitnya pikiran-pikiran hostile atau membawa ingatan hostile kedalam pikiran

Pada saat variabel-variabel yang beragam tadi mempengaruhi proses-proses pembentukan perilaku agresif ini, maka terjadilah suatu perilaku agresif yang terbuka.


(41)

Namun disamping itu perilaku agresif juga tergantung pada interpretasi individual akan situasi saat kejadian berlangsung dan faktor-faktor peringatan yang ada.

4. Faktor-Faktor Pemicu Perilaku Agresi

Sebagai suatu perilaku, maka pembentukan perilaku agresif tentu saja dipengaruhi oleh banyak hal. Banyak ahli menjabarkan faktok-faktor pemicu yang dapat memunculkan perilaku ini, mulai dari kepribadian individu; keadaan lingkungan dan orang-orang di sekitar bahkan sampai pada situasi setempat seperti suhu udara dan kepadatan ruangan. Baron dan Byrne (2005) membagi faktor-faktor pemicu munculnya perilaku agresif ke dalam tiga bagian besar yang kemudian diperinci lagi ke dalam beberapa bagian. Adapun variabel itu dijelasakan sebagai berikut :

a. Variabel sosial

1) Frustrasi ; termuat dalam hipotesis frustrasi agresi. Tidak terpenuhinya sesuatu yang diharapkan atau yang diinginkan membuat frustasi dan terkadang mengarah pada perilaku agresi.

2) Provokasi ; tindakan dari orang lain yang cenderung memicu agresi pada diri si penerima. Bentuknya bisa secara fisik maupun verbal. 3) Agresi yang dipindahkan; agresi pada seseorang yang bukan menjadi

sumber provokasi. Agresi ini terjadi karena orang yang ingin melakukan agresi tidak ingin atau tidak dapat melakukan agresi terhadap sumber provokasi awal.

4) Pemaparan terhadap kekerasan di media ; agresi terpicu dengan melihat, mendengar dan membaca bentuk-bentuk kekerasan pada media baik elektronik maupun cetak.


(42)

5) Keterangsangan yang meningkat ; keterangsangan dalam suatu situasi dapat tersisa dan dapat muncul kembali saat mengahadapi situasi berikutnya. Hal ini dapat membuat agresi tidak meningkat tetapi juga dapat meningkatkan agresi tergantung pada pemikiran individu. b. Variabel pribadi

1) Kepribadian yang sudah ada pada tiap orang ; ada orang yang mempunyai kepribadian yang memicu perilaku agresif mereka. Ini tergolong sebagai orang tipe A yang memiliki kepribadian yang kompetitif, selalu terburu-buru, mudah tersinggung sedangkan bertolak belakang dengan orang-orang yang bertipe B yang kepribadian mereka tidak memicu perilaku agresif yaitu tidak kompetitif, tidak selalu terburu-buru, tidak mudah kehilangan kendali.

2) Bias atribusional hostile; saat individu memiliki kecenderungan untuk mempersepsikan buruk motif tindakan orang lain saat tindakan tersebut dirasa ambigu.

c. Variabel situasional

1) Suhu udara yang tinggi ; suhu udara yang tinggi akan cenderung meningkatkan agresi, tetapi hanya sampai titik tertentu. Di atas tingkat tertentu agresi menurun selagi suhu udara menigkat.

2) Konsumsi alkohol ; pengkonsumsian alkohol dapat meningkatkan agresi utamanya pada individu yang dalam keadaan normal menunkjukkan tingkat agresi yang rendah.

Selain yang sudah diungkapkan oleh Baron dan Byrne (2005), beberapa ahli menambahkan beberapa faktor pemicu perilaku agresif seperti senjata-senjata, yang


(43)

oleh Berkowitz digolongkan termasuk ke dalam variabel sosial dimana penciptaan senjata dapat memicu munculnya perilaku agresif (Berkowitz, 1980) dan adanya lembaga-lembaga yang menurut Zenden (1984) melegalkan perilaku agresif seperti akademi militer dan berbagai macam olah raga yang melakukan kontak fisik. Variabel situasional semakin diperkaya dengan beberapa pendapat ahli dimana diungkapkan bahwa kondisi yang tidak menyenangkan yang menimbulkan rasa sakit ( Berkowitz, 1980), kepadatan ruang dan Crowding (Krahe`, 2005), kebisingan (Donnerstain dan Wilson dalam Krahe`, 2005) dan polusi udara (Baron dan Bell dalam Krahe`,2005) dapat menjadi pemicu munculnya perilaku agresif.

B. Suporter Sepak Bola 1. Suporter Sepak Bola

Suporter adalah kata-kata yang sudah tidak asing terdengar. Kata-kata ini mengacu pada sekelompok orang yang berkumpul untuk mendukung atau menyemangati suatu tim atau kelompok. Suporter sendiri diartikan sebagai orang yang memberikan pertolongan atau simpati pada suatu tim atau kelompok tertentu (Oxford Dictionary, 1989). Hal senada juga dikatakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988), dimana suporter diartikan sebagai orang yang memberikan dukungan utamanya dalam suatu pertandingan. Bahkan secara lebih spesifik dijelaskan bahwa suporter merupakan penonton yang mendukung suatu pihak dalam suatu pertandingan olah raga. Mereka meneriakkan seruan-seruan yang dapat menjadi dorongan bagi pemain yang didukungnya untuk menang dan teriakan mereka juga dapat menggoyahkan mental pemain lawan (Ensiklopedia Nasional Indonesia, 1997). Jadi kata suporter diartikan sebagai para pendukung suatu kelompok atau tim utamanya dalam suatu pertandingan (olah raga, dan sebagainya).


(44)

Sepak bola sebagai suatu cabang olah raga mempunyai peminat yang cukup banyak. Olah raga sepak bola merupakan olah raga yang dimainkan oleh dua tim yang masing-masing tim, yang berjumlah sebelas orang, berlomba untuk memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke dalam gawang lawan. Peraturan-peraturan yang ada dan segala teknik dan taktik yang dimainkan oleh para pemain sepak bola membuat permainan ini menjadi semakin menarik untuk ditonton (www.wikipedia.com). Seperti yang dikatakan dalam bab sebelumnya bahwa suporter dan sepak bola menjadi hal yang tak terpisahkan. Orang-orang yang menonton pertandingan sepak bola baik yang di stadion maupun hanya lewat layar kaca bahkan yang hanya bisa mendengar lewat radio tidak sekedar menikmati pertandingan sepak bola tetapi sudah lebih jauh dimana mereka mendukung tim yang disenanginya atau dijagokannya.

Suporter sepak bola diartikan sebagai para pendukung suatu tim sepak bola. Mereka ini biasanya membentuk kelompok suporter dengan berbagai nama untuk mendukung tim kesayangan mereka (BOLA, September 2005). Mereka datang ke stadion untuk melihat tim mereka bertanding dan mendukung mereka dengan harapan tim yang mereka dukung memenangi pertandingan. Berbagai seruan-seruan dan teriakan-teriakan penyemangat dilantunkan oleh para pendukung ini untuk membela tim mereka.

2. The Mac’z Man (Suporter PSM Makassar)

Seperti daerah-daerah lain di Indonesia yang memiliki tim sepak bola kebanggannya, maka Makassar mempunyai suatu tim sepak yang menjadi kebanggan masyarakat Makassar yaitu PSM yang merupakan akronim dari Persatuan Sepak Bola Makassar. Sebagai salah satu tim besar di persepakbolaan tanah air, PSM mempunyai pendukung atau suporter fanatik yang tidak kalah terkenalnya dengan tim PSM


(45)

sendiri. Para suporter ini membentuk berbagai kelompok suporter yang mana kelompok-kelompok suporter tersebut menjadi wadah bagi para suporter untuk memberi dukungan nyata pada tim PSM.

The Mac’z Man adalah salah satu kelompok suporter kreatif PSM Makassar. Kata Mac’z Man sendiri terinspirasi dari kata Makassar Mania yang dimodifikasi sedemikian rupa. Organisasi yang berdiri pada tanggal 1 Februari 2000 ini mempunyai sekretariat yang juga berfungsi sebagai markas besar (Mabes) yang sering digunakan sebagai tempat kumpul anggota, mengurus administrasi dan sebagai tempat rapat. Adapun sekretariat organisasi ini tidak tetap, dan setiap tahun berpindah, berganti-ganti ke setiap sektor, dengan alasan untuk semakin mempererat persaudaraan antar suporter dan agar saling memperhatikan satu sama lain.

Struktur organisasi The Mac’z Man menggunakan sistim yang mirip dengan struktur organsisasi pemerintahan, dimana pada setiap jabatan diberikan nama seperti pada nama jabatan struktur pemerintahan yang ada. Organisasi ini dipimpin oleh seorang Presiden dan dalam menjalankan tugasnya, utamanya tugas-tugas harian dan lapangan, dibantu oleh seorang Perdana Mentri. Perdana Mentri ini yang nantinya juga akan membawahi ketua-ketua sektor yang mengepalai tiap sektor yang ada di berbagai tempat yang jumlah keseluruhannya ada enam puluh tiga sektor. Sektor-sektor tersebut terbagi dalam tiga bagian besar yaitu: Sektor-sektor umum yang mana terbentuk di beberapa tempat atau daerah di Makassar dan anggotanya adalah warga di sekitar daerah tersebut; sektor pendidikan yang dibentuk di beberapa SMU yang ada di Makassar dan anggotanya adalah siswa di SMU tersebut; dan sektor yang terakhir adalah sektor Perguruan Tinggi yang anggotanya adalah para mahasiswa namun tidak dibentuk di setiap universitas melainkan dilebur menjadi satu.


(46)

Sekretaris Jendral (sekjen) adalah jabatan berikutnya yang berada sederajat dengan perdana menteri. Sekjen ini membantu perdana mentri dalam mengurus administrasi dari masalah keanggotaan dan aturan-aturannya sampai pada penulisan dan pengumpulan lagu-lagu dan penataan gerak di lapangan. Oleh karena itu sekjen juga merangkap sebagai jendral lapangan.

Struktur tertakhir yang langsung dibawahi presiden dan fungsinya juga membantu presiden dalam pengembangan organisasi adalah divisi-divisi yang setiap divisi dikepalai oleh seorang mentri. Divisi-divisi tersebu terdiri dari : pertahanan dan keamanan (Hankam); kesejahteraan rakyat (Kesra); seni an kreasi; keuangan; penelitian dan pengembangan (Litbang); prasarana; penerangan; urusan peranan wanita (UPW); dan usaha dan bisnis.

Sebagai suatu organisasi kreatif, kegiatan Mac’z Man tidak terbatas hanya pada menyemangati pemain dalam stadion. Mereka melakukan berbagai aktivitas seperti mengadakan lomba sepak bola, mengadakan acara-acara musik dan juga membentuk sebuah band musik yang juga dinamakan Mac’z Man. The Mac’z Man juga membuka sebuah outlet (toko) penjualan merchandism yang menjual semua atribut The Mac’z Man dan PSM Makassar tetapi hanya melayani para anggota mereka.

The Mac’z Man melakukan berbagai kegiatan selain mendukung tim PSM saat bertanding dan tidak sedikit yang menghasilkan sejumlah prestasi. The Mac’z Man terdaftar dalam museum rekor Indonesia sebagai pemilik spanduk suporter terbesar di Indonesia. Gelar juara pernah diperoleh pada lomba Bedug Sahur SCTV dan pada karnaval Sensasi Biru di Makassar pada tahun 2003 (GOLO, Januari 2007). Mac’z Man juga pernah melaksanakan sebuah Bazaar musik yang terbesar se-Indonesia Timur. Prestasi membanggakan sebagai suporter adalah sebagai runner up dalam


(47)

perlombaan suporter terbaik se-Indonesia versi ANTV pada tahun 2005 dan sebagai suporter paling kreatif se-Asia saat memberi dukungan pada PSM Makassar yang bertanding mewakili Indonesia dalam kejuaraan Piala Champion Asia tahun 2003. (GOLO, Januari 2003)

Nama besar dan sejumlah prestasi yang diukir oleh The Mac’z Man menarik perhatian sejumlah sponsor untuk mendanai kegiatan The Mac’z Man sambil memasarkan produk mereka, mulai dari perusahaan minuman seperti Coca-cola dan Extra Joss, perusahaan jasa telepon yaitu PT. Telkom yang menggunakan ketenaran nama The Mac’z Man untuk meluncurkan produk baru mereka di Makassar, sampai pada perusahaan rokok besar yaitu PT.Djarum.

The Mac’z Man tumbuh menjadi suatu kelompok besar dan kreatif dengan berbagai kegiatan, sejumlah prestasi dan berbagai sponsor yang menjadi salah satu sumber dana. Nama mereka tidak hanya terkenal di Makassar tetapi juga di Indonesia dan bahkan sempat terkenal di luar negreri.


(48)

Skema 1. Alur Koordinasi Organisasi The Mac’z Man

Presiden

C. Perilaku Agresif Suporter Sepak Bola PSM Makassar (The Mac’z Man)

Sepak bola sebagai sebuah olah raga yang tak lepas dari kontak fisik, memang sangat rentan dengan unsur kekerasan. Terlepas dari kerasnya bentuk permainan sepak bola yang dapat menimbulkan suatu tindakan kekerasan, ternyata unsur kekerasan juga melekat pada kelompok penonton, yang mendukung sebuah tim dalam pertandingan, yang kerap dikenal sebagai suporter. suporter yang pada hakikatnya

Sekjen

Hankam Kesra Keuangan

P M

Litbang Seni kreasi

Penerangan Usaha Prasarana

bisnis UPW

Ketua-ketua sektor

Anggota regular


(49)

adalah orang atau sekelompok orang yang memberi dukungan kepada sebuah tim dalam pertandingan berubah menjadi orang atau kelompok yang anarkis yang berperilaku agresif dan bahkan kerap menjadi simbol kekerasan dalam sepakbola.

Perilaku agresif pada suporter sepak bola sudah lama menjadi bahan penelitian oleh berbagai pengamat utamnya para pengamat sosial. Dalam dunia sepak bola, perilaku agresif (kekerasan) dikenal dengan nama hooliganisme. Hooliganisme

dalam dunia sepak bola bukanlah hal yang baru melainkan hal yang akrab bahkan bisa dikatakan tak terpisahkan dengan dunia sepak bola. Hooliganisme suporter adalah suatu kericuhan yang yang dilakukan oleh suporter sepak bola yang disertai dengan berbagai macam tindakan kriminal baik sebelum, sementara berlangsung dan sesudah pertandingan sepak bola. Para suporter yang sering melakukan tindakan hooliganisme

inilah yang sering dikenal dengan para hooligan. Pada prinsipnya mereka adalah suporter sepak bola yang mendukung tim mereka, sama dengan kelompok suporter lainnya, tetapi saat mereka melakukan tindakan kekerasan dan kriminal maka mereka adalah para hooligan (www.brontakzine.com, 2006).

Hooliganisme sepak bola tidak hanya merusak sarana dan prasarana yang ada di stadion tetapi bisa juga berakibat jatuhnya korban jiwa baik antar suporter maupun suporter dan aparat keamanan. Aksi saling lempar antar suporter dan antar suporter dengan aparat keamanan sering terjadi. Tragedi Heysel (kerusuhan antar suporter Juventus F.C. dan Liverpool F.C.) yang mengakibatkan melayangnya tiga puluh sembilan nyawa suporter dan merusak sarana dan prasarana stadion (Suara Karya, Maret 17, 2006), dan kejadian pengerusakan terbesar oleh para Bonek di stadion Sepuluh November, Surabaya adalah contoh Hooliganisme dalam dunia sepak bola (BOLA, September 7, 2006).


(50)

Kerusuhan dan tindakan pengruskan lain adalah suatu bentuk akhir atau akumulasi perilaku agresif. Banyak perilaku agresif baik secara langsung atau tidak langsung yang entah disadari atau tidak bisa menjadi pemicu perilaku agresif dalam skala yang lebih besar. Saling mengejek atau menghina, provokasi dan bahkan kontak fisik secara langsung seperti saling memukul dan melempar dapat menjadi pemicu kerusuhan dalam skala yang besar dan merugikan. Para hooligan itu sendiri biasanya menyenangi suatu perkelahian dan banyak dari mereka berada dibawah pengaruh alkohol dan obat-obatan sebelum menonton pertandingan (www.brontakzine.com, 2006).

Perilaku-perilaku agresif suporter mungkin sudah menjadi pembawaan mereka namun bukan berarti bahwa tindakan mereka tidak terpicu oleh suatu perilaku atau kondisi tertentu yang dapat memicu perilaku agresif mereka. Banyak alasan yang mendasari tindakan hooliganisme para suporter ini. Kepemimpinan wasit di lapangan yang dianggap tidak becus seringkali menjadi alasan para suporter menjadi agresif dan melakukan hooliganisme. Selain itu dendam abadi para suporter dan rasa tidak puas dengan kinerja tim dan para pengurusnya yang mengakibatkan kekalahan pada tim yang mereka dukung juga kerap memicu perilaku agresif mereka. Para suporter yang frustasi karena kekalahan tim kesayangannya seakan tidak mau menerima kekalahan timnya dan mencari kambing hitam untuk dipersalahkan (BOLA, 20 september 2005). Tindakan mereka yang biasanya spontanitas juga sering kali dimotori oleh preman-preman tertentu yang mengidentifikasikan diri mereka dalam kelompok suporter dan memprovokasi para suporter untuk melakukan tindakan kekerasan (www.brontakzine.com, 2006). Oleh karena itu, faktor pemicu perilaku agresif suporter akan sangat sulit dijelaskan jika ingin dijelaskan dari suatu penyebab tertentu. Pemicu perilaku agresif mereka yang sangat kompleks, mulai dari


(51)

kepribadian mereka, rasa frustasi yang memuncak, kejadian di lapangan, adanya provokasi sampai pada pengaruh alkohol dan obat-obatan, juga akan menghasilkan berbagai bentuk perilaku agresif baik secara langsung maupun tidak langsung.

The Mac’z Man adalah satu dari sekian banyak kelompok suporter yang ada di Indonesia dan bahkan bukan satu-satunya kelompok suporter yang ada di daerahnya yaitu Makassar. Sebagai kelompok suporter yang fanatik, baik secara bersama maupun terpisah dengan ISM (Ikatan Suporter Makassar), mereka terus memberi dukungan pada tim kesayangan mereka dalam berbagai kesempatan dengan berbagai cara. Kelompok yang menjuluki diri mereka sebagai kelompok suporter kreatif PSM Makassar, terorganisir dengan rapi dalam struktur organisasi yang jelas. Sejumlah kegiatan diluar kegiatan utama mereka yakni memberi dukungan bagi tim PSM Makassar dan berbagai prestasi yang diraih membuat kelompok mereka semakin disegani dan dikenal baik di Makassar maupun di Indonesia.

Prestasi dan kegiatan para suporter Makassar seolah-olah sejalan dengan nama besar mereka sebagai kelompok suporter yang menakutkan hampir setara dengan para Bonek Persebaya Surabaya. Kejadian pengerusakan yang dilakukan oleh para suporter di Tanjung Perak saat tim PSM masuk ke dalam babak delapan besar di Jakarta (Suara Karya, 17 Maret 2006) dan kerusuhan yang melibatkan empat kelompok suporter besar di Jakarta, yang mendukung tim Persija Jakarta, PSMS Medan, PSM Jakarta dan Persebaya Surabaya, yang berakibat banyaknya orang yang dirawat di Rumah Sakit (Suara Karya,17 Maret 2006), adalah contoh perilaku agresif para suporter dari Makassar ini. Tak hanya pada persepak bolaan nasional, kelompok ini terkadang bertindak agresif terhadap tim kesayangannya sendiri. Mereka tidak senang jika tim kesayangannya tidak menang. Pelemparan yang dilakukan oleh suporter terhadap tim PSM saat bermain seri dengan tim Persik Kediri (BOLA, 23Maret 2005) adalah salah


(52)

satu contohnya. Pengurus tim pun tidak luput dari sasaran kemarahan mereka dimana mereka memberi ultimatum bagi pengurus untuk lebih baik mundur saja jika tidak berhasil dalam jangka waktu yang mereka tentukan (Tribun Timur, 3 Maret 2006).

The Mac’z Man sebagai salah satu kelompok suporter yang ada di Makassar secara tidak langsung menjadi aktor dari berbagai perilaku agresif suporter PSM Makassar. Bahkan nama mereka yang tertulis dalam berbagai media cetak dan disiarkan oleh media elektronik. Kreatifitas yang dijunjung tinggi dan berbagai prestasi yang diraih seolah tertutupi dengan perilaku agresif mereka. Reaksi orang saat mendengar The Mac’z Man, suporter dari Makassar lebih pada ketakutan dan kecemasan dari pada penghargaan dan penghormatan.

Perilaku agresif The Mac’z Man tentu bukanlah hal yang tanpa sebab dan dengan berbagai alasan atau pemicu tersebut tentu saja akan memunculkan berbagai macam perilaku agresif juga yang mungkin tidak disadari dan tidak dianggap sebagai perilaku agresi. Berikut gambaran alur pemikiran penelitian perilaku agresif pada The Mac’z Man :


(53)

Skema 2. alur penelitian

Datang menonton pertandingan di

stadion

Melakukan berbagai bentuk perilaku agresif Kelompok supporter The

Mac’z Man

Faktor-faktor yang berpengaruh memicu perilaku agresif :

1. Variabel sosial 2. Variabel situasional

Kelompok-kelompok suporter PSM Makassar


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Desain penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dimana data dan hasil yang diperoleh berupa penggambaran yang ingin menerjemahkan pandangan dasar interpretatif dan fenomenologis dengan tujuan untuk memahami kehidupan sosial manusia (Poerwandari,2005), termasuk kegiatan, sikap, pandangan, proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruhnya dari suatu fenomena (Whitney dalam Natzir,1985).

B. Responden

Responden yang menjadi subyek pada penelitian ini adalah kelompok suporter tim sepak bola tim PSM Makassar. Secara spesifik, mereka yang menjadi responden adalah para suporter PSM Makassar yang dikenal dengan nama The Mac’z Man yang mana merupakan salah satu kelompok suporter sepak bola terbesar yang berada di Sulawesi Selatan khususnya di Makassar.

Dipilihnya suporter The Mac’z Man ini karena dari sekian banyaknya kelompok suporter di Makassar, The Mac’z Man merupakan kelompok yang paling besar dan terkenal, dan yang satu-satunya yang terdaftar sebagai kelompok suporter resmi di PSSI sebagai kelompok suporter PSM Makassar.


(55)

C. Batasan Istilah 1. Perilaku Agresif

a. Definisi Perilaku Agresif

Perilaku agresif adalah suatu perilaku destruktif atau merusak baik secara fisik maupun secara psikis yang bermaksud untuk menyakiti atau melukai orang lain dan merusak benda-benda. Orang lain dalam penelitian ini merupakan pihak lawan baik itu secara tim maupun personal, sedangkan benda-benda adalah sarana dan prasarana di dalam stadion.

b. Bentuk-Bentuk Perilaku Agresif

Perilaku agresif terbagi dalam tiga bentuk dasar yaitu : 1). Perilaku agresi secara fisik dan verbal.

2). Perilaku agresi yang dilakukan secara aktif dan pasif.

3). Perilaku agresi yang dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Kemudian bentuk-bentuk perilaku agresi ini dikombinasikan satu sama lain seingga terbentuk menjadi delapan perilaku agresif yaitu :

1). Fisik-aktif-langsung , dimana seseorang melakukan perilaku agresi secara fisik, dengan aktif dan langsung diarahkan pada obyek. Contoh perilaku ini adalah memukul langsung orang lain.

2). Fisik-aktif-tidak langsung, dimana seseorang melakukan perilaku agresi secara fisik, dengan aktif tetapi tidak langsung diarahkan pada obyek. Contoh perilaku ini adalah membuat jebakan untuk orang lain. 3). Fisik-pasif-langsung, dimana seseorang melakukan perilaku agresi

secara fisik, tetapi pasif dan langsung diarahkan pada obyek. Contoh perilaku ini adalah tidak memberi jalan pada orang lain yang mau lewat.


(56)

4). Fisik-pasif-tidak langsung, dimana seseorang melakukan perilaku agresi secara fisik, tetapi pasif dan tidak langsung diarahkan pada obyek. Contoh perilaku ini adalah menolak mengerjakan sesuatu yang diperintahkan oleh orang lain.

5). Verbal-aktif-langsung, dimana seseorang melakukan perilaku agresi secara verbal, dengan aktif dan langsung diarahkan pada obyek. Contoh perilaku ini adalah mencaci maki orang lain.

6). Verbal-aktif-tidak langsung, dimana seseorang melakukan perilaku agresi secara verbal, dengan aktif tetapi tidak langsung diarahkan pada obyek. Contoh perilaku ini adalah menyebarkan gosip.

7). Verbal-pasif-langsung, dimana seseorang melakukan perilaku agresi secara verbal, tetapi pasif dan langsung diarahkan pada obyek. Contoh perilaku ini adalah menolak untuk berbicara.

8). Verbal-pasif-tidak langsung, dimana seseorang melakukan perilaku agresi secara verbal, tetapi pasif dan tidak langsung diarahkan pada obyek. Contoh perilaku ini adalah menggerutu.

2. Suporter Sepak Bola

Suporter sepak bola adalah para pendukung tim sepak bola yang tergabung dalam suatu organisasi kelompok suporter. Kehadiran mereka di stadion untuk menyemangati tim kesayangannya yang bertanding agar dapat memenangi pertandingan.


(57)

3. Suporter Sepak Bola PSM Makassar (The Mac’z Man)

The Mac’z Man adalah salah satu dari sekian banyak kelompok suporter di Makassar yang mendukung tim PSM Makassar. Keanggotaan para suporter yang tergabung dalam kelompok ini sangat jelas dan dibuktikan dengan adanya kartu anggota yang dimiliki oleh setiap orang yang mengaku dirinya Mac’z Man yang mana di dalamnya termuat identitas diri, asal sektor dan peraturan anggota yang harus ditaati.

4. Perilaku agresif pada suporter sepak bola PSM Makassar (The Mac’z Man)

Perilaku agresif para suporter sepak bola adalah segala macam bentuk kekerasan yang dilakukan oleh para suporter terutama saat mereka sedang menonton pertandingan. Berdasarkan observasi awal pada beberapa pertandingan dan wawancara awal ditemukan bahwa The Mac’z Man melakukan beberapa bentuk perilaku agresif berupa pemanjatan, pengusiran, penolakan, intimidasi, gosip, dan menggerutu. Perilaku-perilaku agresif yang muncul dapat terbagi dalam dua kelompok berdasarkan sifatnya yaitu perilaku yang muncul secara spontanitas (pemanjatan, penolakan, gosip, dan menggerutu) dan perilaku yang muncul dengan adanya panduan atau provokasi dari orang lain (pengusiran dan intimidasi). Secara ringkas perilaku agresif The Mac’z Man tergambar sebagai berikut :


(1)

Deskripsi perilaku agresif supporter pada pertandingan II 1. Memanjat tiang bendera (mt) :

Suporter, jumlahnya 4 orang memanjat tiang bendera sejak awal pertandingan hingga petandingan selesai (orang yang sama dengan pertandingan sebelumnya)

Suporter mengikatkan dirinya di tiang bendera, melompat-lompat sambil mengibarkan bendera

2. memanjat pagar

beberapa anak memanjat pagar pembatas tempat duduk penonton dengan stadion saat menonton pertandingan. Ini dilakukan selama pertandingan dan hanya berhenti saat jeda babak pertama. Saat babak kedua berlangsung mereka kembali memanjat pagar.

3. Pengusiran penonton (up) :

15 menit sebelum pertandingan penonton lain yang tidak berbaju merah dan menempati tempat The Mac’z Man disuruh pindah

Para The mac’z Man disuruh menggeser posisi orang-orang yang tidak berbaju merah

Meski bukan The Mac’z Man tetapi jika berbaju merah dan mau ikuti nyanyian dan gerakan The Mac’z Man, tidak disuruh pindah.

4. menghina/mencaci pemain lain (cp) :

pada saat pemain lawan membawa bola (spontanitas dengan kata-kata)

pemain lawan yang hebat dihina agar tidak berkonsentrasi utamanya saat menguasai bola

saat pemain merebut bola dari pemain PSM (spontanitas dengan kata-kata). Saat pemain lawan melakukan pelanggaran terhadap pemain PSM.

5. menghina/mencaci tim lawan (ct) : saat tim lawan menguasai bola

saat tim lawan mengatur serangan dan mengurung tim PSM 6. menghina/mencaci pemain PSM (cPs) :

saat pemain PSM bermain buruk

pemain PSM gagal menghalau / menjaga pemain lawan

pemain PSM hampir melakukan blunder (melakukan kesalahan hingga hampir memasukkan bola ke gawang sendiri

saat gawang PSM kebobolan.

7. memaki dengan nyanyian pada pemain lawan (np) : pada saat pemain lawan membawa bola

pemain lawan yang hebat dihina agar tidak berkonsentrasi utamanya saat menguasai bola atau kehilangan bola

semua dalam bentuk nyanyian dan nyanyian mengikuti lagu yang diinstuksikan oleh jendral lapangan.

8. memaki dengan nyanyian pada tim lawan (nt) : saat tim lawan menguasai bola

saat tim lawan mengatur serangan dan mengurung tim PSM

semua dalam bentuk nyanyian dan nyanyian mengikuti lagu yang diinstuksikan oleh jendral lapangan.

9. menekan tim lawan dengan nyanyian (it) :

mengancam tim lawan saat tim lawan mengurung tim PSM dan menguasai bola.


(2)

Mengancam tim lawan saat tim lawan dalam keadaan lebih unggul dari PSM (skor)

10.menekan pemain lawan dengan nyanyian (ip) :

mengancam untuk memukul pemain lawan saat melakukan pelanggaran terhadap pemain PSM

11.menolak memukul drum

suporter meminta divisi musik menabuh drum tetapi jendral lapangan tidak menginstruksikan untuk menyanyi.

Awalnya suporter enggan diajak menyanyi oleh jendral lapangan saat PSM tetinggal. Divisi musik jengkel dan saat suporter mulai menyanyi (malas-malasan) divisi musik tidak memukul drum meski suporter meminta. Setelah diminta jendral lapangan baru mereka bermain kembali

12.menolak menyanyi

suporter asyik memperhatikan pertandingan utamnya saat PSM tertinggal dan hampir mencetak gol. Meski sudah diinstruksikan untuk menyanyi, tetapi tidak menyanyi. Tidak berlangsung lama tapi terjadi beberapa kali saat skor PSM dan ada momen penting saat pemain PSM hampir memasukkan bola. Akhirnya mereka menyanyi tetapi masih malas-malasan sampai PSM mencetak gol lagi.

13.membicarakan ketidakpuasan kinerja tim PSM (Gsp) :

permainan PSM secara keseluruhan dinilai tidak bagus meski unggul tetapi kemasukan bola banyak dan PSM hampir seri. Ini terjadi saat pertandingan usai.

Membicarakan lemahnya sektor petahanan tim. 14.menggerutu saat pemain PSM gagal mencetak gol (gm) :

marah-marah dan mengumpat saat pemain PSM gagal memanfaatkan peluang untuk mencetak gol

15.menggerutu saat pemain PSM gagal menguasai bola (gk) : saat bola direbut lawan

saat pemain PSM gagal meguasai bola yang dioperkan oleh rekan satu timnya. Saat pemain PSM tidak sempurna menggiring bola

Saat salah memberikan umpan pada rekan satu timnya. 16.menggerutu saat PSM bermain buruk (gb) :

saat PSM gagal menggandakan kemenangan. Saat PSM mengendurkan serangan

Saat PSM ditekan atau dikurung tim lawan. Saat gawang PSM kebobolan

Tambahan :

17. Perkelahian sesama suporter :

Terjadi saat awal babak kedua. Saat semua suporter dengan kedudukan 1-2, dimana PSM tertinggal, tiba-tiba semua orang dari bagian tengah tribun timur berhamburan dari atas ke bawah. (tribun bentuknya berundak-undak / trap). Ternyata ada dua orang yang berdiri di tribun paling atas saling pukul dan mendorong semua suporter yang ada di bawah mereka sehingga pada barisan itu, semua suporter jatuh dan terdorong ke bawah. Tiba di bawah, keduanya dipisahkan, dan ditenangkan. Kemudian didekatkan untuk didamaikan tetapi saat berdekatan kembali saling memukul dan mereka memukul dengan membabi buta sehingga mengenai beberapa orang. Hampir terjadi perkelahian besar namun dapat diatasi. Jendral lapangan segera menginstruksikan divisi musik untuk bermain dan mengajak suporter bernyanyi. Serentak suporter


(3)

bernyanyi ” Buat apa ribut, buat apa ribut, ribut itu tidak ada gunanya”. Setelah bernyanyi sekitar lima menit, jendral lapangan mengumandangkan kata-kata perdamaian lewat megaphone disambut tepuk tangan seluruh suporter The Mac’z Man. Kedua orang tersebut akhirnya berdamai dan kembali ketempat mereka. Diindikasikan oleh suporter lain bahwa mereka yang berkelahi tadi dalam pengaruh alkohol dari minuman keras yang barusan diminumnya sebelum masuk stadion.

18. Pembakaran :

Pembakaran dilakakukan menjelang akhir pertandingan. Saat itu skor 2-2 dan di akhir babak kedua pemain PSM berhasil mencetak gol dan mengubah kedudukan menjadi 3-2, para suporter sangat gembira. Beberapa anak mengambil kardus bekas dan benda-benda apa saja yang mudah dibakar lalu mulai membakar sambil mengelilingi api tersebut. Tetapi ini tidak berlangsung lama karena pengurus suporter bagaian keamanan segera memadamkan api tersebut dan membubarkan kelompok tersebut

Pertandingan : PSM vs Persita Observer : Peneliti

Skor : 0-1

Memanjat Pengusiran Intimidasi Menolak Gossip Menggerutu

mt mp up cp Ct cPs np nt it ip tp tn Gsp gm gk gb

X X X X X X X X X X X X X X X

Perilaku agresif lainnya :

Pelemparan ke dalam stadion pada terhadap lawan

Pemukulan oleh pengurus terhadap salah satu anggota Mac’z Man yang melempar .

Deskripsi perilaku agresif para suporter pada pertandingan III 1. Memanjat tiang bendera (mt) :

Suporter, jumlahnya 4 orang memanjat tiang bendera sejak awal pertandingan hingga petandingan selesai (orang yang sama dengan pertandingan sebelumnya)


(4)

Suporter mengikatkan dirinya di tiang bendera, melompat-lompat sambil mengibarkan bendera

2. memanjat pagar (mp) :

beberapa anak memanjat pagar pembatas tempat duduk penonton dengan stadion saat menonton pertandingan. Ini dilakukan selama pertandingan dan hanya berhenti saat jeda babak pertama. Saat babak kedua berlangsung mereka kembali memanjat pagar. Jumlah orang yang memanjat semakin banyak saat PSM sudah tertinggal dengan kedudukan 0-1 pada menit-menit akhir

3. Pengusiran penonton (up) :

15 menit sebelum pertandingan penonton lain yang tidak berbaju merah dan menempati tempat The Mac’z Man disuruh pindah

Para The mac’z Man disuruh menggeser posisi orang-orang yang tidak berbaju merah

Meski bukan The Mac’z Man tetapi jika berbaju merah dan mau ikuti nyanyian dan gerakan The Mac’z Man, tidak disuruh pindah.

4. menghina/mencaci pemain lain (cp) :

pada saat pemain lawan membawa bola (spontanitas dengan kata-kata)

pemain lawan yang hebat dihina agar tidak berkonsentrasi utamanya saat menguasai bola

saat pemain merebut bola dari pemain PSM (spontanitas dengan kata-kata). Saat pemain lawan melakukan pelanggaran terhadap pemain PSM.

5. menghina/mencaci tim lawan (ct) : saat tim lawan menguasai bola

saat tim lawan mengatur serangan dan mengurung tim PSM 6. menghina/mencaci pemain PSM (cPs) :

saat pemain PSM bermain buruk

pemain PSM gagal menghalau / menjaga pemain lawan

pemain PSM hampir melakukan blunder (melakukan kesalahan hingga hampir memasukkan bola ke gawang sendiri

7. memaki dengan nyanyian pada pemain lawan (np) : pada saat pemain lawan membawa bola

pemain lawan yang hebat dihina agar tidak berkonsentrasi utamanya saat menguasai bola atau kehilangan bola

semua dalam bentuk nyanyian dan nyanyian mengikuti lagu yang diinstuksikan oleh jendral lapangan.

Memaki pemain lawan yang dilanggar salah satu pemain PSM yang mengakibatkan kartu merah bagi pemain tersebut sehingga tidak lagi diperbolehkan bermain.

8. memaki dengan nyanyian pada tim lawan (nt) : saat tim lawan menguasai bola

saat tim lawan mengatur serangan dan mengurung tim PSM

semua dalam bentuk nyanyian dan nyanyian mengikuti lagu yang diinstuksikan oleh jendral lapangan.

9. menekan tim lawan dengan nyanyian (it) :

mengancam tim lawan saat tim lawan mengurung tim PSM dan menguasai bola.

Mengancam tim lawan saat tim lawan dalam keadaan lebih unggul dari PSM (skor)


(5)

mengancam untuk memukul pemain lawan saat melakukan pelanggaran terhadap pemain PSM

11.menolak menyanyi

para suporter menolak menyanyi saat PSM terdesak dan ketinggalan 0-1. semua terdiam menyaksikan peluang-peluang dan serangan-serangan PSM. Perintah jendral lapangan sudah tidak didengarkan lagi. Meskipun ada beberpa yang menyanyi namun dengan malas-malasan sehingga suara mereka nyaris tak terdengar. Yang terdengar hanyalah suara-suara drum yang dibunyikan oleh divisi musik.

12.membicarakan ketidakpuasan kinerja tim PSM (Gsp) :

permainan PSM secara keseluruhan dinilai sangat tidak bagus karena kalah di menit-menit akhir apalagi saat salah satu pemai PSM mendapat kartu merah dan dinilai sebagai penyebab kekalahan tim PSM. Ini terjadi saat pertandingan usai.

Pemain asing tidak bermain bagus dan tidak mencetak gol. 13.menggerutu saat pemain PSM gagal mencetak gol (gm) :

marah-marah dan mengumpat saat pemain PSM gagal memanfaatkan peluang untuk mencetak gol dan semakin sering frekuensinya saat PSM sudah dalam keadaan tertinggal di menit-menit akhir.

14.menggerutu saat pemain PSM gagal menguasai bola (gk) : saat bola direbut lawan

saat pemain PSM gagal meguasai bola yang dioperkan oleh rekan satu timnya. Saat pemain PSM tidak sempurna menggiring bola

Saat salah memberikan umpan pada rekan satu timnya. 15.menggerutu saat PSM bermain buruk (gb) :

saat PSM gagal menyamakan kedudukan untuk mengejar ketertinggalan skor Saat PSM mengendurkan serangan.

Saat PSM ditekan atau dikurung tim lawan. Tambahan

16.pelemparan

Saat PSM sudah tetinggal 0-1 ada salah seorang suporter yang melakukan pelemparan ke arah pemain lawan. Benda yang dilempar berupa botol air mineral dan beberapa benda keras lain. Kejadiannya sangat cepat dan terjadi saat pemain lawan berada di pinggir lapangan yang berdekatan dengan pagar pembatas penonton untuk melakukan ’tendangan bebas’. Segera salah satu dirigen lapangan meneriaki suporter tersebut dan menunjuk suporter tersebut agar segera diamankan oleh tim keamanan suporter. Untukmemudahkan ’penangkapannya’ dirigen tersebut menyebutkan segala atribut yang dikenakan oleh suporter tersebut. Suporter tersebut segera ditemukan dan diamankan.

17.pemukulan

Pemukulan ini merupakan kelanjutan dari kejadian pelemparan yang terjadi sebelumnya. Saat orang yang melempar ditemukan, berkat kerja sama semua suporter yang ada di sekeliling orang itu, orang tersebut diterik turun dari tribunnya oleh petugas keamanan suporter. Tiba di bawah dan sudah terpisah dari kelompok besar suporter, tiba-tiba datang seseorang, yang belakangan diketahui oleh peneliti merupakan ketua salah satu sektor The Mac’z Man, dengan tergesa-gesa berjalan menuju suporter tersebut dan dengan cepat tanpa berkat-kata memukul suporter tersebut hingga terdorong ke belakang ke araha


(6)

para suporter laian yang berdiri. Setelah itu dia dimaki-maki dan ketua sektor tersebut menginterogasi orang tersebut dengan cepat dan suara yang keras. Petugas keamanan suporter segera mengamankan suporter tersebut dan membawanya keluar stadion. Jendral lapangan segera menginstruksikan divisi musik untuk menabuh drum dan mengajak para suporter untuk bernyanyi lagi.