PENINGKATAN LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL MELALUI KETERAMPILAN KOMUNIKASI KONSELOR DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI (MTsN) RUNGKUT SURABAYA.

(1)

MELALUI KETERAMPILAN KOMUNIKASI KONSELOR DI

MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI (MTsN) RUNGKUT

SURABAYA

SKRIPSI

Oleh:

DEWI MAS’ULA NIM. D33211052

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM JANUARI 2015


(2)

MELALUI KETERAMPILAN KOMUNIKASI KONSELOR DI

MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI (MTsN) RUNGKUT

SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada:

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

DEWI MAS’ULA NIM. D33211052

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM JANUARI 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

v

Keterampilan Komunikasi Konselor di Madrasah Tsanawiyah Negeri Rungkut Surabaya.

Layanan konseling individual adalah suatu layanan konseling yang dilksanakan oleh konselor kepada klien untuk membantu klien terentaskan dari masalah yang dihadapinya dengan suasana yang komunikatif secara face to face, sehingga klien dapat berkembang menjadi pribai yang dapat mengantisipasi masalah-masalah yang dihadapinya. Dalam memberikan layanan konseling individual kepada klien tidak terlepas dari masalah komunikasi antara konselor dengan klien. Dalam hal ini konselor dituntut untuk memiliki keterampilan komunikasi yang baik untuk membangun hubungan yang komunikatif dengan klien.

Keterampilan komunikasi konselor adalah keterampilan yang diperlukan konselor dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal, memahami komunikasi non-verbal dari klien dan mampu memecahkan konflik secara konstruktif. Dalam hal ini difokuskan pada pemberian bantuan untuk meningkatkan perkembangan pribadi siswa, dengan menggunakan keterampilan komunikasi konselor sehingga dapat membantu siswa untuk terentaskan dari permasalahan yang dihadapinya.

Penelitian ini memfokuskan kajian pada tiga fokus masalah, yaitu: (1). Bagaimana pelaksanaan layanan konseling individual di MTs N Rungkut Surabaya? (2). Bagaimana keterampilan komunikasi konselor di MTs N Rungkut Surabaya? (3). Bagaimana peningkatan layanan konseling individual melalui keterampilan komunikasi konselor di MTs N Rungkut Surabaya?

Jenis penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, interview, dokumentasi. Selanjutnya, penulis menggunakan analisis deskriptif kualitatif, yang bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan data yang ditemukan di lapangan sedemikian rupa, sehingga menggambarkan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa peningkatan layanan konseling individual melalui keterampilan komuniksi konselor di MTs N Rungkut Surabaya, sudah berjalan sangat baik sekali, hal ini dibuktikan dengan adanya hubungan yang akrab dan bermakna antara konselor dan klien, serta bekerja sama untuk pemecahan masalah dengan objektif. Selain itu, juga dibuktikan dengan adanya hasil dari layanan konseling individual yaitu tuntasnya masalah yang di alami siswa, dan semakin banyaknya siswa yang tertarik untuk mengikuti layanan konseling individual.


(7)

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTTO

HALAMAN PERSMBAHAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……….1

B. Fokus Penelitian………...4

C. Tujuan Penelitian……….5

D. Manfaat Penelitian………...5

E. Definisi Istilah……….6

F. Kajian Pustaka Terdahulu………9

G. Sistematika Penulisan………..12

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Konsep Layanan Konseling Individual………..15

a. Pengertian Layanan Konseling Individual………15


(8)

e. Kegiatan PendukungLayanan Konseling Individual………...22

f. Tahap-tahap Layanan Konseling Individual……….25

B. Tinjauan Tentang Konsep Keterampilan Komunikasi Konselor………28

a. Pengertian Keterampilan Komunikasi Konselor………...29

b. Keterampilan Dasar Berkomunikasi………..32

c. Unsur-unsur Keterampilan Komunikasi Konselor………....34

d. Keterampilan-keterampilan Komunikasi Konselor………...35

e. Ragam Teknik Dalam Keterampilan Komunikasi Konselor……….38

C. Tinjauan Tentang Peningkatan Layanan Konseling Individual melalui Keterampilan Komunikasi Konselor………...49

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian………54

B. Informan Penelitian………57

C. Tahap-tahap Penelitian………...58

D. Lokasi Penelitian………60

E. Sumber Dan Jenis Data………..60

F. Teknik Pengumulan Data………...63

G. Teknik Analisis Data………..65

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Penyajian Data………69

1. Pelaksanaan Layanan Konseling Individual di MTs N Rungkut Surabaya………69

2. Keterampilan Komunikasi Konselor di MTs N Rungkut Surabaya..85

3. Peningkatan Layanan Konseling Individual Melalui Keterampilan Komunikasi Konselor Di Mts N Rungkut Surabaya……….97


(9)

2. Analisis Keterampilan Komunikasi Konselor di MTs N Rungkut

Surabaya……….107

3. Analisis Peningkatan Layanan Konseling Individual Melalui

Keterampilan Komunikasi Konselor Di MTs N Rungkut Surabaya..110 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan....………..113

B. Saran………114

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Konseling merupakan pelayanan terpenting dalam program bimbingan. Layanan ini memfasilitasi siswa untuk memperoleh bantuan pribadi secara langsung, baik secara face to face maupun melalui media (telepon atau internet) dalam memperoleh (a) pemahaman dan kemampuan untuk mengembangkan kematangan dirinya (aspek potensi kemampuan, emosi, sosial, moral-spiritual), dan (b) menanggulangi masalah dan kesulitan yang dihadapinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karier.

Berbagai jenis layanan dan kegiatan perlu dilakukan sebagai penyelenggaraan pelayanan bimbingan konseling terhadap peserta didik.Salah satu layanan dalam bimbingan konseling adalah layanan konseling individual.

Pengertian konseling individual mempunyai makna spesifik dalam arti pertemuan konselor dengan klien secara individual, dimana terjadi hubungan konseling yang bernuansa rapport (keharmonisan), dan konselor berupaya memberikan bantuan untuk pengembangan pribadi klien serta klien dapat mengantisipasi masalah-masalah yang dihadapinya.1

1Sofyan S. Willis,Konseling Individual Teori Dan Praktek, (Bandung; Alfabeta,2013),


(11)

Sedangkan menurut Tohirin, konseling individu merupakan salah satu jenis layanan yang dapat dilaksanakan konselor untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.2

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa konseling individu merupakan proses bantuan yang dilakukan oleh konselor kepada seorang klien dalam rangka menyelesaikan masalah dengan suasana yang komunikatif, untuk membahas masalah-masalah yang di alami klien, sehingga klien dapat mengatasi permasalahan yang dihadapinya.

Menurut hasil wawancara dengan guru pembimbing/konselor di MTs N Rungkut Surabaya, beliau menyatakan bahwa hampir setiap hari beliau melakukan konseling individu dengan berbagai masalah yang dihadapi siswa, setiap hari juga banyak siswa yang datang ke ruang BK, untuk sekedar konsultasi, curhat, dan ada juga datang karena kiriman dari guru mata pelajaran karena mereka membikin ulah dikelas. Secara umum masalah mereka adalah masalah perasaan, berkelahi degan teman, membolos, merokok.

Konselor merupakan pekerjaan professional yang menuntut dimilikinya sejumlah kompetensi dan keterampilan tertentu, agar proses konseling dapat berjalan secara lancar dan tujuannya tercapai secara efektif dan efisien, konselor harus mampu mengimplementasikan keterampilan –

keterampilan tertentu yang relevan. Salah satunya adalah keterampilan komunikasi.

2Tohirin, Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah, (Jakarta; PT raja grafindo persada, 2007), hal. 164


(12)

Menurut Rogers dan D. lauwrance (1981) menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih melakuan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya yang akan tiba pada saling pengertian.3

Menurut Santrock (2007) menyatakan bahwa keterampilan komunikasi adalah keterampilan yang diperlukan konselor dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal, memahami komunikasi non verbal dari klien dan mampu memecahkan konflik secara konstruktif.4

Komunikasi mempunyai peran penting dalam proses konseling, karena dengan komunikasi konselor mampu memahami keadaan kliennya. Mampu merespon hubungan dengan klien, dalam hal memberi bantuan kepada siswa, diharapkan dengan adanya komunikasi, diharapkan konselor mampu menciptakan suasana yang kondusif dan harmonis, sehingga klien merasa nyaman untuk mengungkapkan segala permasalahan yang dihadapinya dengan tenang.Supaya konselor tidak hanya duduk di belakang meja, dan menunggu pengaduan pelanggaran siswa dari guru kelas, tetapi konselor mampu untuk membentuk suasana yang komunikatif dengan siswa-siswanya.

Dari proses konseling tersebut diharapkan konselor membantu permasalahan klien hingga tuntas, sampai klien dapat: (1) klien menurunkan kecemasannya, (2) klien mampu memecahkan masalahnya, (3) klien mampu membuat rencana hidup baru setelah melewati masa-masa sulit di belit masalah.

3Hartono dan Boy S,Psikologi Konseling,(Surabaya: UNIPA, 2006), hal. 57

4Supratiknya,Tinjauan Psikologis Komunikasi Antar Pribadi,(Yogyakarta: Kanisius, 1995), hal.8


(13)

Penelitian ini di anggap penting karena dilihat dari berbagai alasan, pertama, peneliti beranggapan bahwa fenomena yang terjadi saat ini adalah banyaknya siswa yang cenderung memiliki permasalahan sosial, seperti salahnya memilih teman dalam pergaulan, masalah perasaan dengan lawan jenis, masalah kecanduan bermain game, dan latar belakang keluarga. Kedua, bagaimana cara komunikasi yang diterapkan konselor untuk membantu siswa mengatasi masalah – masalah tersebut, supaya siswa bisa terentaskan dari masalah-masalahnya, dan diharapkan siswa bisa berkonsentrasi dengan mata pelajaran yang dipelajarinya untuk mencapai prestasi yang maksimal. Karena pada saat ini, tidak sedikit konselor yang belum menerapkan keterampilan –

keterampilan dasar konseling, salah satunya adalah keterampilan komunikasi. Berdasarkan latar belakang diatas, mendorong penulis untuk mengadakan penelitian guna membuktikan adanya pengaruh dari layanan konseling indiviual.Peneliti juga bertujuan untuk mengungkapkan gambaran tentang “Peningkatan Layanan Konseling Individual melalui Keterampilan Komunikasi Konselor Kelas VIII Di MTs N Rungkut

Surabaya”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar elakang masalh diatas, penulis mengajukan focus penelitian yang ngin dijawab dalam penelitian ini, sebgai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan layanan konseling individual di MTsN Rungkut Surabaya?


(14)

2. Bagaimana keterampilan komunikasi konselor di MTsN Rungkut Surabaya?

3. Bagaimana peningkatan layanan konseling individual melalui keterampilan komunikasi konselor di MTsN Rungkut Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, tujuan yang akan dicapai adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan layanan konseling individual di MTsN

Rungkut Surabaya.

2. Untuk mengetahui keterampilan komunikasi konselor di MTsN Rungkut Surabaya.

3. Untuk mengetahui peningkatan layanan konseling individual melalui keterampilan komunikasi konselor di MTsN Rungkut Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang peningkatan layanan konseling individual melalui keterampilan komunikasi konselor di MTsN Rungkut Surabaya dan dapat di jadikan sebagai referensi untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya. Penelitian ini juga memberikan kontribusi yang bermanfaat dalam proses konseling, sehingga dengan adanya layanan tersebut memudahkan perkembangan individu. 2. Manfaat Praktis

Manfaat secara praktis dari penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai :


(15)

a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu orang tua dan guru dalam mengawasi perkembangan pribadi bagi anak atau para siswanya. b. Bagi peneliti, menerapkan teori – teori yang diperoleh selama kuliah

dalam praktek yang nyata, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan keterampilan komunikasi konselor terhadap peningkatan layanan konseling individual siswa.

c. Bagi konselor (guru BK), hasil penelitan ini dapat dijadikan sebagai salah satu tehnik pendekatan bagi siswa dalam rangka mengentaskan siswa dari permasalahannya.

d. Bagi siswa, hasil penelitian ini menjadikan siswa lebih sadar akan pentingnya proses konseling untuk membantu menyelesaikan permaslahannya sehingga siswa dapat tumbuh berkembang, sejahtera dan mandiri.

E. Definisi Istilah

Untuk mempermudah pembaca dalam memahami penulisan penelitian ini, maka peneliti akan menjelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Layanan Konseling Individual

Konseling individual mempunyai makna yang spesifik dalam arti pertemuan konselor dengan klien secara individual, dimana terjadi hubungan konseling yang bernuansa rapport, dan konselor berupaya memberikan bantuan untuk pengembangan pribadi klien serta klien dapat


(16)

mengantisipasi masalah yang dihadapinya.5 Dalam skripsi ini, peneliti mengambil tiga siswa yang mengalami masalah perasaan dengan lawan jenis, masalah salah dalam memilih teman dan masalah membolos.

Layanan ini bertujuan untuk pengentasan permasalahan klien, sebab dengan layanan ini klien diharapkan dapat memahami kondisi dirinya sendiri, lingkugannya, permasalahan – permasalahan yang dihadapi, kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya sehingga klien dapat mengatasi permasalahan yang dihadapinya.

Seperti layanan yang lain, pelaksanaan layanan konseling individual, juga menempuh beberapa tahap kegiatan, menurut W. S. Wingkel fase-fase dalam proses konseling dalam layanan konseling individualnya yaitu, pembukaan, penjelasan masalah penggalian latar belakang masalah, penyelesaian masalah, dan penutup. Uraian yang lebih rinci tentang lima tahapan itu adalah sebagai berikut;

a. Pembukaan, membangun hubungan pribadi antara konselor dengan klien

1. Menyambut kedatangan klien

2. Mengajak berbincang-bincang sebentar

3. Menjelaskan kekhususan dari berwawancara konseling

4. Mempersilahkan konseli untuk mengemukakan hal yang ingin dibicarakan

5

Sofyan S. Willis,Konseling Individual Teori Dan Praktek, (Bandung; Alfabeta,2013), hal 32


(17)

b. Penjelasan, menerima ungkapan klien apa adanya serta mendengarkan dengan penuh perhatian. Berusaha menentukan jenis masalah dan pendekatan konsling yang sebaiknya di ambil.

c. Penggalian latar belakang masalah, mengadakan analisa kasus, sesuai dengan pendekatn konseling yang dipilih.

d. Penyelesaian masalah, menyalurkan arus pemikiran klien, sesuai dengan pendekatan konseling yang dipilih

e. Penutup. Mengakhiri hubungan pribadi dengan klien6 2. Keterampilan Komunikasi Konselor

Menurut idrus BA (dalam kartini kartono) komunikasi adalah suatu hubungan yang tercipta yang tumbuh dan berkembang dalam suatu proses di antara dua orang atau lebih, dimana yang satu pihak menyampaikan berita yang berupa keinginan, fikiran dan perasaan, sedangkan fihak lain menanggapinya.7

Rogers dan D Lauwrance (1981) menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya yang akan tiba pada saling pengertian.8

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan komunikasi adalah suatu bentuk interaksi manusia dengan manusia

6Winkel,Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan,(Yogyakarta : Media Abadi, 2010), hal. 478

7Kartini Kartono,Bimbingan dan Dasar-dasar Pelaksanaannya,(Jakarta: Rajawali,

1985), hal. 53


(18)

yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya dan akan menimbulkan suatu pengertian.

Sedangkan Menurut Taylor, konselor adalah pembantu yang mempercepat proses seseorang yang dibantunya (konseli) itu untuk membuat pilihan yang wajar bagi masa depan dan juga bagi seluruh kehidupannya.9

Keterampilan adalah suatu kemampuan seseorang untuk melakukan pola – pola tingkah laku untuk mencapai hasil tertentu.Kompetensi komunikasi merupakan sebagian dari kompetensi intelektual konselor.Oleh karena konseling, terutama latar wawancara, sangat bergantung pada komunikasi yang jelas, maka kunci penting keefektifan konseling adalah kompetensi komunikasi.Stewart, dkk.Menunjukkan point-point tempat komunikasi konselor perlu kongkrit dan khusus-maksud, yaitu; 1. Focus masalah, 2. Mengidentifikasi tema penting. 3. Memokus pada suatu tema, 4. Mengarahkan tema kesatu tujuan.10Menurut Santrock (2007) menyatakan bahwa keterampilan komunikasi adalah keterampilan yang diperlukan konselor dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal, memahami komunikasi non verbal dari klien dan mampu memecahkan konflik secara konstruktif.11

9Muhd. Mansur. A,Proses Konseling,(Slangor: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1987), hal .

155

10Andi Mappiare AT,Pengantar Konseling Dan Psikoterapi, (Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada, 2006), hal. 110.

11Supratiknya, Tinjauan Psikologis Komunikasi Antar Pribadi, (Yogyakarta: Kanisius,


(19)

Jadi Keterampilan komunikasi adalah keterampilan utama yang harus dimiliki untuk mampu membina hubungan yang sehat di mana saja, di lingkungan sosial, sekolah, usaha, dan perkantoran atau di mana saja.

F. Kajian Pustaka Terdahulu

1. Layanan Konseling Individual Dalam Mengatasi Perilaku Agresif Siswa (Studi kasus pada siswa X kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Negeri Mojosari Mojokerto)

Oleh : Nur Mudholifah, 2012, KI

Dalam penelitian tersebut menjelaskan tentang bagaimana pelaksanaan layanan konseling individual dalam mengatasi perilaku agresif siswa X di MTs Negeri Mojosari Mojokerto, penelitian tersebut menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang menggunakan metode pengumpulan data; observasi, interview, angket, dan dokumentasi. Dan adapun yang menjadi informan dalam penelitian tersebut adalah konselor dan siswa X, karena yang melakukan konseling adalah konselor dan siswa X.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif, sama-sama-sama-sama menggunakan konsep layanan konseling individual, dan sama-sama menggunakan informan konselor dan klien.

Sedangkan perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu: (1) jenis penelitian dalam penelitian tersebut adalah dengan jenis


(20)

penelitian studi kasus, sedangkan di penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. (2) variabel terikat dalam penelitian tesebut menggunakan perilaku agresif siswa, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan keterampilan komunikasi konselor.

2. Strategi Konselor Dalam Pemberian Bantuan Melalui Layanan Konseling Individu Di SMP Negeri Ngusikan Jombang

Oleh : Miming Suryoningsih, 2013, KI

Dalam penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui layanan konseling individu, mengetahui strategi konselor dan mengetahui faktor pendukung dan penghambat pemberian bntuan di SMP Negeri Ngusikan.Penelitian tersebut menggunakan penelitian kualitatif, dengan tujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada dilapangan. Data yang dihimpun adalah melalui pengamatan yang seksama, wawancara dan dokumentasi agar hasil penelitian tersusun dengan sistematis, maka langkah – langkah peneliti dalam menganalisis data adalah yang pertama, dengan memilih hal-hal yang pokok dalam memfokuskan pada hal-hal yang penting, kedua menyajikan data yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, table, dan sejenisnya. Ketiga menarik kesimpulan guna menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan konsep layanan konseling individu, sama-sama-sama-sama


(21)

menggunakan metode penelitian kualitatif, sama-sama menggunakan pendekatan deskriptif.

3. Aplikasi Keterampilan Komunikasi Konselor Bagi Keterbukaan Diri Konseli Di MTs N Sumobito Jombang

Oleh : Dwi Ayu Imah Maria Ulfa, 2008, BPI

Dalam penelitian tersebut membahas bagaimana aplikasi keterampilan komunikasi konselor bagi keterbukaan diri klien, dan bagaimana hasil dari aplikasi keterampilan komunikasi konselor bagi diri klien.Penelitian tersebut menggunakan metode penelitian deskripif kualitatif yang berguna untuk memaparkan data tentang aplikasi keterampilan komunikasi konselor, dan untuk mengetahui hasil dari aplikasi keterampilan komunikasi konselor bagi diri konseli dengan menggunakan analisis prosentase kualitatif.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu; sama-sama menggunakan konsep keterampilan komunikasi konselor, sama-sama-sama-sama menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif,

Sedangkan perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah menggunakan variabel kedua yaitu keterbukaan diri konseli, sedangkan dipenelitian ini keterampilan komunikasi konselor menjadi variabel yang pertama.


(22)

G. Sistematika Penulisan

Agar pembahasan dalam penelitian ini mengarah kepada maksud yang sesuai dengan judul, maka dalam pembahasan ini penyusunan sistematika penulisan dengan rincian sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab satu ini peneliti akan membahas secara global isi skripsi ini yang meliputi : latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah,kajian pustaka terdahulu dan sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab dua ini, akan di ulas mengenai prespektif teoritis yang terdiri dari: tinjauan tentang konsep layanan konseling individual,

yang meliputi; pertama; pengertian layanan konseling individual, tujuan layanan konseling individual, materi layanan konseling individual, penyelenggaraan layanan konseling individual, kegiatan pendukung layanan konseling individual, tahap-tahap layanan konseling individual,kedua: tinjauan tentang konsep keterampilan komunikasi konselor, yang meliputi; pengertian keterampilan komunikasi konselor, keterampilan dasar berkomunikasi, unsur-unsur keterampilan komunikasi konselor, keterampilan-keterampilan komunikasi konselor, dan ragam teknik dalam keterampilan komunikasi konselor. Ketiga :tinjauan tentang


(23)

peningkatan layanan konseling individual melalui keterampilan komunikasi konselor.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab tiga ini, membahas tentang metode penelitian yang meliputi:pendekatandan jenis penelitian, informan penelitian, tahap-tahap penelitian, lokasi penelitian, sumber dan jenis data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang didapatkan oleh penulis di lapangan. Bab ini meliputi; deskripsi penyajian data layanan konsling individual, penyajian data keterampilan komunikasi konselor, analisis data layanan konseling individual, analisis data keterampilan komunikasi konselor, dan analisis data tentang peningkatan layanan konseling individual melalui keterampilan komunikasi konselor di MTsN Rungkut Surabaya.

BAB V : PENUTUP

Bab ini menjelaskan secara global dari semua pembahasan skripsi dengan menyimpulkan semua pembahasan dan memberi beberapa saran dalam meningkatkan kualitas layanan konseling selanjutnya. Tujuannya mempermudah pembaca untuk mengambil inti sari dari pembahasan skripsi ini.Dan di ikuti dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Berbagai jenis layanan dan kegiatan perlu dilakukan sebagai penyelenggaraan pelayanan bimbingan konseling terhadap sasaran layanan, yaitu peserta didik.Salah satu layanan dalam bimbingan konseling adalah layanan konseling individual.Yaitu untuk mengembangkan potensi siswa dan membantu pemecahan masalah yang dihadapinya, perlu ada kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang terorganisir, terprogram, dan terarah.

A. Tinjauan Tentang Konsep Layanan Konseling Individual a. Pengertian Layanan Konseling Individual

Menurut Tohirin. Konseling individu merupakan salah satu jenis layanan yang dapat dilaksanakan konselor untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.12

Sedangkan menurut Dewa Ketut Sukardi, Layanan konseling individual adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkikan peserta didik yang mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan guru pembimbing / konselor dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahannya.13

12Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah, (Jakarta; PT Raja

Grafindo Persada, 2007), hal. 164

13

Dewa Ketut Sukardi,Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, (Jakarta : PT Rineka Putra, 2008), Hal.63


(25)

Dan Sofyan S. Willis mengatakan bahwa, pengertian konseling individual mempunyai makna yang spesifik dalam arti pertemuan konselor dengan klien secara individual, dimana terjadi hubungan konseling yang bernuansa rapport, dan konselor berupaya memberikan bantuan untuk pengembangan pribadi klien serta klien dapat mengantisipasi masalah –

masalah yang dihadapinya.14

Serta dipertegas oleh Mukhlishah, bahwa layanan konseling individual adalah layanan konseling yang diselenggarakan oleh pembimbing / konselor terhadap klien dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien. Layanan individual ini berlangsung dalam suasana yang komunikatif karena antara konselor dengan klien bertatapmuka secara langsung dan membahas masalah - masalahyang di alami klien, sehingga sangat memungkinkan bersifat rahasia yang butuh untuk dipecahkan.15

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Layanan Konseling Individual adalah suatu layanan konseling yang dilaksanakan oleh konselor kepada klien untuk membantu klien terentaskan dari masalah yang dihadapinya dengan suasana yang komunikatif secaraface to face,sehingga klien dapat berkembang menjadi pribadi yang dapat mengantisipasi masalah–masalah yang dihadapinya.

Bimbingan untuk pengembangan berarti bantuan untuk pengembangan potensi klien agar mencapai taraf perkembangan yang

14

Sofyan S. Willis,Konseling Individual Teori Dan Praktek, (Bandung; Alfabeta,2013), hal 32

15

Mukhlishah,Administrasi Dan Manajemen Bimbingan Konseling Di Sekolah, (Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya, 2012), Hal.117


(26)

optimal. Proses bimbingan dan konseling berorientasi pada aspek positif artinya selalu melihat klien dari segi positif (potensi, keunggulan) dan berusaha menggembirakan klien dengan menciptakan situasi proses konseling yang kondusif untuk pertumbuhan klien. Sedangkan bimbingan untuk mengantipasi masalah bertujuan agar klien mampu mengatasi masalahnya setelah dia mengenal, menyadari dan memahami potensi serta kelemahan, dan kemudian mengarahkan potensinya untuk mengatasi masalah dan kelemahan.

b. Tujuan Layanan Konseling Individual

Layanan konseling individual ini bertujuan untuk mengentaskan permasalahan klien, sebab dengan layanan ini klien diharapkan dapat memahami kondisi dirinya sendiri, lingkugannya, permasalahan –

permasalahan yang dihadapi, kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya sehingga klien dapat mengatasi permasalahan yang dihadapinya.16

Sedankan menurut Tohirin; tujuan layanan konseling individual adalah agar klien memahami kondisi dirinya sendiri, lingkungannya, permasalahan yang dialami, kekuatan dan kelemahan dirinya sehingga klien mampu mengatasinya. Dengan kata lain, konseling individual bertujuan untuk mengentaskan masalah yang di alami klien.17

Secara lebih khusus tujuan layanan konseling individual adalah merujuk pada fungsi-fungsi bimbingan dan konseling.Pertama; merujuk

16Ibid,.

17Tohirin,Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi) Edisi Revisi,(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal. 158


(27)

pada fungsi pemahaman, maka tujuan layanan konseling individual adalah melalui layanan konseling individual klien dapat memahami seluk– beluk masalah yang di alami secara mendalam dan komprehensif, serta positif, dan dinamis.Kedua; merujuk kepada fungsi pengentasan, maka layanan konseling individual bertujuan untuk mengentasan klien dari masalah yang di hadapinya, ketiga; merujuk pada fungsi pemahaman dan pemeliharaan, tujuan layanan konseling individual adalah untuk mengembangkan potensi-potensi individu dan memlihara unsur-unsur positif yang ada pada diri klien.18

c. Materi Layanan Konseling Individual

Materi yang digunakan dalam layanan konseling individual adalah sebagai berikut:

a) Layanan konseling dalam bidang pribadi, yang meliputi masalah-masalah siswa, yaitu masalah-masalah-masalah-masalah yang berkenaan dengan;

1) Kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

2) Pengenalan dan penerimaan perubahan, pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri.

3) Pengenalan tentang kekuatan diri sendiri, bakat dan minat serta penyaluran dan pengembangannya.

18Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), Hal. 163-164


(28)

4) Pengenalan tentang kelemahan diri sendiri dan upaya penanggulangannya

5) Kemampuan mengambil keputusan dan pengarahan diri sendiri 6) Perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat

b) Layanan dalam bimbingan sosial, yang membahas dan mengentaskan masalah – masalah hubungan sosial siswa, yaitu masalah-masalah yang berkenaan dengan;

1. Kemampuan berkomunikasi

2. Kemampuan bertingkah laku yang berhubungan dengan sosial masyarakat, dengan menjunjung tinggi tata krama, norma dan nilai-nilai agama, adat–istiadat dan kebiasaan yang berlaku. 3. Hubungan dengan teman sebaya

4. Pemahaman dan pelaksanaan disiplin peraturan sekolah

5. Pengenalan dan pengalaman pola hidup sederhana yang sehat dan bergotong royong

c) Layanan dalam bimbingan belajar, yang membahas masalah-masalah belajar siswa, yaitu masalah-maslaah yang berkenaan dengan;

1. Motivasi dan tujuan belajar dan latihan 2. Sikap dan kebiasaan belajar

3. Kegiatan dan disiplin belajar serta berlatih secara efektif, efisien dan produktif

4. Penguasaan materi pelajaran dan latihan/keterampilan 5. Keterampilan teknis belajar


(29)

6. Pengenalan dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya disekolah dan lingkungan sekitar

7. Orientasi belajar diperguruan tinggi

d) Layanan dalam bidang karier, yang membahas dan mengentaskan masalah-masalah pekerjaan dan perkembangan karier siswa, yaitu masalah-masalah yang berkenaan dengan;

1. Pilihan dan latihan keterampilan

2. Orientasi dan informasi pekerjaan/karier, dunia kerja dan upaya memperoleh penghasilan

3. Orientasi dan informasi lembaga-lembaga keterampilan (lembaga kerja/industri) sesuai dengan pilihan pekerjaan dan arah pengembangan karier

4. Pilihan, orientasi dan informasi perguruan tinggi sesuai dengan arah pengembangan karier.

Materi yang dapat di angkat ada beberapa macam yang tidak terbatas, baik secara individu (dalam segenap bidang bimbingan, yaitu; bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karier).

Setiap siswa secara individu dapat membawa masalah yang dialaminya kepada guru pembimbing. Lebih lanjut, guru pembimbing akan dapat melayani semua siswa dengan berbagai permasalahannya itu, tanpa


(30)

membedakan priadi siswa ataupun permasalahannya yang dapat dihadapinya.19

d. Penyelenggaraan Layanan Konseling Individual

Pada dasarnya layanan konseling individu dapat terselenggara dengan melalui;

1) Inisiatif klien (dalam hal ini siswa), konselor tidak boleh hanya sekedar menunggu saja kedatangan klien, tetapi harus aktif mengupayakan agar siswa yang bermasalah menjadi sadar bahwa dirinya bermasalah dan menjadi sadar bahwa mereka memerlukan bantuan untuk menyelesaikan masalah – masalah tersebut. Upaya ini dilakukan melalui ceramah yang disertai tanya jawab dengan siswa tentang apa, mengapa dan bagaimana konseling individual itu. Isi ceramah itu harus bisa meyakinkan siswa bahwa dengan konseling individual itu benar-benar bermanfaat dan perlu, serta dijamin kerahasiaannya, sehingga siswa dengan sukarela akan datang sendiri kepada guru pembimbing / konselor untuk mengkonsultasikan masalah-masalah mereka. Salah satu kriteria keberhasilan layanan konseling individual ini adalah semakin banyak siswa yang mendatangi guru pembimbing / konselor untuk meminta layanan konselng individual ini.

19Mukhlishah,Administrasi dan Manajemen Bimbingan Konseling di Sekolah,(Jakarta: CV. Dwi Putra Pustaka Jaya, 2012), Hal. 118-120


(31)

2) Guru pembimbing / konselor dapat pula memanggil siswa untuk mengkonsultasikan masalahnya kepada guru pembimbing/konselor. Pemanggilan ini didahului oleh analisis yang mendalam tentang perlunya siswa untuk dipanggil.

3) Guru pembimbing/konselor dapat pula melalui perantara orang lain, misalnya; Kepala Sekolah, Wali Kelas, Guru Mata Pelajaran, Orang tua atau pihak-pihak tertentu. Guru pembimbing/konselor melaksanakan layanan konseling secara intensif dengan menerapkan berbaga teknik konselor, dan teknik pengungkapan masalah sampai dengan teknik pengubahan tingkah laku.

Waktu layanan konseling individu dapat diselenggarakan sesuai dengan keperluan dan perkembangan pembahasan masalah siswa, serta sesuai dengan waktu yang tersedia pada siswa dan guru pembimbing/ konselor misalnya 30 menit, 1 jam atau lebih dan juga dapat pula memperoleh layanan konseling lebih dari satu kali untuk satu masalah atau masalah yang berbeda.20

e. Kegiatan Pendukung Layanan Konseling Individual

Sebagaimana layanan-layanan yang lain, layanan konseling individual juga memerlukan kegiatan pendukung, adapun kegiatan pendukung layanan konseling individual adalah;21

20Mukhlishah,Administrasi Dan Manajemen Bimbingan Konseling Di Sekolah, (Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya, 2012), Hal.118-122

21Tohirin,Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi) Edisi Revisi,(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal.161-162


(32)

1. Aplikasi instrumentasi

Dalam layanan konseling individual, hasil instrumentasi baik berupa tes maupun non-tes dapat digunakan langsung maupun tidak langsung dalam layanan. Hasil tes, hasil ujian, hasil AUM (Alat Ungkat Masalah), Sosiometri Angket dan lain sebagainya dapat dijadikan dasar untuk pemberian bantuan atau layanan kepada individu.

2. Himpunan Data

Seperti halnya hasil instrumentasi, data yang tercantum dalam himpunan data selain dapat dijadikan pertimbangan untuk memanggil siswa, juga dapat dijadikan sebagai konten (isi) yang diwacanakan dalam layanan konseling individual. Selanjutnya, data proses dan hasil layanan harus di dokumentasikan di dalam himpunan data.

3. Konferensi Kasus

Konferensi kasus bertujua untuk memperoleh data tambahan tentang klien dan untuk memperoleh dukungan serta kerja sama dari berbagai pihak terutama pihak yang di undang dalam konferensi kasus untuk pengentasan masalah klien. Konferensi kasus bisa dilaksanakan sebelum dan sesudah dilaksanakannya layanan konseling individual.Pelaksanaan konferensi kasus setelah layanan konseling individual, dilakukan untuk tindak lanjut layanan.Kapan pun konferensi kasus dilaksanakan, rahasia klien harus tetap terjaga.


(33)

4. Kunjungan Rumah

Kunjungan rumah bertujuan untuk memperoleh data tentang klien. Selain itu juga untuk memperoleh dukungan dan kerjasama dari orang tua dalam rangka mengenaskan masalah dari klien. Kunjungan rumah bisa dilaksanakan sebelum dan sesudah layanan konseling individual. Apabila konselor sulit untuk melakukan kunjungan rumah, maka bisa digantikan dengan mengundang orang tua atau anggota keluarga lain ke sekolah untuk membicarakan masalah klien.

5. Alih Tangan Kasus

Tidak semua masalah yang di alami klien menjadi kewenangan konselor untuk menanganinya.Masalah-masalah yang di alami siswa seperti; criminal, penyakit jasmani, keabnormalan akut, spiritual dan guna-guna merupakan beberapa masalah yang tidak menjadi wewenang konselor untuk menanginya. Apabila masalah-masalah di atas terjadi pada klien, dank lien datang kepada konselor untuk meminta bantuan, maka konselor harus mengalihkan tanggun jawab memberikan layanan kepada pihak lain yang lebih mengetahui. Alih tangan kasus juga bisa di lakukan oleh konselor untuk aplikasi instrument yang tidak menjadi kewenangannya. Proses alih tangan kasus harus seizin klien dengan tetap menjaga asas kerahasiaan.


(34)

f. Tahap-Tahap Layanan Konseling Individual

Secara umum proses konseling individual dibagi atas tiga tahapan yaitu; tahap awal konseling, tahap pertengahan (tahap kerja), dan tahap akhir konseling.22

1) Tahap Awal Konseling

Tahap ini disebut juga tahap definisi masalah, karena tujuannya adalah konselor bersama klien mampu mendefinisikan masalah klien yang ditangkap dari pesan-pesan klien dalam proses konseling itu.

Adapun yang dilakukan oleh konselor dalam proses konseling tahap awal adalah:

a. Membangun hubungan konseling dengan melibatkan klien yang mengalami masalah.

Pada tahap ini konselor berusaha untuk membangun hubungan dengan cara melibatkan klien dan berdiskusi dengan klien. Hubungan tersebut dinamakan a working relationship, yaitu hubungan yang berfungsi, bermakna, dan berguna.Kunci keberhasilan tahap ini di antaranya ditentukan oleh keterbukaan konselor dan keterbukaan klien.Keterbukaan klien untuk mengungkapkan semua masalahnya sangat bergantung pada kepercayaan klien terhadap konselor.

22Ahmad Juntika Nurihsan,Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling,(Bandung : PT. Refika Editama, 2005 ), hal. 10-15


(35)

b. Memperjelas dan mengidentifikasi masalah.

Jika hubungan konseling telah terjalin dengan baik, berarti kerjasama antara konselor dengan klien bisa dilanjutkan dengan mengangkat isu, kepedulian, dan masalah yang di alami klien.Biasanya klien merasa kesulitan untuk menjelaskan masalahnya, klien hanya mengetahui gejala-gejala masalah yang di alaminya.Klien juga sering tidak mengetahui potensi yang dimiliki yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah.Tugas konselor adalah membantu mengembangkan potensi klien sehingga dengan kemampuannya sendiri klien dapat mengatasi masalahnya sendiri. c. Membuat penjajakan alternative bantuan untuk mengatasi masalah

Konselor berusaha menjajaki kemungkinan rancangan bantuan yang mungkin dilakukan, yaitu dengan membangkitkan semua potensi klien dan lingkungannya yang tepat untuk mengatasi masalahnya.

d. Menegosiasikan kontrak

Kontrak konselor dengan klien mengenai waktu, tempat, tugas dan tanggung jawab konselor dank lien, tujuan dan kerjasama lainnya perlu dilakukan pada tahap ini.Kontrak itu untuk mengatur kegiatan konseling.

2) Tahap Pertengahan Konseling

Tahap ini disebut juga tahap kerja, yang bertujuan untuk mengolah atau mengerjakan masalah klien (bersama klien) yang telah


(36)

di definisikan bersama di tahap awal tadi. Kegiatan selanjutnya adalah memfokuskan pada; (1) penjelajahan masalah yang di alami klien, dan (2) bantuan apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian kembali apa-apa yang telah dijelajah tentang masalah klien.

Menilai kembali masalah klien akan membantu klien memperoleh pemahaman baru, alternative baru, yang mungkin berbeda dengan sebelumnya. Pemahaman ini akan membantu dengan membuat keputusan dan tindakan apa yang akan digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan adanya pemahaman baru berarti ada dinamika pada diri klien untuk melakukan perubahan dalam mengatasi masalahnya. Adapun tujuan dalam tahap pertengahan ini adalah sebagai berikut :

a. Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah serta kepedulian klien dan lingkungannya dalam mengalami masalah tersebut.

b. Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara. c. Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak. 3) Tahap akhir konseling

Tahap akhir disebut juga tahap tindakan, tahap ini bertujuan agar klien mampu menciptakan tindakan-tindakan positif seperti perubahan perilaku dan emosi, serta perencanaan hidup masa depan yang positif setelah dapat mengatasi masalahnya. Klien akan mandiri, kreatif dan produktif.


(37)

Cavanagh (1982) menyebut ahap in dengan istilah termination.

Pada tahap ini konseling ditandai dengan beberapa hal berikut ini; a. Menurunnya kecemasan klien. Hal ini diketahui setelah konselor

menanyakan keadaan kecemasannya.

b. Adanya perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat dan dimanik.

c. Adanya tujuan hidup yang jelas dimasa yang akan datang dengan program yang jelas pula.

d. Terjadinya perubahan sikap yang positif terhadap masalah yang dialaminya, dapat mengoreksi diri dan meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar, seperti orang tua, teman, dan keadaan yang tidak menguntungkan.

B. Tinjauan Tentang Konsep Keterampilan Komunikasi Konselor

Komunikasi merupakan keterampilan dasar dalam proses konseling, komunikasi konseling adalah hubungan atau interaksi yang berlangsung antara konselor dengan konseli, yang terjadi pada situasi khusus dengan tujuan –

tujuan yang khusus pula seperti penyelesaian masalah.Komunikasi merupakan hal yang sangat penting.Karena dengan komunikasi manusia mampu memenuhi kebutuhan yang bersifat fisik maupun yang bersifat kejiwaan. Tujuan utama dari komunikasi adalah pengiriman pesan-pesan dari seseorang da diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.


(38)

a. Pengertian Keterampilan Komunikasi Konselor

Untuk memberikan definisi yang tepat terhadap pengertian tersebut, perlu terlebih dahulu penulis jelaskan pengertian komunikasi dan pengertian konselor terlebih dahulu.

1) Pegertian komunikasi

Menurut Moh. Surya dalam bukunya psikologi konseling, komunikasi adalah suatu proses pemindahan informasi antara dua orang manusia atau lebih, dengan menggunakan symbol – symbol bersama.23

Menurut Idrus BA (dalam kartini – kartono), komunikasi adalah suatu hubungan yang tercipta yang tumbuh dan berkembang dalam suatu proses diantara dua orang atau lebih, dimana yang satu pihak menyampaikan berita atau keinginan, fikiran dan perasaan, sedangkan pihak yang lain menanggapi (mau di ajak komunikasi).24

Menurut AF. Stoner (dalam AW widjaja), komunikasi adalah proses dimana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan peran.25

23Moh. Surya,Psikologi Konseling,(Bandung : Bani Quraisy, 2003), hal. 118

24Kartini Kartono,Bimbingan dan Dasar

–dasar pelaksanaannya,(Jakarta : Rajawali :

1985), hal. 53


(39)

Sedangkan menurut Rogers dan D. lauwrance (1981) menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih melakuan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya yang akan tiba pada saling pengertian.26

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu bentuk interaksi manusia dengan manusia lain yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya yang akan menimbulkan suatu pengertian.

2) Pengertian konselor

Konselor dalam bahasa inggris disebut counselor atau helper, mereka petugas khusus yang berkualifikasi dalam bidang konseling.Dalam counseling for all, di dalamnya terdapat kegiatan bimbingan (guidance). Banyak orang yang mengatakan bahwa konselor adalah orang yang memberikan pertolongan kepada orang lain dalam menyelesaikan masalah pribadi.27

Menurut Taylor, konselor adalah pembantu yang mempercepat proses seseorang yang dibantunya (konseli) itu untuk membuat pilihan yang wajar bagi masa depan dan juga bagi seluruh kehidupannya.28

Beberapa definisi konselor di atas dapat disimpulkan bahwa konselor adalah seseorang yang memiliki keahlian khusus dalam memberikan bantuan yang bersifat non-materi kepada konseli atau

26Hartono dan Boy S,Psikologi Konseling,(Surabaya: UNIPA, 2006), hal. 57

27Muhd. Mansur. A,Proses Konseling,(Slangor: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1987), hal .

119


(40)

seseorang yang mengalami masalah dan membutuhkan pertolongan untuk memecahkan permasalahannya tersebut.

Dari definisi komunikasi dan definisi konselor maka dengan demikian dapat di simpulkan bahwa keterampilan komunikasi konselor adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang memberikan bantuan bersifat non-materi untuk berinteraksi dengan konseli atau seseorang yang membutuhkan bantuan dalam proses konseling untuk terpecahnya suatu permasalahan yang dihadapi oleh konseli.

Menurut Santrock (2007) menyatakan bahwa keterampilan komunikasi adalah keterampilan yang diperlukan konselor dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal, memahami komunikasi non verbal dari klien dan mampu memecahkan konflik secara konstruktif.29

Keterampilan komunikasi adalah keterampilan utama yang harus dimiliki untuk mampu membina hubungan yang sehat di mana saja, di lingkungan sosial, sekolah, usaha, dan perkantoran atau di mana saja.30

Dalam pembahasan ini, peneliti menekankan pada komunikasi dalam bidang konseling yaitu suatu hubungan atau interaksi antara dua orang (konselor dan konseli) yang sifatnya dinamis, disengaja, dan

29

Supratiknya,Tinjauan Psikologis Komunikasi Antar Pribadi,(Yogyakarta: Kanisius, 1995), hal.8

30

http://www.komunikasipraktis.com/2014/10/keterampilan-komunikasi-pengertian.html, di akses pada tanggal; 09-12-14


(41)

situasi yang terjadi bersifat khusus serta hubungan yang tercipta biasanya lebih akrab dan tertuju pada pemberian bantuan.Dalam hal ini, di fokuskan pada pemberian bantuan yang berupa bantuan untuk meningkatkan perkembangan pribadi siswa, dengan menggunakan keterampilan komunikasi konselor sehingga dapat membantu siswa untuk terentaskan dari permasalahan yang dihadapinya.

b. Keterampilan Dasar Berkomunikasi

Agar mampu memulai, mengembangkan dan memelihara komunikasi yang akrab, hangat dan produktif dengan orang lain, maka konselor perlu memiliki sejumlah keterampilan dasar berkounikasi. Menurut Johnson (1981), beberapa keterampilan dasar yang dimaksud adalah sebagai beikut:31

1. Konselor harus mampu saling memahami, kemampuan ini terdiri dari : sikap percaya, pembukaan diri, keinsafan diri dan penerimaan diri. Untuk dapat saling memahami maka harus saling percaya, setelah itu harus saling membuka diri, yakni saling mengungkapkan tanggapan terhadap situasi yang sedang dihadapi, utuk membuka diri seperti itu, sebelumnya harus menginsafi diri, yaitu menyadari perasaan –

perasaan maupun tanggapan – tanggapan batin lainnya. Namun agar dapat sampai pada keinsafan diri seperti itu, maka perlu menerima diri,

31Supratiknya,Tinjauan Psikologis Komunikasi Antar Pribadi,(Yogyakarta: Kanisius, 1995), hal. 10-11


(42)

menerima dan mengakui pikiran-pikiran kita, bukan menyangkal, menentang atau menyembunyikannya.

2. Konselor harus mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara tepat dan jelas. Kemampuan ini harus disertai kemampuan menunjukkan sikap hangat dan rasa senang, serta kemampuan mendengarkan dengan cara yang akan menunjukkan bahwa konselor mampu memahami kliennya. Dengan saling menungkapkan pikiran-perasaan dan saling mendengarkan, maka akan mudah untuk memulai, mengembangkan, dan memelihara komunikasi dengan klien.

3. Konselor harus saling menerima dan saling memberikan dukungan atau saling menolong. Konselor harus mampu menanggapi keluhan klien dengan cara-cara yang bersifat menolong, yaitu menunjukkan sikap memahami dan bersedia menolong sambil memberikan dorongan. Agar klien mampu menemukan pemecahan-pemecahan masalah yang konstruktif terhadap masalahnya.

4. Konselor harus mampu memcahkan konflik dan bentuk-bentuk masalah antar pribadi lain yang mungkin muncul dalam komunikasi dengan klien, melalui cara yang konstruktif. Artinya, dengan cara-cara yang semakin dekat dengan klien, dan menjadikan komunikasi itu semakin tumbuh dan berkembang.


(43)

c. Unsur–Unsur Keterampilan Komunikasi Konselor

Tabel 1.1

Pada saat proses koseling, konselor akan berhadapan dengan konseli, dimana konseli akan mengutarakan atau membicarakan mengenai masalah – masalahnya dengan menampakkan ekspresi – ekspresi tertentu sebagai individu yang sedang menghadapi masalah, sedangkan konselor akan lebih banyak berperan dan menanggapi kata –kata konseli, perasaan dan tindakan konseli tersebut.

Konselor yang terampil akan berusaha untuk memperhatikan sifat

– sifat konselinya, dan berusaha untuk menyesuaikan komunikasinya dengan sifat konseli, karena setiap konseli mempunyai kepribadian dan masalah yang berbeda – beda maka konselor harus terampil untuk menggunakan berbagai variasi dalam memberikan tanggapan kepada konselinya. Dengan tanggapan konselor terhadap masing –masing konseli berbeda – beda tergantung pada karakter pribadi dan masalah yang dibahasnya.

Keterampilan komunikasi

Verbal Non–Verbal Paralanguage /

Nada suara


(44)

Tanggapan atau respon yang dipantulkan konselor terhadap konselinya, maupun ungkapan konseli yang dimunculkan dalam proses konseli dapat berupa :

1. Verbal : yaitu suatu ungkapan lewat ucapan, kata – kata yang dapat dimengerti oleh orang lain, atau dimengerti isi dari bahasa yang diucapkannya, untuk menyampaikan apa yang menjadi keinginan, perasaan dan fikiran, seseorang kepada orang lain.32

2. Non –verbal yaitu suatu ungkapan lewat tingkah laku yang dilakukan seperti gerakan tangan, nada suara, dan sebagainya. Sebagai ungkapan dari perasaan, keinginan, fikiran supaya dimengerti oleh orang lain. 3. Paralanguage adalah hal- hal suatu ungkapan yang berhubungan

dengan lisan, bahasa suara termasuk kualitas bahasa, irama tempo artikulasi.

d. Keterampilan-keterampilan Komunikasi Konselor

Ada tigacara utama bagaimana para konselor dan klien bisa menciptakan komunikasi dan mengambil tindakan untuk membantu mengatasi masalah klien. Di antaranya sebagai berikut ;

1. Komunikasi verbal; terdiri atas pesan-pesan yang dikirim dengan kata-kata. Ada beberapa dimensi komunikasi verbal, diantaranya:

32Kartini Kartono,Bimbingan dan Dasar

–Dasar Pelaksanaannya, (Jakarta : Rajawali,


(45)

a. Bahasa, bahasa terdiri atas bnyak elemen selain dari apakah orang-orang berbahasa inggris atau tidak, seperti kata-kata yang digunakan sehari-hari

b. Isi, isi bisa merujuk pada bidang topic, bidang permasalahan, atau tugas yang sedng dijalankan. Isi merujuk pada focus percakapan, evaluative percakapan.

c. Banyaknya pembicaraan malu (shyness), adalah isttilah yang digunakan untuk sebutan bagi orang-orang yang mengalami kesulitan ketika mendapat giliran untuk berbicara,

d. Ownership of speech, ada pembedaan yang berguna antara pesan-pesan anda dan pesan-pesan-pesan-pesan saya. Pesan-pesan-pesan anda memfokuskan pada orang lain dan bisa bernada menghakimi.

2. Komunikasi vocal ; terdir atas pesan-pesan yang dikirim melalui suara anda, seperti; volume, artikulasi, pitch (tinggi rendah), penekana dan kecepatan bicara. Pesan vocal dapat menyampaikan volume tentang apa yang sesungguhnya anda rasakan, dan secara emosional, seberapa responsifkah anda terhadap perasaan orang lain.

a. Volume, volume mengacu pada keras-lembutnya suara. Konselor perlu mengungkapkan dengan suara yang ukup dapat di dengar, yang nyaman dan mudah di dengar oleh klien.

b. Artikulasi, artikulasi mengacu pada kejelasan/ kejernihan suara. c. Pitch, pitch mengacu ketinggian atau kedalaman suara konselor


(46)

d. Emphasis, konselor menggunakan penekanan ketika merespon perasaan klien.

e. Rate; kecepatan bicara di ukur oleh jumlah kata permenit.

3. Komunikasi tubuh, terdiri atas pesan-pesan yang dikirimkan oleh tubuh anda, baik saat bicara maupun mendengarkan, beberapa bentuk komunikasi tubuh adalah sebagai berikut :

a. Ekspresi wajah, ekspresi wajah mungkin wahana utama untuk mengirim pesan tubuh, misalnya; senang, gundah, ragu-ragu, menarik, terkejut, marah atau sedih.

b. Memandang, memandang adalah cara untuk memperlihatkan ketertarikan dan juga cara untuk mengumpulkan informasi wajah pada proses konseling

c. Kontak mata, kontak mata adalah cara untuk menunjukkan adanya perhatian yang sungguh-sungguh terhadap lawan bicara. Karena kontak mata adalah alat pokok untuk berkomunikasi.

d. Gesture, gesture adalah gerakan fisik yang dapat mengkomunasikan maksud dan makna tertentu. Misalnya anggukan kepala yang menunjukkan tanda mengerti atau setuju. e. Postur, postur adalah sikap badan konselor ketika berhadapan

dengan klien. Postur tubuh konselor juga memberikan kesan tertentu pada klien.


(47)

f. Kedekatan fisik, kedekatan fisik dalam berkomunikasi juga berpengaruh, seperti ketika konselor terlalu jauh dengan klien itu akan memberikan kesan tertentu pada klien.

g. Pakaian, dalam berpakaian konselor juga harus mengenakan pakaian yang sesuai untuk menghadapi klien, agar terkesan lebih tegas dalam membantu permasalahan klien.

h. Cara berdandan, cara berdandan juga mempengaruhi proses konseling, misalnya; ketika konselor tidak rapi dalam berdandan, maka akan menimbulkan ketidaknyamanan pada klien ketika konseling dilaksanakan

e. Ragam Teknik dalam Keterampilan Komunikasi Konselor

Di antara ragam teknik yang digunakan dalam keterampilan komunikasi konselor adalah sebagai berikut :

1. Teknik Attending

Attending merupakan keterampilan dasar pada setiap proses komunikasi, Keterampilan attending merupakan kemampuan konselor dalam menunjukkan perhatian secara penuh kepada klien sehingga klien dapat terlibat dalam proses konseling.

Menurut Carkhuff (1983), attending adalah cara yang menunjukkan bagaimana konselor menyiapkan diri, bersikap atau berperilaku, mendengarkan, memberikan perhatian kepada klien


(48)

sehingga klien merasa aman, dan diperhatikan oleh konselor.33 Keterampilan attending meliputi :

a) Kepala : melakukan anggukan jika setuju.

b) Ekspresi wajah : tenang, ceria, senyum.

c) Kontak mata : kontak mata adalah cara untuk menunjukkan adanya perhatian yang sungguh – sungguh terhadap lawan bicara, yang menunjukkan penuh perhatian, ketertarikan, kemarahan. d) Posisi tubuh :agak condong ke arah klien, jarak konselor dengan

klien agak dekat, duduk akrab berhaapan atau berdampingan. e) Tangan : variasi gerakan tangan / lengan spontan berubah –

ubah, menggunakan tangan sabagai isyarat, menggunakan gerakan tangan untuk menekankan ucapan.

f) Mendengar aktif : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, perhatian terarah pada lawan bicara.

Teknik attending yang baik akan dapat meningkatkan harga diri klien, menciptakan suasana yang aman, dan mempermudah ekspresi perasaan klien secara bebas. Ciri-ciri attending yang baik adalah; (a) menganggukkan kepala apabila menyetujui pernyataan klien, (b) ekspresi wajah tenang, ceria, dan senyum, (c) posisi tubuh agak condong kearah klien, jarak antara konselor dengan klien dekat, duduk berhadapan atau berdampingan, (d) variasi isyarat gerakan tangan berubah-ubah untuk menekankan sesuatu pembicaraan, (e)

33Retno Tri Hariastuti dan Eko Darminto, Keterampilan-Keterampilan Dasar Dalam Konseling,(Surabaya : Unesa University Press, 2007), hal. 27


(49)

mendengarkan secara aktif, penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam atau menunggu kesempatan bereaksi, dan perhatian terarah pada lawan bicara.34

2. Teknik Mendengarkan

Teknik mendengarkan adalah kemampuan konselor menyimak atau memperhatikan penuturan klien selama proses konseling berlangsung. Tanpa teknik ini, konselor tidak akan menangkap pesan pembicaraan. Selama proses konseling berlangsung, konselor harus mendengarkan secara sungguh-sungguh apa yang dituturkan oleh klien. Dari sini nantinya akan menentukan ketepatan pengambilan kesimpulan sementara maupun kesimpulan akhir wawancara konseling. Pengambilan kesimpulan bisa salah apabila konselor tidak mendengarkan klien dengan sungguh-sungguh penuturan klien.35 3. Teknik Empati

Empati adalah kemampuan seorang konselor untuk dapat merasakan apa yang dirasakan oleh konseli, empati juga dapat diartikan sebagai suatu kesediaan konselor untuk memahami konseli secara keseluruhan, baik yang nampak maupun yang terkandung, khususnya pada aspek perasaan, pikiran dan keinginan.36 Empati sangat penting dalam proses konseling. Tanpa empati, proses konseling tidak akan berjalan secara efektif. Dengan berempati klien

34Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), hal. 288

35Ibid., hal. 289


(50)

akan tersentuh dan bersedia serta terbuka untuk mengemukakan isi yang tersimpan dalam lubuk hati yang dalam berupa perasaan, pikiran, pengalaman bahkan penderitaaannya.

Empati ada dua macam, yaitu; pertama, empati primer, yaitu; kemampuan konselor memahami perasaan, pikiran, keinginan dan pengalaman klien.Kedua;empati tingkat tinggi, yaitu; kemampuan konselor memahami perasaan, pikiran, keinginan, dan pengalaman klien secara lebih mendalam dan menyentuh klien karena konselor ikut dengan perasaan tersebut.

4. Teknik Refleksi

Refleksi adalah keterampilan konselor untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman klien sebagai pengamatan terhadap perilaku verbal dn nonverbalnya.37

Refleksi ada tiga macam, yaitu; (a) refleksi perasaan, yaitu keterampilan konselor untuk dapat memantulkan (merefleksikan) perasaan klien sebagai hasil pengamatan verbal dan non verbal terhadap klien, (b) refleksi pikiran, yaitu keterampilan konselor untuk memantulkan ide, pikiran, pendapat klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal terhadap klien, (c) refleksi pengalaman, yaitu keterampilan konselor merefleksikan pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien.

37Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), hal. 290


(51)

5. Teknik Eksplorasi

Teknik eksplorasi adalah suatu keterampilan konselor untuk menggali perasaan, pengalaman dan pikiran klien.38 Melalui keterampilan ini, akan memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan, dan terancam.

Eksplorasi ada tiga macam, yaitu; pertama; eksplorasi perasaan, yaitu keterampilan konselor untuk menggali perasaan klien yang tersimpan.Kedua, eksplorasi pikiran, yaitu keterampilan untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien.Ketiga, eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan konselor untuk menggali pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil pengamatan sebagai perilaku verbal dan non verbal klien.

6. Teknik Bertanya

Dalam proses konseling, konselor harus mempunyai keterampilan bertanya, karena bertanya sangat penting untuk membuka suatu percakapan dalam proses konseling. Apabila konseli dalam proses konseling, tidak mampu menyatakan perasaannya, maka konselor harus menggunakan keterampilan bertanya untuk membuka percakapan.

Keterampilan bertanya dalam proses konseling ada dua macam, yaitu; pertama, keterampilan bertanya terbuka open qui.Pada keterampilan bertanya terbuka, pertanyaan –pertanyaan yang diajukan


(52)

bersifat terbuka dan klien bebas menjawabnya, kedua, keterampilan bertanya tertutup.Peda keterampilan ini pertanyaan yang diajukan konselor mengandung jawaban yang singkat dari klien dari klien seperti ya atau tidak, setuju atau tidak setuju, dan lain sebagainya.39 7. Teknik Paraphrasing (menangkap pesan utama)

Paraphrasing adalah sebuah pernyataan ulang dari kata-kata dan pikiran yang dikemukan konseli dengan kata – kata konselor sendiri.Paraphrasing yang baik adalah menyatakan kembali pesan utama klien secara seksama dengan kalimat yang mudah dan sederhana.

Menurut Tohirin, teknik prarphrasing bertujuan untuk; (a) mengatakan kembali kepada klien, bahwa konselor bersama klien dan berusaha memahami apa yang dikatakan klien, (b) mengendapkan apa yang di ungkapkan klien dalam bentuk ringkasan, (c) memberi arah wawancara konseling, dan (d) mengecek kembali persepsi konselor tentang apa yang dikemukakan oleh klien.

8. Teknik Memberikan Dorongan Minimal

Dorongan minimal adalah semua isyarat, sepatah kata atau komunikasi fase pendek yang menyatakan persetujuan, pemahaman terhadap apa yang dikemukakan oleh konseli.Dorongan minimal yang dikemukakan oleh konselor yaitu berupa kata – kata seperti :

“ya”,”hmmm”,”terus”, dan sebagainya. Penggunaan kata – kata

39Tohirin,Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi),Ibid, hal. 291


(53)

tersebut oleh konselor mengisyaratkan kepada konseli bahwa konselor memahami apa yang dikatakan oleh konseli.

Penggunaan dorongan minimal secara tepat oleh konselor cenderung akan menimbulkan keyakinan pada konseli bahwa konselor mendengarkan apa yang ia katakan, memahami secara positif dan dorongan minimal juga dapat menjaga kelangsungan pembicaraan konseli dan menghindari agar konselor tidak terlalu banyak berbicara yang dapat mengakibatkan konseli hanya menjadi pendengar saja.40 9. Teknik Menyimpulkan sementara

Supaya arah pembicaraan makin jelas, maka konselor bersama konseli perlu menyimpulkan pembicaraan. Dalam menyimpulkan sementara ini konseli harus ikut dan memperhatikan, karena keputusan mengenai dirinya menjadi tanggung jawab konseli, dan konselor hanya membantu.Menyimpulkan sementara adalah proses menyatukan semua yang telah dikomunikasikan selama bagian tertentu atau seluruh pertemuan konseling.41

10. Teknik Memimpin

Supaya pembicaran dalam proses konseling tidak menyimpang kemana- mana, konselor harus mampu memimpin arah pembicaraan sehingga nantinya mencapi tujuan. Keterampilan ini mempunyai tujuan sebagai berikut : a). agar konseli tidak menyimpang dari focus pembicaraan, b). agar arah pembicaraan lurus pada tujuan konseling.

40Teori dan Praktek Bimbingan dan Konseling, Th 12 No. 1, Juni 2000. 41Sofyan S.Willis,Konsling Individual, (Bandung : Alfabeta, 2004), hal, 167


(54)

11. Teknik Memfokuskan

Seorang konselor yang efektif, harus mampu membuat focus utnuk membantu konseli memusatkan perhatian pada pokok pembicaraan, secara umum dalam proses konseling selalu ada focus yang membantu unuk menyadari bahwa pokok yang dihadapinya adalah “A”. misalnya, mungkin banyak masalah yang berkembang di dalam diskusi dengan konseli, maka konselor harus membantu konseli agar dia menentukan focus pada salah satu masalah.42

12. Teknik Konfrontasi

Dalam konseling, biasanya antara ucapan dan tingkah laku konseli tidak sesuai, seperti konseli mengatakan bahwa dirinya senang akan tetapi sambil murung, mengatakan sedih tetapi sambil tersenyum bahagia. Dalam keadaan itulah konfrontasi dapat dilakukan. Dan yang dimaksud dengan konfrontasi dalam proses konseling adalah suatu keterampilan komunikasi konseling yang dilakukan konselor untuk menunjukkan secara langsung kepada konseli bahwa apa yang diucapkan tentang dirinya atau tentang keadaan tertentu yang jelas-jelas tidak sesuai dengan apa yang konselor lihat dalam keadaan yang sama.43 Teknik ini berguna untuk; (a) mendorong klien mengadakan introspeksi diri secara jujur, (b) meningkatkan potensi klien, (c) membawa klien kepada kesadaran adanya ketidak konsistenan, konflik dalam dirinya.

42Sofyan S.Willis,Konsling Individual, (Bandung : Alfabeta, 2004), hal, 169


(55)

13. Teknik Klarifikasi

Ketika klien menyampaikan permasalahnnya dengan kurang jelas atau samar-samar bahan dengan kerguan, maka tugas konselor adalah melakukan klarifikasi untuk memperjelas apa sebenarnya yang ingin disampaikan oleh klien. Konselor harus melakukannya dengan bahasa dan alasan yang rasional sehingga mudah dipahami oleh klien.44

14. Teknik Memudahkan

Teknik memudahkan adalah suatu keterampilan membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara bebas sehingga komunikasi dan partisipasi meningkat serta proses konseling berlangsung secara efektif.45

15. Teknik Penguatan

Dalam konseling, seringkali konseli membuat suatu pernyataan, kadang-kadang pernyataan tersebut positif dan negative.Untuk itu, pernyataan konseli positif perlu diberi penguatan, maksud diberikan penguatan itu adalah untuk membantu meningkatkan kepercayaan diri konseli. Penguatan dalam proses konseling adalah suatu keterampilan yang digunakan oleh konselor

44 Retno Tri Hariastuti dan Eko Darminto, Keterampilan-Keterampilan Dasar Dalam Konseling,(Surabaya : Unesa University Press, 2007), hal. 38

45Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), hal. 294


(56)

untuk pemberian semangat, motivasi keyakinan yang diberikan oleh seorang konselor kepada konseli.46

16. Teknik Memberi Nasehat

Memberi saran atau nasehat dalam proses konseling baik-baik saja, tetapi perlu diperhatikan bahwa konseling bersifat membantu memecahkan masalahyang dihadapi konseli. Saran atau nasehat biasanya diberikan kepada konseli karena ketidaktahuan konseli apa yang akan dikerjakan.47

17. Teknik Membrikan Respon minim

Respon minim adalah keterampilan yang digunakan oleh konselor untuk merespon ungkapan – ungkapan konseli, dengan keterampilan ini konseli akan merasa bahwa konselor memperhatikan apa yang telah di ungkapkannya, dan konseli juga akan menjadi semangat dan terbuka.48

18. Teknik Diam

Diam adalah amat penting. Diam bukan berarti tidak ada komunikasi, akan tetapi melakukan komunikasi non – verbal, diam yang paling ideal antara 5 – 10 detik dan selebihnya diganti dengan dorongan minimal. Tujuannya, untuk menunggu konseli berfikir.

46Retno Tri Hariastuti dan Eko Darminto, Keterampilan-Keterampilan Dasar Dalam

Konseling,(Surabaya : Unesa University Press, 2007), hal. 76

47 Abubakar Barajah, Psikologi Konseling Dan Teknik Konseling, (Jakarta:Studi Press,

2004), hal 78

48 Agus Santoso, Teknik Komunikasi Konseling, (Surabaya ; Fakultas Dakwah BPI,


(57)

19. Teknik Mengambil inisiatif

Konselor juga harus dapat mengambil inisiatif apabila klien kurang bersemangat untuk berbicara, sering diam, dan kurang partisipatif. Konselor mengucapkan kata-kata yang mengajak klien untuk berinisiatf dalam menuntaskan proses konseling. Selain itu, inisiatif juga diperlakukan apabila klien kehilangan arah pembicaraannya.49

20. Teknik Interpretasi

Interpretasi adalah upaya konselor untuk mengulas pemikiran, perasaan, konseli untuk menjelaskan arti atau peristiwa kepada konseli supaya konselidapat melihat permasalahannya dengan cara dan pandangan baru.50

Tujuan keterampilan ini adalah untuk memberi rujukan, pandangan baru agar konseli mengerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan tersebut. Konselor dalam melakukan interpretasi pada saat proses konseling yaitu dengan memberikan suatu gambaran yang masih ada hubungannya dengan penyelesaian permasalahan yang sedang dihadapi konseli dengan tidak memaksa konseli untuk melakukannya.

49Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik,(Jakarta : Kencana, 2011), hal. 101


(58)

21. Teknik Pemberian informasi

Dalam hal informasi yang diminta klien, sama hanlnya dengan memberi nasihat. Jika konselor tidak memiliki informasi sebaiknya dengan jujur katakana bahwa konselor tidak mengetahui hal itu.Akan tetapi, jika konselor mengetahui informasi, sebaiknya upayakan agar klien tetap mengusahakannya.51

22. Teknik Mengakhiri Konseling

Mengakhiri dalam proses konseling merupakan suatu keterampilan yang digunakan oleh konselor untuk mengakhiri proses konseling baikmengakhiri untuk sementara dan dilanjutkan lagi, maupun mengakhiri karena konseling benar–benar selesai.52

C. Tinjauan Tentang Peningkatan Layanan Konseling Individual Melalui Keterampilan Komunikasi Konselor

Pendidikan pada umumnya selalu berintikan bimbingan.Sebab pendidikan bertujuan agar anak didik menjadi kreatif, produktif, dan mandiri.Bimbingan dan konseling adalah upaya untuk membantu perkembangan aspek-aspek tersebut menjadi optimal, harmonis dan wajar.Relasi pendidikan antara guru dengan siswa merupakan hubungan yang membantu karena selalu diupayakan agar ada motivasi guru untuk

51Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik,(Jakarta : Kencana, 2011), hal. 102

52 Abubakar Barajah, Psikologi Konseling Dan Teknik Konseling, (Jakarta:Studi Press,


(59)

mengembangkan potensi siswa dan membantu siswa untuk memecahkan masalahnya.

Secara umum, tujuan hubungan yang membantu adalah; (1) mengembangkan potensi individu secara optimal sehingga dia kreatif, produktif, mandiri dan bersifat religious. (2) memecahkan masalah yang dihadapi individu sehingga dia terlepas dari tekanan emosional (stress), kemudian muncul idenya yang cemerlang untuk merencanakan hidupnya secara wajar.

Tujuan utama konseling adalah memudahkan perkembanga individu.Untuk mencapai tujuan tersebut hendaknya konseling mampu menciptakan hubungan yang membantu, artinya agar hubungan tersebut lebih bermakna, maka konselor harus berusaha membantu klien agar tumbuh, berkembang, sejahtera dan mandiri.Berbagai jenis layanan dan kegiatan perlu dilakukan sebagai penyelenggaraan pelayanan bimbingan konseling terhadap sasaran layanan, yaitu siswa.Salah satu layanan dalam bimbingan konseling adalah layanan konseling individual.

Pengertian konseling individual mempunyai makna yang spesifik dalam arti pertemuan konselor dengan klien secara individual, dimana terjadi hubungan konseling yang bernuansa rapport, dan konselor berupaya memberikan bantuan untuk pengembangan pribadi klien serta klien dapat mengantisipasi masalah–masalah yang dihadapinya.53

53

Sofyan S. Willis,Konseling Individual Teori Dan Praktek, (Bandung; Alfabeta,2013), hal 32


(60)

Bimbingan untuk pengembangan berarti bantuan untuk pengembangan potensi klien agar mencapai taraf perkembangan yang optimal. Proses bimbingan dan konseling berorientasi pada aspek positif artinya selalu melihat klien dari segi positif (potensi, keunggulan) dan berusaha menggembirakan klien dengan menciptakan situasi proses konseling yang kondusif untuk pertumbuhan klien. Sedangkan bimbingan untuk mengantipasi masalah bertujuan agar klien mampu mengatasi masalahnya setelah dia mengenal, menyadari dan memahami potensi serta kelemahan, dan kemudian mengarahkan potensinya untuk mengatasi masalah dan kelemahan.

Konseling individual adalah kunci semua kegiatan bimbingan dan konseling. Dengan menguasai teknik-tenik konseling individual berarti akan mudan menjalankan proses bimbingan dan konseling. Proses konsling individual merupakan relasi antara konselor dengan klien dengan tujuan agar dapat mencapai tujuan klien. Dengan kata lain, tujuan konseling tidak lain adalah untuk klien sendiri. Tanggung jawab konselor dalam proses konseling adalah mendorong untuk mengembangkan potensi klien serta klien dapat mencapai kehidupan yang berdaya guna untuk keluarga, masyarakat dan bangsanya.

Relasi antara konselor dengan klien tidak terlepas dari masalah komunikasi, bahkan dari pendekatan konseling adalah komunikasi antara konselor dengan klien.

Wawancara merupakan suatu mekanisme yang baik untuk dapat mengetahui dan memahami permasalahan klien dengan baik, wawancara


(61)

adalah alat untuk mencari permasalahan daan wawancara tersebut dapat dikatakan berhasil apabila dapat dilakukan dengan teknik komunikasi yang tepat pada sasarannya. Teknik yang digunakan di dalam proses wawancara dapat berupa verbal atau non-verbal, dan proses konseling dapat dikatakan berhasil karena teknik komunikasi yang sempurna. Yaitu, adanya timbal balik pertukaran informasi antara konselor dan klien.

Kompetensi komunikasi merupakan sebagian dari kompetensi intelektual konselor.Oleh karena konseling, terutama latar wawancara, sangat bergantung pada komunikasi yang jelas, maka kunci penting keefektifan konseling adalah kompetensi komunikasi.

Stewart, dkk.Menunjukkan point-point tempat komunikasi konselor perlu kongkrit dan khusus-maksud, yaitu; 1.Focus masalah, 2. Mengidentifikasi tema penting. 3. Memokus pada suatu tema, 4. Mengarahkan tema kesatu tujuan.54

Terkadang dalam komunikasi terjadi masalah –masalah yang memicu kurang harmonisnya suatu hubungan konseling, masalah yang berhubungan dengan komunikasi adalah (a) ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan jelas dan tidak mampu menangkap apa yang dikatakan klien. (b) konselor gagal mengenali generalisasi dan distorsi (penyimpangan).

Di dalam proses konseling, konselor akan dilibatkan sebagai pemberi informasi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh kien. Dan klien akan

54

Andi Mappiare AT,Pengantar Konseling Dan Psikoterapi, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 110.


(62)

memberikan tuntunan permasalahannya kepada konselor secara lebih rinci dan lebih jelas agar konseling dapat berjalan dengan baik serta konselor dapat bersikap, kooperatif, komunikatif, objektif. Dan di dalam konseling konselor harus dapat memancing emosi klien dengan baik dan mencari tahu keluhan kliennya.

Dalam memberi layanan konseling individual hendaknya konselor menggunakan keterampilan komunikasi dengan efektif, agar tercipta hubungan yang bermakna, sikap konselor juga harus dapat meyakinkan klien, bahwa konselor menerapkan asas kerahasiaan.Supaya klien bisa mengeksplorasikan semua permasalah yang dihadapinya.Sehingga klien dapat dengan mandiri dalam menyelesaikan permasalahannya.


(63)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran.55Metode penelitian juga dapat dikatakan sebagai strategi umum yang dicapai dalam mengumpulkan data yang digunakan untuk menjawab persoalan yang dihadapi sehingga dapat dicari pemecahan masalah dari masalah-masalah yang dihadapi.56

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Sesuai dengan judul yang penulis angkat, maka penilitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian yang dilakukan secara wajar dan natural sesuai dengan kondisi objektif di lapangan tanpa adanya manipulasi, serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kualitatif.

55Mardalis,Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal,(Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal. 24

56Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta: Rineka


(64)

Bogdan dan Taylor (1993) mengemukakan penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.57

Sedangkan Nana Syaodih Sukmadinata menjelaskan penelitian kualitatif (Qualitative Research) sebagai suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Beberapa hasil deskripsi dan analisis tersebut digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang menuju pada kesimpulan.58

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif.Pendekatan deskriptif adalah pendekatan penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang.59

Menurut Zainal Arifin, penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk menggambarkan (to describe), menjelaskan dan menjawab persoalan-persoalan tentang fenomena dan peristiwa yang terjadi saat ini, baik tentang fenomena sebagaimana adanya maupun analisis hubungan antara berbagai variabel dalam suatu fenomena.60

57Zainal Arifin,Penelitian Pendidikan Metode...,hal.40-41.

58Nana Syaodih Sukmadinata,Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2005), hal.60.

59Moh Nazir,Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), hal.54. 60Zainal Arifin,Penelitian Pendidikan Metode...,hal.41.


(1)

113

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tentang peningkatan layanan konseling individual melalui keterampilan komunikasi konselor di MTs N Rungkut Surabaya, dilanjutkan dengan penyajian data dan analisis data, maka dapat disimpulkan:

1. Pelaksanaan layanan konseling individual di MTs N Rungkut Surabaya, sudah berjalan dengan baik, hal ini terbukti pada kenyataan bahwa hampir setiap hari konselor melaksanakan layanan konseling individual, dengan berbagai macam masalah yang di hadapi siswa, baik itu masalah pribadi maupun masalah sosialnya. Dalam layanan konseling individual tersebut, siswa akan memperoleh bimbingan agar dirinya mampu memahami kondisi dirinya sendiri, lingkungannya, permasalahannya, kekuatan dan kelemahan dirinya, sehingga siswa mampu mengatasi masalahnya sendiri. Yang dijadikan ukuran keberhasilan layanan ini adalah tuntasnya permasalahan yang dialami siswa, dan setelah mengikuti layanan konseling individual, siswa bisa berhasil menjadi contoh bagi temannya, sehingga teman yang lain juga ingin mengikuti layanan konseling individual ini.

2. Keterampilan komunikasi konselor di MTs N Rungkut Surabaya, berjalan dengan lancar, hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang berkunjung ke


(2)

114

konselor berperan penting dalam proses konseling, karena dengan keterampilan komunikasi konselor mampu memahami keadaan kliennya. Serta mampu merespon hubungan dengan klien, dan mampu menciptakan hubungan yang bermakna, untuk membantu klien dari masalah yang dihadapi, sehingga klien bisa mengembangkan potensi yang di milikinya sesuai dengan kemampuannya.

3. Peningkatan layanan konseling individual melalui keterampilan komunikasi konselor di MTsN Rungkut Surabaya sudah berjalan sangat baik sekali, hal ini dibuktikan dengan adanya hubungan yang akrab dan bermakna antara konselor dan klien, serta bekerjasama untuk pemecahan masalah dengan objektif. Selain itu, juga dibuktikan dengan adanya hasil dari layanan konseling individual yaitu tuntasnya masalah yang di alami siswa, dan semakin banyaknya siswa yang tertarik untuk mengikuti layanan konseling individual.

B. Saran

Setelah mengetahui pelaksanaan layanan konseling individualmelaui keterampilan komunikasi konselor, maka penulis memberikan saran yang terkait dengan keterampilan komunikasi dalam pelaksanaan konseling, yaitu; bagi konselor baik konselor pemula maupun yang sudah lama hendaknya menguasai pengetahuan tentang keterampilan komunikasi dalam proses konseling dan merupakan intervensi dalam melakukan konseling. Agar dalam proses konseling, klien merasa nyaman ketika mengungkapkan permasalahan


(3)

115

yang dihadapi, sehingga dapat mencapai tujuan konseling yang efektik dan efisien.

Peneliti sadar bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, maka perlu rekomendasi dari penulis untuk peneliti selanjutnya yaitu untuk lebih pada keterampilan yang mengarah pada tujuan perubahan dan pengambilan keputusan konseli.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta.

Barajah, Abubakar. 2004. Psikologi Konseling Dan Teknik Konseling, Jakarta: Studi Press

Boy S, dan Hartono. 2006.Psikologi Konseling,Surabaya: UNIPA

Cangara, Hafied. 1998.Pengantar Ilmu Komunikasi,Jakarta: Rajawali Pers

Darminto, Eko dan Retno Tri Hariastuti. 2007. Keterampilan-Keterampilan Dasar Dalam Konseling,Surabaya : Unesa University Press

Faisal, Sanapiah. 1982.Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional

http://www.komunikasipraktis.com/2014/10/keterampilan-komunikasi-pengertian.html, di akses pada tanggal; 09-12-14

Kartono, Kartini. 1985. Bimbingan dan Dasar-dasar Pelaksanaannya, Jakarta: Rajawali

Lubis, Namora Lumongga. 2011. Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik,Jakarta : Kencana

Mansur. A, Muhd. 1987.Proses Konseling,Slangor: Dewan Bahasa dan Pustaka Mansur. Muhd. A, 1987.Proses Konseling,Slangor: Dewan Bahasa dan Pustaka, Manthei, dan E. A Munro. 1983.Penyuluhan, Jakarta: Ghalia Indonesia


(5)

Mappiare AT, Andi. 2006.Pengantar Konseling Dan Psikoterapi, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Mardalis, 1995. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi Aksara,

Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

Mukhlishah, 2012. Administrasi Dan Manajemen Bimbingan Konseling Di Sekolah, Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya

Nazir, Moh. 2003.Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia,

Nurihsan, Ahmad Juntika. 2005. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, Bandung : PT. Refika Editama

Riyanto,Yatim. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif, Surabaya: UNESA University Press

Santoso, Agus. 2007, Teknik Komunikasi Konseling, Surabaya ; Fakultas Dakwah BPI

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,Bandung: Alfabeta,

Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, Jakarta : PT Rineka Putra


(6)

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005.Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

Supratiknya, 1995. Tinjauan Psikologis Komunikasi Antar Pribadi, Yogyakarta: Kanisius,

Suprayogo, Imam. 2001.Metodologi Penelitian Sosial-Agama,Bandung : PT Remaja Rosdakarya,

Surya, Moh. 2003.Psikologi Konseling, Bandung : Bani Quraisy,

Tohirin, 2007. Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah. Jakarta; PT Raja Grafindo Persada

Tohirin, 2013. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi) Edisi Revisi,Jakarta: Rajawali Pers

Widjaja, AW. 1986.Komunikasi,Pelembang : Bani Aksara

Willis, Sofyan S. 2013.Konseling Individual Teori Dan Praktek, Bandung; Alfabeta Winkel, 2010.Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Yogyakarta : Media