KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN AIR TAWAR DI KRUENG TUJOH KECAMATAN MEUREUBO ACEH BARAT SKRIPSI

  

KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN AIR TAWAR DI

KRUENG TUJOH KECAMATAN MEUREUBO

ACEH BARAT

SKRIPSI

MUHAMMAD NASIR

  

08C10432016

PROGRAM STUDI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH

  

KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN AIR TAWAR DI

KRUENG TUJOH KECAMATAN MEUREUBO

ACEH BARAT

SKRIPSI

MUHAMMAD NASIR

  

08C10432016

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan

Pada Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar

  

PROGRAM STUDI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

  Wilayah Aceh Barat kaya akan keanekaragaman jenis ikan. Hasil tangkapan ikan air tawar khususnya cukup tinggi di Aceh Barat.Populasi ikan air tawar di parairannya sangat beragam, namun jenis ikan yang terdapat di sungai- sungai yang ada di Aceh Barat, kecamatan Meureubo khususnya belum terperinci.

  Berdasarkan laporan Refrest PEH TN-Meru Betiri tahun 2012 menyatakan bahwa terdapat 41 jenis famili ikan air tawar yang ditemukan di Aceh umumnya.

  Krueng Tujoh merupakan sungai yang memiliki keanekaragaman ikan air tawar yang tinggi. Krueng Tujoh memiliki sumber air yang sama namun seiring berjalannya waktu kemudian membentuk tujuh anak aliran sungai. Terbentuknya masing-masing sungai telah lama terjadi artinya telah permanen pemisahan tersebut.Sejauh ini belum diketahui secara pasti bagaimana keanekaragaman, dan kelimpahan ikan di Krueng Tujoh. Berdasarkan hasil interviu dengan warga menyebutkan bahwa keanekargaman jenis ikan air tawar cukup tinggi di sungai ini.Sehubungan dengan hal tersebut maka penting untuk dilakukan penelitian tentang keanekaragaman jenis ikan air tawar di Krueng Tujoh.

  Ikan sangat beragam jenisnya baik yang hidup di air tawar maupun air laut (Jasin, 1992).Di Indonesia terdapat lebih 4000 jenis ikan air laut, payau, dan air tawar.Dari sejumlah itu baru kira-kira 20 jenis yang telah dibudidayakan, sedangkan sisanya masih masuk ke dalam golongan ikan yang belum diidentifikasi (Soesono, 1994). Populasi ikan air tawar di perairannya sangat jenis ikan bervariasi, tergantung dari jenis tumbuhan penutup air (Anonim, 2000). Ikan sangat banyak manfaatnya, diantarana Sebagai salah satu sumber protein hewani ikan merupakan salah satu sumber protein yang relatif murah, cepat pengadaan dan mempunyai nilai gizi yang tinggi (Anonim, 1986).

  Keanekragaman ikan ditentukan oleh karakteristik habitat perairan.Karakteristik habitat di sungai sangat dipengaruhi oleh kecepatan aliran sungai. Kecepatan aliran tersebut ditentukan oleh perbedaan kemiringan sungai, keberadaan hutan atau tumbuhan di sepanjang daerah aliran sungai yang akan berasosiasi dengan keberadaan hewan-hewan penghuninya (Ross, 1997; Hallet et

  

al ., 2012).Beberapa studi keanekaragaman jenis ikan telah dilakukan di beberapa

  daerah seperti di danau Teluk Jambi oleh Sukmono et al. (2010), di Sungai Cimanuk oleh Yuanda et al. (2012), Firda (2013) di waduk Cirata Jawa Barat dan masih bayak lagi. Namun identifikasi jenis ikan belum dilakukan di Krueng Tujoh kecamatan Meureubo, Aceh Barat.Dan secara umum penelitian yang terpublikasi masih dianggap sangat kurang di daerah Aceh khususnya.Dari latar belakang tersebut maka penting dilakukan penelitian mengenai indentifikasi ikan air tawar di KruengTujoh, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat.

1.2.Rumusan Masalah

  Perairan Krueng Tujoh merupakan sungai-sungai yang memiliki alur sungai yang berbeda dari sumber aliran air yang sama, dari perjalanannya memisah atau terpisah. Perubahan yang demikian dimungkinkan berdampak pada jenis ikan pada masing-masing aliran sungai yang terbentuk, terhadap

  1.3.Tujuan Penelitian

  Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman jenis ikan di Krueng Tujoh, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat.

  1.4.Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi ilmiah bagi instansi terkait, serta bagi masyarakat sekitar sebagai upaya konservasi jika terdapat ikan-ikan endemik.

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Deskripsi Krueng Tujoh

  Berdasarkan survey awal dilokasi penelitian dan hasil interview dengan salah satu warga setempat yang juga berprofesi sebagai nelayan dapat diketahui bahwa, Krueng Tujoh terdapat di Kecamatan Meureubo, Aceh Barat. Sebutan Krueng Tujoh merupakan bahasa daerah yang artinya tujuh aliran.Hasil observasi di lapangan bahwa asal muasal Krueng Tujoh berasal dari satu mata air yang sama, kemudian terpecah atau membentuk 4 aliran anak sungai. Masing-masing aaliran memiliki nama sungai, menurut salah seorang warga yang diinterview, mengatakan bahwa nama-nama sungai tersebut adalah:

  1. Krueng Buloh 2.

  Krueng Pucuk La’ot 3. Krueng Reudeuk

  4. Krueng Paya Baro Berdasarkan hasil interview dengan warga juga mengatakan bahwa, dari ke empat sungai tersebut hanya tiga sungai yang sering diambil ikannya oleh nelayan dan memiliki jenis ikan yang tinggi, serta jumlah yang banyak. Tiga sungai tersebut adalah Krueng Buloh

  ,Krueng Pucuk La’ot dan Krueng Reudeuk. Alat tangkap yang sering digunakan oleh nelayan adalah jaring, jala dan alat tangkap lain seperti pancing, bubu, tangguk dan lain sebagainya. Hasil tangkapan biasanya dijual dipasar rakyat di kota Meulaboh. Dari hasil survey juga diketahui bahwa masyarakat sekitar berprofesi sebagai nelayan.Perairan sungai Krueng Tujoh, secara umum memiliki lebar sungai ± 6 m, dengan kedalaman ± 1,5-2

  2.2.Keanekaragaman Ikan Air Tawar

  Keanekaragaman ikan air tawar di Indonesia sangat tinggi yaitu sekitar 1300 jenis ikan.secara umum kekayaan jenis ikan di perairan Aceh tergolong tinggi (112 spesies), bila dibandingkan dengan beberapa kawasan di Indonesia, di Muara Enim Sumatera Selatan Jambi hanya tercatat 44 spesies ikan, 56 spesies di Utara Selangor Malaysia, dan lebih rendah lagi dibandingkan dengan lembah Sungai Yangtze Cina yaitu 361 spesies. Wilayah Aceh bagian barat tercatat ditemukan 51 spesies (Muchlisin et all, 2003). Keanekaragaman ikan di Indonesia saat ini menghadapi ancaman dari berbagai aktivitas manusia. Berbagai faktor penyebab menurunnya keanekaragaman ikan air tawar dapat diklasifikasikan menjadi 6 kategori utama yaitu, perubahan atau lenyapnya habitat, eksploitasi yang berlebihan, introduksi ikan asing, pencemaran, persaingan penggunaan air dan pemanasan global (Dudgeon 2000).

  Berbagai jenis ikan cenderung untuk mencari habitat alami yang cocok dan tidak jauh berbeda dengan habitat aslinya dan bila tidak ditemukan, ikan akan berusaha untuk beradaptasi. Bila lingkungan atau kualitas air terus menerus memberikan tekanan, maka kelimpahan dan penyebaran ikan akan mengalami perubahan (Dudgeon 2000).

  2.3.Parameter Kualitas Air

  Beberapa parameter kualitas air yang berpengaruh terhadap keragaman jenis ikan di suatu perairan, diantaranya yaitu:

1. Suhu

  Suhu merupakan parameter lingkungan yang utama pada perairan karena merupakan faktor pembatas terhadap pertumbuhan dan penyebaran berbagai jenis ikan (Michael 1994).Suhu juga merupakan salah satu faktor fisika yang dapat mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan tubuh ikan.

  Penyebaran suhu di perairan dapat terjadi karena adanya penyerapan dan angin. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi perairan. Menurut Sastrawijaya (1991), suhu mempunyai pengaruh yang besar terhadap kelarutan oksigen dalam air, apabila suhu naik maka kelarutan oksigen didalam air menurun. Peningkatan suhu akan mengakibatkan peningkatan aktivitas metabolisme organisme akuatik, sehingga kebutuhan akan oksigen bagi organisme ikan juga akan meningkat.

  Kenaikan suhu yang relatif tinggi ditandai dengan munculnya ikan ke permukaan air untuk mencari oksigen (Wetzel1975).Suhu 25 hingga 32 C merupakan suhu ideal bagi sebagian besar ikan (Pescod 1973).

2. Oksigen Terlarut (DO)

  Oksigen merupakan faktor pembatas bagi organisme perairan, karena kadar oksigen di perairan sangat terbatas dibandingkan di udara. Oksigen dibutuhkan dalam proses katabolisme dalam rangka menghasilkan energi untuk berbagai kebutuhan hidup. Sumber utama oksigen terlarut berasal dari atmosfer dan proses fotosintesis. Oksigen dari udara diserap dengan difusi langsung di permukaan air oleh angin dan arus (Michael 1994).

  Ikan merupakan mahkluk air yang membutuhkan kadar oksigen mg/l, sedangkan biota beriklim sedang memerlukan oksigen terlarut mendekati jenuh. Konsentrasi oksigen yang terlalu rendah akan menyebabkan kematian bagi ikan (Pescod 1973).

  3. pH (Power of Hidrogen)

  Nilai pH menggambarkan kondisi asam atau basa suatu lingkungan.Air dikatakan basa apabila pH besar dari 7 dan dikatakan asam apabila pH kurang dari 7.Secara alamiah pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida dan senyawa yang bersifat asam. Pada siang hari fitoplankton dan tanaman air mengkonsumsi CO

  2 dalam proses fotosintesis yang

  menghasilkan O

  2 dalam air. Pada suasana fotosintesis ini, menyebabkan pH

  air meningkat. Malam hari fitoplankton dan tanaman air mengkonsumsi O

  2

  dalam proses respirasi yang menghasilkan CO

  2 , suasana ini menyebabkan pH

  air menurun. pH yang ideal bagi ikan antara 6,8 hingga 8,5. Perairan dengan pH kecil dari 6 merupakan pH kurang ideal bagi organisme makanan ikan seperti plankton. Nilai pH di bawah 4 akan dapat mematikan ikan (Pescod 2001).

IIIMETODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian

  Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Mei2014 di Krueng Tujoeh Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.Pengambilan sampel ikan dilakukan sebanyak 3 kali dalam 1 minggu, selama 3 minggu berturut-turut.Sampel ikan diperoleh dari nelayan yang ada di lokasi penelitian.

  Lokasi pengamatan dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan seperti; bedanya aliran anak sungai serta melihat kepada habitat dihulu dan hilir sungai.Berdasarkan pertimbangan tersebut ditetapkan 4 lokasi pengamatan berdasarkan aliran sungai. Selanjutnya disebut sebagai lokasi 1 hingga 4, lokasi tersebut masing-masing adalah:

  1. :Krueng Buloh Lokasi Pertama

  2. : Lokasi Kedua Krueng Pucuk Lao’t

  3. : Krueng Reudeuk Lokasi Ketiga

  4. : Krueng Paya baro Lokasi Keempat Sketsa lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

  Gambar 2. Skema lokasi penelitian di Krueng Tujoh

  Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperti yang dirincikan dalam Tabel 1.

  Tabel 1 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian.

  No Jenis Kegunaan

  Alat

  1 Kamera Pengambilan gambar ikan

  2 Nampan / baskom Media meletakkan ikan

  3 Jala (mata jarring, 1,5 inci atau 2 inci) Sebagai alat tangkap ikan

  4 Alat Tulis Mencatat hasil penelitian

  5 Buku identifikasi Untuk identifikasi ikan

  6 Bubu Untuk alat perangkap ikan

  7 Pancing Untuk alat tangkap ikan

  8 Jaring Untuk alat perangkap ikan

  Ranub Dong

3.2 Alat Dan Bahan

  Bahan

  1 Ikan Objek penelitian

  2 Es Batu Menjaga kesegaran ikan 3.3.

   Prosedur Penelitian

3.3.1 Tahapan Proses Penelitian a. Pengkoleksian Sampel Ikan

  Sampel ikan diperoleh dari tangkapan nelayan sekitar.Pengambilan sampel ikan diambil di 4 lokasi.Masing-masing dilakukan 3kali dalam seminggu selama 3 minggu berturut-turut.Dalam sekali pengamatan dilakukan 3 kali pelemparan jala.Artinya 3 kali pengambilan dikali 3 kali pelemparan, penelitian dilakukan sebanyak 9 kali pengambilan.Dengan selang waktu 2 hari antar pengambilan. Alat tangkap yang digunakan nelayan berupa jala atau jaring ikanyag biasa digunakan untuk menangkap ikan.

b. Penanganan Sampel Ikan

  Ikan yang tertangkap oleh nelayan kemudian diambil tiga ekor dari masing-masing.Tiga tiga ekor ikan dari masing jenis ikan ini digunakan sebagai sampel.Sedangkan untuk jenis ikan yang tertangkap dengan jumlah kurang dari tiga ekor, pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil semua individu ikan yang ada.Kemudian diberi label dengan catatan nama daerah, lokasi, dan waktu penangkapan.Selanjutnya sampel ikan dimasukkan ke dalam cool box yang telah diisi es. Kemudian dibawa ke laboratorium dilakukan identifikasi.Ikan diidentifikasi dengan mengunakan buku petunjuk Saanin (1986) dan Kottelat et al. (1993).

3.4. Metode Pengumpulan Data

  3.4.1 Data Primer

  Data primer dari penelitian ini adalah jenis-jenis ikan yang ditemukan di setiap sungai, maka data pengamatan langsung wawancara dengan mengunakan kuesioner kepada responden secara individu yang berkaitan dengan jenis ikan yang tertangkap di Krueng Tujuh.

  3.4.2 Data Sekunder

  Data sekunder dari penelitian ini adalah hasil interview dari nelayan yang sering melakukan penangkapan ikan di sungai-sungai tersebut.Data hasil penelitian yang terdahulu.

3.5. Analisa Data

3.5.1 Penghitungan Keanekaragaman Ikan

  Data ikan sampel yang diperoeh diolah dengan menghitung indeks keanekaragaman, dan indeks dominansi berdasarkan Magurran (1988).

a. Indeks Keanekaragaman Shanon Wienner

  Keterangan : : Indeks Keanekaragaman

  H’ pi : Proporsi spesies ke-I

  

pi : ni/ N (perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan total

individu).

  Dengan kriteria: : Keanekaragaman rendah 0 < H’ < 2,3

  2,3< H’ < 6,9 : Keanekaragaman sedang : Keanekaragaman tinggi

  H’> 6,9 b.

   Indeks dominansi simpson

  Keterangan D : Indeks dominansi Simpson S : Jumlah jenis (spesies) Ni : Jumlah total individu jenis i N : Jumlah seluruh individu dalam total n Pi=ni/N : Sebagai proporsi jenis ke-i Kriteria yang digunakan: Mendekati 0 : Indeks rendah atau dominansi oleh satu spesies ikan.

  Mendekati 1 : Indeks besar atau dominansi oleh beberapa spesies ikan.

3.5.2 Alur Penelitian Survei Kelapangan Waktu Penelitian Persiapan alat Tangkap Ikan yang sudah di tangkap dibawa ke Lab FPIK Keseragaman

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Letak Umum Lokasi Penlitian

  Gampong Ujung Tanoh Darat merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Meurebo, Data Penduduk Gampong Ujung tanoh Data Sampai dengan saat ini Tgl 13 April 2014 Mencapai 3199 Jiwa, Kabupaten Aceh Barat jarak

  2

  antara ibu kota kecamatan dengan desa ±6 KM dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah utara berbatasan dengan Krueng Tujoh dengan Gampong Pulau

  • Tengeh Sebelah selatan berbatasan dengan Gampong Mesjid Tuha 

  Sebelah Barat berbatasan dengan Gampong Radup Dong

  • Sebelah Timur dengan Gampong Peunaga Cut Ujong 

  Aceh Barat merupakan sektor nelayan dan perdagangan untuk kelansungan perekonomiannya. Hal ini ditunjang dengan posisinya yang sangat strategis di jalur dagang kawasan Barat Aceh. Khususnya kota Meulaboh yang sejak dulu menjadi pusat perdagangan di pantai Barat Aceh.

  Banyak sekali potensi yang dapat digali dikawasan ini, seperti pariwisata, karena posisinya yang merupakan panduan antara pantai dan bukit barisan yang hijau. Selain itu, Aceh Barat dapat dikembangkan sebagai kawasan agroindustri, nelayan dan peternakan terpadu serta sektor lain yang berkembang.

4.1.2 Keseragaman Tangkapan di Krueng Tujoh

  Adapun keragaman hasil tangkapan selama penelitian di Krueng Tujoh pada Tanggal 19 April 2014 Sampai 18 Mei 2014, maka dari stasiun satu, stasiun dua, stasiun tiga dan stasiun empat yang berada di Desa Ujong Tanoh Darat Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 2.Keanekaragaman jenis hasil tangkapan pada bulan April-Mei 2014 di Krueng Tujoh.

  No Nama Nama Nama N Panjang Aceh Indonesia Latin (Ekor) Ikan

  1 Engket Lele Lokal Clarias 123 16,5- 27cm Limbek batrachus

  2 Engket Bace Ikan Gabus Channa striata 113 26,5-25 cm

  3 Engket Ikan Jelawat Leptobarbus 110 13,4- 20 cm serukan hoevani.

  4 Engket Ikan Bujuk Channa lucius 91 21,4-29 cm Bujuk

  5 Engket Nila Ikan Nila Oreochromis 79 14,4-20 cm

  

niloticus

  6 Engket Ikan Baung Hemibagrus 91 14,5-19 cm

  

nemurus

  Suwi’k

  7 Engket Ikan Bulan Megalops 53 28,3-35 cm Bulan cyprinoides

  8 Engket ileh Ikan Belut Monopterus 7 30,7-45 cm

  

albus

  9 Engket Groe Ikan Tawes Puntius 42 14,2-21 cm

  javanicus

  10 Engket Ikan Sepat Trichogaster 79 20,6-25 cm Sepat Siam Siam pectoralis

  11 Engket Ikan Lele Clarias 35 30,3-35 cm Jumbo Dumbo

  gariepinus

  12 Engket Kire Ikan Sidat Angguilla sp 28 40,2-45 cm

4.2 Pembahasan Penelitian

4.2.1 Keanekaragaman Ikan Berdasarkan Hasil Tangkapan a. Ikan lele Lokal Klasifikasi

  Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostario physoidei Sub ordo : Siluroidea Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies : Clarias sp.

  

Gambar 3. Ikan lele lokal

  Ikan ini memiliki tulang belakang bernafas dengan menggunakan insang.Ikan yang didalam rongga perutnya sebelah atas memiliki tulang sebagai alat perlengkapan keseimbangan yang di sebut dengan tulang weber.ikan yang bentuk tubuhnya memanjang, tidak bersisik, dan berkulit licin. Kelompok ikan keras sebagai batok kepala bersungut empat pasang, sirip dada berpatil serta mempunyai alat pernapasan tambahan yang terletak di bagian depan rongga insang, yang memungkinkan ikan lele mengambil oksigen langsung dari udara. (Rukmana, 2003) b.

   Ikan Nila Klasifikasi

  Kingdom : Animalia Filum : Chordata Sub Filum : Vertebrata Kelas : Osteichthyes Sub Kelas : Acanthoptherigii Ordo : Perchomophi Sub Ordo : Percoidea Famili : Cihclidae Genus : Oreochromis Spesies : Oreochrosmis niloticus

  

Gambar 4. Ikan Nila Berdasarkan morfologinya, kelompok ikan Oreochromis ini memang berbedah dengan kelompok tilapia.Secarah umum, bentuk tubuh ikan nila panjang dan ramping, dengan sisik berukuran besar.Matanya besar, menonjol, dan bagian tepinya berwarna putih. Gurat sisi ( linea lateralis ) terputus di bagian tengah badan kemudian berlanjut, tetapi letaknya lebih ke bawah dari pada letak garis yang memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik pada gurat sisi jumlahnya 34 buah. Sirip punggung, sirip perut, dan sirip dubur mempunyai jari-jari lemah tetapi keras dan tajam seperti duri.Sirip pungungnya berwarna hitam dan sirip dadanya juga tampak hitam.Bagian pinggir punggung berwarna Abu-abu atau hitam. (Amri, Khairul, 2003)

  Menurut (Murtidjo, A, B, 2001).Morfologi Ikan nila adalah memiliki bentuk tubuh agak memanjang dan pipi ke samping, warna putih Kehitam-hitaman, dan makin kebagian perut makin terang. Pada bagian perut terdapat sepuluh buah garis vertical berwarna hijau Kebiru-biruan, sedangkan pada sirip ekor terdapat delapan buah garis melintang yang ujungnya berwarna Kemerah-merahan. Mata ikan nila tampak menonjol agak besar dan di pinggirnya berwarna hijau Kebiru- biruan.Mulut terminal, linea lateralis terputus menjadi dua bagian, dan bentuk sirip stenoit.

  Bentuk badan ikan nila (Tilapia nilatica) ialah pipih kesamping memanjang.Mempunyai garis vertical pada badan sebanyak 9

  • –11 buah, sedangkan Garis-gari pada sirip berwarna merah berjumlah 6
  • –12 buah.Pada sirip punggung terdapat juga Garis-garis miring.Mata kelihatan menonjol dan relatif besar dengan bagian tepi mata berwarna putih.Badan relative lebih tebal dan kekar dibandingkan
ikan mujair.Garis lateralis (gurat sisi di tengah tubuh) terputus dan dilanjutkan dengan garis yang terletak lebih bawah.(Susanto, heru, 2007).

c. Ikan Sidat Klasifikasi

  Phylum : Vertebrata Sub phylum : Craniata Series : Pisces Class : Teleostei Sub class : Actynopterigii Order : Anguilliformes Sub order : Anguilloldei Famili :Anguillidae Genus : Angguilla Spesies : Angguilla sp

  

Gambar 5. Ikan Sidat

  Di wilayah Pasifik Barat (sekitar perairan Indonesia) dikenal ada tujuh spesies ikan sidat yaitu : Anguilla sp dan Anguilla borneensis, yang merupakan jenis endemik di perairan sekitar pulau Kalimantan dan Sulawesi, Anguilla Papua, Anguilla bicolor pasifica yang dijumpai di perairan Indonesia bagian utara (Samudra Pasifik), Anguilla bicolor pasifica yang berada di sekitar Samudra Hindia (di sebelah barat Pulau Sumatra dan selatan Pulau Jawa), sedangkan merupakan jenis sidat kosmopolitan yang memiliki sebaran

  Anguilla marmorata sangat luas di seluruh perairan tropis (Sarwono, 2000).

  Ikan sidat termasuk dalam kategori ikan katadromus, ikan sidat dewasa akan melakukan migrasi kelaut untuk melakukan pemijahan, sedangkan anakan ikan sidat hasil pemijahan akan kembali lagi ke perairan tawar hingga mencapai dewasa. Sejak awal tahun 1980, jumlah yang memasuki sungai-sungai di Eropa mengalami penurunan hingga tinggal 1% dari jumlah semula (Dekker dalam Dannewitz, 2003). Menurunnya jumlah yang memasuki suatu wilayah perairan menunjukkan kemungkinan adanya penurunan kualitas lingkungan yang mengancam populasi sidat.Ikan sidat termasuk dalam genus Anguilla, famili Anguillidae, seluruhnya berjumlah 19 spesies. Wilayah penyebarannya meliputi perairan Indo-Pasifik, Atlantik dan Hindia. Ikan sidat merupakan ikan nokturnal, sehingga keberadaannya lebih mudah ditemukan pada malam hari, terutama pada bulan gelap. Bleeker dalam Liviawaty dan Afrianto (1998).

  Sidat mempunyai bentuk badan yang memanjang seperti ular,tidak bersirip perut dan punggung tidak berduri.sisik pada sidat berbentuk kecil membujur,berkumpul yang kecil dan masing-masing terletak miring pada sudut siku terhadap kumpulan disampingnya.sirip dada sempurna,mata tertutup oleh kulit,lubang hidung terletak dimuka mata,mulut agak miring dan sampai melewati mata(Saanin,1968).Ikan sidat terdiri dari berbagai jenis yang berbeda-beda,jenis kulit bagian punggung coklat polos.sirip punggung,sirip ekor dan sirip dubur menyatu serta memiliki sirip dada.permukaan sirip punggung terletak di atas dubur. A.nebulosa dengan warna kulit pada bagiang punggung coklat seperti marmer.sirip punggung sirip ekor dan sirip dubur menyatu serta memiliki sirip dada.Permukaan sirip punggung terletak di depan dubur.Jarak garis imajiner antara permulaan sirip punggung dengar dubur berkisar antara 6-13% dari panjang total tubuh.Kedua spesies tersebut terdapat di perairan Laguna Segara Anakan,Cilacap,Jawa Tengah menurut penelitian Affandi et al.,(1995).

d. Ikan Lele Dumbo Klasifikasi

  Filum : Chordota Kelas : Pisces Sub kelas : Teleoostei Ordo : Ostariophysi Subordo : Siluroidae Famili : Claridae Genus : Clarias Spesies : Clarias gariepinus Menurut Puspowardoyo dan Djarijah (2006), lele dumbo memiliki patil yang tidak tajam dan geriginya tumpul. Sungut lele dumbo relaif lebih panjang dan tampak lebih kuat dari pada lele lokal. Kulit badannya terdapat bercak-bercak kelabu seperti jamur kulit manusia (panu). Kepala dan punggungnya berwarna gelap kehitam-hitaman atau kecoklat-coklatan. Lele dumbo memiliki sifat tenang dan tidak mudh berontak saat disentuh atau dipegang. Penampilannya kalem dan tidak banyak bergerak. Lele dumbo suka meloncat bila merasa tidak aman. Bentuk lele dumbo adalah memanjang dengan bagian depan membulat dan bagian tengah sampai bagian belakang pipih. Kepalanya pipih dan memiliki empat pasang sungut yang memanjang, serta alat pernapasan tambahan (Rukmana, 2003).

  Menurut Puspowardoyo dan Djarijah (2006), anatomi lele dumbo mirip dengan lele lokal atau jenis-jenis ikan lele lainnya. Sequa jenis ikan lele berkembangbiak secara ovipar, yakni pembuahan telur di luar tubuh.Ikan lele memiliki gonad satu pasang dan terletak disekitar usus. Ikan lele memiliki lambung yang relatif besar dan panjang, tetapi ususnya relatif lebih pendek daripada badannya. Hati dan gelembung ikan lele berjumlah 2 (dua) dan masing- masing sepasang. Alat pernapasannya berupa insang dan insang tambahan berupa arborescent organ yang memungkinkan ikan ini map mengambil oksigen segar di atas permukan air.

e. Ikan Gabus Klasifikasi

  Kerajaan : Animalia Filum : Chordata

  Ordo : Perciformes Famili : Channidae Genus : Channa Spesies : Channa Striata

  

Gambar 7. Ikan gabus

  Ikan gabus termasuk ikan darat yang cukup besar, dapat tumbuh hingga mencapai panjang 1 m. Berkepala besar agak gepeng mirip kepala ular sehingga dinamai (snakehead), dengan sisik besar diatas kepala. Tubuh bulat memanjang.Sirip punggung memanjang dan sirip ekor membulat di ujungnya.

  Sirip punggung lebih panjang dari sirih debur, sirip yang pertama disokong oleh 38-45 jari-jari lunak, sirip yang disebut belakangan disokong oleh 23-27 jari-jari sirip dada dan lebar dengan ujung membulat disokong oleh 15-17 jari-jari lunak.

  Gurat sisi nya ada 52-57 keping, panjang tubuhnya dapat mencapai 100 cm.

  Sisi atas tubuh dari kepala hingga ke ekor berwarna gelap hitam kecoklatan atau kehijauan.Sisi bawah tubuh putih, mulai dagu ke belakang. Sisi samping bercoret-coret tebal (striata, bercoret-coret) yang agak kabur.

f. Ikan Baung Klasifikasi

  Kingdom : Animalia Filum : Chordota Subfylum : Vetebrata Ordo : Siluriformes Famili : Bagridae Genus : Hemibagrus Spesies : Hemibagrus Nemurus

  

Gambar 8. Ikan Baung

  Selain digolongkan melalui klasifikasi, setiap mahluk bisa dibedakan dari tanda-tanda bagian tubuhnya, atau lebih dikenal dengan istilah morfologi. Baung mempunyai bentuk badan memanjang, dengan perbandingan antara panjang badan dan tinggi badan 4 : 1. Baung juga berbadan bulat dengan perbandinga tinggi badan dan lebar badan 1 : 1. Keadaan itu bisa dibilang badan baung itu bulat.Punggungnya tinggi pada awal, kemudian merendah sampai di bagian ekor.

  Baung bersirip lima buah sirip, yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip dubur dan sirip ekor. Sirip punggung bulat, pendek dan besar.Sirip dada besar bawah sirip dada.Sirip ekor berada dibelakang tubuh dengan bentuk cagak.Sirip dubur pendek, tapi besar. Selain kelima siri, baung juga memiliki adipose fin (di belakang sirip punggung).

  Badan baung muda pada umumnya berwarna coklat muda kemudaan dan bagian perut berwarna putih atau kekuningan. Warna tersebut akan berubah menjelang dewasa, yakni pada bagian punggung berwarna kecoklatan dan pada bagian perut berwarna kuning tua. Baung merupakan ikan tidak bersisik.

  Menurut Juhanda (1981), baung mempunyai empat pasang sungut peraba. Sungut peraba terletak disudut rahang atas.Sepasang dari sungut peraba sangat panjang sekali dan mencapai sirip dubur.Sisrip punggung mempunyai dua buah jari-jari keras, satu diantaranya keras dan meruncing menjadi patil.Kepala besar dengan warna tubuh abu-abu kehitaman, dengan punggung lebih gelap, tapi perut lebih cerah. Badan ikan baung tidak bersisik, berwarna coklat kehijauan dengan pita tipis memanjang jelas dari tutup insang hingga pangkal ekor, panjang totalnya lima kali tingginya, sekitar 3

  • – 3,5 panjang kepala, serta mempunyai panjang maksimal 350 mm (Dajadireja et al., 1977).

g. Ikan sepat siam

  Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes Famili : Osphronemidae Genus : Trichogaster

  

Gambar 9. Ikan Sepat Siam

  Sepat siam (Trichogaster pectoralis) adalah sejenis ikan air tawar anggota suku gurami (Osphronemidae). Di Jawa Timur ia juga dikenal dengan nama sliper. Dalam bahasa Inggris disebut Siamese gourami (Siam adalah nama lama Thailand) atau snake-skin gouramy, merujuk pada pola warna belang-belang di sisi tubuhnya. Ikan rawa yang bertubuh sedang, panjang total mencapai 25cm; namun umumnya kurang dari 20 cm. Lebar pipih, dengan mulut agak meruncing. Sirip-sirip punggung (dorsal), ekor, sirip dada dan sirip dubur berwarna gelap. Sepasang jari-jari terdepan pada sirip perut berubah menjadi alat peraba yang menyerupai cambuk atau pecut, yang memanjang hingga ke ekornya, dilengkapi oleh sepasang duri dan 2-3 jumbai pendek. Rumus sirip punggungnya: VII (jari- jari keras atau duri) dan 10

  • –11 (jari-jari lunak); dan sirip anal IX-XI, 36–38. Ikan yang liar biasanya berwarna perak kusam kehitaman sampai agak kehijauan pada hampir seluruh tubuhnya. Terkadang sisi tubuh bagian belakang nampak agak terang berbelang-belang miring. Sejalur bintik besar kehitaman, yang hanya terlihat pada individu berwarna terang, terdapat di sisi tubuh mulai dari belakang mata hingga ke pangkal ekor.

  Ikan rawa yang bertubuh sedang, panjang total mencapai 25cm; namun umumnya kurang dari 20 cm. Lebar pipih, dengan mulut agak meruncing. Sirip- jari-jari terdepan pada sirip perut berubah menjadi alat peraba yang menyerupai cambuk atau pecut, yang memanjang hingga ke ekornya, dilengkapi oleh sepasang duri dan 2-3 jumbai pendek. Rumus sirip punggungnya: VII (jari-jari keras atau duri) dan 10

  • –11 (jari-jari lunak); dan sirip anal IX-XI, 36–38. Ikan yang liar biasanya berwarna perak kusam kehitaman sampai agak kehijauan pada hampir seluruh tubuhnya. Terkadang sisi tubuh bagian belakang nampak agak terang berbelang-belang miring. Sejalur bintik besar kehitaman, yang hanya terlihat pada individu berwarna terang, terdapat di sisi tubuh mulai dari belakang mata hingga ke pangkal ekor.Seperti umumnya sepat, ikan ini menyukai rawa-rawa, danau, sungai dan parit-parit yang berair tenang; terutama yang banyak ditumbuhi tumbuhan air. Juga kerap terbawa oleh banjir dan masuk ke kolam-kolam serta saluran-saluran air hingga ke sawah-sawah. Seperti umumnya sepat, ikan ini menyukai rawa-rawa, danau, sungai dan parit-parit yang berair tenang; terutama yang banyak ditumbuhi tumbuhan air. Juga kerap terbawa oleh banjir dan masuk ke kolam-kolam serta saluran-saluran air hingga ke sawah-sawah. Makanan sepat siam didapat dari tumbuh-tumbuhan air dan lumut.

h. Ikan Jelawat

  Class : Pisces Sub class : Tolestei Ordo : Ostariophysi Sub ordo : Cyprinoidea Family : Cyprinidae Sub Family : Cyprininae

  Spesies : Leptobarbus hoevani.

  

Gambar 10. Ikan Jelawat

  Ikan jelawat mempunyai sisik yang besar- besar ini mempunyai bentuk badan yang memanjang indah seperti torpedo dan berenang sangat cepat.

  Reaksinya terhadap sesuatu rangsangan dari luar cekatan. Mulutnya lebarnya terletak di ujung moncongnya agak ke bawah, dan dapat dijulurkan ke depan seperti bibir- bibir ikan karper. Ikan jelawat mempunyai empat kumis. Menurut Asmawi (2007), Ikan jelawat tergolong ikan pemakan segalanya (omnivore). Badannya berwarna coklat kehitam - hitaman di bagian punggungnya, dan putih keperak - perakan di bagian perutnya, sedangkan sirip- siripnya dan ekornya berwarna merah.Dibandingkan ikan karper, Ikan Jelawat ini memang lebih menarik, karena bentuk tubuhnya yang gagah indah, dan warnanya yang berseri-seri.Di waktu muda, pada sisi badannya ada garis hitam yang memanjang dari kepala ke pangkal sirip ekor, tetapi kalau sudah tua, garis itu hilang.

i. Ikan Tawes Klasifikasi

  Kerajaan : Animalia Filum : Chordata

  Ordo : Cypriniformes Famili : Cyprinidae Genus : Puntius Spesies : Puntius Javanicus

  Gambar 11. Ikan Tawes

  Ikan ini hanya terdapat di sungai-sungai besar pedalaman yang berarus deras, berjeram dan berbatu-batu.Ikan tawes menyukai perairan sungai besar yang bersih alami sebagai habitat utamanya.Jarang memasuki sungai-sungai kecil yang berdebit air minim. Hidup bergerombol dan tergolong ikan herbivora, karena makanan utamanya berupa lumut batu dan tanaman air lain.Ikan Tawes mudah dikenali dengan ciri-ciri fisik warna biru pada punggung dan sisik perak, serta sirip anal dengan warna merah menyala.Ikan ini diketahui bisa mencapai bobot maksimal 4 ons atau kira-kira sebesar telapak tangan orang dewasa.Tapi sangat jarang ditemui dengan bobot 4 ons, rata-rata ikan yang tertangkap pemancing dan penjala hanya seberat 1 ons hingga 2 ons.

  Ikan tawes memijah (musim kawin) pada musim kemarau dengan cuaca dingin. Dengan sekali memijah bisa menghasilkan antara 50 ribu hingga 100 ribu telur yang siap menetas.Dengan rentang satu tahun dari penetasan, larva ikan sudah menjadi ikan dewasa yang siap kawin.Pengamatan yang saya lakukan ketika memancing di sungai-sungai pedalaman, ikan ini menyebar luas di hulu sungai.

  j. Ikan Belut

  Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Synbranchiformes Famili : Synbranchidae Genus : Monopterus Spesies : Monopterus albus

  

Gambar 12. Ikan belut

  Belut sawah, moa, atau lindung (Monopterus albus) adalah sejenis ikan anggota suku Synbranchidae (belut), ordo Synbranchiiformes, yang mempunyai nilai ekonomi dan ekologi. Ikan ini dapat dimakan, baik digoreng, dimasak dengan saus pedas asam, atau digoreng renyah sebagai snek. Secara ekologi, belut dapat dijadikan indikator pencemaran lingkungan karena hewan ini mudah beradaptasi. Lenyapnya belut menandakan kerusakan lingkungan yang sangat parah telah terjadi. Belut adalah predator ganas di lingkungan rawa dan sawah. ini dapat mengambil oksigen langsung dari udara dan mampu hidup berbulan- bulan tanpa air, asalkan lingkungannya tetap basah. Hewan ini mampu menyerap oksigen bahkan lewat kulitnya. Kebiasaannya adalah bersarang di dalam lubang berlumpur dan menunggu mangsa yang lewat. Walaupun berasal dari daerah tropika, belut sawah diketahui dapat menyintas (survive) musim dingin dengan suhu sangat rendah. Kombinasi sifat-sifat yang dimiliki belut membuatnya menjadi hewan yang dianggap berbahaya bagi lingkungan yang bukan habitatnya.

  Ukuran ikan belut maksimum adalah 1m, meskipun yang banyak dikonsumsi paling panjang 40cm. Tidak memiliki sirip, kecuali sirip ekor yang memanjang. Bentuk tubuhnya menyerupai tabung dengan tubuh licin, tanpa sisik.Warna bervariasi, namun biasanya kecoklatan hingga kelabu. Hewan betina bersarang di lubang, dan meletakkan telur-telurnya pada busa-busa di air yang dangkal. Jika telur menetas, keluarlah belut muda yang semuanya betina. Dalam perkembangannya, beberapa ekor akan menjadi jantan. Belut sawah berasal dari Asia Timur dan Asia Tenggara barat. Belut bahkan sekarang dilaporkan telah menghuni rawa-rawa di Hawaii, Florida, dan Georgia di Amerika Serikat dan dianggap sebagai hewan invasif.

  k. Ikan Bujuk

  Kerajaan : Anamalia Filum : Chordata Kelas Ordo : Perciformes Famili : Channidae

  Spesies : Channa lucius

  

Gambar 13. Ikan Bujuk

  Kehung (Channa lucius) adalah sejenisDi beberapa daerah dikenal sebagai muju-muju Panjang total Ikan dewasa dapat mencapai 360Kepala bagian atas (belakang) agak mencembung, namun tak begitu kentara pada spesimen berukuran kecil.Dengan bercak-bercak besar di sisi tubuh dan garis-garis (pita) miring berwarna gelap di bagian perutnya.Sederetan gigi berbentuk taring terdapat pada langit-langit (vomer dan palatine) mulutnya, di antaranya terdapat gigi-gigi yang lebih kecil. Pangkal sirip dorsal dengan

  l. Ikan Bulan

  Bangsa : Malacopterygii Suku : Elopsidae Marga : Megalops Spesies : Megalops cyprinoides

  

Gambar 14. Ikan Bulan

  Bentuk tubuh ikan Bulan bulan panjang dan pipih, dengan bagian perut yang harus. Memiliki sirip punggung tunggal dengan jari- jari sirip berjumlah 16- 20 buah.Pada bagian akhir sirip punggungnya diperpanjang oleh adanya filamen.Apabila terlihat dari samping, bagian atas tubuh berbentuk cembung.Sirip dada memiliki jari-jari sirip berjumlah 14-15 buah, sirip perut berjumlah 10-11 dan sirip anal berjumlah 23-28.Rahang atas memanjang hingga hampir berada di belakang batas mata, dan memiliki bentuk mulut yang dapat terbuka lebar (Weber &Beaufort 1913).Ikan ini mempunyai warna biru kehitaman atau kehijauan pada bagian atas tubuhnya, sedangkan bagian sisi berwarna keperakan dengan garis lateral keemasan.Tubuhnya dapat mencapai ukuran sampai 55 cm, tetapi biasa ditemukan dengan panjang antara 25-30 cm (FAO 1 974). Di beberapa daerah ikan bulan bulan dikenal pula dengan nama Bandeng laut (Banjarmasin, Lombok), Bale kebo (Bugis), Kampulan (Makasar), Bulau (Pontianak), Kontera (Madura), dan di daerah Surabaya dikenal dengan nama ikan Seleh (Burhanuddin et al.

  1998).

  Ikan bulan ini hidup pada perairan pantai, estuaria, dan kadang- kadang masuk ke perairan tawar.Penyebarannya di Indonesia meliputi Sumatera, Jawa, Madura, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Timor, Seram, Ambon dan Kepulauan Aru. dari perairan pantai yang masuk ke dalam tambak ketika air pasang (Weber &Beaufort, 1913). Seperti halnya ikan predator lainnya, bulan bulan memangsa ikan dan krustasea kecil sebagai makanannya. Menurut Jhingran (1982), ketika masih berusia muda (benih), bulan bulan mengkonsumsi Cycops, Daphnia, Cyprid, Rotifera, diatom dan alga berfilamen. Sedangkan ketika dewasa, ikan ini memakan ikan dan krustasea, mysid, serangga dan larvanya, serta hewan-hewan kecil lainnya.

  4.3 KualitasAir

  Kondisi kualitas air di perairan air tawar adalah sebagai salah satu factor pendukung dari penelitian keseragaman ikan di Gampong Ujung Tanoh darat, Karena mengigat kualitas air masih baik belum tercemar.

  o

  Kualitas air waktu pengukuran dilakukan pada pagi hari pada suhu 27

  C, pH 6, dan Do 5 mg/l. Sedangkan pengukuran kualitas air pada sore hari pada suhu

  o

  26 C, pH 6,5 dan Do 5 mg/l.

  4.4 Analisis Keanekaragaman Jenis

  Untuk menghitung indeks keanekaragaman jenis digunakan rumus Shanon

  s i=1 (ni/N) ln (ni/N). Hasil indek keanekaragaman jenis ikan air

  Wienner : H’ = ∑ tawar dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

  Tabel 2.

  Nilai indeks keanekaragaman jenis ikan (H’) yang tertangkap selama penelitian di Empat Stasiun pada Bulan April 2014 sampai Mei 2014, di perairan air tawar Krueng Tujoh berdasarkan indeks Shanon.

  N (Ekor)

Ulangan

NO Spesies

  ST I ST II ST III ST IV

  Clarias batrachus

  48

  35

  28 12 123

  1 Channa striata

  33

  30

  23 27 113

  2 Leptobarbus 110

  34

  28

  31

  17 hoevani.

  3 Channa lucius

  91

  29

  24

  26

  12

  4 Oreochromis

  79

  22

  23

  20

  14

  niloticus

  5

  91 Hemibagrus

  31

  29

  15

  16

  nemurus

  6 Megalops

  53

  11

  12

  10

  20

  cyprinoides

  7 Monopterus albus

  7

  1

  4

  2

  8 Puntius javanicus

  42

  9

  11

  9

  13

  9 Trichogaster

  79

  25

  18

  17

  19

  pectoralis

  10 Clarias

  35

  11

  9

  10

  5

  gariepinus

  11 Angguilla sp

  28

  7

  6

  8

  7

  12 Jumlah 851

  

Total Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis Ikan (H’) 2.336

  Berdasarkan hasil perhitungan nilai indek keanekaragaman pada tabel diatas, dari ST I, ST

II, ST

  III, dan ST

  IV, bahwa kisaran nilai indek keanekaragaman hasil tangkapan pada pertengahan bulan April sampai Mei 2014 yaitu 2.336.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

  5.1 Kesimpulan

  Nilai indeks keragaman ikan di perairan air tawar Gampong Ujung Tanoh darat berdasarkan hasil tangkapan tradisional skala kecil mengunakan jala 1 inchi dan Bubu yang tertangkap pada pertengahan bulan April 2014 sampai Mei 2014 adalah sebanyak 12 jenis, dengan jumlah total ikan yang tertangkap 851 ekor,

  

Clarias batrachus sebanyak 123 ekor (0.279), disusul oleh Channa Striata 113

  ekor (0.268), Leptobarbus hoevani masing-masing110 ekor (264), Channa lucius 91 ekor (239), Oreochrosmis niloticus 79 ekor (0.220), Hemibagrus nemurus 91 ekor (0.239) dan Megalops cyprinoides 53 ekor (0.172), Monopterus albus sebanyak 7 ekor (0.039) ,Puntius Javanicus sebanyak 42 ekor (0.148),

  

Trichogaster pectoralis sebanyak 79 ekor (0.220), Clarias gariepinus sebanyak

  35 ekor (0.131) dan Angguilla sp masing-masing 28 ekor (0.112) Nilai indeks keseragaman (H’) hasil tangkapan selama jangka waktu satu bulan yaitu 2.336

  , artinya indeks (H’) rendah. Indeks dominasi selama penelitian berkisar antara 0.1045, artinya tidak ada jenis ikan hasil tangkapan diperairan Ujung Tanoh Darat yang mendominasi.

  5.2 Saran

  Penelitian lanjutan tentang keseragaman dengan harapan data ikan lebih lengkap. Perlu masyarakat setempat menjaga kondisi perairan air tawar seperti tidak meracun ikan dan membuang peptisida sembarangan.