BAB II TINJAUAN PUSTAKA - BAB II ADRI NURRAKHMAT SULISTYO FARMASI'13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Berenuk (Crescentia cujete L) 1. Sistematika tanaman Sistematika tanaman berenuk (Crescentia cujete L) adalah sebagai

  berikut : Divisio : Spermatophyta Sub division : Magnoliophyta Classis : Magnoliopsida Sub Classis : Asteridae Ordo : Scrophulariales Famili : Bignoniaceae Genus : Crescentia Species : Crescentia cujete L.

2. Nama lain

  Tanaman berenuk (Crescentia cujete L) memiliki nama lain, yaitu :

  a. Nama botani : Tanaman berenuk mempuyai nama botani Crescentia

  cujete L, dan mempunyai sinonim Crescentia acuminate Kunth. Crescentia angustifolia Wild, Crescentia arborea Raf, Crescentia cuneifolia Gardner, Crescentia fasiculata Miers, Crescentia ovate Burm f, Crescentia plectantha Miers, Crescentia spathulata Miers. (Lim, 2012)

  b. Nama daerah :Tabu kayu (Sumatera), berenuk (Jawa), bila balanda (Sulawesi), buah no (Maluku).

  c. Nama asing : Japacary (Argentina), Cabaceira (Brazil), Tutomo (Columbia), Kalabashboom (Dutch), Calabassier (Franch), Kalabassenbaum (German), La’Amia (Hawaian), Calabassa Guiana (Italian), Cujete (Mexico), Cabaco (Portugese), Arbol de las calabazas (Spanish).

  4 d. Nama simplisia: Crescentia cujete Folium (daun berenuk) (Dalimartha, 2000).

3. Uraian tanaman

  Menurut Lim (2012) Tanaman berenuk (Crescentia cujete L) tumbuh tegak dengan tinggi antara 6

  • – 10 m. Batang berkayu, bulat, percabangannya simpodial, beralur, kulitnya mudah pecah-pecah dan mengelupas terbuka dengan kepanjangan tidak normal, berwarna coklat pucat, Daunnya majemuk, menyirip, lonjong, tepi rata, ujung meruncing pangkal membulat, tipis, panjang 10-15 cm, lebar 5-7 cm, warna hijau. Berenuk mempunyai Bunga tunggal di cabang dan ranting, kelopak berbentuk corong, ujung bercangap, berwarna hijau pucat atau putih, benang sari berjumlah 4 dengan panjang ± 2 cm, kepala putik bentuk corong, berwarna putih, mahkota bentuk bibir dan berwarna putih.

  Buah dari tanaman berenuk ini berupa buni, bulat, ketika masih muda berwarna hijau, setelah tua berwarna coklat, Dibutuhkan sekitar enam sampai.tujuh bulan untuk mematangkan dan akhirnya jatuh ke tanah. Buah ini merupakan buah musiman yang berkembang setelah.penyerbukan oleh kelelawar. Buah muncul pada akhir musim kemarau,.diameter buah sebesar 12 sampai 14 cm (Gilman, 1993). Biji dari buah berenuk kecil, masih muda berwarna hijau, setelah tua berwarna hitam, Berenuk memiliki akar tunggang yang berwarna puih kotor. (Dalimartha, 2000).

  Pemanfaatan tanaman berenuk sebagian besar diolah menjadi kerajinan tangan, terutama bagian buahnya. Selain itu, secara tradisional di masyarakat sering digunakan untuk berbagai macam pengobatan, antara lain daunya sebagai obat luka baru dan bengkak. Daging buahnya untuk urus-urus, sebagai diuretik, obat pencahar, obat penurun panas, untuk membersihkan luka, dan untuk pengobatan sakit kepala. Kulitnya biasa dimanfaatkan untuk bahan kerajinan. Di Vietnam, buah kering dari pohon labu dijual dengan nama 'Tien Dao' sebagai pencahar dan ekspektoran (Kaneko et al., 1998)

  Menurut Murch et al (2001), tanaman berenuk (Crescentia cujete L) umumnya tumbuh di seluruh Kosta Rika tetapi bukan tanaman asli Amerika Utara dan tumbuh hanya dalam jumlah yang relatif kecil di Amerika Serikat dan Kanada. Tanaman ini tersebar hampir di seluruh belahan dunia terutama yang dilalui oleh garis katulistiwa dan beriklim tropis. Oleh karena itu tanaman berenuk ini tumbuh dengan subur di Indonesia yang beriklim tropis

  Habitat dari tanaman berenuk ini umumnya sering ditemukan di semak-semak, hutan, pinggir jalan dan di padang rumput dengan ketinggian dari permukaan laut sampai 800 m. Selain itu, tanaman ini tumbuh dengan baik di daerah-daerah dengan curah hujan rata-rata tahunan antara 1.500 dan 1.300 mm dan suhu rata-rata tahunan 26

  C. (Lim T.K, 2012). Budidaya tanaman ini di Indonesia masih belum dikembangkan untuk menjadi tanaman budidaya sumber penghasil bahan baku obat herbal.

  Tanaman ini mengandung senyawa aktif antara lain: asam tartarat, sianohidrik, asam sitrat, crescentia acid, tanin, beta-sitosterol, estigmastrol, alpa dan beta amirina, asam esterat, asam palmitat, flavonoid-quersetin, apigenin, naphtaquinon, glikosida iridoid, 3-hydroxyoctanol glicosides, (Marc, 2008) tannin, saponin, anthraquinon, cardenolides (Ejelonu et al, 2011).

  Pada tahun 1988 telah dilakukan uji pendahuluan antiinflamasi oleh Gupta yang menghasilkan bahwa ekstrak hydroalkohol 80% daun berenuk memiliki efek antiinflamasi terhadap tikus 200 gram dengan dosis > 1200 mg/KgBB. Selain itu sudah banyak diteliti juga efek antimikrobial kuat dari daun berenuk yang hasilnya efektif menghambat pertumbuhan Staphylococcus

  aureus, Enterococcus faecalis, Streptococcus pneumoniae, Streptococcus pyogenes, Escherichia coli dan Candida albicans (Rojas et al. 2001).

B. Ekstrak dan Ekstraksi

  Menurut Depkes RI (1995) ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.

  Sedangkan ekstraksi sendiri adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang akan diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut dan mempunyai struktur kimia yang berbeda- beda yang dapat mempengaruhi kelarutan dan stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap suhu, udara, cahaya, dan logam berat (Depkes RI, 2000).

  Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes RI, 2000). Prinsip kerja ekstrasi menggunakan metode sokletasi adalah penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari. Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak diinginkan. Sokletasi memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain :

  1. Kelebihan sokletasi:

  a. Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang b. Jumlah pelarut yang digunakan sedikit.

  c. Proses sokletasi berlangsung cepat.

  d. Jumlah sampel yang diperlukan sedikit.

  2. Kelemahan sokletasi :

  a. Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan yang tidak tahan panas karena akan terjadi penguraian.

  b.

  Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga mudah menguap (Voigt, 1995).

C. Luka Baru dan Pendarahan

  Ketika kita mengalami luka pada permukaan tubuh, maka tubuh akan mengeluarkan darah. Terjadinya pendarahan itu disebabkan oleh sobeknya kapiler atau pembuluh darah. Pada keadaan luka yang ringan, setelah beberapa saat darah akan berhenti mengalir. Penghentian pendarahan adalah proses yang kompleks. Pembekuan dimulai ketika keping-keping darah dan faktor-faktor lain dalam plasma darah kontak dengan permukaan yang tidak biasa, seperti pembuluh darah yang rusak atau terluka. Pada saat terjadi luka pada permukaan tubuh,yaitu trombosit akan segera berkumpul mengerumuni bagian yang terluka dan akan menggumpal sehingga dapat menyumbat dan menutupi luka. Di dalam plasma darah terdapat trombosit yang akan pecah apabila menyentuh permukaan yang kasar. Jika trombosit pecah, enzim tromboplastin yang dikandungnya akan keluar bercampur dengan plasma darah. Selain trombosit, di plasma darah terdapat protombin. Protombin akan diubah menjadi trombin olehastin.

  2+ Perubahan protombin menjadi trombin dipicu oleh ion kalsium (Ca ).

  Protombin adalah suatu protein plasma yang pembentukannya memerlukan vitamin K. Trombin akan berfungsi sebagai enzim yang dapat mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Fibrinogen adalah suatu protein yang terdapat dalam plasma. Adapun fibrin adalah protein berupa benang-benang yang tidak larut dalam plasma. Benang-benang fibrin yang terbentuk akan saling bertautan sehingga sel-sel darah merah beserta plasma akan terjaring dan membentuk gumpalan. Jaringan baru akan terbentuk menggantikan gumpalan tersebut dan luka akan menutup (Gunawan, 2008).

D. Inflamasi (Radang)

  Inflamasi adalah mekanisme alami tubuh untuk menginaktivasi atau merusak organisme penyerang, menghilangkan zat iritan atau mengatur derajat perbaikan jaringan yang disertai peradangan yang akan hilang dengan sendirinya

  (Wilmana, 1995)

  jika proses penyembuhan telah sempurna . Apabila terjadi inflamasi maka akan muncul tanda tanda berupa: Kemerahan (rubor), pembengkakan (tumor), panas (kalor), nyeri (dolor), dan hilangnya fungsi (fungsio laesa) (Kee dan Evelyn, 1996).

  Mekanisme terjadinya inflamasi karena adanya reaksi setempat dari jaringan atau sel terhadap suatu rangsang atau cedera. Inflamasi diawali dengan adanya stimulus yang merusak jaringan, mengakibatkan sel mast pecah dan terlepasnya mediator-mediator inflamasi, diantaranya adalah histamin, serotonin, bradikinin, leukotrin, dan prostaglandin. Histamin bertanggung jawab pada perubahan yang paling awal yaitu menyebabkan vasodilatasi pada arteriol yang didahului dengan vasokonstriksi awal dan peningkatan permeabilitas kapiler. Perubahan permeabilitas yang terjadi menyebabkan cairan keluar dari pembuluh darah dan berkumpul dalam jaringan. Bradikinin bereaksi lokal menimbulkan rasa sakit, vasodilatasi, meningkatkan permeabilitas kapiler. Sebagai penyebab radang, prostaglandin berpotensi kuat setelah bergabung dengan mediator lainnya (Mansjoer, 1999).

  Mediator kimiawi spesifik bervariasi dengan tipe proses peradangan yang meliputi amin, seperti histamin dan 5-hidroksitiptamin; lipid, seperti prostaglandin; peptida kecil, seperti bradikinin; dan peptida besar seperti interleukin-1 (Mycek, 2001).

  Histamin merupakan mediator pertama yang dilepaskan dan segera muncul dalam beberapa detik yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Histamin bekerja pada dua reseptoryang berbeda yang disebut reseptor H

  1

  dan H

  2 . Stimulasi reseptor H 1 menimbulkan vasokonstriksi pembuluh darah besar,

  2

  kontraksi otot bronkus, otot usus, dan otot uterus. Stimulasi reseptor H menyebabkan dilatasi pembuluh paru-paru, meningkatkan frekuensi jantung dan kenaikan kontraktilitas jantung serta kenaikan sekresi kelenjar terutama dalam mukosa lambung. Histamin merupakan produk dekarboksilasi dari asam amino histidin yang terdapat dalam semua jaringan tubuh. Konsentrasi tertinggi terdapat dalam paru-paru, kulit dan dalam saluran cerna. Histamin akan dibebaskan dari sel-sel pada reaksi hipersensitivitas, rusaknya sel (misalnya pada luka) serta akibat senyawa pembebas histamin (Mutschler, 1999).

  Bradikinin dan kalidin merupakan mediator yang dapat bereaksi lokal menimbulkan rasa sakit, vasodilatasi, meningkatkan permeabilitas kapiler dan berperan meningkatkan potensi prostaglandin (Mutschler, 1999).

  Serotonin (5-HT) berasal dari asam amino esensial triptamin melalui hidroksilasi dan dekarboksilasi, terdapat dalam platelet darah, mukosa usus dan beberapa bagian otak. Pada trombosit berfungsi meningkatkan agregasi dan mempercepat penggumpalan darah sehingga mempercepat hemostatis (Mutschler, 1999).

  Prostaglandin hanya berperan pada nyeri yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau radang. Prostaglandin sebagai penyebab radang bekerja lemah, namun berpotensi kuat setelah bergabung dengan mediator atau substansi lainnya yang dibebaskan secara lokal, seperti histamine, serotonin dan leukotrin. Prostaglandin dapat menimbulkan vasodilatasi,dan meningkatkan aliran darah lokal (Ganiswara, 1995). Prostaglandin mempunyai banyak efek, termasuk diantaranya adalah vasodilatasi, relaksasi otot polos dan meningkatnya permeabilitas kapiler, dan sensitisasi sel saraf terhadap nyeri (Kee dan Evelyn, 1996 ).

  1. Obat Anti Inflamasi

  a) Natrium Diklofenak Natrium diklofenak merupakan obat antiinflamasi nonsteroid yang termasuk ke dalam kelompok preverencially selective Cox inhibitor. Obat ini bekerja menghambat aktivitas enzim siklooksigenase yang berperan dalam metabolism asam arakidonat menjadi prostaglandin yang merupakan salah satu mediator inflamasi (Kertia, 2009). Natrium diklofenak merupakan derivate fenilasetat yang termasuk NSAID yang daya antiradangnya paling kuat dengan efek samping yang kurang dibandingkan dengan obat lainnya (seperti indometasin, piroxicam) (Tjay, 2002).

  Absorpsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap yang terikat 99% pada protein plasma dan mengalami efek lintas awal (first-

  

pass ) sebesar 40-50%. Walaupun waktu paruh singkat yakni 1- 3 jam, Na

  diklofenak diakumulasi di cairan sinovilia yang menjelaskan efek terapi di sendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obat tersebut. Efek samping yang lazim terjadi ialah mual, gastritis, eritema kulit, dan sakit kepala. Hal ini dikarenakan obat ini merupakan obat yang bersifat tidak selektif dimana kedua jenis COX di blokir. Dengan dihambatnya COX-1, maka tidak ada lagi yang bertanggung jawab melindungi mukosa lambung-usus dan ginjal sehingga terjadi iritasi dan dapat terjadi efek toksik pada ginjal (Tjay dan Rahardja, 2002). Dosis obat ini untuk orang orang dewasa sebesar 100-150 mg sehari terbagi dua atau 3 dosis (Gunawan, 2008).

  2. Metode Uji Antiinflamasi

  Metode pembentuka udema buatan adalah salah satu teknik yang paling umum digunakan berdasarkan kemampuan agen tersebut untuk menghambat produksi edema di kaki belakang tikus setelah injeksi agen radang yang kemudian diukur volume radang. Volume edema diukur sebelum dan sesudah pemberian zat yang diuji. Beberapa iritan yang dipakai sebagai penginduksi edema antara lain formalin, kaolin, ragi, dan dekstran. Iritan yang umum digunakan dan memiliki kepekaan yang tinggi adalah karagen (Vogel, 2002).

3. Formalin

  Menurut Turner (1965) dalam bukunya, formalin 4 % dari formalin dalam pelarut NaCl 0,9% dapat menimbulkan derajat submaximal inflamasi. Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Formalin mengandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air, dan biasanya ditambahkan metanol hingga 15 persen sebagai pengawet. Dalam konsentrasi yang sangat kecil (di bawah satu persen), digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, digunakan juga sebagai antiseptic dan anti bakteri. Formalin bagi tubuh manusia diketahui sebagai zat beracun, karsinogen yang menyebabkan kanker, mutagen yang menyebabkan perubahan sel dan jaringan tubuh, korosif serta iritatif. Formaldehid berinteraksi dengan molekul membran sel dan jaringan tubuh dan cairan (seperti protein dan DNA) dan merusak fungsi sel (Winarno, 1997).