BAB II TINJAUAN PUSTAKA - BAB II DEVI TRI HANDAYANI FARMASI'13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengobatan Sendiri Pengobatan sendiri adalah upaya mengatasi masalah kesehatan

  secara umum menggunakan obat-obatan yang didesain dan diberi label khusus untuk digunakan tanpa resep dokter yang dianggap aman dan efektif untuk digunakan. Obat untuk pengobatan sendiri sering disebut 'obat tanpa resep' atau 'over the counter' (OTC) dan tersedia tanpa resep dokter di apotek (World Self-Medication Industri, 2006). Menurut Djunarko (2011) pengobatan sendiri adalah tindakan mengobati diri sendiri dengan obat tanpa resep secara tepat dan bertanggung jawab (rasional).

  Keuntungan pengobatan sendiri menggunakan obat bebas dan obat bebas terbatas antara lain: aman bila digunakan sesuai dengan aturan, efektif untuk menghilangkan keluhan (karena 80 . % keluhan sakit bersifat

  selflimiting ), efisiensi biaya, efisiensi waktu, bisa ikut berperan dalam

  mengambil keputusan terapi, dan meringankan beban pemerintah dalam keterbatasan jumlah tenaga dan sarana kesehatan di masyarakat (Kristina, dkk. 2008).

  Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat (Anonim, 2006). Penyakit ringan yang sering diobati dengan pengobatan sendiri oleh mahasiswa adalah demam, dismenorhoe, nyeri otot, batuk (Correa da Silva,

  et al ., 2012), sakit kepala, flu (Zafar, et al. 2008), diare, maagh, mual, muntah (Badiger, S., et al., 2012).

  4 Faktor-faktor yang mendasari mahasiswa dalam melakukan tindakan swamedikasi adalah:

  1. Tidak perlu konsultasi ke dokter karena keluhan yang dialami merupakan penyakit ringan.

  2. Mengetahui gejala penyakit dan obat yang harus digunakan

  3. Dokter akan meresepkan obat yang sama

  4. Menghemat waktu

  5. Lebih ekonomis (Correa da Silva, et al., 2012) B.

   Informasi Umum Obat

  Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi (DepKes, 1992).

  1. Penggolongan Obat Obat dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu :

  a. Obat Bebas Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.

  Contoh : Parasetamol

  b. Obat Bebas Terbatas Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : CTM.

  c. Obat Keras dan Psikotropika Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf

  5 K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Asam Mefenamat Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

  Contoh : Diazepam, Phenobarbital

  d. Obat Narkotika Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin Sebelum menggunakan obat, termasuk obat bebas dan bebas terbatas harus diketahui sifat dan cara pemakaiannya agar penggunaannya tepat dan aman. Informasi tersebut dapat diperbolehkan dari etiket atau brosur pada kemasan obat bebas dan bebas terbatas.

  2. Cara Pemilihan Obat Untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan perlu diperhatikan : a. Gejala atau keluhan penyakit

  b. Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes mellitus dan lain-lain.

  b. Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat c. tertentu.

  d. Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping dan interaksi obat yang dapat dibaca pada etiket atau brosur obat.

  e. Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksi obat dengan obat yang sedang diminum.

  6

  7

  f. Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang lengkap, tanyakan kepada Apoteker.

  3. Cara Penggunaan Obat a. Penggunaan obat tidak untuk pemakaian secara terus menerus.

  b. Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket atau brosur.

  c. Bila obat yang digunakan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, hentikan penggunaan dan tanyakan kepada Apoteker dan dokter.

  d. Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala penyakit sama.

  e. Untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih lengkap, tanyakan kepada Apoteker

  .

  4. Cara Penyimpanan Obat a. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.

  b. Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari langsung atau seperti yang tertera pada kemasan.

  c. Simpan obat ditempat yang tidak panas atau tidak lembab karena dapat menimbulkan kerusakan.

  d. Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak beku, kecuali jika tertulis pada etiket obat.

  e. Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak.

  f. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.

C. Pengetahuan

  Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain (Notoatmojo, 2010). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

  1. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

  2. Memahami (Comprehention) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan suatu materi tersebut secara benar.

  3. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

  4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam kaitannya suatu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja.

  5. Sintesis (Synthesis) Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari formasi-formasi yang ada.

  6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan penilaian terhadap suatu objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria- kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2007).

  8

  D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

  Menurut Sukanto (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan, antara lain :

  1. Tingkat Pendidikan Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat

  2. Informasi Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan lebih luas.

  3. Budaya Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.

  4. Pengalaman Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal.

  E. Sikap

  Sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespon(secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu penilaian emosional atau afektif (senang, benci, sedih, dsb), komponen kognitif (pengetahuan tentang objek itu), dan aspek konatif (kecenderungan bertindak). Sikap itu tidak sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab seringkali terjadi bahwa seseorang memeperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya (Sarwono, 2007).

  Sama halnya dengan pengetahuan, sikap terdiri dari beberapa tingkatan, yakni:

  1. Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.

  9

  2. Merespon (Responding) Indikasi dari sikap salah satunya mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Karena dengan suatu usaha untuk mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

  3. Menghargai (Valuing) Indikasi sikap selanjutnya adalah menghargai, salah satunya adalah dengan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah tertentu yang bersifat positif.

  4. Bertanggung jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko.

  F. Perilaku atau Tindakan

  Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku merupakan respon seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan: berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan) (Sarwono, 2007)

  Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

  behaviour ). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata

  diperlukan faktor pendukung antara lain fasilitas, faktor dukungan (support) dari pihak lain.

  G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tindakan Swamedikasi

  Faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan swamedikasi antara lain:

  1. Tren swamedikasi konsumen Dari survei yang dilakukan oleh National Council for Patient

  Information and Education diperoleh gambaran sebagai berikut: 92%

  10 konsumen percaya bahwa obat tanpa resep dokter efektif dan 83% percaya obat tanpa resep aman bagi mereka. Dalam survei ini juga disebutkan 73% konsumen melakukan pengobatan sendiri penyakit simptomatis dengan obat tanpa resep dan hanya 37% konsumen yang berkonsultasi dulu dengan tenaga kesehatan.

  2. Kondisi pengobatan saat ini Obat tanpa resep dokter secara aman dan efektif digunakan untuk mengobati atau untuk membantu pengobatan lebih sekitar lebih dari 450 jenis kondisi penyakit. Sebagai contoh, gejala penyakit seperti flu, rhinitis alergi, demam, konstipasi, diare, dan banyak lagi gejala penyakit yang menggunakan obat tanpa resep dokter (obat bebas dan obat bebas terbatas) sebagai terapi utama.

  Obat tanpa resep dokter jika digunakan secara selektif dan rasional dapat menjadi alternatif pengobatan yang efektif dan murah dibandingkan konsumen harus ke dokter yang mungkin dirasa biayanya mahal. Tetapi perlu diingat obat tanpa resep dokter tidak selalu lebih efektif dari obat dengan resep dokter, tergantung kondisi penyakitnya.

  3. Perubahan status beberapa obat keras menjadi obat bebas Tren pasar yang cukup signifikan yang terjadi akhir-akhir ini adalah perubahan status dari obat keras menjadi obat bebas dan obat bebas terbatas oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan dengan alasan obat tersebut terbukti aman dikonsumsi tanpa resep dokter (Anonim, 2010).

H. Perguruan Tinggi

  Menurut Keputusan Menteri Pendidikan dan Budaya (Kepmendikbud) No. 0186/P/1984 pendidikan tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki tingkat kemampuan tinggi yang bersifat akademik dan atau profesional sehingga dapat menerapkan, mengambangkan dan/atau

  11 menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam rangka pembangunan nasional dan meningkatkan kesejahteraan manusia.

  Institusi Pendidikan Tinggi yang menawarkan pendidikan akademik dan vokasi dapat dibedakan berdasarkan jenjang dan program studi yang ditawarkan seperti akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas.

  Perguruan tinggi yang memberikan pendidikan akademis dapat menawarkan jenjang pendidikan Sarjana, Program Profesi, Magister (S2), Program Spesialis (SP) dan Program Doktoral. Sedangkan pendidikan vokasi menawarkan program Diploma I, II, II dan IV (Anonim, 2012).

  12