BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic Disproportion (CPD) - Rizka Rizkiyati BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Chepalopelvic Disproportion (CPD) Menurut Verney, (2009) Disproporsi sevalopelvik (Chepalopelvic Disproportion, CPD), atau disproporsi fetopelvik adalah antara ukuran janin

  dan ukuran pelvis yakni ukuran pelvis tertentu tidak cukup besar untuk mengakomodasi keluarnya janin tertentu melalui pelvis sampai terjadi kelahiran per vagina. Pelvis yang adekuat untuk jalan lahir bayi 2,27 kg mungkin cukup besar untuk bayi 3,2 kg mungkin tidak cukup besar dengan bayi 3,6 kg. Indikasi kemungkinan disproporsi sefalopelvik :

  1. Ukuran janin sangat besar

  2. Tipe dan karakteristik khusus tubuh wanita secara umum 2.1 Bahu lebih lebar dari pada pinggul, tanpa memerhatikan tinggi.

  2.2 Postur tubuh pendek, seperti kotak Disproporsi Sefalopelvik dapat ditandai oleh pola persalinan disfungsional, kegagalan kemajuan persalinan, fleksi kepala yang buruk, atau kemacetan rotasi internal dan penurunan (yaitu deep transverse arrest). Disproporsi Sefalopelvik dapat, atau tidak dapat disertai pembentukan kaput atau molase.

  Persalinan disfungsional yang disebabkan oleh disproporsi sefalopelvik dapat mengakibatkan kondisi berikut:

  5.1 Kerusakan pada janin yaitu kerusakan otak

  5.2 Kematian janin atau neontes

  5.3 Rupture uterus

  5.4 Kematian Ibu

  5.5 Infeksi intrauterus B.

   Sectio Caesarea

  1. Definisi merupakan prosedur operatif, yang di lakukan di bawah

  Secsio Caecarea

  anestesia sehingga janin, plasentadan ketuban di lahirkan melalui insisi dinding abdomendan uterus. Prosedurini biasanya di lakukan setelah viabilitas tercapai misal usia kehamilan lebih dari 24 minggu (Myles,2011).

  Sectio Caesarea adalah pengeluaran janin melalui insisi abdomen. Teknik ini

  Sectio Caesareaa adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan

  melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).

  Sectio Caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi

  pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat ( Hermawati, 2008).

  Sehingga dapat disimpulkan bahwa Sectio Caesarea merupakan suatu tindakan operasi yang bertujuan untuk melahirkan bayi dengan jalan pembukaan dinding perut.

  2. Etiologi Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai berikut :

  2.1 Kelainan karena gangguan pertumbuhan

  2.1.1 Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil

  2.1.2 Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasA

  2.1.3 Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebiha ukuranmukabelakang

  2.1.4Panggul corong : pintu atas panggul biasa,pintu bawah panggul sempit.

  2.3.1 Kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong 2.3.2 Sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit miring.

  2.4 Kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah Coxitis,luxatio,atrofia. Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit miring. e.fraktura dari tulang panggul yang menjadi penyebab kelainan panggul

  3. Tanda Dan Gejala 3.1Persalinan lebih lama dari yang normal .

  3.2Janin belum masuk PAP pada usia kehamilan 39 minggu (primipara),

  3.3 Tinggi badan kurang dari 145 cm

  3.4 Ukuran distasia spinarum kurang dari 24-26 cm

  3.5 Ukuran distasia kristarum kurang dari 28-30 cm

  3.6 Ukuran konjugata eksterna diameter kurang dari 18-20 cm

  3.7 Ukura lingkar panggul kurang dari 80-90 cm

  3.8 Pintu Atas Panggul

  3.8.1 Ukuran Konjugata vera / diameter antero posterior ( diameter depan - belakang ) yaitu diameter antara promontorium dan tepi atas symfisis kurang dari 11 cm

  3.8.2 Ukuran diameter melintang ( transversa), yaitu jarak terlebar antara ke-2

  3.9.2 Bidang sempit panggul merupakan bidang yang berukuran kecil terbentang dari tepi bawah symfisis, spina ischiadika kanan dan kiri, dan 1-2 cmdari ujung bawah sacrum. diameter antero-posterior kurang dari 11,5 cm, diameter transversa kurang dari 10 cm.

  3.10 Pintu Bawah Panggul

  3.10.1 Diameter anteroposterior yaitu ukuran dari tepi bawah symfisis ke ujung sacrum kurang dari 11,5 cm

  3.10.2Diameter transversa jarak antara tuber ischiadikum kanan dan kiri kurang dari 10,5 cm

  3.10.3 Diameter sagitalis posterior yaitu ukuran dari ujung sacrum kepertengahan ukuran transversa kurang dari 7,5 cm.

  4. Anatomi Fisiologi

  4.1 Tulang-tulang panggul

  Pelvis Maor adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea terminalis, disebut pula false pelvis. Bagian yang terletak dibawah linea terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis. Bagian akhir ini adalah bagian yang mempunyai peranan penting dalam obstetri dan harus dapat dikenal dan dinilai sebaik- baiknyauntuk dapat meramalkan dapat tidaknya bayi melewatinya.

  4.1.2 Pelvis Minor Bentuk pelvis minor ini menyerupai suatu saluran yang mempunyai sumbu melengkung ke depan (sumbu Carus). Sumbu ini secara klasik adalah garis yang menghubungkan titik persekutuan antara diameter transversa dan konjugata vera pada pintu atas panggul dengan titik-titik sejenisdi Hodge II, III, dan IV. Sampai dekat Hodge III sumbu itu lurus, sejajar dengan sakrum, untuk seterusnya melengkung ke depan, sesuai dengan kelengkungan sakrum. Hal ini penting untuk diketahui bila kelak mengakhiri persalinan dengan cunam agar arah penarikan cunam itu disesuaikan dengan arah sumbu jalan lahir tersebut. tengah, dan selanjutnya menjadi sedikit lebih luas lagi dibagian bawah. Penyempitan dipanggul tengah, dan selanjutnya menjadi sedikit lebih luas lagi dibagian bawah. Penyempitan dipanggul tengah ini setinggi spina iskiadika yang jarak antara kedu spina iskiadika (distensia interspinarum) normal ± 10,5 cm.

  4.1.3 Bidang Hodge Bidang-bidang Hodge ini dipelajari untuk menentukan sampai dimanakah bagian terendah janin turun dalam panggul dalam persalinan:

  4.1.3.1. Bidang Hodge I: ialah bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan montorium. Bidang ini dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul.

  4.1.3.2. Bidang Hodge II: ialah bidang yang sejajar dengan Bidang Hodge I terletang setinggi bagian bawah simfisis.

  4.1.3.3. Bidang Hodge III: ialah bidang yang sejajar dengan Bidang Hodge I dan

  II terletak setinggi spina iskiadika kanan dan kiri. Pada rujukan lain, bidang Hodge III ini disebut juga bidang O. Kepala yang berada di atas 1 cm disebut (-1) atau sebaliknya.

  4.1.3.4. Bidang Hodge IV: ialah bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I, II, III, terletak setinggi os koksigis.

  

Gambar. 2.3 Pintu atas panggul dengan konjugata vera, diameter

transversa dan diameter oblikua (Sarwono, 2010)

  Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium korpus vertebra sakra 1, linea innominata (terminalis), dan pinggir atas simfisis. Terdapat 4 diameter pada pintu atas panggul, yaitu diameter anteroposterior, diameter transversa, dan 2 meter oblikua.

  Panjang jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium lebih kurang 11 cm, disebut konjugata vera. Jarak terjauh garis melintang pada pintu atas panggul lebih kurang 12,5-13 cm, disebut diameter transversa dan konjugata vera dan diteruskan ke linea innominata, ditemukan diameter yang disebut diameter oblikua sepanjang lebih kurang 13 cm.

  Dalam obstetri dikenal 4 jenis panggul (pembagian Caldwell dan Moloy, 2009), yang mempunyai ciri-ciri pintu atas panggul sebagai berikut:

  4.2.1. Jenis ginekoid: panggul paling baik untuk perempuan. Bentuk pintu area atas panggul hampir bulat. Panjang diameter antero-posterior kira-kira sama dengan diameter transversa. Jenis ini diemukan pada 45% perempuan.

  4.2.2. Jenis android: bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Umumnya pria mempunyai jenis seperti ini. Panjang diameter anteroposterior hampir sama

  4.2.4. Jenis platipelloid: sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka belakang. Ukuran melintang jauh lebih besar dari pada ukuran muka belakang. Jenis ini ditemukan pada 5% perempuan.

  4.3 Pintu Bawah Panggul

  Gambar. 2.4 Pintu bawah panggul (Sarwono, 2010)

  Pintu bawah panggul tidak merupakan suatu bidang datar, tetapi tersusun atas 2 bidang datar yang masing-masing berbentuk segitiga, yaitu bidang yang terbentuk oleh garis antara kedua buah tuber os iskii dengan ujung os

  4.4 Ukuran-ukuran Luar Panggul Ukuran-ukuran luar panggul ini dapat digunakan bila pelvimetri radiologik tidak dapat dilakukan. Dengan cara ini dapat ditentukan secara garis besar jenis, bentuk, dan ukuran-ukuran panggul apabila dikombinasikan dengan pemeriksaan dalam. Alat-alat yang dipakai anatara lain: jangka-jangka panggul Martin, Oseander, Collin, dan Boudeloque. Yang diukur sebagai berikut:

  Dalam hal ini perlu diperhtikan ujung os sekrum/os koksigis tidak menonjol kedepan, sehingga kepala janin tidak dapat dilahirkan. Jarak antara kedua tuber os iskii (distansia tuberum) juga merupakan ukuran pintu bawah panggul yang penting. Distansia tuberum diambil dari bagian dalamnya adalah ± 10,5 cm. bila lebih kecil, jarak antara tengah-tengah distansia tuberum ke ujung sakrum (diameter sagitalis posterior) harus cukup panjang agar bayi normal dapat dilahirkan.

  4.4.1. Distansia spinarum (± 24 cm

  • – 26 cm), jarak antara kedua spina illaika anterior superior sinistra dan dekstra.

  4.4.2. Distansia kristarum (± 28 cm – 30 cm), jarak yang terpanjang antara dua tempat yang simetris pada krista iliaka sinistra dan dekstra. Umumnya ukuran- ukuran ini tidak penting, tetapi bila ukuran ini lebih kecil 2-3 cm dari nilai

  4.4.4. Distansia intertrokanterika: jarak antara kedua trokanter mayor.

  4.4.5. Konjugata eksterna (Boudelogue) ± 18 cm: jarak antara bagian atas simfisis ke prosesus spinolus lumbal 5.

  4.4.6. Distansia tuberum (± 10,5 cm): jarak antara tuber iskii kanan dan kiri untuk mengukurnya dipakai jangka Oseander. Angka yang ditunjuk jangka harus ditambah 1,5 cm karena adanya jaringan subkutis antara tulang dan ujung jangka, yang menghalangi pengukuran secara cepat. Bila jarak ini kurang dari normal, dengan sendirinya arkus pubis lebih kecil dari 90°.

  5. Pathofisiologi Tulang

  • – tulang panggul terdiri dari os koksa, os sakrum, dan os koksigis. Os koksa dapat dibagi menjadi os ilium, os iskium, dan os pubis. Tulang – tulang ini satu dengan lainnya berhubungan. Di depan terdapat hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri, disebut simfisis. Dibelakang terdapat artikulasio sakro- iliaka yang menghubungkan os sakrum dengan os ilium.

  Pada wanita, di luar kehamilan artikulasi ini hanya memungkinkan pergeseran sedikit, tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih longgar, misalnya ujung koksigis dapat bergerak kebelakang sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm. Hal ini dapat dilakukan bila ujung os koksigis menonjol ke ligamen ke dinding tubuh. Sedangkan pada ruang yang dibentuk oleh pelvis minor terdapat bagian dari kolon, rektum, kandung kemih, dan pada wanita terdapat uterus dan ovarium.

  Selama kehamilan, serviks (leher rahim atau saluran tempat jalan keluarnya bayi dari rahim menuju vagina) dalam kondisi tertutup dan dipenuhi oleh lendir (mukus) untuk melindunginya dari infeksi. Pada tahap pertama persalinan, kontraksi membuat serviks terbuka secara bertahap. Serviks mulai melentur sehingga dapat terbuka dan melebar sampai 10 cm. Tahap ini merupakan tahap yang paling panjang dari persalinan. Dapat berlangsung selama beberapa jam bahkan hari sebelum menjalani persalinan.

  Fase di mana serviks mulai terbuka ini disebut dengan fase laten. Pada fase laten, akan merasa kontraksi dan kadang juga tidak. Pada fase ini sebaiknya makan dan minum untuk mempersiapkan energi yang akan dipakai selama proses persalinan. Jika persalinan mulai pada malam hari, sebaiknya tenang dan tetap rileks. Gunakan waktu untuk tidur jika bisa. Dan jika persalinan baru dimulai saat siang hari, cobalah untuk tetap aktif. Bergerak aktif akan membantu bayi turun ke bawah rahim dan juga membantu serviks untukmelebar. Pathways Indikasi Sectio Caesarea

   Distorsi serviks  Plasenta previa

   Pre eklamsi dan hipertensi  Chepalopelvic  Stenosis serviks uteri / vagina

  Disproportion  Tumor jalan lahir

   Ruptur uteri mengancam  Incoordinate Uterine Action  Partus tak maju  Malpresentasi janin

   Partus lama

TINDAKA

N SC

  Adaptasi Post Pembatasa Anestesi

  Insisi Partum cairan per oral

  Penurun Bed Psikol Fisiol an saraf rest ogis ogis simpatis Lak

  Involu MK. 6 Resti

  Luka tasi si kekurangan Tak

  Taking Letti Kondisi volume cairan ing in hold ng go Penuruna diri menurun n pristaltik

  MK. 2 MK. 3 Pele Belajar Kondisi

  Asupan Nyeri akut Resiko pasan mengenai tubuh cairan yang tidak

  Ketidakma desi dua infeksi perawatan diri mengalami adekuat mpuan miksi Obst dan bayi perubahan ipasi

  MK. 4 Gangguan Mk. 8 Ketidakade

  Konte pola tidur

  Defisiensi kuatan suplai Butuh raksi pengetahuan ASI informasi meningkat

  MK. 7 MK. 5 Gambar. 2.5 Pathways

  Konstipasi Perubahan eliminasi MK. 1 Ketidak urine

  Sumber : Nurarif dan Hardhi (2015) efektifan pemberian Lo

  ASI chea

  Tabel. 2.1Rencana Keperawatan No Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

  1. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI NOC

  Setelah dilakukan keperawatan selama… diharapkan dapat efektif dalam pemberian ASI dengan kriteria hasil: o

  Kesejajaran dan latch on yang benar o

  Mencengkeram dan mengkompresi areola dengan tepat o

  Mengisap dan menempatkan lidah bayi yang benar o

  Suara menelan yang dapat didengar o

  Minimal menyusu delapan kali sehari (sesuai prmintaan) o

  Kepuasan bayi setelah menyusui o

  Kenaikan berat badan sesuai usia NIC Breastfeding assistance

   Observasi keadaan payudara  Observasi pengetahuan pasien mengenai laktasi dan perawatan payudara  Kaji kemampuan bayi menyusu

  (reflek hisap)  Kaji seberapa banyak pengeluaran colostrum  Beritahu cara menyusui yang benar  Lakukan tindaka keperawatan brastcare  Observasi pengeluaran ASI setelah brestcare  Ajarkan cara perawatan payudara  Ajarkan teknik menyusui yang benar  Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai nutrisi ibu menyusui

  2 Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik NOC

  Pain level Pain control Comfort level

  NIC Management nyeri

   Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, Setelah dilakukan tindakan karakteristik, durasi, frekuensi, keperawatan selama… Pasien tidak kualitas, dan factor presipitasi. mengalami nyeri dengan kriyeria hasil:

   Observasi reaksi nonverbal dari o Mampu mengontrol nyeri (tahu ketidaknyamanan. penyebab nyeri, mampu

   Bantu pasien dan keluarga untuk menggunakan teknik mencari dan menemukan nonfarmakologik untuk dukungan. mengurangi nyeri)

   Control lingkungan yang dapat o Melaporkan bahwa nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu berkurang dengan ruangan, pencahayaan dan menggunakan manajemen kebisingan. nyeri.

   Kurangi factor presipitasi nyeri. o Mampu mengenali nyeri (skala

   Kaji tipe dan sumber nyeri untuk intensitas, frekuensi dan tanda menentukan intervensi nyeri)  Ajarkan tentang teknik non o

  Menyatakan rasa nyaman farmakologik napas dalam, setelah nyeri berkurang relaksasi, distraksi, kompres o

  Tanda vital dalam rentan hangat/dingin. normal

   Berikan analgetik untuk Tidak mengalami gangguan tidur mengurangi nyeri  Tingkatkan instirahat  Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik pertama kali

  3. Resiko infeksi NIC NOC berhubungan dengan Immune status prosedur insisi Knowledge: infection control Risk control

  Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama.. pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil: o

  Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi o

  Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi o

  Jumlah leukosit dalam batas normal o

  Menunjukan prilaku hidup sehat o

  Status imun, gastrointestinal dalam batas normal

   Pertahankan teknik aseptif  Batasi pengunjung bila perlu  Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung  Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum  Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing  Tingkatkan intake nutrisi  Berikan terapi antibiotic  Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local  Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase  Monitor adanya luka  Dorong masukan cairan

  4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

  NOC Anxiety Control Comfort Level Pain Level Rest : Extent andPattern Sleep : Extent and Pattern Setelah dilakukantindakan keperawatanselama

  …. Gangguanpola tidur pasien teratasidengan kriteria hasil:

  NIC  Sleep Enhancement  Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur  Jelaskan pentingnya tidur yang

  Adekuat  Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca)  Ciptakan lingkungan yang nyaman o Jumlah jam tidurdalam batas normal o

  Pola tidur,kualitasdalam batas normal o

  Perasaan freshsesudahtidur/istirahat o

  Mampumengidentifikasi hal- halyang meningkatkan tidur

  Kolaburasi pemberian obat tidur

  5. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan ketidakmampuan miksi

  NOC Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama… diharapkan menunjukan kontinensia urine dengan kriteria hasil: o

  Infeksi saluran kemih sel darah putih <100.000 o

  Kebocoran urine diantara berkemih o

  Eliminasi secara mandiri o Mempertahankan pola berkemih yang dapat diduga

  NIC Management eliminasi urine

   Pantau eliminasi urine, meluputi frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna  Kumpulkan specimen urine porsi tengah untuk urinalisis

  Penyuluhan  Ajarkan klien tentang tanda dan gejala infeksi saluran kemih  Instruksikan klien dan keluarga untuk mencatat haluaran urine  Instruksikan klien untuk berespon segera terhadap kebutuhan eliminasi  Ajarkan klien untuk minum 200ml cairan pada saat makandiantara waktu makan dan diawal petang

  6. Kekurangan volume NOC NIC cairan berhubungan Fluid balance Fluid management dengan perdarahan Hydration  Pertahankan catatan intake dan output sekunder dari atony Setelah dilakukan tindakan yang akurat uterus keperawatan, pasien tidak mengalami  Monitor status hidrasi (kelembaban kekurangan volume cairan dengan membrane mukosa) kritria hasil:  Monitor hasil lab yang sesuai dengan o

  Mempertahankan urin retensi cairan (BUN, Hmt, osmolalitas output sesuai dengan usia urin, albumin, total protein) dan BB o

   Monitor vital sign setiap 15 menit-1 Tekanan darah, nadi, suhu jam tubuh dalam batas normal o  Monitor status nutrisi Tidak ada tanda-tanda dehidrasi  Berikan penggantian nasogatrik sesuai o

  Elektrolit, Hb, Hmt dalam output (50-100 cc/jam) batas normal  Dorong keluarga untuk membantu o pH urin dalam batas normal pasien makan o

  Intake oral dan intravena  Atur kemungkinan tranfusi adekuat  Pasang kateter jika perlu  Monitor intake dan urin output setiap 8 jam

  7. Konstipasi berhubungan NOC NIC dengan penurunan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Constipation and impaction management peristaltik

Bowel irrigation selama… diharapkan tidak terjadi

  konstipasi dengan kriteria hasil: Bowel management o Mudah mengeluarkan tinja Bowel training o Diet staging Ada bising usus

  Fluit management o Ada keadekuatan otot untuk

  Fluit monitoring mengeluarkan tinja Medication prescribing o

  Mengeluarkan tinja tanpa Nutrition management bantuan Prolaps rectal management o

  1. Ongoing assesment Warna, bau, lemak tinja dalam

   Monitor tanda dan gejala diare, batas normal konstipasi, atau pengeluaran tinja o Mempertahankan pengeluaran

   Montor gerkan isi usus, termasuk tinja lunak dan berbentuk setiap frekuensi, konsistensi, bentuk, 1-3 hari tanpa dipaksa o volume dan warna jika perlu

  Urine output dalam batas  Monitor bising usus normal ( 0,5-1cc/KgBB/Jam)

  2. Nursing therapeutic intervention  Konsultasi dengan dokter tentang penurunan atau peningkatan bising usus  Identifikasi faktor-faktor penyebab konstipasi  Anjurkan peningkatan intake cairan  Catat input dan output secara akurat

  3. Health education  Instruksikan klien/keluarga mencatat warna, volume, frekuensi, dn konsistensi tinja  Mengajarkan kepada klien/keluarga bagaimana menyimpan makanan  Mengajarkan makanan yang khusus untuk meningkatkan keteraturan peistaltik  Menjelaskan kepada klien/keluarga mengenai hubungan diet, latihan, dan intake cairan dengan konstipasi/pengerasan tinja.

  8. Defisiensi pengetahuan NOC NIC berhubungan kurangnya Setelah dilakukan asuhan keperawatan Teaching: disease process informasi selama.. diharapkan pengetahuan

   Beri penilaian tentang tingkat bertambah dengan kriteria hasil: pengetahuan pasien o Mengerti apa yang

   Jelaskan tentang apa yang tidak dimaksudkan diketahui o Mengerti manfaatnya

   Jelaskan tentang manfaatnya o Menjelaskan kembali yang

   Jelaskan tentang manfaat untuk sudah dijelaskan yang lain

C. Masa Nifas

  1. Definisi

Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah kelahiran. Lamanya “Periode” ini tidak pasti, sebagian besar menganggapnya antara 4

  sampai 6 minggu. Walaupun merupakan masa yang relatif tidak kompleksdibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh banyak perubahan fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut mungkin hanya sedikit mengganggu ibu baru, walaupun komplikasi serius juga dapat terjadi (kanotra,2010).

  Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium yaitu masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan ( Suherni, 2009).

  2. Tahap Masa Nifas Periode masa nifas di bagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:

  2.1. Periode immediate postpartum Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.pada masa ini sering terdapat banyak masalah seperti pendarahan

  3. Invoulsi dan Subinvoulsi Involusi adalah berhasilnya proses perubahan fisiologis pada sisitem reproduksi pada masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran yang reproduktif ke bentuk normal atau sebelum hamil.

  Subinvolusiadalah kegagalan perubahan fisiologis pada sisitem reproduksi pada masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran yang reproduktif.

  Subinvoulsi dapat terjadi pada:

  3.1. Uterus

  3.2. Tempat plasenta

  3.3. Ligmen

  3.4. Serviks

  3.5. Lochia

  3.6. Vulva

  3.7. Perineum

  4. Uterus Subinvolusi uterus adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi/ proses involusi rahim tidak berjalan sebagai semestinya sehingga proses pengecilan uterus terhambat.

  4.1.1. Konsistensi utererus lembek

  4.1.2. Pengeluaran lochea seringkali gagal berubah

  4.1.3. Terdapat bekuan darah

  4.1.4. Lochea berbau menyengat

  4.1.5. Uterus tidak berkontraksi

  4.1.6. Pucat, pusing dan tekanan darah rendah serta suhu tubuh tinggi

  4.2 Penyebab

  4.2.1. Terjadi infeksi pada miometrium

  4.2.2. Terdapat sisa plasenta dan selaput plasenta di dalam uterus

  4.2.3. Lochea rubra lebih dari 2 minggu postpartum dan pengeluarannya lebihbanyak dari yang diperkirakan.

  4.3 Terapi

  4.3.1. Pemberian antibiotika

  4.3.2. Pemberian uterotonika

  4.3.3. Pemberian tablet Fe Selain itu uterus juga mengalaimi involusi uteri Invoulsi uteri atau penggerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses

  4.4.1. Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uterin. Enzim proteulitik akan mendekatkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebar dari semula selama kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri hingga tertinggal jaringan fibro elastis dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.

  4.4.2. Atrofi jaringan merupakan jaringan yang berploriferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi akan terlepas dan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi endometrium yang baru

  4.4.3. Efek oksitosin membuat itensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah lahir, diduga terjadi sebagai respon penurunan volume intra uerin yang sangat besar. Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, menggopresi embuluh darah dan membantu proses homostaksis. Kontraksi dan retraksi otot uteri akan mengurangi suplai darah ke

  5.2 Penyebab

  5.2.1. Tali pusat putus akibat dari traksi yang berlebihan

  5.2.2. Inversio uteri sebagai akibat tarikan

  5.2.3. Tidak ada regenerasi endometrium ditempat implantasi plasenta

  5.2.4. Tidak ada pertumbuhan kelenjar endometrium

  6. Ligmen Subinvolusi ligament adalah kegagalan ligamen dan diafragma pelvis fasia kembali seperti sedia kala.

  6.1 Tanda dan gejala

  6.1.1. Ligamentum rotundum masih kendor

  6.1.2. Ligamen fasia dan jaringan penunjang serta alat genitalia masih kendor

  6.2 Penyebab

  6.2.1. Terlalu sering melahirkan

  6.2.2. Faktor umur

  6.2.3. Ligamenfasia dan jaringan penunjang serta alat genitalia sudah berkurang elastisitasnya.

  7. Serviks

  7.2.2. Terjadi ruptur saat persalinan

  7.2.3. Lemahnya elastisitas serviks

  8. Lochea Subinvolusi Lochea adalah tidakada perubahan pada konsistensi lochea.Seharusnya lochea berubah secara normal sesuai dengan fase dan lamanya postpartum.

  8.1 Tanda dan gejala

  8.1.1. Perdarahan tidak sesuai dengan fase

  8.1.2. Darah berbau menyengat

  8.1.3. Perdarahan

  8.1.4. Demam, menggigil

  8.2 Penyebab

  8.1.1. Bekuan darah pada serviks

  8.1.2. Uterus tidak berkontraksi

  8.1.3. Posisi ibu telentang sehingga menghambat darah nifas untuk keluar

  8.1.4. Tidak mobilisasi

  8.1.5. Robekan jalan lahir

  9.1.1. Vulva dan vagina kemerahan

  9.1.2. Terlihat oedem

  9.1.3. Konsistensi lembek

  9.2 Penyebab

  9.1.1. Elastisitas vulva dan vagina lemah

  9.1.2. Infeksi

  9.1.3. Terjadi robekan vulva dan vagina saat partus

  9.1.4. Ekstrasi kuman

  10. Perineum Subinvolusi Perineum adalah tidak ada perubahan perineum setelah beberapahari persalinan.

  10.1 Tanda dan gejala

  10.1.1. Perineum terlihat kemerahan

  10.1.2. Konsistensi lembek

  10.1.3. Oedem

  10.2 Penyebab

  10.2.1. Tonus otot perineum sudah lemah 10.2.2. kurangnya elastisitas perineum dan desidua tersebut dinamakan lokea, yang biasannya berwarna merah muda atau putih pucat.

  Lochea merupakan ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi menjadi lokia rubra, sanguilenta, serosa dan alba.

  Tabel. 2.2 Perbedaan masing-masing locea Locea Waktu Warna Ciri-ciri

  Merah kehitaman Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut Rubra 1-3 hari lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah

  Putihbercampurmerah Sisa darah bercampur Sanguilenta 3-7 hari lender

  Kekuningan/ Lebih sedikit darah dan kecoklatan lebih banyak serum, juga Serosa 7-14 hari terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta

  Putih Mengandung leukosit, selaput lendir serviks Alba >14 hari dan serabut jaringan yang mati. formula, sari buah, air putih, madu, air teh, dan tanpa tambahan makanan padat seperti buah-buahan, biskuit, bubur susu, bubur nasi, dan nasi tim.

  2. Manfaat ASI Eksklusif

  2.1 Manfaat Bagi Bayi menurut Elisabeth (2015) yaitu:

  2.1.1 ASI sebagai nutrisi ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik kualitas maupun kuantitasnya melalui penatalaksanaan menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal dan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan.

  2.1.2 ASI meningkatkan daya tubuh bayi

  2.1.3 ASI sebagai kekebalan Bayi baru lahir secara alamiah mendapatkan zat kekebalan dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir, padahal bayi sampai usia beberapa bulan tubuh bayi belum dapat membentuk sendiri zat kekebalan secara

  Bulan-bulan pertama kehidupan bayi sampai dengan usia 2 tahun adalah periode di mana terjadi pertumbuhan otak yang sangat pesat.

  Periode ini tidak akan terulang lagi selama masa tumbuh kembang anak. Oleh karena itu kesempatan ini hendaknya dimanfaatkan sebaik- baiknya agar otak bayi dapat tumbuh optimal dengan kualitas yang optimal. Pertumbuhan otak adalah faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan. Sementara itu pertumbuhan otak sangat dipengaruhi oleh nutrisi yang diberikan kepada bayi baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Nutrisi utama untuk pertumbuhan otak antara lain: Taurin, Loctosa, DHA, AA, Asam Omega-3, dan Omega-

  6. Semua nutrisi yang dibutuhkan untuk itu, bisa didapatkan dari ASI.

  2.1.5 ASI meningkatkan jalinan kasih saying Pada waktu menyusu, bayi berada sangat dekat dalam dekapan ibunya.

  Semakin sering bayi berada dalam dekapan ibunya, maka bayi akan semakin merasakan kasih saying ibunya. Ia juga akan merasa aman, tentram, dan nyaman terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah dikenalknya sejak dalam kandungan.

  Perasaan terlindungi dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar akan lebih cepat bisa jalan, membantu pembentukan rahang yang bagus, meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara, mencegah obesitas (kegemukan) pada bayi, dan mencegah anemia akibat kekurangan zat besi. Selain itu, ASI mengurangi risiko terkena penyakit diabetes, kanker pada anak, dan diduga mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung.

  2.2 Manfaat Menyusui Bagi Ibu menurut Elisabet (2015) yaitu:

  2.2.1 Mengurangi pendarahan dan anemia setelah melahirkan serta mempercepat pemulihan rahim ke bentuk semula Menyusui bayi segera setelah melahirkan akan meningkatkan kadar oksitosin di dalam tubuh ibu. Oksitosin berguna untuk proses konstriksi/penyempitan pembuluh darah di rahim sehingga pendarahan akan lebih cepat berhenti sehingga kemungkinan terjadi perdarahan dapat berkurang. Hal ini juga dapat mengurangi terjadinya anemia pada ibu. Selain itu kadar oksitosin yang meningkat juga sangat membantu mempercepat rahim kembali menndekati ukuran seperti sebelum hamil.

  2.2.2 Menjarangkan kehamilan

  2.2.4 Mengurangi kemungkinan menderita kanker Beberapa penelitian menunjukan bahwa menyusui akan mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudaradan akan mengurangi risiko ibu terkena penyakit kanker indung telur.

  2.2.5 Lebih ekonomis dan murah ASI adalah jenis makanan bermutu yang murah dan sederhana yang tidak memerlukan perlengkapan menyusui sehingga dapat menghemat pengeluaran. Bayi yang diberi ASI eksklusif mempunyai daya tahan tubuh yang kuat, sehingga bayi akan terhindar dari berbagai macam penyakit dan infeksi. Hal tersebut akan menghemat pengeluaran untuk berobat ke dokter atau rumah sakit.

  2.2.6 Tidak merepotkan dan hemat waktu ASI sangat mudah diberikan tanpa harus menyiapkan atau memasak air, juga tanpa harus mencuci botol. ASI mempunyai suhu yang tepat sehingga dapat langsung diminumkan pada bayi, tanpa perlu khawatir terlalu panas dan dingin. ASI dapat diberikan kapan saja, di mana saja dan tidak perlu takut persendian habis.

  2.2.7 Portabel dan praktis

E. Perawatan Payudara

  Menurut Elisabeth (2015) perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama pada masa nifas (masa menyusui untuk memperlancar pengeluaran ASI. Perawatan payudara adalah perawatan payudara setelah ibu melahirkan dan menyusui yang merupakan suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar air susu keluar dengan lancar. Perawatan payudara sangant penting dilakukan selama hamil sampai masa menyusui. Hal ini dikarenakan payudara merupakan satu-satu penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin.

  1. Tujuan Perawatan Payudara

  1.1 Memelihara hygene payudara

  1.2 Melenturkan dan menguatkan putting susu

  1.3 Payudara yang terawat akan memproduksi ASI cukup untuk kebutuhan bayi

  1.4 Dengan perawatan payudara yang baik ibu tidak perlu khawatir bentuk payudara akan cepat berubah sehingga kurang menarik

  1.5 Dengan perawatan payudaran yang baik putting susu tidak akan lecet sewaktu dihisap oleh bayi

  1.6 Melancarkan aliran ASI

  3.1 Potong kuku tangan spendek mungkin, serta klikir agar halus dan tidak melukai payudara

  3.2 Cuci bersih tangan dan terutama jari tangan

  3.3 Lakukan pada suasana santai, misalnya pada waktu mandi sore atau sebelum berangkat tidur.

  4. Persyaratan Perawatan Payudara

  4.1 Pengurutan harus dikerjakan secara sistematis dan teratur minimal dua kali dalam sehari

  4.2 Memerhatikan makanan dengan menu seimbang

  4.3 Memerhatikan kebersihan sehari-hari

  4.4 Memakai BH yang bersih dan bentuknya yang menyokong payudara

  4.5 Menghindari rokok dan minum beralkohol 4.6 Istirahat yang cukup dan pikiran yang tenang.

  5. Alat yang Digunakan

  5.1 Minyak kelapa atau baby oil

  5.2 Handuk kering

  5.3 Washlap

  5.4 Baskom

  6.3 Pengurutan dimulai kea rah atas, kesamping, lalu kearah bawah. Dalam pengurutan dimulai kea rah atas, kesamping, lalu kearah bawah. Dalam pengurutan posisi tangan kiri kearah sisi kiri, telapak tangan kanan kearah sisi kanan

  6.4 Pengurutan diteruskan ke bawah, ke samping selanjutnya melintang, lalu telapak tangan mengurut kedepan kemudian kedua tangan dilepaskan dari payudara, ulangi gerakan 20-30 kali

  6.5 Tangan kiri menopang payudara kiri, lalu tiga jari tangan kanan membuat gerakan memutar sambil menekan mulai dari pangkal payudara sampai pada putting susu. Lakukan tahap yang sama pada payudara kanan, lakukan dua kali gerakan pada tiap payudara

  6.6 Satu tangan menopang payudara, sedangkan tangan yang lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi kearah putting susu. Lakukan tahap yang sama pada kedua payudara. Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali.

  6.7 Selesai pengurutan, payudara disiram dengan air hangat dan dingin bergantian selama ± 5 menit, keringkan payudara dengan handuk bersih kemudian gunakan BH yang bersih dan menopang.