BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Buah dan Sayur - Safira Amalia Pertiwi BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Buah dan Sayur

  1. Buah

  a. Pengertian Buah Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Alwi,

  2014), buah adalah suatu bagian yang biasanya berbiji dari tumbuhan berbunga atau yang memiliki putik, sedangkan sayur adalah bagian dari tumbuhan yang dapat berupa daun-daunan, polong-polongan dan sebagainya yang dapat dimasak. Menurut International Agency for Research on

  Cancer (IARC) WHO (2006), buah adalah bagian dari

  tumbuhan yang dapat dimakan yang terdiri dari biji dan daging buah yang memiliki rasa manis atau asam dan biasanya disajikan dalam bentuk potongan atau minuman untuk sarapan, selingan atau makanan penutup.

  Buah adalah organ pada pertumbuhan berbunga yang merupakan perkembangan lanjutan dari bakal buah (ovarium). Buah-buahan merupakan santapan terakhir dalam suatu acara makan atau dapat dimakan kapan saja untuk mendapatkan rasa manis. Buah biasanya dimakan

  12 mentah, tetapi dapat juga diolah atau diawetkan (Santoso, 2009).

  b. Klasifikasi Buah Klasifikasi untuk buah menurut Jiang dan Song (2010) adalah sebagai berikut :

  1) Buah Tunggal (Simple Fruit) Buah tunggal adalah buah yang didapat dari satu bakal buah satu jenis bunga. Buah tunggal dapat dibagi lagi menjadi:

  a) Buah tunggal berair Buah tunggal berair adalah buah tunggal yang kulitnya lunak atau berair.

  Contohnya adalah mangga, pepaya, alpukat, ceri, markisa, aprikot, pisang, apel dan pir dan sebagainya.

  b) Buah tunggal kering Buah tunggal kering adalah buah yang memiliki kulit keras yang dapat memecah atau tidak. Contohnya adalah durian dan sebagainya.

  2) Buah Ganda (Aggregate Fruit) Buah ganda adalah buah yang didapat dari satu kumpulan bunga yang terdiri dari banyak bakal buah. Contohnya adalah strawberry, blackberry dan sebagainya.

  3) Buah Jamak (Multiple Fruit) Buah jamak adalah buah yang didapat dari banyak bunga yang terdiri dar beberapa bakal buah.

  Contohnya adalah nanas dan sebagainya.

  c. Kecukupan Buah Kecukupan buah adalah 2-3 porsi per hari sedangkan kecukupan sayur adalah 1 ½-2 porsi per hari

  (Almatsier, 2008). Dalam ranah gizi, satu porsi dianalogikan sebagai satu satuan penukar (Kurnia, 2010). Adapun satu satuan penukar buah dan sayur yang dimaksud sesuai dengan Ukuran Rumah Tangga (URT) yang telah ditetapkan. Berikut ukuran yang telah ditetapkan untuk buah :

Tabel 2.1 Daftar Bahan Makanan Penukar Golongan Buah-

  Buahan Buah URT Berat (gram) Alpukat Anggur Apel Buah naga Duku Durian Jambu air Jambu biji Jeruk manis Mangga Manggis Melon

  ½ buah besar 10 biji ½ buah sedang ¼ buah sedang 10 buah 3 biji 2 buah sedang 1 buah besar 2 buah sedang ½ buah sedang 1 buah sedang 1 potong besar

  50

  75

  75 100

  75

  50 100 100 100

  50

  70 150 Buah URT Berat (gram) Nangka 3 biji

  45 Nanas 1/4 buah sedang

  75 Pepaya 1 potong sedang 100 Pir 1 buah sedang 100 Pisang 1 buah sedang 105 Rambutan 8 buah

  75 Salak 1 buah besar

  75 Semangka 1 potong besar 150 Sawo 1 buah sedang

  50 Sirsak 1 potong sedang

  75 Sumber : Almatsier (2008)

  2. Sayur

  a. Pengertian Sayur Sayur adalah bagian dari tumbuhan yang dapat dimakan termasuk batang, akar, daun, bunga dan buahnya, biasanya dimakan mentah atau dimasak sebagai hidangan utama atau pembuka. Buah dan sayur menurut studi epidemiologi adalah semua tumbuhan pangan yang dapat dimakan kecuali butir gandum, kacang-kacangan, benih, daun teh, biji kopi, biji coklat, rempah-rempah dan bumbu (Alwi, 2014).

  Sayuran merupakan bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (bahan makanan nabati). Bagian tumbuhan yang dapat dimakan dan dijadikan sayur adalah daun, batang, bunga dan buah muda sehingga dapat dikatakan bahwa semua bagian tumbuhan dapat dijadikan sayur (Sumoprastowo, 2000). Dalam hidangan orang Indonesia, sayur mayur adalah sebagai makanan pokok pemberi serat dalam hidangan serta pembasah karena umumnya dimasak berkuah (Santoso, 2004).

  b. Klasifikasi Sayur Adapun klasifikasi sayur menurut Lehner (2007) berdasarkan bagian yang dapat dimakan adalah sebagai berikut:

  1) Sayuran Akar (Root Vegetables) adalah sayuran berupa akar yang berfungsi sebagai organ penyimpan air. Pada umumnya sayuran tersebut memiliki daging tebal dan mengandung banyak energi. Contohnya wortel, ubi bit dan lobak. 2) Sayuran Batang (Stem Vegetable) adalah sayuran berupa batang dan tunas yang tumbuh di atas tanah.

  Contohnya adalah asparagus. 3) Sayuran Daun (Leaf Vegetables) adalah sayuran yang merupakan satu atau sekelompok daun yang tumbuh di atas tanah. contohnya adalah selada, bayam, kol, dan sebagainya.

  4) Sayuran Bunga (Flower Vegetables) adalah sayuran yang sebelum tunas bunganya mekar sudah dipetik dahulu. Contohnya adalah brokoli dan kembang kol.

  5) Sayuran Buah (Fruit Vegetable) adalah sayuran yang berupa buahbuahan matang dan biasanya berbiji. Contohnya adalah tomat, ketimun, paprika, terong, dan labu.

  c. Kecukupan Sayur Ukuran sayur yang dipakai adalah 1 gelas atau 1 mangkuk sayur sedang seberat 100 gram dengan sayur yang telah dimasak dan ditiriskan (Almatsier, 2008).

Tabel 2.2 Daftar Bahan Makanan Penukar Golongan Sayur- sayuran

  Sayuran A Sayuran B Sayuran C Baligo Oyong Jamur kuping segar Ketimun Labu air Lobak Selada Selada air Tomat

  Bayam Buncis Brokoli Jagung muda Kol Kembang kol Kangkung Kacang panjang Labu siam Terong Wortel

  Bayam merah Daun katuk Daun melinjo Daun pepaya Daun singkong Daun talas Kacang kapri Kluwih Melinjo Nagka muda Tauge

  Sumber : Almatsier (2008) Sayuran A adalah sayuran yang bebas dimakan dengan kandungan energi dapat diabaikan. Satu satuan penukar sayuran B mengandung 25 kilokalori, 1 gram protein dan 5 gram karbohidrat, sedangkan satu satuan penukar sayuran C mengandung 50 kilokalori, 3 gram protein dan 10 gram karbohidrat (Almatsier, 2008).

  3. Kandungan dan Fungsi

  a. Karbohidrat Karbohidrat adalah sumber energi utama yang terdapat dalam buah dan sayur (Brown, 2008). Fungsi karbohidrat adalah sebagai sumber energi, pemberi rasa manis pada makanan, penghemat protein, pengatur metabolisme lemak, dan membantu pengeluaran feses (Almatsier, 2008). Kadar karbohidrat pada buah dan sayur beraneka ragam (Syarief, 2008). Adapun buah yang memiliki kadar karbohidrat tinggi antara lain pisang ambon, apel dan pepaya, sedangkan pada sayur adalah daun singkong, wortel dan bayam (Almatsier, 2008). Karbohidrat dalam buah dan sayur terdiri dari gula sederhana, polisakarida, dan serat. Gula sederhana yang banyak terdapat dalam buah dan sayur adalah glukosa, fruktosa dan sukrosa. Kadar gula sederhana dalam buah dan sayur pun bervariasi. Pada alpukat dan bayam misalnya hanya sedikit sekali kadar gula sederhananya, yang paling banyak ditemukan adalah pada pisang yaitu hampir 20% (Syarief, 1988). Adapun polisakarida yang paling banyak ditemukan dalam buah dan sayur adalah pati (Almatsier, 2008). b. Serat Serat merupakan kandungan yang cukup tinggi dalam buah dan sayur. Buah yang tinggi serat antara lain jambu biji, mangga, belimbing, pepaya, jeruk, salak, apel dan pir (Almatsier, 2008).Sayur yang tinggi serat antara lain tomat, buncis, daun singkong, brokoli, wortel dan bayam (Almatsier, 2008). Serat terdiri dari dua golongan yaitu serat larut air dan serat tidak larut air. Serat larut air yaitu pektin, gum, dan mukilase berfungsi dalam mengikat asam empedu sehingga dapat menurunkan kolesterol darah dan absorpsi lemak sehingga dapat menurunkan risiko dislipidemia dan penyakit jantung. Serat ini juga dapat mencegah kanker dengan cara mengikat lalu mengeluarkan zat karsinogenik keluar tubuh (Almatsier, 2008).

  Serat larut air terdapat pada buah dan sayur seperti apel, jambu biji, anggur dan wortel (Almatsier, 2008). Serat tidak larut air yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin berfungsi untuk melunakkan dan memberi bentuk pada feses karena mampu menyerap air dan membantu gerakan peristaltik usus sehingga melancarkan defekasi dan mencegah konstipasi, hemoroid dan divertikulosis. Serat tidak larut air terdapat pada bagiankeras buah dan sayur seperti tangkai sayuran, inti wortel dan biji jambu biji (Almatsier, 2008).

  c. Protein Protein dibentuk dari asam-asam maino yang bergabung menjadi beberapa rantai peptida. Dari 20 asam amino yang membentuk protein, 9 diantaranya tidak dapat disintesis oleh tubuh dan harus diperoleh dari asupan makanan atau dikenal dengan asam amino esensial. Asam amino esensial meliputi histidine, isoleucine, leucine, lysine, methionine, phenylalanine, threonine, trypthophan, dan valine. Beberapa jenis protein diantaranya yaitu myosin, kolagen, hemoglobin, albumin dan bentuk protein lainnya dengan fungsi khusus. Myosin merupakan protein otot yang berperanpada saat kontraksi otot, kolagen berperan dalam memperkuatjaringan tulang, tulang rawan dan kulit untuk mempertahankan bentuk tubuh. Hemoglobin berperan dalam menganggkut oksigen keseluruh tubuh dan albumin merupakan plasma protein yang berperan dalam menjagakeseimbangan cairan tubuh (Schelenker, 2007).

  Fungsi protein antara lain adalah untuk pertumbuhan dan pemeliharaan sel-sel, pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh, mengatur keseimbangan air, memelihara netralitas tubuh, pembentukan antibodi, mengangkat zat-zat gizi dan sebagai sumber energi (Almatsier, 2008). Sebagian besar buah dan sayur sedikit mengandung protein bahkan bisa kurang dari 1% pada buah-buahan. Faktanya, sayuran memang mengandung 3% protein lebih banyak dibandingkan buah-buahan (Syarief, 2008). Buah yang mengandung protein tinggi adalah tomat dan mangga sedangkan pada sayur antara lain daun singkong, bayam dan kangkung (Almatsier, 2008).

  d. Lemak Lemak merupakan zat gizi makro kedua yang menghasilkan energi setelah karbohidrat. Komponendasar lemak adalah asam lemak dan trigliserida. Asam lemak berdasarkan ikatanrangkap dibedakan menjadi asam lemak jenuh atau saturatedfatty acid (SFA) yaitu asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap dan asam lemak tidak jenuh atau unsaturatedfatty acid(UFA) yaitu asam lemak yangmemiliki ikatanrangkap. UFA dibedakan menjadi mono (satu) ikatan rangkap dan polly unsaturatedfatty acid (PUFA) yaitu memiliki 2 (dua) atau lebih ikatan rangkap.

  Sedangkan trigliserida dibentuk oleh 3 asam lemak dan satu gliserol. Trigliserida merupakan cadangan asam lemak yang terdapat dalam tubuh (Schelenker, 2007).

  Lemak mempunyai beberapa fungsi khusus bagi tubuh. Lemak yang berasal dari makanan berfungsi untuk absorbsi vitamin larut lemak, menyediakan asam lemak esensial dan menyediakan energi bagi tubuh. Energi yang diperoleh dari lemak makanan sebesar 9 kalori setiap 1 (satu) gram lemak. Disamping lemak yang berasal dari makanan, lemak yang terdapat dalam tubuh manusiajuga memiliki fungsi sebagai alat pelindung organ-organ tubuh yang penting, menjagasuhu tubuh, transmisi impuls-impuls saraf, struktur membran sel dan prekursor fungsi metabolisme (Schelenker, 2007).

  Lemak berfungsi sebagai sumber energi, sumber asam lemak esensial, alat angkut vitamin larut lemak, menghemat protein, memberi rasa kenyang dan kelezatan, sebagai pelumas untuk mengeluarkan sisa pencernaan, memelihara suhu tubuh dan sebagai pelindung organ tubuh. Kelebihan lemak terutama kolesterol dapat menyebabkan obesitas, dan meningkatkan risiko penyakit jantung dan kanker (Almatsier, 2008).

  Buah dan sayur sangat sedikit mengandung ¿lemak. Kandungan lemaknya hanya berkisar antara 0,1-1 % kecuali pada buah-buahan tertentu (Syarief, 2008). Buah yang mengandung tinggi lemak antara lain alpukat, durian dan kelapa. Lemak pada kelapa mengandung asam lemak jenuh sedangkan pada alpukat mengandung asam lemak tak jenuh tunggal (Brown A, 2008). Lemak yang terdapat pada buah dan sayur umumnya terdiri dari asam palmitat, oleat dan linoleat yang merupakan asam lemak tak jenuh tunggal (Syarief, 2008). Semua buah dan sayur bebas kolesterol karena berasal dari tumbuhan, hanya produk yang berasal dari makhluk hidup yang memiliki liver yang dapat menghasilkan kolesterol (Brown A, 2008).

  e. Air Air merupakan komponen terbesar dalam struktur tubuh manusia, kurang lebih 60-70 % berat badan orang dewasa berupa air, sehingga air sangat diperlukan oleh tubuh. Air berfungsi sebagai zat pembangun yang merupakan bagian dari jaringan tubuh dan sebagai zat pengatur yang berperan sebagai pelarut hasil-hasil pencernaan. Dengan adanya air pula sisa-sisa pencemaran dapat dikeluarkan dari tubuh, baik melalui paru-paru, kulit, ginjal maupun usus. Air juga berfungsi sebagai pengatur panas tubuh dengan jalan mengalirkan semua panas yang dihasilkan ke seluruh tubuh (Almatsier, 2008).

  Air mempunyai berbagai fungsi dalam proses vital tubuh di antaranya sebagai pelarut dan alat angkut, sebagai katalisator, pelumas, fasilitator pertumbuhan, pengatur suhu, peredam benturan dan memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit (Almatsier, 2008). Bahan makanan yang paling banyak mengandung air adalah buah dan sayur.

  Sebagian besar buah dan sayur mengandung sampai 95% air (Almatsier, 2008).

  f. Vitamin dan Mineral Vitamin adalah zat organik yang berfungsi untuk mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan.

  Umumnya, vitamin tidak dapat dibentuk oleh tubuh sehingga harus didatangkan dari makanan (Lehner, 2007).

  Adapun fungsi mineral adalah memelihara fungsi tubuh secara keseluruhan baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun sistem organ dengan cara memelihara keseimbangan cairan, asam basa dan sebagai kofaktor enzim. Vitamin dan mineral dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang sedikit, namun kedua zat tersebut memiliki fungsi yang penting bagi tubuh sehingga kebutuhannya harus terpenuhi (Almatsier, 2008).

  Brown, A (2008) mengatakan bahwa buah pada umumnya lebih banyak mengandung vitamin dan sedikit mengandung mineral. Kandungan vitamin dalam buah cenderung lebih banyak dibandingkan dengan sayur. Vitamin yang paling banyak dikandung dalam buah adalah vitamin C dan beta karoten (vitamin A). Buah seperti jeruk, jambu biji dan rambutan banyak mengandung vitamin C sedangkan buah berwarna kuning seperti mangga, pepaya dan pisang banyak mengandung beta karoten (Almatsier, 2008). Menurut Lehner (2007), buah-buahan kecil dan berbiji seperti jambu bji, jeruk, kiwi dan strawberry juga banyak mengandung vitamin C dan karoten yang tinggi. Buah-buahan berkulit keras seperti durian umumnya mengandung banyak vitamin E. Menurut Almatsier (2008), vitamin A berfungsi untuk membantu penglihatan, diferensiasi sel, kekebalan, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, pencegahan kanker dan penyakit jantung. Vitamin C berfungsi sebagai sintesis kolagen, karnitin, noradrenalin, serotonin dan lain-lain, absorpsi dan metabolisme besi, absorpsi kalsium, mencegah infeksi, mencegah kanker dan penyakit jantung. Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan, fungsi struktural dalam memelihara integritas membran sel, sintesis DNA, kekebalan, mencegah penyakit jantung, keguguran, sterilisasi dan gangguan menstruasi.

  Sayur pada umumnya lebih banyak mengandung mineral. Kandungan vitamin pada sayur juga cukup tinggi

  (Brown, A, 2008). Sayuran berwarna hijau seperti bayam, kangkung, daun singkong, daun katuk dan daun pepaya kaya akan kalsium, zat besi, dan asam folat. Kalsium berfungsi untuk pembentukan tulang dan gigi, mengatur pembekuan darah, sebagai katalisator reaksi-reaksi biologik dan kontraksi otot. Zat besi berfungsi untuk metabolisme energi, meningkatkan kemampuan belajar dan meningkatkan sistem kekebalan. Selain itu, sayuran tersebut terutama daun katuk dan daun pepaya juga kaya akan vitamin A. Semakin hijau warnanya maka semakin kaya pula zat gizi yang dikandungnya (Almatsier, 2008). Menurut Lehner, (2007), sayuran juga mengandung karoten, vitamin C, asam folat, fosfor, kalsium, magnesium dan besi. Selain itu, dalam sayuran juga banyak mengandung kalium daripada natrium sehingga baik untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh.

  Seperti yang telah dijelaskan di atas, diketahui bahwa kecukupan buah yang kaya akan vitamin dan sayur sebagai sumber mineral harus sama-sama terpenuhi. Keduanya saling melengkapi untuk mengoptimalkan fungsi vitamin dan mineral, seperti contohnya zat besi tidak akan terserap optimal oleh tubuh jika tidak dibarengi oleh asupan vitamin C (Almatsier, 2008). g. Fitokimia Fitokimia (fito = tumbuhan) adalah zat kimia alami yang dapat memberikan cita rasa, aroma ataupun warna khas pada tumbuhan seperti buah dan sayur (Astawan, 2008). Fitokimia merupakan zat non gizi yang biasa ditemukan pada buah dan sayur. Zat ini tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tetapi memiliki efek yang sangat bermanfaat bagi kesehatan antara lain sebagai zat antikanker, antimikroba, antioksidan, antitrombotik, meningkatkan sistem kekebalan, antiinflamasi, mengatur tekanan darah, menurunkan kolesterol serta mengatur kadar gula darah (Astawan, 2008).

  Fitokimia adalah bahan kimia kompleks yang di temukan di dalam tanaman, terutama buah-buahan dan sayuran. Fitokimia memiliki khasiat antoksidan cenderung bewarna terang karena mengandung cromofor, yakni sejumlah karbon single- bonded dan double-bonded yang saling bertukar-tukar.Insopren seringkali menjadi unsure pokok dari unit- unit tersebut. Sayuran bewarna hijau gelap mengandung paling banyak klorofil; dan sayuran yang paling banyak mengandung klorofil memerlukan paling banyak antioksidan.warna hijau akan menutupi warna lainnya, jika ada fitokimia oksidan bewarna (Syamsudin, 2013).

  4. Dampak kurangnya konsumsi buah dan sayur

  a. Menghambat pertumbuhan dan perkembangan Muhilal dan Damayanti (2006) menyebutkan bahwa kurangnya konsumsi buah dan sayur pada anak usia sekolah akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Penelitian Vatanparast dkk. (2005) juga menyebutkan bahwa anak usia 8-20 tahun yang mengonsumsi sepuluh porsi buah dan sayur per hari memiliki Total-Body Bone Mineral Content (TBBMC) 48,6 gram lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang hanya mengonsumsi satu porsi per hari.

  Konsumsi buah dan sayur terutama yang mengandung vitamin D, A, kalsium, fosfor, dan magnesium dapat bersama-sama berperan dalam membantu pembentukan dan pemeliharaan tulang. Kekurangan vitamin D pada anak-anak akan menyebabkan kelainan pada tulang yang dinamakan riketsia. Riketsia terjadi bila pengerasan tulang pada anak-anak terhambat sehingga menjadi lembek. Kaki membengkok, ujung-ujung tulang panjang membesar (lutut dan pergelangan), tulang rusuk membengkok, gigi terlambat keluar, bentuk gigi tidak teratur dan mudah rusak. Riketsia pada anak-anak jarang dapat disembuhkan sepenuhnya dan dapat berlangsung hingga dewasa (Almatsier, 2008).

  Kekurangan vitamin A juga dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada anak-anak yang kekurangan vitamin A akan terjadi kegagalan dalam pertumbuhan, pertumbuhan tulang akan terhambat dan bentuk tulang tidak normal. Mineral juga memiliki peran penting dalam pembentukan tulang. Kalsium, fosfor, dan magnesium merupakan mineral yang berperan dalam membentuk batang tulang yang merupakan bagian keras matriks tulang (Almatsier, 2008). Pada masa pertumbuhan, proses pertumbuhan atau kalsifikasi tulang berlangsung terus dengan cepat sehingga diperlukan tulang yang kuat untuk dapat menyangga berat tubuh (Muscari, 2005).

  b. Meningkatkan Risiko Penyakit Kardiovaskuler Saat Dewasa

  Salah satu penyakit kardiovaskuler adalah penyakit jantung koroner. Penyebab utama jantung koroner adalah hiperlipidemi di dalam darah (Khomsan, 2006). Dalam hal ini, konsumsi buah dan sayur dapat mencukupi energi tanpa harus meningkatkan kadar kolesterol dalam darah karena kandungan lemak dalam buah dan sayur sedikit dan tidak mengandung kolesterol (Brown, 2008).

  Selain itu, buah dan sayur juga kaya akan serat yang dapat mengikat asam empedu (produk akhir kolesterol) dan mengeluarkannya bersama tinja sehingga dapat menurunkan kolesterol darah dan absorpsi lemak sehingga dapat menurunkan risiko dislipidemia dan penyakit jantung. Vitamin-vitamin tertentu seperti vitamin C, B dan E juga dapat mengurangi kolesterol dalam darah. Vitamin C dalam metabolisme kolesterol misalnya berperan meningkatkan laju kolesterol yang dibuang dalam bentuk asam empedu, meningkatkan kadar HDL (High Density Lipoprotein) dan berfungsi sebagai pencahar sehingga meningkatkan pembuangan kotoran. Vitamin C juga penting untuk sintesis kolagen yang merupakan jaringan ikat yang penting bagi kulit, otot, pembuluh darah dan bagian tubuh lainnya. Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan kerusakan susunan sel pada dinding pembuluh arteri sehingga dapat terisi kolesterol dan menyebabkan arterosklerosis. Vitamin B dalam buah dan sayur dapat berfungsi menurunkan produksi VLDL (Very Low Density

  Lipoprotein ), sehingga produksi kolesterol total, LDL

  (Low Density Lipoprotein) dan trigliserida menurun dan kadar HDL meningkat. Vitamin E dalam buah dan sayur sebagai antioksidan juga dapat menghambat oksidasi radikal bebas yang dapat menyebabkan penyakit jantung (Khomsan, 2006). Selain itu, kandungan fitokimia dalam buah dan sayur seperti likopen, karotenoid dan tanin juga berperan penting dalam menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler.

  c. Menurunkan Kekebalan Tubuh Buah dan sayur sangat kaya dengan kandungan vitamin C yang merupakan antioksidan kuat dan pengikat radikal bebas. Vitamin C juga meningkatkan kerja sistem imunitas sehingga mampu mencegah berbagai penyakit infeksi bahkan dapat menghancurkan sel kanker (Silalahi, 2006). Jika tubuh kekurangan asupan buah dan sayur, maka imunitas/kekebalan tubuh akan menurun.

  d. Meningkatkan Risiko Kegemukan Kurang konsumsi buah dan sayur dapat meningkatkan risiko kegemukan dan diabetes pada seseorang. Buah berperan sebagai sumber vitamin dan mineral yang penting dalam proses pertumbuhan. Buah juga bisa menjadi alternatif cemilan (snack) yang sehat dibandingkan dengan makanan jajanan lainnya, karena gula yang terdapat dalam buah tidak membuat seseorang menjadi gemuk namun dapat memberikan energi yang cukup (Khomsan, dkk, 2009).

  Sayuran juga merupakan sumber vitamin dan mineral yang sangat bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan individu. Seseorang yang mengonsumsi cukup sayuran dengan jenis yang bervariasi akan mendapatkan kecukupan sebagian besar mkineral mikro dan serat yang dapat mencegah terjadinya kegemukan.

  Selain itu, sayuran juga berperan dalam upaya pencegahan penyakit degeneratif seperti PJK (Penyakit Jantung Koroner), kanker, diabetes dan obesitas (Khomsan, dkk, 2009).

  e. Meningkatkan Risiko Kanker Kolon Diet tinggi lemak dan rendah serat (buah dan sayur) dapat meningkatkan risiko kanker kolon. Penelitian epidemiologis menunjukkan perbedaan insiden kanker kolorektal di Negara maju seperti Amerika, Eropa dan di Negara berkembang seperti Asia dan Afrika. Hal itu dikarenakan perbedaan jenis makanan di Negara maju dan Negara berkembang tersebut, dimana masyarakat di Negara maju lebih banyak mengonsumsi lemak daripada di Negara berkembang (Puspitarani, 2006). Serat dapat menekan risiko kanker karena serat makanan diketahui memperlambat penyerapan dan pencernaan karbohidrat, juga membatasi insulin yang dilepas ke pembuluh darah.

  Terlalu banyak insulin (hormon pengatur kadar gula darah) akan menghasilkan protein dalam darah yang menambah risiko munculnya kanker, yang disebut insulin growth faktor (IGF). Serat dapat melekat pada partikel penyebab kanker lalu membawanya keluar dari dalam tubuh (Puspitarani, 2006).

  f. Meningkatkan Risiko Sembelit (Konstipasi) Konsumsi serat makanan dari buah dan sayur, khususnya serat tak larut (tak dapat dicerna dan tak larut air) menghasilkan tinja yang lunak. Sehingga diperlukan kontraksi otot minimal untuk mengeluarkan feses dengan lancar. Sehingga mengurangi konstipasi (sulit buang air besar). Diet tinggi serat juga dimaksudkan untuk merangsang gerakan peristaltik usus agar defekasi (pembuangan tinja) dapat berjalan normal. Kekurangan serat akan menyebabkan tinja mengeras sehingga memerlukan kontraksi otot yang besar untuk mengeluarkannya atau perlu mengejan lebih kuat. Hal inilah yang sering menyebabkan konstipasi. Oleh karena itu, diperlukan konsumsi serat yang cukup khususnya yang berasal dari buah dan sayur (Puspitarani, 2006).

B. Perilaku

  1. Pengertian Perilaku Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Perilaku kesehatan (health behavior) adalah semua aktifitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo,2010)

  Berdasarkan batasan perilaku menurut Notoatmodjo (2007), maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman serta lingkungan. Respon manusia baik bersifat pasif (pengetahuan, sikap, dan persepsi) maupun bersifat aktif (tindakan atau praktik).

  2. Klasifikasi Perilaku Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap, tindakan, proaktif untuk memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok: a. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintanance) Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bila mana sakit.

  b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan Sering disebut perilaku pencarian pengobatan

  (health seeking behaviour). Perilaku ini adalah menyangkut

  upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita atau kecelakaan (Notoatmodjo, 2007).

  c. Perilaku kesehatan lingkungan Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak memengaruhi kesehatannya.

  Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga atau masyarakatnya (Notoatmodjo, 2007).

  3. Strategi Perilaku Praktik atau perilaku kesehatan mencakup tindakan sehubungan dengan penyakit (pencegahan dan penyembuhan penyakit), tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, dan tindakan kesehatan lingkungan. Strategi untuk mendapatkan perubahan perilaku pada masyarakat (Notoatmodjo, 2005): a. Paksaan atau Tekanan (coercion)

  Dilakukan dengan tekanan pada masyarakat agar memelihara kesehatan melalui perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh masyarakat, dengan cara pemaksaan didapatkan hasil yang cepat tetapi belum tentu dapat berlangsung lama karena tidak berdasarkan kesadaran masyarakat.

  b. Pendidikan (education) Upaya yang dilakukan agar masyarakat mau secara sadar untuk merubah tindakannya untuk memelihara dan meningkatkan kesadarannya dengan cara penyuluhan atau diskusi.

  Pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi terutama terhadap faktor perilaku. Selain faktor perilaku, faktor lingkungan, pelayanan kesehatan dan hereditas juga memerlukan intervensi pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain, yang tujuan akhirnya adalah agar masyarakat dapat mempraktikkan hidup sehat bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat atau masyarakat dapat berperilaku hidup sehat (healthy life style). (Notoatmodjo, 2007).

  4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo

  (2010) bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat.

  a. Faktor predisposisi (predisposing factors) Faktor predisposisi yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang meliputi pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya.

  b. Faktor pemungkin (enabling factors) Faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan. Faktor pemungkin terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-saran kesehatan. Fasilitas fisik seperti puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

  c. Faktor penguat (reinforcing factors) Faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Faktor penguat ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat (Notoatmodjo, 2010). Karenanya, petugas kesehatan harus memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan.

  Selain itu perilaku tokoh masyarakat juga dapat menjadi panutan orang lain untuk berperilaku sehat.

C. Media Audio Visual

  1. Media Pembelajaran

  a. Pengertian Media Secara umum media merupakan kata jamak dari

  ‘’medium’’, yang berarti perantara atau pengantar. Istilah media digunakan juga dalam bidang pengajaran atau pendidikan sehingga istilahnya menjadi media pendidikan atau media pembelajaran (Sanjaya, 2006). Media pembelajaran oleh Munadi (2008) didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.

  Association Of Education And Communication Technology (AECT) mengatakan bahwa media

  pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyampaikan pesan pembelajaran (Hamdani, 2011). Media pengajaran diartikan sebagai suatu sarana onpersonal (bukan manusia) yang digunakan atau disediakan oleh tenaga pengajar, yang memegang peranan dalam proses belajar mengajar, untuk mencapai tujuan instruksional (Winkel, 2009). Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan anak didik dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar (Santyasa, 2007).

  Tiga kelebihan kemampuan media (Gerlach & Ely dalam Ibrahim,et.al 2001) dalam buku (Hamdani 2011) adalah:

  1) Kemampuan fiksatif artinya dapat menangkap , menyimpan dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, objek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan kemudian disimpan, dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya. 2) Kemampuan manipulatif artinya media dapat menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya ukuran, kecepatan, warnanya diubah, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya. 3) Kemampuan distributif artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau radio.

  Sudjana (2009) menyebutkan manfaat media pembelajaran sebagai berikut: 1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian anak didik sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. 2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh anak didik dan memungkinkan anak didik menguasai tujuan pengajaran lebih baik.

  3) Metode pengajar akan lebih bervariasi sehingga anak didik tidak bosan.

  4) Anak didik lebih banyak melakukan kegiatan belajar.

  2. Macam-macam Media Media pembelajaran dikelompokkan menjadi tiga (Munadi,

  2008) :

  a. Media Visual Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indra peglihatan. Jenis media inilah yang sering digunakan oleh para guru untuk membantu menyampaikan isi atau materi pelajaran. Media visual terdiri atas media yang tidak dapat diproyeksikan (non-projected visuals ) dan media yang dapat diproyeksikan (project visual). Media yang dapat diproyeksikan bisa berupa gambar diam (still pictures) atau bergerak (motion picture).

  b. Media Audio Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan para siswa untuk mempelajari bahan ajar.

  Penggunaan media audio dalam pembelajaran pada umumnya untuk menyampaikan materi pelajaran tentang mendengarkan. c. Media Audio Visual Sesuai dengan namanya, media ini merupakan kombinasi audio dan visual atau bias disebut media pandang

  • –dengar . Audio visual akan menjadikan penyajian bahan ajar kepada siswa semakin lengkap dan optimal. Selain itu, media ini dalam batas- batas tertentu dapat juga menggantikan peran dan tugas guru. Contoh media visual di antaranya program video atau televisi, video atau televisi instruksional dan program slide suara (soundslide).

  Media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar, dibedakan: 1) Audio visual Diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara, film rangkai suara dan cetak suara. 2) Audio visual Gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video cassette atau vdeo disc.

  Perkembangan Video Disc sebagai media audio visual dijelaskan oleh Munadi (2008) sebagai berikut: 1) Laser Disc

  Video Disc pertama kali dipasarkan ditahun

  1972. Sistem yang dipakai adalah capacitance

  system menggunakan tracking arm dan stylus.

  Mengalami perubahan menjadi sistem optik yang dihubungkan kesinyal video dan dikenal dengan sebutan LaserDisc (LD). Teknologi di LD ini informasinya disimpan sebagai spiral lubang- lubang mikro yang dapat dibaca secara optik menggunakan laser bukan oleh head magnetic.

  2) Video Compact Disc (VCD) Tahun 1992 dipromosikan video dalam tampilan baru yang disebut VCD. Video digital ini memanfaatkan format medium CD yang sebelumnya sudah dikenal luas dalam format Audio CD. Teknologi digital yang digunakan adalah teknologi MPEG-1 yang memanfaatkan teknik kompresi data rate rendah dengan tujuan agar file yang dihasilkan dapat efektif memenuhi ruang 650 MB yang disediakan medium CD

  3) Digital Video Disc (DVD) Teknologi VCD mengalami perkembangan setelah munculnya DVD pada tahun 1997. DVD adalah sebuah cakram optik yang dapat digunakan untuk menyimpan data kurang lebih 4,7 GB, termasuk film dengan kualitas video dan audio yang lebih baik dari kualitas VCD. Pada tahun 2003 DVD berkembang menjadi teknologi baru yaitu

  High-Definition DVD (HD-DVD) yang memiliki daya tamping hingga 30 GB.

  4) Blue Ray (Blue-ray Disc disingkat BD) Tahun 2007 mulai dipasarkan cakram Blue-

  (BD)adalah sebuah format cakram optik untuk

  ray

  penyimpanan media digital termasuk video definisi tinggi. BD dapat menyimpan data yang lebih banyak dari format DVD karena panjang gelombang laser biru-ungu yang dipakai hanya 450 nm dimana lebih pendek dibandingkan laser merah, 650 nm, yang dipakai DVD.

  5) Hard Disc Drive (HDD) HDD merupakan media penyimpan pada

  camcorder . Daya tampung HDD untuk camcorder yang ada dipasaran adalah 30, 40 dan 60 GB.

  Kelebihan HDD adalah memiliki kapasitas atau daya tampung yang besar dan pemakaian ulang tidak mempengaruhi kualitas gambar. Kekurangan HDD adalah besar kemungkinannya untuk terkena virus (layaknya yang terjadi dikomputer).

  3. Video Compact Disc (VCD)

  a. Pengertian Video adalah teknologi pemrosesan sinyal elektronik meliputi gambar gerak dan suara (Munadi,

  2008). Sadiman dalam Munadi (2008) mengartikan Video

  Disc adalah tempat penyimpanan informasi gambar dan

  suara pada piringan (disc) dengan dua sistem sistem optical dan sistem capacitance. (Compact Disc atau yang dikenal sebagai CD) adalah sebuah piringan optikal yang digunakan untuk menyimpan data secara digital. Video CD (VCD dan Compact disc digital video) adalah format digital standart untuk menyimpan video didalam CD.

  b. Kelebihan dan kelemahan VCD Djamarah dan Zain (2006) menyebutkan kelebihan media Video Compact Disc adalah sebagai berikut: Dapat diputar berulang-ulang, tayangan dapat diperlambat dan dipercepat, pengoperasian alat relatif mudah, tidak memerlukan ruang khusus, keeping VCD dapat digandakan dan digunakan berulang-ulang. Kelemahan media Video Compact Disk adalah sebagai berikut: Harus menggunakan listrik, keping VCD mudah rusak bila perawatan dan pengoperasiannya kurang baik, produksi media tergantung peralatan canggih dan mahal. c. Langkah

  • –langkah pemanfaatan VCD Langkah –langkah pemanfaatan VCD dalam Munadi (2008) dijelaskan sebagai berikut:

  1) Program video harus dipilih agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hubungan video menurut tujuan pembelajaran menurut Anderson (1987): tujuan kognitif, tujuan psikomotor, dengan menggunakan berbagai teknik dan efek, untuk mempengaruhi sikap dan emosi. 2) Pengajar harus mengenal program video yang tersedia dan terlebih dahulu melihatnya untuk mengetahui manfaatnya bagi pelajaran. 3) Sesudah program video dipertunjukkan, perlu diadakan diskusi yang juga perlu disiapkan sebelumnya. Adakalanya program video tertentu perlu diputar dua kali atau lebih untuk memperhatikan aspek –aspek tertentu. 4) Agar anak didik tidak memandang program video sebagai media hiburan belaka, sebelumnya

  • – perlu ditugaskan untuk memperhatikan bagian bagian tertentu.

  5) Sesudah itu dapat dites berapa banyak yang dapat mereka tangkap dari program video tersebut. d. Pengertian E-Learning Universitas Gunadarma (2007)

  E-Learning center

  mendefinisikan e-learning sebagai pembelajaran jarak jauh (distance learning) yang memanfaatkan teknologi komputer, jaringan komputer dan internet. Distribusi

  off-linee-learning menggunakan media VCD/DVD dimana

  materi belajar dikembangkan sesuai kebutuhan dan didistribusikan melalui media VCD/DVD, selanjutnya anak didik dapat belajar ditempat dimana dia berada.

  e. Powerpoint Sebagai Media Visual

  Microsoft PowerPoint atau Microsoft Office PowerPoint adalah sebuah program komputer untuk

  presentasi yang dikembangkan oleh Microsoft didalam paket aplikasi kantoran mereka (ICT, 2010). Media visual adalah media yang hanya melibatkan indera penglihatan. Terdapat dua jenis pesan yang dimuat dalam media visual, yaitu pesan verbal dan non verbal (Munadi, 2008).

  4. Kriteria Memilih Media Pembelajaran Tiap-tiap media mempunyai karakteristik yang perlu dipahami oleh pemakainya. Menurut Sudjana (2009) dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut : a. Ketepatannya dengan tujuan pembelajaran b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran

  c. Kemudahan memperoleh media

  d. Keterampilan pengajar dalam menggunakan media

  e. Tersedia waktu dalam penggunaannya sehingga media tersebut bermanfaat bagi anak didik selama pengajaran berlangsung f. Sesuai dengan taraf berpikir mahasiswa.

D. Support Group

  1. Pengertian support group Definisi dukungan adalah pemberian dorongan, motivasi, atau semangat serta nasehat kepada orang lain yang sedang dalam situasi membuat keputusan (Champlin, 2006). Pengertian dukungan adalah segala bentuk informasi verbal ataupun non verbal yang bersifat saran, bantuan yang nyata maupun tingkah laku diberikan oleh sekelompok orang yang dekat dan akrab dengan subjek didalam lingkungan sosialnya atau dalam bentuk lain juga bisa berupa kehadiran ataupun segala sesuatu hal yang dapat memberikan keuntungan emosional yang berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Contoh bentuk dukungan adalah kepedulian, keberadaan, kesediaan, serta sikap menghargai dan menyayangi (Kuntjoro, 2002).

  Support group merupakan suatu bentuk kelompok

  dukungan dimana para anggotanya memanfaatkan pengalaman stres yang sama sebagai proses saling membantu (Gotlieb, dalam Cohen, 2000). berfungsi menyediakan

  Support group

  menyediakan dukungan emosional, pengungkapan perasaan negatif (expressing negative feelings), berkembangnya prinsip helper-therapy, dan menyediakan kesempatan untuk perbandingan sosial (social comparasion). Support group atau dukungan kelompok adalah suatu dukungan oleh kelompok yang memiliki permasalahan yang sama untuk mengkondisikan dan memberi penguatan pada kelompok maupun perorangan dalam kelompok. Kelompok yang memiliki problem yang relatif sama dengan cara

  

sharing informasi tentang permasalahan yang dialami serta solusi

  yang perlu dilakukan sekaligus proses saling belajar dan menguatkan, sering disebut kelompok sebaya. Tujuan utama dari intervensi Support Group adalah tercapainya kemampuan coping yang efektif terhadap masalah ataupun trauma yang dialami.

  

Support group adalah suatu proses terapi pada suatu kelompok

  yang memiliki permasalahan yang sama untuk mengkondisikan dan memberi penguatan pada kelompok maupun perorangan dalam kelompok sesuai dengan permasalahnnya (Lazuardi, 2016).

  Definisi lain menjelaskan, support groups adalah suatu proses terapi pada kelompok yang memiliki permasalahan yang sama untuk mengkondisikan dan memberi penguatan pada kelompok maupun perorangan dalam kelompok sesuai dengan permasalahannya.

  2. Tujuan Support Group Tujuan kelompok dukungan dapat mengacu pada tujuan konseling dalam pendekatan Alder (2008), yaitu: a. Membentuk dan memelihara hubungan empatik di antara klien dengan konselor yang didasarkan atas saling mempercayai dan menghargai di mana klien merasa dipahami dan diterima oleh konselor.

  b. Memberikan suatu iklim terapeutik di mana klien dapat memahami keyakinan-keyakinan dan perasaan-perasaan dasarnya mengenai diri sendiri dan memahami penyebab bahwa keyakinan tersebut salah.

  c. Membantu klien mengembangkan wawasan mengenai tujuan tujuannya yang keliru dan perilakunya yang cenderung merugikan dirinya, melalui proses konfrontasi dan penafsiran.

  d. Membantu klien menemukan pilihan-pilihan dan mendorongnya untuk membuat pilihan.

  3. Bentuk support group Menurut Sheridan (2009) membagi dukungan kelompok ke dalam lima bentuk, yaitu: a. Dukungan emosional