PERAN PEMUDA YOGYAKARTA DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA DI YOGYAKARTA TAHUN 1945 sampai 1949

  

PERAN PEMUDA YOGYAKARTA DALAM

MEMPERTAHANKAN

KEMERDEKAAN INDONESIA DI YOGYAKARTA

TAHUN 1945 sampai 1949

  

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra

  

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Oleh

  

TATO IRI YANTO

014314011

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

JURUSAN SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2009

  

HALAMAN MOTTO

Hidup untuk berjuang..

  

Dalam berjuang penuh dengan tantangan..

  

Tantangan bukan merupakan sebuah halangan untuk mencapai

kesuksesan...

  

Penuh semangat, berusaha, dan berdo’a...

  (Penulis)

HALAMAN PERSEMBAHAN

  ♥♥ Tuhan Jesus Kristus atas segala karunia dan keajaiban-Mu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan ♥♥

  Karya ini saya persembahan untuk : Ayah&Bunda tercinta ( Agustinus Supardi dan Christiana Wartini) yang selalu memberikan aku cinta, kasih sayang, do’a, dukungan, didikan, serta kesabarannya selama ini. Adikku tercinta : FX Dwi Ari Yanto dan E. Ari Yani K., Fa. Andri Tri Fri Yanto...trimakasih atas dukungan kalian. Keponakanku yang lucu : Andhika Rama Nugraha dan Theodorik Gempa Ariawan. Via, yang selalu ada dalam setiap hari-hariku, setia menemaniku yang selalu memberikan masukan, motivasi, do’a, cinta, ketulusan dan pengorbanan. Dan semua keluarga ku di klaten, teman-temanku, serta orang-orang yang tersayang yang selama ini selalu memberikan motivasi, dukungan, serta do’anya.

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini adalah karya saya

sendiri, tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam kutipanj atau daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah

  Yogyakarta, 25 Maret 2009 Penulis Tato Iri Yanto

KATA PENGANTAR

  Puji syukur dan terima kasih yang tak terhingga kepada Allah Bapa di Surga

atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini dapat diselesaikan berkat

dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1.

  Bapak Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Sastra yang telah memberikan ijin atas penulisan skripsi ini.

  2. Bapak Drs. Hb. Herry Santosa, M.Hum selaku Ketua Prodi Jurusan Sejarah, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menulis skripsi ini. Terima kasih atas masukan-masukan, nasehat, serta bimbingan kepada penulis selama penyusunan skripsi.

  3. Bapak Prof. DR. P.J. Suwarno, S.H selaku Pembimbing I yang telah sabar dalam memberikan bimbingan, dorongan, serta koreksi kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  4. Dosen-dosen Ilmu Sejarah : Pak Pur, Pak Sandiwan, Pak Rio, Pak Anton, Bu Ning, Pak Moedjanto (Alm), Romo Baskara, yang telah banyak memberikan bekal pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama menyelesaikan kuliah di Universitas Sanata Dharma.

  5. Seluruh staf kesekretariatan Sastra, Mas Tri yang telah memberikan

kemudahan dalam pembuatan surat ijin untuk menyelesaikan skripsi ini.

  6. Seluruh staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma.

  7. Kedua orang tuaku tercinta, terima kasih atas segala usaha, kerja keras, dan air mata serta do’a yang telah kalian berikan. Tidak pernah akan terlupakan jerih payah yang telah kalian curahkan kepadaku sampai akhir hayat.

  8. Kekasih sekaligus adik yang terbaik “Via” terima kasih atas dukungan, do’a, cinta, serta kasih sayang, sehingga dapat menjadikan kekuatanku untuk terus maju dalam menyelesaikan skripsi ini.

  9. Teman-teman Ilmu Sejarah 2001: Erna, Ajeng, Lazarus, Henry “Ndower”, Gagax “Tholo”, Thaji, Enno, Lina, Riska, Eka “Pak Lurah”, Eddy, Adit, Eko, krisna “Pakem”, Krisna “Kaka”, dan Bertha, terima kasih semuanya, kalian adalah sahabat-sahabatku yang telah menjadikan suatu kenangan di kota gudeg ini. Kapan kita kumpul lagi? 10. Teman-teman kost : Irwan “ Lencung”, Teguh, Remond “Menthok”, Plethot dan Olive, Dedi dan Deni, Tejo, Ledheng, Fadli, Eka “Pak Lurah”,

  Ronald, Udi, Budi, dan Dodo. Terima kasih kalian adalah teman sekaligus saudara-saudaraku di kota Jogja ini.

  11. Teman-teman M@G: Boz Irwan, Githa, Pak Rudi, Bemby “PeTe”, Pak Bambang, Renny ex M@G, Pak Wawan, Pak Santo “Paijo”, Herman, dan Tri Sapto. Terima kasih atas kerja samanya kalian selama ini.

  12. Andre “Masandro Photo” thank’s atas bantuannya selama ini bro…sorry aku ngrepotin kamu terus.

  13. Habil thank’s bro udah minjemin printernya, Eka, Thank udah minjemin kertasnya..

  14. Anton, thank’s bro atas bantuannya selama ini...

  15. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu- persatu.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang sempurna. Untuk itu,

penulis dengan senang hati bersedia menerima kritik dan saran yang masih sangat

diperlukan untuk kesempurnaan penulisan ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi pembaca dan bagi Universitas Sanata Dharma.

  Yogyakarta, 25 Maret 2009 Penulis

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………. ii HALAMAN MOTTO…………………………………………………………….. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………….... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………………… vi

LEMBAR PERNYATAAN……………………………………………………….. vii

KATA PENGANTAR……………………………………………………………... viii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………. xi

ABSTRAK.................................................................................................................xiii

ABSTRACT.............................................................................................................. xiv

  BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang……………………………………………………………….… 1

B.

Indentifikasi dan Pembatasan Masalah……………………………………….... 5

C.

Perumusan Masalah…………………………………………………………..… 5

D.

Tujuan Penelitian………………………………………………………………...6

E. Manfaat Penelitian……………… ……………………………………………….7

F.

Tinjauan Pustaka…………………………………………………………………8

G.

Landasan Teori.......................................................................................................9

H. Hipotesis................................................................................................................11 I. Metode Penelitian................................................................................................. 12 J.

Sistematika Penulisan........................................................................................... 13

BAB II PENGARUH PENDUDUKAN JEPANG TERHADAP PEMUDA YOGYAKARTA DI BIDANG MILITER................................................................. 15

A. Masuknya Jepang ke Yogyakarta......................................................................... 15

B. Sambutan Rakyat Yogyakarta terhadap Proklamasi Kemerdekaan..................... 17

C. Pemuda Yogyakarta menghadapi Jepang di Kota Baru....................................... 20

1. Semangat Pemuda Yogyakarta....................................................................... 20 2. Perlawanan di Kota Baru................................................................................ 21

  3. Kondisi Yogyakarta Pasca Kemerdekaan di Bidang Militer.......................... 24 a.

  Pembentukan Badan Keamanan Rakyat................................................... 24 b. Pembentukan Tentara Pelajar (TP)......................................................... 27 c. Pembentukan Tentara Nasional Indonesia.............................................. 27 d. Lahirnya Akademi Militer Yogyakarta................................................... 30

  

BAB III KEDATANGAN DAN PENGUASAAN BELANDA DI INDONESIA... 34

A.

Kedatangan Sekutu ke Indonesia......................................................................... 34

B.

Kembalinya Belanda ke Yogyakarta................................................................... 40

C.

Perundingan Linggajati........................................................................................ 43

D.

Perundingan Renville........................................................................................... 47

BAB IV PERGERAKAN DAN PERLAWANAN PEMUDA ATAS BELANDA DI

YOGYAKARTA....................................................................................................... 52 A.

Masa Menjelang Agresi Militer........................................................................... 52

B.

Perjuangan Pemuda Pada Masa Kemerdekaan.................................................... 55

1. Agresi Militer I............................................................................................... 55 2. Agresi Militer Belanda II............................................................................... 59 C.

Serangan Umum 1 Maret 1949............................................................................ 65

1. Perencanaan Serangan Umum....................................................................... 65 2. Pelaksanaan Operasi Serangan Umum 1 Maret 1949................................... 68

BAB V KESIMPULAN.............................................................................................72

DATAR PUSTAKA

  ABSTRAK Penelitian ini berjudul “Peran Pemuda Yogyakarta Dalam Mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Yogyakarta Tahun 1945 sampai 1949”. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat dari peran pemuda Yogyakarta dalam mempertahankan kota Yogyakarta setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Sebagaimana diketahui bahwa perjuangan dari para pemuda Yogyakarta dalam memperjuangkan kemerdekaan yang telah di capai pada tanggal 17 Agustus 1945. Untuk mencapai tujuan tersebut maka tulisan ini mencoba untuk melihat pengaruh pendudukan Jepang di bidang militer dan perlawanan pemuda Yogyakarta terhadap Belanda. Tulisan ini juga melihat kedatangan atau kembalinya Belanda ke Yogyakarta pada awal tahun 1947.

  Penelitian ini merupakan penulisan sejarah deskriptif-analitis, sehingga dalam penulisannya digunakan teori dan metodologi sejarah. Untuk itu digunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial secara multidimensional. Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan pendekatan sosiologi. Penulisan ini merupakan hasil dari studi pustaka. Data-data yang digunakan dalam penulisan ini berasal dari sumber-sumber tertulis seperti, buku-buku, majalah, dan bahan-bahan tulisan lainnya yang berkaitan dengan penulisan ini.

  Dalam penelitian ini dapat menunjukkan bahwa peran pemuda Yogyakarta dalam mempertahankan proklamasi kemerdekaan Indonesia sangat terlihat sekali. Pada masa perjuangan merebut kemerdekaan dari tangan penjajah, para pemuda dilatih militer oleh Jepang yang akhirnya para pemuda dapat memperoleh pendidikan militer dan dapat menguasai strategi dalam perlawanan terhadap penjajah. Pendidikan militer yang didapatkan para pemuda sangat berguna untuk mengamankan keadaan wilayah Indonesia. Perjuangan pemuda Yogyakarta dalam mempertahankan wilayah Yogyakarta dari tangan Belanda sangat gigih, tidak hanya mengobarkan harta bendanya, tetapi juga mengorbankan jiwa-raganya. Usaha yang telah diraih oleh pemuda Yogyakarta merupakan usaha untuk membela rakyat Yogyakarta yang telah lama diperbudak oleh bangsa asing. Dengan usaha dan perjuangan yang gigih, Yogyakarta dapat terbebas dari pendudukan bangsa asing, sehingga rakyat

Yogyakarta kehidupannya menjadi layak dan tidak ada gangguan dari penjajahan.

  

ABSTRACK

The title of this research is Roles of young person of Yogyakarta in keeping

Indonesia independence in Yogyakarta in 1945 to 1949. The aim of this research is to

see the role of the youth of Yogyakarta in defending the Yogyakarta city after the

proclamation of the Indonesian Independence Day. As we know that the struggle of

the youth of Yogyakarta in defending it had been achieved in August 17, 1945. In

order to achieve that goal this research tries to see the influence of Japanese

occupation in military field and the Yogyakarta’s youth resistance toward Holland.

This research is also seen the arrival or the Holland’s return to Yogyakarta in early

1947.

  This research is a historical paper of descriptive-analytic paper; that is why it

use historical theory and methodology. Moreover, social approaches are used in

multidimensional. In this research the writer uses also sociological approaches. This

paper is the result of literary study. The source of the data in this paper comes from

books, magazines, and other related papers.

  This research can show us obviously the role of the youth of Yogyakarta in

defending the proclamation of the Indonesian Independence Day. In revolution time,

the youth were trained by Japanese military and than they could get military

education and tactical defense to fight colonialism. Those educations were very

useful to secure the Indonesian territories. Their revolution to fight Holland

colonialism was so preserving; not only sacrificing their properties but also their

lives. That effort was a defense to set free Yogyakarta from other nation colonialism.

With effort and preserving revolution, Yogyakarta could set free from other nation

colonialism , so, the life of Yogyakarta’s citizen became worthy and free from

colonialism.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia, termasuk Yogyakarta, telah dijajah bangsa asing selama

  ratusan tahun. Penjajahan bangsa Belanda merupakan awal dari penderitaan bangsa Indonesia untuk menjadi tawanan dan budak mereka. Pada masa penjajahan Belanda, rakyat Indonesia menjadi miskin dan tersiksa hidupnya. Rakyat Indonesia dipaksa kerja keras untuk kepentingan pemerintah Belanda.

  Perjuangan pergerakan melawan penindasan dari para penjajah sudah diawali sejak berdirinya Boedi Oetomo atau Budi Utomo oleh mahasiswa -

  1

  mahasiswa Stovia pada tanggal 20 Mei 1908. Berdirinya organisasi ini dapat mengukuhkan semangat juang para pemuda Yogyakarta untuk melawan penindasan para penjajah. Rakyat Yogyakarta bergabung menjadi satu wadah untuk melepaskan penderitaan dan siksaan dari belenggu penjajahan, khususnya para pemuda.

  Pemuda adalah warga masyarakat atau orang awam mempunyai jiwa dan

  2

  semangat juang yang sangat tinggi serta tidak mudah menyerah. Jiwa muda adalah daya energi dan modal pokok bagi setiap pemuda untuk mencapai keberhasilan dalam memperjuangkan setiap ambisinya. Dengan kekuatan yang mereka miliki, para pemuda ikut berjuang mengusir penjajah yang masih berkuasa di Indonesia. Semangat perjuangan pemuda Yogyakarta untuk merebut wilayah

  1 G. Moedjanto, M. A., Indonesia Abad ke-20, Dari Kebangkitan Nasional sampai Linggajati , Kanisius, Yogyakarta, 1998.

  2 Ben Anderson, Revolusi Pemoeda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-1946, Pustaka Sinae Harapan, Jakarta, 1988.

  2

  kekuasaan Indonesia, khususnya Yogyakarta yang telah lama diinjak-injak bangsa asing ini dapat dijadikan pegangan untuk dapat melepaskan diri dari belenggu penjajahan.

  Kedatangan Jepang dapat meringankan penderitaan rakyat Yogyakarta. Rakyat Yogyakarta merasa senang, karena Jepang berhasil mengusir Belanda dari wilayah Yogyakarta. Jepang di Indonesia dianggap sebagai saudara tua yang akan memberikan perubahan kehidupan bagi rakyat Indonesia. Pada saat itu, Jepang mempunyai semboyan yang disebut Gerakan Tiga A, artinya Jepang sebagai Cahaya Asia, Pelindung Asia, dan Pemimpin Asia.

  Pergerakan pemuda pada zaman pemerintahan Jepang dibagi menjadi tiga kelompok atau organisasi, yaitu : organisasi pemuda yang sifatnya militer, semi militer, dan organisasi bawah tanah. Organisasi - organisasi bentukan Jepang ini nantinya secara diam-diam dibelokkan oleh pemimpin pemuda menjadi gerakan

  3

  bawah tanah. Organisasi pemuda dibentuk oleh Jepang pada tanggal 29 Maret 1943. Organisasi pemuda bentukan pemerintah Jepang antara lain : Djawa Seinendan, Heiho, PETA, dan Keibondan.

  Berkat didikan dari pemerintah Jepang di bidang militer, pemuda Indonesia menjadi semakin kuat untuk merobohkan pertahanan dan kekuatan penjajah dan mengusirnya dari bumi pertiwi. Karena kegigihan dan semangat pemuda Yogyakarta dalam berlatih militer, mereka mendapatkan hasil yang maksimal. Tujuan pemerintah Jepang mengajak para pemuda Yogyakarta untuk melatih militer adalah memberdayakan rakyat Yogyakarta untuk membantu

3 Ahmaddani G. Martha, dkk., Pemuda Indonesia dalam Dimensi Sejarah Perjuangan Bangsa, Kurnia Esa, Jakarta, 1985.

  3 Jepang menghadapi perang pasifik antara Jepang dengan tentara Sekutu. Dengan taktik ini, bangsa Jepang dengan mudah untuk menguasai kota Yogyakarta.

  Jepang merupakan negara terkuat di dunia yang tidak bisa dikalahkan. Para pemuda Indonesia kagum terhadap prajurit-prajurit Jepang yang ramah, tidak seperti serdadu-serdadu kompeni yang terkenal keji dan sadis selama di

4 Indonesia. Keberadaan bangsa Jepang di Indonesia hanya tiga tahun lamanya,

  yaitu tahun 1942 sampai 1945. Jepang akhirnya berkuasa di Indonesia setelah berhasil mengusir Belanda dari Indonesia. Selama di Yogyakarta, Jepang dapat mengubah keadaan dan dapat mengembangkan potensi para pemuda Yogyakarta di bidang militer. Bulan Agustus 1945 merupakan detik-detik terakhir Jepang menguasai Indonesia. Kekuatan militer Jepang mulai melemah setelah dua kota besar Jepang di jatuhi bom atom oleh tentara Sekutu pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945. Hancurnya dua kota besar di Jepang ini mempengaruhi kekuatan bala tentara Jepang di Indonesia, karena Hiroshima dan Nagasaki merupakan pusat perindustrian terbesar di Jepang. Dengan melemahnya kekuatan Jepang ini, para pemuda Yogyakarta memanfaatkan keadaan dan situasi untuk melakukan genjatan senjata dan melucuti senjata-senjata tentara Jepang.

  Pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyerah pada Sekutu tanpa syarat. Berita kekalahan Jepang terdengar oleh segenap pemuda Indonesia, termasuk pemuda Yogyakarta melalui radio Domei milik pemerintahan Jepang. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh pemuda Indonesia untuk segera mengambil alih kekuasaan yang telah dikuasai bangsa Jepang. Berakhirnya

4 Dr. A. H. Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, Jilid I, Angkasa, Bandung, 1976.

  4

  pendudukan Jepang di Indonesia dapat membuka jalan untuk menuju pintu kemerdekaan. Pergerakan pemuda pada saat itu sangat cepat untuk mengambil alih kekuasaan Indonesia. Dalam waktu singkat, para pemuda dapat mempengaruhi tokoh golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Tepat pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB, Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan di Jl. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta oleh Ir.

  5 Soekarno didampingi oleh Drs. Moh. Hatta. Pembacaan teks proklamasi disaksikan oleh rakyat serta para pemuda pejuang Indonesia.

  Setelah Proklamasi Pemerdekaan Indonesia selesai dikumandangkan, rakyat Indonesia menyambut dengan gembira. Dalam waktu yang singkat, berita tentang proklamasi kemerdekaan sampai ke seluruh Indonesia. Berita ini disiarkan

  6

  melalui radio Domei milik pemerintah Jepang di Jakarta. Pemerintah Jepang melarang pemuda Indonesia untuk menyebarluaskan berita proklamasi ini melalui radio Domei yang masih dikuasai Jepang. Akan tetapi para pemuda berhasil merebut dan menyiarkan berita ini sampai ke seluruh penjuru tanah air.

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah

  Untuk mengetahui Peran Pemuda Yogyakarta dalam mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di Yogyakarta diperlukan pemahaman yang mendalam.

  Oleh karena itu, yang akan diteliti oleh penulis, yaitu bagaimana para pemuda ikut melakukan pergerakan dalam mempertahankan kemerdekaan di Yogyakarta.

  5 Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI, Hari-hari Menjelang Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 , Balai Pustaka, Jakarta,1998.

  6 Sejarah Perjuangan, Yogya Benteng Proklamasi, Badan Musyawarah Musea, Daerah Istimewa Yogyakarta, Perwakilan Jakarta,1984.

  5 Pemuda Yogyakarta pada dasarnya tetap mempertahankan Kemerdekaan

  yang telah di raih oleh bangsa Indonesia di Yogyakarta. Dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, para pemuda bertekad untuk melakukan perlawanan terhadap bangsa Belanda yang kembali ke Indonesia untuk menguasai wilayah Indonesia untuk kedua kalinya. Perlawanan pemuda terhadap bangsa Belanda yang terjadi di Yogyakarta merupakan salah satu perwujudan partisipasi pemuda untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Yogyakarta.

  Pada tanggal 3 januari 1946, pusat pemerintahan Indonesia dipindahkan ke

  7 Yogyakarta karena keadaan di Jakarta sangat genting. Pada saat itu, Belanda

  sudah menguasai kota Jakarta. Perlawanan pemuda Yogyakarta diawali sejak pusat pemerintahan pindah ke Yogyakarta. Berawal dari agresi militer ini, pemuda Yogyakarta mulai bergerak dan melakukan perlawanan terhadap bangsa Belanda yang ingin kembali menguasai Yogyakarta. Perlawanan pemuda Yogyakarta merupakan tonggak perjuangan untuk menentukan kehidupan yang layak dan mencapai keadilan sosial. Hal ini dapat membebaskan rakyat Yogyakarta dari belenggu penjajahan.

C. Perumusan Masalah

  Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam bentuk pertanyaan. Rumusan tersebut adalah sebagai berikut

  1. Bagaimana pengaruh pendudukan Jepang di Yogyakarta pasca Kemerdekaan di bidang militer?

7 Mohamad Roem, dkk., Tahta Untuk Rakyat; Celah-celah Kehidupan

  Sultan Hamengku Buwono IX , P.T. Gramedia, Jakarta, 1982

  6 2.

  Mengapa Belanda kembali ke Yogyakarta dan ingin menguasai kota Yogyakarta? 3. Bagaimana perlawanan pemuda Yogyakarta dalam menghadapi Belanda di

  Yogyakarta? D.

   Tujuan Penelitian

  Tulisan ini bertujuan sebagai berikut : Pertama, mendeskripsikan pengaruh pendudukan Jepang di Yogyakarta pasca Kemerdekaan dibidang politik dan militer.

  Kedua, mendeskripsikan dan menganalisis kembalinya Belanda ke Yogyakarta dan menguasai kota Yogyakarta.

  Ketiga, mendeskripsikan perlawanan pemuda Yogyakarta menghadapi Belanda di Yogyakarta.

E. Manfaat Penelitian

  Dalam penulisan ini ada 3 (tiga) manfaat, antara lain : 1. Bagi Penulis

  Penulisan ini dapat menambah wawasan arti pentingnya perjuangan para pemuda Yogyakarta pada tahun 1945.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

  Penulisan ini dapat menambah dan melengkapi karya tulis ilmiah di Universitas Sanata Dharma, khususnya dalam pergerakan pemuda Yogyakarta dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945-1949.

  7 3.

  Bagi Masyarakat Umum Penulisan ini dapat memberikan pengetahuan akan arti pentingnya perjuangan pemuda Yogyakarta pada masa kemerdekaan Indonesia.

F. Tinjauan Pustaka

  Dalam penulisan ilmiah mengenai “ Peran Pemuda Yogyakarta Dalam

  

Pergerakan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di Yogyakarta Tahun 1945

sampai 1949 “ diperlukan pemahaman tentang arti pemuda, kekuasaan, dan

  perjuangan. Perlunya pemahaman ini agar tidak terjadi kesalahpahaman tentang peran pemuda dalam memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia oleh segenap pembaca.

  Buku pertama karangan Ben Anderson yang berjudul “ Revolusi Pemoeda

  

: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-1946” , menjelaskan tentang

  pengertian dari Pemuda. Pemuda merupakan bagian masyarakat atau orang awam mempunyai jiwa dan semangat juang yang kuat serta tidak mudah menyerah.

  Dengan kekuatan dan jiwa semangat yang tinggi, para pemuda mampu melakukan pergerakan untuk melawan penjajah. Selain itu juga bukunya Anton E. Lucas

  

One Soul One Struggle : Peristiwa Tiga Daerah dalam Revolusi Indonesia”

  menjelaskan tentang penjajahan bangsa asing atas bangsa Indonesia dari pemerintahan Belanda sampai pemerintahan Jepang. Kekuasaan didefisinikan sebagai kekuatan yang ada dalam satu bangsa. Berkuasa akan memperoleh semua yang akan dicapai. Salah satunya dapat memperbudak orang-orang yang telah dikuasainya, seperti Indonesia yang telah dikuasai oleh Belanda dan Jepang.

  8 Belanda menguasai Indonesia sejak tahun 1800an hingga 1942. Dengan

  kedatangan Jepang di Indonesia tahun 1942, Belanda dapat diusir dari wilayah Indonesia. Jepang menggantikan posisi Belanda untuk menguasai Indonesia.

  Kekuasaan Jepang atas Indonesia hanya bertahan selama tiga tahun. Pada 14 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Jepang menyerah kepada diketahui oleh pemuda Indonesia. Dengan penuh semangat dan perjuangan, pemuda Indonesia dapat merebut kembali dari tangan Jepang.

  Selain itu juga buku yang berjudul “ Pemuda Indonesia dalam Dimensi

  

Sejarah Perjuangan Bangsa” karangan Ahmaddani G. Martha, dkk, menjelaskan

  tentang organisasi-organisasi pemuda baik dari bentukan Jepang maupun bentukan dari para pemuda Indonesia sendiri. Pemuda Indonesia yang dibentuk oleh pemerintah Jepang untuk dilatih militer. Organisasi buatan Jepang adalah Heiho, PETA, Keibodan, Seinendan, Fujinkai, dan Gakukatami. Banyak hal yang diperoleh para pemuda Indonesia atas didikan pemerintah Jepang, salah satunya adalah pendidikan dalam bidang militer.

  Buku yang keempat karangan B.M. Diah, yang berjudul ”Angkatan Baru

  

‘45” menjelaskan tentang lahirnya Gerakan Angkatan Baru yang merupakan

  pergantian dari Angkatan Muda. Dalam hal ini, pemuda bergabung dengan para golongan tua, yang nantinya ikut serta dalam satu pergerakan untuk melawan penjajah. Pemuda berkumpul untuk mengadakan rapat yang bertujuan untuk mempersatukan pemuda-pemuda Indonesia dari berbagai kalangan. Dengan munculnya gerakan Angkatan Baru ini, diharapkan Indonesia bisa maju dan mencapai keadilan sosial.

  9 Bertentangan dari kepustakaan diatas, dari beberapa sumber yang

  digunakan sebagai referensi pada tulisan ini, tidak dijumpai sumber yang mendeskripsikan tentang peran pemuda Yogyakarta dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia secara lengkap. Dalam penulisan mulai dari pengaruh pendudukan Jepang di Yogyakarta pasa kemerdekaan dibidang militer sampai pada perlawanan pemuda Yogyakarta terhadap Belanda.

G. Landasan Teori

  Skripsi ini berjudul Peran Pemuda Yogyakarta dalam Pergerakan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di Yogyakarta (1945-1949). Dalam menjelaskan penulisan diatas yang lebih dalam, maka dibutuhkan beberapa konsep yang dapat dijadikan acuan untuk membantu permasalahan diatas.

  Pemuda Yogyakarta nantinya akan menjadikan pelopor masa depan sebagai para pemimpin bangsa. Pemuda Yogyakarta pada hakekatnya memiliki semangat yang sangat kuat, sehingga dapat meraih semua yang akan dicapai,

  8 termasuk kemerdekaan Indonesia.

  Selain peran pemuda terdapat juga Pergerakan. Pergerakan merupakan suatu kegiatan untuk melakukan sesuatu untuk mendapatkan hasil yang akan dicapai. Pergerakan pemuda Yogyakarta merupakan suatu kegiatan

  9

  pemberontakan terhadap penjajah yang telah menguasai daerahnya. Perjuangan pemuda Yogyakarta merupakan ujung tombak dari daerah yang telah dikuasai oleh bangsa asing untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah dicapai.

  8 Ahmaddani G. Martha, dkk.op.cit. hal. 164.

  9 Ibid. hal. 170.

  10 Bangsa Indonesia mempunyai gambaran akan datangnya masa depan yang

  cerah. Hal ini dapat menghilangkan dan menghapus penjajahan yang ada di Indonesia. Gambaran masa depan itu merupakan adanya kekuatan-kekuatan yang

  10

  timbul dalam suatu pergerakan. Kekuatan itu akan membuka jalan bagi bangsa Indonesia untuk mencapai kesejahteraan dan keadilan, renovasi, dan regenerasi.

  Harapan ini akan membangkitkan semangat para revolusioner untuk mencapai tatanan bangsa yang merdeka.

  Suasana yang penuh dengan rasa ketegangan mengakibatkan adanya pertentangan atau konflik antar golongan. Suatu situasi yang mengandung bahaya

  11

  akan munculnya kekacauan serta rusaknya orde sosial. Pergolakan pemuda dalam melakukan pergerakan untuk meraih cita-cita dalam mempertahankan kekuasaan Indonesia yang telah merdeka. Kekosongan kekuasaan terjadi pada pemerintah Indonesia sebelum pelaksanaan proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.

  Dalam suatu penulisan sejarah untuk menentukan kebenaran dapat menggunakan pendekatan multidimensional, yaitu untuk melihat berbagai segi

  12

  atau aspeknya. Pendekatan ini dapat dilihat dari berbagi segi atau aspek, yaitu

  13 segi sosial, politik, ekonomi, maupun kultur.

  10 Sartono Kartodirdjo, Ungkapan-ungkapan Filsafat Sejarah Barat dan Timur, P.T. Gramedia, Jakarta, 1986.

  11 Lihat Sartono Kartodirdjo, Kata Pengantar Anton E. Lucas, ONE SOUL

ONE STRUGLLE: Peristiwa Tiga Daerah, Resist Book, Yogyakarta, 2004. hal.

  V.

  12 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Gramedia, Jakarta, 1992.

  13 Ibid. hal. 66.

  11 Dalam penulisan ini, pendekatan pertama yang digunakan adalah

  pendekatan politik. Dengan menggunakan pendekatan politik dapat diketahui tentang penguasaan Belanda di Indonesia. Hal ini sekaligus dapat menganalisa peran pemuda dalam memperebutkan kekuasaan suatu wilayah di Indonesia. Pendekatan ini juga digunakan untuk mengetahui kedatangan pihak Belanda untuk menguasai Indonesia kembali.

  Penulisan ini juga menggunakan pendekatan sosiologi. Pendekatan sosiologi digunakan untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi pasca kemerdekaan di Yogyakarta. Pendekatan ini dapat mengetahui peristiwa yang terjadi di wilayah Yogyakarta dalam melihat dari sudut pandang perubahan sosial yang terjadi di Yogyakarta pada zaman penjajahan Jepang dan Belanda berkuasa di Yogyakarta.

H. Hipotesis 1.

  Pendudukan Jepang di Yogyakarta banyak mengadakan pelatihan militer, maka pengaruhnya pasca kemerdekaan di bidang militer sangat besar.

2. Belanda masih merasa menjadi penjajah di Indonesia, maka Belanda berusaha kembali dan menguasai Indonesia.

  3. Rakyat Yogyakarta tidak mau dijajah lagi oleh Belanda. Maka dari itu pemuda Yogyakarta melakukan perlawanan yang sangat sengit terhadap Belanda.

  12 I.

   Metode Penelitian

  Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Data yang akan digunakan untuk penelitian ini berupa pernyataan-pernyataan. Lois Gottchalk memberikan pengertian bahwa sejarah merupakan pengujian analisa peristiwa pada masa lampau yang dikaji dan dianalisis secara kritis untuk

  14 memperoleh kebenaran dari fakta-fakta yang diperoleh dalam proses historigrafi.

  Oleh karena itu, penulis dapat menghasikan tulisan yang berdasarkan fakta-fakta yang sebenarnya.

  Metode yang digunakan mempunyai langkah-langkah untuk menentukan suatu obyek, antara lain sebagai berikut :

a. Pengumpulan sumber

  Penelitian ini menggunakan sumber tertulis yang antara lain, buku, majalah, surat kabar yang berkaitan dengan permasalahan, dan lain-lain yang bersifat primer maupun sekunder. Sumber tersebut dapat diperoleh di perpustakaan dan museum tempat-tempat bersejarah.

  Kritik sumber merupakan tahap penelitian sejarah setelah pengumpulan data atau sumber. Kritik sumber bertujuan untuk mengetahui secara kritis

  15

  mengenai kredibilitas dan otentisitas sumber. Oleh karena itu, kritik sumber dapat dikatakan sebagai pengujian terhadap sumber-sumber atau data yang telah terkumpul. Kritik sumber ini digunakan untuk mengantisipasi adanya kepalsuan

  14 Lois Gottschalk, Mengerti Sejarah(Terjemahan Notosusanto)Universitas Indonesia, Djakarta, 1969. hal. 14.

  15 Koentowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Bentang Budaya, Yogyakarta, 1995. hal. 99-100.

  13

  dari suatu sumber atau data yang telah terkumpul. Dalam penulisan ini, penulis akan membandingkan sumber-sumber yang telah diperoleh. Sumber-sumber tersebut antara lain berasal dari buku, majalah, surat kabar yang diperoleh melalui perpustakaan untuk mengetahui kebenaran dalam penulisan ini.

  b. Analisis Sumber

  Dalam penelitian ini, analisis sumber merupakan hal yang terpenting untuk menentukan suatu penelitian yang berdasarkan obyektifitas yang akan diteliti.

  Hasil analisa ini akan menunjukkan suatu keberhasilan dalam menentukan penelitian. Dengan menggunakan metode ini, peneliti akan lebih sempurna. Maka untuk mengurangi unsur subyektifitas diperlukan suatu pengolahan data dan

  16 analisis yang sangat cermat.

  c. Penulisan Sejarah

  Penulisan sejarah dilakukan untuk mengetahui suatu peristiwa yang benar- benar terjadi. Penulisan sejarah merupakan tahap terakhir dalam suatu penelitian.penulisan ini dapat dikatakan berhasil apabila dapat menghasilkan sintesis dan analisis yang telah diolah.

  J. Sistematika Penulisan

  Penulisan ini akan dibahas dalam lima bab, antara lain :

  Bab I, akan membahas tentang latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

16 Sartono Kartodirdjo, op. cit. hal. 62.

  14 Bab II, dalam bab ini akan membahas tentang dampak pendudukan Jepang

  di Yogyakarta pasca kemerdekaan dalam bidang militer. Pendudukan Jepang di Yogyakarta dapat melahirkan kekuatan militer atau barisan-barisan yang bertugas untuk menjaga dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Yogyakarta.

  Bab III, menjelaskan tentang kembalinya Belanda ke Yogyakarta pada tahun 1946 yang membonceng tentara sekutu masuk ke Indonesia. Belanda masih merasa menjadi penjajah di Indonesia maka Belanda datang kembali dan berusaha menguasai Indonesia untuk kedua kalinya.

  Bab IV, menjelaskan tentang perlawanan pemuda Yogyakarta menghadapi Belanda di Yogyakarta. Pemuda Yogyakarta tidak mau dijajah lagi oleh Belanda sehingga pemuda Yogyakarta mengadakan perlawanan yang sangat sengit terhadap Belanda.

  Bab V merupakan kesimpulan yang menjawab dari semua permasalahan yang diajukan.

BAB II PENGARUH PENDUDUKAN JEPANG TERHADAP PEMUDA YOGYAKARTA DI BIDANG MILITER A. Masuknya Jepang ke Yogyakarta Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alam yang cukup

  untuk keperluan perang bagi negara-negara di dunia. Negara Indonesia menjadi target untuk dijadikan tanah jajahan, karena selain memanfaatkan sumber daya alamnya, mereka juga memanfaatkan rakyat Indonesia. Salah satu negara yang ingin menguasai Indonesia adalah Belanda dan Jepang.

  Pada tahun 1942, Jepang berhasil mengusir Belanda dari Indonesia. Jepang berubah menguasai Indonesia. Bersamaan dengan adanya Perang Dunia ke-2, Jepang menyerang Pearl Harbour pada tanggal 8 Desember 1941. Keberhasilan ini yang mengawali Jepang untuk berani ekspansi untuk menguasai wilayah Asia.

  Disisi lain, perkembangan industri Jepang sudah berkembang pesat dibandingkan dengan negara lain di Asia.

  Pada bulan Maret 1942, Jepang mulai masuk ke Indonesia dari wilayah Indonesia bagian barat. Gerakan pemerintahan Jepang sangat cepat, sehingga dalam waktu singkat dapat melumpuhkan kekuatan Belanda yang masih berkuasa di Indonesia. Setelah Jepang menguasai wilayah barat Indonesia, kemudian dengan cepat menguasai wilayah Jawa, termasuk Yogyakarta.

  Jepang menduduki Yogyakarta pada tanggal 5 Maret 1942, pertama-tama

  17 Jepang berunding dengan Gubernur L. Adam. Jepang perlahan-lahan menguasai

  wilayah Yogyakarta dan melucuti senjata Belanda. Kedatangan Jepang membuat kagum rakyat Yogyakarta. Rakyat Yogyakarta menyambut dengan gembira atas kedatangan Jepang. Mereka menganggap Jepang sebagai penyelamat bagi rakyat Yogyakarta. Jepang membuat rakyat Yogyakarta menjadi berubah kehidupannya, karena tidak ada tekanan apapun dari pemerintahan Jepang. Pemerintah Jepang membuat strategi ini supaya mudah untuk mempengaruhi rakyat Yogyakarta.

  Jepang telah menguasai kota Yogyakarta. Kekuatan Jepang di Yogyakarta dapat memukul mundur pasukan Belanda yang ada di Yogyakarta. Penguasaan Yogyakarta atas Jepang dimanfaatkan oleh pemuda Yogyakarta untuk ikut serta dalam pendidikan militer. Di Yogyakarta, Jepang membentuk organisasi barisan pemuda untuk dilatih militer. Dalam bidang militer ini, Jepang membentuk barisan Pemuda antara lain : Heiho, PETA, Keibodan, Seinendan, Suisintai,

18 Fujinkai, dan Gakukotai. Tujuan Jepang membentuk organisasi pemuda ini

  19 adalah untuk membantu Jepang dalam menghadapi Belanda. .

  Kekuasaan Jepang di Indonesia mulai melemah setelah sekutu menghancurkan dua kota besar di Jepang. Pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu di Kali Jati. Kekalahan Jepang terhadap Sekutu dapat

  17 P. J. Suwarno, Hamengku Buwono IX dan Sistem Birokrasi

Pemerintahan Yogyakarta 1942-1974, Sebuah Tinjauan Historis , Kanisius,

Yogyakarta, 1994. hal. 92.

  18 Ahmaddani G. Martha, dkk., Pemuda Indonesia Dalam Dimensi Sejarah Perjuangan Bangsa, Kurnia Esa, Jakarta, 1985. hal. 164.

  19 Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI,Hari-Hari Menjelang Proklamasi membuka jalan bagi Indonesia ke pintu gerbang kemerdekaan. Dengan penuh semangat, pemuda Yogyakarta melakukan pergerakan untuk meraih cita-cita dalam melepaskan belenggu penjajahan.

B. Sambutan Rakyat Yogyakarta terhadap Proklamasi Kemerdekaan

  Proklamasi kemerdekaan Indonesia telah dikumandangkan. Setelah selesai pembacaan proklamasi, dilanjutkan dengan upacara pengibaran bendera merah- putih sebagai tanda Negara telah merdeka. Hilir mudik para pemimpin maupun rakyat Indonesia mendatangi rumah Ir. Soekarno dengan tujuan ingin menyaksikan pembacaan proklamasi yang dibacakan oleh Bung Karno, akan tetapi banyak yang kecewa karena mereka terlambat untuk menyaksikan

  20

  pembacaan teks proklamasi. Mereka meminta agar teks proklamasi itu dibacakan kembali, tetapi Bung Karno menolak permintaan mereka, karena

  21 menurut Bung Karno pembacaan teks proklamasi hanya dibacakan sekali saja.

  Rakyat Indonesia mendengar bahwa Indonesia telah merdeka, kemudian mereka menyebarluaskan berita kemerdekaan dengan gembira dan penuh semangat. Pemuda-pemuda pejuang Indonesia menyebarkan dengan berbagai cara supaya kemerdekaan Indonesia terdengar sampai ke penjuru tanah air. Salah satu yang digunakan pemuda untuk menyebarkan kemerdekaan Indonesia adalah menyiarkan lewat radio Domei milik Jepang di pusat Jakarta. Radio merupakan salah satu alat komunikasi yang dapat menyiarkan segala sesuatu hingga ke seluruh penjuru tanah air. Pada awalnya penyiaran ini dilarang oleh pemerintah Jepang. Para pemuda Indonesia akhirnya dapat menguasai kantor berita milik

20 Ibid. hal. 109.

  21 Jepang. Pada akhirnya, proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat tersebarluaskan ke seluruh penjuru tanah air, termasuk Yogyakarta.

  Pada tanggal 19 Agustus 1945, berita tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia di terima oleh Sri Sultan yang kemudian disampaikan kepada masyarakat Yogyakarta. Proklamasi kemerdekaan ini disambut gembira oleh masyarakat Yogyakarta. Berakhirnya kekuasaan bangsa Jepang, rakyat Yogyakarta terasa nyaman. Penderitaan dan kesengsaraan yang dirasakan rakyat Yogyakarta mulai berkurang. Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan wujud dari perjuangan pemuda Indonesia. Masyarakat Yogyakarta dengan antusias menyebarkan berita ini dengan cara mencoret-coret tembok yang berbunyi “SEKALI MERDEKA TETAP MERDEKA”, dan lain-lain.

  Pada tanggal 20 Agustus 1945, Sri Sultan Hamengku Buwana menyatakan kemerdekaan Indonesia dan mendeklarasikan kepada segenap rakyat Yogyakarta yang berbuyi :

  “sekarang kemerdekaan telah berada di tangan kita,telah kita genggam, nasib nusa dan bangsa adalah ditangan kita pula, tergantung pada kita sendiri.

  Kita harus menginsafi, bahwa lahirnya Indonesia merdeka itu dalam masa kegentingan. Maka semua, tiada terkecualinya, harus bersedia dan sanggup mengorbankan kepentingan masing-masing untuk kepentingan bersama, ialah menjaga, memelihara, dan membela kemerdekaan nusa

  22 dan bangsa”.

  Sri Sultan mengajak segenap rakyat Yogyakarta untuk tetap bersemangat dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang telah diraih dengan jerih

22 A.H. Nasution, Pokok-pokok Gerilja dan Pertahanan Politik Republik

  

Indonesia Dimasa Jang Lalu dan Jang akan Datang, Pembimbing Djakarta,, payah para pejuang Indonesia dalam menghadapi penjajah. Pernyataan ini disambut dan laksanakan oleh rakyat Yogyakarta demi keamanan dan ketentraman kota Yogyakarta.

  Selain itu, Sri Sultan menyampaikan juga pernyataannya kepada Ir. Soekarno di Jakarta pada tanggal 5 September 1945. Pernyataan Sri Sultan itu berbunyi sebagai berikut :

  Kami, Hamengku Buwono IX, Sultan dan Sri Paku Alam Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat menyatakan : 1.

  Bahwa Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat yang bersifat kerajaan adalah Daerah Istimewa Republik Indonesia.

  2. Bahwa kami sebagai Kepala daerah memegang segala kekuasaan dalam negeri Ngayogyakarta Hadiningrat dan oleh karena itu berhubung dengan keadaan pada dewasa ini, segala urusan pemerintahan dalam Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat mulai saat ini kami pegang seluruhnya.

3. Bahwa perhubungan antara Ngayogyakarta Hadiningrat dengan

  Pemerintah Pusat Negara Republik Indonesia bersifat langsung dan kami bertanggung jawab atas Negeri kami langsung kepada

  23 Presiden Republik Indonesia.