PERSEPSI SISWA-SISWI SMP DAN SMK DARI PANTI ASUHAN PANGREKSO DALEM BETHLEHEM TEMANGGUNG TAHUN 2010 TENTANG PERILAKU ASERTIFNYA

  

PERSEPSI SISWA-SISWI SMP DAN SMK DARI PANTI

ASUHAN PANGREKSO DALEM BETHLEHEM

TEMANGGUNG TAHUN 2010 TENTANG PERILAKU

ASERTIFNYA

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

  

Disusun Oleh:

Priska Wulan Oktavianti

NIM: 051114010

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

  

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

PERSEPSI SISWA-SISWI SMP DAN SMK DARI PANTI

ASUHAN PANGREKSO DALEM BETHLEHEM

TEMANGGUNG TAHUN 2010 TENTANG PERILAKU

ASERTIFNYA

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

  

Disusun Oleh:

Priska Wulan Oktavianti

NIM: 051114010

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

  

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  

“..... Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta

kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku..... Mintalah

maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu”. ( Yohanes 16:

23)

  

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi

nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa

dan permohonan dengan ucapan syukur ”. (Filipi 4: 6)

  

“Pekerjaan sekecil apapun jika dilakukan dengan sukacita akan

bermanfaat”.

  Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus yang memberikan karunia berlimpah pada diriku.

  Keluargaku tercinta: papa, mama dan Dinda yang tidak pernah berhenti mendukung dengan doa dan cinta.

  Valentinus Pasca Ugama yang selalu mengingatkan dan memotivasiku setiap waktu.

  

ABSTRAK

PERSEPSI SISWA-SISWI SMP DAN SMK DARI PANTI ASUHAN

PANGREKSO DALEM BETHLEHEM TEMANGGUNG TAHUN 2010

TENTANG PERILAKU ASERTIFNYA

  

Priska Wulan Oktavianti

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa-siswi SMP dan

  

SMK dari Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2010

tentang perilaku asertifnya.

  Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Subyek

penelitian adalah semua siswa-siswi SMP dan SMK dari Panti Asuhan Pangrekso

Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2010 yang berjumlah 26 orang. Instrumen

penelitian yang digunakan adalah kuesioner perilaku asertif yang terdiri dari 56

item dan disusun sendiri oleh peneliti. Teknik analisis data yang digunakan

adalah penggolongan perilaku asertif berdasarkan Penilaian Acuan Patokan

(PAP) Tipe I, dengan kualifikasi “sangat tinggi”, “tinggi”, “cukup tinggi”,

“rendah”, dan “ sangat rendah”.

  Hasil penelitian memperlihatkan bahwa: 1 orang (4%) berpendapat bahwa

perilaku asertifnya “sangat tinggi”, 7 orang (26,92%) berpendapat bahwa

perilaku asertifnya “tinggi”, 15 orang (57,69%) berpendapat bahwa perilaku

asertifnya “cukup tinggi”, 3 orang (11,53%) berpendapat bahwa perilaku

asertifnya “rendah”, dan tidak ada siswa (0%) yang berpendapat bahwa perilaku

asertifnya “sangat rendah”.

  

ABSTRACT

THE PERCEPTIONS OF JUNOR HIGH SCHOOL AND VOCATIONAL

HIGH SCHOOL STUDENTS AT PANTI ASUHAN PANGREKSO DALEM

BETHLEHEM, TEMANGGUNG, 2010, ON THEIR ASSERTIVE

BEHAVIOUR

  

Priska Wulan Oktavianti

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, 2010

This research aims to reveal the perceptions of Junior High School and

  

Vocational High School students at Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem,

Temanggung, 2010 on their assertive behaviour.

  This is a descriptive research with survey method. The subject of this

research is all Junior High School and Vocational High School students at Panti

Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem, Temanggung, that reaches 26 people in

2010. The researcher utilized assertive behaviour questionnaire which consists of

56 items in this research. The technique of data analysis used is assertive

behaviour grouping based on Standard Reference Evaluation Type I, with some

qualifications, namely “very high”, “high”, “Intermediate”, “low”, and “very

low”.

  The result of this study shows that according to the perceptions of Junior

High School and Vocational High School students at Panti Asuhan Pangrekso

Dalem Bethlehem, Temanggung , 2010, the assertive behaviour is highly varied: 1

student (4%) states that his/her assertive behaviour is “very high”; 7 students (26,

92%) state that their assertive behaviour are “high”; 15 students (57, 69%) state

that their assertive behaviour are “intermediate”; 3 students (11,53%) state that

their assertive behaviour are “low”; and none of the students (0%) states that

his/her behaviour is “very low”.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yesus Kristus atas karunia,

berkat, bimbingan dan penyertaan-Nya yang berlimpah pada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

  Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan

Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

  Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan dan dukungan dari

banyak pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan

terima kasih kepada:

  

1. Ibu Dra. M.M. Sri Hastuti. M. Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan

dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan pengetahuan dan pengalaman pada penulis serta memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  

2. Bapak Drs. R.H.Dj. Sinurat, M.A., selaku dosen pembimbing yang dengan

penuh kesabaran dan ketulusan hati telah memberikan motivasi, meluangkan waktu untuk mendampingi penulis selama proses penulisan skripsi ini.

  

3. Panitia penguji yang memberikan kesempatan pada penulis untuk

mempertanggungjawabkan skripsi ini.

  4. Mas Moko yang telah membantu dalam membereskan administrasi penulis.

  

5. Keluarga besar Panti Asuhan Sancta Maria Boro dan Panti Asuhan Brayat

Pinuji Boro yang telah membantu dalam pelaksanaan uji coba kuesioner.

  

6. Keluarga besar Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung

yang telah bersedia memberikan kesempatan dan memperlancar proses pengumpulan data.

  

7. Keluargaku tercinta: Papa, Mama dan Dinda, yang tidak pernah lelah

memberikan motivasi, dana, nasihat, dan doa pada penulis.

  

8. Bapak Muhadi dan Ibu Vero sekeluarga yang banyak memberikan semangat

dan dukungan pada penulis.

  

9. Valentinus Pasca Ugama, yang selalu mendampingi, menasihati,

memotivasi penulis setiap waktu.

  

10. Teman-teman BK ’05 yang selalu memberikan semangat, sharing, dan

persaudaraan selama masa kuliah (Sr, Miryam, Wahyu, Dhe2, Chubby, Agam, Sr. Marry, Sr. Emil, Nisa, Nopek, Vidy, Hendra, Sr. Quil, Br. Cahyo, Br Edi, Lusi,Sisil, Dian, Putri, Uday, Marsel dan semua teman kelas A dan B yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu) atas semua rasa perhatian dan persahabatan ini.

  

11. Keluarga besar kost Arimbi 5 (Nevi, Mba Nova, Hesti, Estu) yang telah

meminjamkan motor dan laptopnya.

  12. Keluarga mantan kost Bromo 2B yang telah menghilang satu persatu.

  

13. Sahabat-sahabatku yang nun jauh di sana: Cemplux, Nenny, Yuni, Wahyu

dan Mas Benny yang ikut mendukung penulis dalam penulisan skripsi ini.

  

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................. iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................... iv ABSTRAK ................................................................................ v ABSTRACT ................................................................................ vi KATA PENGANTAR ............................................................. vii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ........................... x HALAMAN PERNYATAAN ................................................ xi DAFTAR ISI ............................................................................ xii DAFTAR TABEL ................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................... xv BAB I PENDAHULUAN ........................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah .....................................

  1 B. Rumusan Masalah ...............................................

  4 C. Tujuan ..................................................................

  5 D. Manfaat ................................................................

  5 E. Definisi Operasional ............................................

  6 BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................

  8 A. Pengertian Persepsi .............................................

  8 B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

  9 C. Pengertian Perilaku Asertif................................

  11 D. Aspek-Aspek Perilaku Asertif ...........................

  13 E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Asertif

  15 F. Manfaat Perilaku Asertif ..................................

  17 G. Perilaku Asertif Siswa-Siswi SMP dan SMK dari

  H. Tinjauan Penelitian Lain yang Relevan ..........

  22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...........................

  24 A. Jenis Penelitian ...................................................

  24 B. Subjek Penelitian ................................................

  24 C. Instrumen Penelitian .........................................

  25 1. Alat Pengumpul Data ...................................

  25 2. Uji Coba Alat .................................................

  28 3. Validitas Instrumen ........................................

  29 4. Reliabilitas Instrumen ...................................

  31 D. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA ...........

  35 1. Tahap Persiapan .............................................

  35 2. Tahap Pelaksaan Pengumpulan Data ............

  36 E. Teknik Analisis Data ...........................................

  37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .....

  39 A. Persepsi Siswa-Siswi SMP dan SMK dari Panti Asuhan

Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2010

tentang Perilaku Asertifnya ...............................

  39 B. Pembahasan .........................................................

  41 BAB V PENUTUP ....................................................................

  47 A. Kesimpulan ...........................................................

  47 B. Saran ......................................................................

  47 DAFTAR PUSTAKA ................................................................

  49 LAMPIRAN ...............................................................................

  52

  

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1: Rincian Siswa-Siswi SMP dan SMK dari Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung Tahun 2010 ..........

  25 Tabel 2: Kisi-Kisi Kuesioner Perilaku Asertif Sesudah Revisi/ Uji Coba

  26 Tabel 3: Item Instrumen yang Valid dan Tidak Valid .............................

  30 Tabel 4: Daftar Indeks Korelasi Reliabilitas ........................................

  31 Tabel 5: Penggolongan Perilaku Asertif Berdasarkan PAP .....................

  38 Tabel 6: Penggolongan Persepsi Siswa-Siswi SMP dan SMK dari Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung Tahun 2010 tentang Perilaku Asertifnya ...................................

  40

  

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1: Kuesioner Siswa yang diuji coba .........................................

  52 Lampiran 2: Hasil Perhitungan Taraf Validitas Kuesioner Uji coba ........ 61 Lampiran 3: Tabulasi Skor Belahan Data Ganjil-Genap Kuesioner

Uji Coba...............................................................................

  68 Lampiran 4: Kuesioner Final Perilaku Asertif (Penelitian) ....................... 70 Lampiran 5: Tabulasi Penelitian ................................................................ 74 Lampiran 6: Persepsi Siswa-Siswi SMP dan SMK dari

Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung

  Tahun 2010 tentang Perilaku Asertifnya .............................. 81 Lampiran 7: Surat Ijin Uji Coba ................................................................ 82 Lampiran 8: Surat Ijin Penelitian .............................................................. 84 Lampiran 9: Surat Keterangan Melakukan Penelitian .............................. 85

BAB I PENDAHULUAN Bab ini menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi operasional. A. Latar Belakang Masalah Secara naluriah, semua manusia membutuhkan orang lain. Manusia adalah makhluk sosial (homo socius) yang tidak pernah bisa hidup sendiri. Sebagai manusia yang tidak bisa lepas dari manusia lain, tidak ada manusia

  yang sanggup memenuhi kebutuhannya sendiri. Dengan kata lain, manusia membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Apabila kebutuhan untuk menjadi makhluk sosial tidak terpenuhi, kehidupan manusia sebagai makhluk individu akan mengalami kesulitan.

  Menurut Horney “kebutuhan manusia digolongkan menjadi tiga, yaitu bergerak mendekati orang banyak untuk meraih kebutuhan akan cinta, bergerak menjauhi orang banyak untuk meraih kebutuhannya akan kebebasan dan kemandirian, dan bergerak menentang orang banyak untuk memenuhi kebutuhannya akan kekuatan’’(Ubaedy, 2008:23). Kebutuhan manusia dapat terpenuhi melalui relasi dengan orang lain. Relasi dapat terjalin dengan baik jika orang mampu berperilaku asertif. orang lain. Orang yang asertif memiliki cara pandang yang realistis, tegas, dan obyektif. Orang yang asertif juga bersifat fleksibel sehingga dapat menjalin dan menjaga hubungan yang harmonis dengan orang di sekitarnya. Besar kemungkinan orang yang asertif akan diterima dalam pergaulannya sehari-hari. Ia tidak akan pernah menjadi korban pihak lain dan tidak akan mengorbankan orang lain demi kepentingannya.

  Dewasa ini, banyak orang sulit untuk berperilaku asertif, khususnya dalam hal yang menyangkut perasaan negatifnya terhadap sesuatu atau seseorang. Orang enggan berperilaku asertif karena dalam dirinya ada rasa takut mengecewakan orang lain, takut jika akhirnya dia tidak lagi disukai ataupun diterima. Selain itu alasan “untuk mempertahankan kelangsungan hubungan” juga sering menjadi alasan karena salah satu pihak tidak ingin membuat pihak lain sakit hati. Dengan keadaan seperti ini, orang dapat merasa dimanfaatkan, sehingga hubungan menjadi terganggu.

  Bagi anak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung pun, kemampuan berperilaku asertif adalah sangat penting karena beberapa alasan: (1) perilaku asertif akan memudahkan anak Panti Asuhan bersosialisasi dan menjalin hubungan secara efektif dengan lingkungan seusianya dan di luar lingkungannya, (2) anak Panti Asuhan bisa menghindari munculnya ketegangan dan perasaan tidak nyaman akibat berlarut-larut, (4) kemampuan berperilaku asertif akan membantu anak Panti Asuhan untuk meningkatkan kemampuan kognitifnya, memperluas wawasannya tentang lingkungan, dan tidak mudah berhenti pada sesuatu yang tidak diketahuinya (memiliki rasa keingintahuan yang tinggi).

  Sejauh ini penulis mendapat kesan bahwa anak-anak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung lebih sering menyimpan dan takut mengutarakan perasaan negatifnya pada warga yang lain (anak, ibu pengasuh dan suster pembimbing). Anak-anak cenderung diam dan menutupi perasaan negatifnya. Kesan ini penulis dapatkan ketika melakukan Praktek Lapangan Bimbingan dan Konseling di komunitas Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tanggal 14 Juli-18 Agustus tahun 2009.

  Sebagian besar anak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung menginjak masa remaja. Pada masa remaja, anak mengalami masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa. Hurlock (1994) mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa ketegangan emosi tinggi sebagai akibat dari perubahan fisik termasuk kelenjarnya. Amarahnya misalnya terungkap dengan menggerutu, tidak mau berbicara, atau dengan suara keras mengkritik orang yang menyebabkan marah. Hal ini bisa menjadi salah satu penyebab anak mengalami masalah pribadi dan konflik kelompok. orang lain. Dalam rangka berinteraksi dengan orang lain inilah anak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung pun perlu berlatih dan membiasakan diri berperilaku asertif.

  Mengingat pentingnya kemampuan berperilaku asertif, maka perlu diketahui kemampuan anak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung dalam berperilaku asertif. Ideal sebenarnya kalau diamati dan diukur kemampuan mereka dalam berperilaku asertif. Tetapi karena keterbatasan peneliti, penelitian ini difokuskan pada pendapat, keyakinan atau persepsi mereka tentang kemampuannya berperilaku asertif. Dengan mengetahui persepsi anak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung mengenai perilaku asertifnya, dapat dirumuskan berbagai upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan perilaku asertif.

B. Rumusan Masalah

  Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui persepsi anak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2010 tentang perilaku asertifnya. Pertanyaan yang dijawab adalah: Bagaimanakah persepsi anak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2010 terhadap perilaku asertifnya?

  C. Tujuan

  Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang persepsi anak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2010 tentang perilaku asertifnya.

  D. Manfaat

  Hasil penulisan ini dapat berguna bagi: 1.

  Manfaat Teoretis Memberikan gambaran mengenai persepsi anak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2010 tentang perilaku asertifnya dan meningkatkan pemahaman tentang perilaku asertif.

2. Manfaat Praktis: a.

  Bagi pihak Panti Asuhan Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pihak Pembina di Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung mengenai perilaku asertif anak Panti Asuhan dan menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan bahan pendampingan terhadap anak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung.

b. Bagi siswa-siswi SMP dan SMK Panti Asuhan Pangrekso Dalem

  Bethlehem Temanggung c.

  Bagi peneliti sebagai calon konselor Peneliti dapat mengembangkan kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian.

E. Definisi Operasional 1.

  Persepsi adalah pendapat atau keyakinan dan penilaian seseorang terhadap suatu objek baik orang, benda, peristiwa, tingkah laku atau hal lain yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Yang menjadi objek persepsi dalam penelitian ini perilaku asertif anak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2010.

  2. Perilaku asertif adalah tingkah laku mengembangkan kesetaraan dalam hubungan antar manusia, memperjuangkan kepentingannya sendiri, mengekspresikan perasaan dan pikiran secara terbuka, mempertahankan hak-hak pribadi dan menghargai orang lain, seperti yang dimaksudkan dalam butir-butir kuesioner yang digunakan.

3. Siswa-Siswi SMP dan SMK Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem

  Temanggung tahun 2010 adalah siswa-siswi yang tinggal di Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2010. Panti Asuhan tersebut bernaung pada konggregasi Penyelenggaraan Ilahi (PI) yang berpusat di Semarang. Siswa-siswi SMP dan SMK Panti Asuhan

4. Persepsi Siswa-siswi SMP dan SMK dari Panti Asuhan Pangrekso

  Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2010 tentang perilaku asertifnya adalah pendapat siswa-siswi yang tinggal di Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2010 mengenai tingkah lakunya yang mengembangkan kesetaraan dalam hubungan antar manusia, memperjuangkan kepentingannya sendiri, mengekspresikan perasaan dan pikiran secara terbuka, mempertahankan hak-hak pribadi dan menghargai orang lain.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini menyajikan hasil kajian pustaka mengenai pengertian persepsi,

  faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, pengertian perilaku asertif, aspek- aspek perilaku asertif, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku asertif, manfaat perilaku asertif, dan tinjauan penelitian lain yang relevan.

A. Pengertian Persepsi

  Menurut Desiderato (Rakhmat, 2008:51), persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Menurut Walgito (2004:88), persepsi adalah proses dimana stimulus yang diindera kemudian oleh individu diinterpretasikan dan diorganisasikan, sehingga individu menyadari, mengerti apa yang diindera. Persepsi adalah kemampuan untuk membedakan, mengelompokkan, dan memfokuskan, kemudian menginterpretasikan (Sarwono, 2009: 85). Persepsi menurut Irwanto, dkk (1988: 55) adalah proses diterimanya rangsang suatu objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa sampai rangsang itu disadari dan dimengerti. Quinn (Sarwono, 2009: 93) mengatakan bahwa persepsi merupakan proses kombinasi dari hasil sensasi yang diterima oleh organ dan hasil interpretasinya. Daviddof (Walgito, 2004: 88), juga sependapat dengan Quinn yang mengatakan, bahwa individu menyadari yang diinderanya itu. Dengan persepsi individu akan menyadari keadaan di sekitarnya dan juga keadaan diri sendiri.

  Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa persepsi adalah tanggapan, pendapat dan penilaian seseorang terhadap suatu obyek baik orang, benda, peristiwa, tingkah laku atau hal lain yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Tanggapan, pendapat, atau penilaian tersebut diawali dengan proses seseorang menerima rangsang lewat indera yang kemudian dikelompokkan dan diinterpretasikan, sehingga orang yang bersangkutan menyadari dan memahami rangsang yang diterimanya.

B. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Persepsi

  Menurut Irwanto, dkk (1988) ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu:

1. Perhatian yang selektif

  Perhatian adalah proses konsentrasi pikiran atau pemusatan aktivitas mental. Perhatian melibatkan proses seleksi terhadap beberapa objek yang hadir pada saat yang bersangkutan, kemudian pada saat yang bersamaan pula seseorang memilih hanya satu objek, sementara objek-objek yang lain diabaikan. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang akan menerima rangsang dari lingkungannya. Apabila suatu rangsang mendapat perhatian semakin besar kesadarannya akan rangsang itu dan semakin besar pula kemungkinan orang yang bersangkutan menanggapinya. Semakin kecil perhatian seseorang, semakin kecil kesadarannya akan rangsang yang bersangkutan dan semakin kecil pula kemungkinan individu untuk menanggapinya.

  2. Sifat-sifat rangsang Rangsang yang bergerak akan lebih menarik perhatian bagi seseorang daripada rangsang yang diam. Seseorang akan menaruh perhatian pada rangsang yang ukurannya lebih besar daripada rangsang yang ukurannya kecil. Rangsang yang akan lebih mendapat perhatian seseorang adalah rangsang yang berlatar belakang kontras daripada yang berlatar belakang biasa. Rangsang yang akan lebih mendapat perhatian adalah rangsang yang intensitas rangsangnya paling kuat.

  3. Nilai-nilai dan kebutuhan individu Persepsi juga ditentukan oleh sejauh mana rangsang itu bernilai bagi seseorang dan sesuai dengan kebutuhannya. Nilai yang dianut dan kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan perbedaan persepsi. Walaupun rangsang yang dihadirkan pada dua orang sama, namun persepsi yang terjadi bisa jadi berbeda karena perbedaan nilai dan kebutuhannya. pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana orang mempersepsikan dunianya.

C. Pengertian Perilaku Asertif

  Sebagai makhluk yang tidak pernah dapat lepas berhubungan dengan orang lain, manusia menjalin komunikasi dalam kehidupan sehari-hari untuk menjalin relasi. Kebutuhan untuk berelasi tersebut ditunjukkan dalam bentuk komunikasi. Agar komunikasi dapat berjalan efektif, orang perlu mampu berperilaku asertif.

  Asertif berasal dari kata asing to assert yang artinya mengatakan dengan tegas. Menurut Cawwod (1997: 13), perilaku asertif adalah ekspresi yang langsung, jujur, dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan, kebutuhan, atau hak-hak pribadi tanpa kecemasan yang tidak beralasan. Adams dan Lenz (1995: 28) menyatakan bahwa berprilaku asertif berarti mengerti apa yang seseorang lakukan dan inginkan, menjelaskannya/mengungkapkannya pada orang lain, berusaha untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri sambil tetap menunjukkan hormat kepada orang lain. Taumbmann (l976) (Iriani:

  

http://rumah-optima.com ), menyatakan bahwa perilaku asertif adalah suatu

  pernyataan atau pengungkapan tentang perasaan, keinginan dan kebutuhan pribadi kepada orang lain dengan penuh percaya diri.. peristiwa tertentu. Menurut Connie Podesta (Ubaedy, 2008:102), berperilaku asertif adalah menjelaskan diri kita dengan cara yang tidak mengganggu orang lain.

  Stein dan Howard (2004:91), mengatakan bahwa orang yang asertif mampu mempertahankan pendapat sambil sekaligus tetap menghormati pandapat orang lain dan peka terhadap kebutuhannya. Orang yang asertif mampu bergaul dengan jujur dan langsung, apa adanya dan meminta bantuan pada orang lain bila membutuhkan. Orang yang asertif bersedia bekerja sama dan membantu orang lain yang membutuhkan. Orang yang asertif juga mampu menyelesaikan konflik dengan orang lain dengan cara yang memuaskan kedua belah pihak.

  Asertivitas adalah gaya dan model komunikasi yang sehat. Dengan menjadi asertif, kita memandang bahwa orang lain memiliki hak dan kebutuhan yang sama dengan diri kita. Oleh karena itu, orang yang asertif tidak hanya bertindak untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang lain.

  Menurut Hia (2004:10), asertivitas dapat membantu orang untuk berpikir positif tentang dirinya sendiri sebagai orang yang berharga dan menghargai serta menerima orang lain sebagaimana adanya. Asertivitas menunjukkan adanya kepercayaan diri dan rasa nyaman dalam mengekspresikan diri.

  Dari berbagai definisi yang telah disebut di atas, penulis menyimpulkan mengekspresikan perasaan dan pikiran secara terbuka, mempertahankan hak- hak pribadi dan menghormati hak-hak dan kebutuhan orang lain.

D. Aspek-Aspek Perilaku Asertif

  Alberti dan Emmons (1986:26) mengemukakan aspek-aspek yang terdapat dalam perilaku asertif, yaitu:

  1. Mengembangkan kesetaraan dalam hubungan antar manusia.

  Orang yang asertif adalah orang yang mampu menempatkan kedua belah pihak secara setara. Orang yang asertif mengembangkan kesetaraan dalam hubungan interpersonal sehingga pihak yang bersangkutan berdiri di atas dasar yang sama. Orang yang asertif beranggapan bahwa setiap orang mempunyai derajat yang sama, meskipun dalam hal tertentu memiliki kelebihan. Orang asertif dapat memahami kelebihannya dan kelebihan orang lain secara wajar. Mereka tidak merasa rendah diri karena kekurangannya dan tidak meremehkan orang lain karena kekurangannya.

  2. Memperjuangkan kepentingannya sendiri.

  Orang yang asertif adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk membuat keputusan bagi dirinya dan memahami dirinya sendiri. Ia juga mampu berinisiatif untuk memulai percakapan dengan orang lain dan mengorganisir kegiatannya. Ia mampu menetapkan tujuan bagi dirinya dan berusaha untuk mencapainya. Mereka bertindak sesuai dengan suara hati,

  3. Mengekspresikan perasaan secara terbuka.

  Orang yang asertif mampu mengekspresikan perasaan-perasaan mereka secara terbuka tanpa merasa cemas atau bersalah, baik perasaan yang positif maupun perasaan yang negatif. Orang yang asertif juga berani mengutarakan pendapatnya dengan jelas dan tepat. Perilaku asertif ditandai dengan adanya ekspresi yang jelas dan langsung. Orang yang asertif dapat mengungkapkan seluruh isi pikiran, perasaan, keyakinan dan nilai-nilai, serta kebutuhan kepada orang lain dengan spontan dan apa adanya.

  4. Mempertahankan hak-hak pribadi.

  Orang asertif berani mengatakan “tidak” untuk hal-hal yang merugikan atau tidak sesuai dengan keinginannya. Bila kita dapat mengatakan “tidak” secara bijak dan cerdik, kita dapat menciptakan hal yang kita inginkan, melindungi hal yang berharga bagi kita, dan mengubah hal yang tidak berfungsi, (Ury, 2007:33). Ia juga berani mengatakan “ya” secara terus terang untuk hal-hal yang sesuai dengan kepentingannya beserta alasannya mengatakan “ya”. Ia berani menanggapi kritik atau hinaan, serta mengekspresikan atau mempertahankan pendapat yang dianggapnya benar.

  5. Menghargai orang lain. komunikasi yang menyenangkan orang lain, seperti tidak mengancam, tidak melukai, dan tidak menguasai orang lain. Orang asertif mengungkapkan dirinya dengan tetap berlaku adil dan hormat terhadap orang lain. Ia memenuhi kebutuhannya tanpa merugikan orang lain. Orang yang asertif bersedia memberikan bantuan pada orang lain.

E. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perilaku Asertif

  Faktor-faktor yang menghambat perilaku asertif menurut Alberti dan Emmons (2002:7) adalah:

  1. Banyak orang tidak percaya bahwa mereka memiliki hak untuk bersikap asertif.

  2. Banyak orang sangat cemas atau takut untuk bersikap asertif.

  3. Banyak orang kurang terampil dalam mengekspesikan diri secara efektif.

  Aaron Beck (Alberti dan Emmons, 2002: 96-98) menjabarkan bahwa beberapa pola pikir yang menghambat orang berperilaku asertif, yaitu:

  1. Kecenderungan untuk berpikir kurang baik terhadap diri sendiri. (Konsep diri yang negatif)

  2. Kecenderungan untuk membesar-besarkan masalah.

  3. Sudut pandang egosentris tentang peristiwa-peristiwa dalam kehidupan.

  4. Keyakinan bahwa hidup ini kalau tidak begini, pasti begitu.

  Tingkat asertivitas yang dimiliki individu berbeda dengan individu yang lain. Menurut Rathus (Setyafi: www.setyafi.multiply.com ), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat asertivitas yaitu:

  1. Jenis kelamin Sejak anak-anak, pendidikan laki-laki dan perempuan telah dibedakan di masyarakat. Sejak kecil anak laki-laki telah dibiasakan berperilaku tegas dan kompetitif. Masyarakat mengajarkan bahwa asertif kurang sesuai untuk anak perempuan. Oleh karena itu tampak bahwa perempuan lebih bersikap pasif terutama terhadap hal-hal yang kurang berkenan di hatinya. Anak laki-laki tampak lebih asertif dibandingkan dengan perempuan.

  2. Kepribadian Dalam interaksi sosial, orang yang memiliki gambaran kepribadian yang positif akan berperilaku aktif. Orang yang berperilaku aktif adalah orang yang secara spontan mengutarakan apa yang ada pada dirinya, sehingga ia dapat dikatakan mampu berperilaku asertif. Sebaliknya, orang yang memiliki gambaran kepribadian yang negatif akan merasa malu, minder dan tidak bisa mengungkapkan dirinya secara penuh. Orang yang memiliki gambaran kepribadian yang negatif dapat dikatakan tidak dapat berperilaku asertif.

  3. Inteligensi intelegensi tinggi akan lebih asertif dibandingkan dengan orang yang memiliki intelegensi rendah.

4. Kebudayaan

  Perbedaan kebudayaan dengan berbagai macam tradisi mempengaruhi perilaku orang yang tinggal di dalamnya. Misalnya: budaya Jawa cenderung mengekang perilaku asertif. Budaya Jawa sangat menjunjung tinggi prinsip hormat dan prinsip kerukunan. Orang Jawa merasa sungkan apabila mengutarakan pendapat dan perasaannya pada orang lain, terutama perasaan negatif dan pendapat yang tidak sejalan dengan banyak orang untuk menghindari pertentangan. Hal ini mengakibatkan orang menjadi tidak jujur dengan perasaan dan keinginannya sendiri.

F. Manfaat Perilaku Asertif

  Manfaat perilaku asertif menurut Adams dan Lenz (1995:29-33), yaitu: 1.

  Memahami diri sendiri Perilaku asertif dapat membantu orang untuk menyampaikan ide kepada orang lain. Orang akan mengenali dirinya dengan cara bertindak lebih konkret sesuai apa yang dirasakan dan mampu mengungkapkan kebutuhannya pada orang lain, sehingga terbuka banyak kesempatan baginya untuk mengembangkan dirinya. masa lalu dan masa yang akan datang. Orang yang asertif senantiasa berjuang untuk mengungkapkan pikiran, perasaan dan kebutuhannya yang mengganggu.

  3. Kebutuhan pokok dapat terpenuhi Apabila orang mengetahui kebutuhan dan keinginan kita, ia akan lebih mampu dan bersedia bekerja sama dengan kita serta membantu memenuhi kebutuhan kita. Perilaku asertif memungkinkan kita memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok pada saat bantuan dan kerja sama dengan orang lain diperlukan.

  4. Menjadi pribadi yang lebih menarik Perilaku asertif akan membuat orang mampu memahami dirinya, sehingga ia merasa lebih percaya diri dalam menunjukkan kemampuannya. Orang akan lebih berani menampilkan diri apa adanya sehingga tidak perlu berpura-pura untuk menampilkan diri agar terlihat menarik.

  5. Harga diri bertambah Perilaku asertif dapat membantu orang untuk berani bersikap jujur dan terbuka terhadap orang lain, khususnya tentang ide-ide dan pokok- pokok persoalan penting bagi dirinya. Semakin berhasil berprilaku asertif, harga diri dan kepercayaan diri akan terus bertambah. timbulnya kesalahpahaman. Dengan semakin terbuka dan semakin mengenali dirinya, orang semakin lebih bertanggungjawab atas hidup dan pemenuhan kebutuhannya yang penting.

  7. Mencegah terjadinya keretakan hubungan Perilaku asertif membantu orang untuk terbuka pada perasaan dan keinginannya dan mampu mengungkapkannya pada orang lain.

  Menurut Stein dan Howard, ada beberapa manfaat perilaku asertif (Stein,2004:100), yaitu:

  1. Sikap asertif membuka kemungkinan baru dan bisa membuat orang memperoleh banyak teman dan mempengaruhi orang lain, sehingga orang mampu membina hubungan yang lebih akrab dan lebih jujur dengan orang lain.

  2. Dengan berperilaku asertif, orang lain akan merasa dihargai dan diterima, bukan diremehkan.

  3. Berperilaku asertif berarti kita harus selalu memikirkan orang lain dan reaksi mereka.

  Menurut Jay (2005: 95-105), manfaat bersikap asertif adalah: 1.

  Mampu mengekspresikan perasaan tanpa harus berkonfrontasi. Tidak ada pengekangan perasaan yang berlebihan, frustrasi, dan stres yang diakibatkan oleh sikap submisif (kepatuhan).

  3. Belajar mengemukakan ide, sehingga dapat mengemukakan pandangan dan perasaan dengan lebih mendalam.

  4. Memperoleh penghargaan diri atas ide-ide yang dikeluarkan.

  5. Mendapat reputasi sebagai orang yang enak diajak bekerja sama, sehingga orang lain ingin terus menjaga hubungan.

  6. Mendapatkan rasa hormat dari orang lain, sehingga hubungannya dengan orang lain juga akan semakin baik.

  7. Berani mengatakan “tidak” pada orang lain, sehingga merasa tidak direpotkan oleh orang lain.

  Dari beberapa manfaat yang dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat perilaku asertif adalah:

  1. Orang mampu bersikap jujur pada dirinya sendiri dalam mengungkapkan perasaan, pendapat, dan keinginannya tanpa ada rasa cemas.

  2. Orang mampu membina hubungan yang harmonis dengan orang lain.

  3. Orang merasa lebih dihargai, dicintai, dan diterima dalam hubungannya dengan orang lain.

  4. Orang lebih peka terhadap kebutuhannya dan kebutuhan orang lain dan berusaha untuk memenuhinya tanpa merugikan orang lain.

  5. Orang mampu bersikap tegas dalam menghadapi hal-hal yang tidak

  

G. Perilaku Asertif Siswa-Siswi SMP dan SMK dari Panti Asuhan

Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2010

  Hurlock (1994: 207) mengutarakan bahwa masa remaja merupakan masa perubahan. Lima perubahan yang dialami pada masa remaja yaitu, perubahan emosional, perubahan tubuh, perubahan minat dan peran, perubahan minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial, perubahan minat dan pola perilaku, dan menginginkan kebebasan.

  Masa remaja dianggap sebagai masa ketegangan, pada masa ini remaja mengalami perubahan emosional. Pada masa ini belum ada kestabilan emosional, ketidakstabilan ini membawa dampak pada perubahan perilaku remaja. Remaja cenderung berperilaku negatif, seperti mengancam, mudah marah, mudah menangis, dan menyindir orang lain.

  Siswa-siswi SMP dan SMK dari Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung berada pada masa remaja yang berusia 12-19 tahun.

  Pada masa ini, siswa-siswi sedang mengalami ketidakstabilan emosional. Hal ini membawa dampak pada perilaku mereka, seperti mudah tersinggung, mudah marah, suka menyindir, dan sering murung. Perilaku tersebut kurang baik apabila dilakukan pada saat berinteraksi dengan warga panti asuhan yang lain karena bisa jadi mengakibatkan timbulnya perselisihan. Oleh

H. Tinjauan Penelitian Lain yang Relevan

  Hariyanti (2001) mengadakan penelitian tentang asertivitas para mahasiswa keperawatan St. Vincentius a Paulo Surabaya tahun 2001. Jenis penelitian adalah pebelitian deskriptif. Jumlah populasi penelitian ini adalah 177 orang yang terdiri dari seluruh mahasiswa akademi keperawatan St.

  Vincentius a Paulo Surabaya tahun 2001 yang berusia 19-21 tahun. Alat pengumpul data adalah kuesioner. Hasil dari penelitian ini adalah perilaku asertif mahasiswa akademi keperawatan St. Vincentius a Paulo Surabaya tahun 2000/2001 perlu ditingkatkan.

  Ngindang (2002) mengadakan penelitian tentang tingkat asertivitas anak kelas I SMP-III SMU/K dari Panti Asuhan Sancta Maria Boro Kalibawang Yogyakarta tahun ajaran 2001/2002. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Jumlah populasi adalah 43 anak yang berada pada rentang usia 13-19 tahun. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam hal perilaku asertif tidak ada perbedaan yang signifikan antara anak Panti Asuhan Sancta Maria Boro Yogyakarta tahun 2001/2002 yang bersuku Jawa dan yang bersuku non-Jawa. Kemampuan mereka dalam perilaku asertif perlu ditingkatkan. Dalam pelatihan asertivitas tidak perlu dipisahkan anak yang bersuku Jawa dan yang bersuku non-Jawa. penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Jumlah populasi penelitian ini adalah 60 orang, yang terdiri dari para suster yunior dan medior SCMM Indonesia yang berusia maksimal 56 tahun. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner. Hasil penelitian ini adalah asertivitas sebagian besar suster yunior dan medior SCMM Indonesia tahun 2004 yang berdomisili di Sumatera Utara belum tinggi dan perlu ditingkatkan.

  Da Santo (2004) mengadakan penelitian tentang tingkat komunikasi asertif para suster medior Congregation Imitationis Jesu (CIJ) tahun 2004 dan implikasinya terhadap program pelatihan asertivitas. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 70 orang. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner. Hasil dari penelitian ini adalah komunikasi asertif sebagian besar suster medior CIJ tahun 2004 belum tinggi dan perlu ditingkatkan.

  Redong (2006) mengadakan penelitian tentang persepsi siswa-siswi SMK Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen Gunung Kidul Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006 tentang ketrampilan asertifnya dan implikasinya terhadap program bimbingan kelompok. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini adalah remaja penghuni Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen Gunung Kidul Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006 dengan jumlah 80 orang. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan jenis penelitian, subyek penelitian, alat pengumpul data, dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian. A. Jenis Penelitian

            Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan metode survei. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilaksanakan untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan (Furchan, 1982:415) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi anak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2010 tentang perilaku asertifnya.

B. Subjek Penelitian

  Pada penelitian ini, subjek yang diteliti adalah semua anak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung kelas I SMP sampai kelas III SMK yang berada pada rentang usia 12-19 tahun. Jadi penelitian ini termasuk penelitian populasi karena semua anggota populasi menjadi subjek penelitian, tidak ada sampel. Perincian subjek penelitian tertera pada Tabel 1.

  

Tabel 1

Rincian Siswa-Siswi SMP dan SMK Panti Asuhan Pangrekso Dalem

Bethlehem Temanggung Tahun 2010

  Tingkat Jumlah SMP 18 SMK 10

  Total

  28 C.

   Instrumen Penelitian

1. Alat Pengumpul Data

  Data tentang persepsi perilaku asertif anak Panti Asuhan diperoleh melalui kuesioner dalam bentuk skala asertivitas. Kuesioner yang digunakan disusun oleh peneliti dan telah dikonsultasikan pada dosen pembimbing skripsi dan ahli bahasa untuk mengkoreksi tata bahasa dan melihat kesesuaian butir-butir kuesioner dengan aspek-aspek perilaku asertif. Skala perilaku asertif ini terdiri dari item favorable dan item

  unfavorable yang dilengkapi dengan empat pilihan jawaban, yaitu sangat

  sering, sering, jarang dan sangat jarang. Kisi-kisi kuesioner disajikan dalam Tabel 2.

  Tabel 2 Kisi-Kisi Kuesioner Perilaku Asertif Sesudah Revisi/Uji Coba

  9 IV Mempertahankan hak-hak pribadi 24,31 (2)

  Untuk pernyataan positif (favorable), skor untuk jawaban sangat sering (SS)=4, sering (S)=3, jarang (J)=2, dan sangat jarang (SJ)=1 2)

  Penentuan Skor Penentuan skor dilakukan sebagai berikut: 1)

  56 Di bawah ini peneliti menyajikan beberapa hal yang berkaitan dengan instrumen penelitian: a.

  15 ∑

  42 (5)

  5,11,19,34,

  5 V Menghargai orang lain 10,18,25,33,37,3 8,43,44,50, 51 (10)

  9,23,32 (3)

  4,16,29 (3)

  No. Aspek-Aspek Perilaku Asertif Pernyataan Positif

  12 III Mengungkapkan perasaan dan pikiran secara terbuka 8,15,17,22,30,54 (6)

  14,28,41,56 (4)

  15 II Memperjuangkan kepentingannya sendiri 3,7,21,27,36, 40,48,49 ( 8)

  47 (5)

  2,13,26,46,

  I Mengembangkan kesetaraan dalam hubungan antar manusia 1,6,12,20,35, 39,45,52,53,55 (10)

  ∑

  Pernyataan Negatif

  Untuk pernyataan negatif (unfavorable), skor untuk jawaban sangat b.

  Aspek-Aspek Perilaku Asertif Aspek-aspek perilaku asertif yang diungkap dalam instrumen penelitian adalah:

1) Mengembangkan kesetaraan dalam hubungan antar manusia.

  Indikatornya: