DESKRIPSI KONSEP DIRI ANAK ASUH PANTI ASUHAN PANGREKSO DALEM ”BETHLEHEM” TEMANGGUNG TAHUN 20082009

  

DESKRIPSI KONSEP DIRI ANAK ASUH PANTI ASUHAN

PANGREKSO DALEM ”BETHLEHEM” TEMANGGUNG

  

TAHUN 2008/2009

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

  

Oleh :

Anastasia Samirah

  

NIM: 041114038

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2009

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

”Motif dasar bagi tugas kita sehari-hari dengan tepat sekali diungkapkan dalam kata-kata

pendiri kita, Ibu Seraphine: Jika kita tidak demi kasih kepada Tuhan dan demi keselamatan

sesama manusia, telah meninggalkan segala sesuatu dan telah bersedia mengorbankan tidak

hanya kesehatan tetapi bahkan hidup kita, serta menunaikan tugas-tugas kita, lalu untuk

tujuan apakah kita lakukan semuanya itu? ”

  

(Konstitusi Suster-Suster Amalkasih Darah Mulia No. 76)

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

 Kongregasi Suster-Suster Amalkasih Darah Mulia

sebagai tanda terimakasihku atas segala doa, perhatian, dukungan

yang telah kuterima selama ini.

   Semua sahabat di mana saja berada dan teman-temanku Program Bimbingan dan Konseling yang selalu mendukung dan memberikan semangat selama menjalani masa studi.

   Semua dosen yang mengajar dan membimbingku dengan setia dan penuh kesabaran, sehingga memotivasi diriku untuk bertekun hingga akhir.

  ABSTRAK DESKRIPSI KONSEP DIRI ANAK ASUH PANTI ASUHAN PANGREKSO DALEM ”BETHLEHEM” TEMANGGUNG TAHUN 2008/2009 Anastasia Samirah Universitas Sanata Dharma

  Yogyakarta, 2009 Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang konsep diri anak asuh usia remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2008/2009. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan survei. Populasi penelitian adalah semua anak asuh usia remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2008/2009. Jumlah anggota populasi 35 orang, yang terdiri dari 17 remaja putra dan 18 remaja putri.

  

Instrumen penelitian adalah kuesioner yang disusun oleh Pasao (1973). Instrumen

penelitian tersebut sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, tetapi masih ada beberapa item yang dimodifikasi menyangkut bahasa dan kejelasan isinya. Modifikasi juga dilakukan pada alternatif jawaban dari 5 menjadi 4 alternatif

jawaban. Jumlah item sebanyak 100 yang terdiri dari 10 faktor konsep diri, yaitu:

(1) faktor bukan saya, (2) emosi, (3) tujuan, (4) sikap, (5) hubungan keluarga,

(6) hubungan dengan teman, (7) identitas, (8) perasaan diri, (9) harga diri, dan

(10) kepercayaan diri.

  

Teknik analisis data yang ditempuh adalah perhitungan skor dengan

menggunakan rumus Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe I. Tingkat konsep diri digolongkan menjadi 5 kualifikasi, yaitu: ”sangat tinggi”, tinggi,” cukup”, rendah”, dan “sangat rendah”.

  

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: tidak ada anak (0%) yang memiliki

konse

p diri “sangat tinggi”, 5 anak (14%) memiliki konsep diri “tinggi”, 25 anak

(71%) memiliki konsep diri “cukup”, 4 anak (12%) memiliki konsep diri “rendah”, dan 1 anak (3%) memiliki konsep diri “sangat rendah”. Dapat disimpulkan bahwa konsep diri anak asuh usia remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2008/2009 masih kurang tinggi dan perlu ditingkatkan.

  ABSTRACT THE DESCRIPTION OF THE SELF-CONCEPT OF THE PROTEGE PANGREKSO DALEM “BETHLEHEM” ORPHANAGE TEMANGGUNG IN 2008/2009 Anastasia Samirah Sanata Dharma University

  Yogyakarta, 2009 The goal of this research was to get description about the self-concept of the protégé adolescent of Pangrekso Dalem Bethlehem Orphanage Temanggung in 2008/2009. This research was a descriptive research with a survey. The population was all adolescent proteges Pangrekso Dalem Bethlehem in 2008/2009. The population was all of the 35 proteges, that consists of 17 young women and 18 young men. The instrument of this research was a questionnaire written by Pasao (1973). The research instrument had been translated in Indonesia language, but there are some items which were still modifiying language and clarity of contens. The modifications have also made from 5 alternatives of answer into 4 alternatives of answer. This items consisted of 100 questions that has 10 self-concept factors, there are: (1) “not me”, (2) emotion, (3) aim, (4) attitude, (5) family relationship, (6) friendship (7) identity (8) self senses, (9) self-esteem, and (10) self-confidence. The data analysis technique used was the classification of self-concept level based on PAP I (Penilaian Acuan Patokan) type I.

  ” The level of self- concept was classified into 5 categories, namely :”very high”, ”high”, “enough”, “low”, and “very low”.

  The result of this research show that: research indicates that there is no children who has highest personality concept (0%), 5 children (14%) have high self-concept, 25 children (71%) have enough self-concept, have 4 children (12%) have “low” self- concept, and 1 children (3%) have very low self-concept. The conclusion is protégé adolescent self-concept of Pangrekso Dalem Orphanage Temanggung in 2008/2009 is not high enough and it needs to be increased.

KATA PENGANTAR

  Penulis mengucapkan syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa, atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

  Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Penulisan skripsi ini terwujud berkat bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak yang telah berkenan membimbing, membantu, dan memotivasi penulis.

  Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

  1. Ibu Dr. Maria Margareta Sri Hastuti, M. Si. selaku Ketua program Studi

Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan pengetahuan, pengalaman

yang berguna bagi penulis, dan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan

skripsi ini.

2. Bapak Drs.R.H.Dj.Sinurat, M.A. selaku pembimbing yang penuh kesabaran, pengertian, membimbing dan memotivasi saya dalam penulisan skripsi ini.

  3. Segenap Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta yang telah mendidik penulis selama studi, serta ilmu

yang telah diberikan kepada penulis yaitu: Bu Retha, Pak Fajar, Pak Wens,

Pak Sinurat, Pak Adi, Pak Tatung, Ibu Retno, Bu Maslichah, Pak Puji, Pak

Medi, Pak Masidjo, Romo Sigit SVD, Bu Setyandari, Dokter Lusi,

  

Pak Bambang, Bu Rishe, Bu Rika, Pak Wahana, Bu Nina, Romo Sudiarja SJ,

Pak Pratik, Sr. Milburga CB, Pak Chosa dan Pak Samana.

  4. Sr. Anita ADM, selaku Provinsial Kongregasi Suster-Suster Amalkasih Darah

Mulia dan Para Suster Dewan Provinsi Indonesia yang telah memberikan

kesempatan, kepercayaan, perhatian, dukungan sekaligus fasilitas yang

menunjang penulis dalam menjalankan tugas studi.

  5. Sr. Herwida ADM dan para suster komunitas Kotabaru, Sr. Christera ADM

dan para suster komunitas Jetis, serta para suster sekongregasi yang baik

secara langsung maupun tidak langsung telah mendoakan, memberikan

perhatian, dukungan dan bantuan dalam berbagai bentuk sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan.

  6. Teman-teman BK khususnya angkatan 2004 dan sahabat-sahabatku yang telah memberikan dukungan dan perhatian selama studi.

  7. Fr. Paulus Panji Keban, CMM dan Sdr. Agung Tri Bawono yang selalu memberikan semangat dan membantu dalam penulisan skripsi ini.

  

8. Br. Marcel FIC selaku Pimpinan Panti Asuhan Sancta Maria Boro dan

Sr. Gracia OSF selaku Pimpinan Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro yang telah

memberikan izin untuk mengujicoba alat penelitian.

  9. Sr. Krista PI selaku pimpinan Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung yang mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian.

  

10. Para remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung atas

kesediannya dalam pengisian kuesioner Konsep Diri Anak Asuh.

  

11. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk belajar.

  

12. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah

meminjamkan buku-buku yang mendukung dalam penulisan skripsi ini.

  

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan

dapat digunakan sebagaimana mestinya.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................ iv ABSTRAK BAHASA INDONESIA ............................................................ v ABSTRACT BAHASA INGGRIS .................................................................... vi KATA PENGANTAR.................................................................................... vii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................... x HALAMAN PERNYATAAN........................................................................ xi DAFTAR ISI................................................................................................... xii DAFTAR TABEL........................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xv BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah......................................................................

  1 B. Rumusan Masalah...............................................................................

  5 C. Tujuan Penelitian................................................................................

  5 D. Manfaat Penelitian..............................................................................

  5 E. Definisi Operasional........................................................................... 6 BAB II. KAJIAN PUSTAKA ......................................................................

  8 A. Arti dan Jenis Konsep diri..................................................................

  8

  1. Arti Konsep Diri........................................................................... 8 2. Jenis Konsep Diri.........................................................................

  9 B. Perkembangan Konsep diri ...............................................................

  11 C. Faktor-Faktor Konsep Diri ................................................................

  12 D. Konsep Diri Remaja...........................................................................

  16 E. Tinjauan Penelitian Lain yang Relevan.............................................

  16

  F. Cara-cara Mengembangkan Konsep Diri Positif .............................. 17 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .....................................................

  21 A. Jenis Penelitian ..................................................................................

  21 B. Subyek Penelitian ..............................................................................

  21 C. Instrumen Penelitian...........................................................................

  22

  1. Skala penilaian konsep diri .................................................... 24 2. Sebaran Item Skala Penilaian Konsep Diri.............................

  24 3. Skor Skala Penilaian Konsep Diri ..........................................

  25

  4. Validitas dan Reliabilitas......................................................... 25 D. Prosedur Pengumpulan Data ..............................................................

  31 E. Tehnik Analisis Data............................................................................

  34 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………….. 36 A. Konsep Diri Anak AsuhPanti Asuhan Pangrekso Dalem

Bethlehem Temanggung Tahun 2008/2009 ......................................

  36 B. Pembahasan Hasil Penelitian 37 ……………………………………….

  BAB V. PENUTUP ......................................................................................

  41 A. Kesimpulan ........................................................................................

  41 B. Saran...................................................................................................

  41 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

  44 LAMPIRAN ..................................................................................................

  46

  

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Faktor Skala Penilaian Konsep Diri .................................................

  23 Tabel 2. Sebaran Item Positif dan Negatif .................................................... 25 Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Validitas .......................................

  27 Tabel 4. Daftar Indeks Korelasi Reliabilitas..................................................

  28 Tabel 5. Penggolongan Konsep Diri Berdasarkan PAP I..............................

  35 Tabel 6. Penggolongan Konsep Diri Anak Asuh Usia Remaja Di Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung Tahun 2008/2009..............................................................................

  37

  

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Tabulasi Skor-skor Uji Coba .....................................................

  46 Lampiran 2. Hasil Perhitungan Taraf Validitas .............................................. 52 Lampiran 3. Hasil Perhitungan Reliabilitas....................................................

  56 Lampiran 4. Tabulasi Skor-skor Penelitian ...................................................

  57 Lampiran 5. Deskripsi Konsep Diri Anak Asuh Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung ................................

  60 Lampiran 6. Surat Ijin Uji Coba ....................................................................

  61 Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian ..................................................................

  63 Lampiran 8. Surat Ijin Telah Melaksanakan Penelitian.................................

  64

BAB I PENDAHULUAN Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan anak-anak di Panti Asuhan pada umumnya unik dan sangat

  

bervariasi. Latar belakang mereka berbeda, dan umurnya bervariasi mulai dari

balita sampai remaja. Sebagian besar anak asuh Panti Asuhan Pangrekso

Dalem Bethlehem Temanggung adalah remaja; jumlahnya 35 orang; remaja

putra 17 dan remaja putri 18.

  

Masa remaja dikenal sebagai masa mencari jati diri dan merupakan masa

peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa (Ali & Asrori, 2005: 9).

  

Dalam pencarian jati diri seorang remaja ingin mengetahui gambaran dirinya

secara lebih utuh. Perjalanan untuk pencarian identitas diri tersebut bukan

merupakan proses yang langsung jadi, melainkan sebuah proses

berkesinambungan. Cara seseorang memandang dirinya mewarnai pemikiran,

emosi, perilaku dan kebahagiaan hidup secara keseluruhan (Centi, 2006: 25).

Fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa

yang amat potensial baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik

(Ali & Asrori, 2005: 10). Pada fase tersebut remaja ingin mengaktualisasikan

dirinya secara optimal. Konsep diri sangat perlu bagi remaja untuk dapat

mengaktualisasikan diri dalam kehidupannya. Gunarso (1986: 244)

  

berpendapat bahwa pada masa remaja begitu banyak tekanan-tekanan sosial

yang dialami seseorang dan berpengaruh secara signifikan terhadap

perkembangan konsep dirinya.

Konsep diri adalah keseluruhan pandangan, gambaran, keyakinan dan

penilaian orang tentang dirinya. Menurut Surya (2007: 4) konsep diri menjadi

bagian penting dari perkembangan kepribadian anak, sebagai penentu sikap

dan tingkah laku. Pudjijogyanti (1985: 4) juga memiliki pendapat yang sama

bahwa konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku

individu. Bagaimana individu memandang dirinya akan tampak dalam seluruh

perilakunya. Apabila seseorang memiliki konsep diri yang positif, maka akan

terbentuk penghargaan yang tinggi pula terhadap diri sendiri (Susana,dkk,

2007: 19). Ia akan berusaha dan berjuang untuk semakin mengaktualisasikan

dirinya secara optimal. Orang yang memiliki konsep diri yang negatif menilai

dirinya secara negatif.

Anak asuh yang pada umumnya berusia remaja di Panti Asuhan

Pangrekso Dalem Temanggung kurang atau mungkin tidak mendapatkan

pengajaran dari orang tua tentang pengembangan dirinya. Para pengasuh

yang dianggap sebagai pengganti orang tua, memiliki kemampuan terbatas

dalam memberikan bantuan yang tepat untuk pengembangan konsep diri,

karena pada umumnya para pengasuh lulusan SMA. Menurut Gunarso (1986:

238), konsep diri terbentuk berdasarkan persepsi seseorang mengenai sikap-

sikap orang lain terhadap dirinya.

  

Konsep diri memiliki peranan yang penting dalam kehidupan. Oleh karena

itu para penanggungjawab Panti Asuhan dan para pengasuh perlu mengetahui

konsep diri anak asuh Panti Asuhan. Dengan mengetahui konsep diri mereka

dapat membantu anak-anak dalam mengembangkan konsep dirinya ke arah

yang lebih positif.

Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan atau herediter tetapi dibentuk

oleh pengalaman hidup. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan

konsep diri remaja Panti Asuhan antara lain: anak asuh berasal dari keluarga

yang kurang harmonis dan ekonomi lemah, anak asuh belum mampu

mengolah pengalaman masa lalunya, perlakuan para pengasuh, teman-teman

dan orang lain yang berpengaruh bagi mereka.

  

Anak-anak remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temanggung pada

umumnya berasal dari lingkungan keluarga yang mengalami permasalahan.

  

Antara lain anak-anak yang berasal dari keluarga broken home, sehingga

orang tua memilih untuk menitipkan anaknya di Panti Asuhan, anak-anak

terlantar yang tidak diketahui siapa orang tuanya, anak-anak korban pelecehan

seksual, anak-anak dari keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi dan ada

juga anak-anak korban gempa di Nias. Masalah-masalah yang dialami dapat

menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan mereka tidak utuh dan optimal

khususnya dalam hal konsep diri yang merupakan inti kepribadian.

Di Panti Asuhan, para penanggungjawab dan pengasuh diharapkan dapat

membantu anak-anak menemukan dan menumbuhkan konsep diri yang

  

positif, antara lain dengan perlakuan yang positif kepada anak-anak baik lewat

kata-kata, sikap maupun tindakan terhadap mereka.

  

Dari hasil pengamatan di Panti asuhan Pangrekso Dalem timbul kesan

bahwa konsep diri anak asuh pada umumnya negatif. Mereka perlu

didampingi agar memiliki konsep diri yang positif. Tetapi pada kenyataannya,

para pengasuh kurang memiliki pemahaman yang tepat mengenai konsep diri

dan pengembangannya. Hal ini dapat dilihat dari cara para pengasuh

memperlakukan anak-anak; sikap, kata-kata, dan tindakan mereka sering

kurang tepat. Misalnya anak-anak balita yang tidak mau makan atau

melakukan kesalahan dihukum dengan memasukkannya dalam kamar mandi,

disiram air dingin atau dibentak dengan kata-kata yang bernada keras.

Perlakuan yang tidak tepat terhadap anak-anak tentu saja sangat berpengaruh

pada konsep diri anak. Sebagian besar mereka tinggal di Panti Asuhan sejak

kecil. Menurut pengamatan, ada anak-anak yang kurang percaya diri, kurang

spontan untuk mengungkapkan pendapatnya, banyak diam ketika makan

bersama, mudah tersinggung bila diberi masukan.

Berdasarkan kesan atau pengalaman di atas, perlulah dilakukan suatu studi

tentang konsep diri anak asuh yang berusia remaja di Panti Asuhan Pangrekso

Dalem Bethlehem Temanggung. Penelitian perlu dilakukan untuk memastikan

apakah dugaan peneliti benar bahwa sebagian anak asuh memiliki konsep diri

negatif . Bila konsep diri mereka pada umumnya negatif perlulah dilakukan

upaya-upaya untuk mengembangkan konsep diri yang positif.

  B. Rumusan Masalah Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang konsep diri anak asuh usia remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem

  

Temanggung tahun 2008/2009. Secara spesifik masalah yang diteliti adalah:

Bagaimanakah konsep diri anak asuh usia remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2008/2009?

  C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: Mengetahui gambaran tentang konsep diri anak asuh usia remaja di Panti

  Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2008/2009.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Bagi para penanggungjawab dan pengasuh Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung a. Penelitian ini dapat memberi gambaran mengenai konsep diri remaja di Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun

  2008/2009.

  b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi para pengasuh dalam memberikan pendampingan yang tepat bagi anak asuh sehingga konsep diri mereka berkembang secara positif.

c. Penelitian ini dapat membantu mengembangkan program pengembangan konsep diri anak asuh Panti Asuhan.

  2. Bagi anak Panti Asuhan Anak asuh Panti Asuhan dapat memperoleh pelayanan yang sesuai untuk mengembangkan konsep dirinya secara positif.

  3. Bagi peneliti lain Hasil penelitian ini dapat merangsang penelitian lain untuk mengkaji topik yang berkaitan dengan konsep diri.

4. Bagi peneliti

a. Penelitian ini merupakan kesempatan untuk berlatih meneliti dan menyusun karya ilmiah tentang konsep diri.

  b. Peneliti dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bekal dalam tugas perutusan, baik dalam karya pendidikan, pastoral, sosial maupun pembinaan di novisiat E.

   Definisi Operasional

  1. Konsep diri Konsep diri (self-concept) adalah keseluruhan gambaran/ pandangan/ keyakinan dan penghargaan/ perasaan seseorang tentang dirinya sendiri seperti yang dimaksudkan dalam butir-butir alat yang digunakan dalam penelitian ini. Konsep diri yang dimaksud dalam skripsi ini mencakup 10 aspek/ faktor yang meliputi: faktor bukan saya, emosi, tujuan, sikap, hubungan keluarga, hubungan dengan teman, identitas, perasaan diri, harga diri, dan kepercayaan diri. Konsep diri tersebut ditunjukkan dengan skor yang diperoleh individu dalam menjawab Skala Penilaian Konsep

  Diri. Konsep diri digolongkan menjadi 2 macam yaitu konsep diri yang positif/tinggi dan konsep diri yang negatif/rendah

  2. Remaja Panti Asuhan Remaja Panti Asuhan yang dimaksud dalam penelitian adalah para anak asuh Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung yang berusia 12-19 tahun.

  3. Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temangggung Panti Asuhan ini adalah salah satu Panti Asuhan di Jawa Tengah yang dikelola oleh Para suster Penyelenggaraan Ilahi ( PI), yang beralamat: di Jln. Jendral Sudirman no. 53, Temanggung

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini disajikan hasil kajian pustaka mengenai beberapa hal yang dapat

  

memperjelas topik penelitian. Dalam bab ini penulis menjelaskan: arti, jenis dan

perkembangan konsep diri, faktor-faktor konsep diri, konsep diri remaja, tinjauan

penelitian yang relevan, cara-cara mengembangkan konsep diri positif.

A. Arti dan Jenis Konsep Diri

  1. Arti konsep diri Arti konsep diri dirumuskan secara berbeda-beda. Menurut Surya (2007: 3) konsep diri adalah gambaran, cara pandang, keyakinan, pemikiran, perasaan terhadap apa yang dimiliki orang tentang dirinya sendiri meliputi kemampuan, karakter, sikap, perasaan, kebutuhan, tujuan hidup dan penampilan diri. Menurut Sinurat (1993: 1) konsep diri (self-concept) adalah keseluruhan gambaran/ pandangan/ keyakinan dan penghargaan/ perasaan seseorang tentang dirinya sendiri. Thantawy (2005: 61) menjelaskan bahwa konsep diri merupakan gambaran deskriptif dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri, bagaimana ia mempersepsikan dirinya sendiri, di mana diri menjadi subyek dan menjadi obyek sekaligus. Pendapat ahli lain yang hampir sama dengan pendapat di atas adalah pendapat Centi (2002: 9) yang menyatakan bahwa konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri, bagaimana seseorang melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana seseorang merasa tentang diri sendiri dan menjadi manusia yang diinginkan dan diharapkan.

  

Berdasarkan pendapat para ahli di atas penulis menyimpulkan bahwa (self-

concept) adalah keseluruhan gambaran/ pandangan/ keyakinan dan

penghargaan/ perasaan seseorang tentang dirinya sendiri. Kesimpulan

tersebut sejalan dengan pendapat Pasao pada catatan jurnalnya (Journal

Sociology of Education 1978: 272) yang mengikuti pada teori Allport bahwa

konsep diri adalah keseluruhan pandangan, gambaran, dan keyakinan

seseorang tentang dirinya sendiri (Yulianti 2002: 9).

  2. Jenis konsep diri

Konsep diri dapat digolongkan menjadi dua yaitu konsep diri positif atau

tinggi dan konsep diri negatif atau rendah.

  a. Konsep diri positif Konsep diri positif sinonim dengan konsep diri tinggi. Menurut Burns (1993: 72) konsep diri positif/ tinggi menunjukkan adanya pandangan dan pemikiran tentang diri yang positif, penghargaan diri yang positif, perasaan harga diri yang positif, penerimaan diri yang positif. Coopersmith (Partosuwido, 1992) mengemukakan bahwa karakteristik remaja yang konsep dirinya positif antara lain: bebas mengemukakan pendapat, cenderung memiliki motivasi tinggi untuk mencapai prestasi, mampu mengaktualisasikan potensinya, dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannyangsaku.com).

  Jadi ciri-ciri individu yang memiliki konsep diri yang positif/ tinggi antara lain: mampu mengevaluasi dirinya secara positif, menghargai diri secara positif, menerima diri apa adanya, bebas mengemukakan pendapat, memiliki motivasi tinggi untuk mencapai prestasi, mampu mengaktualisasikan potensinya, dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya

b. Konsep diri negatif Konsep diri negatif sinonim dengan konsep diri rendah.

  Menurut Burns (1993: 72) orang yang konsep dirinya negatif/ rendah mengevaluasi dirinya secara negatif, membenci diri, merasa rendah diri, kurang menghargai dan menerima diri. Coopersmith (Partosuwido, 1992) menyebutkan ciri-ciri individu yang memiliki konsep diri negatif sebagai berikut: mempunyai perasaan tidak aman, kurang menerima dirinya sendiri, memiliki harga diri yang rendah. bangsaku.com). Menurut Centi (2006: 26) konsep diri negatif memiliki beberapa ciri antara lain: cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal yang negatif dalam dirinya, membuat perbandingan dengan orang lain, suka mengingat hal-hal yang meneguhkan perasaan tak berharga, cenderung dibayangi oleh kegagalan. Dari pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri individu yang memiliki konsep diri negatif/ rendah adalah: mengevaluasi diri secara negatif, membenci diri, kurang menerima diri, merasa rendah diri, merasa tidak aman, membuat perbandingan dengan orang lain, merasa tidak berharga, cenderung dibayangi oleh kegagalan.

B. Perkembangan Konsep Diri

  Konsep diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang dipelajari dan terbentuk dari pengalaman individu dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam interaksinya dengan orang lain setiap individu akan menerima tanggapan. Tanggapan yang diberikan akan dijadikan oleh individu yang bersangkutan sebagai cermin untuk menilai dan memandang dirinya sendiri. Jadi konsep diri terbentuk karena umpan balik dari individu lain (Pudjijogyanti 1985: 12). Arini (Susana, dkk 2007: 26) berpendapat bahwa konsep diri anak berkembang dari hasil interaksi dengan lingkungan. Lingkungan yang baik akan membentuk konsep diri positif bagi anak. Lingkungan yang pertama tempat anak berinteraksi adalah keluarga, terutama orang tua atau pengganti orang tua. Interaksi dengan orang tua memberikan dasar untuk konsep diri anak. Jika anak ditolak atau diabaikan, maka terbentuklah dasar rasa penolakan terhadap diri. Menurut Pudjijogyanti (1985: 31) konsep diri yang positif dapat tercipta apabila kondisi keluarga ditandai dengan integritas dan tenggang rasa yang tinggi antar anggota keluarga. Peran orang tua dalam pembentukan konsep diri anak sangat besar.

  

Panti Asuhan sebagai tempat tinggal bagi anak-anak terlantar merupakan

lingkungan di luar keluarga, tetapi memiliki peran seperti keluarga. Para

pengasuh sebagai pendidik yang menggantikan peran orang tua menentukan

perkembangan konsep diri anak. Jika anak dihargai, dicintai, diterima dan

diperlakukan secara baik maka anak akan memperkembangkan konsep diri

yang positif. Sebaliknya jika anak diremehkan, tidak dihargai, diperlakukan dengan keras, anak akan memiliki konsep diri yang negatif.

Konsep diri akan berubah sejalan dengan pertambahan usia, peningkatan

pendidikan, perubahan/pergantian lingkungan hidup, pergantian atau

perjumpaan dengan orang-orang yang punya pengaruh secara signifikan dalam

kehidupan. Jadi konsep diri mempunyai sifat yang dinamis, artinya selalu

mengalami perubahan.

C. Faktor-faktor/Aspek-Aspek Konsep Diri

  Menurut Pasao (Yulianti 2002: 12) ada 10 faktor konsep diri. Faktor-faktor yang dimaksud Pasao adalah aspek-aspek konsep diri yang terdiri dari:

  1. Faktor ”bukan saya” Faktor “bukan saya” merupakan kesadaran individu akan perbedaan antara dirinya yang ingin dimiliki, dengan diri yang sebenarnya. Individu menyadari nilai-nilai positif yang mau diwujudkannya, tetapi pada kenyataannya yang terjadi justru hal yang negatif. Dengan demikian individu semakin melihat kelebihan dan kelemahan yang dimilikinya, dan dapat mengenali siapa dirinya yang sebenarnya.

2. Faktor emosi Faktor emosi ini lebih mengarah pada kestabilan emosi seseorang.

  Kestabilan emosi menunjukkan adanya kemampuan individu untuk mengungkapkan emosionalnya secara proporsional, mampu mengendalikan emosinya dan berusaha mengolahnya sehingga mampu mengatasi kegagalan yang dialaminya, mampu berperilaku positif dalam menghadapi permasalahan yang dialami dan mampu berinteraksi secara baik dengan orang lain. Cara individu mengekspresikan emosi akan dinilai orang lain. Penilaian dari orang lain menjadi dasar untuk menilai dirinya sendiri.

  3. Faktor tujuan Faktor tujuan merupakan kemampuan individu untuk menentukan tujuan hidupnya secara jelas dan mantap serta berusaha untuk mencapai tujuan hidupnya. Tujuan hidup yang diperjuangkan adalah mencakup tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan. Tugas perkembangan individu ada yang dapat dicapai dalam waktu yang tidak terlalu lama (tujuan jangka pendek) dan ada yang pencapaiannya membutuhkan waktu yang agak lama (tujuan jangka panjang).

  4. Faktor sikap Sikap adalah kecenderungan atau kesiapan seseorang untuk bereaksi, bertindak menurut cara tertentu terhadap sesuatu obyek baik manusia maupun bukan manusia. Jadi faktor sikap yaitu kemampuan individu untuk memiliki sikap hidup yang tepat/positif terhadap diri, orang lain maupun situasi yang terjadi.

  5. Faktor hubungan keluarga Faktor hubungan keluarga merupakan hubungan antara ayah, ibu sebagai orang tua dan kakak, adik, sebagai saudara yang dapat menimbulkan rasa

cinta satu sama lain karena adanya ikatan darah atau tali persaudaraan.

  Kondisi keluarga yang harmonis dapat menyebabkan anak memiliki konsep diri yang tinggi/positif, sedang kondisi keluarga yang tidak harmonis menyebabkan anak memiliki konsep diri yang rendah/negatif.

  6. Faktor hubungan dengan teman Faktor hubungan dengan teman yang lebih dikenal sebagai hubungan interpersonal ialah interaksi yang dilakukan individu dengan lingkungan sosialnya. Dalam berhubungan dengan orang lain, orang lain dipandang sebagai teman biasa atau sebagai sahabat. Anak yang diterima oleh teman sebayanya akan merasa percaya diri dan lebih banyak teman, sedang anak yang kurang diterima oleh teman sebayanya akan menarik diri dari pergaulan.

  7. Faktor identitas Identitas merupakan ciri khas yang dimiliki oleh setiap individu yang membedakannya dengan individu lain. Faktor identitas yaitu kemampuan individu untuk memiliki dan membentuk gambaran mengenai dirinya sendiri. Individu mulai membedakan dirinya dengan orang lain berdasarkan nama yang dimiliki, tanggal dan tempat kelahiran, jenjang pendidikan, penampilan fisik, cara berpakaian, dan sebagainya.

  8. Faktor perasaan diri Faktor perasaan diri adalah perasaan yang dialami individu terhadap diri sendiri. Pengembangan perasaan diri pada usia remaja bersifat aktif serta partisipatif terhadap lingkungan sekitarnya. Artinya individu secara aktif dan partisipatif berusaha mengembangkan diri dengan menggunakan segala sarana yang ada di lingkungan sekitarnya. Setiap aktivitas yang dilakukan oleh individu akan membentuk perasaan pada diri individu. Kalau individu memiliki perasaan tanpa arti, maka dalam dirinya akan terbentuk perasaan negatif terhadap dirinya.

  9. Faktor harga diri Faktor harga diri ialah penghargaan yang diberikan oleh individu terhadap dirinya sendiri. Harga diri tercermin dalam pemahaman dan penerimaannya terhadap dirinya sendiri.

  10. Faktor kepercayaan diri Faktor kepercayaan diri menunjukkan seberapa besar keyakinan individu sendiri bahwa dirinya mampu melakukan sesuatu atau bertindak dengan berhasil. Semakin positif konsep diri yang dimiliki akan semakin kuat rasa percaya dirinya. Sebaliknya semakin negatif konsep diri yang dimiliki akan semakin lemah rasa percaya dirinya.

  D. Konsep Diri Remaja Konsep diri berkembang seiring dengan pertumbuhan yang dialami oleh individu. Menurut Gunarso (1986: 236) begitu banyak perubahan yang terjadi pada seorang anak ketika usianya mulai memasuki jenjang remaja. Masa remaja merupakan saat yang penuh dengan berbagai macam perubahan dan terkadang merupakan masa yang tersulit dalam kehidupan sebelum memasuki dunia kedewasaan. Menurut Pudjijogyanti (1993: 42) perubahan-perubahan pada masa remaja diawali dengan perubahan fisik yaitu berkembangnya tanda-tanda kelamin sekunder; tanda-tada kelamin sekunder ini antara lain menimbulkan perasaan aneh dan berbeda dengan orang lain. Perasaan tersebut menimbulkan ketidakpuasan dengan dirinya. Situasi ini sangat

mempengaruhi pembentukan citra fisiknya yang menjadi dasar konsep diri.

   E. Tinjauan Penelitian Lain yang Relevan Nurwaningsih (2005) mengadakan penelitian tentang konsep diri anak Putra panti Asuhan Sancta Maria dan anak Putri Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro tahun ajaran 2004/2005. Jenis penelitiannya adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah anak-anak Panti Asuhan Putra dan Putri yang berumur 8-16 tahun. Jumlah populasi 43 orang yang terdiri dari 17 anak putra dan 26 anak putri. Instrumen penelitiannya ada lah adaptasi ”Piers- Harris Children’s Self Concept Scale” dengan item sebanyak 80. Tehnik analisis data yang digunakan adalah Penilian Acuan Patokan I ( PAP I).

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa 5 anak memiliki konsep diri sedang, 7 anak memiliki konsep diri rendah, 31 anak memiliki konsep diri sangat rendah. Tidak ada anak yang konsep dirinya berkualifikasi agak tinggi dan tinggi. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara konsep diri anak putra Panti Asuhan Sancta Maria dan anak putri Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro pada tahun ajaran 2004/ 2005.

  Raimundawati (2005) mengadakan penelitian tentang konsep diri siswa kelas II SMA Stella Duce Bantul Yogyakarta. Jenis penelitiannya adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah semua siswa kelas II SMA Stella Duce Bantul Yogyakarta tahun ajaran 2004/2005. Jumlah populasi 63 orang. Instrumen penelitiannya adalah kuesioner yang disusun penulis sendiri dengan memodifikasi kuesioner yang disusun Pasao (1973) dengan 96 butir pertanyaan. Tehnik analisis data yang digunakan adalah Penilaian Acuan Patokan I ( PAP I). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang memiliki konsep diri ”sangat tinggi”, 11 orang memiliki konsep diri yang “tinggi”, 48 orang memiliki konsep diri ”kurang tinggi”, 4 o rang memiliki konsep diri “rendah”, dan tidak ada siswa yang memiliki konsep diri yang “sangat rendah”.

F. Cara-cara Mengembangkan Konsep Diri Positif

  1. Usaha individu yang bersangkutan Untuk mengembangkan konsep diri yang sehat dan positif individu dapat melakukan berbagai usaha, antara lain ( Centi 2002: 70): a. Belajar tentang diri sendiri

Setiap individu perlu belajar tentang diri sendiri. Belajar tentang diri

sendiri berarti belajar dari pengalaman hidup baik berhasil atau gagal. Individu perlu menyadari bahwa pengalaman keberhasilan maupun kegagalan dapat menjadi guru yang baik untuk mengembangkan diri.

  b. Mengembangkan kemampuan Setiap orang perlu mengembangkan kemampuan atau potensinya seutuhnya dan seoptimal mungkin. Dalam mengembangkan potensinya, individu perlu menyadari hal-hal yang positif dalam dirinya dan berusaha mengatasi segi-segi negatifnya.

  c. Menerima diri apa adanya Setiap pribadi perlu menyadari bahwa dirinya mempunyai kelebihan dan kekurangan. Orang perlu menerima diri apa adanya. Dengan menerima diri apa adanya, seseorang tidak cepat putus asa tetapi berusaha memperbaiki, memperkembangkan dan menyempurnakan diri.

2. Usaha orang tua Konsep diri anak berkembang dari hasil interaksi dengan lingkungan.

  Orang tua memiliki peranan yang penting untuk perkembangan konsep diri anak. Para pengasuh anak Panti Asuhan yang menggantikan peran orang tua, perlu mengetahui dan melakukan berbagai usaha untuk mengembangkan konsep diri positif pada anak, antara lain (Susana, dkk 2007: 28) : a. Menerima anak apa adanya Menerima anak apa adanya dengan segala kelebihan dan kekurangannya tanpa syarat. Dengan demikian anak juga akan dapat menerima dirinya.

  b. Menunjukkan harapan yang realistis Orang tua perlu memperlakukan anak dengan memperhatikan kondisi/ kemampuan yang dimiliki anak. Orang tua tidak dapat menuntut anak di luar kemampuannya. Misalnya orang tua selalu menuntut anaknya selalu rangking pertama di kelas. Kalau anak tidak mampu memenuhi tuntutan orang tua, anak merasa dirinya gagal atau bodoh. Harapan yang realistis akan memungkinkan anak berhasil dan konsep diri anak akan terpengaruh secara positif.

  c. Tidak otoriter pada anak Sikap otoriter pada anak dapat mengakibatkan anak merasa tidak bisa apa-apa. Maka orang tua perlu memberi kebebasan pada anak dalam mengembangkan dirinya tetapi perlu didampingi.

  d. Tidak memberi label/ cap pada anak Label/cap yang diberikan akan membuat anak berperilaku sesuai dengan label yang diberikan. Lebih baik orang tua membantu anak mengevaluasi sebab-sebab kegagalan perilaku tertentu sehingga anak belajar mengkaji usaha yang telah dilakukan, mengetahui kelebihan dan keterbatasannya.

  3. Usaha pendidik/ konselor Menurut Sinurat (1993: 3) ada berbagai usaha yang dapat dilakukan oleh para pendidik khususnya konselor untuk mengembangkan konsep diri positif: a. Menjadi konselor yang memiliki konsep diri yang positif, sehingga dapat membantu anak mengembangkan konsep diri yang positif.

  Dengan berbekalkan konsep diri yang positif, cara konselor memperlakukan anak akan cenderung positif.

  b. Menjadi konselor yang bersikap membesarkan hati orang lain (becoming a reinforcing person).