KHAZANAH NASKAH SYA RIYYAH DI DUNIA MELAYU-INDONESIA: DESKRIPSI BEBERAPA NASKAH SUMBER

BAB 3 KHAZANAH NASKAH SYA$ $  RIYYAH DI DUNIA MELAYU-INDONESIA: DESKRIPSI BEBERAPA NASKAH SUMBER Seperti telah dikemukakan, naskah-naskah yang berisi tentang ajaran

  tarekat Sya‹‹Œ riyyah banyak dijumpai dalam berbagai kelompok bahasa, 1 meliputi bahasa Arab, Melayu, Jawa, Sunda, dan lain-lain. Selain itu, rumusan doktrin dan tata cara zikir tarekat Sya‹‹Œ riyyah juga terdapat dalam sejumlah sumber Arab yang tidak ditulis di dunia Melayu- Indonesia. Hal ini mudah dipahami mengingat tokoh-tokoh utama tarekat ini, seperti tampak dalam pembahasan sebelumnya, merupakan ulama- ulama yang memapankan karier keilmuannya di Makkah dan Madinah (Haramayn).

  Bab ini akan mengemukakan pemerian atas beberapa naskah 2 Sya‹‹Œ riyyah dalam bahasa Arab, Melayu dan Jawa periode awal yang pada periode berikutnya sering dijadikan rujukan, baik oleh para penganut tarekat Sya‹‹Œ riyyah sendiri maupun oleh para sarjana yang berminat melakukan penelitian atas berbagai ajaran dan ritual tarekat ini.

  Oleh karenanya, penulis mengelompokkan naskah-naskah berikut sebagai naskah-naskah sumber.

  Khusus untuk kelompok naskah Arab dan Melayu, dalam penelitian ini —seperti tampak dalam pembahasan bab-bab berikut— akan dijadikan sebagai landasan untuk menganalisis naskah-naskah Sya‹‹Œ riyyah di Sumatra Barat yang menjadi bahasan pokok dalam penelitian ini. Adapun disertakannya pemerian atas naskah-naskah Jawa dalam bab ini adalah karena, setidaknya, dua alasan: pertama, untuk menunjukkan bahwa ajaran tarekat Sya‹‹Œ riyyah terdapat dalam beberapa bahasa daerah, dan

  

kedua , untuk dijadikan sebagai pembanding bagi naskah-naskah

  Sya‹‹Œ riyyah Melayu di Sumatra Barat, menyangkut corak dan 1 kecenderungan ajarannya.

  

Lihat misalnya Ronkel 1913: 172; Berg 1873: 91; Behrend [peny.] 1998: 289; Ekadjati &

2 Darsa 1999: 430-431.

44 Tarekat Sya‹‹Œ riyyah

  Selain itu, bab ini juga akan mengemukakan deskripsi atas dua sumber Arab yang diyakini memiliki keterkaitan dengan naskah-naskah Sya‹‹Œ riyyah yang berkembang di dunia Melayu-Indonesia, dan oleh karenanya dapat dijadikan sebagai acuan untuk melacak asal-usul ajaran tarekat Sya‹‹Œ riyyah tersebut.

  Secara umum, pemerian atas semua naskah Sya‹‹Œ riyyah ini akan mencakup tiga hal pokok berkaitan dengan masing-masing kelompok naskah, yakni penjelasan umum, kondisi fisik naskah, dan ringkasan isi teksnya. Adapun pembahasan lebih lengkap atas isi masing-masing naskah akan dikemukakan dalam pembahasan pada Bab 6, kecuali untuk naskah-naskah Jawa, pembahasan lebih lengkap atas kandungan isinya akan dikemukakan juga dalam bab ini, karena naskah-naskah Jawa tersebut tidak akan terlalu banyak dibahas pada bagian berikutnya. Khusus untuk sumber Arab dalam bentuk cetakan, sesuai dengan tujuannya dalam penelitian ini, pemeriannya akan lebih ditekankan hanya pada penjelasan umum dan ringkasan isi kitabnya.

  3. 1. Sumber-Sumber Arab Berkaitan dengan Tarekat Sya‹‹Œ riyyah

  Seperti tampak dalam pembahasan bab sebelumnya, tarekat Sya‹‹Œ riyyah yang berkembang di Dunia Melayu-Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tarekat Sya‹‹Œ riyyah yang berkembang di wilayah lain, khususnya India dan Arab (Makkah dan Madinah). Memang, tarekat Sya‹‹Œ riyyah ini sering dihubungkan dengan cabang tarekat India yang cenderung melanggar aturan-aturan syariat, setidaknya dalam awal pertumbuhannya. Akan tetapi, penting dicatat bahwa setelah itu, Syaikh Aúmad al-QusyŒ sy¥ memainkan peranan penting dalam reorientasi tarekat Sya‹‹Œ riyyah ini dengan menekankan pentingnya doktrin-doktrin hukum Islam dalam jalan mistis (lihat al-QusyŒ sy¥,

  al-Sim al-Maj¥d

  h. 83-84). Untuk melacak sifat ajaran tarekat Sya‹‹Œ riyyah di Dunia Melayu-Indonesia sendiri, wilayah India tampaknya menjadi tidak terlalu signifikan karena transmisi yang berlangsung adalah melalui para ulama Sya‹‹Œ riyyah di Haramayn.

  Di antara ulama Haramayn yang sangat menentukan corak dan sifat ajaran tarekat Sya‹‹Œ riyyah di Dunia Melayu-Indonesia, seperti telah diisyaratkan, adalah dua orang guru utama dari Abdurrauf al- Sinkili (w. 1693), ulama Melayu-Indonesia yang paling bertanggungjawab dalam penyebaran tarekat Sya‹‹Œ riyyah di wilayah ini, yakni Syaikh Aúmad al-QusyŒ sy¥ (w. 1660) dan IbrŒ h¥m al-K´ rŒ n¥ (1614-1690). Berikut adalah kitab karangan al-QusyŒ sy¥ dan

Bab 3. Khazanah Naskah Sya‹‹Œ riyyah

  45

  al-K´ rŒ n¥ yang paling berpengaruh terhadap corak dan kecenderungan ajaran tarekat Sya‹‹Œ riyyah di Dunia Melayu- Indonesia, yakni al-Sim al-Maj¥d dan ItúŒ f al- ak¥ .

  ª

  3.1.1. Al-Sim al-Maj¥d Nama lengkap penulis kitab ini adalah Syaikh al-‘ rif bi

  AllŒ h êaf¥ al-D¥n Aúmad bin Muúammad bin ‘Abd al-Nab¥ al- AnsŒ r¥ al-Madan¥ al-DajjŒ n¥, atau yang lebih masyhur dengan sebutan Syaikh Aúmad al-QusyŒ sy¥. Syaikh Aúmad al-QusyŒ sy¥ sendiri dikenal sebagai Syaikh tarekat Sya‹‹Œ riyyah yang mendapatkan ijazah kekhalifahannya dari Aúmad al-Sy¥nŒ w¥.

  Melalui Al-Sy¥nŒ w¥ inilah al-QusyŒ sy¥ mempelajari berbagai ilmu pengetahuan di bidang hadis, fikih, kalam, dan tasawuf (lihat Azra 1994: 85-87). Kitab al-Sim al-Maj¥d merupakan salah satu bukti saja dari kedalaman pengetahuan al-QusyŒ sy¥ di bidang tasawuf. Selain kitab ini, seperti dicatat Azra (1994: 88), al-QusyŒ sy¥ juga mengarang beberapa kitab lainnya di bidang tasawuf, hadis, fikih, u§´ l fiqh, dan tafsir.

  Dalam penelitian ini, penulis belum memperoleh manuskrip kitab al-Sim al-Maj¥d, sehingga pemerian yang dilakukan atas kitab ini didasarkan pada edisi cetaknya yang diterbitkan oleh Majlis Dairah al-Maarif al-Nizamiyah, India.

  Kitab al-Sim al-Maj¥d terdiri dari 184 halaman, dengan 21 baris pada setiap halamannya. Secara garis besar, pembahasan kitab ini dapat dikategorikan ke dalam tiga bagian: bagian

  pertama , merupakan mukaddimah yang berisi puji-pujian

  kepada Allah Swt, serta salawat dan salam kepada Nabi Muhammad Saw; bagian kedua, berisi pembahasan berbagai hal yang berkaitan dengan ajaran tarekat, seperti zikir, bai’at, talq¥n, pola hubungan mursyid-mur¥d, dan berbagai konsep ajaran tasawuf lainnya.

  Adapun bagian ketiga dari kitab ini mengemukakan tentang silsilah al-QusyŒ sy¥ dalam tarekat Sya‹‹Œ riyyah, dan dalam beberapa tarekat lain dimana al-QusyŒ sy¥ bergabung dengannya. Di bagian akhir kitab ini, dikemukakan juga biografi Syaikh Aúmad al-QusyŒ sy¥, mulai dari latar belakang keluarganya hingga karir keilmuannya. Akhirnya, pembahasan kitab al-Sim al-Maj¥d ditutup dengan sebuah kolofon yang menjelaskan bahwa kitab ini selesai dicetak (bukan ditulis) pada hari Kamis, bulan Safar, tahun 1328 H (1910 M). Pembahasan lebih lengkap berkaitan dengan kandungan isi kitab ini akan dikemukakan dalam bab 6 di bawah.

46 Tarekat Sya‹‹Œ riyyah

  3.1.2. ItúŒ f al- ak¥

  ª

  Pengarang kitab ini adalah salah seorang guru utama dan terkemuka bagi al-Sinkili selain Syaikh Aúmad al-QusyŒ sy¥, yakni IbrŒ h¥m al-K´ rŒ n¥ (1614-1690), seorang ulama terkemuka di Haramayn asal Kurdi. Al-K´ rŒ n¥ diketahui mendapatkan pendidikan awal di tempat kelahirannya, sebelum kemudian ia belajar di Iran dan di wilayah-wilayah Usmania Anatolia, Syria dan Mesir (Bruinessen 1995: 95).

  Al-K´ rŒ n¥ menerima ijazah tarekat Sya‹‹Œ riyyah dari al- QusyŒ sy¥, dan kemudian menggantikannya sebagai khalifah (Azra 1994: 92). Tetapi, tarekat utama al-K´ rŒ n¥ ternyata adalah Naqsybandiyah, di samping juga tarekat QŒ diriyyah dan Jistiyyah (Bruinessen 1995: 95). Secara keilmuan, tidak diragukan lagi bahwa IbrŒ h¥m al-K´ rŒ n¥ adalah seorang ulama besar dan terkemuka abad ke-17. Ia bahkan dijuluki sebagai

  mujaddid (pembaharu) Islam abad ke-11 H/17 M, karena

  dianggap sebagai Syaikh al-IslŒ dan seorang guru dunia

  m

  keilmuan yang merupakan úujjat al-§´ fiyyah (“bukti kesufian”) serta pembangkit tradisi mistis sunni (Azra 1994: 90).

  Penting dijelaskan bahwa pada dasarnya naskah ItúŒ f al-

  ª ak¥ tidak secara langsung dimaksudkan sebagai ajaran tarekat

  Sya‹‹Œ riyyah, akan tetapi dalam konteks penelitian ini, ItúŒ f al-

  ª ak¥ menjadi penting karena konsep-konsep mistiko-filosofis

  yang dikemukakannya banyak menjadi rujukan dalam naskah Sya‹‹Œ riyyah yang ditulis oleh Syaikh Abdurrauf al-Sinkili, seperti akan dikemukakan dalam pembahasan nanti.

  Judul lengkap kitab ItúŒ f al- ak¥ , seperti tertulis dalam

  ª

  bagian depan naskahnya, adalah ItúŒ f al- ª ak¥ bi Syarú al-Tuúfah

  al-Mursalah IlŒ R´ ú al-Nab¥ . Dari judulnya dapat diketahui

  bahwa ItúŒ f al- ª ak¥ merupakan komentar dan penjelasan atas kitab Tuúfah al-Mursalah IlŒ R´ ú al-Nab¥ karya Faèl AllŒ h al- Hind¥ al-BurhŒ np´ r¥, seorang tokoh sufi keturunan India, yang jika ditelusuri memiliki keterkaitan erat dengan tradisi tasawuf di Dunia Melayu-Indonesia. Ia merupakan kawan dekat dari êibgat AllŒ h ibn R´ ú AllŒ h ibn JamŒ l AllŒ h al-î usain¥ al-Hind¥ al-Barwaj¥ al-Madan¥, seorang Syaikh terkemuka tarekat Sya‹‹Œ riyyah yang memiliki dua murid utama dan terkemuka, yaitu Aúmad al-Sy¥nŒ w¥ dan Aúmad al-QusyŒ sy¥ (al-K´ rŒ n¥,

  ItúŒ f al- ª ak¥ , h. 4r-5v). Seperti diketahui, dua nama ini, terutama

  yang disebut terakhir, merupakan guru terpenting dari al-

Bab 3. Khazanah Naskah Sya‹‹Œ riyyah

  47 Sinkili, yang menyebarkan tarekat Syatariyyah di wilayah

  Melayu-Indonesia, tepatnya di Aceh, dan kemudian dilanjutkan oleh murid-muridnya ke wilayah lain di Sumatra Barat (Syaikh Burhanuddin, Ulakan), dan Jawa Barat (Syaikh 3 Abdul Muhyi, Pamijahan). Kitab ItúŒ f al- ª ak¥ dijumpai dalam bentuk tulisan tangan

  (manuscript). Sejauh ini, diketahui bahwa naskah ItúŒ f al- ak¥

  ª

  terdapat di beberapa perpustakaan, antara lain: dua buah naskah di Perpustakaan DŒ r al-Kutub al-Mi§riyyah, Kairo. Kedua naskah tersebut berada dalam satu kelompok judul ﺔﻴ ﻨ ﻴ ﺩ ﻕ ﻼ ﺨﺃﻭ ﻑﻭﺼ ﺘ . Naskah pertama bernomor 2578 dengan nomor mikrofilm 27651, sedangkan naskah kedua bernomor 2954 dengan nomor mikrofilm 10200; kemudian di Perpustakaan Universitas Leiden, satu naskah dengan nomor Or. 7050, dan di India Office, satu naskah dengan nomor 684, 1877. Dalam penelitian ini sendiri, penulis baru memperoleh fotokopi dari dua salinan naskah koleksi Perpustakaan DŒ r al-Kutub al- 4 Mi§riyyah, Kairo. Dan oleh karenanya, pemerian ini hanya akan mencakup dua salinan naskah tersebut.

  Untuk mempermudah penyebutan, dalam pemerian ini, naskah pertama akan disebut sebagai MS A, dan naskah kedua sebagai MS B.

  MS A

  Naskah ini ditulis dalam aksara dan bahasa Arab dengan tulisan yang relatif baik dan rapi kendati dalam konteks kategorisasi jenis

  khat Arab, bentuknya boleh dibilang “tidak konsisten” karena

  menggabungkan dua jenis khat, naskh¥ dan fŒris¥. Teks MS A terdiri dari 38 lembar folio, verso dan rekto. Dalam setiap halamannya, rata- rata terdapat 23 baris tulisan dalam ukuran 19,5 x 11 cm. Tidak dijumpai penomoran halaman, dan sebagai penggantinya terdapat alihan, yakni penggalan kata di kiri bawah setiap halaman verso yang merujuk pada kata pertama di halaman rekto. Sedangkan di bagian depan halaman terdapat catatan:

  ﻰﻧارﻮﻜﻟا ﻢﻴهاﺮﺑا ﺦﻴﺸﻟا ﺔﻣﻼﻌﻟا حﺮﺷ 3 ﺔﻟﺎﺳر ﻰﻠﻋ ﻦﻴﺣ ﻦﺑا

Tentang mata rantai tokoh-tokoh sufi tersebut selengkapnya telah dibahas secara

terperinci oleh Azra (1994). Khusus berkaitan dengan telaah antropologis atas tradisi

tarekat Sya‹‹Œ riyyah Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan telah dilakukan oleh Tommy

4 Christomy (2003).

  

Lihat Azra 1994: 119, catatan kaki no. 45 & h. 299. Penulis Berhutang budi kepada

Prof. Dr. Azyumardi Azra yang telah memperkenankan untuk memfotokopi beberapa

sumber Arab dari koleksi perpustakaannya, termasuk naskah ItúŒ f al- ak¥ ini.

48 Tarekat Sya‹‹Œ riyyah

  ﺔﻠﺳﺮﻤﻟا ﺔﻔﺤﺘﻟا ﺪﻴﺣﻮﺕ

  (Penjelasan Syaikh Ibrahim al-K´ rŒ n¥ atas risalah al-Tuúfah al-Mursalah tentang Tauhid)

  Tampaknya, catatan di bagian depan ini tidak benar-benar dimaksudkan sebagai judul kitab, karena pengarang sendiri telah menyebutkan judul karangannya, yakni sebagaimana tertulis di halaman 2r:

  ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ ﻰﺒﻨﻟا ﻰﻟإ ﺔﻠﺳﺮﻤﻟا ﺔﻔﺤﺘﻟا حﺮﺸﺑ ﻰآﺬﻟا فﺎﺤﺗا

  (Persembahan yang Suci, sebagai penjelasan atas kitab

  al-Tuúfah al-Mursalah ilŒ al-Nab¥

  §allŒ

   AllŒ h ‘alaihi wa sallama )

  Sebelum masuk pada pembahasan pokok, teks pada MS A didahului dengan basmalah, puji-pujian dan salawat kepada Nabi Saw., pengantar dari pengarang tentang latar belakang ditulisnya kitab ini, dan uraian tentang keutamaan memulai segala perbuatan dengan ucapan basmalah dan hamdalah. Tidak ada petunjuk apapun tentang nama pemilik atau penyalin MS A ini, meskipun patut diduga bahwa penyalinnya adalah seorang murid yang sedang mempelajari ajaran yang terkandung di dalamnya. Hal ini terbukti dari banyaknya catatan pias di setiap halaman naskah.

  Teks MS A diakhiri dengan kata-kata sebagai berikut:

  ﻢﻠﻋأ ﷲاو ﻦﺘﻤﻟا اﺬه ﻦﻣ ﻪﺣﺮﺷ ﻪﻴﻌﺳ ﷲا ﺮﻜﺷ ﺦﻴﺸﻠﻟ رﺪﻗ ﺎﻣ ﺎﻨه ﻰﻟإ

  (Sampai di sini lah apa yang dilakukan oleh Syaikh, semoga Allah meridlai upayanya, penjelasan diambil dari matan ini,

  Allah lah yang lebih Mengetahui) Seperti akan kita lihat di bawah, kalimat penutup pada

  MS A ini sedikit berbeda dengan kalimat yang tertulis pada MS

  B. Hal ini menunjukkan bahwa kedua naskah ItúŒ f al- ak¥

  ª disalin oleh dua murid yang berbeda.

  MS B

  Seperti halnya dalam MS A, teks dalam MS B ini ditulis dengan aksara dan bahasa Arab, meskipun penggunaan bentuk

  khat nya terlihat lebih konsisten, yakni menggunakan khat fŒ ris¥

Bab 3. Khazanah Naskah Sya‹‹Œ riyyah

  49

  saja. Sayang, tulisannya dibuat lebih kecil, sehingga agak menyulitkan pembacaan.

  Teks MS B terdiri dari 42 lembar folio, verso dan rekto. Dalam setiap halamannya, rata-rata terdapat 17 baris tulisan dalam ukuran 20,5 x 11 cm. Dalam MS B juga tidak dijumpai baik identitas penyalin maupun penomoran halaman, dan seperti halnya MS A, penomoran halaman ini digantikan fungsinya oleh alihan. Sedangkan di bagian depan halaman terdapat catatan:

  

ﻞﻣﺎﻌﻟا ﻞﻣﺎﻜﻟا ﺦﻴﺸﻠﻟ ﻰآﺰﻟا فﺎﺤﺕا

ﺔﻔﺤﺘﻟا ﻰﻠﻋ ﻰﻧﺪﻤﻟا ىدﺮﻜﻟا ﻢﻴهاﺮﺑا

ﷲا ﻰﻠﺻ ﻰﺒﻨﻟا ﻰﻠﻋ ﺔﻠﺳﺮﻤﻟا

فرﺎﻌﻠﻟ ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ

  

ﻞﻀﻓ ﻦﺑ ﺪﻤﺤﻣ ﷲﺎﺑ

ىرﻮﺒﻧﺎهﺮﺒﻟا ىﺪﻨﻬﻟا ﷲا

ﷲا ﺎﻨﻌﻔﻧ

ﻢﻬﻣﻮﻠﻌﺑ

  (Kitab ItúŒ f al- ª ak¥ karangan al-kŒ mil al-‘Œ mil

  

IbrŒ h¥m al-Kurd¥ al-Madan¥ , penjelasan atas kitab al-Tuúfah

al-Mursalah‘alŒ al-Nab¥ §allŒ AllŒ h

‘alaihi wa sallama , karangan al-‘Œ rif

bi AllŒ h Muúammad bin Faèl

  

AllŒ h al-Hind¥ al-BurhŒ np´ r¥

  semoga Allah memberikan manfaat atas ilmu mereka) Di samping kalimat tersebut, terdapat pula catatan lain di halaman sebelahnya, meskipun tampaknya ditulis sebagai

  “susulan” oleh pembaca kemudian, karena bentuk tulisannya berbeda. Kalimatnya adalah sebagai berikut:

  

ﺔﻠﺳﺮﻤﻟا ﺔﻔﺤﺕ حﺮﺷ ﻰﻓ ﻰآﺬﻟا فﺎﺤﺕا

ﷲﺎﺑ فرﺎﻌﻟا ﺦﻴﺸﻠﻟ ﻰﺒﻨﻟا ﻰﻠﻋ

ىدﺮﻜﻟا ﻢﻴهاﺮﺑإ ﻰﻟﺎﻌﺕ

ﻩﺮﺳ ﷲا سﺪﻗ

  

ﻪﺑ ﺎﻨﻌﻔﻧو

ﻦﻴﻣﺁ

  (ItúŒ f al- ak¥ , menjelaskan kitab Tuúfah al-Mursalah‘

  ª

alŒ al-Nab¥ karangan al-Syaikh al-‘Œ rif bi AllŒ h

ta’Œ lŒ IbrŒ h¥m al-Kurd¥

  semoga Allah mensucikan ruhnya dan memberikan kemanfaatan atas kitabnya Amin)

50 Tarekat Sya‹‹Œ riyyah

  Lagi-lagi, dua tulisan di halaman depan ini memang menggambarkan judul karangan. Akan tetapi, judul yang benar-benar berasal dari pengarang tampaknya seperti tertulis di halaman 2r:

  ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ ﻰﺒﻨﻟا ﻰﻟإ ﺔﻠﺳﺮﻤﻟا ﺔﻔﺤﺘﻟا حﺮﺸﺑ ﻰآﺰﻟا فﺎﺤﺕا

  (ItúŒ f al- ª ak¥ , menjelaskan kitab Tuúfah al-Mursalah

  ilŒ al-Nab¥ §allŒ AllŒ h ‘alaihi wa sallama )

  Mengenai kandungan teks pada MS B, secara umum tidak terdapat perbedaan dengan MS A. Yang tampak berbeda hanya pada catatan-catatan pias yang memang merupakan catatan masing-masing penyalin.

  Seperti telah disinggung di atas, bagian penutup MS B ini berbeda dengan MS A, yakni berbunyi:

  مﺎﻤﺘﻟا ﻰﻠﻋ ﷲ ﺪﻤﺤﻟاو ﻰﻬﺘﻧا ﻪﺑﺎﺤﺻاو ﻪﻟا ﻰﻠﻋو مﺎﻧﻻا ﺪﻴﺳ ﻰﻠﻋ مﻼﺴﻟاو ةﻼﺼﻟاو ﻦﻴﻣا مﺎﻴﻘﻟاو ( ؟ ...) مﻮی ﻰﻟا ﻦﻴﻣا

  (Demikianlah, puji syukur bagi Allah atas selesainya kitab ini semoga rahmat dan keselamatan dilimpahkan kepada pemimpin umat, kepada keluarga dan para sahabatnya hingga hari akhir (?), amin amin)

  Dengan memperhatikan dua salinan naskah ItúŒ f al- ak¥

  ª

  seperti diperikan di atas, ada beberapa perbedaan yang penting dikemukakan, antara lain menyangkut penulisan judulnya. Sekilas, tampaknya kalimat pada judul tersebut memang sama, tetapi jika diperhatikan baik-baik, terdapat perbedaan yang cukup signifikan, karena MS A menulis kata

  ﻰآﺬﻟا, sedangkan MS B menulis kata tersebut sebagai

  ﻰآﺰﻟا, baik dalam matan teks maupun judul di bagian depan, kecuali pada kalimat yang penulis sebut sebagai "susulan" dari pembaca kemudian, tetap tertulis ﻰآﺬﻟا.

  Secara harfiah, dan mengingat konteks isi tulisan kitab ini, tampaknya penulis lebih cenderung "memilih" kata ﻰآﺰﻟا yang berarti bersih, suci (pure, chaste), meskipun menurut Hans Wehr (1980: 379), kata yang

  ﻰآﺰﻟا ﻰآﺬﻟا ini juga ekuivalen dengan kata

Bab 3. Khazanah Naskah Sya‹‹Œ riyyah

  51

  berarti cerdas, pintar (intellegent, clever), sehingga kedua- duanya bisa saja dibenarkan.

  Seperti telah dikemukakan, dari segi isinya, dua salinan naskah ItúŒ f al- ª ak¥ ini sama sekali tidak memiliki perbedaan, yakni diawali dengan sebuah penjelasan tentang motivasi ditulisnya kitab ini oleh IbrŒ h¥m al-K´ rŒ n¥. Dalam bagian mukadimahnya, al-K´ rŒ n¥ mengisyaratkan bahwa ia dikabari oleh sejumlah muridnya yang berasal dari tanah Melayu (JamŒ ’ah al-JŒ wiyy¥n ) mengenai adanya chaos yang terjadi di Dunia Melayu-Indonesia akibat salah faham atas kitab Tuúfah al-Mursalah karya al-BurhŒ np´ r¥.

  Al-K´ rŒ n¥, oleh karenanya, diminta oleh para murid Jawi tersebut untuk menulis sebuah penjelasan atas doktrin mistiko filosofis yang terdapat dalam kitab Tuúfah al-Mursalah tersebut agar dapat pula dipahami dengan benar oleh kalangan umat Islam kebanyakan.

  Dari penjelasan dalam mukaddimahnya, tampak bahwa al-K´ rŒ n¥ pada akhirnya mengabulkan permintaan murid- muridnya tersebut karena ia sangat peduli dan ikut bertanggung jawab atas perkembangan pemikiran keagamaan di kalangan sesama Muslim di wilayah Melayu-Indonesia. Al- K´ rŒ n¥ tidak ingin melihat kaum Muslim Jawi tersesat karena kesalahpahaman mereka atas hubungan yang benar antara tasawuf dan syariat.

  ItúŒ f al- ak¥ , yang merupakan salah satu jenis karya yang ª

  ditulis dalam konteks “penyelamatan” di atas, dapat dianggap sebagai sebuah presentasi panjang yang merupakan penafsiran ulang (re-interpretasi) terhadap doktrin-doktrin tasawuf yang bersifat filosofis. Dalam karya ini kita dapat menyaksikan sebuah kesungguhan yang telah ditunjukkan oleh seorang al- K´ rŒ n¥ untuk menjernihkan persoalan yang sedang dihadapi oleh, khususnya, masyarakat Muslim Melayu.

3.2. Naskah-naskah Sya‹‹Œ riyyah Periode Awal

  3.2.1. Naskah Arab Lokal: Tanb¥h al-MŒ sy¥ Sebelumnya, perlu penulis kemukakan bahwa istilah

  “naskah Arab lokal” yang digunakan dalam bagian ini, adalah untuk merujuk pada naskah Arab karangan ulama Melayu- Indonesia sendiri. Istilah “lokal” digunakan terutama untuk membedakan naskah karangan ulama Melayu-Indonesia ini dengan naskah Arab yang ditulis “asli” oleh orang Arab, seperti al-Sim al-Maj¥d dan ItúŒ f al- ak¥ di atas. Ini penting

  ª

  dikemukakan karena aktivitas para ulama Melayu-Indonesia

  52 Tarekat Sya‹‹Œ riyyah

  dalam penulisan kitab berbahasa Arab, yang notabene bukan bahasa ibunya, merupakan fenomena unik tersendiri, dan menjadi bukti bahwa mereka menguasai bahasa Arab dengan sangat baik.

  Untuk kelompok naskah Arab lokal ini, teks yang dijadikan sebagai sumber utama penelitian berjudul Tanb¥h al-

  $ MŒ sy¥ al-Mans´ b ilŒ ar¥q al-QusyŒ sy¥ (Petunjuk Bagi Orang yang

  Menempuh Tarekat al-QusyŒ sy¥), sebuah kitab tasawuf karangan seorang sufi asal Aceh, Abdurrauf Syaikh al-Sinkili (1615-1690).

  Salah satu pertimbangan dipilihnya kitab Tanb¥h al-MŒ sy¥ sebagai sumber penelitian tentang tarekat Sya‹‹Œ riyyah ini adalah karena sejauh ini Tanb¥h al-MŒ sy¥ merupakan satu- satunya naskah tentang tarekat Sya‹‹Œ riyyah yang ditulis dalam bahasa Arab. Selain itu, sesuai dengan pengertian judulnya,

  Tanb¥h al-MŒ sy¥ tampaknya memang benar-benar menjadi

  pedoman dan menjadi semacam buku wajib bagi para khalifah serta pengikut tarekat Sya‹‹Œ riyyah di Melayu-Indonesia, dan oleh karenanya sangat populer. Di antara indikasinya adalah dijumpainya sejumlah salinan naskah tersebut dengan catatan bahasa Melayu dan Jawa, baik yang sudah tersimpan di perpustakaan, maupun yang masih beredar di kalangan masyarakat kelompok “syatari” sendiri.

  Sejauh ini, beberapa perpustakaan yang dipastikan mendaftarkan naskah Tanb¥h al-MŒ sy¥ dalam koleksinya adalah

  5 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (2 buah),

  6 Perpustakaan Universitas Leiden (2 buah), dan perpustakaan

  7

  dayah Tanoh Abee, Aceh (1 buah). Di kalangan masyarakat sendiri, diduga kuat terdapat sejumlah salinan naskah Tanb¥h

  al-MŒ sy¥ yang masih berfungsi sebagai bahan pengajaran.

  Untuk kepentingan penelitian ini sendiri, salinan naskah

  Tanb¥h al-MŒ sy¥ yang diikutsertakan sebagai sumber penelitian

  berjumlah empat buah, yakni 2 naskah yang terdapat di Perpustakaan Nasional Jakarta dan 2 naskah lainnya di Perpustakaan Universitas Leiden. Selain itu, menurut informasi yang terdapat dalam katalog Wamad Abdullah & Tgk. M.

  Dahlan al-Fairusy 1980, terdapat 1 naskah lagi di Perpustakaan Dayah Tanoh Abee, Aceh. Akan tetapi, hingga penelitian ini 5 ditulis, “naskah Aceh” tersebut belum dapat diakses karena 6 Ronkel 1913: 172, dan Berg 1873: 91. 7 Voorhoeve 1952: 109.

Bab 3. Khazanah Naskah Sya‹‹Œ riyyah

  53

  sistem “kepemilikannya” cenderung tertutup, ditambah dengan situasi keamanan di Aceh yang tidak menentu.

  Adapun untuk memperoleh salinan naskah yang menjadi koleksi masyarakat, sejauh ini penulis masih menghadapi berbagai kendala, terutama karena naskah-naskah tersebut seringkali dianggap sebagai benda keramat warisan leluhur yang tidak dapat dipinjamkan, apalagi diserahkan, kepada sembarang orang.

  Penting ditegaskan bahwa suntingan teks Tanb¥h al-MŒ ,

  sy¥

  yang mencakup inventarisasi dan deskripsi atas naskah- naskahnya ini telah penulis lakukan sebelumnya dalam bentuk penelitian lain (Fatúurahman 1998). Semua data yang terkumpul berkaitan dengan naskah Tanb¥h al-MŒ sy¥ dalam penelitian tersebut dimanfaatkan kembali dalam penelitan ini dengan beberapa tambahan informasi baru. Selain itu, kutipan teks Tanb¥h al-MŒ sy¥ dalam penelitian ini juga didasarkan pada edisi teks yang telah disunting tersebut.

  Selanjutnya, untuk memudahkan identifikasi dalam pemerian naskah Tanb¥h al-MŒ sy¥ ini, penulis memberikan kode naskah berdasarkan urutan usia naskah sebagai berikut:

  MS A: A 655 (1158 H/1745 M) MS B: A 101 (1186 H/1772 M) MS C: Cod. Or. 7031 (1307 H/1889 M) MS D: Cod. Or. 7030 (1905 M)

  MS A

  MS A merupakan bagian dari koleksi naskah Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jakarta. Mikrofilm dari naskah ini terdapat, antara lain, di Leiden dengan kode Cod. Or. A. 34 (Voorhoeve 1980: 364).

  Teks MS A merupakan urutan ke-19 dari 24 teks dalam bundel naskah A 655. Judul yang tertulis dalam katalog van Ronkel bukan Tanb¥h al-MŒ sy¥ , melainkan al-Tar¥qah al-

  

Sya‹‹Œ riyyah, s edangkan judul Tanb¥h al-MŒ sy¥ itu sendiri

  terdapat dalam kolofon naskah tersebut. Dalam katalog ini, van Ronkel tidak memberikan informasi adanya salinan teks di tempat lain.

  Nama pengarang —seperti disebut dalam kolofon— adalah ‘Abd al-Ra'´ f ibn ‘Al¥ al-JŒ w¥, selanjutnya disebut al- Sinkili. Sedangkan penyalinnya, diduga kuat Ab´ al-Fatú ibn al- Syaikh Sa‘¥d al-Hajar¥ al-î umŒ d¥ al-Makk¥, karena walaupun dalam kolofon tidak disebutkan, nama tersebut dijumpai

54 Tarekat Sya‹‹Œ riyyah

  sebagai penyalin beberapa teks dengan jenis tulisan sama yang termasuk dalam bundel naskah A 655, seperti pada halaman 11v, 65r, 63r, 79v, 82v, 92r dan 97r. Kata al-Makk¥ di belakang nama penyalin tersebut memberi petunjuk adanya kemungkinan naskah ini disalin di Makkah.

  Teks dalam MS A disalin pada malam Sabtu, 10 Muharam 1158 H/12 Pebruari 1745 M dari teks aslinya yang ditulis pada 8

  5 Rabi‘ul Awwal 1081 H/23 Juli 1670 M . Menarik dikemukakan bahwa “teks asli” yang dimaksud dalam MS A ini patut diduga sebagai salinan yang masih dekat dengan teks otograf tulisan pengarangnya, Abdurrauf al-Sinkili. Hal ini berkaitan dengan informasi dalam naskah Muballigul Islam karangan H. K. Deram (w. 2000), seorang guru tarekat Sya‹‹Œ riyyah di Tandikat, Pariaman, Sumatra Barat, yang menyebutkan bahwa kitab Tanb¥h al-MŒ sy¥ pertama kali ditulis oleh al-Sinkili pada 18 Syawal 1080 H (Deram 1997: 83), yang kalau dikonversi ke dalam tahun Masehi menjadi hari Rabu, 11 Maret 1669 M (Wustenfeld 1854: 44-45).

  Alas naskah yang digunakan oleh MS A berupa kertas yang secara fisik kelihatan sudah agak lapuk, berwarna kekuning-kuningan, bahkan di beberapa halaman terdapat bolong-bolong yang agak mengganggu kesinambungan bacaan teksnya. Oleh karena itu, —selain halaman sampul yang terbuat dari kertas tebal— secara keseluruhan kertas yang digunakan oleh MS A sudah mengalami laminasi untuk menghindari kerusakan yang lebih parah. Cap kertas ditemukan pada beberapa halaman folio berbentuk gambar 3 buah bulan sabit yang menunjukkan bahwa kertas tersebut telah diproduksi di Itali pada paruh pertama abad ke-16. Menurut Jones, simbol bulan sabit tersebut merupakan gambaran dari upaya keras para pembuat kertas di Itali untuk memasarkan produksi kertasnya ke Turki khususnya, dan ke 9 dunia Islam pada umumnya. Dalam setiap halaman MS A terdapat tujuh buah garis tebal dengan posisi horizontal, yang jarak antargarisnya adalah

  3 cm. Adapun jarak antara garis tebal pertama dan keenam adalah 15,8 cm, sedangkan garis tipis ditemukan dalam posisi sebaliknya sebanyak 8 buah garis dalam setiap satu sentimeter. 8 Dalam MS A ini tidak ditemukan adanya garis panduan

  

Untuk pedoman konversi tahun Hijriyah ke tahun Masehi, lihat Wüstenfeld 1854;

9 bandingkan dengan Pigeaud 1989: xv.

Bab 3. Khazanah Naskah Sya‹‹Œ riyyah

  55

  tulisan, baik berupa garis yang ditekan maupun penggarisan dengan tinta atau pensil.

  MS A terdapat dalam kuras ke-17 dan 18 dari 25 kuras yang ada. Kuras ke-17 terdiri dari 5 lembar folio, yang berarti 10 halaman r & v, sedangkan kuras ke-18 terdiri dari 6 lembar folio yang berarti 12 halaman r & v. Teks MS A dimulai pada lembar ketiga halaman verso kuras ke-17, dan berakhir pada lembar keenam halaman rekto kuras ke-18.

  Teks Tanb¥h al-MŒ dalam MS A berukuran 17 x 10 cm,

  sy¥

  sementara naskahnya sendiri berukuran 20 x 16 cm, dengan tebal 13 lembar folio, yakni hal. 172 v – 185r. Jumlah baris dalam setiap halaman berbeda-beda, ada yang 24 baris, yaitu halaman 177r, kemudian 27 baris, terdapat pada halaman 174r & v, 175r & v, 183v dan 185r yang memuat kolofon berbentuk piramida terbalik, kemudian 29 baris, yaitu pada halaman 172v, 178r & v, serta 179r & v, sedangkan sisanya berjumlah 28 baris.

  Penulisan teks MS A dimulai dari verso, sedangkan penomoran halaman menggunakan angka latin yang terletak di pias kanan atas setiap verso, dan setiap nomor merujuk pada satu lembar folio, rekto dan verso, namun tidak dapat dipastikan, apakah nomor halaman itu merujuk pada rekto berikut atau sebelumnya, dan dalam hal ini penulis menggunakan kemungkinan kedua. Penomoran halaman ini diduga kuat tidak dilakukan oleh penyalin naskah, karena menggunakan pensil.

  Di bagian pias kiri bawah setiap verso terdapat alihan, yakni kata yang merupakan penunjuk kata dalam rekto berikutnya, juga berfungsi sebagai penanda urutan halaman. Tidak terdapat ilustrasi maupun iluminasi dalam keseluruhan halaman naskah.

  Teks MS A menggunakan bahasa Arab tanpa harakat dengan menggunakan gaya khat naskh¥ dan sedikit bernuansa farisi. Bentuk tulisan tergolong kecil, tipis dan tidak rapi, bahkan hampir bertumpuk, tetapi masih dapat dibaca. Secara keseluruhan, teks ditulis dengan tinta hitam, kecuali beberapa bagian tertentu —biasanya di bagian yang menandai paragraf, atau pada kata-kata yang fungsinya ekuivalen dengan tanda baca titik, koma dsb, atau kata-kata yang menjadi kata kunci— menggunakan tinta merah (rubrikasi).

  Teks dalam MS A dimulai dengan kalimat basmalah, puji- pujian kepada Allah, dan salawat untuk Nabi. Setelah itu, teks membicarakan tentang penafsiran pengarang, yaitu as-Sinkili, tentang waúdat al-wuj´ d serta ajaran-ajaran mistis tarikat

56 Tarekat Sya‹‹Œ riyyah

  Sya‹‹Œ riyyah. Di bagian akhir, dicantumkan tata cara zikir dan doa menurut tarekat Sya‹‹Œ riyyah, kemudian ditutup dengan menyebutkan silsilah guru-guru as-Sinkili dalam tarikat Sya‹‹Œ riyyah dan QŒ diriyyah. Deskripsi selengkapnya atas kandungan isi teks Tanb¥h al-MŒ sy¥ ini akan dikemukakan kemudian.

  Menurut informasi yang terdapat di luar teks, MS A ini pernah dimiliki oleh ‘Abd AllŒ h ibn ‘Abd al-QahhŒ r al-JŒ w¥, yang terkenal sebagai pengarang dan penyalin berbagai naskah dalam perpustakaan keraton Banten. Ia terkenal juga sebagai guru tarekat Sya‹‹Œ riyyah (Voorhoeve, 1952: 109).

  Penting dicatat, bahwa pada halaman paling depan bundel naskah A 655 ini terdapat kata-kata persembahan dalam bahasa Bugis dengan aksara Arab yang memberi petunjuk bahwa naskah ini pernah berada di Sulawesi Selatan (Bruinessen 1996: 64).

  MS B

  MS B merupakan salah satu dari 21 teks yang terdapat dalam naskah A 101. Sedangkan 20 teks lainnya, sebagian tidak diketahui pengarangnya, sebagian dapat dipastikan, dan sebagian lagi diduga kuat sebagai karya-karya Syaikh Yusuf al- 10 Makasari. MS B didaftar dengan judul Tanb¥h al-MŒ ,

  sy¥

  sedangkan dalam kolofonnya tertulis Tanb¥h al-MŒ sy¥ al-Mans´ b

  ilŒ $ar¥q al-QusyŒ sy¥ , dengan ejaan pengarangnya ‘Abd al-Ra'´ f

  ‘Al¥ al-JŒ w¥. Penyalinan naskah ini selesai pada hari Jumat, 19 Rajab 1186 H/16 Oktober 1772 M; nama penyalinnya tidak disebutkan. Kini, MS B tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jakarta. Dan seperti halnya MS A, MS B pun terdapat di Leiden dalam bentuk mikrofilm dengan kode Cod. Or. A. 13d (Voorhoeve 1980: 364).

  MS B menggunakan alas naskah berupa kertas yang kondisinya masih baik, tebal, berwarna kekuning-kuningan, dan bersih tanpa adanya coretan sedikitpun. Semua kertas tersebut dijilid dengan kertas tebal berwarna coklat kehitam- hitaman. Cap kertas terdapat pada setiap lembar folio berupa gambar yang termasuk kategori HORN, dan terletak di tengah- tengah gambar sebuah mahkota dengan tulisan D & C BLAUW sebagai cap kertas bandingan di bawahnya. Menurut Churchill, kertas dengan tanda seperti ini diproduksi di Belanda pada 10 abad ke-18, tepatnya setelah tahun 1717 M (Churchill, 1935: 80).

Bab 3. Khazanah Naskah Sya‹‹Œ riyyah

  57 Dalam setiap halaman MS B terdapat 9 buah garis tebal

  dengan posisi horizontal, yang jarak antargarisnya adalah 2,5 cm. Adapun jarak antara garis tebal pertama dan keenam adalah 13,2 cm, sedangkan garis tipis ditemukan dalam posisi sebaliknya sebanyak 10 buah garis dalam setiap satu sentimeter. Garis panduan tulisan juga tampak jelas pada setiap sisi kiri dan kanan batas tulisan, serta pada setiap baris teks dengan jarak teratur, yakni setiap 0,5 cm. Garis panduan ini kemungkinan dibuat dengan menekankan sebuah benda lancip tapi tumpul yang ditarik dengan menggunakan semacam penggaris.

  MS B terdapat dalam kuras keenam dan ketujuh dari sembilan kuras yang ada. Kuras keenam dan ketujuh terdiri dari 6 lembar folio, yang berarti masing-masingnya terdiri dari 24 halaman. Teks MS B dimulai pada lembar kelima halaman verso kuras keenam dan berakhir pada lembar ketujuh halaman rekto kuras ketujuh.

  Teks MS B berukuran 20 x 13,5 cm, sementara naskahnya sendiri berukuran 23 x 19 cm dengan tebal 28 halaman, yakni hal. 113 – 140. Dalam setiap halaman, termasuk halaman terakhir yang berisi kolofon, terdapat 21 baris. Penulisan teks MS B dimulai dari verso, yakni hal. 113, dan halaman rekto di baliknya dikosongkan, sedangkan penomoran halaman menggunakan angka latin berwarna merah yang terletak di setiap pias kanan atas verso, dan pias kiri atas rekto. Warna tinta pada nomor-nomor halaman ini berbeda dengan yang digunakan dalam teks; oleh karenanya, diduga penomoran ini tidak diberikan oleh penyalin. Berbeda dengan MS A, alihan pada MS B hanya terdapat di halaman 127. Dalam keseluruhan halaman MS B juga tidak terdapat ilustrasi maupun iluminasi.

  Seperti halnya dalam MS A, teks MS B juga menggunakan bahasa Arab tanpa harakat, dengan gaya khat naskh¥ yang bernuansa riq‘ah. Tulisannya tebal, rapi dan mudah dibaca. Teks ditulis dengan tinta hitam, kecuali pada bagian rubrikasi menggunakan tinta merah.

  Secara keseluruhan, isi dan sistematika teks MS B sama dengan MS A, yakni terdiri dari bagian pembukaan, penafsiran , ajaran tasawuf as-Sinkili, zikir dan doa, serta

  waúdat al-wuj´ d

  silsilah al-Sinkili dengan guru-guru tarekat Sya‹‹Œ riyyah dan QŒ dariyyah.

  MS C

58 Tarekat Sya‹‹Œ riyyah

  Seperti telah disebutkan, informasi mengenai keberadaan MS C terdapat dalam Voorhoeve (1952: 109). Naskah ini didaftar sebagai Cod. Or. 7031 bersama dengan satu teks lainnya, Syarú Fatú al-RahmŒ n . Di bagian depan naskah terdapat tulisan “Legaat Prof. Dr. Snouck Hurgronje 1936” yang memberi petunjuk bahwa MS C ini pernah dimiliki oleh Snouck Hurgronje. Kini, MS C tersimpan di Universiteitsbibliotheek Leiden.

  Dalam kolofon naskah, disebutkan judul Tanb¥h al-MŒ sy¥ dengan nama pengarangnya, ‘Abd al-Ra'´ f ‘Al¥ al-JŒ w¥, namun tidak terdapat tahun penyalinannya. Walau demikian, ada beberapa petunjuk yang mengindikasikan bahwa naskah ini disalin tahun 1889 M. Di bagian depan naskah, misalnya, terdapat tulisan dalam huruf latin yang menyebutkan bahwa naskah ini disalin dari sebuah naskah milik R. Adi Kesoemo, Cirebon 1889. Selain itu, dalam kolofon Syarú Fatú al-RahmŒ n terdapat informasi mengenai waktu penyalinan naskah, yaitu tahun 1307 H (1889 M), juga dari naskah R. Adi Kesoemo.

  MS C terdiri dari 68 halaman. Dalam setiap halaman terdapat 15 baris, kecuali halaman pertama, 13 baris, dan halaman terakhir yang memuat kolofon, 16 baris. Pada halaman pertama, sejajar dengan nomor halaman, terdapat tulisan §ah¥fah (yang berarti halaman) di sebelah kanan, dan nama judul naskah, Tanb¥h al-MŒ sy¥ di sebelah kiri. Penulisan teks MS C dimulai dari verso, sedangkan penomoran halaman menggunakan angka Arab yang terletak di bagian tengah atas setiap halaman. Di sebelah kiri bawah setiap verso, juga tampak adanya alihan yang merujuk pada halaman rekto berikutnya. Setelah kolofon, terdapat sebuah ilustrasi tentang daerah zikir kalimat lŒ ilŒ ha illŒ AllŒ h Muúammad Ras´ l AllŒ

  h.

  Teks MS C ditulis dalam bahasa Arab dengan menggunakan jenis khat naskh¥, barisnya teratur rapi, dan terdapat harakat pada beberapa kata. Tulisan menggunakan tinta hitam, kecuali pada bagian rubrikasi, terlihat lebih tipis, menggunakan tinta merah. Isi dan sistematika teks MS C sama persis dengan yang terdapat dalam MS A dan B. Perbedaan yang tampak adalah bahwa di beberapa halaman MS C terdapat catatan-catatan pias kiri dan kanan yang memberikan penjelasan atas beberapa kata dalam teks.

  MS D

Bab 3. Khazanah Naskah Sya‹‹Œ riyyah

  59 MS D merupakan urutan ke-4 dari 16 teks yang

  didaftarkan sebagai Cod. Or. 7030. Di bagian depan naskah ini juga terdapat tulisan “Legaat Prof. Dr. Snouck Hurgronje 1936”. Kini, MS D tersimpan di Universiteitsbibliotheek Leiden.

  Dalam kolofon MS D tertulis judul Tanb¥h al-MŒ sy¥ , dengan nama pengarangnya, ‘Abd al-Ra'´ f bain (?) al-JŒ w¥, selesai disalin pada hari Rabu. Tidak ada informasi pasti mengenai tahun dan tempat penyalinannya, selain keterangan mengenai asal naskah yang terdapat di bagian depan naskah, yaitu Bojonegoro 1905 (Voorhoeve, 1952: 109).

  Tebal teks MS D adalah 39 halaman, yakni hal. 115 – 153. Dalam setiap halaman terdapat 15 baris, kecuali halaman terakhir yang memuat kolofon, sebanyak 4 baris berbentuk piramida terbalik.

  Penulisan teks MS D dimulai dari verso, sedangkan penomoran halaman menggunakan angka latin yang terletak di setiap kanan atas halaman verso dan kiri atas halaman rekto. Alihan dalam MS D hanya dijumpai pada hal 119, yang terletak di bagian kiri bawah halaman verso. Tidak terdapat ilustrasi maupun iluminasi dalam keseluruhan halaman naskah.

  Teks MS D juga ditulis dalam bahasa Arab dengan menggunakan jenis khat naskh¥. Tinta yang digunakan berwarna hitam, kecuali pada bagian rubrikasi, menggunakan tinta yang terlihat lebih tipis, dan diduga berwarna merah. Menurut dugaan saya, bagian rubrikasi ini ditulis oleh penyalin setelah ia menyelesaikan terlebih dahulu bagian teks yang akan ditulis dengan tinta hitam pada setiap halaman dan mengosongkan bagian teks yang akan ditulis dengan tinta merah tersebut. Hal ini didasarkan pada ditemukannya sebuah halaman yang pada beberapa bagiannya direnggangkan, dan —mungkin karena faktor lupa dari penyalin— tidak terdapat tulisan, sementara dalam naskah lain, kata-kata yang tidak ada itu ternyata merupakan bagian dari rubrikasi.

  Namun, berbeda dengan ketiga teks sebelumnya, dalam MS D ini hampir setiap kata diberi harakat, terutama pada huruf akhirnya, walaupun beberapa dari bacaannya banyak yang menyalahi kaidah nahw saraf (gramatika Arab). Kemudian, selain terdapat catatan pias di sebelah kiri dan kanan teks, juga dijumpai terjemahan beberapa kata yang ditulis di bawah kata tersebut dalam bahasa Jawa dengan menggunakan huruf pegon.

  Secara garis besar, dalam MS D ini tidak ditemukan perbedaan mencolok dengan ketiga naskah lainnya dalam hal

  60 Tarekat Sya‹‹Œ riyyah

  isi teks, yakni terdiri dari bagian pembukaan, inti ajaran tasawuf as-Sinkili, zikir dan doa, serta silsilah guru-guru tarekat Sya‹‹Œ riyyah dan Qadariyah.

  3.2.2. Naskah Melayu: Sya‹‹Œ riyyah Teks Sya‹‹Œ riyyah versi bahasa Melayu ini dijumpai di

  Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) Jakarta dalam dua salinan: yang pertama tersimpan dengan kode Ml 349 (MS A), dan yang kedua dengan kode Ml. 336 (MS B). Beberapa katalog naskah PNRI menyebut keberadaan dua naskah ini, dan yang 11 paling mutakhir di antaranya adalah Behrend (peny.) 1998. Pemerian atas dua naskah dalam penelitian ini sendiri didasarkan pada dua naskah koleksi PNRI tersebut dengan memanfaatkan beberapa informasi yang telah dikemukakan oleh Istadiyantha (1989) dan Abdullah (1995).

  MS A