NASKAH BETAWI: SKRIPTORIUM DAN DEKORASI NASKAH

NASKAH BETAWI: SKRIPTORIUM DAN DEKORASI NASKAH BETAWI SCRIPT: SCRIPTORIUM AND DECORATION SCRIPT

Mu'jizah

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamngun, Jakarta 13220

e-mail: mujizah555@gmail.com

Naskah Diterima: 12 April 2018

Naskah Direvisi: 24 Juli 2018

Naskah Disetujui: 10 September 2018

Abstrak

Betawi pada abad ke-19 menjadi tempat penyalinan naskah atau skriptorium. Naskah disalin di lembaga pemerintah dan di beberapa kampung oleh masyarakat. Banyaknya naskah tersebut membuktikan bahwa intelektualitas masyarakat Betawi sudah tinggi. Naskah-naskah yang disalin masyarakat memiliki keunikan, terutama banyaknya dekorasi naskah berupa iluminasi, ilustrasi, dan kaligrafi. Dekorasi atau hiasan tersebut disesuaikan dengan jenis cerita. Dalam artikel ini dibahas skriptorium naskah Betawi dengan kekayaan naskahnya, pengarang dan penyalin, serta keberagaman dekorasi dalam bentuk iluminasi dan ilustrasi yang menjadi keunikan naskah Betawi. Metode kodikologi digunakan untuk membahas skriptorium dan dekorasi naskah Betawi. Dari pembahasan ini ditemukan bahwa pada abad ke-19 di Betawi banyak diproduksi naskah. Naskah yang disalin bukan hanya oleh Pemerintah Hindia-Belanda yang digunakan sebagai bahan pelajaran bagi para pejabat yang akan ditugasi ke Hindia-Belanda, melainkan oleh masyarakat yang naskahnya disewakan. Dekorasi berupa iluminasi dan ilustrasi berfungsi sebagai hiasan untuk menarik minat pembaca. Simpulannya bahwa Betawi sebagai skriptorium naskah pada masa lalu memperlihatkan dinamika intelektualitas masyarakatnya yang banyak memproduksi naskah untuk bahan bacaan masyarakat.

Kata kunci: skriptorium, iluminasi, kodikologi, dan persewaan naskah.

Abstract

In the 19th century, Betawi became a scriptorium, place of writing scripts. The scripts copied in government agencies and in some vilages by community. The scripts consists of many genres. The large numbers of the script prove that the community in Betawi was already high intellect. The Betawi copied manuscript has uniqueness. There are the large numbers of scripts decorated by illumination, illustration, and calligraphy. The ornament is depends on a kind of story. This paper discusses the scriptures of the Betawi script with the richness of the scripts, authors and copyists, as well as the diversity of decorations in the form of illuminations and illustrations that are unique to the Betawi script. The codicology method is used to discuss the scriptorium and decoration of Betawi scripts. From this discussion, it is found that in the 19th century, Betawi produced many scripts. The scripts are copied not only by the Dutch East Indies Government to be used as learning material for officials assigned to the Dutch East Indies, but also by people whose texts were leased. Decorations in the form of illuminations and illustrations serve as the ornament to attract readers. The conclusion is that Betawi as a scriptorium shows the intellectual dynamics of its people who produce a lot of manuscripts for public reading material.

Keywords: scriptorioum, illumination, and script rental.

154 Patanjala Vol. 10 No. 2 Juni 2018: 153 - 170

A. PENDAHULUAN

diciptakan masyarakat, di antaranya di

Betawi atau Batavia adalah sebuah Pecenongan.

daerah pesisir di Pulau Jawa yang pernah Pecenongan adalah salah satu menjadi pusat Pemerintahan Kolonial skriptorium

naskah, yaitu tempat Belanda, disebut Hindia-Belanda yang penulisan dan penyalinan naskah di aktif abad ke-19. Dari daerah inilah Betawi. Naskah yang dihasilkan oleh Pemerintah

Hindia-Belanda beberapa anggota masyarakat itu cukup mengendalikan berbagai persoalan yang banyak jumlahnya. Kini naskah tersebut berkaitan dengan kekuasaannya. Dalam disimpan di berbagai perpustakaan, baik Ikhtisar Keadaan Politik Hindia-Belanda di dalam maupun di luar negeri. Salah Tahun 1839 —1845 (Arsip Nasional satu tempat koleksi terbesar berada di Republik Indonesia, 1973) dijelaskan dalam koleksi Perpustakaan Nasional, bahwa Batavia sejak awal abad ke-17 Jakarta. Naskah-naskah dari Betawi ini sudah

kekuasaan mempunyai keunikan, baik dalam Pemerintah Hindia-Belanda. Di kota ini penggunaan bahasa maupun gaya semua kegiatan pemerintahan diatur oleh bercerita dengan berbagai dekorasi. Gubernur

menjadi

pusat

Dekorasi itu berupa hiasan pada Daerah ini sudah dikuasai penuh oleh halaman naskah. Bentuknya berupa Belanda. Pada 22 Mei 1848, Inlandsche iluminasi, ilustrasi, dan kaligrafi. Dekorasi Kinderen golongan peranakan Belanda, itu fungsinya bukan hanya menghias mengadakan

Jenderal

Hindia-Belanda.

untuk halaman naskah, melainkan mendukung isi memperbaiki kehidupan mereka yang dengan mengkonkretkan ide cerita yang mundur karena semakin banyaknya orang dikisahkan. Belanda totok yang datang. Mereka

rapat

besar

yang beragam itu menuntut agar diskriminasi dihapuskan, memperlihatkan kekayaan Betawi dalam terutama pada jabatan pemerintahan. seni lukis. Seni ini belum digali secara Mereka juga menuntut agar pendidikan optimal. Padahal kekayaannya cukup mereka

Hiasan

beragam bentuk Pemerintahan Belanda tidak senang bergantung pada jenis ceritanya. Di dengan tuntutan mereka. Namun, mereka samping hiasan, naskah Betawi juga tidak

diperbaiki.

Sebenarnya banyak

dengan

kuasa menolaknya. Sistem banyak menyimpan informasi tentang pendidikan

diperbaiki. Perbaikan orang-orang yang terlibat dalam produksi pendidikan ini berdampak juga bukan naskah, seperti pengarang, penyalin, dan pada Belanda keturunan, tetapi juga pada pemrakarsa. masyarakat sekitarnya. Dengan adanya

(1984) pernah pendidikan,

Cambert-Loir

kebutuhan membaca mengungkap tiga generasi pengarang dan meningkat dan beragam bacaan diadakan penyalin. Naskah-naskah yang mereka untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

karang dan salin menciptakan kekhasan Sementara

dalam membangun dan keunikan, terutama dalam hal dekorasi Batavia,

Pemerintah Hindia-Belanda yang berkaitan dengan iluminasi dan membutuhkan

para

pekerja

yang ilustrasi.

didatangkan dari berbagai suku di Upaya penelitian yang berkaitan Indonesia, seperti Bugis, Makassar, Bali, dengan skriptorium dengan kekhasan Arab, dan juga Cina. Kelompok hiasan ini dapat mengungkap sejarah masyarakat ini turut serta dalam perputaran penciptaan atau produksi naskah yang ekonomi dan sosial, di antaranya dunia memperlihatkan tinggi peradaban dan bacaan yang pada waktu itu masih dalam intelektual masyarakat Betawi pada masa bentuk tulisan tangan atau manuskrip. itu, khususnya abad ke-19. Untuk memenuhi kebutuhan pendidikan

Penelitian skriptorium naskah pada itulah tampaknya banyak bacaan yang dasarnya sudah mulai dilakukan oleh

Naskah Betawi..... ( Mu’jizah) 155 beberapa peneliti. Peneliti yang banyak

Berkaitan dengan hal itu, penelitian menggali kekayaan naskah Betawi adalah skriptorium dapat dikembangkan dengan Chambert-Loir. Dalam penelitiannya, dia menggali koleksi naskah di beberapa berhasil mengungkap peran pengarang

daerah lagi. Daerah di Indonesia yang penyalin yang berasal dari tiga generasi memiliki

kekayaan naskah yang dalam keluarga Fadli. Penelitian yang berlimpah,

antaranya Aceh, mengungkap tradisi penulisan naskah di Minangkabau, Bugis-Makassar, Bali, dan Betawi juga dilakukan oleh Maria Indra Sasak. Rukmi (1997). Peneliti menggali khusus

di

memperkaya khazanah peran Algemeene Secratarie, Batavia tersebut,

Untuk

penelitian ini merupakan sebagai sebuah tempat penyalinan. Di pengembangan atau penajaman dari kantor ini banyak naskah disalin oleh para penelitian sebelumnya tentang naskah penyalin profesional.

Betawi. Betawi sebagai sebuah skriptorium Penelitian

skriptorium naskah sangat menarik dan unik. Keunikan pernah dilakukan atas naskah Riau oleh tersebut terutama jika dilihat dari Mu’jizah (2013). Di daerah itu ditemukan persewaan naskah dan kekhasan dalam

beberapa tempat penyalinan, baik yang hiasan naskah, khususnya iluminasi dan dilakukan di kantor atau lembaga dan di ilustrasi. kampung-kampung di Pulau Penyengat.

Menurut Mulyadi (1974) iluminasi Beberapa kampung itu antara lain dan ilustrasi yang menjadi hiasan pada Kampung Tengah dan Kampung Baru.

naskah menjadi bagian dari penelitian Belum lama ini, diteliti juga kodikologi. Penelitian kodikologi berfokus skriptorium

koleksi pada aspek fisik naskah, termasuk hiasan. Pakualaman, Yogyakarta oleh Ratnasakti Penelitian berkaitan dengan hiasan naskah (2016). Dari hasil penelitian ini diperoleh pada akhir-akhir ini mulai diminati para informasi bahwa di Pakualaman, tugas- filolog, terutama untuk studi akademik di tugas dalam penulisan naskah telah dibagi beberapa perguruan tinggi. sesuai dengan perannya, seperti juru tulis,

naskah

dalam

Kekayaan iluminasi dan ilustrasi juru baca, dan juru gambar. Gambar atau pada naskah sangat bervariasi. Variasi hiasan yang menjadi dekorasi naskah ditentukan, di antaranya oleh daerah, sangat menonjol, terutama dalam iluminasi waktu, dan isi naskah atau cerita. Beberapa yang dalam bahasa Jawa disebut dengan

penelitian yang berkaitan naskah-naskah pepadan dan ilustrasi dalam bentuk bergambar ini mempunyai daya tarik rubrikasi.

sendiri karena peneliti bermain dengan Beberapa penelitian skriptorium ini estetika gambar. dapat mengungkap sejarah penciptaan

Mu'jizah (1992) pernah membahas atau produksi naskah, di antaranya nama- naskah yang beriluminasi dan berilustrasi nama penyalin/pengarang, tempat-tempat dengan judul "Illumination and Illustration penyalinan, waktu penulisan, dan karya- in Manuscripts at the National library". karya yang diciptakan serta berbagai Kertas

itu disajikan pada kekhasannya.

kerja

International Workshop on Indonesian Dengan

beberapa penelitian Studies : Southeast Asian Manuscripts, skriptorium tersebut, kekayaan naskah Leiden,

Dalam makalah yang dimiliki Indonesia semakin lama didaftarkan sekitar 45 naskah beriluminasi akan terungkap. Dengan begitu terlihat dan berilustrasi yang berada dalam koleksi bahwa masyarakat Indonesia sebagai Perpustakaan Nasional, Jakarta. bangsa yang bermartabat dan mempunyai

Belanda.

Iluminasi dan ilustrasi dalam naskah intelektual yang tinggi dan daya literasi merupakan kekayaan Indonesia yang dapat yang kuat.

dimasukkan dalam bidang seni lukis,

156 Patanjala Vol. 10 No. 2 Juni 2018: 153 - 170 hanya lukisannya di atas kertas dan nyonya-nyonya,

panggilan untuk menggunakan bahan tradisional.

keturunan Cina.

Hiasan atau dekorasi pada naskah Keberadaan naskah ini penting yang terdapat pada halaman awal, dalam menggali sejarah penciptaan atau layaknya sebuah sampul buku disebut produksi naskah Melayu Betawi sebagai iluminasi. Dalam naskah ini, iluminasi skriptorium naskah. Sehubungan dengan biasanya terdapat pada halaman 1 atau itu, masalah yang dibahas dalam penelitian halaman 1 dan 2. Iluminasi kadang juga ini adalah bagaimana naskah yang ditempatkan pada halaman akhir yang dihasilkan skriptorium Betawi dan berisi kolofon naskah. Iluminasi ini bagaimana dekorasinya dan motif apa saja biasanya terbagi atas 3 gaya, yakni gaya yang ada dalam iluminasi dan ilustrasi tebaran, gaya empat sisi, dan gaya tiga sisi,

dalam naskah tersebut? Mu'jizah (2009: 149--158)

Berkaitan dengan permasalahan Selain iluminasi, terdapat juga tersebut tujuannya adalah mengungkap ilustrasi. Ilustrasi biasanya terdapat pada penyalinan naskah di skriptorium Betawi halaman isi dan hiasan ini berhubungan dan menemukan hiasan dalam iluminasi erat dengan isi teks. Hiasan ini dan ilustrasi. Penemuan itu bermanfaat memperindah halaman-halaman naskah.

untuk mengungkap sejarah penciptaan Kekayaan dalam bentuk iluminasi naskah. dan ilustrasi dalam naskah dapat dipakai

Untuk itu, dalam artikel ini dibahas sebagai sarana untuk mengungkap tradisi tempat penulisan, para penulis dan penyalinan atau penulisan naskah sebab penyalin serta keberagaman iluminasi dan hiasan itu terikat pada gaya khas suatu ilustrasi naskah Betawi serta peranannya daerah dan gaya suatu masa. Hiasan itu dalam mengungkap sejarah produksi berfungsi dalam mendukung keberadaan naskah yang sebagian besar dibuat pada naskah.

awal abad ke-19.

naskah Betawi, Kramadibrata menerbitkan sebuah katalog khususnya naskah Muhammad Bakir, telah naskah yang sangat berharga. Katalog ini menarik minat beberapa mahasiswa untuk disusun dalam rangka pameran naskah tugas skripsi dan tesis. Naskah yang oleh Perpustakaan Nasional. Katalog itu dibahas

Pada tahun 2013 Chambert-Loir dan

Keberadaan

Lakon Jakasukara berjudul Katalog Naskah Pecenongan (Kramadibrata, 1981), Hikayat Sampurna Koleksi Perpustakaan Nasional . Kalatog Jaya (Kramadibrata, 1991), dan Seribu ini sangat penting untuk mengetahui Dongeng (Widayati, 1996). Naskah-naskah keberagaman iluminasi dan ilustrasi pada karya Muhammad Bakir sebagian besar naskah Betawi dan peneliti menggunakan dihias dengan gambar berupa iluminasi katalog ini sebagai dasar dalam penulisan dan ilustrasi. Objek ini menjadi bahan artikel ilmiah ini.

adalah

penelitian yang menarik. Keunikan pada tradisi naskah

Pada dasarnya kajian hiasan dalam Betawi adalah berperannya tiga generasi, bentuk iluminasi sudah dilakukan untuk Muhammad Fadli, Muhammad Bakir atau naskah-naskah dari luar negara. Dalam Saprin/Guru Cit dan Ahmad Beramka. Di Mu’jizah (2009) dibahas beberapa antara para pengarang itu, Muhammad penelitian yang berkaitan dengan iluminasi Bakirlah yang banyak memberikan gambar dan ilustrasi. Penelitian di antaranya adalah dalam karyanya, berupa iluminasi dan Grabar (1984:137) dalam bukunya yang ilustrasi sebagai upaya menarik minat berjudul Illustrations of the Maqamat. Ia pembaca agar mereka mau menyewa meneliti berbagai versi naskah Maqamat naskahnya. Dari penyewaan itulah mereka yang dalam naskah itu terdapat ilustrasi. memeroleh uang sewa. Pada masa itu yang Ilustrasi itu adalah gambar seorang banyak menyewa naskah adalah baba dan protagonis bernama al-Harist. Sosok al-

Naskah Betawi..... ( Mu’jizah) 157 Harist diidentifikasi dengan rinci sehingga

Di Indonesia penelitian Iluminasi dari rincian itu dia memeroleh kesimpulan yang menarik adalah Illuminations: The waktu dan tempat penulisan naskah dari Writing Tradition of Indonesia oleh setiap versi yang masing-masing versinya McGlynn (1996). Dalam buku ini dibahas menampilkan sosok gambar yang berbeda. keragaman naskah yang berasal dari Misalnya, naskah yang berasal dari abad Indonesia, seperti Sunda, Bali, Jawa, ke-13 memperlihatkan sosok al-Harist Sulawesi Selatan, dan Sumatra Selatan. sebagai borjuis Arab yang gagah, bermuka Bahasan dalam buku ini sebagian besar lonjong, dan hidung mancung serta agak juga mengungkap iluminasi dalam naskah- bengkok. Pakaian tokoh itu juga dapat naskah tersebut. Iluminasi disajikan dicirikan, di antaranya dengan sorban, dengan gambar yang menarik dengan selop,

dan celana panjang yang aneka bentuk dan warna-warna menarik. dikenakannya. Penelitian naskah Arab

Yang tak kalah pentingnya adalah lainnya dilakukan oleh Nasr (1976). Ia penelitian Gallop dan Arps (1991). Gallop meneliti simbol-simbol binatang yang ada adalah peneliti dari British Library yang dalam naskah. Penelitiannya berjudul banyak membahas iluminasi. Dia menulis Animal Symbolism in Warqa wa Gulshah . banyak artikel yang berkaitan dengan topik Dalam penelitian itu Nasr mengungkap tersebut. Dalam Golden Letters, Gallop makna simbol gambar binatang, seperti dan Arps (1991:58) mengatakan bahwa rubah dan kelinci.

amat sedikit yang diketahui tentang teknik Meredith-Owens (1973) meneliti pembuatan iluminasi dalam naskah naskah Persia. Dalam penelitiannya dia Melayu. Masih banyak pertanyaan yang mengatakan bahwa aliran ortodoks belum terjawab, seperti apakah juru tulis memengaruhi gambar dalam naskah, dan ilustrator atau iluminator adalah orang ilustrasi yang disajikan dalam naskah yang sama? Alat-alat apa saja yang Persia bukan lagi benda-benda hidup, digunakan?

Bagaimana cara tetapi kaligrafi dan arabesques, sebuah pembuatannya, apakah iluminasi dibuat ekspresi seni dengan pola bersusun yang pada waktu menulis surat atau iluminasi saling berkait. Jenis naskah juga dapat dibuat lebih dahulu dan kemudian diketahui dari ilustrasinya. Naskah yang disimpan? Motif-motif apakah yang bersifat ilmu, seperti ilmu kedokteran, muncul? Pengungkapan butir-butir itu gambarnya adalah sesuatu yang ilmiah perlu diketahui melalui penelitian yang seperti diagram, sedangkan dalam karya sampai saat ini masih belum dilakukan. fiksi (prosa dan puisi) ilustrasinya berupa

Penelitian naskah bergambar dari miniatur.

Indonesia pernah dilakukan juga oleh Rawson (1984), peneliti naskah Cina Mu'jizah (2006) dalam Ilustrasi Naskah mengkaji

Ia Martabat Tujuh: Makna dan Simbol , menemukan motif-motif khas dalam naskah Sestradisuhul oleh Saktimulya naskah Cina, yakni motif daun bergelung (1996), Mu'jizah (2009) meneliti iluminasi (sulur) yang berasal dari ajaran Hindu dan pada surat-surat raja Melayu, Zuriati Budha. Daun bergelung itu membentuk (2013) atas naskah berilustrasi dari suku lingkaran-lingkaran dalam satu garis lurus. Minangkabau.

morfologi

gambar.

Pada tahun 2016, Motif lain yang ditemukan adalah teratai Saktimulya menerbitkan Naskah-Naskah (nelumbium nelumbo), naga, dan palem Skriptorium Pakualaman Periode Paku (ricinus communis). Selain motif tersebut Alam II (1830 —1856). ditemukan juga motif-motif lain yang

dipakai oleh negara-negara di luar Cina B. METODE PENELITIAN

dengan sedikit perubahan. Perubahan itu Pembahasan dalam artikel ini bergantung pada latar sosial dan menggunakan pendekatan kodikologi. Hal keagamaannya.

itu sejalan yang dikatakan Mulyadi (1974)

158 Patanjala Vol. 10 No. 2 Juni 2018: 153 - 170 bahwa kodikologi fokusnya pada fisik

catatan sementara, naskah untuk mengungkap waktu, tempat skriptorium naskah Betawi disalin di dua penyalinan, para penyalin dan pengarang, tempat, yakni yakni di lembaga yang

Dari

termasuk iluminasi. Pendekatan ini disebut Algemeene Secretarie yang ditunjang juga dengan tekstologi, terutama diprakarsai Pemerintah Hindia-Belanda berkaitan dengan teks yang mengungkap dan di beberapa kampung yang dikelola sejarah naskah, seperti kolofon dan bagian masyarakat. catatan. Bagian ini pada naskah Betawi

Tempat penulisan naskah yang biasanya cukup panjang lebar diuraikannya diprakarsai pemerintah Hindia-Belanda, sehingga bagian ini menjadi sangat menurut Rukmi (1997:28 —32) memiliki berharga untuk mengungkap sejarah beberapa penyalin profesional. Para pernaskahan naskah.

penulis digaji khusus untuk menyalin Untuk meneliti dekorasi naskah naskah. Para penulisnya itu, antara lain berupa iluminasi dan ilustrasi digunakan Cing Saidullah yang menyalin Sejarah metode kodikologi dengan cara kerja yang Melayu dan Hikayat Iskandar Zulkarnaen dikemukakan

dan dan Muhammad Sulaeman yang menyalin Vermeeren (dalam Van der Molen, Hikayat Indranata. 1993:510 —520) dalam mendeskripsikan

oleh

Hellinga

Di kantor itu juga tercatat nama setiap unsur fisik naskah dengan rinci. Muhammad Hasan sebagai penulis Sejarah Untuk itu, dirujuk uraian Hermans dan Melayu dan Abdul Hadi sebagai penulis Huisman (1979) dalam "De Descriptione Hikayat Pelanduk Jenaka . Naskah-naskah Codicum" yang menguraikan bagian- yang disalin ini dikirim ke Akademi Delft, bagian

naskah untuk menafsirkan Belanda. Naskah ini digunakan sebagai sejarahnya.

itu, bahan pelajaran untuk para pejabat yang penelusuran tempat penyalinan atau akan dikirim ke Hindia-Belanda. skriptorium

Dalam

penelitian

Naskah yang disalin di kantor ini dilakukan juga dengan studi pustaka.

sebagian besar disimpan di Perpustakaan Dalam skriptorium, khususnya di Universitas Leiden. Genre naskah ini Pecenongan ditemukan banyak dekorasi dalam bentuk hikayat dan syair. Isinya naskah. Dekorasi itu mempunyai keunikan sebagian besar sejarah, keagamaan, cerita dalam iluminasi dan ilustrasi. Iluminasi panji, cerita wayang, cerita kepahlawanan, dan ilustrasi tersebut dideskripsikan, di dan cerita binatang atau fabel. antaranya dengan mengidentifikasi bentuk

Naskah yang disalin di kantor ini atau motif, warna, simbol, dan fungsinya jumlahnya sekitar 99 naskah. Bahasa yang dalam teks. digunakan dalam naskah ini adalah bahasa Melayu yang formal. Bahasa itu digunakan

C. HASIL DAN BAHASAN

di antaranya dalam Hikayat Bispu Wiraja

1. Skriptorium

(Cod. Or. 1401) yang disalin Muhammad Batavia atau Betawi sejak abad ke- Cing Saidullah. Kutipannya sebagai

18 sampai dengan abad ke-19 sudah berikut. menjadi

Setelah sudah lengkap maka Jaya // Pemerintah Hindia-Belanda. Pada awal Candra bermohon kepada baginda lalu abad ke-19 Betawi menjadi tempat berjalan membawa rakyat tiga ribu penyalinan naskah atau skriptorium. menuju negeri Astana Pura Negara dan Salah satu buktinya dalam Hikayat beberapa lamanya ia berjalan itu maka Pelanduk dinyatakan, “Dan habislah cerita hampirlah akan sampai. Maka menteri itu Hikayat Pelanduk Jenaka menjadi raja pun disuruhkan pergi dahulu. Maka dalam rimba padang sujana itu… tamat al- menteri itu pun sampailah ke Negeri

hikayat Pelanduk dalam negeri Betawi ”. Astana Pura Negara. Maka Mangkubumi

dan punggawa hulubalang sekalian

Naskah Betawi..... ( Mu’jizah) 159 keluarlah pergi menyembah Jaya Candra. Prancis. Di Belanda, naskah Betawi

Kira-kira tiga hari perjalanan jauhnya disimpan di Perpustakaan Universitas maka Mangkubumi dan punggawa Leiden dan Perpustakaan KITLV. Bahkan, hulubalang itu pun bertemulah dengan naskah Betawi ini disimpan juga di Jaya Candra. Maka Mangkubumi itu pun Perpustakaan di Leningrad, Rusia. sujud kepada kaki Jaya Candra lalu ia Berdasarkan katalog Naskah Melayu di

menangis. Leningrad (Braginsky, V.I.& M.A. Format naskah yang disalin di Boldyreva, 1989) naskah Betawi di kantor ini juga sangat rapi dan teratur, baik perpustakaan tersebut berjumlah 13 dalam bentuk tulisan dan formatnya. naskah yang berasal dari koleksi van naskah yang berdekorasi sangat sedikit. Doorninck. Namun, iluminasi indah dan halus. Hal itu

Sebagian besar naskah tersebut dilakukan karena para penyalin digaji tercatat disewakan. Persewaan naskah dengan upah tertentu. Pada tahun 1837 terjadi di antaranya Pecenongan, sebuah dinyatakan bahwa seorang penyalin naskah tempat yang saat ini terletak di tengah digaji oleh kantor tersebut sebesar 50 kota. Pada masa lalu di daerah ini terdapat gulden.

sebuah tempat persewaan naskah yang Selain disalin di kantor Pemerintah menjadi bacaan rakyat. Hindia-Belanda tersebut, naskah Betawi

kampung itu, tinggal juga ditulis dan disalin di kampung- sekelompok

Di

intelektual yang kampung. Naskah ini merupakan koleksi memproduksi naskah sebagai bacaan masyarakat. Tempat yang sering banyak untuk meningkatkan pendidikan dan disebut adalah Pecenongan. Di samping hiburan. Salah satu anggota kelompok itu, ada beberapa tempat penulisan naskah masyarakat itu adalah keturunan Fadli. lainnya di Betawi di antaranya Pulau Chambert-Loir

(1984) berdasarkan Onrust seperti tercatat dalam Hikayat Raja penelitiannya memperkirakan sekitar 77 Kerang . Tempat lainnya adalah Kampung naskah disalin di Betawi. Keterangan ini Krukut dan Kampung Tambora.

banyak diperolehnya dari riwayat naskah. Naskah di beberapa kampung itu

Salah satu contoh riwayat naskah sebagian besar disewakan. Beberapa yang ada dalam kolofon diperoleh dari pemilik naskah adalah wanita, seperti Mak Hikayat Sultan Taburat berikut ini. Kecil Kampung Tambora, Mak Pungut di Kampung Pluit, Nyonya Rahima, Janda Kapiten Abdul Rahman yang mata pencahariannya menyewakan naskah. Di samping itu, terdapat sebuah koleksi yang unik yang berasal dari keturunan Fadli, yakni Muhammad Bakir.

Naskah dari Betawi ini menarik perhatian para peneliti dan pedagang Eropa. Mereka mengoleksi naskah tersebut dan membawanya pulang ke negara masing-masing. Oleh karena itu, pada saat ini tempat penyimpanan naskah Betawi tersebar dalam berbagai koleksi, baik di dalam negeri dan di luar negeri.

Koleksi terbesar naskah Betawi adalah Perpustakaan Nasional, Jakarta.

Namun, banyak juga naskah Betawi disimpan di Perpustakaan Nasional

Gambar 1. Hikayat Sultan Taburat Sumber: Foto koleksi pribadi

160 Patanjala Vol. 10 No. 2 Juni 2018: 153 - 170 Naskah Betawi koleksi masyarakat menanggung dendam berahi berlumuran

sebagian besar disewakan. Beberapa bukti dengan dosa, yaitu pengarangnya disebut penyewaan naskah itu dimuat dalam Encik Muhammad Bakir bin Sofyan Usman Hikayat Maharaja Garebeg Jagat. Dalam Fudali di Pecenongan, Langgar Tinggi, naskah itu dinyatakan, “Dikasi tau wang Betawi, pada 17 Maret 1890, malam Isnin,

sewanya sehari semalam sepulu sen sebab

26 Rajab 1308, tahun Alif .” saya miskin ada mempunyai anak dan istri,

Pemakaian bahasa dalam naskah di tiada mempunyai pekerjaan lain melainkan Betawi ditandai dengan pemakaian bahasa mengharapkan belas kasihan yang sewa Melayu dialek Betawi. Bahasa dalam hikayat . ”

naskah ini sebagian besar adalah bahasa Dalam koleksi masyarakat, para sehari-hari dan tidak formal, berbeda penyalin tidak memeroleh gaji, tetapi dengan salinan naskah pemerintah Hindia- memeroleh uang dengan menyewakan Belanda. naskah. Naskah disewakan sehari semalam

Bahasa yang dipakai dalam naskah

10 sen. Hal itu, dapat diketahui dari milik masyarakat ini warna kutipan berikut.

kebetawiannya sangat mencolok. Dalam Hikayat Merpati Mas dan Merpati Perak,

Lebih maklum orang semua

kata-kata matahari telah hikayat jangan jadi kecewa ngelincir, sepegimanalah, ketiup angin,

dijumpai

10 sen akan dia punya sewa bahkan dalam salah satu baitnya dalam patut hamba mendakwa

Apakah Tuan yang Sepuluh sen hamba punya upah

berbunyi,

dibimbangin / pada yang saling jangan yang disewa lupa

bersahut-sahutin dengan iringan musik . uang tinta kertas beberapa rupa

Siapa Tuan kenangin /pada beta baik

10 sen itu tiada seberapa dibilangin / beri tahu beta tolongin. Dalam Hikayat Nakhoda Asyik

Naskah yang disewakan itu, sebagian besar disalin di Pecenongan.

(Mu'jizah, 1995) juga ditemukan kata- Berdasarkan penelitian Chambert-Loir kata, seperti dibikinnya, semingkinlah,

terlongong-longong, (1984) di Betawi ditemukan tiga generasi

dikojornya,

pengarang, yakni Usman bin Fadli. Dia diserampang, mengemplang. Hal yang sama juga ada dalam Sultan Taburat II,

memiliki dua anak, yakni Sapirin dan Sapian. Generasi kedua, yakni Sapian

umpamanya bacot, bengong, bini-bini, memiliki anak Muhammad Bakir dan

tumben, karuanan, dan belon. Dalam Syair Capjiki , Ahmad Beramka menulis

Sapirin. Pada generasi ketiga Sapirin memiliki tiga putra, yakni Ahmad Insab,

sebagai berikut,

Ahmad Mujarrab, dan Ahmad Beramka. Apa yang sudah soya tulisin, sampai di sini soya watasin, cerita syair

Di antara ketiga anak Sapirin ini, Ahmad Beramka juga pengarang yang cukup

soya putusin, memberi selamat suara soya produktif. Naskah-naskahnya saat ini

kerasin, soya mengarang sair (?petopan), kertas dan pena adap-adapan, barangkali

sebagian besar disimpan di Rusia. Di antara para pengarang itu, perkataan kurang sopan, diberi ampun Muhammad Bakirlah yang paling aktif

soya punya harapan, Sair ini habislah sudah. Terkarang sair apa yang ada, di

menulis. Dia berkarya antara tahun 1884 — 1898. Dalam Hikayat Maharaja Garebeg

bawah ini soya bertanda. Ahmad Jagat, dia mendaftarkan karya-karyanya

Beramka yang amat rendah (Chambert- Loir, 1997).

yang disewakan. Dalam kolofon Hikayat Nakhoda

Bahasa yang khas tersebut sering memperlihatkan unsur kejenakaan atau

Asyik , Muhammad Bakir mencatat, “Tamatlah sudah hikayat Saudagar Asyik humor. Kejenakaan itu diketahui dari

Cinta berlekat, karangan seorang yang celetukan-celetukannya yang merupakan

Naskah Betawi..... ( Mu’jizah) 161 komentar pengarang pada saat cerita cerita Mahabarata, di antaranya Hikayat

sedang berlangsung.

humor Purusara, Hikayat Wayang Arjuna , dan disampaikan

Gaya

bentuk Hikayat Pandu Turunan Pandawa . onomatopae, tiruan bunyi (Mu’jizah, Sementara, hikayat yang dikreasi dari 2017).

juga

dalam

cerita Ramayana adalah Hikayat Sri Rama. Dalam Hikayat Sultan Taburat

Selain jenis-jenis cerita tersebut (disingkat

ST) dikisahkan sebuah terdapat juga cerita panji. Cerita ini peperangan.

peristiwa ditransformasi dari cerita Jawa, namun peperangan yang serius sedang terjadi, kreasinya sudah sangat berbeda. Cerita dari sering dipotong dengan komentar yang Betawi yang berasal dari jenis ini di terkesan lucu. Komentar yang lucu ini antaranya Hikayat Panji Semirang dan menurut Mu’jizah (2017) juga merupakan Syair Ken Tambuhan . gaya bercerita yang khas. Perhatikan

Pada

saat

Cerita petualangan juga termasuk kutipan berikut, "Pelor Bahrul Alam banyak ditulis di Betawi. Chambert-Loir menyeberang, dalam suaranya seperti dan Kramadibrata (2013) menyebutkan gemuruh suara burung kecapi tatkala keluar sekitar 9 naskah yang termasuk dalam dari liang tanah itu dengan suaranya cerita ini. Cerita tersebut di antaranya serawat-seriwit dan setengahnya nying... adalah Hikayat Syahrul Indra, Hikayat Sitti nying.-.nying. Maka adalah yang bersuara Zawiyyah , dan Seribu dongeng. wang... wung... wung... maka seketika

Cerita berwarna keislaman juga kelamlah medan itu dari asap. Maka banyak ditemukan dalam khazanah naskah suatupun tiada yang kelihatan itu (ST:53)

Betawi ini. Dalam genre ini terdapat tiga ... gua-gua batu itu serta dengan judul. Ketiga cerita itu berkaitan dengan suaranya

seperti ceruwat-ceruwit, tokoh Islam yang disucikan dan dipuja, nyut...nyiit...nyut itu. Yang menyobek dan yakni Syekh Muhammad Saman dalam menyubit dan adalah yang mengasit dan Hikayat Syekh Muhammad Saman , dan suaranya

ceruwat-ceruwit ngak... Syekh Abdul Kadir Jaelani dalam Hikayat nguk...ngik (ST:115). Abdul Kadir Jaelani . Di samping itu Hal lucu lainnya digambarkan juga terdapat juga cerita yang berkaitan dengan dalam Hikayat Merpati Mas dan Merpati nabi, yakni Hikayat Nabi Bercukur. Perak (disingkat HMM). Kelucuan terlihat

Berbagai jenis naskah Betawi dalam kutipan berikut. .... Senjatanya Sarat tersebut mempunyai gaya bercerita yang Maya terkena sedikit pada perutnya

khas, di antaranya dengan memasukkan Garat Santa itu. Maka putuslah kolorannya

pantun dan dekorasi berupa iluminasi serta pada berbetulanlah kemaluannya, maka ilustrasi. Pantun adalah salah satu melesatlah keluar biji kepuri. Maka sigera kecerdasan dalam pemakaian bahasa. jatuh rebahlah pada bumi dengan Tradisi berpantun hingga saat ini masih kematiannya menyesal memegang kaki hidup dalam tradisi masyarakat Betawi. Merpati Mas itu (HMM:67).

upacara yang masih Genre naskah

Salah

satu

Betawi cukup menggunakan pantun adalah upacara beragam. Keberagaman itu dapat diketahui lamaran dalam palang pintu. dari judul dan isi naskah. Salah satu jenis

Pantun ini banyak mewarnai naskah dari naskah Betawi adalah cerita romantis. Betawi, di antaranya Hikayat Nakhoda Dalam cerita ini di antaranya Hikayat Asyik. Pada beberapa bagian bahkan Nakhoda Asyik dan Cerita Merpati Mas pantun yang digunakan berbahasa Arab. dan Merpati Perak .

Salah satu contoh pantun yang menarik Jenis lainnya adalah cerita wayang. dalam hikayat itu adalah: Cerita wayang yang disalin di Betawi

Bukan pakaian membawa manusia merupakan cerita turunan dari Mahabarata

rupanya juga membawa kemanisan dan Ramayana. Cerita yang berasal dari

sekalipun pakaian berbagai jenisnya

162 Patanjala Vol. 10 No. 2 Juni 2018: 153 - 170 tiada berguna dipandang bosan.

dibandingkan dengan naskah Jawa atau Pada cerita sambungannya, Hikayat hiasan surat-surat beriluminasi. Merpati Mas dan Merpati Perak Iluminasi pada beberapa naskah (Chambert-Loir, 2009) juga ditemukan terlihat belum selesai dikerjakan karena banyak pantun. Misalnya untuk melipur belum diberi warna. Selain itu, ada juga hati masing-masing, tokoh Anggur dan iluminasi yang masih berbentuk sketsa. Delima berdialog. Dalam dialog itu Gaya hiasan agaknya tanpa stilisasi yang digunakan pantun, seperti

halus.

Sebuah iluminasi yang lengkap dan Kayu sepotonglah sudah patah sudah selesai dikerjakan terdapat dalam untunglah Tuan untunglah beta Hikayat Bikrama Cindra Ml.239 yang ada kayu kelapa diukir-ukir, pada halaman 2 dan 3. Foto iluminasi ini buat apa dipikir-pikir dimuat dalam katalog. Hikayat ini

Bukanlah patah disengajakan mengisahkan seorang raja yang bernama kita ketiga diselamatkan

Bikrama Cindra dengan permaisurinya buah gelagah saya taburin

yang bernama Ratna Kemala. (Chambert- hati ketiga baik dihiburin

Loir dan Kramadibrata, 2013, hlm 92). Kayu gelagah dibuat tongkat

kita ketiga sama terikat bukannya demang menjadi ratu sahajanya memang sudah begitu

Pantun tersebut mewarnai cerita sebagai salah satu gaya. Dengan adanya pantun ini, cerita menjadi lebih menarik. Di samping pantun, salah satu cara yang digunakan untuk menarik pembaca atau penyewa naskah adalah membuat dekorasi atas naskahnya dengan aneka hiasan. baik dalam bentuk iluminasi maupun ilustrasi yang memperlihatkan sebuah estetika gambar.

2. Iluminasi

Gambar 2. Iluminasi pada Hikayat Iluminasi adalah gambar yang

Bikrama Cindra menghias halaman awal naskah yang

Sumber: Foto koleksi pribadi menjadi

sedangkan ilustrasi menghias halaman Hiasan dalam pembuka teks ini dalam pada bagian teks. Ilustrasi ini digambar dengan cukup rapi, tetapi

sebagian besar

untuk motifnya sederhana. Iluminasi bergaya mengongkretkan ide. Oleh sebab itu, empat sisi. Iluminasi pada empat pias hiasan pada bagian teks ini berfungsi membingkai seluruh teks. Hiasan yang menjelaskan isi teks.

bertujuan

sama terletak pada pias kanan, pias kiri, Pada dasarnya bentuk hiasan pada dan pias bawah. Pada hiasan bagian atas

iluminasi yang menghias halaman muka terdapat stilisasi segi tiga membentuk pada koleksi naskah Betawi ini dapat semacam mihrab. dikatakan sederhana. Kesederhanaan itu

Motif yang digunakan adalah sulur terlihat jika dibandingkan dengan naskah dengan berwarna hijau dan kuning serta

salinan pemerintah Hindia-Belanda. coklat. Di bagian atas, hiasan dari daun Kesederhanaan itu juga terlihat jika yang disetilisasi membentuk bunga. Warna

Naskah Betawi..... ( Mu’jizah) 163 yang digunakan hijau dan kuning. Bentuk juga tinta hitam, sama dengan tinta yang

hiasan sangat kaku dengan gambar yang digunakan untuk menulis teks. Iluminasi sederhana.

ini juga bergaya empat sisi yang Iluminasi juga terdapat pada Hikayat membingkai seluruh teks. Hiasan dibentuk Panji Semirang (Ml.177 A). Hiasan ini dari geometrik dan goresannya cukup diletakkan pada halaman 1 dan 2. halus. Iluminasi ini juga termasuk sederhana dan

Ilmuniasi yang lain terdapat pada terlihat belum selesai dikerjakan. Hiasan Hikayat Syekh Abdul Kadir Jaelani , Ml. menggunakan tinta hitam dan belum diberi 256, hlm. 1--2. Iluminasi juga membingkai warna. Tinta yang digunakan sama dengan teks dengan gaya empat sisi. Hiasan dibuat tinta untuk menulis. Dalam Katalog dengan motif sulur dan belum diberi Naskah Pecenongan (2013) iluminasi ini warna. Hiasan ini dibuat tanpa bingkai dimuat pada hlm.147. Hiasan dibentuk sehingga terlihat alami dan menyatu geometrik dengan stilisasi garis-garis dengan teks. Hiasan pada pias kanan, pias lengkung yang yang membentuk semacam kiri, dan pias bawah bentuk hiasannya gapura.

sama, yakni bunga, sementara pada pias Gaya iluminasi ini juga termasuk atas, hiasan berupa setangkai bunga ros dalam iluminasi empat sisi. Bentuk gambar yang dimodifikasi dengan bunga melati pada pias kanan dan pias kiri sama berupa yang sudah distilisasi. garis lengkung yang membentuk segi tiga

Iluminasi yang agak berbeda yang sudah distilisasi, sedangkan gambar ditemukan pada Hikayat Sultan Taburat pada pias atas dan bawah serupa. Gambar (Ml. 257). Iluminasi ini termasuk dalam itu juga dalam bentuk segi tiga yang gaya dua sisi karena hiasan hanya terdapat distilisasi. Pada bagian tengah hiasan ini pada bagian atas dan bawah. Hiasan terdapat kaligrafi tanda tangan. Pada dibentuk dari goresan geometrik. Salah dasarnya hiasan ini cukup halus dan rapi, satunya adalah bentuk sebuah simpul tetapi belum selesai dikerjakan.

(Chambert-Loir dan Kramadibrata, (2013, hlm.56). Simpul bagian bawah lebih simpel dibanding dengan simpul pada bagian atas. Pada hiasan atas simpul tersebut diapit dua burung yang bertengger di atas sebuah dahan. Hiasan ini tidak diberi

dan alat untuk menggambarnya adalah tinta hitam. Burung adalah hiasan yang menonjol pada naskah-naskah Muhammad Bakir. Dari iluminasi ini dapat diketahui bahwa hiasan pada iluminasi tersebut tampak sederhana.

warna

Gambar 3. Iluminasi Hikayat Panji

3. Ilustrasi

Semirang

Sumber: Foto koleksi pribadi Selain iluminasi, naskah Betawi banyak dihias dengan aneka gambar. Iluminasi pada Hikayat Panji Gambar itu termasuk dalam ilustrasi. Semirang nomor ML.177 B itu berbeda Hiasan dalam ilustrasi pada naskah Betawi bentuknya dengan iluminasi pada naskah juga termasuk unik. Bahan yang menjadi dengan judul yang sama bernomor Ml. objek gambar adalah yang dekat dengan 177 A. Dalam naskah ini iluminasinya juga lingkungannya. Ilustrasi ini sebagian besar belum selesai dikerjakan. Iluminasi hanya dibuat berkaitan dengan isi cerita. terdapat pada halaman 1 dan gambarnya

Salah satu motif yang banyak belum diberi warna. Tinta yang digunakan dipakai adalah burung. Jenis burung yang

164 Patanjala Vol. 10 No. 2 Juni 2018: 153 - 170 dijadikan motif, di antaranya motif burung kecil itu berbaju biru dan coklat. Salah satu

garuda dan sejenis burung kakak tua. gambarnya adalah gadis kecil yang sedang Sejenis burung kakak tua ini menghiasi terbang. Karena rasa sayangnya pada halaman Syair Ken Tambuhan. Posisi gambar ini dalam bagian kolofon penyalin burung

kakinya mengingatkan kepada pembaca yang mencengkram setangkai bunga. Burung meminjam agar menjaga gambar ini jangan tersebut dibentuk sebuah kaligrafi. Hiasan sampai rusak atau dikelet (Chambert-loir ini agak besar dan berwarna biru dan dan Kramadibrata, 2013. hlm.15). kuning. Sebagian bulu yang membentuk

ini berdiri

dan

Selain gambar gadis kecil ada juga sayap dibuat dari sebuah syair 3 bait gambar tempel berupa bunga ros putih dan (Chambert-Loir

dan Kramadibrata, bunga ros merah muda. Gambar tempel 2013:152).

lainnya di dalam teks itu tiga gambar kapal layar, ada yang putih, putih berpadu dengan kuning dan coklat, serta kapal berwarna coklat. Ukuran gambar itu termasuk kecil karena berada di antara dua baris teks. Dalam kolofon naskah dinyatakan "Telah selesai ditulis ini hikayat pada 15 Januari 1886, malam Jumat, pukul sepuluh, terkarang oleh Muhammad Bakir bin Safian bin Usman bin Fadli di Kampung Gang Pecenongan adanya Cit Safirin bin Usman ".

Jika iluminasi berfungsi menghias halaman awal, berbeda dengan ilustrasi. Hiasan pada ilustrasi tersebar pada banyak halaman dan sebagian besar hiasan itu berfungsi mengkonkretkan isi cerita. Jika

Gambar 4. Syair Ken Tambuhan, sang tokoh sedang berlayar, ilustrasi Sumber: Katalog Naskah Pecenongan

dinyatakan dengan hiasan perahu layar. Hal itu juga terjadi pada hiasan lain.

Selain burung yang menyerupai Keunikan pada ilustrasi adalah ada burung kakak tua itu, ada juga figur burung beberapa gambar yang kecil digunakan garuda. Motif binatang tersebut terdapat untuk menutup teks yang tulisannya salah. pada naskah Hikayat Syahrul Indra. Pada

Sosok wayang untuk menghias Hikayat Sultan Taburat Ml.258 ilustrasi halaman naskah dalam naskah Betawi ini

yang digunakan berupa hewan, yakni naga, termasuk banyak. Gambar ini digunakan burung, dan hewan laut, seperti ikan, cumi- sebagai ilustrasi dalam cerita wayang. Dua cumi, siput, bintang laut dan belut. Ilustrasi cerita wayang yang berjudul Hikayat ini mendukung teks dan sesuai dengan alur Wayang Arjuna dan Hikayat Purusara cerita.

memuat banyak gambar wayang. Keunikan Muhammad Bakir dalam

Mu'jizah (2016) dalam makalahnya hikayat yang bernomor ML.183 E ini yang berjudul “The Puppet Illustration in

adalah hiasan-hiasannya berupa gambar Hikayat Purusara ” membahas ilustrasi tempel. Gambar tempelnya bagus karena Hikayat Purusara . Dalam naskah itu, kemungkinan diambil atau digunting dari Muhammad Bakir menyajikan sekitar 15 terbitan

tersebut gambar wayang. Ilustrasi wayangnya ini jumlahnya 9 buah. Hiasannya berbentuk termasuk bagus, cukup rapi, dan menarik. gadis kecil bersayap serupa angel. Gambar Sosok wayang yang digambar sesuai ini diletakkan di tengah teks. Gambar gadis dengan adegan dalam cerita. Tokoh itu

majalah.

Gambar

Naskah Betawi..... ( Mu’jizah) 165 seperti Sentanu, Purusara, Rara Amis,

Petruk ditandai dengan kuncir yang Batara, dan empat panakawan, serta panjang dan berdiri di kepala bagian adegan peperangan.

belakang. Dia juga ditandai dengan hidung Pada dasarnya cerita wayang ini yang panjang dan tubuhnya yang kurus dan diadaptasi dari Jawa. Namun, sosok yang tinggi. Dalam ilustrasi ini, Pertuk bermuka menjadi tokoh tetap khas Betawi, seperti buruk karena dia memiliki bekas cacar di tokoh empat panakawan yang ditampilkan, seluruh tubuhnya. Telinga Petruk juga yakni Angliak, Garubuk, Petruk, dan panjang dan di dalam ilustrasi ini berwarna Semar. Di samping itu, terdapat juga tokoh merah muda. Seluruh tubuhnya berwarna Arjuna yang namanya menjadi Bambang hitam. Janawi. Ilustrasi wayang dalam naskah ini sangat fungsional karena berkaitan erat antara gambar wayang dan peristiwa dalam alur cerita.

Ilustrasi dalam Hikayat Purusara ini hampir semuanya diletakkan pada halaman tersendiri. Ilustrasi termasuk cukup padat dalam naskah ini karena ada 1 halaman yang terdapat beberapa gambar wayang. Dari 15 ilustrasi hanya beberapa yang dibahas, di antaranya sosok Panakawan.

Dalam salah satu halaman terdapat ilustrasi Panakawan yang terdiri atas

Gambar 5. Hikayat Purusara, Semar, Garubuk/Gareng, dan Petruk.

Sumber: Foto koleksi pribadi Ketiga pria ini terdapat dalam satu

ilustrasi. Semar dan Petruk menghadap ke Dalam Hikayat Wayang Arjuna kanan berhadapan dengan G arubuk. Ketiga yang dikarang oleh Muhammad Bakir juga

pria dalam ilustrasi tidak memiliki ilustrasi sangat banyak, sama seperti ketampanan. Semar di atas kepalanya Hikayat Purusara . Namun, ilustrasi mempunyai jambul. Kepalanya botak, gambarnya agak berbeda. Ilustrasi dalam tubuhnya tambun. Tubuh mulai dari kepala cerita ini sebagian besar masih dalam bagian belakang hingga tubuh dan bentuk sketsa yang belum selesai tangannya

berwarna hitam. Semar dikerjakan. Gambar juga belum diberi menggunakan gelang di kedua tangannya. warna. Hal itu tampak sekali dalam Pada bagian pinggang ke bawah tubuhnya beberapa gambar, di antaranya gambar ditutupi kain kotak-kotak berwana merah gunungan di bagian dalam diberi hiasan muda.

bunga yang goresannya agak kaku. Di Pertuk yang berdiri di sebelah dalam naskah itu ada juga gambar wayang

Tubuh Petruk dan Gareng berwarna hitam, yang sudah diberi warna, tapi belum bahkan Petruk bermuka penuh dengan selesai pewarnaannya, seperti sosok Drona. cacar. Garubuk menggunakan penutup

kepala berwarna merah muda dan biru. Pada bagian wajah terdapat titik-titik. Giginya satu di bagian bawah. Garubuk juga menggunakan gelang dan celana dengan warna biru. Tokoh ini bagian atas telanjang.

menggunakan sepatu.

166 Patanjala Vol. 10 No. 2 Juni 2018: 153 - 170 itu dapat menarik hati anak muda

(Mu'jizah, 2014).

Ilustrasi pada karya Muhammad Bakir tergantung sekali pada jenis cerita. Jika cerita wayang, ilustrasi menggunakan gambar wayang, jika cerita petualangan, gambarnya juga ada istana dan perahu. Di dalam Syair Buah-Buahan, gambar yang dimuat juga gambar buah, seperti mangga, pisang, manggis, dan anggur.

Gambar 6. Hikayat Wayang Arjuna, Sumber: Foto Koleksi Pribadi

Hiasan pada naskah Muhammad Bakir ini

menarik perhatian dan merupakan suatu gejala baru pada konteks budaya terutama dengan hiasan dengan gambar tempel. Semua gambar baik yang berupa iluminasi dan ilustrasi mempunyai fungsi sebagai hiasan. Hiasan itu sangat bermanfaat terutama untuk menarik minat para penyewa naskah. Sebagian besar naskah Betawi, terutama milik Muhammad

disewakan pembaca. Gambar 7. Syair Buah-Buahan Dalam Hikayat Sultan Taburat

Foto Koleksi Pribadi dinyatakan, Lebih maklum pembaca,

Hiasan yang khas dari naskah bukunya tipis ditulis halus kebanyakan Muhammad Bakir yang memberikan

orang tiada suka. Jika berkehendak akan identitasnya adalah bentuk hiasan kaligrafi sambungannya ada lagi, tetapi ingatlah yang merupakan tanda tangannya. Tanda sewanya sehari semalam sepuluh sen. Saya tangan

seindah mungkin punya salam takzim. langgar Tinggi pada membentuk sebuah gitar. Kepandaian

dibuat

6 Syawal malam Minggu 24 April Hijrat dalam pembuatan kaligrafi ini menandakan Al-Nabi Saw, tahun1310 tahun Za . Tahun bahwa Muhammad Bakir mempunyai itu jika dikonversi ke tahun Masehi 1893.

kemampuan bahasa Arab yang mumpuni. Keberagaman gambar ini adalah

dasarnya kreativitas upaya yang ditempuh Muhammad Bakir Muhammad Bakir dalam dekorasi naskah untuk menarik perhatian pembacanya. adalah untuk menarik pembaca. Dekorasi

Pada

Agaknya, pembubuhan gambar dalam itu menjadikan karyanya unik. Masalahnya karya memang sebagai upaya menarik siapakah penggambar yang menghiasi minat pembaca. Hal itu dinyatakan oleh

naskahnya, apakah dia sendiri atau orang Raja Ali Haji pada saat dia menulis surat lain?

ke Von de Wall. Dalam suratnya, Raja Ali Mencermati aneka gambar tersebut, Haji meminta kepada Von de Wall agar dapat diketahui bahwa kualitas gambar

salah satu karyanya diberi hiasan atau dalam naskah-naskah Betawi itu tidak iluminasi. Dia meminta hiasan itu diwarnai sama. Ada gambar yang cukup rapi dan dengan prada, sebab hiasan dengan prada halus seperti ilustrasi wayang. Ada juga

hiasan yang bagus dan rapi seperti kaligrafi

Naskah Betawi..... ( Mu’jizah) 167 yang berupa tanda tangan dan ada juga Arjuna, lakon Jaka Sukara , dan Sempurna

hiasan yang sangat sederhana, seperti Jaya . Jenis lainnya adalah cerita panji, iluminasi.

seperti Cerita Panji Semirang dan Syair Pada

dasarnya kesederhanaan Ken Tambuhan . Cerita petualangan juga hiasan-hiasan dalam naskah Betawi, dihasilkan dari skriptorium ini, seperti khususnya karya Muhammad Bakir dapat Hikayat Sultan Taburat dan Hikayat dipahami. Kesederhanaan itu bukan hanya Bikrama Cindra . dari goresan gambar, melainkan juga alat

Naskah hasil karya Muhammad gambar yang hanya menggunakan tinta Bakir sebagian besar diberi dekorasi dan pensil gambar.