STRUKTUR DAN STATUS KOMUNITAS MANGROVE DI EKOSISTEM MUARA KALI LAMONG JAWA TIMUR Repository - UNAIR REPOSITORY

  Lampiran 1. Ringkasan penelitian. RINGKASAN STRUKTUR DAN STATUS KOMUNITAS MANGROVE DI EKOSISTEM MUARA KALI LAMONG JAWA TIMUR Asyeb Awwaluddin, Sucipto Hariyanto, dan Trisnadi Widyaleksana C.P.

  Program Studi S-1 Biologi, Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga

  

  ABSTRAK Penelitian struktur dan status komunitas mangrove di ekosistem muara

  Kali Lamong Jawa Timur bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas, keanekaragaman, dan status kondisi mangrove. Analisis vegetasi mangrove dilakukan dengan menggunakan metode transek yang dibagi dalam beberapa plot dengan ukuran masing-masing plot 10 meter x 10 meter. Data yang telah diperoleh berupa kerapatan, frekuensi, dominansi, nilai penting, indeks keanekaragaman, indeks dominansi dan indeks kemerataan jenis. Selain itu juga diperoleh data pendukung berupa parameter fisik dan kimia. Pada pengamatan lapangan dijumpai delapan jenis mangrove dari empat Famili yaitu Avicenniaceae (Avicennia marina dan Avicennia alba), Rhizophoraceae (Rhizophora stylosa, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata dan Bruguiera

  hainessi), Sonneratiaceae (Sonneratia alba) dan Meliaceae (Xylocarpus

  moluccensis). Nilai penting terbesar untuk tingkat pertumbuhan pohon dimiliki oleh Avicennia alba sebesar 133,66%, hal ini menunjukkan bahwa Avicennia alba adalah jenis yang dominan di daerah ini. Berdasarkan indeks keanekaragaman, tingkat keanekaragaman yang dimiliki daerah ini rendah (0,28-0,37).Berdasarkan analisis perhitungan indeks dominansi dan indeks kemerataan jenis status komunitas mangrove berada dalam kondisi labil dan tertekan secara ekologis.

  Kata kunci : Indeks keanekaragaman, indeks dominansi, indeks kemerataan jenis, mangrove, nilai penting, struktur komunitas, status, Kali Lamong.

  ABSTRACT

  Study the structure and status of mangrove communities in estuarine ecosystems Kali Lamong East Java aims to determine the community structure, diversity, and the status of mangrove conditions. Mangrove vegetation analysis performed using the transect method is divided into several plots with each plot size of 10 meters x 10 meters. The data have been obtained in the form of density, frequency, dominance, importance, diversity index, dominance index and evenness index types. In addition, supporting data obtained in the form of physical and chemical parameters. In field observations found eight mangrove species of four Family of

  Avicenniaceae (Avicennia marina and Avicennia alba), Rhizophoraceae (Rhizophora stylosa, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata and Bruguiera hainessi), Sonneratiaceae (Sonneratia alba) and Meliaceae (Xylocarpus moluccensis). Important value for the largest growth rate of trees owned by Avicennia alba at 133.66%, this suggests that Avicennia alba is the dominant species in this area. Based on diversity indices, the level of diversity that this region has a low (0.28 to 0.37). The status of Mangrove communities are in unstable condition and ecologically depressed index calculation based on the analysis of dominance and evenness index types.

  Key words: Diversity index, dominance index, evenness index types, mangroves, importance, community structure, status, Kali Lamong.

  PENDAHULUAN

  Wilayah Indonesia terdiri atas 17.508 pulau dan memiliki panjang garis pantai sekitar 81.000 km, adalah negara yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia (Purnobasuki, 2005). Berdasarkan hasil identifikasi dan inventarisasi yang dilaksanakan oleh Departemen Kehutanan pada tahun 2006, luas hutan mangrove di 15 provinsi di Indonesia berjumlah 4.390.756,46 ha, luas tersebut merupakan 27% dari luas hutan mangrove di seluruh dunia yang luasnya sekitar 15,9 juta ha (Djajadilaga et al., 2008 ; Sumarhani, 1994).

  Era pembangunan yang semakin pesat dengan mengembangkan ekonomi nasional, menempatkan wilayah pesisir dan pantai pada posisi yang penting. Pusat pusat industri, pusat pembangkit listrik, lokasi rekreasi, pemukiman, pertambakan, dan sarana perhubungan lainya yang banyak dibangun di wilayah pesisir merupakan dilema (Purnobasuki, 2005). Menurut Burhan (1994) wilayah pesisir Kota Surabaya di bagian utara sudah berubah menjadi zona industri atau zona pergudangan, yang secara perlahan tapi pasti akan menggusur pertambakan dan lajur mangrove di kawasan tersebut. Dampak perubahan bentang alam pesisir terhadap hidrologi, intrusi air laut, drainase kota, jalur hijau mangrove, biota di perairan pesisir berjalan cepat, termasuk upaya-upaya reklamasi pantai.

  Salah satu kawasan penting ekosistem mangrove di wilayah pesisir Jawa Timur adalah muara Sungai Kali Lamong dan Pulau Galang yang berada di Pantai Utara Kota Surabaya. Muara Sungai Kali Lamong, dengan Pulau Galang didalamnya, selain memiliki komunitas mangrove juga merupakan habitat penting bagi satwa liar terutama burung-burung pantai.

  Dalam Perda Kota Surabaya Nomor 3 Tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah kota Surabaya, kawasan ini merupakan zona I pengembangan wilayah laut dengan fungsi utama sebagai wilayah pengembangan pelabuhan (waterfront city) dan alur pelayaran kapal besar. Selain itu, pengembangan pantai dengan reklamasi dapat dilakukan di wilayah laut zona I Teluk Lamong dan zona

  III Kenjeran.

  Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, diperlukan penelitian untuk mengetahui status kondisi dan struktur komunitas sebagai bagian dari upaya pelestarian ekosistem mangrove yang berkelanjutan, menambah data tentang kondisi dan profil vegetasi mangrove dikarenakan pada tahun 2008 di kawasan ini telah dilakukan studi Amdal dalam rangka pembangunan kawasan wisata air

  waterfront city, serta sebagai upaya prediksi kondisi lingkungan di masa depan dengan mempelajari struktur dan status biota saat ini.

  Rumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas mangrove berdasarkan jenis-jenis mangrove penyusun komunitas, keanekaragaman jenis mangrove, serta status kondisi komunitas mangrove.

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu alat pelengkap yang menjadi bahan kajian dalam upaya pengelolaan oleh para pengambil kebijakan serta sebagai informasi ilmiah yang berguna bagi masyarakat dan berbagai pihak dalam upaya pelestarian dan perlindungan di kawasan pesisir utara Jawa Timur.

  METODE PENELITIAN Tempat dan waktu penelitian

  Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu pengambilan data di lapangan dilakukan di sempadan muara Kali Lamong dan Pulau Galang, serta pengolahan data dilakukan di Laboratorium Ekologi Departemen Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Airlangga. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2011 sampai bulan November 2011.

  Alat dan bahan penelitian

  Peralatan yang dibutuhkan dalam pengambilan data adalah : Global

  Positioning System (GPS), kompas, kamera digital, rol meter, calipers, hagameter,

  pita transek atau tali rafia, lux meter, sling, kertas pH, hand refracto salinometer dan tabel data. Bahan penelitian meliputi komunitas mangrove yang dijumpai di lokasi penelitian.

  Prosedur kerja Prosedur kerja meliputi penentuan stasiun penelitian dengan metode purpossive random sampling yang didahului dengan survei lapangan dan pencitraan melalui aplikasi Google earth. Setelah ditentukan tiga stasiun penelitian berdasarkan ketebalan vegetasi dan bentang geografis, plot transek dibuat di setiap stasiun dengan ukuran 2 x 2 meter untuk semai, 5 x 5 meter untuk pancang dan 10 x 10 meter untuk pohon. Beberapa data yang diambil dalam penelitian ini antara lain : jenis mangrove, jumlah tegakan mangrove, diameter batang setinggi dada dan beberapa data parameter fisik dan kimia sebagai pelengkap.

  Dalam penelitian ini digunakan rumus Mueller dan Dumbois Ellenberg (1978) dalam Hariyanto dkk (2008) untuk menentukan indeks nilai penting. Nilai penting menyatakan besarnya pengaruh suatu jenis dalam mempengarui kestabilan suatu ekosistem yang diperoleh dengan menjumlahkan nilai kerapatan, frekuensi dan dominansi relatif.

  Keanekaragaman ditentukan dengan menggunakan rumus kenekaragaman menurut Shannon- Wiener (1984) dalam Soegianto (1994), sebagai berikut.

  H’ = dimana : H’ = Indeks diversitas jenis ni = Jumlah individu masing-masing jenis N = Jumlah total individu semua jenis Menurut Barbour et al., 1987 dalam Ningsih, 2008, tingkat keanekaragaman vegetasi dapat ditentukan berdasarkan nilai indeks keanekaragaman jenis (H’) dengan kriteria sebagai berikut :

  Tinggi jika H’ > 3 Sedang jika 2 < H’ < 3, dan Rendah jika 0 < H’< 2 Menurut Odum,1997 dalam Fachrul, 2007 status kondisi komunitas dapat ditentukan dengan menggunakan indeks dominansi dan kemerataan jenis.

  D = Indeks dominansi-Simpson Ni = Jumlah individu jenis ke-i N = Jumlah total individu S = Jumlah jenis Indeks dominansi-Simpson ini bernilai antara 0 – 1 dengan deskripsi sebagai berikut : D = 0 berarti tidak terdapat jenis yang mendominasi jenis lainya atau komunitas berada dalam kondisi stabil

  D = 1 berarti terdapat jenis yang mendominasi jenis lainya atau komunitas berada dalam kondisi labil karena terjadi tekanan ekologis

  

E = H’/log S

  E = Indeks kemerataan jenis-Pielou H’= Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener S = Jumlah jenis

  Nilai indeks kemerataan jenis ini berkisar antara 0 – 1 dengan deskripsi kondisi sebagai berikut : E = 0, kemerataan antara spesies rendah, artinya kekayaan individu yang dimiliki masing-masing spesies sangat jauh berbeda E = 1, kemerataan antar spesies relatif merata atau jumlah individu masing-masing spesies relatif sama

  Berikut merupakan beberapa jenis mangrove yang teridentifikasi: Tabel 1. Daftar jenis-jenis mangrove di 34 plot pada stasiun penelitian. No Nama spesies Nama lokal Famili

  1 Avicennia marina Api-api abang Avicenniaceae

  2 Avicennia alba Api-api Avicenniaceae

  3 Rhyzophora stylosa Bakau Rhizhoporaceae

  4 Rhyzophora mucronata Bakau hitam Rhizhoporaceae

  5 Rhyzophora apiculata Tinjang Rhizhoporaceae

  6 Sonneratia alba Bogem Sonneratiaceae

  Bruguiera hainessi

  7 Berus Rhizhoporaceae

  8 Xylocarpus moluccensis Nyirih Meliaceae

  

Tabel 2. Hasil analisis vegetasi tingkat pertumbuhan pohon di seluruh stasiun

No Nama Jenis K KR F FR D DR

  INP (Ind/ha) (%) (%) (m²/ha) (%) 4 X 10 1 1.176 66,67 13/34 28,89

  Avicennia marina

  8,0 26,09 121,65

  2 588 33,33 17/34 37,78 Avicennia alba

  19,3 62,55 133,66

  4 4/34 8,89

  Rhyzophora mucronata

  1,5 4,77 13,66

  5 4/34 8,89

  Rhyzophora apiculata

  0,3 0,98 9,87

  6 5/34 11,11

  Sonneratia alba

  1,4 4,49 15,6

  7 Bruguiera hainessi 1/34 2,22 0,3 0,84 3,06

  Xylocarpus moluccensis

  8 1/34 2,22 0,1 0,28 2,5

  Total 1.764 100,00 45/34 100 30,8 100,00 300

  Dari tabel 2. diatas dapat diketahui bahwa komunitas mangrove untuk tingkat pertumbuhan pohon di seluruh stasiun disusun oleh tujuh jenis mangrove. Selain itu, jenis A.lba merupakan jenis yang paling mempengaruhi kestabilan komunitas dengan INP tertinggi sebesar 133,66%.

  Tabel 3. Indeks keanekaragaman akumulatif di seluruh stasiun

  Tingkat pertumbuhan H’ Semai 0,31 Pancang 0,37 Pohon 0,28

  Dari table 3. dapat diketahui bahwa nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener di komunitas mangrove di ekosistem muara Kali Lamong untuk semua tingkat pertumbuhan mangrove berada dalam kisaran 0 – 1. Berdasarkan kriteria dalam Barbour et al., 1987, kisaran nilai ini menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis di ekosistem muara Kali Lamong tergolong rendah.

  Tabel 4. Indeks dominansi akumulatif di seluruh stasiun

  Tingkat pertumbuhan D Semai 0,49 Pancang 0,59 Pohon 0,56

  Dari tabel 4. dapat diketahui bahwa tingkat dominansi di ekosistem muara Kali Lamong, jika dianalisis secara akumulatif tergolong tidak dominan dan sub dominan untuk semua tingkat pertumbuhan. Hal ini berarti cukup terlihat dominansi walaupun tidak cukup signifikan dan komunitas mengalami tekanan ekologis.

  Tabel 5. Indeks kemerataan jenis akumulatif di seluruh stasiun

  Tingkat pertumbuhan E Semai 0,51 Pancang 0,40 Pohon 0,33

  Berdasarkan tabel 5. dapat diketahui bahwa tingkat kemerataan jenis mangrove di lokasi penelitian tidak sama atau tidak merata. Hal ini menunjukkan bahwa ekosistem sedang tertekan secara ekologis dan tidak berada dalam kondisi yang stabil .

  SIMPULAN

  1. Struktur komunitas mangrove di ekosistem muara Kali Lamong berdasarkan jenis-jenis mangrove penyusun komunitas secara umum tersusun atas empat famili dengan delapan spesies, yaitu Famili Avicennaceae (Avicennia alba dan Avicennia marina ) famili

  Rhizophoraceae ( Rhizophora stylosa, Rhizophora mucronata, Rhizophora

  apiculata dan Bruguiera hainessi) famili Sonneratiaceae ( Sonneratia alba)

  dan famili Meliaceae (Xylocarpus moluccensis) . Dengan jenis yang paling dominan adalah Avicennia alba dengan Indeks Nilai Penting 133,66%.

  2. Keanekaragaman jenis mangrove secara umum di ekosistem muara Kali Lamong tergolong rendah (0-1), dengan tingkat keanekaragaman terendah berada di stasiun penelitian A yang berada di wilayah Surabaya.

  3. Status kondisi komunitas mangrove di ekosistem muara Kali Lamong secara umum labil dan tertekan secara ekologis.

  Burhan, A. L. 1994. Nasib Komunitas mangrove di Wilayah Pesisir Perkotaan

  (studi kasus pantai timur surabaya). Proc. Seminar IV Ekosistem

Mangrove. Panitia Program MAB Indonesia-LIPI. Hal. 239-246.

  Djajadilaga, M., Agustina, H., Pribadi, W., Harimurti., Lindawati., P, luhut., Gaol, L., Sitepu, A.A., Siregar, I., Ramli, A.F. 2008. Status Lingkungan Hidup

  Indonesia 2008. Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Jakarta.

  Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. PT Bumi Aksara. Jakarta. Hariyanto, S., B. Irawan, dan T. Soedarti. 2008. Teori dan Praktik Ekologi.

  Airlangga University Press. Surabaya. Ningsih, S.S. 2008. Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang. Tesis.

  Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Medan. Purnomo, E. 2000. Laju Penghancuran Serasah Rhizophora mucronata dan

  Keanekaragaman Jenis Biota Dekomposer Makro di Perairan Pantai Utara Surabaya. Skripsi. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Airlangga. Surabaya.

  Soegianto, Agoes. 1994. Ekologi Kuantitatif. Usaha Nasional. Surabaya Sumarhani. 1994. Rehabilitasi Hutan Mangrove Terdegradasi Dengan Sistem

  Perhutanan Sosial. Proc. Seminar V Ekosistem Mangrove. Panitia Program MAB Indonesia-LIPI. Hal. 110-116.

  Lampiran 2. Foto pencitraan satelit lokasi penelitian

  Foto udara dengan aplikasi google earth di lokasi penelitian pada tahun 2004 dan 2006.

  

Gambar L1.1. Foto pencitraan lokasi pada tahun 2004 (Anonimous, 2011)

Gambar L1.2. Foto pencitraan lokasi pada tahun 2006 (Anonimous, 2011)

Lampiran 2.

  Foto udara dengan aplikasi google earth di lokasi penelitian pada tahun 2009 dan 2010.

  

Gambar L1.3. Foto pencitraan lokasi pada tahun 2009 (Anonimous, 2011)

Gambar L1.4. Foto pencitraan lokasi pada tahun 2010 (Anonimous, 2011)

  Lampiran 3. Data jumlah dan sebaran mangrove di setiap stasiun

  2 Tabel 1 Jumlah sebaran mangrove pada luasan 200 m berdasarkan perbedaan

  kelas pada sub stasiun penelitian A1 Tingkat Pertumbuhan

  Plot Nama spesies Semai Pancang Pohon

  1 Avicennia marina

  26

  53

  21 Avicennia marina

  2

  21

  34

  16 Total jumlah individu

  47

  87

  37

  2 Tabel 2 Jumlah sebaran mangrove pada luasan 100 m berdasarkan perbedaan

  kelas pada sub stasiun penelitian A2 Jumlah individu dari kelas berbeda

  Plot Nama spesies Semai Pancang Pohon

  1 Avicennia marina

  9

  6

  12

  2 Avicennia alba

  1

  4

  4

  3 Rhizophora stylosa

  2 Total jumlah individu

  • 1

  11

  12

  16

  2 Tabel 3 Jumlah sebaran mangrove pada luasan 500 m berdasarkan perbedaan

  kelas pada sub stasiun penelitian B3 Jumlah individu dari kelas berbeda

  Plot Nama spesies Semai Pancang Pohon

  1 Avicennia alba

  48

  8

  9 Avicennia marina

  37

  4

  5

  2 Rhizophora 2 - -

  mucronata

  • Avicennia marina

  4

  3

  32 - - Avicennia alba

  Rhizophora

  • 2 -

  3

  mucronata

  7 - - Rhizophora apiculata

  • Bruguiera hainessi

  2 Avicennia marina

  53

  19

  3

  • Rhizophora apiculata

  1

  4 Rhizophora - -

  1

  mucronata

  1 - - Bruguiera hainessi

  • Avicennia marina

  13

  1

  11

  • 5 Avicennia alba

  1

  1 - - Bruguiera hainessi Total jumlah individu 181

  59

  28

  2 Tabel 4 Jumlah sebaran mangrove pada luasan 300 m berdasarkan

  perbedaan kelas pada sub stasiun penelitian B4 Jumlah individu dari kelas berbeda

  Plot Nama spesies Semai Pancang Pohon

  1 Avicennia marina

  5 - -

  Avicennia alba

  • 5

  19 Rhizophora - 1 -

  mucronata

  4 - - Avicennia marina

  Avicennia alba

  69

  3

  10

  2 Rhizophora - 3 -

  mucronata

  • Avicennia marina

  1

  1 Avicennia alba

  52

  2

  4 Rhizophora -

  2

  9

  3

  mucronata

  • Rhizophora apiculata

  4 Sonneratia alba 1 -

  • Total jumlah individu 121

  31

  43

  2 Tabel 5 Jumlah sebaran mangrove pada luasan 500 m berdasarkan

  perbedaan kelas pada substasiun penelitian B5 Jumlah individu dari kelas berbeda

  Plot Nama spesies Semai Pancang Pohon

  1 Avicennia alba

  83

  1

  6

  • 2 Avicennia alba

  1

  5

  14 - - Avicennia marina

  3 Avicennia alba

  2 12 -

  27 - - Avicennia marina

  Rhizophora

  5 1 -

  4

  mucronata

  • Sonneratia alba

  4

  5 Total jumlah individu 115

  23

  28

  2 Tabel 6 Jumlah sebaran mangrove pada luasan 800 m berdasarkan

  perbedaan kelas pada sub stasiun penelitian C6 Jumlah individu dari kelas berbeda

  Plot Nama spesies Semai Pancang Pohon

  1 Avicennia alba

  35

  6

  13 Avicennia marina

  2 1 -

  Avicennia alba

  46

  3

  19

  • Avicennia marina 6 -

  2 Rhizophora

  • 1 -

  mucronata Sonneratia alba -

  2 -

  Avicennia alba

  48

  7

  5 Avicennia marina 7 -

  3

  3 Rhizophora

  • 7 -

  mucronata Rhizophora apiculata

  6 1 -

  Avicennia marina

  23

  14 - 4 - Rhizophora apiculata

  1

  2 Sonneratia alba

  1 1 -

  5 Avicennia marina

  28 30 -

  6

  52

  32 - Avicennia marina

  48

  30 - Avicennia marina

  7 1 - - Rhizophora apiculata

  18

  8 - Avicennia alba

  25

  17 - Avicennia marina

  8

  • Sonneratia alba 5 -
  • Xylocarpus

  1

  1

  molluccensis

  Total jumlah individu 323 185

  48

  2 Tabel 7 Jumlah sebaran mangrove pada luasan 1000 m berdasarkan

  perbedaan kelas pada sub stasiun penelitian C7 Jumlah individu dari kelas berbeda

  Plot Nama spesies Semai Pancang Pohon

  1 Avicennia alba

  16

  3

  12 Avicennia marina

  10 -

  17 Sonneratia alba

  2 1 -

  Avicennia alba

  33

  1

  10

  2 Rhizophora

  1

  mucronata

  61 - Avicennia alba

  15 Avicennia marina

  9 4 -

  3 1 - - Rhizophora

  mucronata Avicennia alba

  22

  13

  2 Avicennia marina

  • 5 -

  4

  • Rhizophora 3 -

  mucronata Avicennia alba

  2 - -

  5 Avicennia marina

  45

  14

  1 Rhizophora apiculata - 1 -

  Avicennia alba

  • 4 -

  6 Avicennia marina

  56

  15 -

  Sonneratia alba

  • 1 -

  Avicennia marina

  28 -

  46

  7 1 - - Rhizophora apiculata

  Avicennia marina

  17

  32

  1

  8 Rhizophora apiculata

  1 - -

  • Sonneratia alba 8 -

  13

  22 - Avicennia alba

  17

  20 Rhizophora apiculata - -

  • 9 Avicennia marina

  2

  • Avicennia alba

  2 Avicennia marina

  35

  31

  1

  8 - - Rhizophora apiculata

  10

  • Rhizophora

  1 -

  mucronata

  • Sonneratia alba

  12

  2 Total jumlah individu 353 274

  53

  Lampiran 4. Foto lokasi penelitian

  Gambar L 4.1. Pulau Galang

  

Gambar L 4.2. Komunitas mangrove di dalam Pulau Galang

  Lampiran 5

  Foto beberapa peralatan yang digunakan dalam pengambilan data

  A. Salinometer

  B. Kertas pH universal

  C. Luxmeter

  D. Calipers E. GPS (Global Positioning System)