BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian - STRUKTUR DAN STATUS KOMUNITAS MANGROVE DI EKOSISTEM MUARA KALI LAMONG JAWA TIMUR Repository - UNAIR REPOSITORY

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

  Muara Sungai Kali Lamong merupakan bagian hilir dari Sungai Kali Lamong yang terletak di perbatasan antara Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik.

  Ditinjau dari aspek geografis dan administratif pengelolaan kawasan, daerah ini memiliki komunitas mangrove yang terdapat di tiga lokasi, yaitu komunitas mangrove yang terdapat di sempadan sungai di wilayah Kota Surabaya, komunitas mangrove yang terdapat di sempadan sungai di wilayah Kabupaten Gresik serta komunitas mangrove yang terdapat di Pulau Galang. Penelitian lapangan telah dilakukan untuk mengetahui struktur komunitas dan status kondisi komunitas mangrove di kawasan tersebut. Hasil penelitian yang didapatkan antara lain, data keadaan umum daerah muara Sungai Kali Lamong, daftar jenis dan jumlah mangrove yang telah diinventarisasi di kawasan ini serta data parameter fisik- kimia. Data tersebut digunakan untuk menentukan indeks nilai penting, indeks keanekaragaman jenis, indeks dominansi serta indeks kemerataan jenis.

  Secara umum, stasiun penelitian terletak di bentang alam berupa muara dari Sungai Kali Lamong dan Pulau Galang yang terdapat di percabangan muara sungai. Penentuan stasiun penelitian menggunakan purpossive random sampling dengan pertimbangan keadaan geografis dan kondisi ketebalan komunitas mangrove, selain itu juga berdasarkan aspek administratif pembagian kewenangan pengelolaan kawasan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, area penelitian dapat di kelompokkan menjadi tiga stasiun .

  Stasiun pertama yaitu stasiun penelitian A terletak di sempadan sungai yang berdekatan dengan muara di wilayah Desa Romo-Kalisari, Kota Surabaya.

  Di stasiun ini dibuat dua sub stasiun penelitian, yaitu sub stasiun penelitian A1 dan A2 yang terdiri dari tiga plot transek dengan luas total 300m². Berdasarkan pengamatan secara umum, keberadaan komunitas mangrove di stasiun penelitian A ini didominasi oleh jenis Avicennia alba dan Avicennia marina, dan keberadaan variasi jenis serta ketebalan vegetasi yang lebih rendah jika dibandingkan dengan dua stasiun penelitian yang lain. Sebagian besar lahan di kawasan ini dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk kegiatan budidaya berupa pertambakan.

  Stasiun penelitian A ini dapat dicapai dengan menggunakan jalan darat menuju Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Romo-Kalisari.

  Stasiun penelitian kedua yaitu stasiun B terletak di sempadan sungai yang berdekatan dengan muara di wilayah Desa Karang Kering Kecamatan Kebomas- Gresik. Di stasiun B ini ditentukan tiga sub stasiun pengamatan, yaitu sub stasiun B3, B4 dan B5. Stasiun penelitian B ini terdiri dari tiga belas plot tansek dengan luas total 1300m². Di wilayah ini, sebagian besar lahan digunakan untuk kegiatan industri, sehingga semua sub stasiun penelitian di daerah ini langsung berbatasan dengan beberapa kawasan industri, seperti pabrik industri plywood, industri pembuatan arang dan gudang logistik PT. Wilmar. Ketebalan vegetasi dan keberadaan variasi jenis di stasiun penelitian ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan stasiun penelitian A, jenis mangrove yang dominan di kawasan ini adalah

  Avicennia marina dan Avicennia alba. Selain itu, di stasiun B ini juga terlihat

  lebih banyak sampah atau limbah domestik rumah tangga jika dibandingkan dengan stasiun penelitian A. Stasiun B ini dapat dicapai dengan menggunakan jalan darat di Desa Karang Kering kemudian melalui kawasan gudang logistik PT.

  Wilmar.

  Stasiun penelitian yang ketiga, yaitu stasiun penelitian C yang terletak di Pulau Galang. Pulau ini terletak di percabangan muara Sungai Kali Lamong dan secara geografis terpisah dari daratan Pulau Jawa. Di stasiun penelitian C ini ditentukan dua sub stasiun penelitian, yaitu sub stasiun penelitian C6 dan C7. Di stasiun penelitian C , komunitas mangrove menutupi semua bagian di pulau ini, sehingga ketebalan vegetasi dan keberadaan variasi jenis mangrove di stasiun penelitian C ini paling tinggi jika dibandingkan dengan dua stasiun penelitian yang lain. Komunitas mangrove di stasiun C ini didominasi oleh Avicennia Alba yang hampir ditemukan di setiap plot dalam sub stasiun penelitian. Kawasan Pulau Galang ini juga merupakan habitat bagi beberapa jenis burung pantai, karena beberapa jenis burung pantai teramati cukup banyak keberadaanya di pantai pulau ini serta beberapa sarang burung di beberapa tegakan mangrove. Sampah ataupun limbah rumah tangga juga terdapat di stasiun penelitian C ini, sampah tersebut berasal dari sampah yang terbawa aliran arus sungai maupun laut saat pasang dan tertambat di perakaran mangrove. Beberapa bagian di pulau ini juga mulai di dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk lahan pertambakan, hal ini teramati dengan adanya beberapa bagian di pulau ini yang sudah di buat petak- petak tambak dan dibangun tanggul yang mengelilinginya.

4.2. Struktur Komunitas Mangrove

  Data tentang struktur komunitas mangrove di ekosistem muara Kali Lamong diambil dengan metode analisis vegetasi dengan mengambil data jumlah dan jenis mangrove. Analisis vegetasi tersebut dilakukan dengan menggunakan metode line plot transect. Adapun hasil analisis vegetasi secara umum di tiga stasiun (stasiun A, B dan C) yang terdiri atas 34 plot dengan luas total 3400 m², diperoleh delapan jenis mangrove yang dikelompokkan dalam empat famili seperti pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Daftar jenis-jenis mangrove di 34 plot pada lokasi penelitian.

  No Nama spesies Nama lokal Famili

  1 Avicennia marina Api-api abang Avicenniaceae

  2 Avicennia alba Api-api Avicenniaceae

  Rhyzophora stylosa

  3 Bakau Rhizhoporaceae

  4 Rhyzophora mucronata Bakau hitam Rhizhoporaceae

  5 Rhyzophora apiculata Tinjang Rhizhoporaceae

  6 Sonneratia alba Bogem Sonneratiaceae

  7 Bruguiera hainessi Berus Rhizhoporaceae

  8 Xylocarpus moluccensis Nyirih Meliaceae Hasil analisis vegetasi di tiga stasiun penelitian tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan ukuran diameter batang. Pengelompokan ini bertujuan agar data yang diperoleh dapat menggambarkan dengan lebih jelas struktur komunitas mangrove di setiap tingkat pertumbuhan.

  Data tentang jumlah dan jenis mangrove berdasarkan tingkat pertumbuhan di 34 plot transek di lokasi penelitian tersaji dalam tabel 4.2.

Tabel 4.2. Jumlah dan jenis mangrove di seluruh stasiun

  No Family Nama Ilmiah Jumlah Tegakan Semai Pancang Pohon

  1 Avicenniaceae Avicennia marina 557 484 138

  2 Avicenniaceae Avicennia alba 588

  95

  72

  3 Rhizhoporaceae Rhyzophora stylosa

  1

  2

  4 Rhizhoporaceae Rhyzophora mucronata

  5

  22

  13

  5 Rhizhoporaceae Rhyzophora apiculata

  30

  5

  6 Sonneratiaceae Sonneratia alba

  26

  11

  7 Rhizhoporaceae Bruguiera sp,

  2

  2

  8 Meliaceae Xylocarpus granatum

  1

  1 Total jumlah individu 1.151 662 242 Data tentang jumlah dan jenis mangrove berdasarkan tabel 4.2. kemudian diolah untuk menentukan sebaran jenis mangrove di 34 plot penelitian dengan luas plot yang distandardisasi menjadi per 100 m² .

Tabel 4.3. Sebaran jenis mangrove berdasarkan tingkat pertumbuhan di seluruh stasiun.

  No Famili Nama Ilmiah Jumlah Tegakan/100m² Semai Pancang Pohon

  1 Avicenniaceae Avicennia marina 409

  57

  4

  2 Avicenniaceae Avicennia alba 432

  11

  2

  3 Rhizhoporaceae Rhyzophora stylosa

  1

  1

  4 Rhizhoporaceae Rhyzophora mucronata

  4

  2

  1

  5 Rhizhoporaceae Rhyzophora apiculata

  3

  1

  6 Sonneratiaceae Sonneratia alba

  3

  1

  7 Rhizhoporaceae Bruguiera hainessi

  1

  1

  8 Meliaceae Xylocarpus

  1

  1

  moluccensis

  Total jumlah individu 846

  79

  11 Dari tabel 4.2. dapat dilihat dari 8 jenis mangrove yang ditemukan di lokasi penelitian, jenis Avicennia alba memiliki jumlah tegakan terbanyak untuk tingkat pertumbuhan semai dengan jumlah tegakan 432/100m² dan Avicennia

  marina merupakan jenis mangrove dengan jumlah tegakan terbanyak untuk

  tingkat pertumbuhan pancang (57/100²) serta tingkat pertumbuhan pohon (4/100m²). Selain itu, dapat dilihat bahwa tingkat regenerasi mangrove di lokasi penelitian cukup baik, hal ini tampak dengan banyaknya jumlah total individu di tingkat semai (846/100m²).

  Data mengenai jumlah dan jenis mangrove berdasarkan perbedaan tingkat pertumbuhan tersebut, kemudian dianalisis dengan rumus Mueller-Dumbois Ellenberg, 1978 dalam Hariyanto et al., 2008 untuk menentukan besaran indeks nilai penting (INP) dengan menjumlahkan nilai relatif kerapatan, frekuensi, dan dominansi setiap jenis.

  Indeks nilai penting merupakan nilai yang menunjukkan besarnya pengaruh suatu jenis terhadap kestabilan suatu ekosistem yang berkisar antara 0- 300. Untuk tingkat pertumbuhan semai, nilai ini berkisar antara 0-200 karena nilai ini didapat dengan menjumlahkan nilai relatif kerapatan dan frekuensi saja.

  1.176 0,47 1/34 3,03 3,5

  A.marina, A.alba, R.stylosa dan R.mucronata. Selain itu, jenis A.marina

  Dari tabel 4.4. di atas dapat diketahui bahwa komunitas mangrove untuk tingkat pertumbuhan semai di seluruh stasiun disusun oleh empat jenis yaitu

  0,00 0,00 0,00 Total 248.823 100,00 33/34 100,00 200,00

  moluccensis

  8 Xylocarpus

  7 Bruguiera hainessi 0,00 0,00 0,00

  6 Sonneratia alba 0,00 0,00 0,00

  5 Rhyzophora apiculata 0,00 0,00 0,00

  mucronata

  Hasil perhitungan indeks nilai penting (INP) setiap jenis mangrove secara keseluruhan di seluruh stasiun (34 plot transek) dan dikelompokkan berdasarkan tingkat pertumbuhan ditunjukkan di dalam tabel-tabel di bawah ini.

  4 Rhyzophora

  3 Rhyzophora stylosa 294 0,12 1/34 3,03 3,15

  2 Avicennia alba 127.059 51,06 11/34 33,33 84,39

  1 Avicennia marina 120.294 48,35 20/34 60,60 108,95

  (%)

  (%) Absolut Relatif

  INP Absolut Relatif

  No Nama Jenis Kerapatan ( Ind/ha ) Frekuensi

Tabel 4.4. Hasil analisis vegetasi tingkat pertumbuhan semai di seluruh Stasiun.

  merupakan jenis yang memiliki kerapatan tertinggi dan paling sering dijumpai di plot transek sehingga jenis ini paling mempengaruhi kestabilan komunitas dengan INP tertinggi sebesar 108,95%.

Tabel 4.5. Hasil analisis vegetasi tingkat pertumbuhan pancang di seluruh Stasiun.

  No Nama Jenis K (Ind/ha)

KR

(%)

  F FR (%) D (m²/ha)

  X 10 4 DR (%)

  INP

  1 Avicennia marina 16.765 75,00 28/34 36,36 22,84 64,95 176,31

  2 Avicennia alba 3.235 14,47 18/34 23,38 6,57 18,70 56,55

  3 Rhyzophora stylosa 0,00 1/34 1,3 0,03 0,10 1,40

  4 Rhyzophora mucronata 588 2,63 10/34 12,99 1,04 2,95 18,57

  5 Rhyzophora apiculata 882 3,95 9/34 11,67 1,73 4,92 20,54

  6 Sonneratia alba 882 3,95 8/34 10,39 2,42 6,89 21,23

  7 Bruguiera hainessi 0,00 2/34 2,60 0,35 0,98 3,58

  8 Xylocarpus moluccensis 0,00 1/34 1,3 0,017 0,49 1,79 Total 22.353 100,00 77/34 100 35,16 100,00 300,00

  Dari tabel 4.5. di atas dapat diketahui bahwa komunitas mangrove untuk tingkat pertumbuhan pancang di seluruh stasiun disusun oleh delapan jenis mangrove. Selain itu, jenis A.marina merupakan jenis yang paling mempengaruhi kestabilan komunitas dengan INP tertinggi sebesar 176,31%.

Tabel 4.6. Hasil analisis vegetasi tingkat pertumbuhan pohon di seluruh stasiun

  5 Rhyzophora

  Dari hasil penelitian di Stasiun A didapatkan tiga jenis mangrove penyusun komunitas dari dua famili. Berikut merupakan data tentang jumlah dan jenis mangrove berdasarkan tingkat pertumbuhan di tiga plot transek (300m²) di Stasiun A yang terletak di sempadan sungai Kali Lamong bagian Surabaya.

  Selain itu, jenis A.lba merupakan jenis yang paling mempengaruhi kestabilan komunitas dengan INP tertinggi sebesar 133,66%.

  Total 1.764 100,00 45/34 100 30,8 100,00 300 Dari tabel 4.6. diatas dapat diketahui bahwa komunitas mangrove untuk tingkat pertumbuhan pohon di seluruh stasiun disusun oleh tujuh jenis mangrove.

  8 Xylocarpus moluccensis 1/34 2,22 0,1 0,28 2,5

  7 Bruguiera hainessi 1/34 2,22 0,3 0,84 3,06

  1 1,4 4,49 15,6

  6 Sonneratia alba 5/34 11,1

  4/34 8,89 0,3 0,98 9,87

  apiculata

  4/34 8,89 1,5 4,77 13,66

  No Nama Jenis K (Ind/ha)

KR

(%)

  mucronata

  4 Rhyzophora

  3 Rhyzophora stylosa

  8 19,3 62,55 133,66

  2 Avicennia alba 588 33,33 17/34 37,7

  9 8,0 26,09 121,65

  1 Avicennia marina 1.176 66,67 13/34 28,8

  INP

  X 10 4 DR (%)

  F FR (%) D (m²/ha)

4.2.1. Struktur komunitas di stasiun A

Tabel 4.7. Jumlah dan jenis mangrove berdasarkan tingkat pertumbuhan di

  stasiun A No Family Nama Ilmiah Jumlah Tegakan

  Semai Pancang Pohon

  

Avicennia marina

  1 Avicenniaceae

  56

  93

  49

  2 Avicenniaceae Avicennia alba

  1

  4

  4

  3 Rhizhoporaceae Rhyzophora stylosa

  1

  2 Total jumlah individu

  58

  99

  53 Data tentang jumlah dan jenis mangrove berdasarkan tabel 4.7. kemudian diolah untuk menentukan sebaran jenis mangrove di stasiun penelitian A dengan luas plot yang distandardisasi menjadi per 100 m² .

Tabel 4.8. Sebaran jenis mangrove berdasarkan tingkat pertumbuhan di Stasiun A

  No Famili Nama Ilmiah Jumlah Tegakan/100m² Semai Pancang Pohon

  

Avicennia marina

  1 Avicenniaceae 467 124

  16

  2 Avicenniaceae Avicennia alba

  8

  5

  1

  3 Rhizhoporaceae Rhyzophora stylosa

  8

  3 Total jumlah individu 483 132

  17 Dari tabel 4.8. di atas dapat diketahui bahwa jenis A.marina merupakan jenis yang paling banyak ditemukan dalam setiap tingkat pertumbuhan. Data pada tabel diatas kemudian dianalisis dengan menentukan indeks nilai penting (INP).

  Beberapa tabel di bawah ini merupakan hasil analisis vegetasi dan perhitungan INP di stasiun penelitian A yang dikelompokkan berdasarkan tingkatan pertumbuhan.

Tabel 4.9. Hasil analisis vegetasi tingkat pertumbuhan semai di Stasiun A

  No Nama Jenis Kerapatan ( Ind/ha ) Frekuensi

  INP (%)

  Absolut Relatif Absolut Relatif (%) (%)

  1 Avicennia marina 1.556.667 96,69 3/3 60,00 156,69

  2 Avicennia alba 26.667 1,66 1/3 20,00 21,66

  3 Rhyzophora 26.667 1,66 1/3 20,00 21,66

  stylosa

  Total 1.610.000 100,00 5/3 100,00 200,00 Dari tabel 4.9. di atas dapat diketahui bahwa komunitas mangrove untuk tingkat pertumbuhan semai di Stasiun A disusun oleh tiga jenis yaitu A.marina,

  A.alba dan R.stylosa. Selain itu, jenis A.marina merupakan jenis yang memiliki

  kerapatan tertinggi dan paling sering dijumpai di plot transek sehingga jenis ini paling mempengaruhi kestabilan komunitas dengan INP tertinggi sebesar 156,69%. Secara umum, persentase INP dari beberapa jenis mangrove penyusun di Stasiun A ditunjukkan dalam gambar dibawah ini.

Gambar 4.1. Diagram persentase INP semai di Stasiun ATabel 4.10. Hasil analisis vegetasi tingkat pertumbuhan pancang di Stasiun A

  D

  No Nama Jenis K KR F FR DR

  INP

  (m²/ha)

  (Ind/ha) (%) (%) 2 (%) (%)

  X 10

  1 Avicennia 413.333 93,94 3/3 60,00 10,09 33,83 187,77

  marina

  2 Avicennia alba 16.667 3,79 1/3 20,00 4,00 13,41 37,2

  Rhyzophora stylosa

  3 10.000 2,27 1/3 20,00 15,73 52,76 75,03 Total 440.000 100,00 5/3 100,00 29,82 100,00 300,00

  Dari tabel 4.10. di atas dapat diketahui bahwa komunitas mangrove untuk tingkat pertumbuhan pancang di Stasiun A disusun oleh tiga jenis yaitu A.marina,

  

A.alba dan R.stylosa. Selain itu, jenis A.marina merupakan jenis yang memiliki

  kerapatan tertinggi dan paling sering dijumpai di plot transek sehingga jenis ini paling mempengaruhi kestabilan komunitas dengan INP tertinggi sebesar 187,77%. Secara umum, persentase INP dari beberapa jenis mangrove penyusun di Stasiun A ditunjukkan dalam gambar dibawah ini.

Gambar 4.2. Diagram persentase INP pancang di Stasiun ATabel 4.11. Hasil analisis vegetasi tingkat pertumbuhan pohon di Stasiun A

  D

  No Nama Jenis K KR F FR DR

  INP

  (m²/ha)

  (Ind/ha) (%) (%) 2 (%)

  X 10

  1 Avicennia 53.333 94,12 3/3 75 0,07 89,55 258,67

  marina

  2 Avicennia alba 3.333 5,88 1/3 25 0,01 10,45 41,33

  Rhyzophora stylosa

  3 Total 56.666 100,00 4/3 100 0,08 100,00 300,00 Dari tabel 4.11. di atas dapat diketahui bahwa komunitas mangrove untuk tingkat pertumbuhan pohon di Stasiun A disusun oleh dua jenis yaitu A.marina, dan A.alba. Selain itu, jenis A.marina merupakan jenis yang memiliki kerapatan tertinggi dan paling sering dijumpai di plot transek sehingga jenis ini paling mempengaruhi kestabilan komunitas dengan INP tertinggi sebesar 258,67%. Secara umum, persentase INP dari beberapa jenis mangrove penyusun di Stasiun A ditunjukkan dalam gambar dibawah ini.

Gambar 4.3. Diagram persentase INP pohon di Stasiun A

4.2.2. Struktur komunitas di stasiun B

  Dari hasil penelitian di Stasiun B didapatkan enam jenis mangrove penyusun komunitas dari tiga famili. Data tentang jumlah dan jenis mangrove berdasarkan tingkat pertumbuhan di tiga belas plot transek (1300m²) di Stasiun B yang terletak di sempadan sungai Kali Lamong bagian Gresik.

Tabel 4.12. Jumlah dan jenis mangrove berdasarkan tingkat pertumbuhan di stasiun B

  No Family Nama Ilmiah Jumlah Tegakan Semai Pancang Pohon

  1 Avicenniaceae Avicennia marina 117

  64

  12

  2 Avicenniaceae Avicennia alba 295

  22

  66

  3 Rhizhoporaceae Rhyzophora mucronata

  5

  9

  12

  4 Rhizhoporaceae Rhyzophora apiculata

  11

  1

  5 Rhizhoporaceae Bruguiera hainessi

  2

  2

  6 Sonneratiaceae Sonneratia alba

  5

  5 Total jumlah individu 417 177

  98 Data tentang jumlah dan jenis mangrove berdasarkan tabel 4.12. kemudian diolah untuk menentukan sebaran jenis mangrove di stasiun penelitian B dengan luas plot yang distandardisasi menjadi per 100 m² .

Tabel 4.13. Sebaran jenis mangrove berdasarkan tingkat pertumbuhan di Stasiun B

  No Famili Nama Ilmiah Jumlah Tegakan/100m² Semai Pancang Pohon

  1 Avicenniaceae Avicennia marina 225

  20

  1

  2 Avicenniaceae Avicennia alba 567

  7

  5

  3 Rhizhoporaceae Rhyzophora mucronata

  10

  3

  1

  4 Rhizhoporaceae Rhyzophora apiculata

  3

  1

  5 Rhizhoporaceae Bruguiera hainessi

  1

  1

  6 Sonneratiaceae Sonneratia alba

  2

  1 Total jumlah individu 802

  36

  7 Dari tabel 4.13. di atas dapat diketahui bahwa di Stasiun B, jenis A.marina merupakan jenis yang paling banyak ditemukan untuk tingkat pertumbuhan pancang dan jenis A.alba untuk tingkat pertumbuhan semai dan pohon. Data pada tabel diatas kemudian dianalisis untuk menentukan indeks nilai penting (INP) yang dikelompokkan berdasarkan tingkatan pertumbuhan yang tercantum dalam beberapa tabel dibawah ini.

Tabel 4.14. Hasil analisis vegetasi tingkat pertumbuhan semai di Stasiun B

  No Nama Jenis Kerapatan ( Ind/ha ) Frekuensi

  INP Absolut Relatif Absolut Relatif (%)

  (%) (%)

  1 Avicennia marina 173.077 28,05 3/13 30,00 58,05

  2 Avicennia alba 436.154 70,70 6/13 60,00 130,70

  Rhyzophora mucronata

  3 7.692 1,25 1/13 10,00 11,25 Total 616.923 100,00 10/13 100,00 200,00

  Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa di Stasiun B untuk tingkat pertumbuhan semai, komunitas mangrove disusun oleh tiga jenis mangrove yaitu

  A.marina, A.alba dan R.mucronata. Selain itu, A.alba merupakan jenis mangrove

  yang memiliki kerapatan tertinggi dan paling sering dijumpai di tiga belas plot transek sehingga jenis ini paling mempengaruhi kestabilan komunitas dengan INP tertinggi sebesar 130,70%. Secara umum, persentase INP dari beberapa jenis mangrove penyusun di Stasiun B ditunjukkan dalam gambar dibawah ini.

Gambar 4.4. Diagram persentase INP semai di Stasiun BTabel 4.15. Hasil analisis vegetasi tingkat pertumbuhan pancang di Stasiun B

  K D

  N Nama Jenis KR F FR DR

  INP

  (Ind/ha) (m²/ha) 4

  o (%) (%) (%) (%)

  X 10

  1 Avicennia marina 15.385 55,56 8/13 30,77 2,1 46,31 132,64

  2 Avicennia alba 5.385 19,44 7/13 26,92 0,9 19,55 65,91

  Rhyzophora mucronata

  3 2.308 8,33 5/13 19,23 0,7 14,41 41,97

  Rhyzophora apiculata

  4 2.308 8,33 2/13 7,70 0,2 4,63 20,66

  5 Bruguiera hainessi 769 2,78 2/13 7,70 0,4 9,26 19,74

  6 Sonneratia alba 1.538 5,56 2/13 7,70 0,2 5,15 18,41 Total 27.693 100,00 26/1 100,00 4,6 100,00 300,00

  3 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa di Stasiun B untuk tingkat pertumbuhan pancang, komunitas mangrove disusun oleh lima jenis mangrove.

  Selain itu, A.marina merupakan jenis mangrove yang paling mempengaruhi kestabilan komunitas dengan INP tertinggi sebesar 132,64%. Secara umum, persentase INP dari beberapa jenis mangrove penyusun di Stasiun B ditunjukkan dalam gambar dibawah ini.

Gambar 4.5. Diagram persentase INP pancang di Stasiun BTabel 4.16. Hasil analisis vegetasi tingkat pertumbuhan pohon di Stasiun B

  D K

  N Nama Jenis KR F FR DR

  INP

  (m²/ha) (Ind/ha) 4

  o (%) (%) (%)

  X 10

  1 Avicennia marina 769 14,29 4/13 22,22 12,4 13,49 50,00

  2 Avicennia alba 3.846 71,43 8/13 44,44 64,5 70,01 185,88

  Rhyzophora mucronata

  3 769 14,29 3/13 16,67 9,5 10,28 41,24

  4 Rhyzophora 1/13 5,55 0,4 0,45 6,00

  apiculata

  5 Bruguiera hainessi 0 1/13 5,55 1,8 1,93 7,48

  6 Sonneratia alba 1/13 5,55 3,6 3,85 9,40 Total 5.385 100,00 18/1 100,00 92,1 100,00 300,00

  3 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa di Stasiun B untuk tingkat pertumbuhan pohon, komunitas mangrove disusun oleh enam jenis mangrove.

  Selain itu, A.alba merupakan jenis mangrove yang paling mempengaruhi kestabilan komunitas dengan INP tertinggi sebesar 185,88%. Secara umum, persentase INP dari beberapa jenis mangrove penyusun di Stasiun B ditunjukkan dalam gambar dibawah ini.

Gambar 4.6. Diagram persentase INP pohon di Stasiun B

4.2.3. Struktur komunitas di stasiun C

  Dari hasil penelitian di Stasiun C didapatkan enam jenis mangrove penyusun komunitas dari tiga famili. Data tentang jumlah dan jenis mangrove berdasarkan tingkat pertumbuhan di delapan belas plot transek (1800m²) di Stasiun C yang terletak di Pulau Galang ditunjukkan dalam tabel 4.17.

Tabel 4.17. Jumlah dan jenis mangrove berdasarkan tingkat pertumbuhan di

  stasiun C No Family Nama Ilmiah Jumlah Tegakan

  Semai Pancang Pohon

  1 Avicenniaceae Avicennia marina 384 327

  11

  2 Avicenniaceae Avicennia alba 292

  69

  68

  3 Rhizhoporaceae Rhyzophora mucronata

  13

  4

  4 Rhizhoporaceae Rhyzophora apiculata

  19

  1

  5 Sonneratiaceae Sonneratia alba

  21

  6

  6 Meliaceae Xylocarpus

  1

  1

  molluccensis

  Total jumlah individu 676 450

  91 Data tentang jumlah dan jenis mangrove berdasarkan tabel 4.17. kemudian diolah untuk menentukan sebaran jenis mangrove di stasiun penelitian C dengan luas plot yang distandardisasi menjadi per 100 m² .

Tabel 4.18. Sebaran jenis mangrove berdasarkan tingkat pertumbuhan di Stasiun

  C No Famili Nama Ilmiah Jumlah Tegakan/100m²

  Semai Pancang Pohon

  1 Avicenniaceae Avicennia marina 533

  73

  1

  2 Avicenniaceae Avicennia alba 405

  15

  4

  3 Rhizhoporaceae Rhyzophora mucronata

  3

  1

  4 Rhizhoporaceae Rhyzophora apiculata

  4

  1 Sonneratia alba

  5 Sonneratiaceae

  5

  1

  6 Meliaceae Xylocarpus

  1

  1

  moluccensis

  Total jumlah individu 938 101

  8 Dari tabel 4.18. di atas dapat diketahui bahwa di Stasiun C, jenis A.marina merupakan jenis yang paling banyak ditemukan untuk tingkat pertumbuhan semai dan pancang jenis A.alba untuk tingkat pertumbuhan pohon. Data pada tabel diatas kemudian dianalisis untuk menentukan indeks nilai penting (INP) yang dikelompokkan berdasarkan tingkatan pertumbuhan yang tercantum dalam beberapa tabel dibawah 4.19.

Tabel 4.19. Hasil analisis vegetasi tingkat pertumbuhan semai di Stasiun C

  No Nama Jenis Kerapatan ( Ind/ha ) Frekuensi

  INP (%) Absolut Relatif

  (%) Absolut Relatif

  (%)

  1 Avicennia marina 296.111 56,82 12/18 57,14 113,96

  2 Avicennia alba 225.000 43,18 9/18 42,86 86,04

  3 Rhyzophora mucronata 0,00 0,00 0,00

  4 Rhyzophora apiculata 0,00 0,00 0,00

  5 Sonneratia alba 0,00 0,00 0,00

  6 Xylocarpus moluccensis 0,00 0,00 0,00

  Total 521.111 100,00 21/18 100,00 200,00 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa di Stasiun C untuk tingkat pertumbuhan semai, komunitas mangrove disusun oleh dua jenis mangrove yaitu

  A.marina dan A.alba. Selain itu, A.marina merupakan jenis mangrove yang paling mempengaruhi kestabilan komunitas dengan INP tertinggi sebesar 113,96%.

  Secara umum, persentase INP dari beberapa jenis mangrove penyusun di Stasiun C ditunjukkan dalam gambar dibawah ini.

Gambar 4.7. Diagram persentase INP semai di Stasiun CTabel 4.20. Hasil analisis vegetasi tingkat pertumbuhan pancang di Stasiun C

  8 21,74 19,0 23,80 60,54

  Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa di Stasiun C untuk tingkat pertumbuhan pancang, komunitas mangrove disusun oleh enam jenis mangrove.

  8 100,00 79,9 100,00 300,00

  Total 55.556 100,00 46/1

  6 Xylocarpus moluccensis 0,00 1/18 2,17 0,6 0,77 2,94

  5 Sonneratia alba 2.778 5,00 6/18 13,04 8,5 10,66 28,7

  4 Rhyzophora apiculata 2.222 4,00 7/18 15,21 6,8 8,50 27,71

  3 Rhyzophora mucronata 1.667 3,00 5/18 10,87 1,2 1,55 15,42

  2 Avicennia alba 8.333 15,00 10/1

  No Nama Jenis K (Ind/ha)

  8 36,96 43,7 54,70 164,66

  1 Avicennia marina 40.556 73,00 17/1

  INP

  (%)

  D (m²/ha) X 10 4 DR

  F FR (%)

  KR (%)

  Selain itu, A.marina merupakan jenis mangrove yang paling mempengaruhi kestabilan komunitas dengan INP tertinggi sebesar 164,66%. Secara umum, persentase INP dari beberapa jenis mangrove penyusun di Stasiun C ditunjukkan dalam gambar dibawah ini.

Gambar 4.8. Diagram persentase INP pancang di Stasiun C

  1 Avicennia marina 556 20,00 6/18 26,09 3,7 9,04 55,13

  Total 2.778 100,00 23/18 100,0 41,0 100,00 300,00 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa di Stasiun C untuk tingkat pertumbuhan pohon, komunitas mangrove disusun oleh enam jenis mangrove.

  6 Xylocarpus moluccensis 1/18 4,35 0,3 0,75 5,1

  5 Sonneratia alba 4/18 17,39 3,1 7,53 24,92

  4 Rhyzophora apiculata 3/18 13,04 0,9 2,11 15,15

  3 Rhyzophora mucronata 1/18 4,35 4,35

  2 Avicennia alba 2.222 80,00 8/18 34,78 33,0 80,57 195,35

  INP

Tabel 4.21. Hasil analisis vegetasi tingkat pertumbuhan pohon di Stasiun C

  (%)

  D (m²/ha) X 10 4 DR

  F FR (%)

  KR (%)

  (Ind/ha)

  No Nama Jenis K

  Selain itu, A.alba merupakan jenis mangrove yang paling mempengaruhi kestabilan komunitas dengan INP tertinggi sebesar 195,35%. Secara umum, persentase INP dari beberapa jenis mangrove penyusun di Stasiun C ditunjukkan dalam gambar dibawah ini.

Gambar 4.9. Diagram persentase INP pohon di Stasiun C

  Dari hasil analisis vegetasi, baik dianalisis secara terpisah di tiga stasiun penelitian ataupun dianalisis secara akumulatif di seluruh stasiun didapat bahwa jenis Avicennia marina dan Avicennia alba merupakan jenis yang dominan di hampir seluruh stasiun penelitian dan di setiap tingkat pertumbuhan.

  Perbedaan baru terlihat jika ditinjau dari jumlah jenis mangrove yang menyusun komunitas di setiap lokasi penelitian. Di lokasi penelitian wilayah Surabaya, komunitas mangrove tersusun atas tiga jenis mangrove dengan jenis yang mendominasi adalah jenis Avicennia marina. Lokasi penelitian ini memilki variasi jenis atau jumlah jenis yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan dua lokasi penelitian yang lain. Berdasarkan pengamatan langsung di lokasi penelitian, tingginya pengaruh antropogenik yaitu kegiatan budidaya ataupun pertambakan menyebabkan ketebalan vegetasi komunitas mangrove di lokasi ini lebih sedikit jika dibandingkan dengan dua lokasi penelitian lainya.

  Lokasi penelitian yang terletak di wilayah Kabupaten Gresik, tidak jauh berbeda dengan lokasi penelitian di Pulau Galang jika ditinjau dari jumlah jenis mangrove yang menyusun komunitas. Meskipun lokasi penelitian ini berbatasan langsung dengan kawasan industri, ketebalan vegetasi mangrove di lokasi ini lebih besar jika dibandingkan dengan lokasi penelitian yang terdapat di wilayah Surabaya. Hal ini menyebabkan jumlah jenis mangrove yang menyusun komunitas lebih banyak daripada di wilayah Surabaya.

  Lokasi penelitian di Pulau Galang merupakan lokasi penelitian dengan ketebalan vegetasi komunitas mangrove yang paling besar jika dibandingkan dengan dua lokasi penelitian yang lain. Namun, jumlah jenis yang menyusun komunitas mangrove tidak berbeda jauh dengan lokasi penelitian di wilayah Gresik. Perbedaan jumlah jenis antara dua lokasi tersebut yaitu di lokasi penelitian di Pulau Galang dijumpai jenis Xylocarpus moluccensis dan tidak dijumpai jenis Bruguiera hainessi, dan sebaliknya dengan lokasi penelitian di wilayah Gresik.

4.3. Keanekaragaman jenis mangrove

  Indeks Shannon-Wiener (H’) yang menyatakan tingkat keanekaragaman jenis, kestabilan dan kematangan sebuah ekosistem, dimana jika nilai H’ tinggi maka komunitas tersebut dapat dikatakan stabil karena tersusun atas banyak jenis dengan kelimpahan masing-masing jenis yang sama jumlahnya.

  Berikut merupakan hasil perhitungan indeks kenekaragaman Shannon- Wiener (H’) secara akumulatif di seluruh stasiun.

Tabel 4.22. Indeks keanekaragaman akumulatif di seluruh stasiun

  Tingkat pertumbuhan H’ Semai 0,31 Pancang 0,37 Pohon 0,28 Dari table 4.22. dapat diketahui bahwa nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener di komunitas mangrove di ekosistem muara Kali Lamong untuk semua tingkat pertumbuhan mangrove berada dalam kisaran 0 – 1. Berdasarkan kriteria dalam Barbour et al., 1987, kisaran nilai ini menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis di ekosistem muara Kali Lamong tergolong rendah.

Tabel 4.23. Indeks keanekaragaman di setiap stasiun

  Tingkat Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) Pertumbuhan

  Stasiun A Stasiun B Stasiun C Semai 0,07 0,29 0,30 Pancang 0,11 0,57 0,39 Pohon 0,09 0,34 0,21

  Dari table 4.23. dapat diketahui bahwa diantara tiga wilayah stasiun tingkat keanekaragaman paling rendah untuk semua tingkat pertumbuhan berada di stasiun A yang terdapat di wilayah Kota Surabaya. Hal ini dikarenakan jumlah jenis mangrove yang menyusun komunitas sedikit (3 jenis) dan kelimpahan masing-masing jenis yang tidak merata sebagaimana data yang terdapat dalam

table 4.2. di halaman 38. Selain itu, berdasarkan pengamatan peneliti, rendahnya tingkat keanekaragaman di lokasi penelitian wilayah Surabaya ini juga bisa

  disebabkan karena tingginya pengaruh antropogenik seperti kegiatan pertambakan di kawasan ini.

  Sedangkan tingkat keanekaragamn jenis di stasiun B dan C tidak jauh berbeda, hal ini dikarenakan jumlah jenis mangrove yang menyusun komunitas relative lebih banyak (6 jenis) daripada Stasiun A.

4.4. Status kondisi komunitas mangrove

  Berikut ini merupakan hasil analisis perhitungan indeks dominansi- Simpson dan kemerataan jenis –Pielou untuk menentukan kondisi komunitas mangrove di ekosistem muara Kali Lamong.

4.4.1. Indeks dominasi-Simpson (D)

  Indeks dominansi – Simpson (D) digunakan untuk menduga tingkat dominansi suatu jenis dalam suatu komunitas. Bila suatu komunitas memiliki keanekaragaman tinggi maka akan memiliki dominansi yang rendah. Nilai indeks dominansi Simpson ini berkisar antara 0-1, jika D bernilai 0 maka dalam komunitas tidak dijumpai adanya spesies yang mendominasi dan sebaliknya jika D bernilai 1 maka dalam komunitas tersebut terdapat spesies yang mendominasi.

  Berikut ini merupakan hasil perhitungan indeks dominansi-Simpson secara akumulatif di seluruh stasiun.

Tabel 4.24. Indeks dominansi akumulatif di seluruh stasiun

  Tingkat pertumbuhan D Semai 0,49 Pancang 0,59 Pohon 0,56

  Dari tabel 4.24. dapat diketahui bahwa tingkat dominansi di ekosistem muara Kali Lamong, jika dianalisis secara akumulatif tergolong tidak dominan dan sub dominan untuk semua tingkat pertumbuhan. Hal ini berarti cukup terlihat dominansi walaupun tidak cukup signifikan dan komunitas mengalami tekanan ekologis sedang. Hasil cukup berbeda jika perhitungan dilakukan di setiap stasiun seperti yang tercantum pada table dibawah ini :

Tabel 4.25. Indeks dominansi di setiap stasiun

  Tingkat Indeks dominansi-Simpson (D) Pertumbuhan

  Stasiun A Stasiun B Stasiun C Semai 0,94 0,58 0,51 Pancang 0,88 0,36 0,56 Pohon 0,89 0,55 0,68

  Dari table 4.25. menunjukkan bahwa Stasiun A yang merupakan lokasi penelitian di Surabaya merupakan lokasi dengan nilai indeks dominansi tertinggi, hal ini menunjukkan bahwa lokasi penelitian di wilayah Surabaya merupakan lokasi penelitian yang paling labil dan paling besar mengalami tekanan ekologis jika dibandingkan dengan dua stasiun yang lain. Hasil ini sama dengan hasil yang ditunjukkan oleh perhitungan indeks keanekaragaman, yaitu Stasiun A merupakan lokasi penelitian yang paling tidak stabil secara ekologis jika dibandingkan dengan dua stasiun yang lain yang ditunjukkan dengan rendahnya tingkat keanekaragaman dan tingginya dominansi suatu jenis dalam komunitas. Sedangkan Stasiun B di lokasi penelitian wilayah Gresik merupakan stasiun penelitian yang paling kecil nilai indeks dominansinya yang menunjukkan bahwa komunitas mangrove di Gresik lebih stabil dan mengalami tekanan ekologis yang relative lebih kecil daripada dua stasiun yang lain.

4.4.2. Indeks kemerataan jenis-Pielou (E)

  Kemelimpahan atau kemerataan jenis spesies dalam suatu komunitas dapat dihitung dengan indeks kemerataan jenis – Pielou (E). Nilai indeks ini berkisar antara 0 – 1. Jika bernilai 0 maka kemerataan jenis rendah atau kekayaan jumlah individu antar spesies sangat berbeda sedangkan jika bernilai 1, maka kelimpahan spesies relatif merata dan jumlah masing – masing individu relatif sama. Berikut merupakan hasil analisis perhitungan indeks kemerataan jenis–Pielou secara akumulatif di seluruh stasiun :

Tabel 4.26. Indeks kemerataan jenis akumulatif di seluruh stasiun

  Tingkat pertumbuhan E Semai 0,51 Pancang 0,40 Pohon 0,33

  Dari tabel 4.26. diketahui bahwa kemerataan jenis komunitas mangrove di ekosistem muara Kali Lamong untuk semua tingkat pertumbuhan berbeda.

  Kemerataan jenis tertinggi berada dalam tingkat pertumbuhan semai dan kemerataan jenis terendah berada dalam tingkat pertumbuhan pohon. Sementara hasil analisis kemerataan jenis di setiap stasiun ditunjukkan pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.27. Indeks kemerataan jenis di setiap stasiun

  Tingkat Indeks Kemerataan jenis-Pielou (E) Pertumbuhan Stasiun A Stasiun B Stasiun C

  Semai 0,14 0,41 1,00 Pancang 0,23 0,73 0,50 Pohon 0,33 0,43 0,30

  Dari tabel 4.27. dapat diketahui bahwa kemerataan jenis paling tinggi atau kemelimpahan individu masing-masing jenis paling besar ada di Stasiun C atau di lokasi penelitian Pulau Galang. Sedangkan kemerataan jenis paling rendah berada di Stasiun A di wilayah Surabaya.

  Secara umum, berdasarkan hasil analisis indeks dominansi-Simpson dan kemerataan jenis-Pielou, stasiun A yang berada di wilayah Surabaya merupakan stasiun yang paling labil dan paling besar mengalami tekanan ekologis dibandingkan dengan dua stasiun yang lain. Seperti hasil yang ditunjukkan dalam analisis perhitungan nilai indeks keanekaragaman dalam pembahasan sebelumnya, tingginya pengaruh kegiatan antropogenik menjadikan wilayah ini merupakan wilayah yang paling sering dan banyak mendapat tekanan secara ekologis. Sedangkan dua stasiun yang lain tidak jauh berbeda kondisi komunitasnya jika ditinjau dari kondisi berdasarkan nilai indeks dominansi-Pielou dan kemerataan jenis-Pielou serta indeks keanekaragaman. Hal ini dikarenakan di dua lokasi ini pengaruh kegiatan antropogenik tidak sebesar di Stasiun A, terutama Pulau Galang, dan ketebalan vegetasi serta jumlah jenis mangrove penyusun komunitas yang lebih banyak dan baik daripada Stasiun A. Stasiun B yang berada di wilayah Gresik, walaupun langsung berbatasan dengan kawasan industri, kondisi komunitasnya tidak seburuk di Stasiun A. Hal ini karena ketebalan vegetasi dan jumlah jenis mangrove penyusun komunitas cukup besar dan hampir sama dengan di Stasiun C di Pulau Galang.

Dokumen yang terkait

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum dan Obyek Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan - BAB IV

0 0 65

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi

0 0 7

42 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian 4.1.1 Lokasi Penelitian

0 0 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perhitungan Satuan Biaya Pendidikan di SMA Negeri Kota Salatiga

0 0 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakterisasi Dosis Energi Laser Nd:YAG Q-Switch - PENGARUH VARIASI DOSIS ENERGI LASER Nd:YAG Q-Switch PADA KARAKTERISASI MIKROSTRUKTUR DAN SIFAT MEKANIK DENTIN Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - POLA REPRODUKSI TERIPANG LOKAL Phyllophorus sp. DI PANTAI TIMUR SURABAYA PADA PERIODE FEBRUARI, MARET, DAN APRIL 2012 Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian - ISOLASI DAN UJI POTENSI BAKTERI Bacillus DARI TANAH KAWASAN MANGROVE WONOREJO SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian - POLA REPRODUKSI TERIPANG Paracaudina australis DI PANTAI TIMUR SURABAYA PADA PERIODE BULAN FEBRUARI, MARET, DAN APRIL Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian - EFEK IMUNOSTIMULATORI BEBERAPA FRAKSI TERIPANG LOKAL Phyllophorus sp TERHADAP HISTOLOGI LIMPA MENCIT (Mus musculus) YANG DIINFEKSI Mycobacterium tuberculosis Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian - STRUKTUR DAN STATUS KOMUNITAS MANGROVE DI EKOSISTEM MUARA KALI LAMONG JAWA TIMUR Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 29