BAB II KAJIAN TEORI A. Pembahasan Teori 1. Teori Belajar Konstruktivisme - TATAP TLAGA SASIAN BAB 2

BAB II KAJIAN TEORI A. Pembahasan Teori 1. Teori Belajar Konstruktivisme Belajar tidak akan pernah terlepaskan dari kehidupan manusia. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang dialami oleh

  individu. Seperti yang didefinisikan oleh Sagala (2010: 13) belajar merupakan komponen kegiatan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun (tersembunyi). Sedangkan belajar menurut Baharudin dan Esa (2010:11) adalah proses manusia untuk mencapai berbagai macam kopentensi, keterampilan dan sikap sejak manusia itu lahir sampai akhir hayat.

  Beberapa hal yang menjadi penekanan dan keunggulan pandangan konstruktivistik seperti yang diungkapkan oleh Orlich (2007: 38) sebagai berikut:

  1) Emphasis on Prior Experience (Menekankan pada pengalaman sebelumnya) Prinsip utama dari model konstruktivisme adalah pemikiran bahwa peserta didik membawa pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh sebelumnya. Pembelajaran dibangun atas apa yang peserta didik miliki kemudian dikembangkan dengan konteks yang lain.

  Pengalaman dan pengetahuan yang mereka peroleh sebelumnya

  5 adalah hal yang dapat dikembangkan oleh peserta didik melalui proses pembelajaran.

  2) Personal Construction of Meaning (Menekankan makna yang dibangun sendiri) Keunggulan lain dari model pembelajaran konstruktivisme ini adalah peserta didik harus membangun atau menemukan sendiri apa yang mereka pelajari. 3) Contextual and Shared Learning (Pembelajaran yang dilakukan bersama dan kontekstual)

  Konstruktivisme menekankan pada pembelajaran yang kontekstual sehingga menyediakan pembelajaran yang bersifat nyata daripada menyampaikan sesuatu dalam bentuk abstrak. 4) Changing Roles For Teacher and Learners

  Konsep konstruktivisme mengungkapkan peserta didik belajar bersama teman lain. Guru melihat pada apa yang dibutuhkan oleh peserta didik sehingga memungkinkan guru untuk menjalankan perannya sebagai fasilitator. Selain berperan sebagai fasilitator, guru juga harus mengarahkan dan mendorong peserta didik untuk membangun sendiri pengetahuannya.

  Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teori kontruktivisme ini menekankan suatu proses belajar yang memanfaatkan informasi baru yang didapat dari pengalaman dan aktivitas belajar individu. Pada penelitian eksperimen ini penggunaan pendekatan proses membaca mengacu pada teori kontruktivisme.

2. Pendekatan Proses Membaca

  Dalam proses belajar mengajar tidak akan pernah terlepas dari pendekatan. Berkaitan dengan konsep pendekatan, strategi, dan model pembelajaran, (Warso, 2013:147) menjelaskan arti dari pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Dengan demikian pendekatan merupakan konsep dasar yang digunakan oleh guru sebagai acuan dalam menggunakan suatu metode.

  Proses membaca meskipun tampak sederhana ternyata melalui serangkaian tahapan penting yang harus dilakukan agar menghasilkan proses dan hasil yang tepat serta memahami isi teks. Pembelajaran membaca dengan pendekatan proses meliputi langkah-langkah, sebagai berikut:

  a. Persiapan untuk membaca

  b. Membaca,

  c. Merespon

  d. Mengeksplorasi teks, dan

  e. Memperluas interpretasi (Tompkins & Hoskisson, 1995: 200-206; Tompkins, 2010: 42-50)

a. Tahap Persiapan Membaca

  Persiapan membaca tidak dapat diartikan hanya dengan membuka sampul buku kemudian langsung membaca. Ada tahapan- tahapan tertentu yang membangun persiapan membaca, antara lain:

  1) Memilih teks Pada tahapan ini, pembaca memilih teks yang hendak meraka baca. Memilih buku tidak semudah yang dibayangkan. Siswa perlu tahu tentang diri mereka sebagai pembaca dalam hal jenis buku yang disukai dan penulis favorit mereka. Sebagai pembaca mereka mampu menunjukkan buku yang mereka telah baca dan dapat menjelaskan kandungan isi dari buku yang mereka baca. Selain itu juga harus mampu menjelaskan mengapa mereka menikmati apa yang mereka baca.

  2) Menghubungkan teks dengan pengalaman pribadi dan pengalaman membaca sebelumnya. Pada tahapan ini pembaca membuat hubungan antara pengalaman hidupnya dengan bahan bacaan. 3) Memprediksi isi teks. Pada tahap ini pembaca melakukan prediksi atau memperkirakan isi dari bacaan/ teks.

  4) Mengadakan tinjauan pendahuluan terhadap teks. Tujuan utama tahap ini adalah untuk mengaitkan antara pengetahuan sebelumnya dengan teks yang akan dibaca.

b. Tahap Membaca Pada tahap ini peserta didik membaca teks secara keseluruhan.

  Ada lima macam model membaca yang dapat dilakukan. Kelima macam model membaca ini dapat diterapkan sesuai dengan jenis dan tujuan pembelajaran membaca di sekolah. Kelima model membaca tersebut yaitu:

  1) Membaca nyaring (readingaloud) Peserta didik mendengarkan guru membaca teks atau bahan bacaan. Cara lain dalam strategi ini adalah dengan mendengarkan sumber suara tertentu seperti tape recorder yang diperdengarkan secara keras.

  2) Membaca bersama (shared reading) Peserta didik berbagi bacaan yang berbeda dengan teman di kelas. Berbagi bacaan dimungkinkan terjadi ketika variasi bacaan lebih dari satu. 3) Membaca berpasangan (buddy reading)

  Dua peserta didik membaca teks bersama-sama. Kadang- kadang mereka bergiliran membaca keras, kadang-kadang mereka berdua membaca tanpa suara, dan pada waktu lain satu kelas membacakan bersama-sama.

  4) Membaca terbimbing Peserta didik membaca bahan bacaan dengan bimbingan guru.

  Sebelum kegiatan dimulai, guru mengajak peserta didik melakukan prediksi isi bacaan. Setelah itu peserta didik membaca bahan bacaan untuk mengkonfrontir isi bacaan dengan prediksi awal. Guru dapat menghentikan kegiatan membaca sewaktu-waktu ketika diperlukan, seperti berhenti pada akhir paragraf dua dan lain sebagainya dengan maksud membahas isi teks bacaan. 5) Membaca bebas (independent reading)

  Peserta didik membaca secara mandiri dengan bahan bacaan bebas atau dapat ditentukan oleh guru. Strategi ini mampu menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa terhadap bahan bacaannya. Dalam strategi ini, siswa diperbolehkan membaca seluruh teks atau sebagian teks, dan disesuaikan dengan kebutuhan individu mereka.

c. Tahap Merespon

  Pada tahap ketiga ini yaitu merespon, peserta didik memberi tanggapan terhadap kegiatan membaca mereka dan terus berusaha memahami isi. Ada dua langkah yang dapat dilakukan peserta didik untuk tahap ini yakni:

  1) Memberi tanggapan dalam bentuk tertulis pada format hasil membaca 2) Berpartisipasi dalam diskusi klasikal

  Kedua langkah ini dapat di terapkan sesuai dengan situasi dan kebutuhan di kelas. Setelah memberi respon, para peserta didik kembali memperhatikan teks untuk menggali isinya lebih dalam lagi.

  d. Tahap Mengeksplorasi Teks

  Pada tahap ini peserta didik melakukan langkah-langkah: 1) membaca ulang teks; 2) menemukan gaya bahasa khusus penulis (the

  author's craft ); 3) mempelajari kosakata baru; 4) mengidentifikasi ide

  bacaan; dan 5) berpartisipasi dalam pengajaran singkat yang dilakukan guru. Kegiatan menggali teks ini lebih dimaksudkan untuk memahami isi bacaan secara lebih mendetail.

  e. Tahap Memperluas Interpretasi

  Pada tahap terakhir dalam proses membaca, yakni memperluas interpretasi, dapat dilakukan kegiatan-kegiatan: 1) mereproduksi teks dengan bahasa sendiri; 2) bermain peran sesuai dengan isi teks; 3) mempresentasikan isi teks dengan program Powerpoint.

  Berdasarkan uraian dari tahapan pendekatan proses membaca di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan suatu kegiatan yang tidak hanya melibatkan aktivitas berfikir secara kognitif atau membaca yang dilihat dari volume suara namun kegiatan membaca memiliki beberapa tahapan , antara lain mengeksplorasi teks dan memperluaskan intepretasi.

3. Keterampilan Membaca a. Pengetian Keterampilan Membaca

  Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang memiliki peran sangat penting. Ketika melakukan kegiatan membaca akan banyak melibatkan organ tubuh yang dilakuakan untuk kegiatan tersebut. Seperti yang dijelaskan menurut Rahim ( 2008 : 2) membaca pada hakikatnya adalah sesuatu yang rumit yang melibatkan banayak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik, dan metakognitif, sedangkan menurut Dalman (2013 : 5) membaca merupakan kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan.

  Pada hakikatnya keterampilan membaca perlu dimiliki oleh setiap orang. Menurut Dadang, Iskandarwasid (2009:46) keterampilan membaca pada umumnya diperoleh dengan cara mempelajarinya disekolah. Keterampilan berbahasa ini merupakan keterampilan yang sangat unik serta berperan penting bagi pengembangan pengetahuan, dan sebagai alat komunikasi bagi kehidupan manusia.

  Membaca merupakan salah satu keterampilan dalam berbahasa, yaitu seperti dikemukakan oleh Tomkins & Hoskisson (1995:17)yaitu:

  

Traditionally, language arts educators have defined language arts as

the study of four modes of language: listening, talking, reading and

writing .

  Sudah menjadi hal yang umum, bahwa ahli bahasa telah mendefiniskan seni berbahasa sebagai pembahasan dari keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

  Tompkins & Hoskisson (1995: 198) mengemukakan bahwa membaca merupakan sebuah proses transaktif di mana pembaca menegosiasikan arti atau penafsiran. Dengan demikian membaca adalah suatu proses bertukar suatu informasi atau berinteraks dengn bacaan dimana pembaca nantilah yang akan memaknai sebuah bacaan tersebut.

  Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan kegiatan membaca pada kegiatan membaca nyaring. Menurut Dalman (2013: 63) Membaca nyaring merupakan kegiatan membaca dengan mengeluarkan suara atau kegiatan melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dengan suara yang cukup keras. Sedangkan menurut Tarigan (2008: 23) membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid atau pun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seseorang pengarang

  Berdasarkan pengertian membaca nyaring diatas dapat disimpulkan bahwa membaca nyaring merupakan kegiatan membaca yang dilakukan dengan mengeluarkan suara yang keras dan dapat dilakukan dengan bersama-sama, dimana kegiatan membaca nyaring bertujuan untuk menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa.

b. Tujuan Membaca Nyaring

  Membaca dilakukan untuk memperoleh suatu tujuan. Secara umum tujuan membaca adalah untuk mendapatkan suatu informasi yang dibutuhkan oleh pembaca. Menurut Tarigan ( 2008 : 9 ) tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh suatu informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Sedangkan menurut Rahim ( 2008 : 11) membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang membaca dengan satu tujuan, cenderung lebih menerima dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan.

  Disamping itu, menurut Elis, dkk dalam (Rahim) tujuan membaca adalah pemahaman, menghasilkan siswa yang lancar membaca. Salah satu kegiatan yang dapat membantu mencapai tujuan umum yaitu sering membacakan cerita dan mendiskusikannya. Dengan demikian, membacakan suatu materi bacaan dapat dikatakan sebagai bagian dari membaca nyaring yang bertujuan untuk berbagi pengalaman yang menyenangkan, berbagi informasi yang diperoleh dari teks bacaan, dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berdiskusi mengenai suatu teks bacaan.

c. Aspek-Aspek Keterampilan Membaca

  Membaca merupakan suatu proses atau kegiatan, oleh karena itu membaca memiliki aspek atau unsur penting di dalamnya. Berikut adalah aspek-aspek penting dalam membaca:

  1. Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order).

  Aspek ini mencakup:

  a) Pengenalan bentuk

  b) Pengenalan unsur-unsur linguistic

  c) Pengenalan hubungan/ korespondensi pola ejaan dan bunyi

  d) Kecepatan membaca ketaraf lambat

  2. Keterampilan yang bersifat pemahaman

  a) Memahami pengertian sederhana

  b) Memahami signifikasi atau makna

  c) Evaluasi atau penilaian (isi, bentuk)

  d) Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan. (Broughton, et al, 1978:211) Menurut Dalman (2013: 64) Keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalah berbagai kemampuan, diantaraya adalah, (1)

  Menggunakan ucapan yang tepat, 2) Menggunakan frasa yang tepat, 3) Menggunakan intonasi suara yang wajar, 4) Posisi sikap yang baik, 5) Menguasai tanda-tanda baca, 6) Membaca dengan terang dan jelas, 7) Membaca dengan penuh perasaan, ekspresif, 8) Membaca dengan tidak terbata-bata, 9) Mengerti serta memahami bahan bacaan yang dibacanya, 10) Kecepatan bergantung pada bahan bacaan yang dibacanya, 11) Membaca dengan tanpa terus menerus melihat bahan bacaan, dan 12) Membaca dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri.

  Sedangkan menurut Tarigan (2008 : 25-26), aspek-aspek membaca nyaring lebih dispesifikan untuk pada kelas IV (empat) di sekolah dasar, yaitu: a) Memahami bacaan pada tingkat dasar, b) Kecepatan mata dan suara, dan c) Patah kata dalam satu detik.

  Dari elemen-elemen membaca nyaring di atas, maka peneliti memodifikasi elemen-elemen tersebut untuk kepentingan penelitian dalam pengambilan penilaian keterampilan membaca nyaring dapat terakomodasi menjadi beberapa indikator, sebagai berikut: a) ketepatan,

  b) lafal, c) intonasi, d) kelancaran, dan e) kenyaringan. Indikator keterampilan membaca berikut ini nantinya akan dijadikan sebagai acuan dalam menyusun kisi-kisi keterampilan membaca nyaring.

d. Jenis-Jenis Keterampilan Membaca

  Membaca merupakan bentuk keterampilan yang memiliki berbagai tujuan, oleh karena itu jenis-jenis membaca menjadi terbagi sesuai dengan tujuannya. Menurut Saddhono (2012: 69-70) Jenis keterampilan membaca dibagi menjadi dua, yaitu keterampilan membaca karya ilmiah dan keterampilan membaca karya ilmiah popular. 1) Keterampilan membaca karya ilmiah

  Karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta umum dan metodologi penulisan yang baik dan benar. 2) Keterampilan membaca karya ilmiah popular

  Karya imiah popluer disajikan dengan gaya dan bahasa yang lebih bebas dari karya ilmiah. Diksi atau pilihan kata cenderung lebih lentur meluncur berbaris demi baris. Karya ilmiah popular dapat kita jumpai pada: majalah, koran, dan tabloid.

4. Minat Membaca a. Pengertian Minat Baca

  Minat adalah sesuatu hal yang sangat menentukan hasil dari suatu usaha. Minat menurut Susanto (2013:16) merupakan kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Dalam kegiatan membaca minat sangatlah dibutuhkan. Minat baca merupakan dorongan untuk memahami kata demi kata dan isi yang terkandung dalam teks bacaan tersebut, sehingga membaca dapat memahami hal-hal yang dituangkan dalam bacaan itu (Damlan, 2013:141). Tampubolon dalam (Damlan, 2013:141) minat baca adalah kemauan atau keinginan seseorang untuk mengenali huruf untuk menangkap makna dari tulisan tersebut.

  b. Indikator Ketercapaian Minat

  Dari penjelasan di atas, minat dicirikan dengan rasa suka, rasa tertarik dan rasa senang sebagai bentuk ekspresi terhadap suatu hal yang diminati. Minat menurut Djamarah (2008:132) dapat diekspresikan siswa melalui :

  1) Pernyataan lebih menyukai sesuatu daripada yang lainnya. 2) Pastisipasi aktif dalam kegiatan yang diamati. 3) Memberikan perhatian luang lebih besar terhadap sesuatu yangdiminatinya tanpa menghiraukan yang lain (fokus).

  Selanjutnya definisi minat ini menjadi dasar penyusunan indikator untuk angket minat.

  c. Faktor yang mempengaruhi Minat Baca

  Menumbuhkan minat dalam hal membaca tidaklah mudah. Perlu adanya dorongan atau motivasi baik dari luar maupun dari dalam diri individu untuk mempunyai minat dalam membaca. Menurut Bunata dalam (Damlan, 2013: 142) minat baca dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1) Faktor lingkungan keluarga

  Ditengah kesibukkan sebaiknya orang tua menyisihkan waktu untuk menemani anaknya membaca buku, dengan begitu orang tua dapat memberikan contoh yang baik dalam meningkatkan kreativitas membaca anak.

  2) Faktor kurikulum dan pendidikan sekolah yang kurang kondusif.

  Kurikulum yang tidak secara tegas mencantumkan kegiatan membaca dalam suatu bahan kajian, serta para tenaga kependidikan baik sebagai guru, dosen maupun para pustakawan yang tidak memberikan motivasi pada anak-anak peserta didik bahwa membaca itu penting untuk menambah ilmu pengetahuan, melatih berfikir kritis, menganalisis persoalan, dan sebagainya.

  3) Faktor infrastruktur masayarakat yang kurang mendukung peningkatan minat baca masyarakat.

  Kurangnya minat baca masyarakat ini bisa dilihat dari kebiasaan sehari-hari. Banyak orang yang lebih memilih menghabiskan uang demi hal lain daripada membeli buku. Orang juga kadang lebih suka pergi ketempat hiburan daripada pergi ke toko buku. Mereka hanya pergi ke toko buku atau perpustakaan bila memang diperlukan saja.

  4) Faktor keberadaan dan kejangkauan bahan bacaan.

  Sebaiknya pemerintah daerah mengadakan program perpustakaan keliling atau perpustakaan tetap di tiap-tiap daerah agar lebih mudah dijangkau oleh masyarakat. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mewujudkan faktor-faktor yang mempengaruhi minat membaca diatas adalah adanya kerjasama antara keluarga, sekolah, lingkungan masyarakat, dan ketersediaan bahan bacaan.

  B. Penelitian yang Relevan

  Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian oleh Kastam Syamsi, Esti Swastika S, & Setiyawan P yang mengadakan penelitian tentang penerapan pendekatan proses dalam pembelajaran menulis dengan siswa kelas IV dan V Sekolah Dasar Minomartani 3, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, sebagai subjeknya. Dengan model penelitian tindakan kelas, ia menyimpulkan bahwa pembelajaran membaca dengan menggunakan pendekatan proses dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa. Selain itu, sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran membaca pun terbukti semakin positif. Siswa tampak semakin bergairah dan senang mengikuti kegiatan pembelajatan membaca.

  C. Kerangka Pikir

  Pendekatan Proses Membaca menurut Tomkins dan Hosskison merupakan pendekatan yang tidak hanya menekankan peserta didik untuk dapat mengetahui informasi dari membaca tetapi terdapat beberapa tahapan yang nantinya akan membuat peserta didik dapat berkembang baik kemampuan kognitif maupun kemampuan motoriknya, oleh karena itu pendekatan proses membaca menurut Tomkins dan Hosskison ini terdiri dari beberapa tahapan membaca yang harus dilakukan, yaitu persiapan untuk membaca, membaca, merespon, mengeksplorasi teks, dan memperluas interpretrasi.

  Pendekatan proses dalam membaca menurut Tomkins dan Hosskison menekankan pada proses atau kegiatan membaca. Sehingga, banyak sekali kegiatan yang menghubungkan aktivitas kognitif dengan motorik siswa. Dengan adanya tahapan membaca diatas menjadikan peserta didik untuk lebih tertarik dan merasakan hal baru dalam membaca.

  

Penerapan

Kondisi awal

Pendekatan

keterampilan

  

Proses

membaca dan minat

Membaca

membaca

  Keterampilan Kondisi Akhir Memberikan Pengaruh

membaca dan

terhadap Keterampilan minat membaca dan Minat Membaca

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan kajian teori dan kerangkaberpikir, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

  1. Ada pengaruh pembelajaran pendekatan proses membaca terhadap keterampilan membaca.

  2. Ada pengaruh pembelajaran pendekatan proses membaca terhadap minat membaca.