DISPENSASI PERKAWINAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG RI NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK (Studi Atas Penetapan Nomor 135Pdt.P2016PA.SJ di Pengadilan Agama Sinjai Kelas II)
DISPENSASI PERKAWINAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG RI NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK (Studi Atas Penetapan Nomor 135/Pdt.P/2016/PA.SJ di Pengadilan Agama Sinjai Kelas II) Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum (S.H) Jurusan Peradilan pada Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Alauddin Makassar Oleh:
HENDRA
NIM: 10100113124
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2017
Alhamdulillahi rabbil’alamin segala puji hanya milik Allah Swt. Skripsi ini dapat terselesaikan walaupun dalam bentuk yang sederhana. Pernyataan rasa syukur kepada sang khalik atas hidayah-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “DISPENSASI PERKAWINAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG RI NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK (Studi Atas Penetapan Nomor 135/Pdt.P/2016/PA.SJ di Pengadilan Agama Sinjai Kelas II).”
Penyusun panjatkan shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita umat manusia Nabi Muhammad Saw sebagai suri teladan yang merupakan sumber inspirasi dan motivasi dalam berbagai aspek kehidupan setiap insan termasuk penulis. Amin.
Adapun maksud dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat yang telah ditentukan untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Dalam penulisan ini, penulis mendasar pada ilmu pengetahuan yang telah penulis peroleh selama ini, khususnya dalam pendidikan di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar serta hasil penelitian penulis di Pengadilan Agama Sinjai. Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak, baik secara spiritual maupun moril. Maka atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
Hasnidar, yang tiada pernah putus doanya demi kesuksesan belajar putranya dan telah memberikan seluruh cinta serta kasih sayangnya, dan juga yang telah memberikan dukungan lahir batin kepada penulis dalam proses studi selama ini. Bapak, Ibu, saya tidak akan mengecewakan Bapak, Ibu, dan saya berjanji akan membahagiakanmu sampai akhir hayat. Insya Allah.
2. Prof. Dr. Musafir Pababbari, M.Si., selaku Rektor UIN Alauddin Makassar beserta Wakil Rektor I, II dan III.
3. Bapak Prof. Dr. Darussalam M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Alauddin Makassar.
4. Bapak Zulfahmi Alwi, S.Ag., M.Ag., Ph.D. dan Ibu Dra. Hj. Hartini, M.H.I. selaku pembimbing I dan II yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Ketua Jurusan Peradilan Bapak Dr. H. Supardin, M.H.I., Sekretaris Jurusan Peradilan Ibu Dr. Hj. Patimah, M.Ag, dan staf Jurusan Peradilan yang telah membantu dan memberikan petunjuk sehingga penulis dapat menyelesaikan semua mata kuliah serta penulisan karya ilmiah ini.
6. Keluarga besar saya yang telah sepenuhnya mendukung dalam menuntut ilmu dan selalu memberikan nasihat yang baik.
DAFTAR ISI
JUDUL ........................................................................................................... i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................... ... ii PENGESAHAN ............................................................................................. iii KATA PENGANTAR ................................................................................... iv DAFTAR ISI ................................................................................................. vi PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................... ix ABSTRAK .................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1-13 A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ....................................... 4 C. Rumusan Masalah ...................................................................... 6 D. Kajian Pustaka/Penelitian Terdahulu ......................................... 7 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................ 12 BAB II TINJAUAN TEORETIS .................................................................. 14-34 A. Tinjauan Umum Tentang Perkawinan ......................................... 14 B. Tinjauan Umum Tentang Dispensasi Perkawinan ....................... 25 C. Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak ...................................................................... 28 D. Anak dalam Pandangan Islam ..................................................... 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. .. 35-39 A. Jenis dan Lokasi Penelitian .......................................................... 35 B. Pendekatan Penelitian .................................................................. 35 C. Jenis dan Sumber Data ................................................................. 36 D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 36 E. Instrumen Penelitian ..................................................................... 37
F.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data ......................................... 38
BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PERKARA PERMOHONAN DISPENSASI PERKAWINAN .................................................................... 40-75 A. Gambaran Umum Pengadilan Agama Sinjai ............................... 40 1. Profil Pengadilan Agama Sinjai ............................................ 40 2. Sejarah Terbentuknya Pengadilan Agama Sinjai ................... 41 3. Visi dan Misi .......................................................................... 47 4. Struktur Organisasi ................................................................. 48 5. Kekuasaan dan Kewenangan Pengadilan Agama Sinjai ........ 50 B. Pertimbangan dan dasar hukum hakim dalam memutus perkara permohonan dispensasi nikah Nomor 135/Pdt.P/2016/PA.Sj ......
53 C. Kedudukan putusan hakim pada perkara permohonan dispe- sasi perkawinan Nomor 135/Pdt.P/2016/PA.Sj di Pengadilan
Agama Sinjai Kelas II dikaitkan dengan Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak ....................
70 D. Analisis putusan hakim tentang dispensasi perkawinan .............. 73
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 76-77 A. Kesimpulan ................................................................................. 76 B. Implikasi Penelitian .................................................................... 77 KEPUSTAKAAN .........................................................................................
78 LAMPIRAN-LAMPIRAN ...........................................................................
80 DAFTAR RIWAYAT HIDUP
PEDOMAN TRANSLITERASI DAN SINGKATAN A.
Transliterasi Arab-Latin
Daftar huruf bahasa Arab dan Transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada tabel berikut:
1. Konsonan
Huruf Arab
Nama Huruf Latin Nama alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan ba b be ta t te sa es (dengan titik di atas) jim j je ha ha (dengan titik di bawah) kha kh ka dan ha dal d de zal zet (dengan titik di atas) ra r er zai z zet sin s es syin sy es dan ye sad es (dengan titik di bawah) dad de (dengan titik di bawah) ta te (dengan titik di bawah) za zet (dengan titik di bawah) ‘ain ‘ apostrof terbalik gain g ge fa f ef qaf q qi kaf k ka lam l el mim m em nun n en
! wau w we " ha h ha # hamzah ’ apostrof
$ ya y ye Hamzah ( ) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’).
2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal Bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau menoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal tunggal Bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf Latin Nama %&
fat ah a a
%'
kasrah i i
%(
ammah u u
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabunganantaraharakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:
Tanda Nama Huruf Latin Nama
fat ah dan y ’ ai a dan i
%&)$
fat ah dan wau au a dan u
%&* Contoh: %&+,-&. : kaifa %& ,/&" : haula 3.
Maddah
Maddah atau vocal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu: Harakat dan Nama Huruf dan Nama
Huruf Tanda a dan garis di atas
1 %&$…0 %& … fat ah dan alif atau y ’
kasrah dan y ’ i dan garis di atas
$
2
ammah dan wau u dan garis di atas
3 %(!
Contoh: : m ta
45 6&5& : ram
: qila 7,-'8 %( ,/(9&: : yamutu 4.
T marb tah
Transliterasi untuk t marb tah ada dua, yaitu T marb tah yang hidup atau mendapat harakat fat ah, kasrah, dan ammah, transliterasinya adalah [t]. Sedangkan t marb tah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah [h]. Kalau pada kata yang berakhir dengan t marb tah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sedang al- serta bacaan kedua kata tersebut terpisah, maka
t marb tah itu ditransliterasikan dengan ha [h].
Contoh: %(; &< ,! &='>4&?, & ,@ : raudah al- atfal %(;&A,:'B&9> (;&C'<4&?,> : al- madinah al- fadilah
: al-hikmah %(;&9,D'E,> 5.
Syaddah (Tasydid) Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda tasydid ( F ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonang anda) yang diberi tanda syaddah.
Contoh: 4&AGH& : rabban 4&A,-GI&J : najjain %KL &E,> : al- haqq
( J
&MNO : nu”ima %P!(B&Q : ‘aduwwun Jika huruf
% $ ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah ( RS'H) maka ia ditranslitersikan sebagai huruf maddah menjadi i. Contoh:
PS'C&Q : ‘Ali (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly) RS'H &=&Q : ‘Arabi (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby) 6.
Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf (alif lam ma’arifah). Dalam pedoman transiliterasi ini, kata sandang ditransilterasikan seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf
syamsiyah maupun huruf qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi
huruf langsung yang mengikutinya. kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).
Contoh: %(T9GU> : al-syamsu (bukan asy-syamsu) %(;&>&V>GV>& : al-zalzalah (az-zalzalah) ;&?&WC&?,>& : al-falsafah %( &X'Y,>& : al-bilaadu 7.
Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (‘) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.
Contoh: : ta’muruuna
%& ,! (=(5,4&Z : al-nau’
%( ,/GA> : syai’un
[# ,S&οΊ· : umirtu
%( ,='5( 8.
Penulisan Kata Bahasa Arab Yang Lazim Digunakan Dalam Bahasa Indonesia
Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam Bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan telah menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan Bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata Al-Qur’an (dari Al-
Qur’an), al-hamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata-kata tersebut
menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh:
Fi il l Al-Qur’ n Al-Sunnah qabl al-tadwin
9. Lafz al- Jalaalah ( )
Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jar dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mudaafilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.
Contoh: %' ]R^4(A,:' diinull h ' ]R_4'H bill h Adapun taamarbuutah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz al-
jalaalah, ditransliterasi dengan huruf [t]. Contoh: hum fi rahmatillaah.
10. Huruf Kapital
Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf capital (All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf capital berdasarkan pedoman ajaran Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf capital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul refrensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). contoh:
Wa ma muhammadun illaa rasul
Inna awwala baitin wudi’ alinnasi lallazii bi bakkata mubarakan
Syahru ramadan al-lazii unzila fih al-Qur’anNazir al-Din al-Tusi Abu Nasr al- Farabi Al-Gazali Al-Munqiz min al-Dalal Jika nama resmi seseorang menggunakan kata ibnu (anak dari) dan
Abu (bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh:
Abu Al-Wafid Mummad Ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abu Al-Walid Muhammad (bukan: rusyd, abu al-walid Muhammad ibnu)
Nasr Hamid Abu Zaid, ditulis menjadi: Abu Zaid, Nasr Hamid (bukan: Zaid, Nasr Hamid Abu) B.
Daftar Singkatan
Beberapa singkatan yang dilakukan adalah: swt. = subhanallahu wata’ala saw. = sallallahu ‘alaihi wasallam r.a = radiallahu ‘anhu H = Hijriah M = Masehi QS/4 = QS Al-Baqarah/2: 4 atau QS Al-Imran/3: 4 HR = Hadis Riwayat
ABSTRAK
Nama : Hendra NIM : 10100113124 Judul : Dispensasi Perkawinan Ditinjau dari Undang-Undang RI Nomor 35
Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak (Studi Atas Penetapan Nomor 135/Pdt.P/2016/PA.SJ di Pengadilan Agama Sinjai Kelas II). Pokok masalah penelitian ini adalah bagaimana dispensasi perkawinan ditinjau dari Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan
Anak (Studi Atas Penetapan Nomor 135/Pdt.P/2016/PA.SJ di Pengadilan Agama Sinjai Kelas II)? Pokok masalah tersebut selanjutnya dirumuskan menjadi beberapa sub permasalahan sebagai berikut yaitu: 1) Bagaimana pertimbangan dan dasar hukum hakim dalam memutus perkara permohonan dispensasi nikah Nomor 135/Pdt.P/2016/PA.Sj di Pengadilan Agama Sinjai Kelas II?, 2) Bagaimana kedudukan putusan hakim pada perkara permohonan dispensasi perkawinan Nomor 135/Pdt.P/2016/PA.Sj di Pengadilan Agama Sinjai Kelas II dikaitkan dengan Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak?
Jenis penelitian ini tergolong kualitatif dengan pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan empiris. Adapun sumber data penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Selanjutnya, metode pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik pengolahan data dan analisis data dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertimbangan hukum yang digunakan oleh hakim pada perkara dispensasi perkawinan Nomor: 135/Pdt.P/2016/PA.Sj adalah pasal 7 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 15 ayat (1) , dan kaidah fikih. Kedudukan putusan hakim dalam perkara dispensasi nikah Nomor: 135/Pdt.P/2016/PA.Sj tidak bertentangan dengan Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, mengingat bahwa anak dari pemohon sudah tidak sekolah sejak kelas 5 Sekolah Dasar (SD).
Implikasi dari penelitian ini adalah: 1) Hakim Pengadilan Agama, dalam menangani kasus permohonan dispensasi nikah, supaya berhati-hati dalam memeriksa dan memutus perkara tersebut. Dikarenakan, bisa saja terjadi kebohongan atau manipulasi oleh pihak yang mengajukan dispensasi nikah agar hakim tetap dapat menikahkan anak dibawah umur. 2) Perlu adanya aturan mengenai pembatasan penggunaan alat telekomunikasi bagi anak yang masih dibawah umur, hal ini perlu dilakukan supaya bisa mengantisipasi penyalahgunaan teknologi bagi anak yang dapat merusak mental mereka dalam bergaul, sehingga dapat mengurangi angka kehamilan diluar nikah bagi remaja yang tergolong masih dibawah umur.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama sempurna yang Allah swt. ciptakan untuk kita
manusia. Serta ayat-ayat Al-Qur’an yang Allah swt. turunkan kepada Rasul melalui wahyu Allah swt. sebagai pedoman dan petunjuk jalan manusia menuju surganya Allah dan petunjuk untuk keselamatan umat manusia di dunia dan akhirat.
Islam sangat membuka jalan dan tidak menginginkan manusia mempersulit diri karena sesungguhnya Allah swt. tidak suka dengan manusia yang mempersulit diri, dan Allah swt. sangat memberikan kesempatan bagi manusia yang ingin memperbaiki diri dengan niat tulus karena Allah swt. Islam sangat bijaksana dan sempurna mengenai permasalahan hidup, bahkan tidak ada satu aspekpun yang tidak dibicarakan oleh hukum Allah, yakni mencakup semua aspek kehidupan yang mengatur hubungan dengan khaliknya dan mengatur juga hubungan dengan sesamanya. Firman Allah swt. dalam QS al-R m/30: 21
!"#
Terjemahnya: Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda 1 bagi kaum yang berfikir.
Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan
2
melaksanakannya merupakan ibadah. Dalam hal ini Islam banyak mengatur mengenai hal perkawinan yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dunia maupun akhirat di bawah cinta kasih dari ridho Allah swt. Dan tujuan lain dari pernikahan ialah ingin membentuk generasi yang bermanfaat untuk hari tua dengan mendidik dan menjadikan keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah.
Sedangkan Menurut Undang-Undang RI Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan bahwa tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga bahagia
3
dan sejahtera kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Untuk merealisasikan tujuan mulia ini harus didukung oleh kesiapan fisik dan kematangan jiwa dari masing-masing mempelai, sehingga menimbulkan rasa tanggung jawab pada mereka. Oleh karena itu perkawinan merupakan tuntutan naluriah manusia untuk berketurunan guna kelangsungan hidupnya dan untuk memperoleh ketenangan hidup serta menumbuhkan dan memupuk rasa kasih sayang insani.
1 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran & Terjemahannya (Jakarta: Almahira, 2015), h. 406. 2 Instruksi Presiden R.I Nomor I Tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, bab II, pasal 2. 3 Republik Indonesia, “Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,”
Menurut Hukum Islam pembentukan sebuah keluarga dengan menyatukan seorang laki-laki dan seorang perempuan diawali dengan suatu ikatan suci, yakni kontrak perkawinan atau ikatan perkawinan. Seperti yang tercantum dalam pasal 1 Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yakni:
Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga, rumah
4 tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia, muncul suatu permasalahan yang terjadi dalam masyarakat, lunturnya moral value atau nilai- nilai akhlak yaitu pergaulan bebas di kalangan remaja dan hubungan zina menjadi hal biasa sehingga terjadi kehamilan di luar nikah. Akibatnya orang tua menutupi aib tersebut dengan menikahkan anaknya tanpa mempertimbangkan lagi usia dan masa depan anaknya.
Penentuan batas umur untuk melangsungkan perkawinan sangatlah penting, yaitu untuk menciptakan kemaslahatan keluarga dan rumah tangga.
Pembatasan usia dalam perkawinan oleh pembuat undang-undang dimaksudkan agar rumah keluarga yang dibentuk dapat mencapai tujuan perkawinan. Tujuan perkawinan adalah untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Di samping itu pernikahan merupakan perjanjian yang suci, sehingga untuk mencapai tujuannya memerlukan sebuah
4 Republik Indonesia, “Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974, tentang Perkawinan,”
aturan, namun bukan berarti adanya peraturan untuk mengekang umatnya, akan
5 tetapi lebih kepada kemaslahatan.
Apabila dalam keadaan yang sangat memaksa seperti hamil diluar nikah maka perkawinan di bawah umur bisa dilakukan dengan mengajukan dispensasi ke Pengadilan Agama yang telah ditunjuk oleh kedua orang tua dari pihak laki- laki atau perempuan, sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang RI No
1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 7 ayat (2). Apabila penetapan izin pernikahan sudah dikeluarkan oleh Pengadilan Agama, maka kedua mempelai bisa melaksanakan perkawinan.
Berdasarkan latar belakang sebagaimana uraian diatas, peneliti ingin membahas penemuan hukum oleh hakim dalam mengabulkan permohonan dispensasi nikah, dengan melakukan penelitian yang berjudul “Dispensasi Perkawinan Ditinjau dari Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak (Studi Atas Penetapan Nomor 135/Pdt.P/2016/PA.Sj di Pengadilan Agama Sinjai Kelas II).
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus 1. Fokus Penelitian
Fokus penelitian atau ruang lingkup penelitian berfungsi untuk menjelaskan batasan atau cakupan penelitian, baik dari segi rentang waktu
6
maupun jangkauan wilayah objek penelitian. Oleh karena itu pada penelitian ini, 5 Moh Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam Suatu Analisis dari Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (KHI), (Cet, V; Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2004), h. 1. 6 Muljono Damapolii, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah: Makalah, Skripsi,peneliti memfokuskan penelitiannya mengenai Dispensasi Perkawinan Ditinjau dari Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.
2. Deskripsi Fokus
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menginterpretasikan judul yang diajukan dalam penelitian ini, peneliti menguraikan makna dari kata-kata kunci yang terdapat dalam judul.
a.
Dispensasi adalah pengecualian dari aturan karena adanya pertimbangan yang
7
khusus. Dispensasi usia perkawinan merupakan dispensasi atau keringanan yang diberikan Pegadilan Agama kepada calon mempelai yang belum cukup umur untuk melangsungkan perkawinan, bagi pria yang belum mencapai usia 19 (sembilan belas) tahun dan wanita belum mencapai usia 16 (enam belas) tahun. Dispensasi usia perkawinan memiliki arti keringanan akan sesuatu batasan (batasan umur) didalam melakukan ikatan antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
b.
Perkawinan yang dimaksudkan disini ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-isteri dengan tujuan membentuk keluarga, rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
c.
Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-hak nya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan 7
“Dispensasi”, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). http://kbbi.web.id/dispensasi (11 berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. 8 d. Pengadialan Agama Sinjai adalah nama lembaga resmi pemerintah yang melaksanakan tugas yudikatif di tingkat pertama yang mempunyai kewenangan untuk menerima, memeriksa, mengadili, serta menyelesaikan perkara perkara tertentu yang bragama Islam dalam wilayah hukum Kabupaten Sinjai.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah tersebut diatas, maka peneliti mengemukakan pokok permasalahan yaitu : “Bagaimana Dispensasi Perkawinan Ditinjau dari Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak (Studi Atas Penetapan Nomor 135/Pdt.P/2016/PA.SJ di Pengadilan Agama Sinjai Kelas II).
Dari rumusan permasalahan diatas maka dapat dirumuskan beberapa sub permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pertimbangan dan dasar hukum hakim dalam memutus perkara permohonan dispensasi nikah Nomor 135/Pdt.P/2016/PA.Sj di Pengadilan Agama Sinjai Kelas II? 2. Bagaimana kedudukan putusan hakim pada perkara permohonan dispensasi perkawinan Nomor 135/Pdt.P/2016/PA.Sj di Pengadilan Agama Sinjai Kelas
II dikaitkan dengan Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak? 8 Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 35Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
D. Kajian Pustaka Peneliti telah melakukan penelusuran terhadap karya tulis ilmiah yang ada.
Peneliti menemukan beberapa karya tulis ilmiah yang membahas mengenai masalah dispensasi perkawinan diantaranya:
1. Tesis yang ditulis oleh Nikmawati pada tahun 2014 dengan judul: “Analisis
Yuridis Terhadap Perkara Dispensasi Nikah (Studi Kasus di Pengadilan Agama Pangkep)”. Dalam penelitiannya Nikmawati menfokuskan penelitiannya pada analisis pertimbangan dan dasar hukum hakim dalam perkara permohonan dispensasi nikah di pengadilan agama pangkep dan faktor-faktor apakah yang manjadi penyebab diajukannya permohonan dispensasi nikah di pengadilan agama pangkep. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa hakim dalam penerapan penemuan hukum terhadap penetapan dispensasi nikah menggunakan interpretasi atau penafsiran Seperti Interpretasi Teleologis/Sosioligis. Kedua peraturan perundang-undangan tersebut tidak menjelaskan alasan seseorang yang belum sampai kepada batas usia minimum kawin diberi dispensasi untuk melakukan pernikahan. Dengan penafsiran peraturan perundang-undangan dan pemilahan serta pemilihan fakta akhirnya hakim dapat membuat keputusan yang bijaksana, yaitu keputusan yang memenuhi unsur keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan hukum. Faktor-faktor yang mempengaruhi penemuan hukum oleh hakim dalam penetapan dispensasi nikah adalah karena hamil diluar nikah, pengetahuan masyarakat (dijodohkan), ekonomi dan kekhawatiran akan terjadi perzinahan kemudian penetapan hakim di dalam dispensasi nikah tersebut juga di tujang dengan Profesional individual hakim, kemudian faktor legal, lalu dan penguasaan atas ilmu hukum, kemampuan berfikir yuridis 9 hakim. Perbedaan penelitian ini dengan apa yang akan diteliti penyusun ialah pada penelitian ini analisis yang digunakan ialah bagaimana pertimbangan hakim dan faktor-faktor penyebab diajukannya permohonan dispensasi perkawinan, sedangkan penulis melakukan penelitian lapangan menggunakan analisis yuridis, khusunya Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.
2. Skripsi M. Ibadurrahman di Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang pada tahun 2015 yang berjudul “Perkawinan Usia Dini Dalam Prespektif Undang–Undang Perlindungan Anak (Studi Kasus Di Kua Kecamatan Kaliwungu Kab. Kendal) ”. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan
(field research) . Dengan pendekatan pendekatan studi kasus dengan sumber
data berasal dari kepala, penghulu dan penyuluh KUA Kecamatan Kaliwungu. Data diperoleh dengan menggunakan teknik interview dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Praktek perkawinan calon mempelai perempuan masih berumur 16 (enam belas) dan 17 (tujuh belas) tahunterjadi di KUA Kaliwungu dilakukan karena anggapan bahwa anak perempuan harus segera dinikahkan karena akan menjadi perawan tua jika tidak segera dinikahkan, selain itu hal yang lebih dominan praktek perkawinan ini terjkadi karena pergaulan bebas yang menyebabkan 9 Nikmawati, “Analisis Yuridis Terhadap Perkara Dispensasi Nikah (Studi Kasus di
Pengadilan Agama Pangkep)”, Tesis (Makassar: Program Pascasarjana, Universitas Muslim perempuan hamil duluan dan harus dinikahkan. 2) Kebijakan KUA Kecamatan Kaliwungu dari sudut pandang hukum islam sudah sesuai karena merujuk Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Kompilasi hukum Islam, Peraturan Menteri Agama yakni calon suami sekurang-kurangnya 19 (sembilan belas) tahun dan calon isteri sekurang- kurangnya 16 (enam belas) tahun dan fiqih memperbolehkannya, jika dibawah 16 tahun maka pihak KUA tidak berani melaskananakan pernikahan, harus dapat rekomendasi dari Pengadilan Agama. Sedangkan dari sudut Undang-Undang Perlindungan Anak, KUA perlu menggali lagi batas umur dan lebih memementingkan kematangan dari mempelai guna mewujudkan keluarga yang matang secara fisik maupun mental guna mengarungi bahtera
10
rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah. Perbedaan dalam penelitian ini ialah pada lembaga atau tempat penelitian, bahwa peneliti memfokuskan penelitiannya di lingkup Pengadilan Agama Sinjai.
3. Skripsi yang di tulis oleh Hasriani di Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar pada tahun 2016 yang berjudul: “Dispensasi Pernikahan Di Bawah Umur Pada Masyarakat Islam Di Kabupaten Bantaeng (Studi Kasus Pada Pengadilan Agama Kelas 2 Bantaeng)”. Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Pada penelitian tersebut, peneliti memfokuskan penelitiannya di lingkup Pengadilan Agama Bantaeng Kelas 2 dan mengambil objek penelitian yakni Pelaku Dispensasi Nikah, Jurusita, Panitera, dan 10 M. Ibadurrahman, “Perkawinan Usia Dini Dalam Prespektif Undang –Undang
Perlindungan Anak (Studi Kasus Di Kua Kecamatan Kaliwungu Kab. Kendal)”, Skripsi
Hakim yang bertugas dan mengambil data tentang alasan-alasan mengajukan dispensasi nikah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prosedur pelaksanaan Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Bantaeng yaitu, permohonan didaftarkan di kepanitraan kemudian hakim memeriksa perkara dipersidangan berdasarkan banyak pertimbangan maka hakim membacakan penetapannya, faktor penyebab diajukannya dispensasi kawin antara lain hamil di luar nikah, faktor ekonomi dan faktor pendidikan yang tentunya menjadi pertimbangan hakim yang berdasar pada maslahat mursalah dalam
11 menetapkan sesuatu bukan hanya berpacu pada Undang-Undang semata.
Perbedaan dalam penelitian ini terletak pada apa yang akan diteliti nantinya, penelitian yang akan diteliti yaitu tentang Dispensasi Perkawinan Ditinjau dari Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak (Studi Atas Penetapan Nomor 135/Pdt.P/2016/PA.SJ di Pengadilan Agama Sinjai Kelas II).
4. Skripsi Abdul Munir di IAIN Walisongo tahun 2011, yang berjudul:
“Dampak Dispensasi Nikah Terhadap Eksistensi Pernikahan (Studi Analisis di Pengadilan Agama Kendal)”. Skripsi ini menjelaskan tentang dampak dari dispensasi nikah terhadap eksistensi pernikahan yang terjadi di Pengadilan
12 Agama Kendal. Sedangkan skripsi yang penulis bahas terfokus kepada
11 Hasriani, “Dispensasi Pernikahan Di Bawah Umur Pada Masyarakat Islam Di
Kabupaten Bantaeng (Studi Kasus Pada Pengadilan Agama Kelas 2 B Bantaeng)”, Skripsi (Makassar: Fak. Syari’ah dan Hukum UIN Alauddin Makassar, 2016), h. 62. 12 Abdul Munir, ”Dampak Dispensasi Nikah Terhadap Eksistensi Pernikahan (Studi
Analisis di Pengadilan Agama Kendal)”, Skripsi (Semarang: Fak. Syari’ah IAIN Walisongo, Dispensasi Perkawinan Ditinjau dari Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.
5. Skripsi Siti Thoyibatun Nasihah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun
2010, dengan judul “Dispensasi Nikah (Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penetapan Hakim Pengadilan Agama Kediri Pada Perkara Nomor 15/Pdt.P/2009/PA.KDR)”. Skripsi tersebut menjeaskan tentang dispensasi nikah berdasarkan tinjauan Hukum Islam terhadap penetapan Hakim di Pengadilan Agama Kediri, yang dimana penyusun merasa tertarik untuk meneliti putusan tersebut berbeda dengan yang lain. Dimana antara mereka tempat tinggalnya berjauhan, dan mereka pun tidak hamil duluan. Metode yang digunakan dalam menganalisis problem yang ada adalah deskriptif-
13 analisis. Sedangkan metode yang digunakan oleh penulis ada pendekatan empiris.
6. Terakhir adalah Tesis yang ditulis oleh Maylissabet pada tahun 2015, dengan judul: “Praktek Dispensasi Nikah Karena Hamil Di Pengadilan Agama Se- D.I.Yogyakarta (Studi Sikap-sikap Hakim Pengadilan Agama Se- D.I.Yogyakarta). Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field
research ). Penulis menggunakan pendekatan Normatif-Yuridis dalam
penelitian ini. Pendekatan tersebut menggunakan tolak ukur agama yang berupa al-quran dan hadist, serta aturan yang berupa hukum positif. Teori
13 Siti Thoyibatun Nasihah, “Dispensasi Nikah (Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Penetapan Hakim Pengadilan Agama Kediri Pada Perkara Nomor 15/Pdt.P/2009/PA.KDR)”,
14
yang digunakan adalah teori klasifikasi watak oleh Adonis. Skripsi tersebut memfokuskan penelitiannya pada semua lembaga Pengadilan Agama yang ada di Yogyakarta, sedangkan yang penulis teliti hanyalah terfokus pada satu lembaga Pengadilan Agama yaitu di Pengadilan Agama Sinjai Kelas II.
Beradasarkan beberapa referensi pada penelitian terdahulu yang telah diuraikan diatas bahwa pada penelitian tersebut tidak ada satupun yang membahas mengenai Dispensasi Perkawinan Ditinjau dari Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Maka dari itu penulis menegaskan bahwa penelitian ini merupakan penelitian baru khususnya pada lingkup Pengadilan Agama Sinjai Kelas II.
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a.
Untuk mengetahui pertimbangan dan dasar hukum hakim dalam memutus perkara dispensasi nikah Nomor 135/Pdt.P/2016/PA.Sj di Pengadilan Agama Sinjai Kelas II.
b.
Untuk mengetahui kedudukan putusan hakim pada perkara permohonan dispensasi perkawinan Nomor 135/Pdt.P/2016/PA.Sj di Pengadilan Agama Sinjai Kelas II dikaitkan dengan Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
14 Maylissabet, “Praktek Dispensasi Nikah Karena Hamil Di Pengadilan Agama Se-
D.I.Yogyakarta (Studi Sikap-sikap Hakim Pengadilan Agama Se-D.I.Yogyakarta)”, Tesis,
2. Kegunaan Penelitian a.
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan teori tambahan dan informasi khususnya bagi hakim yang menangani perkara permohonan dispensasi nikah kemudian sebagai salah satu bahan masukan dan melengkapi referensi yang belum ada.
b.
Secara praktis, penelitian ini diupayakan memberikan kontribusi pemikiran dibidang pembangunan hukum dan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, dan juga diharapkan dapat menambah pustaka dibidang ilmu hukum khususnya dalam perkara dispensasi nikah dan dapat memberikan bahan dan masukan serta referensi bagi penelitian terkait yang dilakukan selanjutnya.
BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Tinjauan Umum tentang Perkawinan 1. Pengertian Perkawinan
1 .
Perkawinan adalah hal mendasar dalam pembentukan keluarga Islam Nabi Muhammad saw. memuji institusi tersebut sebagai bagian dari sunnah beliau. Kehidupan menunggal secara permanen atas kehendak sendiri bukan cara Islam, hal itu dilarang dengan tegas oleh Nabi.
Pernikahan merupakan sebuah perintah agama yang diatur oleh syariat Islam dan merupakan satu-satunya jalan penyaluran seks yang disahkan oleh agama Islam. Dari sudut pandang ini, maka pada saat orang melakukan pernikahan pada saat yang bersamaan dia bukan saja memiliki keinginan untuk melakukan perintah agama (syariat), namun juga memiliki keinginan memenuhi kebutuhan biologisnya yang secara kodrat memang harus disalurkan.
Dalam kehidupan ini, manusia ingin memenuhi berbagai kebutuhannya, begitu juga kebutuhan biologis sebenarnya juga harus dipenuhi. Sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin, Islam telah menetapkan bahwa satu-satunya cara untuk memenuhi kebutuhan biologis seeorang yaitu hanya dengan cara pernikahan, pernikahan merupakan satu hal yang sangat menarik jika kita lebih mencermati kandungan makna tentang masalah pernikahan ini. Al-Qur’an telah menjelaskan bahwa di antara tujuan pernikahan adalah agar mempelai laki-laki dan perempuan mendapatkan kedamaian dalam hidup seseorang (litaskunu 1 Andi Syahraeni, Bimbingan Keluarga Sakinah, (Cet. I; Makassar: Alauddin Press, 2013),
ilaiha). Ini berarti pernikahan sesungguhnya bukan hanya sekedar sebagai sarana
penyaluran kebutuhan seks namun lebih dari itu pernikahan juga menjanjikan perdamaian hidup bagi manusia dimana setiap manusia dapat membangun surga dunia di dalamnya. Inilah hikmah disyari’atkannya pernikahan dalam Islam, selain memperoleh ketenangan dan kedamain, juga dapat menjaga keturunan
(hifdzu al-nasli) .
Perkawinan yang dilakukan antara pasangan seorang pria dengan seorang wanita, pada hakekatnya merupakan naluri atau fitrah manusia sebagai makhluk sosial guna melanjutkan keturunannya. Oleh karenanya dilihat dari aspek fitrah manusia tersebut, pengaturan perkawinan tidak hanya didasarkan pada norma hukum yang dibuat oleh manusia saja, melainkan juga bersumber dari hukum Tuhan yang tertuang dalam hukum agama. Tinjauan perkawinan dari aspek agama dalam hal ini terutama dilihat dari hukum Islam yang merupakan keyakinan sebagian besar masyarakat Indonesia.
Menurut istilah hukum Islam perkawinan disebut dengan “pernikahan” 2 yaitu ikatan atau aqad yang sangat kuat.
Perkawinan atau pernikahan dalam literatur fiqh berbahasa Arab disebut
3
dengan dua kata, yaitu nikah dan zawaj. Perkataan nikah menurut bahasa Arab mempunyai dua pengertian, yakni dalam arti sebenarya (hakikat) dan dalam arti
4
kiasan (majaaz). Kedua kata ini yang terpakai dalam kehidupan sehari-hari orang 2 3 Istiqamah, Hukum Perdata di Indonesia, (Cet. I; Makassar: Alauddin Press, 2011), h. 76.
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan (Cet. III; Jakarta: Kencana, 2006), h. 35. 4 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perorangan & Kekeluargaan di Indonesia, (Cet. Arab dan banyak terdapat dalam Al-Qur’an dan hadis Nabi. Kata na-ka-ha banyak terdapat dalam Al-Qur’an dengan arti kawin, seperti dalam QS an-Nis ’/4: 3
!
Terjemahnya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih
5
dekat kepada tidak berbuat aniaya.Hampir dalam semua tradisi hukum, baik civil law, common law, maupun
Islamic law, perkawinan adalah sebuah kontrak berdasarkan persetujuan sukarela
6 yang bersifat pribadi antara seorang pria dan wanita untuk menjadi suami-isteri.Dalam hal ini, perkawinan selalu dipandang sebagai dasar bagi unit keluarga yang mempunyai arti penting bagi penjagaan moral atau akhlak masyarakat dan pembentukan peradaban.
Secara tradisional, suami dalam semua sistem tersebut bertugas menyiapkan tempat tinggal, memenuhi kebutuhan rumah tangga dan melindungi keluarga secara umum. Sementara itu, isteri berkewajiban mengurus rumah tangga, tinggal dirumah, melakukan hubungan seksual dengan suami dan memelihara anak-anak. Selanjutnya menurut ketentuan dalam Pasal 1 Undang- 5 6 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an & Terjemahannya, h. 77.
Ikatan Hakim Indonesia, Varia Peradilan: Majalah Hukum Tahun Ke XXII No. 271 Juni Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, pengertian perkawinan ialah: Ikatan lahir batin antara soarang pria dengan seorang wanita sebagai suami- isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
7 kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pengertian perkawinan di atas menggambarkan, bahwa perkawinan merupakan suatu perjanjian atau akad antara seorang laki-laki dengan seorang wanita untuk hidup berumah tangga, yang di dalamnya termasuk pengaturan hak dan kewajiban serta saling tolong menolong dari kedua belah pihak. Sedangkan menurut Hukum Islam, terdapat perbedaan antara pendapat yang satu dengan pendapat yang lainnya mengenai pengertian perkawinan. Tetapi perbedaan pendapat ini sebenarnya bukan perbedaan yang prinsip, pendapat itu harnya terdapat pada keinginan para perumus untuk memasukkan unsur-unsur yang sebanyak-banyaknya dalam perumusan perkawinan antara pihak satu dengan yang
8 lain.