PEMENUHAN HAK-HAK ANAK KARYAWAN PABRIK TIMATEX DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

  

PEMENUHAN HAK-HAK ANAK KARYAWAN PABRIK

TIMATEX DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN UNDANG-

UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

PERLINDUNGAN ANAK

  

(Studi Kasus Perumahan Manunggal, Desa Karangtengah, Kecamatan

Tuntang, Kabupaten Semarang)

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

„Umar AlFaruk

  

NIM : 21114007

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

  

PEMENUHAN HAK-HAK ANAK KARYAWAN PABRIK

TIMATEX DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN UNDANG-

UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

PERLINDUNGAN ANAK

  

(Studi Kasus Perumahan Manunggal, Desa Karangtengah, Kecamatan

Tuntang, Kabupaten Semarang)

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

„Umar AlFaruk

  

NIM : 21114007

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS SYARI’AH

  

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul:

  

PEMENUHAN HAK-HAK ANAK KARYAWAN PABRIK

TIMATEX DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN UNDANG-

UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

PERLINDUNGAN ANAK

  

(Studi Kasus Perumahan Manunggal, Desa Karangtengah, Kecamatan

Tuntang, Kabupaten Semarang)

  Oleh: „Umar AlFaruk

  NIM : 21114007

Telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah s kripsi Fakultas Syari‟ah

  Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari ...., tanggal ...., dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam hukum Islam

  Dewan Sidang Munaqasyah Ketua Sidang : Dr. H. Muh. Irfan Helmy Lc., MA. ttd......................

  Sekretaris Sidang : Heni Satar Nuraida, S.H, M. Si. ttd...................... Penguji I : Dr. Ilyya Muhsin, S. HI., M.Si. ttd...................... Penguji II : Tri Wahyu Hidayati, M. Ag. ttd......................

  Salatiga, 26 September 2018 Dekan

  Fakultas Syari‟ah Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

  NIP.19670115 199803 2 002

  Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi Kepada Yth.

  Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga Di Salatiga

   Assala mu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa: Nama :

  „Umar AlFaruk NIM : 21114007 Judul :PEMENUHAN HAK-HAK ANAK KARYAWAN

  PABRIK TIMATEX DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK (Studi Kasus Perumahan Manunggal, Desa Karangtengah, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang)

  D apat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagimana mestinya.

Wassalamu ’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Salatiga, 4 September 2018 Pembimbing, Evi Ariyani, S.H., M.H.

  NIP. 19731117 200003 2007 Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama

  : „Umar AlFaruk NIM : 21114007 Jurusan : Hukum Keluarga Islam Fakultas

  : Syari‟ah Judul Skripsi : PEMENUHAN HAK-HAK ANAK KARYAWAN

  PABRIK TIMATEX DITINJAU DARI HUKUM

ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK (Studi Kasus Perumahan Manunggal, Desa Karangtengah, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang)

  Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 4 September 2018 Yang menyatakan „Umar AlFaruk NIM: 21114007

  

MOTTO

Barangsiapa Ingin Mutiara Harus Berani

Terjun Dilautan Yang Dalam

  

~Ir. Soekarno~

  

Persembahan

Sebagai tanda baktiku

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

  

Yang Pertama,

Kedua Orang Tuaku yang selama ini mendo‟akan dan mendukungku ibukku

Ismiyatul Ulfah dan Ayahku Masykur

  

Yang Kedua,

Keluarga Besarku kakak-kakakku dan adik-adikku

Yang Ketiga,

Kampusku IAIN Salatiga

  

Yang Keempat,

Untuk Teman-teman seperjuangku Hukum Keluarga Islam

Yang Kelima,

Untuk semua yang telah mendo‟akanku dan mendukungku Puji syukur kehadiran Allah SWT, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala limpahan nikmat, karunia, serta hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa terhatur dan tercurahkan kepada

  Khatamul Anbiya‟ wal Mursalin (penutup para Nabi dan

  Rasul) baginda Nabi Muhammad SAW, beserat keluarga, sahabat, dan pengikutnya serta orang-orang yang mencintainya, hingga Yaumil Qiyamah, islam, ihsan, istikamah daam beribadah dan dibimbig oleh Allah SWT dan pada akhirnya jika kita dipanggil menghadap Allah SWT menetapi

  „Alaar-Ridha wa Khusnil Khaimah,

  Aamin yaa Rabbal „Alamiin. Penyusunan skripsi adalah salah syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  Akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pemenuhan Hak- Hak Anak Karyawan Pabrik Timatex Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus Perumahan Manunggal Desa Karangtengah, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang)

  ”. Sebagai hamba yang lemah dan banyak kesalahan penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang ikut serta yang memberikan bantuan moral maupun materiil. Oleh karenanya dengan kerendahan hati perkenankan penulis untuk menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

  1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

  3. Bapak Sukron Makmun, S.H., M.Si. selaku Ketua Jurusan Hukum Keluarga Islam.

  4. Evi Ariyani, S.H., M.H. selaku pembimbing pembuatan skripsi.

  5. Bapak Suwarno, S.Pd, M.Or. selaku Ketua RW Perumahan Manunggal Sejahtera beserta warganya.

  6. Edris Akhmadi. S.H. selaku Kepala Divisi Umum/Personalia beserta staffnya.

  7. Para Dosen yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat di Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Salatiga.

  9. Segenapkan pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu-persatu.

  Semoga amal dan bantusn dibalas jasanya oleh Allah SWT. Penulis menyadari dalam penyusunan sripsi ini banayak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi memperbaiki skripsi ini.

  Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi Almamater dan semua pihak yang membutuhkannya. Atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.

  Salatiga, 3 September 2018 Penulis

  

ABSTRAK

  AlFaruk, Umar. 211-14-007. 2018. Pemenuhan Hak-Hak Anak Karyawan Pabrik Timatex Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak. Skripsi, Syariah, Hukum Keluarga Islam, IAIN Salatiga. Evi Ariyani, S.H., M.H.

  Kata Kunci : Hak Anak dan Hukum Islam

  Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimana bentuk pemenuhan hak-hak anak karyawan pabrik Timatex? (2) bagaimana tinjauan Hukum Islam dan UU NO. 35 Tahun 2014 terhadap pemenuhan hak-hak anak karyawan pabrik Timatex?.

  Pendekatan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif, pendekatan yuridis normatif dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Karangtengah Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.

  Ada beberapa bentuk pemenuhan hak-hak anak karyawan pabrik Timatex yang dilakukan diperumahan Manunggal sesuai dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Perlindungan Anak yaitu pengasuhan dilakukan bergantian, dibolehkan bermain dengan batas waktu tertentu, terkadang pergi berlibur bersama, kesehatan terjamin ditopang dari Puskemas dan BPJS Pabrik, semua anak mengenyam pendidikan. Sedangkan menurut Hukum Islam anak diajarkan orangtua, TPA, atau orang yang faham untuk membaca Al-

Qur‟an, Penyusuan berjalan dengan baik, tidak ditemukan nama-nama yang menyimpang dari syariat

  bahkan norma masyarakat, didominasi dengan bahasa Arab dan Jawa. Keakraban dengan anak terjalin dengan sering adanya waktu untuk diskusi, keadaan warga sekitar yang rukun dan toleransi yang tinggi. Memberikan sanksi kecil tanpa ada kekerasan melalui kontak fisik, hanya memberikan nasehat untuk keputusan diserahkan ke anak, ibu turut mencari nafkah, tidak ditemukan eksploitasi anak di perumahan Manunggal.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL.................................................................................................i LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii NOTA PEMBIMBING...........................................................................................iii PERNYATAAN KEASLIAN.................................................................................iv MOTTO....................................................................................................................v PERSEMBAHAN...................................................................................................vi KATA PENGANTAR...........................................................................................vii ABSTRAK............................................................................................................viii DAFTAR ISI............................................................................................................x

  BAB I : PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah..............................................................1

  2. Fokus Penelitian...........................................................................8

  3. Tujuan Penelitian.........................................................................8

  4. Kegunaan Penelitian....................................................................9

  5. Penegasan Istilah.........................................................................9

  6. Telaah Pustaka...........................................................................10

  7. Metode Penelitian......................................................................12

  8. Sistematika Penulisan................................................................17

  BAB II : Tinjauan Pustaka

  1. Pengertian anak.........................................................................18

  2. Hak-Hak Anak Menurut Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014...........................................................................................21

  3. Hak-Hak Anak Menurut Hukum Islam.....................................26

  4. Hak dan kewajiban Karyawan dalam UU Ketenagakerjaan......31

  BAB III : Paparan Data dan Temuan Penelitian

  1. Gambaran Umum PT. Tiga Manunggal....................................40

  2. Gambaran Umum Perumahan Manunggal................................43

  3. Hak dan Kewajiban Karyawan Pabrik......................................51

  4. Pemenuhan Hak Anak Karyawan Pabrik diPerumahan Manunggal................................................................................59

  BAB IV : Pembahasan

  1. Bentuk Pemenuhan Hak-Hak Anak Karyawan Pabrik Timatex Ditinjau Dari Undang-Undang Perlindungan Anak...................63

  2. Bentuk Pemenuhan Hak-Hak Anak Karyawan Pabrik Timatex Ditinjau Dari Hukum Islam.......................................................68

  BAB V : Penutup

  1. Kesimpulan................................................................................75

  2. Saran..........................................................................................78 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................79 LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................................81

  belum orang diakses pada tanggal 25 oktober 2017).

  Menurut psikologi, anak adalah periode pekembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah, kemudian berkembang setara dengan tahun tahun sekolah dasar(Fase fase Perkembangan Manusia oleh Wayback Machine (berkas 2014-01- 08)).

  Pada saat lahir seorang anak tidak masuk kedalam sebuah lingkungan yang alami, tetapi dia masuk kedalam lingkungan yang telah banyak dimodifikasi oleh manusia. Ini adalah sebuah lingkungan yang asing yang telah dibentuk oleh manusia dengan mengorbankan alam, karena hasrat mereka untuk memperoleh bagi diri mereka sendiri cara-cara hidup yang lebih mudah (Montessori, 2016: 31). Ketika seorang anak lahir setiap orang begitu peduli dengan keadaan ibu. Ia telah mengalami kesengsaraan. Tetapi tidakkah anak mengalami kesengsaraan? Perawatan diberikan untuk melindungi ibu dari cahaya dan kebisingan. Begitu pun dengan anak yang diberikan perhatian yang sama, bahkan lebih dari perhatian kepada ibunya. Dengan sosok ibu yang di kenal anak sejak dalam kandungan, membuat anak mempunyai kedekatan batin yang sangat kuat, sehingga anak yang keluar kedunia, secara otomatis dekat kepada ibunya terlebih dahulu. Meskipun ayah yang berperan penting dalam penciptaan secara biologis, akan tetapi dari intensitas waktu yang lama anak dalam kandungan, maka ikatan secara batin dan keakraban anak sangat intim kepada ibu. Peran ayah juga diperlukan oleh anak, melalui penanaman moral dan figur ibu pengganti yang mengerti kebutuhan anak saat ibu pergi bekerja.

  Orangtua seorang anak bukanlah penciptanya tetapi penjaga dan pelindungnya. Mereka harus melindungi dan memiliki kepedulian yang mendalam terhadapnya seperti orang yang mengemban kepercayaan yang sangat kuat. Untuk misi mereka yang mulia tersebut, orangtua anak harus memurnikan cinta dalam hari mereka dan harus berusaha memahami bahwa cinta ini merupakan ekpresi sadar dari sebuah sentimen yang mendalam yang tidak boleh terkontaminasi oleh kepentingan diri. Para orangtua harus pihatin dan peduli terhadap persoalan sosial yang besar pada hari ini perjuangan untuk memperoleh sebuah pengakuan terhadap hak-hak dari anak-anak didunia ini (Montessori, 2016: 312).

  Saat tumbuhkembang seseorang dari anak sampai dewasa, membutuhkan waktu yang lama serta membutuhkan sesosok figur yang lebih dekat secara hati nurani, yaitu sosok ibu. Meskipun sosok bapak tidak kalah penting di dalamnya. Jangan sampai anak merasa menjadi inang yang menempel pada pohon, dan merasa akan keberadaannya sebagai anak terlantar. Sebab terlalu menyusahkan orangtua, serta penelantaran demikian dari terlalu menurutkan kemauan anak- anak, sebab diwaktu anak kecil ditelantarkan di waktu selanjutnya menjadi penjahat(Ardian, 1988: 107).

  Akan tetapi dengan jeratan ekonomi yang memaksa kedua orangtua untuk mencari nafkah, maka perhatian terhadap keluarga, khususnya anak kurang maksimal. Tambahan akan itu yaitu dalam UU No. 13 TAHUN 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 82 ayat 1.

  “Pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan”. Hal ini membatasi libur karyawati yang sedang mengandung dan cuti bagi karyawan, sedangkan dalam undang-undang perlindungan anak banyak hak-hak anak sudah tertulis jelas tentang kebutuhan anak terhadap orangtua disaat tumbuh kembangnya. Sehingga dalam pemeliharaan anak terjadi pergeseran wewenang. Pergeseran disini anak pelimpahan wewenang pengasuhan anak kepada orang terdekat atau pihak keluarga yang dipercayai dapat membimbing dan mengawasi anak selama sang ibu bekerja. Sedangkan disaat negara Cina melaksanakan program keluarga berencana tahun 1950-an, para pemimpinnya, tanpa henti menegaskan bahwa negara itu tidak punya masalah penduduk. Sebabnya keluarga berencana ialah untuk memungkinkan wanita bekerja dan dengan demikian turut menyumbang tenaga untuk membangun negara. Sekarang perencana lain: diharapkan kalau wanita bekerja angka kelahiran akan turun, dan dengan demikian meringankan usaha untuk mencapai kemakmuran (Eckholm, 1984: 57). Sekarang ini, telah diberikan fasilitas yang baik akan kesehatan dan keamanan karyawan pabrik. Yang diharapkan mampu mensejahterakan kedua belah pihak, yaitu segi pemenuhan target kerja dan kesehatan karyawan. Yang berimbaskan pada kesehatan keluarga berupa psikis maupun biologis. Dengan terjaganya psikis karyawan yang memiliki anak, mampu mengasuh anak dengan baik melalui kasih sayang tanpa adanya kekerasan dan keegoisan orangtua yang berlebihan terhadap anak. Yang ditakutkan dapat menganggu pertumbuhan psikis anak.

  Telah banyak disuarakan pada tahun ini tentang hak-hak manusia dan khususnya hak-hak dari para pekerja, tetapi sekarang adalah waktunya berbicara hak-hak sosial dari anak-anak. Pengakuan terhadap hak-hak pekerja memiliki pengaruh yang sangat penting bagi masyarakat karena hanyalah dengan perjuangan manusia, kemanusiaan dapat dipertahankan. Tetapi jika pekerja memproduksi apa yang dikonsumsi oleh manusia dan menjadi kreator dari berbagai benda, anak memproduksi kemanusiaan itu sendiri dan konsekuensinya hak-hak mereka lebih patut untuk diakui. Terbukti bahwa manusia harus memberikan perawatan yang paling besar pada anak-anak sehingga pada gilirannya ia dapat menerima dari anak-anak tersebut energi-energi dan potensi- potensi baru (Montessori, 2016: 313).

  Dalam Islam, eksistensi anak melahirkan adanya hubungan vertikal dengan Allah Penciptanya, dan hubungan horizontal dengan orang tua dan masyarakatnya yang bertanggungjawab untuk mendidiknya menjadi manusia yang taat beragama. Walaupun fitrah kejadian manusia baik melalui pendidikan yang benar dan pembinaan manusia yang jahat dan buruk, karena salah asuhan, tidak berpendidikan dan tanpa norma-norma agama Islam.

  Anak sebagai amanah dari Allah, membentuk 3 dimensi hubungan, dengan orang tua sebagai sentralnya. Pertama, hubungan kedua orang tuanya dengan Allah yang dilatarbelakangi adanya anak. Kedua, hubungan anak (yang masih memerlukan banyak bimbingan) dengan Allah melalui orang tuanya. Ketiga, hubungan anak dengan kedua orang tuanya di bawah bimbingan dan tuntunan dari Allah. Dalam mengemban amanat dari Allah yang mulia ini, berupa anak yang fitrah beragama tauhidnya harus dibina dan dikembangkan, maka orang tua harus menjadikan agama Islam, sebagai dasar untuk pembinaan dan pendidikan anak, agar menjadi manusia yang bertaqwa dan selalu hidup di jalan yang diridhoi oleh Allah SWT dimanapun, kapanpun dan bagaimanapun juga keadaannya, pribadinya sebagai manusia yang taat beragama tidak berubah dan tidak mudah goyah.

  Kehidupan keluarga yang tenteram, bahagia, dan harmonis baik bagi orang yang beriman, maupun orang kafir, merupakan suatu kebutuhan mutlak. Setiap orang yang menginjakkan kakinya dalam berumah tangga pasti dituntut untuk dapat menjalankan bahtera keluarga itu dengan baik. Kehidupan keluarga sebagaimana diungkap di atas, merupakan masalah besar yang tidak bisa dianggap sepele dalam mewujudkannya. Apabila orang tua gagal dalam memerankan dan memfungsikan peran dan fungsi keduanya dengan baik dalam membina hubungan masing-masing pihak maupun dalam memelihara, mengasuh dan mendidik anak yang semula jadi dambaan keluarga, perhiasan dunia, akan terbalik menjadi bumerang dalam keluarga, fitnah dan siksaan dari Allah.

  Dalam ayat lain Allah berfirman; Q.S.at-Tahrim/66:6

   ٌظ َلَِغ ٌت َكِئ َلََم اَهْيَلَع ُةَراَجِحْلاَو ُساَّنلا اَهُدىُقَو اًراَن ْمُكيِلْهَأَو ْمُكَسُفْنَأ اىُق اىُنَمَآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي َنوُزَمْؤُي اَم َنىُلَعْفَيَو ْمُهَزَمَأ اَم َ َّاللَّ َنىُصْعَي َلَ ٌداَدِش

  Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat- malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

   diperintahkan.”(Q.S.at-Tahrim/66:6), diakses pada tanggal 27 Oktober 2017).

  Dengan demikian mendidik dan membina anak beragam Islam adalah merupakan suatu cara yang dikehendaki oleh Allah agar anak-anak kita dapat terjaga dari siksa neraka. Cara menjaga diri dari api neraka adalah dengan jalan taat mengerjakan perintah-perintah Allah. Oleh karena itu pada setiap muslim, pemberian jaminan bahwa setiap anak dalam keluarga akan mendapatkan asuhan yang baik, adil, merata dan bijaksana, merupakan suatu kewajiban bagi kedua orang tua. Lantaran jika asuhan terhadap anak-anak tersebut sekali saja kita abaikan, maka niscaya mereka akan menjadi rusak. Minimal tidak akan tumbuh dan berkembang secara sempurna s 29 oktober 2017).

  Peraturan negara Indonesia sendiri, dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor

  35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak menyebutkan “perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan diskriminasi, demi terwujudnya anak indonesia yang berkualitas, berakhlakul mulia, dan sejahtera

  ”. Serta di perinci di pasal selanjutnya, akan hak dan juga kewajibannya.

  Di kala perempuan turut menjadi sumber penghasilan tambahan, maka dengan otomatis kewajibannya sebagai ibu rumah tangga tidak berjalan dengan baik, seperti dalam bahasa Jawa dikatakan perempuan itu masak, macak, manak. Maka pantanglah perempuan Jawa yang sudah berkeluarga meninggalkan tanggungjawabnya. Dengan seiring zaman, dan persamaan derajat dengan kaum laki-laki, perempuan juga turut mencari nafkah untuk keluarga. Membuat penjagaan dan pengasuhan sebagai bapak dan ibu menjadi semakin berkurang, hanya saja dengan waktu bekerja yang tidak sama membuat waktu bersama anak mampu bergantian. Apabila bekerja diwaktu yang sama, anak dapat dipastikan akan mendapat pengasuhan dari orang lain yaitu bisa berupa kakek nenek dari pihak istri atau suami, tetangga atau boleh jadi tempat penitipan anak yang sudah marak beroprasi di kota-kota indutri.

  Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga tetap menjadi kelompok pertama (primary group) tempat meletakan dasar kepribadian di dalam keluarga. Meskipun dengan peran ganda, bapak sebagai kepala keluarga, juga sebagai pekerja serta ibu sebagai ibu rumah tangga harus membantu menopang kebutuhan keluarga yaitu dalam pembahasan ini, orangtua menjadi karyawan pabrik yang harus berjalan seimbang. Ditopang dari kemauan orangtua dan kebijakan pabrik.

  Dari berbagai fenomena diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai terjadinya kurang pemenuhannya hak-hak anak karyawan pabrik . Penuli s akan meneliti hal tersebut dengan judul “PEMENUHAN HAK- HAK ANAK KARYAWAN PABRIK TIMATEX DITINJAU DARI HUKUM

  ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK (Studi Kasus Perumahan Manunggal Desa Karangtengah, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang

  )”

  B. Fokus Penelitian

  Penelitian ini berfokus pada pemenuhan hak-hak anak karyawan pabrik dilingkungan perumahan. Adapun fokus penelitian yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

  1. Bagaimana bentuk pemenuhan hak-hak anak karyawan pabrik Timatex?

  2. Bagaimana tinjauan Hukum Islam dan UU NO. 35 Tahun 2014 terhadap pemenuhan hak-hak anak karyawan pabrik Timatex?

  C. Tujuan Penelitian

  1. Mengetahui bentuk pemenuhan hak-hak anak karyawan pabrik Timatex

  UU NO. 35 Tahun 2014

  2. Mengetahui tinjauan Hukum Islam dan terhadap pemenuhan hak-hak anak karyawan pabrik Timatex.

  D. Kegunaan Penelitian

  Manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah:

  1. Manfaat Teoritis, hasil penelitian ini akan dapat memberikan sumbangan khasanah keilmuan khususnya dikampus IAIN Salatiga dan perguruan tinggi lainnya yang di harapkan sebagai rujukan penelitian yang selanjutnya, berkenaan dengan hak-hak anak terhadap orang tuanya yang bekerja sebagai karyawan pabrik.

  2. Manfaat praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memecahkan permasalahan di masyarakat ataupun memberi saran kepada orangtua yang bekerja sebagai karyawan pabrik yang berkenaan dengan pemenuhan hak-hak anak.

  E. Penegasan Istilah

  Untuk mendapatkan kejelasan judul diatas, penulis perlu memberikan penegasan dan batasan terhadap istilah-istilah yang ada. Istilah tersebut adalah:

  1. Hak merupakan unsur normative yang berfungsi sebagai pedoman berperilaku, melindungi kekebalan dan kebebasan, serta menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan martabatnya (Srijanti, 2007: 16).

  2. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan ( Pasal 1 Ayat

  1 UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak)

  3. Hukum Islam adalah syariat yang berarti hokum-hukum yang diadakan oleh Allah untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang Nabi, baik hubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun hokum-hukum yang berhubungan dengan amaliyah (perbuatan) (

   diakses pukul 20.00 WIB minggu, 1 April 2018).

  Penerapan hak-hak anak terkurangi seiring dengan jam terbang orangtua yang lebih meluangkan waktu untuk bekerja di tempat kerjanya. Dengan keterbatasan waktu yang dimiliki orangtua dalam mengasuh, melindungi, mendidik anak membuat hak-hak anak lainnya kurang tercukupi. Dengan kurang lengkapnya perhatian dan intensitas pertemuan yang terbatas, membuat anak mencari perhatian diluar lingkungan keluarga, yang belum tentu baik untuknya.

  Banyak diantara orang tua yang bekerja di pabrik „kewalahan‟ dalam melaksanakan tugas mereka dalam pengasuhan anak. Maka dari itu banyak pengasuhan dan peran orangtua yang lainnya digantikan oleh anggota keluarga yang lain bahkan dilimpahkan kepada Lembaga Pengasuhan Anak yang semakin hari, semakin bermunculan dikota-kota besar, khususnya di kota industri seperti ini. Meskipun adanya pengasuhan selain orang tua, yaitu dari pihak keluarga, tetangga yang dipercaya ataupun lembaga pengasuhan anak, tetap saja peran orang tua tidak bisa digantikan oleh siapapun. Karena peran orang tua sangat berpengaruh sekali dalam pola perkembangan anak.

  Pembicaraan pengasuhan anak memang tidak terlalu disinggung oleh aturan di Indonesia, meskipun di Kompilasi Hukum Islam adanya pasal 98-106 hanya menerangkan kepada hak anak terhadap hukum islam di indonesia, tidak secara ekplisit menjelaskan pola asuh secara jelas. Sama halnya dengan Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak yang secara jelas menerangkan hak-hak dan kewajiban anak yaitu dalam pasal 4-19 yang diharapkan memperoleh perlindungan khusus dari segi fisik maupun psikis.

  Sholechah dalam skripsinya yang berjudul Istri Karier dalam Perspektif

Hukum Islam menyatakan bahwa secara perspektif ulama‟ tentang kebolehan seorang istri berkarier, asalkan dapat memenuhi kewajibannya sebagai istri yang

  mengurusi tugas-tugasnya sebagai ibu rumahtangga dan dapat menjaga kehormatannya meskipun berada diluar rumah. Sedangkan dalam penelitian ini, lebih cenderung kepada hak-hak anak yang kurang dipenuhi, dikarenakan orangtua khususnya ibu sebagai tulang punggung dan juga sosok ibu rumahtangga.

  Rahmad Bayu Anggoro yaitu dalam skripsinya yang berjudul Pengasuhan Anak oleh Narapidana dalam Perspektif Hukum Islam dan UU NO. 35 Tahun 2014 menyatakan bahwa bentuk pengasuhan anak dari seorang narapidana, meskipun dengan masa lalu yang kelam akan tindak kriminalnya. Seorang bapak yang dulunya seorang narapidana, mampu membesarkan anaknya dengan layak dan sewajarnya sesuai anak seusianya. Sedangkan dalam penelitian ini, bukan membahas pengasuhan saja, akan tetapi juga hak-hak anak yang lain, dan juga objek yang diteliti adalah ibu yang bekerja sebagai karyawan pabrik.

  Ana Nur Filiya dalam skripsinya yang berjudul Hubungan Tumbuh Kembang Anak dengan Pola Asuh Ibu Bekerja menyatakan bahwa ibu Bekerja memiliki peran ganda yaitu bekerja dan menjadi ibu rumah tangga. Dengan hal tersebut membuat peran ibu kurang optimal dalam tumbuh kembang anak. Di karenakan peran ibu sangat penting dipertumbuhan anak apalagi di masa usia 0-5 tahun, yang masih sangat membutuhkan kasih sayang dan perawatan dari ibu biologisnya. Dalam penelitiannya fokus kepada anak TK yang ibunya bekerja.

  Sedangkan dalam penelitian ini, membahas bukan hanya pengasuhan dan bukan termasuk pendekatan psikologi. Penelitian ini memiliki pendekatan yuridis normatif dan mencakup berbagai hak-hak anak. Dapat dikatakan bukan hanya pengasuhan anak saja, akan tetapi dapat meliputi pendidikan, perlindungan, penghidupan dan lain sebagainya.

  1. Jenis Penelitian Untuk pemecahan masalah penelitian ini, peneliti menggunakan jenis atau sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu yang mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi objek penelitian. Demikian juga hukum dalam pelaksanaannya didalam masyarakat yang berkenaan objek penelitian (Ali, 2009: 105). Turut serta didalam penelitian ini hukum islam yang menjadi sumber penelitian.

  Dalam melakukan penelitian, bentuk pendekatan yang digunakan adalah yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif membahas doktrin- doktrin atau asas-asas dalam ilmu hukum (Ali, 2009: 24).

  2. Data dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data kualitatif. Data kualitatif yang dimaksud adalah terdiri dari dua sumber, yaitu: a. Sumber data Primer adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan secara langsung oleh peneliti yang ditemukan langsung dari sumbernya, yaitu orangtua dan anggota keluarga yang lain yang bertempat tinggal di perumahan Manunggal, pegawai pabrik Timatex. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan yaitu wawancara, observasi, dan diskusi terfokus.

  b. Sumber data sekunder / pendukungnya adalah semua publikasi tentang hukum yang merupakan dokumen yang tidak resmi.

  Publikasi tersebut terdiri atas skripsi, tesis, dan desertasi serta ensiklopedia, jurnal, surat kabar dan sebagainya (Ali, 2009: 54).

  3. Kehadiran Penelitian Dalam penelitian ini, penulis sebagai pengumpul data sekaligus sebagai instrument lain yang menjadi pendukung berupa alat perekam, alat tulis, dokumentasi. Maka dari itu penulis melakukan observasi langsung ke lapangan, serta berperan penuh dalam partisipasi dengan keadaan yang terjadi.dengan membaur pada objek yang ingin diteliti. Kehadiran penulis sebagai penelitian diketahui statusnya sebagai peneliti.

  4. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah perumahan Manunggal Desa

  Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Karena pada Masyarakat tersebut berkumpul mayoritas keluarga berupa suami istri yang bekerja sebagai Karyawan Pabrik di PT. Timatex Salatiga serta masih memiliki anak di bawah umur.

  5. Teknik Pengumpulan Data Dalam bagian ini diuraikan teknis pengumpulan data yang digunakan, misalnya observasi partisipan, wawancara mendalam, dan dokumentasi dan studi pustaka (Amrullah, 2013: 42).

  a. Observasi Yaitu metode pengumpulan data dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara langsung dengan sistematis terhadap fenomena- fenomena yang diselidiki.. Dengan cara mengambil contoh 10 KK karyawan PT. Timatex yang masih memiliki anak berusia 18 tahun kebawah setelah itu dilakukan wawancara sesuai dasar hukum yang penulis miliki. Pencatatan, merekam suara, serta foto warga perumahan Manunggal secara langsung. Hal ini digunakan untuk memperoleh data dari Karyawan Pabrik akan pemenuhan hak-hak anak. b. Wawancara Yaitu merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi dalam proses ini hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi. Faktor-faktor tersebut adalah : pewawancara, topik penelitian yang tertuang dalam pertanyaan, dan situasi wawancara. Yang diwawancara adalah:

  1) Warga perumahan Manunggal yang bekerja di PT. Timatex; 2) Ketua RW dan Ketua RT 04; 3) Pegawai Kantor PT. Timatex.

  c. Dokumentasi Mencari data mengenai beberapa hal, baik berupa catatan dan data dari perumahan Manunggal Desa Karangtengah Kecamatan

  Tuntang Kabupaten Semarang. Data yang diperoleh diantaranya adalah buku KKB (Kesepakatan Kerja Bersama), data dari Klinik Pratama Manunggal serta foto-foto bersama warga perumahan dan dan karyawan pabrik. Metode ini digunakan sebagai pelengkap dalam memperoleh data.

  6. Teknis Analisis Data Pada bagian analisis diuraikan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain agar peneliti dapat menyajikan temuannya (Amrullah, 2013: 42). Dengan metode induktif yaitu digunakan dalam sebuah penelitian disaat penelitian berangkat dari sebuah fakta yang kemudian dibuktikan dengan pencarian teori.

  7. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan data, untuk memperoleh hal tersebut, penulis akan mendatakan keabsahan temuan, penulis akan menggunakan teknik- teknik perpanjangan kehadiran peneliti dilapangan, observasi yang diperdalam, triangulasi (menggunakan sumber, metode, teori), pelacak kesesuaian, dan pengecekan anggota. Jadi temuan data tersebut bisa diketahui.

  8. Tahap-tahap Penelitian Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian terlebih dahulu ke Perumahan Manunggal Desa Karangtengah, kemudian penulis melakukan pengembangan desain awal dan selanjutnya penulis melakukan penelitian yang sebenarnya. Setelah itu penulis mengambil hasil penelitian tersebut. Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab yang saling berkaitan yang dapat dijelaskan sebagai berikut : BAB I : Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, telaah pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

  BAB II : Dalam bab ini berisi kajian pustaka yang menjelaskan Undang- tentang pengertian anak, hak-hak anak menurut

  

Undang NO. 35 Tahun 2014 , hak-hak anak menurut hukum

  islam, dan Hak dan kewajiban Karyawan dalam Undang-

  Undang Ketenagakerjaan.

  BAB III : Dalam bab ini berisi paparan data dan temuan penelitian yang menjelaskan tentang gambaran umum Pabrik Tiga Manunggal, gambaran umum Perumahan Manunggal, Hak dan Kewajiban Karyawan Pabrik, dan Pemenuhan Hak Anak Karyawan di Perumahan Manunggal.

  BAB IV : Dalam bab ini berisi Bentuk Pemenuhan Hak-hak Anak Karyawan Pabrik Timatex Ditinjau dari Undang-Undang Perlindungan Anak dan Bentuk Pemenuhan Hak-hak Anak Karyawan Pabrik Timatex Ditinjau dari Hukum Islam BAB V : Dalam bab ini penutup yang berisi kesimpulan dan saran. perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua, di mana kata "anak" merujuk pada lawan dari orang tua, orang dewasa adalah anak dari orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Anak, diakses pukul 11.30 Rabu, 4 April 2018). Menurut penjelasan ini, anak merupakan orang yang belum mencapai pubertas, yaitu ciri-ciri fisik yang menunjukkan kedewasaan dan kematangan secara biologis, dalam islam dapat dikatakan laki-laki yang mencapai baligh adalah saat sudah mimpi basah (keluar sperma), sedangkan perempuan saat sudah haid (keluar darah rutin tiap seminggu sekali atau lebih). Serta merupakan keturunan kedua, yang berarti penerus orangtuanya sampai mati. Meskipun anak itu dewasa, tetap disebut anak, karena ikatan darah diantaranya.

  Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. (Pasal 1, Undang-Undang nomor 35

  tahun 2014 tentang perlindungan anak

  ). Berdasarkan UU Peradilan Anak. Anak dalam UU No.3 tahun 1997 tercantum dalam pasal 1 ayat (2) yang berbunyi: “ Anak adalah orang dalam perkara anak nakal yang telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 tahun (delapan belas) tahun dan belum pernah menikah. Dalam Undang-undang ini, lebih mengkerucutkan pengertian anak dengan menggunakan batasan umur yaitu maksimal mencapai 18 tahun. Dengan hal tersebut membuat kemudahan berpikir dan kepastian hukum, antara anak ke dewasa. Akan tetapi itu hanaya sebatas jenjang umur, status tetap saja anak biologis, yang mempunyai ikatan darah.

  Dengan adanya pemenuhan hak-hak anak maka akan muncullah pola asuh orang tua terhadap anak. Menurut Baumrind, pola asuh pada prinsipnya adalah

  

parental control, yakni bagaimana orang tua mengotrol, membimbing, dan

  mendampingi anak-anaknya untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangannya meuju proses pendewasaan. Sedangkan Kohn mengatakan bahwa pola asuh merupakan cara orangtua berinteraksi dengan naak meliputi pemberian aturan, hadiah, hukuman, pemebrian perhatian, serta tanggapan orangtua terhadap setiap perilaku anak. Menurut Theresia Indira Shanti, Psi. M. Si., pola asuh merupakan pola interkasi antara orang tua dan anak. Lebih jelasnya, bagaimana sikap atau perilaku orangtua saat berinteraksi dengan anak. Termasuk cara menerapkan aturan, mengajarkan nilai/norma, memberikan perhatian dan kasih sayang, serta menunjukkan sikap dan perilaku yang baik, sehingga dijadikan contoh/panutan bagi anaknya (Muallifah. 2008: 43)

  Dalam hukum Islam, anak semakna dengan kata walad dalam bahasa Arab (bentuk jamaknya, aulâd) atau child dalam bahasa Inggris (bentuk jamaknya,

  

children ), yaitu keturunan kedua manusia, hasil dari perkawinan laki-laki dan

  perempuan (Azra, 1997. jilid I: 141) Pada hakikatnya, anak merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-haknya sebagai manusia harus yang dijunjung tinggi. Dengan adanya amanah tersebut, orangtua sebagai orang diberikan amanah, selayaknya menjaga, memelihara, dan menyayangi anak tersebut dengan semaksimal mungkin.

  Menurut psikologi, anak adalah periode pekembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah, kemudian berkembang setara dengan tahun tahun sekolah dasar. Dengan setiap jenjang umur dan pendidikan, membuat kematangan secara mental pun akan berbeda. Hal tersebut, menjadikan pemeliharaan anak akan berbeda setiap jenjangnya. Sedangkan dari beberapa pandangan berpendapat adalah sebagai berikut :

  1. Pandangan dari aliran filsafat lama: Anak dipandang sebagai manusia dewasa dalam bentuk dan ukuran kecil, anak lahir sudah membawa bekal pembawaan yang lengkap dan akan berkembang dengan sendirinya kalau sudah sampai waktunya.

  2. Pandangan dari kalangan agama: Anak lahir tidak hanya sebagai hasil proses biologis semata, tetapi sebagai kodrat Tuhan.

  3. Pandangan dari para ahli pendidikan

  a. J.A.Comenius = anak bukalah manusia dewasa yang sedang tumbuh dan berkembang.

  b. J. Locke = anak yang pada waktu lahir, jiwanya dalam keadaan bersih (putih - bersih), tanpa bekal bakat atau pembawaan apapun. c. J. J. Rouseau = pada waktu lahir anak telah membawa bekal-bekal pembawaan yang serba baik, dan menjadi buruk jika mendapat pengaruh dari kebudayaan atau dari lingkungan sekitar.

  d. Dr. M. Montessori = sejak lahir anak membawa pembawaan sendiri, pembawaan yang dimiliki secara kodrati berbeda dengan anak yang lain, kodrat anak berbeda dengan orang dewasa.

  e. Frobel = menurut kodratnya anak adalah baik. Adapun sifat-sifat yang tidak baik umumnya disebabkan oleh kesalahan pendidikan.

  (Ardian, 1988: 186)

  Pasal 3 Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak telah dijelaskan tujuan anak yaitu “untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera

  ”. Pemenuhan hak-hak sangat diperlukan sekali, karena itu merupakan suatu bentuk perlindungan anak. Demi tercapainya tujuan yang mulia yaitu agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal ditengah-tengah masyarakat yang modern ini. Sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan, diskriminasi, dan eksploitasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera. Berikut penulis akan mencantumkan pasal demi pasal yang berisi tentang hak-hak anak, yaitu adalah sebagai berikut:

  1. Hak dan Kewajiban Anak “Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi

  ”. Dengan penggalan pasal 4 sudah merupakan inti dari pasal- pasal selanjutnya. Bahwasanya, setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan. Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua.

  a. Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya sendiri.

Dokumen yang terkait

KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN DI BIDANG HUKUM KEPERDATAAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

0 3 16

KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN DI BIDANG HUKUM KEPERDATAAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

0 3 16

KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

0 4 17

ANALISIS PERBANDINGAN PENYIDIKAN ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DAN UNDANG UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

0 7 42

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK PETANI DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN

2 15 51

KEDUDUKAN ANAK DAN HARTA DALAM PERKAWINAN SIRI DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 Habibullah,

0 0 15

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK LUAR KAWIN DALAM PERWALIAN DAN MEWARIS DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

0 0 11

PERKAWINAN DI BAWAH UMUR DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN HUKUM ADAT SERTA KOMPILASI HUKUM ISLAM SKRIPSI

0 0 13

TANGGUNG JAWAB AYAH TERHADAP NAFKAH ANAK SETELAH PERCERAIAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK (Studi Kasus di Desa Tengaran, Kecamatan Tengaran)

0 0 119

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

0 2 122