TUGAS METODOLOGI PENELITIAN HUBUNGAN SER

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN
HUBUNGAN SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN DAN
MOTIVASI KERJA DENGAN PENINGKATAN PRESTASI
BELAJAR SISWA MI.MUNAWARIYAH PALEMBANG

OLEH
NAMA

: SY.FATHIMAH

NIM

: 1125031

JURUSAN

: MANAJEMEN PENDIDIKAN

DOSEN PENGASUH : DR. DEDI RIANTO RAHADI,M.M

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER MANAJEMEN

UNIVERSITAS BINA DARMA
PALEMBANG
2011

JUDUL : HUBUNGAN SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN DAN MOTIVASI KERJA
DENGAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MI.MUNAWARIYAH
PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Guru merupakan salah satu unsur dalam proses belajar mengajar yang
memiliki multi peran, tidak terbatas hanya sebagai pengajar yang melakukan
transfer of knowledge, tetapi juga sebagai pembimbing yang mendorong potensi
mengembangkan alternative dan memobilisasi siswa dalam belajar. Artinya guru
memiliki tugas dan tanggung jawab yang kompleks terhadap pencapaian tujuan
pendidikan,dimana guru tidak hanya dituntut untuk menguasai ilmu yang akan
diajarkan dan memiliki seperangkat pengetahuan dan ketrampilan teknis mengajar
tetapi juga dituntut untuk profesional dalam bidangnya karena jabatan guru
merupakan salah satu jabatan profesional.
“Profesionalisme menunjuk pada suatu perkembangan atau jabatan yang

menuntut keahlian,tanggung jawab dan kesetiaan profesi. Suatu profesi secara
teori tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih atau
dipersiapkan untuk itu” (Supriyadi,Dedi, 1998, : 85)
Profesi dapat dipersiapkan dalam arti luas dapat dilakukan melalui proses
latihan karena tinggi rendahnya pengakuan profesionalitas sangat tergantung pada
keahlian dan tingkat pendidikan yang ditempuhnya.Akan tetapi banyak guru yang

S E
R T
I F I
K
A S
I

tidak menghargai profesinya apalagi berusaha mengembangkan pengetahuan
tersebut, perasaan rendah diri karena menjadi guru,menyalahgunakan profesi

M
O
T I

V
A
S I

P
S
S
B
A
R

R E
T A
I
E L
J A

untuk kepuasan dan kepentingan diri, ketidakmampuan guru melaksanakan tugas

profesinya,komersialisasi mengajar dan lain-lain menyebabkan pudarnya wibawa

guru.

Seharusnya guru yang sudah disertifikasi atau mendapat sertifikat harus

menyadari makna profesi yang diembannya,bukan sekedar memahami tapi
mencintai tugas profesi serta berusaha mengembangkan profesi yang

disandangnya. Seorang guru tidak boleh cepat puas dengan apa yang telah

dimilikinya,karena masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Guru harus
selalu mengikuti pelatihan-pelatihan agar memperoleh penyegaran untuk
peningkatan efektifitas kinerja dengan semakin bertambah masa kerja diharapkan
semakin banyak pengalaman sebab, guru yang sudah disertifikasi diharapkan akan
lebih profesional dibanding guru yang belum disertifikasi atau hanya baru
beberapa tahun mengabdi sebagai guru.
Untuk melihat apakah seorang guru itu memang benar-benar profesional
dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru maka dapat dilihat dari pelaksanaan
proses belajar mengajar sebab proses belajar mengajar adalah merupakan aktivitas
yang sangat penting untuk dapat mencapai tujuan pendidikan yaitu adanya bentuk
perubahan prilaku dan kecerdasan siswa.

Fenomena yang terjadi di lapangan sehubungan dengan sertifikasi guru
menunjukkan bahwa masih dijumpai guru yang berprilaku sebagai berikut:
1. Belum menunjukkan pola kerja yang professional
2. Sebagian guru masih menganggap tunjangan sertifikasi merupakan hak
mereka tanpa dibarengi dengan kewajiban
3. Belum terlihat adanya perbedaan yang signifikan antara guru yang sudah
disertifikasi dengan guru yang sudah disertifikasi. Berdasarkan
permasalahan yang terjadi diatas,maka dipandang perlu diadakan
penelitian bagaimana hubungan antara sertifikasi guru dalam jabatan
dengan motivasi kerja dan prestasi belajar siswa MI.Munawariyah
Palembang.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas,maka masalah penelitian ini
dapat diidentifikasikan,yaitu

1.Sertifikasi guru dalam jabatan
2.Motivasi kerja
3.prestasi belajar siswa


1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan identifikasi masalah,maka
pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1.Apakah sertifikasi guru berpengaruh langsung terhadap motivasi kerja guru
MI.Munawariyah Palembang ?
2.Apakah motivasi kerja guru berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar
siswa MI.Munawariyah ?
3.Apakah sertifikasi guru dan motivasi kerja berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa MI.Munawariyah ?

1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang
1.Pengaruh adanya sertifikasi guru dalam jabatan terhadap motivasi kerja guru
2.Pengaruh motivasi kerja guru terhadap prestasi belajar siswa
3.Pengaruh sertifikasi guru dan motivasi kerja terhadap prestasi belajar siswa

1.5.Manfaat Penelitian
Kegunaan atau manfaat yang dapat diperoleh mengenai hubungan antara
sertifikasi guru dalam jabatan dan motivasi kerja terhadap prestasi belajar siswa
yaitu

1.Informasi yang diperoleh dapat dimanfaatkan oleh pihak sekolah dalam upaya
pengembangan profesi guru

2.Sebagai bahan pertimbangan dan sumber data dalam perbaikan dan peningkatan
peran guru dalam proses belajar mengajar terutama peran guru sebagai
pengajar,pendidik dan pembimbing serta memberi motivasi siswa dalam belajar
sehingga hasil proses belajar mengajar akan menjadi optimal sesuai dengan
kemampuan siswa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sertifikasi
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru
yang telah memenuhi standar kualifikasi dan kompetensi guru yang bertujuan
untuk : 1. Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran dan mewujudkan tujuan nasional pendidikan 2.Meningkatkan
proses dan mutu hasil pendidikan. 3.Meningkatkan martabat guru 4.Meningkatkan
profesionalisme guru dan 5.Meningkatkan kesejahteraan guru. (Permendiknas
Nomor 18 Tahun 2007)

Sertifikasi guru juga merupakan upaya peningkatan mutu guru dibarengi

dengan peningkatan kesejahteraan guru sehingga dapat meningkatkan mutu
pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan.Bentuk
peningkatan kesejahteraan guru berupa tunjangan profesi sebesar satu kali gaji
pokok bagi guru yang memiliki sertifikasi.Tunjangan tersebut berlaku baik bagi
guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil maupun guru yang berstatus non PNS
(Swasta)
Sedangkan pengertian guru dalam jabatan adalah guru Pegawai Negeri
Sipil (PNS) dan non PNS yang sudah mengajar pada satuan pendidikan,baik yang
diselenggarakan pemerintah,pemerintah daerah,maupun masyarakat dan sudah
mempunyai perjanjian kerja atau kesepakatan kerja sama
Istilah professional berarti orang yang mempunyai keahlian .Pekerjaan
yang bersifat professional yaitu yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang
secara spesifik memiliki pekerjaan yang didasari oleh keahlian keguruan dan
pemahaman yang mendalam terhadap landasan kependidikan,dan atau secara
akademis memiliki pengetahuan teori-teori kependidikan dan memiliki

ketrampilan untuk dapat mengimplementasikan teori kependidikan
tersebut.Adapun tujuan dari Sertifikasi guru adalah :
1. Menentukan kelayakan guru sebagai agen pembelajaran,yaitu guru sebagai
pelaku dalam proses pembelajaran.Guru yang sudah menerima sertifikat

pendidik dapat diartikan sudah layak menjadi agen pembelajaran.
2.Meningkatkan proses dan mutu pendidikan.Mutu pendidikan dapat dilihat dari
mutu siswa sebagai hasil pembelajaran.Mutu siswa diantaranya ditentukan dari
kecerdasan minat dan usaha siswa yang bersangkutan. Guru yang bermutu dalam
arti berkualitas dan professional menentukan mutu siswa.
3. Meningkatkan martabat guru. Dari bekal pendidikan formal dan berbagai
kegiatan guru yang antara lain di tunjukan dari dokumentasi data yang di
kumpulkan dalam proses sertifikasi maka guru akan mentransfer lebih banyak
ilmu yang dimiliki kepada siswanya secara psikologis kondisi tersebut akan
meningkatkan martabat guru yang bersangkutan
4. Meningkatkan profesionalisme. Guru yang professional antara lain dapat di
tentukan dari pendidikan, pelatihan, pengembangan diri dan berbagai aktivitas
lainnya yang terkait dengan profesinya.
5. Meningkatkan kesejahteraan guru

2.1.1.Kualifikasi Akademik
Kualifikasi akademik pendidikan adalah pendidik/guru yang memiliki
latar belakang pendidikan tinggi yang sesuai dengan program pendidikan dan
sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan serta berpendidikan minimum
diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1).Dirjen Dikti Depdiknas(2007)

Menurut Sudjana (1991) dalam Kunandar (2009 ,h. 59) Kualifikasi yang harus
dipenuhi seorang guru yang profesional antara lain :
1. Mengenal dan memahami karakteristik siswa seperti
kemampuan,minat,motivasi,dan aspek kepribadian lainnya.

2. Menguasai bahan pengajaran dan cara mempelajari bahan pelajaran
tersebut
3. Menguasai pengetahuan tentang belajar dan mengajar seperti teori-teori
belajar, prinsip-prinsip belajar,teori pengajaran,prinsip-prinsip
mengajar,dan model-model mengajar.
4. Terampil merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran seperti
membuat Rencana Pembelajaran dan menggunakan metode-metode
mengajar serta menggunakan media sebagai alat bantu pembelajaran
5. Terampil menilai proses dan hasil belajar siswa seperti membuat alat-alat
penilaian, mengolah nilai dan menganalisis hasil penilaian sebagai bahan
perbaikan dalam mengajar.
6. Mempunyai sikap positif terhadap tugas dan profesi sebagai seorang guru.
Menurut PP Nomor 19 Tahun 2005 pasal 28 ayat 2 tentang Standar
Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa : “Kualifikasi kademik adalah
tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik

yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikasi keahlian yang relevan
sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku”.

2.1.2. Kompetensi Guru
Menurut Kepmendiknas No. 045/2002,menyebutkan “Kompetensi adalah
sebagai perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam
melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu
Marno & Idris (2008) menyatakan: “Sebagai seorang profesional,guru
harus memiliki kemampuan mengajar yang menjadi tujuan pendidikan pra-jabatan
guru sekaligus menjadi indikator proses pembelajaran bagi siswa yang akan
berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa”
Menurut Undang-undang No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yaitu
pasal 10 ayat 1 serta PP No.19/2005, menyatakan kompetensi guru meliputi
kompetensi kepribadian,pedagogik,profesional,dan sosial (kemasyarakatan ).
1. Kompetensi Kepribadian

Dalam Undang-undang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi
kepribadian adalah “kemampuan kepribadian yang mantap,berakhlak
mulia, arif dan berwibawa,serta menjadi teladan peserta didik “.
Sedangkan menurut Darma (2003) menyebutkan bahwa kompetensi
kepribadian ini sebagai kompetensi personal,yaitu kemampuan pribadi
seorang guru yang diperlukan agar dapat menjadi guru yang baik. Hal ini
dapat dilihat dari dan keteladanan yang ditunjukkan oleh seorang guru.
2. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Pedagogik adalah ”kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik”,Depdiknas
(2004).Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran,evaluasi hasil belajar dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang dimilikinya.

3. Kompetensi profesional adalah merupakan kemampuan guru dalam
menguasai bidang ilmu,teknologi,dan/atau seni yang sekurang-kurangnya
meliputi penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai
standar isi program satuan pendidikan.
4. .Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat untuk berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta
didik,sesama pendidik,enaga kependidikan,orang tua/wali peserta didik
dan masyarakat sekitar.Kompetensi sosial termasuk keterampilan dalam
interaksi sosial dan melaksanakan tanggung jawab sosial

2.1.3.Pengertian Profesional
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi (UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen).

Menurut Darma (2005) guru yang profesional akan tercermin dalam
pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam
materi ataupun metode.Selain itu juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya
dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional adalah guru
yang mengenal tentang dirinya,yaitu : “dirinya adalah pribadi yang dipanggil
untuk mendampingi peserta didik dalam belajar”. Kunandar (2009 ,h, 48)
Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia (2002 ,h. 120) disebutkan arti dari
profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian atau
keterampilan, kejuruan dan sebagainya.Pendidikan keahlian dapat diikuti oleh
seseorang secara formal,atau dapat juga dipelajari secara oodidak (belajar sendiri)
yang hasil atau pencapaiannya berupa kinerja yang diakui oleh masyarakat
profesional dan masyarakat luas.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa seorang
profesional adalah orang yang melakukan atau melaksanakan pekerjaannya sesuai
kompetensi pendidikan/keilmuan yang dimilikinya serta mampu melaksanakan
tugasnyanya dengan sebaik-baiknya dalam upaya mencapai tujuan,selalu
mengedepankan standar prestasi kerja tertentu. Karena proses pendidikan tidak
akan terjadi dengan sendirinya melainkan haruslah direncanakan,diprogram,dan
difasilitasi dengan dukungan partisipasi aktif guru sebagai pendidik.
Untuk itu guru memiliki peran yang cukup besar dalam kontek
mengembangkan potensi yang ada untuk menjadi seorang ilmuan dan profesional
yang handal.Tugas dan tanggung jawab guru adalah mengubah prilaku peserta
didik kearah pencapaian tujuan pendidikan. Posisi strategis guru merupakan salah
satu faktor penentu kualitas proses dan hasil pendidikan.
Tenaga kependidikan dapat menjadi seorang ilmuan yan profesional
dengan memiliki visi kedepan yang bertujuan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Namun dengan masih banyaknya guru yang belum memiliki keahlian
yang diunjukkan dengan sertifikat atau ijazah dan akta yang sesuai dengan mata
pelajaran yang diajarkannya. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kinerja guru itu
sendiri,yang nantinya akan berdampak pada prestasi peserta didik .
2.1.4.Prinsip-prinsip Profesional

Guru profesional merupakan orang yang telah menempuh program
pendidikan guru dan memiliki tingkat magister serta telah mendapat ijazah Negara
dan telah berpengalaman dalam mengajar pada kelas-kelas besar. Guru-guru ini
diharapkan dan dikualifikasikan untuk mengajar di kelas yang besar dan bertindak
sebagai pemimpin bagi para anggota staf lainnya dalam membantu persiapan
akademis sesuai dengan minatnya. Hamalik (2009, h: 27)
Sikun (1976) dalam Hamalik (2009, h.1) menyatakan Profesi itu pada
hakekatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka, bahwa seseorang
akan mengabdikan dirinya kepada suau jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa,
karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat jabatan itu.
Profesi guru menurut Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen pada pasal 7 ayat 1 harus memiliki prinsip-prinsip profesional, yaitu:
“Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang memerlukan
prinsip-prinsip profesional”.
Adapun prinsip-prinsip profesional tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.
2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,
keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia.
3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan
sesuai dengan bidang tugas.
4. Mematuhi kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang
tugas.
5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas ke profesionalan.
6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan dengan sesuai.
7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan ke profesionalan
secara berkelanjuan dengan belajar sepanjang hayat.
8. Memiliki jaminan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.
9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan
guru.

Pada prinsipnya guru profesional adalah seseorang yang memiliki
kompetensi guru serta mampu menjalankan tugas-tugasnya secara efektif, dan
efisien, ciri orang profesional adalah “ahli dibidang teori dan praktek keguruan”.

Jabatan guru adalah suatu jabatan profesi. Guru dalam tulisan ini adalah
guru yang melakukan fungsinya di sekolah. Dalam pengertian tersebut, telah
terkandung suatu konsep bahwa guru profesional yang bekerja melaksanakan
fungsi dan tujuan sekolah harus memiliki kompetensi-kompetensi yang dituntut
agar guru mampu melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
Tanpa mengabaikan kemungkinan adanya perbedaan tuntutan kompetensi
profesional yang disebabkan oleh adanya perbedaan lingkungan sosial kultural
dan institusi sekolah sebagai indikator.
Hamalik (2009, h. 38) menyatakan guru yang dinilai kompeten secara profesional,
apabila:
1. Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaikbaiknya.
2. Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil.
3. Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan
(tujuan instruksional) sekolah.
4. Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses mengajar
dan belajar dalam kelas.
Menurut Purwanto (2002) kemampuan-kemampuan yang selama ini harus
dikuasai guru adalah sebagai berikut:
1. Merencanakan pembelajaran dan merumuskan tujuan.
2. Mengelola kegiatan individu.
3. Menggunakan multi metoda, dan memanfaatkan media.
4. Berkomunikasi interaktif dengan baik.
5. Memotivasi dan memberikan respons.
6. Melibatkan siswa dalam Prestasi.
7. Mengadakan penyesuaian dengan kondisi siswa.
8. Melaksanakan dan mengelola pembelajaran.
9. Menguasai materi pelajaran.
10. Memperbaiki dan mengevaluasi pembelajaran.
11. Memberikan bimbingan, berinteraksi dengan sejawat dan bertanggung
jawab kepada konstituen serta,
12. Mampu melaksanakan penelitian.
Menurut Rosenshine dan Stevens dalam Purwanto (2002) sembilan
keterampilan dasar yang penting dikuasai oleh guru adalah keterampilan:
1. Membuka pembelajaran dengan mereview secara singkat pelajaran
terdahulu yang terkait dengan pelajaran yang akan disajikan.
2. Menyajikan secara singkat tujuan pembelajaran.

3.
4.
5.
6.

Menyajikan materi dalan kecil dan disertai latihan.
Memberikan penjelasan dan keterangan yang jelas dan detil.
Memberikan latihan yang berkualitas.
Mengajukan pertanyaan dan memberi banyak kesempatan kepada siswa

untuk menunjukkan pemahamannya.
7. Membimbung siswa menguasai keterampilan atau prosedur baru.
8. Memberikan balikan dan korelasi.
9. Memonitor kemajuan siswa.
10. Menutup pelajaran dengan baik dengan membuat rangkuman dan
memberikan petunjuk tentang tindak lanjut yang harus dilakukan siswa.

2.2 Motivasi
2.2.1 Pengertian motivasi
menurut MC Donal adalah suatu perubahan energy dalam diri (pribadi)
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujuan.Adapun tanda-tanda adanya motivasi seseorang adalah sebagai berikut :
1.Motivasi dimulai dari adanya perubahan energy dalam pribadi perubahan
tersebut terjadi disebabkan oleh perubahan tertentu pada system neurofisiologis
dalam organisme manusia,misalnya karena terjadinya perubahan dalam system
pencernaan maka timbul lapar.Disamping itu itu ada juga perubahan energy yang
tidak diketahui.

2.Motivasi ditandai oleh timbulnya perasaan(affective arousal).Mula-mula berupa
ketegangan psikologis,lalu berupa emosi. Suasana emosi ini menimbulkan tingkah
laku yang bermotif. Perubahan ini dapat diamati pada perbuatannya. Contoh :
Seseorang terlibat dalam suatu diskusi ,dia tertarik pada masalah yang sedang
dibicarakan, karenanya dia bersuara/mengemukakan pendapatnya dengan katakata yang lancar dan cepat.
3.Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan pribadi yang
bermotivasi memberikan respons-respons kearah suatu tujuan tertentu. Responsrespons itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan
energy dalam dirinya Contoh: seseorang yang ingin memperoleh hadiah, maka ia
belajar misalnya mengikuti ceramah, bertanya ,membaca buku ,menempuh tes dan
sebagainya. (Mc Donal, Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar : 16)

Motivasi dapat juga berari serangkaian sikap dan nilai-nilai yang
mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan
individu. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang invisible yang
memberikan kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku mencapai
tujuan (Rivai: 2005: 455).Dorongan tersebut terdiri dari 2 (dua) komponen,yaitu
arah perilaku (kerja untuk mencapai tujuan), dan perilaku (seberapa kuat usaha
individu dalam bekerja). Motivasi meliputi perasaan unik, pikiran dan
pengalaman masa lalu yang merupakan bagian dari hubungan internal dan
eksternal. Selain itu motivasi dapat pula diartikan sebagai dorongan individu
untuk melakukan tindakan karena mereka ingin melakukannya.Apabila individu
termotivasi,mereka akan membuat pilihan yang positif untuk melakukan sesuatu,
karena dapat memuaskan keinginan mereka.(Rivai : 2005: 456)
2.2.1.1 Teori Motivasi
1).Teori Content yang dikembangkan oleh Maslow berisikan pendapat yang
mengatakan bahwa manusia itu dapat diklasifikasikan pada lima hierarki
kebutuhan yaitu (Sigit: 2003: 24)
1. Kebutuhan Fisiologis,seperti sandang,pangan dan papan.
2. Kebutuhan akan keamanan baik fisik maupun fisiologis
3. Pemuasan kebutuhan sosial,seperti kebutuhan yang berkisar pada
pengakuan akan keberadaan seseorang dan penghargaan atas harkat dan
martabatnya.
4. Kebutuhan pretise, pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol status
5. Kebutuhan aktualisasi diri, dalam arti ersedianya kesempatan bagi
seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya
sehingga berubah
Menjadi kemampuan nyata. Ada tiga variabel utama dalam menjelaskan
motivasi dalam perilaku pekerja,(Triton : 155)
a) .Employee Needs. Seorang pekerja mempunyai sejumlah kebutuhan yang
hendak dipenuhi,yang berkisar pada:
1. Eksistence (Biologis dan keamanan)
2. Relatedness (afeksi, pershabatan, dan pengaruh)
3. Growth (kesuksesan dan aktualisasi diri)
b) Organizational Incentives. Organisasi mempunyai sejumlah reward untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan pekerja, Reward ini mencakup :

1.Substantive reward (gaji, keamanan kerja,dan kondisi lingkungan
kerja

phisik)
2.Interactive rewards (bantuan kerja,supervisi,pujian dan pengakuan)
3. Intrinsic reward (prestasi,tantangan, dan tanggung jawab)

Faktor-faktor organisasi ini berpengaruh terhadap arah dari perilaku pekerja
c) Perceptual Outcynes. Pekerja biasanya mempunyai sejumlah persepsi
mengenai :
1). Nilai dari reward organisasi
2).Hubungan antara perfomansi dengan rewards
3).Kemungkinan yang bisa dihasilkan melalui usaha-usaha mereka dalam
performansi kerjanya.
2). Teori Proses
Teori ini lebih mengarahkan perhatiannya pada proses melalui para pekerja
yang melakukan pilihan-pilihan motivasinya.Teori proses atau reinforcement
menyatakan bahwa perilaku seorang pekerja dapat dikendalikan dengan
rewards dan punishment (hukuman). Teori ini menjelaskan bahwa perilaku
seorang pekerja dapat dihasilkan dan dipertahankan melalui penyokong
(reinforcer) luar atau rewards. Pendekatannya adalah carrot and stick, yang
menggabungkan rewards dengan punishments
3).Teori Pengharapan
Teori pengharapan lebih ditekankan pada pengkajian bagaimana
motivasi iu bisa terjadi. Diantara teori yang relevan ialah teori penghargaan
(expectancy theory) dari Victor Vroom dan teori porter-lawler. Teori Vroom
sebetulnya menjiplak pengembangan dari teori Kurt Lewin dan Edward
Tolman. Teori Vroom menunjukkan sejumlah variabel yang dikenal dengan
“VIE” (Valence Instrumentality, dan Expectancy) Robbins: 2006: 235)
a.Valence (valensi) berkaitan dengan kekuatan keinginan seseorang
terhadap hasil tertentu. Indikasinya mencakup nilai, upah sikap, dan kegunaan

hasil. Nilai bisa bersifat positif dan negatif. Positif apabila hasilnya disenangi,
sebaliknya hasil yang dihindari atau dibenci disebut valence negative.
b.Instrumentality (sarana) berkaitan dengan hubungan antara hasil
tingkat pertama dengan hasil tingkat kedua, atau hubungan antara prestasi
dengan imbalan atau pencapaian prestasi tersebut.
c.Expectancy (pengharapan), suatu keyakinan bahwa suatu usaha akan
menghasilkan suatu tingkat prestasi tertentu.

Pada dasarnya motivasi dapat memacu pegawai untuk bekerja keras sehingga
dapat mencapai tujuan mereka Hal ini akan meningkatkan produktivitas kerja
pegawai sehingga berpengaruh pada pencapaian tujuan lembaga.Sumber motivasi
ada tiga faktor,yaitu:
1. Kemungkinan untuk berkembang
2. Jenis pekerjaan
3. Apakah mereka dapat merasa bangga menjadi bagian dari lembaga tempat
mereka bekerja.

Disamping itu terdpat beberapa aspek yang berpengaruh terhadap motivasi
kerja pegawai,yaitu rasa aman dalam bekerja,mendapatkan gaji yang adil dan
kompetitif, lingkungan kerja yang menyenangkan,penghargaan atas prestasi kerja.
David McClelland Jika seseorang sudah mempunyai motivasi maka ia
akan siap mengerjakan hal-hal yang diperlukan sesuai dengan apa yang
dikehendaki. Adapun motivasi yang harus ada dari seorang guru adalah motivasi
instrinsik karena hal itu merupakan kesadaran dari guru itu sendiri.Namun
demikian motivasi ekstrinsik dapat berfungsi untuk meningkatkan prestasi kerja.

2.2.1.2.Pengertian kinerja
Kinerja adalah performance atau unjuk kerja.Kinerja dapat pula diartikan
prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja (LAN,1992).
Sementara itu menurut August W.Smith,Kinerja adalah performance is output
derives from processes,human or otherwise yaitu kinerja adalah hasil dari suatu

proses yang dilakukan manusia .Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa kinerja merupakan suatu wujud perilaku seseorang atau organisasi dengan
orientasi. Prestasi kinerja seseorang dipengaruhi oleh beberapa Faktor seperti
ability,capacity,held,incentive,environment dan validity (Noto,Atmojo. 1992)
Berkaitan dengan kinerja guru,wujud prilaku yang dimaksud adalah
kegiatan guru dalam proses pembelajaran,yaitu bagaimana seorang guru
merencanakan pembelajaran,melaksanakan kegiatan pembelajaran dan menilai
hasil belajar
Ukuran kinerja guru menurut TR.Mitchell dapat dilihat dari quality of
works,promthness,intiative,and communication.Keempat komponen tersebut
merupakan ukuran standar kinerja yang dapat dijadikan dasar untuk mengetahui
baik buruknya atau efektif tidaknya kinerja seorang guru.(Sedarmayanti :2001
h.51)
Standar kinerja perlu dirumuskan untuk dijadikan acuan dalam
mengadakan perbandingan terhadap apa yang akan dicapai dengan apa yang
diharapkan,atau kualitas kinerja adalah wujud perilaku atau kegiatan yang
dilaksanakan dan sesuai dengan harapan dan kebutuhan atau tujuan yang hendak
dicapai secara efektif dan efisien. Untuk mencapai hal tersebut,seringkali kinerja
guru dihadapkan pada berbagai hambatan/kendala sehingga pada akhirnya dapat
menimbulkan bentuk kinerja yang kurang efektif. Dengan kata lain, standar
kinerja dapat dijadikan patokan dalam mengadakan pertanggungjawaban terhadap
apa yang telah dilaksanakan (TR.Mitchell, Sedarmayanti, Kinerja. 2001 : 51)
Berkenaan dengan standar kinerja guru, Piet A.Sahertian menjelaskan
bahwa,standar kinerja itu berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan
tugasnya seperti 1.Bekerja dengan siswa secara individual 2.persiapan dan
perencanaan pembelajaran 3.pendayagunaan media pembelajaran 4. Melibatkan
siswa dalam berbagai pengalaman belajar dan 5. Kepemimpinan yang aktif dari
guru.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ukuran kualitas kinerja guru
dapat dilihat dari produktivitas pendidikan yang telah dicapai menyangkut output
siswa yang dihasilkan.

Kualitas kinerja guru dinyatakan dalam peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru. Dijelaskan bahwa Standar Kompetensi Guru
dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu: kompetensi
pedagogic,kepribadian,social,profesional.Keempat kompetensi tersebut
terintegrasi dalam kinerja guru.

2.3.Prestasi Belajar Siswa
2.3.1.Pengertian Prestasi
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia
melakukan perubahan belajar,baik di sekolah maupun diluar sekolah. Prestasi
dapat juga diartikan standart test untuk mengukur kecakapan atau pengetahuan
bagi seseorang didalam satu atau lebih dari garis-garis pekerjaan atau belajar.
Dalam kamus popular,prestasi ialah hasil sesuatu yang telah dicapai
(Purwadarwinto, Kamus Popular, 1979 : 251), Sedangkan menurut Drs. H.Abu
Ahmadi,pengertian prestasi belajar adalah sebagai berikut: Secara teori bila
sesuatu kegiatan dapat memuaskan suatu kebutuhan,maka ada kecenderungan
besar untuk mengulanginya.Sumber penguat belajar dapat secara ekstrinsik
(nilai,pengakuan,penghargaan) dan dengan secara ekstrinsik untuk
menyelidiki,mengartikan situasi. Disamping itu siswa memerlukan/dan harus
menerima umpan balik secara langsung derajat sukses pelaksanaan tugas
(Drs.H.Abu Ahmadi, Drs. Widodo Supriyano, Psikologi Belajar, : 128)
Sementara itu Prabowo (2005) mendefinisikan Prestasi merupakan tingkat
keberhasilan yang dicapai seseorang. Dari beberapa definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa pengertian prestasi belajar ialah usaha bekerja atau belajar
yang menunjukkan ukuran kecakapan dari usaha belajar yang telah dicapai
seseorang.Prestasi belajar bisa ditunjukkan dengan jumlah nilai raport atau test
nilai sumatif

2.3.2.Pengertian Belajar

Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh
perubahan tingkah laku sebgai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungan yang menyangkut aspek kognitif,afektif,dan psikomotor. Gerak raga
yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan
perubahan,Syaiful (2002).
Sedangkan menurut Slamet (2003) mendefinisikan belajar sebagai proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah
laku secara keseluruhan,sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya
dengan lingkungan.
Dimyati,(2002) menyatakan bahwa belajar merupakan tindakan dan
perilaku siswa yang kompleks sebagai tindakan,maka belajar hanya dialami oleh
siswa sendiri.Siswa adalah objek terjadinya proses belajar,karena siswa
memperoleh sesuatu yang ada dilingkungan sekitarnya. Menurut Darsono (2001)
belajar adalah suatu kegiatan yang melibatkan individu secara keseluruhan baik
fisik maupun psikhis untuk mencapai perubahan dalam tingkah laku.
2.3.3.Pengertian Siswa
Dalam pendidikan, siswa atau peserta didik adalah sebagai subjek belajar
yang memiliki berbagai kebutuhan jasmaniah,sosial dan intelektual yang harus
dipenuhi.Seorang siswa akan merasa puas apabila dapat memenuhi(kesanggupan
dalam memenuhi tuga-tugas tertentu) keberhasilan inilah yang dikatakan seorang
siswa/pesera didik dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.Sardiman,A.M (2001)
Menurut Undang-undang No 20 tahun 2003, menjelaskan bahwa siswa
atau peserta didik adalah” anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,jenjang dan jenis
pendidikan tertentu”.Sedangkan menurut Nasihin dan Sururi(2009)
mendefinisikan bahwa siswa atau peserta didik adalah orang yang mempunyai
pilihan untuk menempuh ilmu sesuai dengan cita-cita masa depannya.
Sardiman,AM (2001) mengemukakan siswa atau anak didik adalah
“adalah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses
belajar mengajar.”(Dimana komponen-komponen yang lain seperti tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai,materi yang ingin diajarkan, guru/tenaga

pendidik,jenis kegiatan yang dilakukan,serta sarana prasarana belajar mengajar
yang tersedia) semua itu harus disesuaikan dengan keadaan/karakteristik siswa.
Dari beberapa pendapat ahli tentang prestasi, belajar,dan siswa maka dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa adalah wujud yang menggambarkan
usaha belajar siswa yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa ataupun
orang lain dengan lingkungannya.
Benyamin S. Bloom dalam Sardiman,AM (2001,h. 23) membagi hasil belajar
menjadi tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu :
a. Ranah Kognitif (Cognitive domain) antara lain mencakup :
a). Knowledge (pengetahuan,ingatan)
b).Comprehension (pemahaman,menjelaskan,meringkas,contoh)
c).Analysis (Mengurai,menentukan hubungan)
d).Evalution (Menilai)
e).Application (Menerapkan)
b. Ranah Afektif (Afektif domain) mencakup :
a).Reciepin (Sikap menerima)
b).Responding (Memberikan respon)
c).Valuing (nilai)
d).Organization (Organisasi)
e).Characterization (karakterisasi)
c. Ranah Psikomotorik (psychomotoric domain), yaitu :
a).Initiatory level
b).Pre-routine level
c).Rountinized level yang mencakup persepsi,kesiapan,gerakan
terbimbing,gerakan biasa,gerakan kompleks,penyesuaian,dan kreativitas.
2.3.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa

Belajar merupakan proses yang menimbulkan terjadinya perubahan atau
pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan, jadi berhasil atau tidaknya
seseorang atau peserta didik/siswa dalam proses pembelajaran tergantung dari
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Slameo (2002, h. 54-72) faktor
yang dapat mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan dalam dua bagian,
yaitu: faktor intern dan faktor ekstern.
1. Faktor Intern adalah faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa
yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, antara lain:
a. Kesehatan jasmani dan rohani
b. Kecerdasan / Intelegensia
c. Cara belajar
d. Bakat yang dimiliki siswa
e. Motivasi
2. Faktor Eksternal adalah faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang
berasal dari luar siswa, antara lain:
a. Latar belakang pendidikan orang tua
b. Status ekonomi sosial orang tua
c. Ketersediaan sarana dan prasarana di rumah dan sekolah
d. Media yang dipakai guru dalam pembelajaran
e. Kompetensi guru
Faktor lain yang dapat digunakan untuk melihat prestasi belajar siswa
adalah hasil belajar siswa yang dicapai oleh siswa dalam kegiatan belajar
mengajar yang sungguh-sungguh,keberhasilan belajar siswa dalam mencapai
tujuan pengajaran dapat ditentukan dengan nilai dalam bentuk angka,huruf
ataupun tindakan yang mencerminkan prestasi anak dalam periode tertentu dalam
belajar.

2.4. Penelitian Terdahulu
Tabel
Penelitian Terdahulu Yang Relevan

No

Judul

Peneliti /
Tahun

Variabel

Metode
Penelitian

Kesimpulan

Kuesioner,
Observasi,
Interview/
Wawancar
a

Secara silmultan
maupun parsial
kreativitas guru,
motivasi dan
komunikasi
berpengaruh
signifikan terhadap
prestasi belajar siswa
SMA Negeri 15
Palembang
Kompetensi dan
kepemimpinan kepala
sekolah berpengaruh
signifikan terhadap
kinerja guru-guru
SMP Negeri di
Kecamatan Gunung
Megang

1

Pengaruh
Profesionalisme Guru,
Motivasi dan
Komunikasi, Terhadap
Prestasi Belajar Siswa
SMA Negeri 15
Palembang

Dwi
Suartini
2010

-Profesional
guru (X1)
- Motivasi
(X2)
- Prestasi
Belajar
Siswa (Y)

2

Pengaruh Kompetensi
dan Kepemimpinan
Kepala Sekolah
Terhadap Kinerja Guru
di Kec. Gunung Megang
Kabupaten Muara Enim

Rita
Heryani
2010

-Kompetensi Survey/
Kuesioner
(X1)
- Kepemim
pinan
Kepala
Sekolah
(X2)
-Kinerja
Guru (Y)

3

Pengaruh
kepemimpinan,
Lingkungan kerja dan
Profesionalisme guru
terhadap motivasi guru
sekolah Dasar Negeri di
Kecamatan Tanjung
Sakti Kabupaten Lahat

Musafa
kamal
(2007)

Kepemimpi
nan,
Lingkungan
kerja dan
Profesionali
sme guru
serta
motivasi
guru

Regresi
linier
berganda

Kepemimpinan,
Lingkungan kerja dan
Profesionalisme guru
berpengaruh
signifikan terhadap
motivasi guru

Sumber : tesis dan artikel/jurnal intenet
2.5.

Kerangka Pemikiran
Adapun dasar yang penulis gunakan untuk menentukan kerangka
pemikiran atau kerangka konseptual dalam penelitian ini berdasarkan teori
Marno & Idris (2008, h. 54)
Dan teori Zamroni (2000) dalam Kunandar (2009, h. 19) yang menyatakan
prestasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh sertifikasi guru seperti yang
ditunjukkan gambar berikut ini :

Sertifkasi (X 1)




Kualifikasi Akademik
Kompetensi Guru
Sertifikasi Profesi Guru

Prestasi Belajar Siswa (Y)




Kognitif
Afektif
Psikomotorik

Motivasi Kerja (X 2)



Motivasi Tugas Instrinsik
Motivasi Ekstrinsik

Variabel Pengaruh

a. Sertifikasi Guru (X1)
b. Motivasi Kerja (X2)

Variabel Terpengaruh

: Prestasi Belajar Siswa (Y)

2.6. Hipotesis
1. Diduga sertifikasi guru berpengaruh langsung terhadap prestasi belajar
siswa MI.Munawariyah Palembang
2.Diduga motivasi kerja guru berpengaruh langsung terhadap prestasi
belajar siswa MI.Munawariyah Palembang

3.Diduga sertifikasi guru dan motivasi kerja berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa MI.Munawariyah Palembang

BAB III. METODE PENELITIAN
3.1.

Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah
MI.Munawariyah Kelurahan 13 Ulu kecamatan Seberang Ulu II Palembang.
Penelitian ini mengamati dan menganalisis pengaruh sertifikasi guru (X1) dan
motivasi kerja (X2) terhadap prestasi belajar siswa (Y). Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah sertifikasi guru dan motivasi kerja, sedangkan variabel
terikatnya adalah prestasi belajar siswa.
3.2 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain
penelitian kausal, yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel
bebas yang terdiri dari sertifikasi guru (X1) dan motivasi guru (X2) dengan
variabel terikat yaitu prestasi belajar siswa (Y),serta untuk menguji hipotesishipotesis yang telah dirumuskan.
3.3. Operasional Variabel
Sugiono (2006: 38) mengemukakan bahwa variabel adalah segala sesuatu
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut,kemudian ditarik suatu kesimpulan.

Untuk lebih jelas mengenai operasional variabel dapat dijabarkan pada tabel
berikut :
Tabel
Operasional Variabel
No

Variabel

Dimensi

Indikator

Fisiologis

Pemahaman terhadap pesera didik, Memahami
landasan kependidikan, Menerapkan teori belajar dan
pembelajaran, Menentukan strategi pembelajaran
berdasarkan karakeristik peserta didik, Menyusun
rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang
dipilih
Penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam, Menguasai substansi keilmuan yang
terkait dengan bidang studi, Menguasai struktur dan
metode keilmuan
Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efekif
dengan peserta didik, Mampu berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan
tenaga kependidikan, Mampu berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan orangtua/wali peserta
didik dan masyarakat sekitar
Kepribadian yang mantap dan stabil, serta dewasa,
Kepribadian yang arif, Kepribadian yang berwibawa,
Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan
Kecukupan sandang, pangan dan papan

Rasa Aman
Sosial
Prestise

Keamanan fisik dan fisiologis
Pengakuan akan keberadaan dan penghargaan
Simbol status

Aktualisasi
diri

Kesempatan untuk mengembangkan diri

Pedagogik

Profesional

1
Sertifikasi
Guru

Sosial

Kepribadian

Motivasi
Kerja

2

3

Prestasi
Belajar

Kemampua
n
Hasil

Pengetahuan konsep sampai penerapan, analisis,
kemampuan memecahkan masalah, memahami dan
melaksanakan tugas dengan cara yang benar dan hasil
Yang baik
Hasil tes siswa

Adapun penilaian dari variabel ini adalah dengan memberi bobot sebagai berikut :
5

=Sangat setuju

4 = Setuju
3 = cukup
2 = Tidak Setuju
1 =Sangat tidak setuju
3.4.Populasi dan Sampel
Menurut Haryono (2004: 98) populasi adalah totalitas dari objek atau individu
yang memiliki karakteristik tertentu,jelas dan lengkap yang akan diteliti. Jumlah
populasi penelitian ini adalah 25 orang yang merupakan guru MI.Munawariyah
Palembang. Menurut Istijanto (2002: 109) jika populasi relatif kecil atau kurang dari

200 orang maka keseluruhan populasi akan diambil sebagai responden penelitian
sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi
3.5. Sumber dan teknik Pengumpulan Data
1). Sumber Data
Sumber Data yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Data Primer (primary data), adalah data yang dikumpulkan dan diperoleh
secara langsung dari guru dan pimpinan sekolah dalam bentuk kuisioener
mengenai sertifikasi,motivasi kerja dan prestasi belajar siswa.
2. Data Sekunder (Scondary data), merupakan data yang diperoleh dari
sumber lain, misalnya informasi atau data studi pustaka, penelitian
terdahulu, jurnal dan keterangan-keterangan lain untuk memperoleh
berbagai teori yang berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam
penelitian ini (Istijanto: 2002 h. 115)
2). Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan sehubungan dengan
penelitian ini adalah :
1. Kuesioner, Menurut Sugiono (2001:135) Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi pertanyaan
kepada responden untuk dijawab. Dalam penelitian kuesioner disebarkan
bersifat tertutup dimana setiap pertanyaan sudah disediakan alternatif
jawaban yang dianggap sesuai dengan pertanyaan.Kuesioner disebarkan
kepada seluruh guru baik guru tetap maupun guru honor.
2. Dokumentasi, pengamatan ini dilakukan dengan cara mencari bahan
referensi u ntuk penulisan landasan teori meninjau langsung objek
penelitian, dalam hal ini di MI Munawariyah Palembang.

3.6. Metode Analisis
1). Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Uji validitas yang diperlukan agar diperoleh instrumen yang valid, artinya instrumen
yang tepat untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut Kusumawati (2003,
h.124), uji validitas dapat dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor tiap butir dengan
skor total yang merupakan jumlah tiap skor pertanyaan yang dijawab oleh responden.
Sebelum kuesioner digunakan untuk dua jenis validitas mengumpulkan data,
terlebih dahulu diuji validitasnya, dengan menggunakan rumus teknik korelasi item total

product moment. Skor setiap pertanyaan yang diuji validitasnya dikorelasikan dengan
skor total seluruh item.
Jika koefisien korelasi positif, maka item yang bersangkutan valid, jika negatif maka
item yang bersangkutan tidak valid, dan dikeluarkan dari kuesioner, dengan kata lain
item valid jika koefisien korelasi antar skor item dengan skor totalnya positif dan
signifikan dengan p – value < = 0,05. Dengan demikian semakin tinggi nilai koefisien
suatu item menunjukkan semakin tinggi validitasnya item tersebut.
b. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas instrumen ini dilakukan dengan internal consistency dengan
teknik belah dua (split half) yaitu pengujian reliabilitas internal yang dilakukan dengan
membelah item-item instrumen menjadi dua kelompok (ganjil dan genap) kemudian
ditotal, dicari korelasinya dan selanjutnya dianalisis dengan metode program SPSS,
apabila Cronbach yang diperoleh lebih besar 0,6 instrumen dinyatakan reliable, seperti
dikemukakan Kusumawati (2003, h. 108).

3.7. Teknik Analisis Data
Penelitian

ini

menggunakan

teknik

analisis

kuantitatif,

dengan

menggunakan metode-metode statistik dalam menganalisis data. Data diambil dengan
instrumen kuesioner.
Untuk

mengetahui

tingkat

keeratan

pengaruh

antara

variabel

independen dan variabel dependen maka digunakan alat ukur korelasi berganda, sedang
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersamaan
terhadap variabel dependen akan dilihan dari R 2. Kemudian untuk melihat keeratan
hubungan secara individual (satu-persatu) antara variabel independen dan variabel
dependen digunakan alat ukur korelasi parsial.
Sebelum dilakukan uji regresi maka akan dilakukan uji Multikolinearitas dan
heterokedatisitas terhadap data-data yang ada:
a. Uji Multikolinear
Model regresi mengasumsikan tidak adanya multikolinear, atau tidak adanya
hubungan (korelasi) yang sempurna antara variabel bebas yang satu dengan variabel
bebas yang lain. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dapat dilakukan
dengan cara melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) antara variabel-variabel bebas.

Selanjutnya hasil perhitungan di bandingkan, apabila nilai VIF masing-masing variable
bebas tidak dari 5, maka variabel satu dengan lainnya tersebut tidak terjadi
multikolinearitas (korelasi yang besar diantara variabel bebas) pada persamaan regresi
linear berganda tersebut, seperti dinyatakan Santoso dalam Kusumawati (2000, h. 145).
b. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas berarti variasi (varian) residual tidak sama untuk semua
pengamatan, atau semakin besarnya residual untuk pengamatan yang semakin banyak.
Model regresi linear mengasumsikan bahwa varian residual bersifar konstan atau sama
untuk berbagai pengamatan. Pengujian heterokedastisitas menggunakan metode Rank
Sperman Correlation. Antara variabel bebas dengan nilai absolute residual, jika masingmasing variabel bebas tidak berkorelasi signifikan dengan nilai absolute residual pada
taraf

α = 0,05 maka dalam model regresi tidak terjadi gejala heterokedastisitas.
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah gejala adanya korelasi serial diantara kesalahan pengganggu

(residual), sehingga munculnya suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya, seperti
yang dikemukakan Ghozali dalam Kusumawati (2003, h. 46). Untuk mendeteksi terhadap
gejala autokorelasi dilakukan dengan pengujian Durbin Watson (d), hasil perhitungan
Durbin Watson (d) dibanding dengan nilai d tabel pada

α

= 0,05. Tabel d memiliki

dua nilai yaitu nilai batas atas (du) dan nilai batas bawah (dl) untuk berbagai nilai n dan
k.

Jika d < dl

terjadi autokorelasi positif

d > 4 – dl

terjadi autokorelasi negatif

du < d < 4 – du

tidak terjadi autokorelasi

dl



d ≤ du atau 4 – du
meyakinkan



d



4 – dl

Pengujian tidak

Umar (2004, h. 188) mengemukakan, dalam menjelaskan pengaruh antara
variabel independen dengan dependen, model yang digunakan adalah model regresi
berganda, yang dapat dinyatakan sebagai berikut:

Y=

α + b1X1 + b2X2 + e

Dimana:
Y

= Prestasi Belajar

α

= Konstanta

b1b2

= Koefisien regresi

X1

= Sertifikasi

X2

=Motivasi guru

e

= error item

3.8. Teknik Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui pengaruh variabel sertifikasi (X 1), variabel Motivasi guru
(X2) terhadap variabel prestasi belajar siswa (Y), selanjutnya akan dilakukan uji t (sendirisendiri) dan uji f (bersama-sama).
a. Uji t (sendiri-sendiri/parsial)
Uji t digunakan menguji signifikasi secara parsial (sendiri-sendiri) pengaruh
variabel bebas (X1 dan X2) terhadap variabel terikat (Y), yaitu dengan cara
membandingkan besarnya nilai t
daripada nilai t

tabel

hitung

dengan t

tabel

jika besarnya nilai t

hitung

lebih besar

berarti variabel bebas berpengaruh secara nyata terhadap variabel

terikat: Sanusi (2003, h. 119), untuk mengetahui uji t penulis menggunakan metode SPSS
ver. 17.0.
Hipotesis statistiknya dinyatakan dengan:
1. Ho : b1 : b2 = 0, artinya X1 dan X2 secara parsial (sendiri-sendiri) tidak
berpengaruh signifikan terhadap Y
2. Ha : b1 : b2 ≠ 0, artinya X1 dan X2 secara parsial (sendiri-sendiri)
berpengaruh signifikan terhadap Y
Kaidah pengambil keputusan:
1. Jika sig t hitung < b1 maka Ho ditolak
2. Jika sig t hitung < b1 maka Ha diterima
a) Apabila probabilitas t tabel atau t hitung < - t tabel maka hipotesis
nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, artinya variabel sertifikasi,
Motivasi guru secara sendiri-sendiri (parsial) berpengaruh secara signifikan
terhadap prestasi belajar siswa. Pada tingkat kesalahan 5% (

α

= 5%).

b) Apabila probabilitas



0,05 atau t

hitung



t

tabel

atau t

hitung



-t

tabel

maka hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak, artinya
variabel sertifikasi, Motivasi guru secara sendiri-sendiri (parsial) tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi siswa. Pada tingkat kesalahan
5% (

α = 5%).

b. Uji F (bersama-sama/simultan)
Uji F digunakan untuk menguji signifikasi secara bersama-sama
(serempak) pengaruh variabel bebas (X1 dan X2) terhadap variabel terikat
(Y), yaitu dengan cara membandingkan besarnya nilai F hitung

dengan

besarnya nilai Ftabel bila besarnya nilai Fhitung
lebih besar daripada nilai F tabel berarti bahwa secara bersama-sama
(serempak) variabel bebas mempengaruhi variabel terikat, dan
sebaliknya, jika Fhitung lebih kecil daripada nilai Ftabel berarti nilai variabel
bebas secara bersama-sama (serempak) tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat. Sanusi (2003, h.119), untuk mengetahui uji F
penulis menggunakan metode SPSS ver.17.0.
hipotesis statistiknya dinyatakan dengan:
1. Ho : b1 : b2 = 0, artinya X1 dan x2 secara bersama-sama (serempak)
tidak berpengaruh signifikan terhadap Y.
2. Ha : b1: b2 ≠ 0, artinya X1 dan X2 secara bersama-sama (serempak)
berpengaruh signifikan terhadap Y.
Kaidah pengambilan keputusan:
1. Jika Sig Fhitung < b1 maka Ho ditolak
2. Jika Sig Fhitung < b1 maka Ho diterima
a) Fhitung > Ftabel atau apabila probabilitas < 5% maka hipotesis nol (Ho) ditolak
dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, artinya variabel sertifikasi, motivasi
guru secara bersama-sama (serempak) berpengaruh secara signifikan
terhadap prestasi belajar siswa. Pada tingkat kesalahan 5% ( α = 5%).
b) Fhitung ≤ Ftabel atau apabila probabilitas ≥ 5% maka
hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak, artinya
variabel sertifikasi, motivasi guru secara bersama-sama (serempak) tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Pada
tingkat kesalahan 5%(

α

= 5%).