ANALISIS HUKUM PEMBUKTIAN UNSUR MERUGIKAN KEUANGAN NEGARA DAN PEMBAYARAN UANG PENGGANTI DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI (STUDI KASUS PUTUSAN NO. 53 PID.SUS-TIPIKOR 2013 PN.PL) | ARDIANSYAH | Legal Opinion 6233 20615 1 PB
ANALISIS HUKUM PEMBUKTIAN UNSUR MERUGIKAN KEUANGAN NEGARA DAN
PEMBAYARAN UANG PENGGANTI DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI
(STUDI KASUS PUTUSAN NO. 53/PID.SUS-TIPIKOR/2013/PN.PL)
MUH. FERRY ARDIANSYAH
D 101 08 454
Pembimbing :
1. Dr. Benny Diktus Yusman.,S.H.,M.H
2. Harun Nyak Itam Abu, S.H.,M.H
ABSTRAK
Tindak pidana korupsi cenderung dikonotasikan sebagai penyakit birokrasi. Penyakit ini
banyak terjadi pada negara-negara yang sedang berkembang termasuk di Indonesia. Jika
dilihat dalam kenyataan sehari-hari korupsi hampir terjadi disetiap tingkatan dan aspek
kehidupan masyarakat. dalam penelitian ini peneliti mengangkat isu bagaimanakah dasar
perumusan bagi terjadinya kerugian negara dalam tindak pidana korupsi pada perkara
Nomor : 53/Pid.Sus. Tipikor/2013/PN.PL? dan apakah yang menjadi dasar pertimbangan
hakim mengenai pengembalian kerugian negara dalam hal menetapkan besar uang pengganti
atas kerugian negara dalam Perkara Nomor: 53/ Pid.Sus-Tipikor/ 2013/PN.PL? pada akhir
penelitian, didapatkan kesimpulan bahwa yang menjadi dasar perumusan bagi terjadinya
kerugian keuangan negara dalam perkara tindak pidana korupsi yaitu dengan mengadopsi
penjelasan undang-undang tindak pidana korupsi yaitu bahwa yang dimaksud dengan
keuangan negara atau perekonomian negara adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk
apapun, yang dipisahkan atau tidak dipisahkan, termasuk didalamnya segala bagian
kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban Badan Usaha Milik Ngara/Badan Usaha
MIlik Daerah, yayasan, badan hukum, dan perusahaan yang menyertakan modal Negara,
atau perusahaan yang menyertakan modal Negara, atau perusahaan yang menyertakan
modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan Negara;Adapun dasar pertimbangan
hakim dalam memutus perkara tindak pidana korupsi berkaitan dengan merugikan keuangan
negara
setelah mempelajari dan menganalisa
putusan Nomor :53/Pid.SusTipikor/2013/PN.PL .Perumusan keuangan negara menggunakan beberapa pendekatan
yaitu: pendekatan dari sisi objek keuangan Negara; pendekatan subjek keuangan Negara,
pendekatan proses dan pendekatan tujuan.
Key Words : Pembuktian, korupsi, keuangan negara
Masalah
I. Pendahuluan
korupsi
di
Indonesia
sebagaimana dikatakan Muhammad Ray
A. Latar Belakang
Akbar 1 bahwa sudah menjadi persoalan
Salah satu hal yang menghambat laju
perkembangan
pembangunan
struktural
(melekat
dalam
sistem
bangsa
1
Indonesia
adalah
perbuatan
korupsi.
Muhammad Ray Akbar, Mengapa Harus Korupsi,
Penerbit Akbar, Jakarta, 2008, hlm 4
1
kultural
merupakan suatu yang sangat penting
(kelaziman kolektif yang telah diterima
karena tugas utama dan hukum acara
menjadi kebiasaan dalam masyarakat) serta
pidana
persoalan
menemukan
pemerintahan),
persoalan
personal
berupa
mentalitas
adalah
untuk
mencari
dan
kebenaran
korupsi yang menyatu dalam kepribadian
material. 2 Pembuktian merupakan masalah
orang
yang sangat penting untuk menegakan
dan
bangsa
Indonesia
pada
hukum dalam pemberantasan tindak pidana
umumnya.
Tindak pidana korupsi cenderung
korupsi.
penyakit
Berdasarkan uraian singkat pada latar
birokrasi.Penyakit ini banyak terjadi pada
belakang penulisan ini, maka penulis
negara-negara yang sedang berkembang
mengajukan proposal dengan kajian kasus
termasuk di Indonesia.Jika dilihat dalam
korupsi pengadaan Nitrogen Cair (N2 Cair)
kenyataan
sehari-hari
hampir
yang melibatkan Nur Awaliah, dan Dra.
terjadi
disetiap tingkatan dan aspek
Siti Husnah dalam kedudukannya sebagai
dikonotasikan
kehidupan
sebagai
korupsi
masyarakat.
Mulai
dari
kontraktor
pelaksana
pada
Dinas
pengurusan ijin, proyek pengadaan di
Kesehatan dan Peternakan Hewan Daerah
instansi
Propinsi Sulawesi Tengah.
pemerintah
penegakan
hukum.
sampai
proses
Korupsi
adalah
subrodinasi kepentingan umum dibawah
B. Rumusan Masalah
kepentingan tujuan-tujuan pribadi yang
mencakup
pelanggaran
norma-norma,
Dari latar belakang di atas, maka
tugas, dan kesejahteraan umum, dibarengi
rumusan
dengan
berikut:
kerahasiaan,
pengkhianatan,
masalahnya
adalah
sebagai
penipuan dan sikap tidak peduli yang luar
1. Bagaimanakah dasar perumusan bagi
biasa akan akibat-akibat yang diderita oleh
terjadinya kerugian negara dalam tindak
masyarakat. Singkatnya korupsi adalah
pidana korupsipada perkara Nomor :
penyalahgunaan
53/Pid.Sus. Tipikor/2013/PN.PL?
amanah
untuk
kepentingan pribadi.
Dalam
hal
2. Apakah
penjatuhan
putusan,
yang
pertimbangan
menjadi
hakim
dasar
mengenai
sebelumnya harus dilakukan pembuktian
dalam sidang pengadilan perkara pidana
2
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafik,
Jakarta, 2009, Hal 54.
2
pengembalian kerugian negara dalam
dengan permasalahan yang terkait dengan
hal menetapkan besar uang pengganti
penelitian ini.Penggunaan teknik analisis
atas kerugian negara dala Perkara
kualitatif mencakup semua bahan yang
Nomor:
telah
53/
Pid.Sus-Tipikor/
dikumpulkan
sehingga
2013/PN.PL?
membentuk
kemudian
diolah,
deskripsi
yang
mendukung kualifikasi kajian ini.Teknik
analisis data yang digunakan dengan
C. Jenis penelitian
pendekatan
kualitatif,
menjawab
dan
digunakan
memecahkan serta pendalaman secara
adalah penelitian hukum normatf dengan
menyeluruh dan utuh dari objek yang
spesifikasi penelitian adalah penelitian
diteliti.
Jenis
penelitian
yang
deskriptif yaitu penelitian yang hanya
bermaksud
untuk
mengetahui
perumusan bagi terjadinya kerugian negara
oleh hakim dalam
menjatuhkan putusan
terhadap pelaku tindak pidana korupsi di
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Daerah Provinsi Sulawesi Tengah juga
mengetahui dasar pertimbangan hakim
mengenai pengembalian kerugian negara
dalam
hal
menetapkan
besar
uang
pengganti atas kerugian negara dalam
Perkara
Nomor:
53/
Pengertian korupsi dalam Kamus
dasar
Pid.Sus-Tipikor/
Peristilahaan
diartikan
penyelewengan
atau
jabatan
kepentingan
untuk
sebagai
penyalahgunaan
diri
dan
merugikan negara dan rakyat.3
Dalam
Ensiklopedia
Indonesia
disebut “Korupsi” (dari bahasa Latin:
corruptio = penyuapan; corruptore =
merusak) gejala dimana para pejabat,
badan – badan negara meyalahgunakan
wewenang dengan terjadinya penyuapan,
pemalsuan serta ketidakberesan lainnya. 4
2013/PN.PL.
Baharuddin Lopa mengutip pendapat
dari David M.Chalmers, menguraikan arti
D. Metode Analisis
istilah korupsi dalam berbagai bidang,
Sumber
melalui
hukum
kegiatan
yang
diperoleh
penelitian
dianalisis
secara kualitatif kemudian disajikan secara
deskriptif,
yaitu
dengan
menguraikan,
menjelaskan dan menggambarkan sesuai
yakni
yang
menyangkut
masalah
3
M.D.J Al-Barry , Kamus Peristilahan Modern dan
Popular 10.000 istilah, Indah Surabaya, 1996, hlm
108
4
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika
Jakarta, 2007, hlm 8
3
penyuapan, yang berhubungan dengan
dikehendaki tetapi wajib dipastikanberapa
manipulasi di bidang ekonomi, dan yang
jumlah kerugian yang dialami oleh negara
menyangkut bidang kepentingan umum.
pada saat ini. Hal ini dimaksudkan agar
Kesimpulan ini diambil dari defenisi yang
terdapat suatu kepastian hukum terhadap
dikemukakan
berbunyi:
keuangan
mengenai
kekurangan agar dibebani tanggung jawab
“manipulasi
antara
dan
keuangan
perekonomian
lain
keputusan
yang
sering
membahayakan
dikategorikan
perbuatan korupsi”.5
negara
yang
mengalami
bagi yang menimbulkan kerugian negara.
Kerugian
tersebut
negara
merupakan
sebagaimana
kerugian
negara
ditinjau dari aspek hukum keuangan negara
II.
dalam arti terkait dengan pengelolaan
PEMBAHASAN
A. Dasar
Perumusan
Bagi
Terjadinya Kerugian Keuangan
Negara Dalam Perkara Tndak
Pidana
Korupsi
Pengadaan
Nitrogen Cair
Kerugian Negara menurut pasal 1
angka 1 Undang Undang Perbendaharaan
Negara (UUPN)adalah:
„‟berkurangnya uang, surat berharga,
dan barang yang nyata dan pasti jumlahnya
sebagai akibat perbuatan melawan hukum
baik sengaja maupun lalai‟‟
Pengertian ini menunjukan bahwa
kerugian negara mengandung arti yang
luas
sehingga
mudah
dipahami
dan
ditegakkan bila terjadi pelanggaran dalam
pengelolaan keuangan negara disamping
itu,
kerugian
diperkirakan
negara
tidak
sebagaimana
boleh
yang
keuangan negara
yang dilakukan oleh
suatu instansi atau suatu perusahaan yang
mengaitkan keuangan negara dalam aset
perusahaan yang bersangkutan . Hal ini
bertujuan untuk memisahkan secara tegas
kerugian negara yang terkait dengan
hukum keuangan negara dengan hukum
pidana.
Oleh
memiliki
karena,
substansi
dalam
yang
memandang
kerugian negara tidak hanya tertuju pada
pengelolaan
keuangan
negara
tetapi
termasuk pula merugikan perekonomian
negara. Hal ini dapat kita lihat dasar
pertimbangan hakim dalam membuktikan
tindak pidana korupsi dalam hal ini
merugikan keuangan Negara
putusan
tindak
pidana
korupsi
dalam
pada
pengadilan tindak pidana korupsi pada
Pengadilan
Negeri
Palu
53/Pid.Sus/Tipikor/2013/PN.PL.
5
UUKN
Nomor
Atas
Ibid hlm 9
4
nama terdakwa 1. NUR AWALIAH,
dalam
pekerjaan wiraswasta (Direktris CV. RAFI
“Penerapan Pembuktian Terbalik dalam
UTAMA),
Delik Korupsi” (Cet.I, 2011, halaman
dan Terdakwa II Dra. SITI
bukunya
yang
berjudul
66-67) antara lain menyatakan bahwa
HUSNAH pekerjaan wiraswasta.
hakim
istilah”dapat” disini oleh pembentuk
Terdakwa
undang-undang di letakkan didepan
dinyatakan telah terbukti secara sah dan
kalimat Merugikan keuangan negara
meyakinkan barsalah melakukan TINDAK
atau perekonomian negara”. hal ini
PIDANA
menunjukkan
Berdasarkan
tersebut
pertimbangan
sehingga
Para
KORUPSI
SECARA
bahwa
tindak
pidana
BERSAMA-SAMA; menjatuhkan pidana
korupsi merupakan delik formil artinya
terhadapTerdakwa
perbuatan tersebut terbukti apabila telah
1.
Nur
Awaliyah
dengan pidana penjara 1 (satu) tahun dan
terpenuhi
terhadap Terdakwa II dengan pidana
sebagaimana yang tercantum dalam
penjara 1 (satu) tahun dan 4 (empat) bulan
perumusan
penjara dan denda masing-masing Rp.
timbulnya akibat. Dengan kata lain
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah),
walaupun tidak menimbulkan kerugian
dengan ketentuan apabila tersebut tidak
keuangan negara asalkan perbuatan
dibayar dignti dengan pidana kurungan
tersebut
selama 4 (empat) bulan; dan menghukum
terdakwa harus dihukum.
Terdakwa
II
untuk
membayar
unsur-unsur
delik
perbuatan
bukan
memenuhi
dengan
unsur
korupsi,
uang
- Bahwa
pengganti sebesar Rp.114. 534. 560,-
dengan
(Seratus Empat Belas Juta Lima Ratus Tiga
memberikan
Puluh Empat Ribu Lima Ratus Enam Puluh
kebebasan yang mandiri, tidak ada
Rupiah).
tekanan dari manapun. Kebebasan hati
Adapun dasar pertimbangan hakim
Keuangan
Negara
atau
Perekonomian Negara‟‟ adalah;
- Menimbang,
bahwa
MARTIMAN
PRODJOHAMIDIDJOYO,
kepada
disertai
“dapat”
Hakim
suatu
,
suatu
keyakinan
berdasar hukum dan undang-undang
-
yang
Negara
menurut
undang-undang
terminologi
nuraninya
dalam mempertimbangkan „‟unsur dapat
Merugikan
pembentuk
dimaksud
atau
dengan
perekonomian
keuangan
Negara
adaalah seluruh kekayaan Negara dalam
bentuk apapun, yang dipisahkan atau
SH.,MH,
tidak dipisahkan, termasuk didalamnya
5
segala bagian kekayaan
Negara dan
terdakwa telah terbukti menerima uang
segala hak dan kewajiban yang timbul
muka
senilai
30%
yakni
Rp.105.
karena:
732.000,- (Seratus Lima Juta
Tujuh
- Berada dalam penguasaan, pengurusan,
Ratus Tiga Puluh Dua Ribu Rupiah),
dan pertangungjawaban pejabat Negara,
dan pembayaran 100% atas Pengadaan
baik ditingkat pusat maupun daerah, dan
Nitrogen
Cair
(N2
Cair)
sebesar
dan
Rp.246.708.000,- (Dua Ratus Empat
pertangungjawaban Badan Usaha Milik
Puluh Enam Juta Tujuh Ratus Delapan
Negara/Badan Usaha MIlik Daerah,
Ribu Rupiah dipotong PPn dan PPh
yayasan, badaan hukum, dan perusahaan
sebesarRp. 25.792.200,- (Dua Puluh
yang menyertakan modal Negara, atau
Lima Juta Tujuh Ratus Sembilan Puluh
perusahaan yanh menyertakan modal
Dua Ribu Dua Ratus Rupiah) sehingga
pihak berdasarkan perjajian dengan
yang diterima sebesar Rp. 220.915.800,-
Negara;
(Dua Ratus Dua Puluh Juta Sembilan
- Berada
dalam
pengurusan
- Menimbang, bahwa yang dimaksud
dengan perekonomian Negara adalah
Ratus Lima Belas Ribu Dua Ratus
Rupiah).
kehidupan perekonomian yang disusun
Berdasarkan pertimbangan tersebut
sebagai usaha bersama berdasarkan asas
Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana
kekeluargaan ataupun usaha masyarakat
Korupsi pada Pengadilan Negeri Palu
secara mandiri yang berdasarkan pada
menjatuhkan hukuman pada;
kebijakan pemerintah, baik ditingkat
1) Terdakwa I NUR AWALIYAH dan
pusat maupun didaerah sesuai dengan
TERDAKWA II Dra. SITI HUSNAH
ketentuan
telah
perundang-undangan
yang
terbukti
berlaku yang bertujuan memberikan
meyakinkan
manfaat,
dan
TINDAK
seluruh
SECARA
kemakmuran,
kesejahteraan,
kepada
sah
dan
bersalah
melakukan
PIDANA
KORUPSI
SAMAsebagaimana
kehidupan masyarakat;
- Menimbang,
secara
BERSAMADakwaan
Subsidair;
bahwaa
berdasarkan
unsur
melakukan
2) Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa
perbuatan memperkaya diri sendiri atau
I oleh karena itu dengan dengan pidana
orang
penjara selama 1 (satu) tahun dan
pertimbangan
lain
atau
suatu
korporasi,
6
terhadap Terdakwa II dengan pidana
Nawawi 6 bahwa dengan dicantumkanya
penjara selama 1 (satu) Tahun dan 4
kata „‟dapat‟‟ di depan unsur merugikan
(empat) bulan dan denda masing-
keuangan
masing sebesar Rp.50.000.000,- (Lima
menjadi delik formil. Pandangan pembuat
Puluh Juta Rupiah) dengan ketentuan
undang-undang
apabila denda tersebut tidak dibayar
menjadi delik formil, nampaknya merujuk
diganti dengan pidana kurungan selama
kepada ajaran formele wederrechtelijkheid
4 (empat) bulan;
yang menyatakan sesuatu perbuatan hanya
3) Menghukum
terdakwa
II
untuk
dapat
negara,
merubah
menetapkan
dipandang
delik
pasal
sebagai
ini
ini
bersifat
membayar uang pengganti sebesar Rp.
wederrechtelijk yaitu apabila perbuatan
114.534.560,-(Seratus Empat Belas Juta
memenuhi
Lima Ratus Tiga Puluh Empat Lima
terdapat didalam perumusan dari suatu
Ratus Enam Puluh Rupiah) paling lama
delik menurut undang-undang, selaras
dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah
dengan itu,
putusan ini berkekuatan hukum tetap,
mengatakan bahwa perkataan „‟dapat‟‟
jika
harta
menunjukan bahwa kerugian itu tidak perlu
bendanya disita dan dilelang oleh jaksa
dibuktikan adanya. Dalam hal ini terdakwa
untuk terpidana dalam waktu paling
tetap
lama 1 (SATU) bulan sejak putusan
bahwa perbuatanya tidak mungkin dapat
sejak putusanini mempunyai kekuatan
merugikan keuangan atau perekonomian
hukum tetap, tidak membayar uang
negara;
tidak
membayar
maka
dapat
semua
unsur-unsur
yang
menurut Prof. Sudarto
membuktikan
7
sebaliknya
pengganti, maka harta benda terpidana
akan disita oleh jaksa dan dilelang
untuk
menutupi
uang
B. Pembayaran Uang Pengganti Dalam
pengganti
Perkara Tindak Pidana Korupsi
tersebut, dalaam hal terpiddana tidak
mempunyai
mencukupi
pengganti,
harta
benda
yang
untuk membayar uang
maka
dipidana
dengan
pidana penjara selama 4 (Empat) bulan;
Sebagai bahan perbandingan, penulis
mengetengahkan pendapat Prof. Barda
Dalam
pengaturan
lingkup
mengenai
hukum
pidana
pidana,
uang
pengganti telah dikenal sejak diterapkan
6
Barda Nawawi Arif, Penegakan Hukum dan
Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, Armici,
Bandung, 2007, hlm 31
7
Sudarto, Hukum Pidana, Pradnya Paramita,
Jakarta, 2004, hlm 42
7
Pasal 34 huruf c Undang-Undang Nomor 3
pidana korupsi dilakukan oleh beberapa
Tahun
orang yang berkas perkaranya diajukan
1971
Tentang
Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi . Penerapan pasal
secara terpisah.
Terkait hal tersebut, Surat Edaran
tersebut dipertegas dalam Pasal 18 ayat (1)
huruf b Undang-Undang 31 Tahun 1999
Jaksa
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
004/J.A/8/1988
Korupsi yang menggantikan kedudukan
eksekusi, apabila uang pengganti belum
undang-undang
tindak
mencukupi maka jaksa sebagai eksekutor
pidana korupsi terdahulu yang berbunyi,
melakukan penyitaan terhadap harta benda
“pembayaran uang pengganti sebanyak-
lainnya dari terpidana tanpa memerlukan
banyaknya sama dengan jumlah harta
campur tangan pihak pengadilan dalam
kekayaan yang diperoleh dari tindak
bentuk izin penyitaan yang dituangkan
pidana korupsi yang dilakukan”.
dalam
pemberantasan
Berdasarkan
melakukan
pengalaman
penyidikan
perkara
saat
tindak
Agung
RI
Nomor:
SE-
menyatakan pada saat
penetapan
dan
lain-lain,
dan
seandainya jumlah barang-barang yang
dimiliki
terpidanabelum
mencukupi,
pidana korupsi pengadaan Nitrogen Cair
kekurangan yang masih ada ditagih melalui
pada Dinas Peternakan dan Kesehatan
gugatan perdata.Dengan demikian, apabila
Hewan Pripinsi Sulawesi Tengah, terdapat
terpidana tidak sanggup untuk membayar
beberapa hambatan pelaksanaan
uang
uang pengganti, maka harus dilakukan
pengganti pada proses penyidikan antara
penyitaan terhadap harta benda terpidana
lain:
apabila
-
Adanya kesulitan untuk menghitung
mencukupi maka harus ditagih melalui
jumlah
jalur perdata.
-
barang
rampasan
dengan
harta
benda
tersebut
belum
jumlah pembayaran uang pengganti
Dalam perkaraNomor :53/Pid.Sus-
sehingga apabila dijumlahkan antara
Tipikor/2013/PN.PL Majelis Hakim dalam
barang-barang rampasan dengan uang
menetapkan besar uang pengganti yang
pengganti
dibebankan tidak sama jumlahnya dengan
akan
memberi
kesan
melebihi kerugian negara itu sendiri.
kerugian negara yang timbul akibat tindak
Adanya kesulitan untuk menghitung
pidana korupsi sebagaimana yang ada
beberapa uang pengganti yang akan
dalam dakwaan Penuntut Umum
dikenakan
perkara
apabila
perkara
tindak
Nomor
pada
:53/Pid.Sus8
Tipikor/2013/PN.PL, dimana berdasarkan
pada
hasil
problematik
perhitungan
Keuangan
dan
Badan
Pengawasan
Pembangunan
(BPKP)
proses
antara
penuntutan
yang
lain
terdapat
sering
adanya
mengemuka,
kesulitan
jumlah
Provinsi Sulawesi Tengah kerugian negara
menghitung
adalah Rp. 311.049.446,- (Tiga Ratus
dengan jumlah pembayaran uang pengganti
Sebelas Juta Empat Puluh Sembilan Ribu
sehingga
Empat Ratus Empat Puluh Enam Rupiah),
barang-barang
namun jumlah Uang Pengganti yang
pengganti akan memberi kesan melebihi
dibebankan kepada terdakwa II sebesar Rp.
kerugian negara itu sendiri.
apabila
rampasan
dijumlahkan
antara
rampasan dengan uang
Selain
114.534.560,- (Seratus Empat Belas Juta
barang
untuk
itu
kesulitan
untuk
Lima Ratus Tiga Puluh Empat Ribu Lima
menghitung beberapa uang pengganti yang
Ratus Enam Puluh Rupiah)
akan dikenakan apabila perkara tindak
Dari putusan yang dijatuhkan oleh
pidana korupsi dilakukan oleh beberapa
hakim pengadilan tipikor tersebut, menurut
orang yang berkas perkaranya diajukan
hemat penulis kurang memberikan rasa
secara terpisah dan pada masing-masing
keadilan
negara,
terdakwa dituntut pidana uang pengganti.
namun terdapat beberapa hal yang menjadi
Apabila dilakukan perampasan terhadap
penyebab sehingga hakim menjatuhkan
barang-barang dari para terdakwa, maka
hukuman yang kurang pantas, yaituantara
akan
lain:
pengganti akan melebihi jumlah kerugian
padamasyarakat
dan
Tidak maksimalnya Penuntut Umum
dalam membuktikan kesalahan terdakwa
memberi
kesan
jumlah
uang
negara.
Sementara
pada
eksekusi,
sehingga hakim melakukan perhitungan
problematik
sendiri, sebagian hasil dari korupsi sudah
ketidakmampuan
dikembalikan atau tindak pidana korupsi
membayar uang pengganti. Khusus pada
tersebut dilakukan oleh lebih dari satu
putusan
orang, sehingga pidana uang pengganti
Tipikor/2013/PN.PL, semua harta benda
dibebankan bersama-sama.
Terdakwa II berada di wilyah Propinsi
Berdasarkan analisis dari berbagai
kepustakaan
yang
ada,
implementasipelaksanaan uang pengganti
Sulawesi
yang
tahap
terpidana
Nomor
selatan
dengan aparat
dihadapi
:
untuk
53/Pid.Sus-
sehingga
penegak
ialah
koordinasi
hukum antar
wilayah mesti lebih intens.
9
Berkenaan dengan hal tersebut, Surat
dimaksud dengan keuangan negara atau
Edaran Jaksa Agung RI Nomor: SE-
perekonomian negara adalah seluruh
004/J.A/8/1988
menyatakan pada saat
kekayaan negara dalam bentuk apapun,
eksekusi apabila uang pengganti belum
yang dipisahkan atau tidak dipisahkan,
mencukupi maka jaksa sebagai eksekutor
termasuk didalamnya segala bagian
melakukan penyitaan terhadap harta benda
kekayaan negara dan segala hak dan
lainya dari terpidana tanpa memerlukan
kewajiban
campur tangan pihak pengadilan dalam
Ngara/Badan Usaha MIlik Daerah,
bentuk izin penyitaan yang dituangkan
yayasan, badan hukum, dan perusahaan
dalam
dan
yang menyertakan modal Negara, atau
seandainya jumlah barang-barang yang
perusahaan yang menyertakan modal
dimiliki
Negara,
penetapan
dan
lain-lain,
terpidanabelum
mencukupi,
Badan
atau
Usaha
perusahaan
modal
pihak
Milik
yang
kekurangan yang masih ada ditagih melalui
menyertakan
ketiga
gugatan perdata.
berdasarkan perjanjian dengan Negara;
Adapun dasar pertimbangan hakim
dalam memutus perkara tindak pidana
korupsi berkaitan dengan merugikan
keuangan negara setelah mempelajari
dan
III. PENUTUP
menganalisa
putusan
:53/Pid.Sus-Tipikor/2013/PN.PL
Nomor
(3)
maka dapat diketahui bahwa pengertian
A. Kesimpulan
Dari hasil pemaparan pembahasan
keuangan Negara yang dapat merugikan
dapat
keuangan negara dalam perkara tindak
menarik beberapa kesimpulan sebagai
pidana korupsi mengunakan pengertian
berikut:
„‟merugikan keuangan negara‟‟ dalam
1. Adapun yang menjadi dasar perumusan
penjelasan
pada
bab sebelumnya,
bagi
terjadinya
penulis
kerugian
keuangan
tindak
Korupsi.Dengan
demikian
negara dalam perkara tindak pidana
perumusan
keuangan
korupsi
menggunakan
beberapa
yaitu
penjelasan
dengan
mengadopsi
undang-undang
pidana korupsi yaitu bahwa
tindak
yang
yaitu:
pidana
pendekatan
dari
maka
negara
pendekatan
sisi
objek
keuangan Negara; pendekatan subjek
10
keuangan Negara, pendekatan proses
kedepan
dan
memperhatikan viliditasnya agar dapat
pendekatan
tujuan.
Dengan
persidangan
lebih
pendekatan sebagai mana diuraikan
dijadikan
diatas, undang-undng nomor 17 tahun
membuktikansurat
2003
negara
dibuat khususnya dalam membuktikan
adalah „‟semua hak dan kewajiban
unsur kerugian keuangan negara sebab
Negara dapat dinilai dengan uang ,serta
apabila unsur ini tidak terbukti maka
dengan sesuatu baik berupa uang
terdakwa
maupun berupa barang yang dapat
bebas.Seharusnya pengertian kerugian
dijadikan milik Negara berhubungan
keuangan negara tidak hanya apa yang
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tercantum dalam penjelasan undang-
tersebut‟‟.
undang tindak pidana korupsi atau
merumusan keuangan
sarana
untuk
dakwaan
dapat
yang
dinyatakan
undang-undang keuangan negara atau
2. Penerapan putusan hakim mengenai
pengembalian keuangan negara dalam
undang-undang
perbendaharaan
Negara.
hal menetapkan besar uang pengganti
atas kerugian negara akibat perbuatan
2. Perlu adanya sinergitasantara penyidik,
tindak pidana korupsi belum mampu
penuntut umum dan hakim dalam
memberikan
kepada
perkara tindak pidana korupsi bahwa
masyarakat karena uang yang dikorupsi
tujuan utama yang hendak dicapai
tidak sebanding dengan uang hasil yang
dengan adanya pemberantasan tindak
dikembalikan.
jika
pidana korupsi tidak saja penegakan
sangat
kecewa
hukum dan memberi efek jera tetapi
mereka
dalam
juga untuk memenuhi rasa keadilan
sesuai
masyarakat
khususnya
pengembalikan
kerugian
masyarakat
apabila
rasa
Jadi
masih
harapan
memberantas
keadilan
wajar
korupsi
tidak
kenyataan.
pada
keuangan
negara melalui skema pembayaran
B. Saran
uang penggantiyaitu dengan merampas
1. Hendaknya
Umum
Jaksa
menyajikan
selaku
Penuntut
alat-alat
bukti
seluruh harta kekayaan terpidana yang
diperoleh dari tindak pidana korupsi.
11
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Andi Hamzah. Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia , Ghalia Indonesia. 2008.
Barda Nawawi Arief, Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, Armici,
Bandung, 2007.
Evi Hartianti, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, 2009.
Muhammad Ray Akbar,.Mengapa Harus Korupsi, Penerbi: Akbar, Jakarta, 2008.
M.D.J Al-Barry, Kamus Peristilahan Modern dan Populer 10.000 istilah, Imdah Surabaya,
1996.
Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999, Penyalenggara Negara Ynag Bersi Dan Bebas Dari
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasa Tindak Pidana Korupsi
Undang-Undang Nomor 17 Tentang Keuangan Negara
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendahaan Negara
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
12
BIODATA
Nama : Muh. Ferry Ardiansyah
T.T.L : Palu, 12 Januari 1990
Email : ancadoank70@yahoo.co.id
Alamat : Jl. Tanggul II no. 52 Palu
Hp.
: 0812 4424 4434
13
PEMBAYARAN UANG PENGGANTI DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI
(STUDI KASUS PUTUSAN NO. 53/PID.SUS-TIPIKOR/2013/PN.PL)
MUH. FERRY ARDIANSYAH
D 101 08 454
Pembimbing :
1. Dr. Benny Diktus Yusman.,S.H.,M.H
2. Harun Nyak Itam Abu, S.H.,M.H
ABSTRAK
Tindak pidana korupsi cenderung dikonotasikan sebagai penyakit birokrasi. Penyakit ini
banyak terjadi pada negara-negara yang sedang berkembang termasuk di Indonesia. Jika
dilihat dalam kenyataan sehari-hari korupsi hampir terjadi disetiap tingkatan dan aspek
kehidupan masyarakat. dalam penelitian ini peneliti mengangkat isu bagaimanakah dasar
perumusan bagi terjadinya kerugian negara dalam tindak pidana korupsi pada perkara
Nomor : 53/Pid.Sus. Tipikor/2013/PN.PL? dan apakah yang menjadi dasar pertimbangan
hakim mengenai pengembalian kerugian negara dalam hal menetapkan besar uang pengganti
atas kerugian negara dalam Perkara Nomor: 53/ Pid.Sus-Tipikor/ 2013/PN.PL? pada akhir
penelitian, didapatkan kesimpulan bahwa yang menjadi dasar perumusan bagi terjadinya
kerugian keuangan negara dalam perkara tindak pidana korupsi yaitu dengan mengadopsi
penjelasan undang-undang tindak pidana korupsi yaitu bahwa yang dimaksud dengan
keuangan negara atau perekonomian negara adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk
apapun, yang dipisahkan atau tidak dipisahkan, termasuk didalamnya segala bagian
kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban Badan Usaha Milik Ngara/Badan Usaha
MIlik Daerah, yayasan, badan hukum, dan perusahaan yang menyertakan modal Negara,
atau perusahaan yang menyertakan modal Negara, atau perusahaan yang menyertakan
modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan Negara;Adapun dasar pertimbangan
hakim dalam memutus perkara tindak pidana korupsi berkaitan dengan merugikan keuangan
negara
setelah mempelajari dan menganalisa
putusan Nomor :53/Pid.SusTipikor/2013/PN.PL .Perumusan keuangan negara menggunakan beberapa pendekatan
yaitu: pendekatan dari sisi objek keuangan Negara; pendekatan subjek keuangan Negara,
pendekatan proses dan pendekatan tujuan.
Key Words : Pembuktian, korupsi, keuangan negara
Masalah
I. Pendahuluan
korupsi
di
Indonesia
sebagaimana dikatakan Muhammad Ray
A. Latar Belakang
Akbar 1 bahwa sudah menjadi persoalan
Salah satu hal yang menghambat laju
perkembangan
pembangunan
struktural
(melekat
dalam
sistem
bangsa
1
Indonesia
adalah
perbuatan
korupsi.
Muhammad Ray Akbar, Mengapa Harus Korupsi,
Penerbit Akbar, Jakarta, 2008, hlm 4
1
kultural
merupakan suatu yang sangat penting
(kelaziman kolektif yang telah diterima
karena tugas utama dan hukum acara
menjadi kebiasaan dalam masyarakat) serta
pidana
persoalan
menemukan
pemerintahan),
persoalan
personal
berupa
mentalitas
adalah
untuk
mencari
dan
kebenaran
korupsi yang menyatu dalam kepribadian
material. 2 Pembuktian merupakan masalah
orang
yang sangat penting untuk menegakan
dan
bangsa
Indonesia
pada
hukum dalam pemberantasan tindak pidana
umumnya.
Tindak pidana korupsi cenderung
korupsi.
penyakit
Berdasarkan uraian singkat pada latar
birokrasi.Penyakit ini banyak terjadi pada
belakang penulisan ini, maka penulis
negara-negara yang sedang berkembang
mengajukan proposal dengan kajian kasus
termasuk di Indonesia.Jika dilihat dalam
korupsi pengadaan Nitrogen Cair (N2 Cair)
kenyataan
sehari-hari
hampir
yang melibatkan Nur Awaliah, dan Dra.
terjadi
disetiap tingkatan dan aspek
Siti Husnah dalam kedudukannya sebagai
dikonotasikan
kehidupan
sebagai
korupsi
masyarakat.
Mulai
dari
kontraktor
pelaksana
pada
Dinas
pengurusan ijin, proyek pengadaan di
Kesehatan dan Peternakan Hewan Daerah
instansi
Propinsi Sulawesi Tengah.
pemerintah
penegakan
hukum.
sampai
proses
Korupsi
adalah
subrodinasi kepentingan umum dibawah
B. Rumusan Masalah
kepentingan tujuan-tujuan pribadi yang
mencakup
pelanggaran
norma-norma,
Dari latar belakang di atas, maka
tugas, dan kesejahteraan umum, dibarengi
rumusan
dengan
berikut:
kerahasiaan,
pengkhianatan,
masalahnya
adalah
sebagai
penipuan dan sikap tidak peduli yang luar
1. Bagaimanakah dasar perumusan bagi
biasa akan akibat-akibat yang diderita oleh
terjadinya kerugian negara dalam tindak
masyarakat. Singkatnya korupsi adalah
pidana korupsipada perkara Nomor :
penyalahgunaan
53/Pid.Sus. Tipikor/2013/PN.PL?
amanah
untuk
kepentingan pribadi.
Dalam
hal
2. Apakah
penjatuhan
putusan,
yang
pertimbangan
menjadi
hakim
dasar
mengenai
sebelumnya harus dilakukan pembuktian
dalam sidang pengadilan perkara pidana
2
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafik,
Jakarta, 2009, Hal 54.
2
pengembalian kerugian negara dalam
dengan permasalahan yang terkait dengan
hal menetapkan besar uang pengganti
penelitian ini.Penggunaan teknik analisis
atas kerugian negara dala Perkara
kualitatif mencakup semua bahan yang
Nomor:
telah
53/
Pid.Sus-Tipikor/
dikumpulkan
sehingga
2013/PN.PL?
membentuk
kemudian
diolah,
deskripsi
yang
mendukung kualifikasi kajian ini.Teknik
analisis data yang digunakan dengan
C. Jenis penelitian
pendekatan
kualitatif,
menjawab
dan
digunakan
memecahkan serta pendalaman secara
adalah penelitian hukum normatf dengan
menyeluruh dan utuh dari objek yang
spesifikasi penelitian adalah penelitian
diteliti.
Jenis
penelitian
yang
deskriptif yaitu penelitian yang hanya
bermaksud
untuk
mengetahui
perumusan bagi terjadinya kerugian negara
oleh hakim dalam
menjatuhkan putusan
terhadap pelaku tindak pidana korupsi di
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Daerah Provinsi Sulawesi Tengah juga
mengetahui dasar pertimbangan hakim
mengenai pengembalian kerugian negara
dalam
hal
menetapkan
besar
uang
pengganti atas kerugian negara dalam
Perkara
Nomor:
53/
Pengertian korupsi dalam Kamus
dasar
Pid.Sus-Tipikor/
Peristilahaan
diartikan
penyelewengan
atau
jabatan
kepentingan
untuk
sebagai
penyalahgunaan
diri
dan
merugikan negara dan rakyat.3
Dalam
Ensiklopedia
Indonesia
disebut “Korupsi” (dari bahasa Latin:
corruptio = penyuapan; corruptore =
merusak) gejala dimana para pejabat,
badan – badan negara meyalahgunakan
wewenang dengan terjadinya penyuapan,
pemalsuan serta ketidakberesan lainnya. 4
2013/PN.PL.
Baharuddin Lopa mengutip pendapat
dari David M.Chalmers, menguraikan arti
D. Metode Analisis
istilah korupsi dalam berbagai bidang,
Sumber
melalui
hukum
kegiatan
yang
diperoleh
penelitian
dianalisis
secara kualitatif kemudian disajikan secara
deskriptif,
yaitu
dengan
menguraikan,
menjelaskan dan menggambarkan sesuai
yakni
yang
menyangkut
masalah
3
M.D.J Al-Barry , Kamus Peristilahan Modern dan
Popular 10.000 istilah, Indah Surabaya, 1996, hlm
108
4
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika
Jakarta, 2007, hlm 8
3
penyuapan, yang berhubungan dengan
dikehendaki tetapi wajib dipastikanberapa
manipulasi di bidang ekonomi, dan yang
jumlah kerugian yang dialami oleh negara
menyangkut bidang kepentingan umum.
pada saat ini. Hal ini dimaksudkan agar
Kesimpulan ini diambil dari defenisi yang
terdapat suatu kepastian hukum terhadap
dikemukakan
berbunyi:
keuangan
mengenai
kekurangan agar dibebani tanggung jawab
“manipulasi
antara
dan
keuangan
perekonomian
lain
keputusan
yang
sering
membahayakan
dikategorikan
perbuatan korupsi”.5
negara
yang
mengalami
bagi yang menimbulkan kerugian negara.
Kerugian
tersebut
negara
merupakan
sebagaimana
kerugian
negara
ditinjau dari aspek hukum keuangan negara
II.
dalam arti terkait dengan pengelolaan
PEMBAHASAN
A. Dasar
Perumusan
Bagi
Terjadinya Kerugian Keuangan
Negara Dalam Perkara Tndak
Pidana
Korupsi
Pengadaan
Nitrogen Cair
Kerugian Negara menurut pasal 1
angka 1 Undang Undang Perbendaharaan
Negara (UUPN)adalah:
„‟berkurangnya uang, surat berharga,
dan barang yang nyata dan pasti jumlahnya
sebagai akibat perbuatan melawan hukum
baik sengaja maupun lalai‟‟
Pengertian ini menunjukan bahwa
kerugian negara mengandung arti yang
luas
sehingga
mudah
dipahami
dan
ditegakkan bila terjadi pelanggaran dalam
pengelolaan keuangan negara disamping
itu,
kerugian
diperkirakan
negara
tidak
sebagaimana
boleh
yang
keuangan negara
yang dilakukan oleh
suatu instansi atau suatu perusahaan yang
mengaitkan keuangan negara dalam aset
perusahaan yang bersangkutan . Hal ini
bertujuan untuk memisahkan secara tegas
kerugian negara yang terkait dengan
hukum keuangan negara dengan hukum
pidana.
Oleh
memiliki
karena,
substansi
dalam
yang
memandang
kerugian negara tidak hanya tertuju pada
pengelolaan
keuangan
negara
tetapi
termasuk pula merugikan perekonomian
negara. Hal ini dapat kita lihat dasar
pertimbangan hakim dalam membuktikan
tindak pidana korupsi dalam hal ini
merugikan keuangan Negara
putusan
tindak
pidana
korupsi
dalam
pada
pengadilan tindak pidana korupsi pada
Pengadilan
Negeri
Palu
53/Pid.Sus/Tipikor/2013/PN.PL.
5
UUKN
Nomor
Atas
Ibid hlm 9
4
nama terdakwa 1. NUR AWALIAH,
dalam
pekerjaan wiraswasta (Direktris CV. RAFI
“Penerapan Pembuktian Terbalik dalam
UTAMA),
Delik Korupsi” (Cet.I, 2011, halaman
dan Terdakwa II Dra. SITI
bukunya
yang
berjudul
66-67) antara lain menyatakan bahwa
HUSNAH pekerjaan wiraswasta.
hakim
istilah”dapat” disini oleh pembentuk
Terdakwa
undang-undang di letakkan didepan
dinyatakan telah terbukti secara sah dan
kalimat Merugikan keuangan negara
meyakinkan barsalah melakukan TINDAK
atau perekonomian negara”. hal ini
PIDANA
menunjukkan
Berdasarkan
tersebut
pertimbangan
sehingga
Para
KORUPSI
SECARA
bahwa
tindak
pidana
BERSAMA-SAMA; menjatuhkan pidana
korupsi merupakan delik formil artinya
terhadapTerdakwa
perbuatan tersebut terbukti apabila telah
1.
Nur
Awaliyah
dengan pidana penjara 1 (satu) tahun dan
terpenuhi
terhadap Terdakwa II dengan pidana
sebagaimana yang tercantum dalam
penjara 1 (satu) tahun dan 4 (empat) bulan
perumusan
penjara dan denda masing-masing Rp.
timbulnya akibat. Dengan kata lain
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah),
walaupun tidak menimbulkan kerugian
dengan ketentuan apabila tersebut tidak
keuangan negara asalkan perbuatan
dibayar dignti dengan pidana kurungan
tersebut
selama 4 (empat) bulan; dan menghukum
terdakwa harus dihukum.
Terdakwa
II
untuk
membayar
unsur-unsur
delik
perbuatan
bukan
memenuhi
dengan
unsur
korupsi,
uang
- Bahwa
pengganti sebesar Rp.114. 534. 560,-
dengan
(Seratus Empat Belas Juta Lima Ratus Tiga
memberikan
Puluh Empat Ribu Lima Ratus Enam Puluh
kebebasan yang mandiri, tidak ada
Rupiah).
tekanan dari manapun. Kebebasan hati
Adapun dasar pertimbangan hakim
Keuangan
Negara
atau
Perekonomian Negara‟‟ adalah;
- Menimbang,
bahwa
MARTIMAN
PRODJOHAMIDIDJOYO,
kepada
disertai
“dapat”
Hakim
suatu
,
suatu
keyakinan
berdasar hukum dan undang-undang
-
yang
Negara
menurut
undang-undang
terminologi
nuraninya
dalam mempertimbangkan „‟unsur dapat
Merugikan
pembentuk
dimaksud
atau
dengan
perekonomian
keuangan
Negara
adaalah seluruh kekayaan Negara dalam
bentuk apapun, yang dipisahkan atau
SH.,MH,
tidak dipisahkan, termasuk didalamnya
5
segala bagian kekayaan
Negara dan
terdakwa telah terbukti menerima uang
segala hak dan kewajiban yang timbul
muka
senilai
30%
yakni
Rp.105.
karena:
732.000,- (Seratus Lima Juta
Tujuh
- Berada dalam penguasaan, pengurusan,
Ratus Tiga Puluh Dua Ribu Rupiah),
dan pertangungjawaban pejabat Negara,
dan pembayaran 100% atas Pengadaan
baik ditingkat pusat maupun daerah, dan
Nitrogen
Cair
(N2
Cair)
sebesar
dan
Rp.246.708.000,- (Dua Ratus Empat
pertangungjawaban Badan Usaha Milik
Puluh Enam Juta Tujuh Ratus Delapan
Negara/Badan Usaha MIlik Daerah,
Ribu Rupiah dipotong PPn dan PPh
yayasan, badaan hukum, dan perusahaan
sebesarRp. 25.792.200,- (Dua Puluh
yang menyertakan modal Negara, atau
Lima Juta Tujuh Ratus Sembilan Puluh
perusahaan yanh menyertakan modal
Dua Ribu Dua Ratus Rupiah) sehingga
pihak berdasarkan perjajian dengan
yang diterima sebesar Rp. 220.915.800,-
Negara;
(Dua Ratus Dua Puluh Juta Sembilan
- Berada
dalam
pengurusan
- Menimbang, bahwa yang dimaksud
dengan perekonomian Negara adalah
Ratus Lima Belas Ribu Dua Ratus
Rupiah).
kehidupan perekonomian yang disusun
Berdasarkan pertimbangan tersebut
sebagai usaha bersama berdasarkan asas
Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana
kekeluargaan ataupun usaha masyarakat
Korupsi pada Pengadilan Negeri Palu
secara mandiri yang berdasarkan pada
menjatuhkan hukuman pada;
kebijakan pemerintah, baik ditingkat
1) Terdakwa I NUR AWALIYAH dan
pusat maupun didaerah sesuai dengan
TERDAKWA II Dra. SITI HUSNAH
ketentuan
telah
perundang-undangan
yang
terbukti
berlaku yang bertujuan memberikan
meyakinkan
manfaat,
dan
TINDAK
seluruh
SECARA
kemakmuran,
kesejahteraan,
kepada
sah
dan
bersalah
melakukan
PIDANA
KORUPSI
SAMAsebagaimana
kehidupan masyarakat;
- Menimbang,
secara
BERSAMADakwaan
Subsidair;
bahwaa
berdasarkan
unsur
melakukan
2) Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa
perbuatan memperkaya diri sendiri atau
I oleh karena itu dengan dengan pidana
orang
penjara selama 1 (satu) tahun dan
pertimbangan
lain
atau
suatu
korporasi,
6
terhadap Terdakwa II dengan pidana
Nawawi 6 bahwa dengan dicantumkanya
penjara selama 1 (satu) Tahun dan 4
kata „‟dapat‟‟ di depan unsur merugikan
(empat) bulan dan denda masing-
keuangan
masing sebesar Rp.50.000.000,- (Lima
menjadi delik formil. Pandangan pembuat
Puluh Juta Rupiah) dengan ketentuan
undang-undang
apabila denda tersebut tidak dibayar
menjadi delik formil, nampaknya merujuk
diganti dengan pidana kurungan selama
kepada ajaran formele wederrechtelijkheid
4 (empat) bulan;
yang menyatakan sesuatu perbuatan hanya
3) Menghukum
terdakwa
II
untuk
dapat
negara,
merubah
menetapkan
dipandang
delik
pasal
sebagai
ini
ini
bersifat
membayar uang pengganti sebesar Rp.
wederrechtelijk yaitu apabila perbuatan
114.534.560,-(Seratus Empat Belas Juta
memenuhi
Lima Ratus Tiga Puluh Empat Lima
terdapat didalam perumusan dari suatu
Ratus Enam Puluh Rupiah) paling lama
delik menurut undang-undang, selaras
dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah
dengan itu,
putusan ini berkekuatan hukum tetap,
mengatakan bahwa perkataan „‟dapat‟‟
jika
harta
menunjukan bahwa kerugian itu tidak perlu
bendanya disita dan dilelang oleh jaksa
dibuktikan adanya. Dalam hal ini terdakwa
untuk terpidana dalam waktu paling
tetap
lama 1 (SATU) bulan sejak putusan
bahwa perbuatanya tidak mungkin dapat
sejak putusanini mempunyai kekuatan
merugikan keuangan atau perekonomian
hukum tetap, tidak membayar uang
negara;
tidak
membayar
maka
dapat
semua
unsur-unsur
yang
menurut Prof. Sudarto
membuktikan
7
sebaliknya
pengganti, maka harta benda terpidana
akan disita oleh jaksa dan dilelang
untuk
menutupi
uang
B. Pembayaran Uang Pengganti Dalam
pengganti
Perkara Tindak Pidana Korupsi
tersebut, dalaam hal terpiddana tidak
mempunyai
mencukupi
pengganti,
harta
benda
yang
untuk membayar uang
maka
dipidana
dengan
pidana penjara selama 4 (Empat) bulan;
Sebagai bahan perbandingan, penulis
mengetengahkan pendapat Prof. Barda
Dalam
pengaturan
lingkup
mengenai
hukum
pidana
pidana,
uang
pengganti telah dikenal sejak diterapkan
6
Barda Nawawi Arif, Penegakan Hukum dan
Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, Armici,
Bandung, 2007, hlm 31
7
Sudarto, Hukum Pidana, Pradnya Paramita,
Jakarta, 2004, hlm 42
7
Pasal 34 huruf c Undang-Undang Nomor 3
pidana korupsi dilakukan oleh beberapa
Tahun
orang yang berkas perkaranya diajukan
1971
Tentang
Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi . Penerapan pasal
secara terpisah.
Terkait hal tersebut, Surat Edaran
tersebut dipertegas dalam Pasal 18 ayat (1)
huruf b Undang-Undang 31 Tahun 1999
Jaksa
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
004/J.A/8/1988
Korupsi yang menggantikan kedudukan
eksekusi, apabila uang pengganti belum
undang-undang
tindak
mencukupi maka jaksa sebagai eksekutor
pidana korupsi terdahulu yang berbunyi,
melakukan penyitaan terhadap harta benda
“pembayaran uang pengganti sebanyak-
lainnya dari terpidana tanpa memerlukan
banyaknya sama dengan jumlah harta
campur tangan pihak pengadilan dalam
kekayaan yang diperoleh dari tindak
bentuk izin penyitaan yang dituangkan
pidana korupsi yang dilakukan”.
dalam
pemberantasan
Berdasarkan
melakukan
pengalaman
penyidikan
perkara
saat
tindak
Agung
RI
Nomor:
SE-
menyatakan pada saat
penetapan
dan
lain-lain,
dan
seandainya jumlah barang-barang yang
dimiliki
terpidanabelum
mencukupi,
pidana korupsi pengadaan Nitrogen Cair
kekurangan yang masih ada ditagih melalui
pada Dinas Peternakan dan Kesehatan
gugatan perdata.Dengan demikian, apabila
Hewan Pripinsi Sulawesi Tengah, terdapat
terpidana tidak sanggup untuk membayar
beberapa hambatan pelaksanaan
uang
uang pengganti, maka harus dilakukan
pengganti pada proses penyidikan antara
penyitaan terhadap harta benda terpidana
lain:
apabila
-
Adanya kesulitan untuk menghitung
mencukupi maka harus ditagih melalui
jumlah
jalur perdata.
-
barang
rampasan
dengan
harta
benda
tersebut
belum
jumlah pembayaran uang pengganti
Dalam perkaraNomor :53/Pid.Sus-
sehingga apabila dijumlahkan antara
Tipikor/2013/PN.PL Majelis Hakim dalam
barang-barang rampasan dengan uang
menetapkan besar uang pengganti yang
pengganti
dibebankan tidak sama jumlahnya dengan
akan
memberi
kesan
melebihi kerugian negara itu sendiri.
kerugian negara yang timbul akibat tindak
Adanya kesulitan untuk menghitung
pidana korupsi sebagaimana yang ada
beberapa uang pengganti yang akan
dalam dakwaan Penuntut Umum
dikenakan
perkara
apabila
perkara
tindak
Nomor
pada
:53/Pid.Sus8
Tipikor/2013/PN.PL, dimana berdasarkan
pada
hasil
problematik
perhitungan
Keuangan
dan
Badan
Pengawasan
Pembangunan
(BPKP)
proses
antara
penuntutan
yang
lain
terdapat
sering
adanya
mengemuka,
kesulitan
jumlah
Provinsi Sulawesi Tengah kerugian negara
menghitung
adalah Rp. 311.049.446,- (Tiga Ratus
dengan jumlah pembayaran uang pengganti
Sebelas Juta Empat Puluh Sembilan Ribu
sehingga
Empat Ratus Empat Puluh Enam Rupiah),
barang-barang
namun jumlah Uang Pengganti yang
pengganti akan memberi kesan melebihi
dibebankan kepada terdakwa II sebesar Rp.
kerugian negara itu sendiri.
apabila
rampasan
dijumlahkan
antara
rampasan dengan uang
Selain
114.534.560,- (Seratus Empat Belas Juta
barang
untuk
itu
kesulitan
untuk
Lima Ratus Tiga Puluh Empat Ribu Lima
menghitung beberapa uang pengganti yang
Ratus Enam Puluh Rupiah)
akan dikenakan apabila perkara tindak
Dari putusan yang dijatuhkan oleh
pidana korupsi dilakukan oleh beberapa
hakim pengadilan tipikor tersebut, menurut
orang yang berkas perkaranya diajukan
hemat penulis kurang memberikan rasa
secara terpisah dan pada masing-masing
keadilan
negara,
terdakwa dituntut pidana uang pengganti.
namun terdapat beberapa hal yang menjadi
Apabila dilakukan perampasan terhadap
penyebab sehingga hakim menjatuhkan
barang-barang dari para terdakwa, maka
hukuman yang kurang pantas, yaituantara
akan
lain:
pengganti akan melebihi jumlah kerugian
padamasyarakat
dan
Tidak maksimalnya Penuntut Umum
dalam membuktikan kesalahan terdakwa
memberi
kesan
jumlah
uang
negara.
Sementara
pada
eksekusi,
sehingga hakim melakukan perhitungan
problematik
sendiri, sebagian hasil dari korupsi sudah
ketidakmampuan
dikembalikan atau tindak pidana korupsi
membayar uang pengganti. Khusus pada
tersebut dilakukan oleh lebih dari satu
putusan
orang, sehingga pidana uang pengganti
Tipikor/2013/PN.PL, semua harta benda
dibebankan bersama-sama.
Terdakwa II berada di wilyah Propinsi
Berdasarkan analisis dari berbagai
kepustakaan
yang
ada,
implementasipelaksanaan uang pengganti
Sulawesi
yang
tahap
terpidana
Nomor
selatan
dengan aparat
dihadapi
:
untuk
53/Pid.Sus-
sehingga
penegak
ialah
koordinasi
hukum antar
wilayah mesti lebih intens.
9
Berkenaan dengan hal tersebut, Surat
dimaksud dengan keuangan negara atau
Edaran Jaksa Agung RI Nomor: SE-
perekonomian negara adalah seluruh
004/J.A/8/1988
menyatakan pada saat
kekayaan negara dalam bentuk apapun,
eksekusi apabila uang pengganti belum
yang dipisahkan atau tidak dipisahkan,
mencukupi maka jaksa sebagai eksekutor
termasuk didalamnya segala bagian
melakukan penyitaan terhadap harta benda
kekayaan negara dan segala hak dan
lainya dari terpidana tanpa memerlukan
kewajiban
campur tangan pihak pengadilan dalam
Ngara/Badan Usaha MIlik Daerah,
bentuk izin penyitaan yang dituangkan
yayasan, badan hukum, dan perusahaan
dalam
dan
yang menyertakan modal Negara, atau
seandainya jumlah barang-barang yang
perusahaan yang menyertakan modal
dimiliki
Negara,
penetapan
dan
lain-lain,
terpidanabelum
mencukupi,
Badan
atau
Usaha
perusahaan
modal
pihak
Milik
yang
kekurangan yang masih ada ditagih melalui
menyertakan
ketiga
gugatan perdata.
berdasarkan perjanjian dengan Negara;
Adapun dasar pertimbangan hakim
dalam memutus perkara tindak pidana
korupsi berkaitan dengan merugikan
keuangan negara setelah mempelajari
dan
III. PENUTUP
menganalisa
putusan
:53/Pid.Sus-Tipikor/2013/PN.PL
Nomor
(3)
maka dapat diketahui bahwa pengertian
A. Kesimpulan
Dari hasil pemaparan pembahasan
keuangan Negara yang dapat merugikan
dapat
keuangan negara dalam perkara tindak
menarik beberapa kesimpulan sebagai
pidana korupsi mengunakan pengertian
berikut:
„‟merugikan keuangan negara‟‟ dalam
1. Adapun yang menjadi dasar perumusan
penjelasan
pada
bab sebelumnya,
bagi
terjadinya
penulis
kerugian
keuangan
tindak
Korupsi.Dengan
demikian
negara dalam perkara tindak pidana
perumusan
keuangan
korupsi
menggunakan
beberapa
yaitu
penjelasan
dengan
mengadopsi
undang-undang
pidana korupsi yaitu bahwa
tindak
yang
yaitu:
pidana
pendekatan
dari
maka
negara
pendekatan
sisi
objek
keuangan Negara; pendekatan subjek
10
keuangan Negara, pendekatan proses
kedepan
dan
memperhatikan viliditasnya agar dapat
pendekatan
tujuan.
Dengan
persidangan
lebih
pendekatan sebagai mana diuraikan
dijadikan
diatas, undang-undng nomor 17 tahun
membuktikansurat
2003
negara
dibuat khususnya dalam membuktikan
adalah „‟semua hak dan kewajiban
unsur kerugian keuangan negara sebab
Negara dapat dinilai dengan uang ,serta
apabila unsur ini tidak terbukti maka
dengan sesuatu baik berupa uang
terdakwa
maupun berupa barang yang dapat
bebas.Seharusnya pengertian kerugian
dijadikan milik Negara berhubungan
keuangan negara tidak hanya apa yang
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tercantum dalam penjelasan undang-
tersebut‟‟.
undang tindak pidana korupsi atau
merumusan keuangan
sarana
untuk
dakwaan
dapat
yang
dinyatakan
undang-undang keuangan negara atau
2. Penerapan putusan hakim mengenai
pengembalian keuangan negara dalam
undang-undang
perbendaharaan
Negara.
hal menetapkan besar uang pengganti
atas kerugian negara akibat perbuatan
2. Perlu adanya sinergitasantara penyidik,
tindak pidana korupsi belum mampu
penuntut umum dan hakim dalam
memberikan
kepada
perkara tindak pidana korupsi bahwa
masyarakat karena uang yang dikorupsi
tujuan utama yang hendak dicapai
tidak sebanding dengan uang hasil yang
dengan adanya pemberantasan tindak
dikembalikan.
jika
pidana korupsi tidak saja penegakan
sangat
kecewa
hukum dan memberi efek jera tetapi
mereka
dalam
juga untuk memenuhi rasa keadilan
sesuai
masyarakat
khususnya
pengembalikan
kerugian
masyarakat
apabila
rasa
Jadi
masih
harapan
memberantas
keadilan
wajar
korupsi
tidak
kenyataan.
pada
keuangan
negara melalui skema pembayaran
B. Saran
uang penggantiyaitu dengan merampas
1. Hendaknya
Umum
Jaksa
menyajikan
selaku
Penuntut
alat-alat
bukti
seluruh harta kekayaan terpidana yang
diperoleh dari tindak pidana korupsi.
11
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Andi Hamzah. Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia , Ghalia Indonesia. 2008.
Barda Nawawi Arief, Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, Armici,
Bandung, 2007.
Evi Hartianti, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, 2009.
Muhammad Ray Akbar,.Mengapa Harus Korupsi, Penerbi: Akbar, Jakarta, 2008.
M.D.J Al-Barry, Kamus Peristilahan Modern dan Populer 10.000 istilah, Imdah Surabaya,
1996.
Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999, Penyalenggara Negara Ynag Bersi Dan Bebas Dari
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasa Tindak Pidana Korupsi
Undang-Undang Nomor 17 Tentang Keuangan Negara
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendahaan Negara
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
12
BIODATA
Nama : Muh. Ferry Ardiansyah
T.T.L : Palu, 12 Januari 1990
Email : ancadoank70@yahoo.co.id
Alamat : Jl. Tanggul II no. 52 Palu
Hp.
: 0812 4424 4434
13