STUDI KASUS MENGENAI PENERAPAN UNSUR MERUGIKAN KEUANGAN NEGARA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI DIHUBUNGKAN DENGAN PUTUSAN MA NO. 103 K/PID.SUS/2013.
ABSTRAK
STUDI KASUS MENGENAI PENERAPAN UNSUR MERUGIKAN
KEUANGAN NEGARA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI
DIHUBUNGKAN DENGAN PUTUSAN MA NO. 103 K/PID.SUS/2013
Sarah Octavia S.
110110100380
Seorang ahli (di bidang keuangan negara) sangat dibutuhkan terkait
pembuktian unsur merugikan keuangan negara dalam tindak pidana korupsi.
Akan tetapi, dalam Putusan Mahkamah Agung No. 103 K/Pid.Sus/2013
Hakim Mahkamah Agung menyatakan meskipun tidak ada ada hasil audit
BPK/BPKP unsur kerugian keuangan negara tetap dapat dibuktikan.
Berdasarkan hal tersebut penulis berusaha mengkaji dan menganalisis
mengenai apakah pertimbangan Majelis Hakim yang menganggap bahwa
unsur kerugian keuangan negara tidak harus dibuktikan melalui audit instansi
yang berwenang (BPK/BPKP) sudah tepat serta apakah Majelis Hakim dalam
memutus perkara tindak pidana korupsi berwenang untuk menghitung sendiri
jumlah kerugian keuangan negara.
Penulisan hukum ini menggunakan metode pendekatan yuridis
normatif yang menitikberatkan penelitian terhadap data kepustakaan.
Sedangkan penelitiannya bersifat deskriptif analitis, yaitu memberikan
gambaran data selengkap dan secermat mungkin mengenai objek
permasalahan sebagai hasil studi kepustakaan berbagai literatur, perundangundangan, serta bahan-bahan lain yang berhubungan dengan pembahasan
di dalam penulisan studi kasus ini.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa Pertimbangan Majelis Hakim MA mengenai unsur
kerugian keuangan negara tidak harus dibuktikan melalui audit instansi yang
berwenang (BPK/BPKP) tidak tepat. Peran BPK dan BPKP sebagai lembaga
resmi negara yang bertanggung jawab di bidang audit keuangan negara
mutlak harus dilibatkan. Selanjutnya, Majelis Hakim tidak mempunyai
kewenangan untuk menghitung sendiri jumlah kerugian keuangan negara
dalam tindak pidana korupsi. UU Kekuasaan Kehakiman tidak memberikan
kewenangan untuk melakukan penghitungan kerugian keuangan negara
maupun tugas audit keuangan lainnya. Perhitungan kerugian keuangan
negara oleh hakim berpotensi salah.
iv
STUDI KASUS MENGENAI PENERAPAN UNSUR MERUGIKAN
KEUANGAN NEGARA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI
DIHUBUNGKAN DENGAN PUTUSAN MA NO. 103 K/PID.SUS/2013
Sarah Octavia S.
110110100380
Seorang ahli (di bidang keuangan negara) sangat dibutuhkan terkait
pembuktian unsur merugikan keuangan negara dalam tindak pidana korupsi.
Akan tetapi, dalam Putusan Mahkamah Agung No. 103 K/Pid.Sus/2013
Hakim Mahkamah Agung menyatakan meskipun tidak ada ada hasil audit
BPK/BPKP unsur kerugian keuangan negara tetap dapat dibuktikan.
Berdasarkan hal tersebut penulis berusaha mengkaji dan menganalisis
mengenai apakah pertimbangan Majelis Hakim yang menganggap bahwa
unsur kerugian keuangan negara tidak harus dibuktikan melalui audit instansi
yang berwenang (BPK/BPKP) sudah tepat serta apakah Majelis Hakim dalam
memutus perkara tindak pidana korupsi berwenang untuk menghitung sendiri
jumlah kerugian keuangan negara.
Penulisan hukum ini menggunakan metode pendekatan yuridis
normatif yang menitikberatkan penelitian terhadap data kepustakaan.
Sedangkan penelitiannya bersifat deskriptif analitis, yaitu memberikan
gambaran data selengkap dan secermat mungkin mengenai objek
permasalahan sebagai hasil studi kepustakaan berbagai literatur, perundangundangan, serta bahan-bahan lain yang berhubungan dengan pembahasan
di dalam penulisan studi kasus ini.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa Pertimbangan Majelis Hakim MA mengenai unsur
kerugian keuangan negara tidak harus dibuktikan melalui audit instansi yang
berwenang (BPK/BPKP) tidak tepat. Peran BPK dan BPKP sebagai lembaga
resmi negara yang bertanggung jawab di bidang audit keuangan negara
mutlak harus dilibatkan. Selanjutnya, Majelis Hakim tidak mempunyai
kewenangan untuk menghitung sendiri jumlah kerugian keuangan negara
dalam tindak pidana korupsi. UU Kekuasaan Kehakiman tidak memberikan
kewenangan untuk melakukan penghitungan kerugian keuangan negara
maupun tugas audit keuangan lainnya. Perhitungan kerugian keuangan
negara oleh hakim berpotensi salah.
iv