Oleh.Arnasari PENDEKATAN OPEN ENDED DALAM MENINGKATAN KREATIVITAS PEMBELAJARAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

Volume 7 Nomor 2-Juli 2016

ISSN: 20864248

PENDEKATAN OPEN ENDED DALAM MENINGKATAN
KREATIVITAS PEMBELAJARAN DAN PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA SISWA
Oleh: Arnasari
Abstrak :Matematika sebagai salah satu mata pembelajaran di
sekolah dinilai sangat memegang peranan penting dalam kehidupan,
karena matematika dapat meningkatkan pengetahuan siswa dalam
berpikir secara logis, rasional, kritis, cermat, efektif, dan efisien.
Untuk meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar siswa serta untuk
menghilangkan anggapan yang keliru terhadap matematika,
pendekatan open ended adalah salah satu alternatif untuk mengatasi
permasalahan itu. Dengan menggunakan pendekatan open ended,
siswa bisa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering
mengeksperisikan idenya, siswa secara intrinsik termotivasi untuk
memberikan bukti atau penjelasan dan siswa memiliki pengalaman
banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan
yang diberikan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap

kreativitas pembelajaran siswa.
Kata Kunci : Pendekatan Open Ended, Kreativitas, Prestasi

Pendahuluan
Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang sengaja dirancang
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia demi memanusiakan manusia
itu sendiri. Pendidikan merupakan salah satu cara pembentukan kemampuan
manusia untuk menggunakan pikiran seefektif dan seefisien mungkin
sebagai solusi dalam menghadapi problem yang timbul dalam usaha
menciptakan masa depan yang lebih baik.
Guru sebagai fasilitator sekaligus konseptor dalam proses pembelajaran,
hendaknya lebih cermat dalam melihat perkembangan siswa dan lebih
mengakui perbedaan individu. Artinya sebelum guru memulai
pembelajaran, seyogyanya guru itu sudah mempersiapkan kira-kira
pendekatan apa yang sesuai dengan perkembangan siswa dan karakteristik
masing-masing siswa. Sehingga endingnya, proses pembelajaran itu bisa
berjalan dengan dinamis dan sisi lain siswapun cepat menyerap apa yang
diberikan guru. Al-Jupri (2007)
mengemukakan, dalam proses

pembelajaran ketika memberikan soal kepada siswa, guru lebih banyak
menggunakan pendekatan soal tertutup (closed problems). Di mana memang
dalam menyelesaikan masalah-maslah matematika tertutup ini, prosedur
yang digunakannya sudah hampir bisa dikatakan standar.Akibatnya timbul
paradigma yang agak keliru terhadap matematika.Matematika dianggap
sebagai pengetahuan yang pasti, prosedural, dan saklek.Hal inilah yang
menyebabkan daya kreativitas berfikir siswa rendah.
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Bima

40

Volume 7 Nomor 2-Juli 2016

ISSN: 20864248

Ada berbagai pendekatan pembelajaran yang bisa diterapkan oleh guru
dalam menyampaikan materi pelajaran. Guru diharapkan dapat memilih
salah satu pendekatan pembelajaran yang juga merupakan fokus kajian
penelitian ini adalah open ended. Pendekatan open ended, merupakan suatu
metode yang dapat memberi keleluasan kepada siswa untuk berpikir secara

aktif dan kreatif dalam menyelesaikan suatu permasalahan, sehingga
bermanfaat untuk meningkatkan cara berpikir siswa. Dalam pendekatan ini
siswa dihadapkan pada permasalahan yang selesaiannya tidak perlu hanya
satu, sehingga diharapkan kreativitas siswa dapat berkembang. Pendekatan
open ended juga dapat membangkitkan nalar siswa sehingga siswa kreatif
dan akhirnya diharapkan siswa dapat berpikir logis dan kritis. Tujuan dari
pembelajaran open ended menurut Nohda (Suherman, dkk, 2003) ialah
untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematik
siswa melalui problem posing secara simultan. Artinya, kegiatan kreatif dan
pola pikir matematik siswa harus dikembangkan semaksimal mungkin
sesuai dengan kemampuan setiap siswa.
Hakekat Belajar Matematika
Dari berbagai definisi tentang belajar yang diberikan oleh beberapa ahli ,
subtansinya adalah bahwa belajar sebagi suatu proses dimana menyebabkan
perubahan-perubahan tingkah laku akibat pengalaman dan latihan. Hal ini
senada dengan pernyataan Slameto (2010) belajar merupakan suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Sejalan dengan itu Sudjana (2002)
mengemukakan bahwa, “belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan

adanya perubahan pada diri seseorang”. Sedangkan Menurut kamus besar
bahasa Indonesia belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau
ilmu.
Matematika adalah suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan
dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep
diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima,
sehingga keterkaitan antara konsep dalam matematika bersifat sangat kuat
dan jelas (Depdiknas, 2004). Sedangkan menurut Herman Hudoyo
menyatakan bahwa ”Matematika berkenaan dengan ide-ide, strukturstruktur dan hubungan-hubungannya yang diatur menurut urutan yang
logis”. Hal senada juga disampaikan oleh Russefendi) bahwa “matematika
adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasikan dengan baik, matematika
berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungannya
yang diatur menurut urutan yang logis”. Lebih jauh lagi irzani (2009)
menyatakan “bahwa ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu
kebenaran suatu pernyataan diperoleh sebagai akibat logis kebenaran
sebelumnya, sehingga kaitan antar pernyataan dalam matematika bersifat
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Bima

41


Volume 7 Nomor 2-Juli 2016

ISSN: 20864248

konsisten”. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar matematika
merupakan proses usaha dalam memahami dan menguasai serta mengkaji
berbagai konsep-konsep dan struktur menurut aturan logis serta hubungan
antara objek-objek matematika sehingga diperoleh ilmu dan perubahan
tingkah laku.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran matematika:
1. Mengkondisikan siswa untuk menemukan kembali rumus, konsep, atau
prinsip dalam matematika melalui bimbingan guru agar siswa terbiasa
melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu.
2. Dalam setiap pembelajaran, guru hendaknya memperhatikan penguasaan
materi prasyarat yang diperlukan.
3. Pendekatan pemecahan masalah fokus dalam pembelajaran matematika,
yang mencakup masalah tertutup (mempunyai solusi tunggal) dan
masalah terbuka (masalah dengan berbagai cara penyelesain) (Irzani,
2009).

Pendekatan Open ended
Menurut Suherman dkk. (2003) problem yang diformulasikan memiliki
multijawaban yang benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga
Open-ended atau soal terbuka. Siswa yang dihadapkan dengan Open-ended,
tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih
menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Dengan
demikian bukanlah hanya satu pendekatan atau metode dalam mendapatkan
jawaban, namun beberapa atau banyak pendekatan atau metode yang
digunakan.
Tujuan dari pembelajaran Open-ended menurut Nohda (Suherman, dkk,
2003) ialah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola
pikir matematika siswa melalui problem posing secara simultan. Dengan
kata lain, kegiatan kreatif dan pola pikir matematika siswa harus
dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki setiap siswa. Lebih lanjut Poppy (Japar, 2009) menyatakan bahwa
salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang lebih berorientasi pada
aktivitas serta kreativitas siswa yaitu pendekatan open-ended.
Sejalan dengan itu juga Shimada (Japar, 2009) menyatakan bahwa
pendekatanopen-ended adalah pendekatan pembelajaran yang menyajikan
suatu permasalahan yang memiliki metode atau penyelesaian yang benar

lebih dari satu, sehingga dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk
memperoleh pengetahuan/pengalaman menemukan, mengenali, dan
memecahkan masalah dengan beberapa teknik.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, kita dapat mengelaborasi bahwa
pendekatanopen ended adalah pendekatan pembelajaran yang

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Bima

42

Volume 7 Nomor 2-Juli 2016

ISSN: 20864248

memformulasikan multi jawaban yang benar, sehingga kreativitas siswa
dapat berkembang.
Pada dasarnya, pendekatanOpen-ended bertujuan untuk mengangkat
kegiatan kreatif siswa dan berpikir matematika secara simultan. Oleh karena
itu hal yang perlu diperhatikan adalah kebebasan siswa untuk berpikir dalam
membuat progress pemecahan sesuai dengan kemampuan, sikap, dan

minatnya sehingga pada akhirnya akan membentuk intelegensi matematika
siswa.
Sifat “keterbukaan” dari suatu masalah dikatakan hilang apabila hanya
ada satu cara dalam menjawab permasalahan yang diberikan atau hanya ada
satu jawaban yang mungkin untuk masalah tersebut. Suherman, dkk
(2003)mengemukakan bahwa dalam kegiatan matematika dan kegiatan
siswa disebut terbuka jika memenuhi ketiga aspek berikut:
1. Kegiatan siswa harus terbuka. Yang dimaksud kegiatan siswa harus
terbuka adalah kegiatan pembelajaran harus mengakomodasi kesempatan
siswa untuk melakukan segala sesuatu secara bebas sesuai kehendak
mereka.
2. Kegiatan matematika merupakan ragam berpikir. Kegiatan matematika
adalah kegiatan yang di dalamnya terjadi proses pengabstraksian dari
pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari ke dalam dunia
matematika atau sebaliknya.
3. Kegiatan siswa dan kegiatan matematika merupakan satu kesatuan.
Dalam pembelajaran matematika, guru diharapkan dapat mengangkat
pemahaman dalam berpikir matematika sesuai dengan kemampuan
individu. Meskipun pada umumnya guru akan mempersiapkan dan
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan pengalaman dan

pertimbangan masing-masing. Guru bisa membelajarkan siswa melalui
kegiatan-kegiatan matematika tingkat tinggi yang sistematis atau melalui
kegiatan-kegiatan matematika yang mendasar untuk melayani siswa yang
kemampuannya rendah. Pendekatan uniteral semacam ini dapat
dikatakan terbuka terhadap kebutuhan siswa ataupun terbuka terhadap
ide-ide matematika.
Mengonstruksi Masalah Open-ended
Menurut Suherman, dkk. (2003: 129-130) mengkonstruksi dan
mengembangkan masalah Open-ended yang tepat dan baik, antara lain
sebagai berikut:
1. Menyajikan permasalahan melalui situasi fisik yang nyata di mana
konsep-konsep matematika dapat diamati dan dikaji siswa.
2. Menyajikan soal-soal pembuktian dapat diubah sedemikian rupa
sehingga siswa dapat menemukan hubungan dan sifat-sifat dari variabel
dalam persoalan itu.

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Bima

43


Volume 7 Nomor 2-Juli 2016

ISSN: 20864248

3. Menyajikan bentuk-bentuk atau bangun-bangun (geometri) sehingga
siswa dapat membuat suatu konjektur.
4. Menyajikan urutan bilangan atau tabel sehingga siswa dapat menemukan
aturan matematika.
5. Memberikan beberapa contoh konkrit dalam beberapa kategori sehingga
siswa bisa mengelaborasi siifat-sifat dari contoh itu untuk menemukan
sifat-sifat dari contoh itu untuk menemukan sifat-sifat yang umum.
6. Memberikan beberapa latihan serupa sehingga siswa dapat
menggeneralisasai dari pekerjaannya.
Menyusun Rencana Pembelajaran dengan Pendekatan Open-ended
Apabila guru telah mengkonstruksikan atau menformulasi masalah
Open-ended dengan baik, barulah mennyusun rencana pembelajaran. Antara
lain:
1. Tuliskan respon siswa yang diharapkan. Pembelajaran matematika
dengan pendekatan Open-ended, siswa diharapkan merespons masalah
dengan berbagai cara sudut pandang. Oleh karena itu, guru harus

menyiapkan atau menuliskan daftar antisipasi respons siswa terhadap
masalah. Kemampuan siswa terbatas dalam mengekpresikan ide atau
pikirannya, mungkin siswa tidak akan mampu menjelaskan aktivitasnya
dalam memecahkan masalah itu. Tetapi mungkin juga siswa mampu
menjelaskan ide-ide matematika dengan cara yang berbeda. Dengan
demikian, antisipasi guru membuat atau menuliskan kemungkinan
repsons yang dikemukakan siswa menjadi penting dalam upaya
mengarahkan dan membantu siswa memecahkan masalah sesuai dengan
cara kemampuannya.
2. Tujuan dari masalah itu diberikan kepada siswa harus jelas. Guru
memahami dengan baik peranan masalah itu dalam keseluruhan rencana
pembelajaran. Masalah dapat diperlakukan sebagai topik yang tertentu,
seperti dalam pengenalan konsep baru kepada siswa, atau sebagai
rangkuman dari kegiatan belajara siswa. Berdasarkan pengalaman,
masalah Open-ended efektif untuk pengenalan konsep baru atau
rangkuman kegiatan belajar.
3. Sajikan masalah semenarik mungkin bagi siswa.Konteks permasalahan
yang diberikan atau disajikan harus dapat dikenal baik oleh siswa, dan
harus membangkitkan keingintahuan serta semangat intelektual siswa.
Oleh karena masalah Open-ended memerlukan waktu untuk berpikir dan
mempertimbangkan strategi pemecahannya, maka masalah itu harus
mampu menarik perhatian siswa.
4. Lengkapi prinsip formulasi masalah, sehingga siswa mudah memahami
maksud masalah itu. Masalah harus diekspresikan sedemikian rupa
sehingga siswa dapat memahaminya dengan mudah dan menemukan
pendekatan pemecahannya. Siswa dapat mengalami kesulitan, bila
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Bima

44

Volume 7 Nomor 2-Juli 2016

ISSN: 20864248

eksplanasi masalah terlalu singkat. Hal itu dapat timbul karena guru
bermaksud memberikan terobosan yang cukup kepada siswa untuk
memilih cara dan pendekatan pemecahan masalah. Atau dapat pula
diakibatkan siswa memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki
pengalaman belajar karea terbiasa megikuti petunjuk-petunjuk dari buku
teks.
5. Berikan waktu yang cukup bagi siswa untuk mengekplorasi masalah.
Terkadang waktu yang dialokasikan tidak cukup dalam menyajikan
masalah, memecahkannya, mendiskusikan pendekatan dan penyelesaian,,
dan merangkum dari apa yang telah dipelajari siswa. Karena itu, guru
harus memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk mengekplorasi
masalah. Berdiskusi secara aktif antar sesama siswa dan antara siswa
dengan guru merupakan interaksi yang sangat penting dalam
pembelajaran dengan pendekatan Open-ended (Japar, 2009).
Jenis-jenis soal Pendekatan Open-ended
Menurut Sawada (Japar, 2009: 5) mengklasifikasikan soal yang dapat
diberikan melalui pendekatan open-ended, kedalam tiga kelompok yaitu:
1. Soal untuk mencari hubungan. Sesuai dengan istilahnya, soal jenis ini
diberikan agar siswa dapat mencari sendiri aturan atau hubungan
matematis dari suatu teori tertentu.
2. Soal mengklasifikasi. Dalam jenis ini, Siswa dituntut untuk dapat
memiliki dan mengembangkan kemampuan mengklasifikasi berdasarkan
sifat-sifat dari suatu obyek tertentu.
3. Soal mengukur. Dalam soal jenis ini, siswa diminta untuk dapat
menempatkan parameter-parameter numerik terhadap fenomena tertentu.
Soal jenis ini biasanya mencakup latihan kemampuan berpikir matematis
yang memiliki aspek-aspek yang majemuk terkadang melibatkan
beberapa pokok bahasan Soal jenis ini biasanya mencakup latihan
kemampuan berpikir matematis yang memiliki aspek-aspek yang
majemuk terkadang melibatkan beberapa pokok bahasan.
Kreativitas Pembelajaran
Dalam kamus ilmiah popular (1994) kreativitas merupakan kemampuan
untuk berkreasi; daya cipta. Selain itu, menurut Sternberg (2008) kreativitas
adalah proses memproduksi sesuatu yang orisinal dan bernilai. Senada
dengan itu, Slameto (2010) menyatakan “pada hakikatnya, pengertian
kreatif berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang
menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah
ada”.
Sedangkan pembelajaran menurut Syaiful Sagala adalah setiap kegiatan
yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu
kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis
melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi dalam konteks kegiatan
belajar mengajar.
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Bima

45

Volume 7 Nomor 2-Juli 2016

ISSN: 20864248

Dari beberapa paparan beberapa ahli tersebut dapat didefinisikan
kreativitas pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru
untuk siswa dalam membuat sesuatu yang baru dan bernilai dari sesuatu
yang telah ada.
Menurut Moreno (2010) yang terpenting dalam kreativitas itu bukanlah
penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang sebelumnya,
melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi
diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain
atau dunia pada umumnya. Artinya, kreativitas itu tidak saklek pada
penemuan sesuatu yang belum diketahui orang lain ataupun dunia. Tapi
bagaimana siswa itu menemukan sesuatu yang baru, minimal untuk dirinya
sendiri. Lebih jauh lagi Getzels & Jackson (Slameto, 2010) menyatakan,
siswa yang tinggi tingkat kecerdasannya tidak selalu menunjukkan tingkat
kreativitas yang tinggi, dan banyak siswa yang tinggi tingkat kreativitasnya
tidak selalu tinggi tingkat kecerdasannya. Dengan perkataan lain, bahwa
kecerdasan hanya memegang peranan yang kecil saja di dalam tingkah laku
kreatif dan kecerdasan tidak bisa dijadikan tolak ukur kreativitas.
Ciri-Ciri Individu Kreatif
Menurut Sund (Slameto, 2010) menyatakan bahwa individu dengan
potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Hasrat keingintahuan yang cukup besar
2. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru
3. Panjang akal
4. Keinginan untuk menemukan dan meneliti cenderung lebih menyukai
tugas berat dan sulit
5. Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan
6. Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas
7. Berfikir fleksibel
8. Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi
jawaban lebih banyak
9. Kemampuan membuat analisis dan sitesis
10. Memiliki semangat bertanya serta meneliti
11. Memiliki daya abstraksi yang cukup baik
12. Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas
13. Mengajarkan Kreativitas
Menurut Klousmeier (Slameto, 2010) cara-cara mengembangkan
kreativitas melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menolong siswa mengenal masalah-masalah untuk dipecahkan
2. Menolong siswa untuk menemukan informasi, pengertian-pengertian,
asas-asas dan metode-metode yang perlu untuk memecahkan masalah
3. Menolong siswa merumuskan dan membatasi masalah-masalah

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Bima

46

Volume 7 Nomor 2-Juli 2016

ISSN: 20864248

4. Menolong siswa mengolah dan kemudian menerapkan informasi,
pengertian, asas-asas dan metode-metode itu pada masalah terbuka untuk
memperoleh kemungkinan-kemungkinan pemecahan (hipotesis)
5. Mendorong siswa merumuskan dan menguji hipotesis-hipotesis itu untuk
memperoleh pemecahan masalah.
6. Mendorong siswa mengadakan penemuan dan penilaian sendiri secara
bebas.
Cara-Cara Mengembangkan Kreativitas
Davis (Slameto, 2010: 153) menyatakan bahwa terdapat tiga faktor yang
perlu diperhatikan di dalam pengembangan kreatifitas:
1. Sikap individu. Mencakup tujuan untuk menemukan gagasan-gagasan
serta produk-produk dan pemecahan baru. Untuk tujuan ini beberapa hal
yang perlu diperhatikan:
a. Perhatian khusus bagi pengembangan kepercayaan diri siswa perlu
diberikan.secara aktif guru perlu membantu siswa mengembangkan
kesadaran diri yang positif dan menjadikan siswa sebagai individu
yang seutuhnya dengan konsep diri yang positif.kepercayaan diri
meningkatkan keyakinan siswa bahwa ia mampu memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi, dan juga merupakan sumber
perasaan aman dalam diri siswa. Guru harus dapat menanamkan rasa
percaya diri pada siswa sedini mungkin pada awal tahun ajaran, agar
pengembangan gagasan-gagasan,produk-produk serta pemecahan
baru dapat terwujud.
b. Rasa keiginan tahu siswa perlu dibangkitkan. Rasa keinginan tahu
merupakan kapasitasuntuk menemukan masalah-masalah teknis serta
usaha untuk memecahkanya.
2. Kemampuan dasar yang diperlukan Mencakup berbagai kemampuan
berpikir konvergen dan divergen yang diperlukan. Osborn (Slameto,
2010) memperkenalkan 10 tahap pengajaran pemecahan masalah yang
kreatif bagi orang dewasa.
a. Memikirkan keseluruhan tahap dari masalah.
b. Memilih bagian masalah yang perlu dipecahkan.
c. Memikirkan informasi yang kiranya dapat membantu.
d. Memilih sumber-sumber data yang paling memungkinkan.
e. Memikirkan segala kemungkinan pemecahan masalah tersebut.
f. Memilih gagasan-gagasan yang paling memungkinkanbagi
pemecahan.
g. Memikirkan segala kemungkinan cara pengujian.
h. Memilih cara yang paling dapat dipercaya untuk menguji
i. Membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi
j. Mengambil keputusan
Tahap-tahap 1, 3, 5, 7 dan 9 membutuhkan pemikiran yang divergen.
Tahap-tahap 2, 4, 6, 8 dan 10 membutuhkan pemikiran konvergen.
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Bima

47

Volume 7 Nomor 2-Juli 2016

ISSN: 20864248

Teknik-teknik yang digunakan
1. Melakukan pendekatan inquiry (pencaritahuan): pendekatan ini
memungkinkan siswa menggunakan semua proses mental untuk
menemukan konsep atau prinsip ilmiah.
2. Menggunakan teknik-teknik sumbang saran: di dalam pendekatan ini,
suatu masalah dikemukakan dan siswa diminta untuk mengemukakan
gagasan-gagasannya. Apabila keseluruhan gagasan telah dikemukakan,
siswa diminta meninjau kembali gagasan-gagasan tersebut dan
menentukan gagasan mana yang akan digunakan dalam pemecahan
masalah tersebut.
3. Memberikan penghargaan bagi prestasi kreatif: penghargaan yang
diterima akan mempengaruhi konsep diri siswa secara positif yang
meningkatkan keyakinan diri siswa.
4. Meningkatkan pemikiran kreatif melalui banyak media.
Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni
“prestasi” dan “belajar”. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah
dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Pendapat
lain mengungkapkan bahwa prestasi adalah sesuatu yang diberikan sesudah
murid-murid mendapatkan pelajaran yang maksudnya untuk mengetahui
tingkat kemampuan siswa secara menyeluruh dan menempatkan mereka
berdasarkan tingkat kemampuannya.
Sedangkan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar
untukmendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Sejalan
dengan hal tersebut, Sardiman (2003) mengemukakan suatu rumusan,
bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.
Dengandemikian secara sederhana dapat ditarik benang merah bahwa
prestasi belajar Matematika adalah hasil yang telah dicapai oleh individu
setelah mengalami peroses belajar sehingga dapat beraktivitas seperti
membaca teori-teori Matematika, latihan soal-soal, dan lain sebagainya.
Untuk dapat mengkaji keberhasilan dalam prestasi belajar khususnya
pada bidang studi pendidikan Matematika, maka perlu diketahui kriteriakriteria ataupun aspek-aspek yang menjadi kriteria keberhasilan dalam
belajar Matematika. Secara umum proses belajar merupakan perubahan
tingkah laku, dan terjadi karena hasil pengalaman. Oleh karenanya dapat
dikatakan bahwa terjadinya proses belajar apabila seseorang menunjukkan
“tingkah laku berbeda”, seperti menyelesaikan soal-soal Matematika.
Dengan kata lain proses belajar akan menempatkan seseorang dari status
abilitas yang satu ke tingkat abilitas yang lain (Sardiman, 2003).

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Bima

48

Volume 7 Nomor 2-Juli 2016

ISSN: 20864248

Mengenai status abilitas ini, menurut Bloom (Sardiman, 2003) meliputi
tiga ranah/matra, yaitu: matra kognitif, afektif, dan psikomotor sebagaimana
dijelaskan di bawah ini:
a. Ranah kognitif
Ranah atau matra kognitif berkenaan dengan ingatan atau pengenalan
terhadap pengetahuan dan informasi, serta pengembangan keterampilan
intelektual yang terdiri dari enam kelas/tingkat yakni pengetahuan,
penguasaan, penerapan/aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (Dimyati
dan Mudjiono, 2002). Pengetahuan (knowledge), aspek ini mengacu pada
kemampuan mengenal dan mengingat materi yang sudah dipelajari dari
yang sederhana sampai pada hal-hal yang sukar (Syaiful Sagala, 2009).
Penguasaan, aspek ini mengacu pada kemampuan untuk mengerti dan
memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat dan memaknai
arti dari bahan maupun materi yang dipelajari (Syaiful Sagala, 2009).
Penguasaan dapat dibedakan menjadi tiga kategori yakni penerjemahan
(translation), penafsiran (interpretation) dan eksplorasi (extrapolation)
yaitu menyimpulkan sesuatu yang telah dikuasai.
Penerapan/aplikasi
(application), mengacu pada
kemampuan
menggunakan atau menerapkan pengetahuan atau menggunakan ide-ide
umum, metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan
sebagainya yang sudah dimiliki pada situasi baru dan konkret, yang
menyangkut penggunaan aturan, prinsip dan sebagainya dalam memecahkan
persoalan tertentu (Syaiful Sagala, 2009: 157).
Analisis(analysis), aspek ini mengacu pada kemampuan megkaji atau
menguraikan sesuatu bahan atau keadaan ke dalam komponen-komponen
atau bagian-bagian yang lebih spesifik, serta mampu memahami hubungan
diantara yang satu dengan yang lain, sehingga struktur dan aturannya dapat
lebih dipahami (Syaiful Sagala, 2009).
Sintesis (synthesis), aspek ini mengacu pada pada kemampuan
memadukan berbagai konsep atau komponen, sehingga membentuk suatu
pola struktur atau bentuk baru (Syaiful Sagala, 2009). Sintesis menuntut
adanya kriteria untuk menemukan pola dan struktur organisasi yang
dimaksud. Aspek sintesis memerlukan tingkah laku yang kreatif.
Evaluasi (evaluation), mengacu pada kemampuan memberikan
pertimbangan atau penilaian terhadap gejala atau peristiwa berdasarkan
norma-norma atau patokan-patokan berdasarkan kriteria tertentu (Syaiful
Sagala, 2009).
b. Ranah afektif
Ranah afektif adalah sikap, perasaan, emosi dan karakteristik moral yang
merupakan aspek-aspek penting dalam perkembangan siswa (Oemar
Hamalik, 1995). Ranah afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah
laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar,
menghargai teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial.
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Bima

49

Volume 7 Nomor 2-Juli 2016

ISSN: 20864248

Dalam ranah afektif ada beberapa jenis kategori ranah afektif yang
dijadikan sebagaihasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat yang paling
sederhana ketingkat yang paling kompleks. Adapun jenis-jenis kategori
ranah afektif adalah penerimaan, partisipasi, menilai dan menentukan sikap,
organisasi, dan pembentukan pola hidup. Krathwohl & Bloom (Dimyati dan
Mudjiono, 2002) adalah sebagai berikut:
1. Penerimaan, mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesedian
memperhatikan hal tersebut. Misalnya mengakui adanya perbedaan
pendapat mengenai konsep penyelesaian soal-soal trigonometri sudut
rangkap.
2. Partisipasi, mencakup kerelaan, kesedian memperhatikan, dan
berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Misalnya, mematuhi aturan di
sekolah, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan seperti kegiatan osis dan
lain sebagainya.
3. Menilai dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai,
menghargai, mengakui, dan menentukan sikap. Misalnya, menerima
suatu pendapat ketika temannya menyelesaikan soal-soal trigonometri
sudut rangkap dengan menggunakan konsep yang salah.
4. Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai
sebagai pedoman dan pegangan hidup. Misalnya, menempatkan nilai
dalam suatu skala dalam suatu skala nilai dan dijadikan pedoman
bertindak.
5. Pembentukan pola hidup, mencakup kemampuan menghayati nilai dan
membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi. Misalnya,
kemampuan mempertimbangkan dan menunjukkan tindakan yang
disiplin.
6. Tingkat-tingkat pada aspek afektif ini tampak kurang jelas perbedaan
yang satu dengan yang lainnya dan kurang tampak pada siswa, lain
halnya pada matra kognitif. Tetapi ini bukan berarti tidak dapat diukur
dengan jelas atau secara rinci, sebab aspek efektif ini bisa
diidentifikasikan melalui pengamatan langsung terhadap sikap, perasaan,
dan karakteristik yang ada pada diri siswa/peserta didik.
c. Ranah psikomotor
Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan
bertindak setelah seseotang menerima pengalaman belajar tertentu. Tujuantujuan kemampuan psikomotorik adalah tujuan-tujuan yang banyak
berkenaan dengan aspek keterampilan motorik atau gerak dari peserta didik
atau siswa.
Simpson (Syaiful Sagala, 2009), membangi ranah psikomotorik dalam
tujuh kategori, yaitu
1. Persepsi, aspek ini mengacu pada penggunaan alat drior untuk
memperoleh kesadaran akan suatu objek atau gerakan dan
mengalihkannya kedalam kegiatan atau perbuatan.
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Bima

50

Volume 7 Nomor 2-Juli 2016

ISSN: 20864248

2. Kesiapan, mengacu pada kesiapan memberikan respons secara mental,
fisik, maupun perasaan untuk suatu kegiatan.
3. Respons terbimbing, mengacu pada pemberian respons perilaku,
gerakan-gerakan yang diperlihatkan dan didemonstrasikan sebelumnya.
4. Mekanisme, megacu pada keadaan dimana respons fisik yang dipelajari
telah menjadi kebiasaan.
5. Respons kompleks, mengacu pada pemberian respons atau penampilan
perilaku atau gerakan yang cukup rumit dengan terampil dan efesien.
6. Adaptasi, mengacu pada kemampuan menyesuaikan respons atau
perilaku gerakan dengan situasi yang baru.
7. Originasi, mengacu pada pada kemampuan menampilkan pola-pola
gerak-gerik yang baru, dalam arti menciptakan perilaku dan gerakan
yang baru dilakukan atas prakarsa atau inisatif sendiri.
Simpulan
Berdasarkan pada pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
Pendekatan Open-ended sangat baik untuk diterapkan dalam proses
pembelajaran. Hal tersebut karena didasarkan pada beberapa kelebihannya
antara lain: Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering
mengekspresikan idenya, Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam
memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan matematika secara
komprehensif, Siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat
merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri, Siswa secara intrinsik
termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan, Siswa memiliki
pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab
permasalahan.
Daftar Pustaka
Al-Jupri.2007.Open Ended Problems dalam Matematika. Tersedia di:
http://mathematicse.wordpress.com/2007/12/25/open-ended-problemsdalam-matematika (24 Desember 2016).
Slameto.2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruha. Edisi
Jakarta: Renika Cipta.
Sudjana, Nana & Ibrahim. 2004. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Irzani . 2009. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Mataram: media
grafindo ress.
Japar. 2009. JurnalPembelajaran Matematika dengan Pendekatan OpenEnded. Makasar: Balai Diklat Keagamaan Makassar. Tersedia di:
http://mathematicse.wordpress.com/2007/12/25/jurnal-pembelajaranmatematika-dengan-pendekatan-open-ended (14 Desember 2016).
Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruha. Edisi
Jakarta: Renika Cipta.
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Bima

51

Volume 7 Nomor 2-Juli 2016

ISSN: 20864248

Sardiman. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Syaiful Sagala.2007. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu
Memecahkan Probelematika Belajar dan Mengajar. Alfabeta: Bandung.
Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruha. Edisi
Jakarta: Renika Cipta.

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Bima

52

Dokumen yang terkait

Meningkatkan kemandirian siswa dalam belajar matematika melalui pendekatan open ended

3 25 150

Pengaruh Pendekatan Open Ended Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa (Penelitian Quasi Eksperimen di MTs Annajah Jakarta)

1 14 197

PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN OPEN-ENDED Peningkatan Kreativitas Siswa Pada Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Open-Ended(PTK di kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Sambi Tahun Ajaran 2015/2016)

0 2 13

PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN OPEN-ENDED Peningkatan Kreativitas Siswa Pada Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Open-Ended(PTK di kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Sambi Tahun Ajaran 2015/2016).

0 2 17

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN OPEN ENDED PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN OPEN ENDED (PTK Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII Semester Genap di SMP Muhammadiyah 8 Sur

0 2 16

PENGARUH PENDEKATAN OPEN-ENDED TERHADAP PENGARUH PENDEKATAN OPEN-ENDED TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA.

0 1 13

PENDAHULUAN PENGARUH PENDEKATAN OPEN-ENDED TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA.

0 1 8

EFEKTIVITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN OPEN- ENDED TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS SISWA PADA MATERI TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA.

0 0 8

Pembelajaran Open Ended

0 0 3

Pendekatan Open Ended dalam Pembelajaran

0 0 7