Stres pada Lansia dalam Melaksanakan Aktivitas sehari-hari di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan Chapter III VI

BAB III
KERANGKA PENELITIAN
3.1.

KerangkaKonseptual

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan
antarakonsepsatu terhadapkonsep

yanglainnya,atau antaravariabel

yangsatu

dengan variabel yanglain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2010).
Adapunkerangkakonseptualuntukpenelitian tingkat stress lansia yang mengalami
gangguan penglihatan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari dapat kita lihat
pada skema (3.1).

stres lansia dalam
melaksanakan aktifitas
sehari-hari:

- makan
- mandi
- berpakaian
- ambulasi
- BAB/BAK

- Stress
ringan
- Stress
sedang
- Stress
berat

3.1 Skema kerangka konsep

23

Universitas Sumatera Utara

24


3.2.

Defenisi operasional
Tabel 3.1 Defenisi Operasional

Variabel

Defenisi Operasional

Alat ukur

Hasil ukur

Skala

Tingkat

Tingkat stres pada lansia berarti


Kuesioner

stresringan

Ordin

stress

tinggi rendahnya tekanan yang

15-29

al

dirasakan atau
lansia
stresor

sebagai
berupa


dialami

oleh

stressedang

akibat

dari

30-44

perubahan-

perubahan baik fisik, mental,

stresberat
45-60


maupun sosial dalam kehidupan
yang

dialami

lansia

dan

ditunjukkan dengan berbagai
respon atau gejala dari stres.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.

Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif
yaitu rancangan penelitian yang bertujuan mengetahui Stres pada Lansia dalam
Melaksanakan Aktivitas sehari-hari di Graha Resident Senior Karya Kasih
Medan.
4.2.

Populasi dan Sampel

4.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yangtinggaldiGraha Resident
Senior Karya Kasih Medan. Jumlah populasi sebanyak 87 orang.
4.2.2. Sampel
Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini besarnya sampel menggunakan
rumus:

N

� = 1+N(d 2 )

Keterangan:

N:
besar populasi
n:

besar sampel

d:

tingkat kepercayaan yang diinginkan

Berdasarkan penghitungan sampel menggunakan rumus slovin dengan nilai
tingkat kesalahan yang dipilih sebesar 0,15 didapatkan jumlah sampel sebanyak
30 orang. Jumlah sampel peneliotian ini adalah 32 orang, hal ini dikarenakan
peneliti ingin menjaga ketersediaan responden dan meningkatkan akurasi hasil.
Penelitian ini menggunakan tehnik purposive sampling dan tehnik pengambilan

25

Universitas Sumatera Utara


26

sampel didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti
sendiri berdasarkan ciri, atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi
(Notoatmodjo, 2010).
Adapun kriteria sampel dalam jeni spenelitian ini yaitu ; Lanjut usia yang berusia
60 tahun keatas; Tidak mengalami gangguan pendengaran; Dapat berbahasa
Indonesia dengan baik; Bersedia menjadi responden penelitian; Dapat diajak
berkomunikasi.
4.3.

LokasidanWaktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan di Jl.
Mongonsidi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2017.
4.4.

Pertimbangan Etik


Proses pengumpulan data pada penelitian ini tetap mempertimbangkan prinsipprinsip etik dalam penelitian. Sebelum melakukan penlitian, peneliti menunjukkan
surat permohonan ke bagian pendidikan Fakultas Keperawatan USU untuk
mendapat persetujuan penelitian. Setelah mendapat persetujuan dari Komisi Etik
Penelitian Fakultas Keperawatan USU, peneliti memberikan surat izin
pengambilan data awal meliputi jumlah lansia di Graha Resident Senior Karya
Kasih Medan ke bagian informasi karya kasih tersebut. Selanjutnya, peneliti
menjelaskan kepada calon responden tujuan penelitian ini dan responden memiliki
hak untuk menerima atau menolak untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

27

Penelitian ini menyertakan sebuah lembar persetujuan (informed consent) yang
diberikan kepada calon responden, peneliti tidak memaksa dan menghormati hak
responden. Peneliti juga menjaga kerahasiaan indentitas lanisa (confidentially)
dengan cara tidak menuliskan nama lansia pada lembar pengumpulan data hanya
inisial nama lansia (anonimyti). Penelitian yang digunakan juga tidak
mengandung


unsur

bahaya

apalagi

sampai

mengancam

jiwa

lansia

(nonmalaficience)
4.5.

InstrumenPenelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah angket terstruktur dalam

bentuk kuisioner yang berisi data demografi dan kuisioner tingkat stres.
Kuisioner data demografi lansia terdiri dari inisial lansia, jenis kelamin, usia,
pendidikan, status dan lama di panti.
Kuisioner tingkat stres dibuat sendiri oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan
penelitian dan berpedoman pada landasan teori dari variabel penelitian. Pengisian
kuisioner diisi dengan cara memberi tanda checklist (√) pada salah satu pilihan
jawaban yang tersedia. Kuisioner ini terdiri dari 15 pernyataan dengan 4 pilihan
jawaban yang menggunakan alat ukur skala ordinal, dimana setiap pernyataan
diber iskor 1-4, yaitu1=Tidak ada atau tidak pernah, 2=kadang-kadang, 3=Sering,
4=sangat sesuai dengan pengalaman lansia. Jumlah total skor dapat dikategorikan
menjadiskor1 5-29 (stresringan), skor 30-44 (stress sedang), skor 44-60 (stress
berat).

Universitas Sumatera Utara

28

4.6.

Uji Validitas dan Reliabilitas

4.6.1. Uji validitas
Uji validitas dilakukan oleh dosen ahli pada bidangnya di Fakultas Keperawatan
USU yaitu Ibu Nunung Febriany S.Kep., Ns., MNS. Suatu instrumen yang valid
mempunyai validitas tinggi dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti
secara tepat. Uji validitas ini dilakukan dengan menggunakan Content Validity
yaitu mengukur sejauh mana kuisioner yang di buat mewakili semua aspek
sebagai kerangka konsep. CVI pada kuisioner ini sebesar 1. Sebuah alat ukur di
anggap valid jika CVI>0.86 (Polit &Beck 2012).
4.6.2. Uji Reliabilitas
Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana
hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama
(Notoatmodjo, 2012). Uji reabilitas penelitian ini menggunakan cronbach alpha
dengan nilai 0,759. Suatu instrumen dinyatakan reliable jika nilainya 0,7 dan di
atas 0,8 adalah baik (Polit&Beck 2012). Uji reabilitas dilakukan setelah
pengumpulan data pada 10 orang lansia lain yang memiliki karakteristik yang
sama dengan lansia di Graha Residence Senior Karya Kasih Medan yaitu di
Yayasan Guna Budi Bakti Martubung.

Universitas Sumatera Utara

29

4.7.

Pengumpulan data

Persiapan Pengumpulan data dilakukan melalui proses administrasi dengan cara
mendapatkan izin dari Institusi Fakultas Keperawatan USU. Setelah mendapatkan
izin penelitian, peneliti memberikan surat izin kepada Graha Resident Senior
Karya Kasih Medan. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan random sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada
suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri
atau sifat-sifat ppulasi yang sudah diketahui sebelumnya.
Setelah mendapat calon responden kemudian peneliti menjelaskan tujuan, manfaat
dan prosedur pelaksanaan penelitian. Calon responden merupakan lansia yang
bersedia menandatangani surat persetujuan (informed consent) untuk ikut serta
dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Peneliti mengambil data dari lansia
dengan memberikan kuisioner kepada lansia. Lansia juga di beri kesempatan
untuk bertanya kepada peneliti jika tidak memahami pernyataan dalam penelitian.
Setelah lansia selesai mengisi lembar kuisioner, peneliti memeriksa apakah
datanya sudah lengkap, jika belum agar segera dilengkapi. Kemudian data tersebut
dikumpulkan dan dianalisa.
4.8.

Analisa Data

Dalam suatu penelitian, pengolahan data merupakan salah satu langkah yang
penting (Notoatmodjo, 2012). Setelah data terkumpul, tahap pertama yang
dilakukan peneliti adalah penyuntingan dimana peneliti melakukan pengecekan
dan perbaikan kuisioner apakah datanya ada yang belum lengkap.

Universitas Sumatera Utara

30

Setelah melakukan penyuntingan, selanjutnya dilakukan pengkodean yakni
mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
Selanjutnya peneliti memasukkan data yakni jawaban-jawaban dari masingmasing reponden dalam bentuk kode ke dalam program atau software komputer.
Apabila semua data dari setiap responden telah selesai dimasukkan, perlu dicek
kembali untuk melihat kembali kemungkinan adanya kesalahan, ketidaklengkapan
dan sebagainya. Kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Data demografi
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menguraikan data hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat
stres lansia dalam melaksanakan aktifitas sehari. Penelitian ini akan menguraikan
tentang karakteristik data demografi lansia dan tingkat stres lansia. Data
demografi lansia meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status
perkawinan dan lama tinggal di panti. Tingkat stres lansia meliputi stres ringan,
stres sedang dan stres berat. Jumlah lansia dalam penelitian ini adalah 32 orang,
yakni lansia di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan yang dilaksanakan
pada bulan Mei sampai dengan Juni 2017.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini mencakup karakteristik demografi lansia dan tingkat stres
lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Data demografi
Karakteristik lansia dalam penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas lansia
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 18 lansia (56,2%), lansia berusia 60-74
tahun sebanyak 18 lansia (56,2%), status duda/janda sebanyak 12
lansia(37,5%), dan pendidikan terakhir SMA sebanyak 12 lansia (37,5%)
sedangkan lama tinggal di panti 1-3 tahun sebanyak 12 lansia (37,5%).

31

Universitas Sumatera Utara

32

Tabel5.1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik demografi lansia(n=32)
Karakteristik responden
Usia
60-74 tahun
75-90 tahun
>90 tahun
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Pendidikan
SD
SMP
SMA
S1
dan lain lain
Status
Menikah
Duda/janda
Tidak menikah
Lama di panti
< 6 bulan
6 bulan – 1 tahun
1 tahun – 3 tahun
>3 tahun
TingkatStres

Frekuensi (f)

Persentase (%)

18
11
3

56,2
34,4
9,4

18
14

56,2
43,8

6
9
12
2
3

18,8
28,1
37,5
6,2
9,4

9
12
11

28,1
37,5
34,4

9
4
12
7

28,1
12,5
37,5
21,9

Hasil analisa data mengenai distribusi tingkat stres lansia di Graha Resident
Senior Karya Kasih Medan dapat dilihat pada tabel tabel5.2 yang menunjukkan
bahwa tingkat stress lansia di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan berada
ditingkat ringan sebanyak 17 lansia (53,1%) dan berada pada tingkat stres sedang
sebanyak 15 lansia (46,9%). Data tersebut memperlihatkan bahwa lebih banyak
lansia yang mengalami stress ringan.

Universitas Sumatera Utara

Tabel5.2 Distribusi frekuensi dan persentase tingkat stres lansia(n=32)
Tingkat
Stres ringan
Stres sedang

Frekuensi (f)
17
15

Presentasi (%)
53,1
46,9

Distribusi frekuensi dan persentase lansia berdasarkan pernyataan tingkat stres
dapat dilihat pada tabel 5.3 di bawah ini.
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Lansia berdasarkan pernyataan
tingkat stres (n=32)
No
1

2

3
4
5

6
7
8
9
10
11
12
13

Tidak
pernah

Pernyataan

Jarang

f

% f

Saya tidak menyukai perubahan
yang terjadi pada tubuh saya
Saya merasa tidak berguna karena
tidak mampu lagi melakukan
banyak kegiatan seperti ketika
masih muda
Saya tidak kuat lagi untuk
melakukan suatu kegiatan
Saya merasa lemas seperti mau
pingsan
Saya merasa sedih karena tidak
dapat menikmati hal-hal yang saya
lakukan
Saya ingin buang air kecil dan
buang air besar secara terus
menerus
Saya tidak memperhatikan
penampilan diri saya
Nafsu makan saya berubah-ubah

13

40,6 15

46,9

12

37,5 15

13

40,6

22

68,8

Saya jarang melakukan kebersihan
diri
Saya sering merasakan gemetaran
pada tubuh saya
Saya berkeringat secara berlebihan
dalam melakukan setiap tindakan
Saya sangat mudah merasa lelah
Saya sering merasakan otot kaku
pada bagian leher, bahu dan
punggung bagian bawah

Sering
%

f

%

2

6,2

2

6,2

46,9

4

12,5

1

3,1

7

21,9

5

15,6

7

21,9

7

21,9

1

3,1

2

6,2

11

34,4 12

37,5

7

21,9

2

6,2

12

37,5

25,0 10

31,2

2

6,2

19

59,4 11

14

43,8

22

8

% f

Selalu

34,4

1

3,1

1

3,1

3

9,4

8

25,0

7

21,9

68,8

7

21,9

0

0

3

9,4

24

75,0

3

9,4

2

6,2

3

9,4

19

59,4

8

25,0

2

6,2

3

9,4

28,1 4

2,5

3

34,4

6,2

3

16

16

50,0

9

50,0 10

2

9,4

9,4

33

Universitas Sumatera Utara

34

14
15

Saya merasa keseimbangan tubuh
saya mengalami penurunan
Saya merasa anggota tubuh saya
mulai melemah

11

34,4 12

37,5

4

12,5

5

15,6

8

25,0 13

40,6

4

12,5

7

21,9

Pembahasan Penelitian
Stres merupakan pengalaman hidup yang pasti dialami oleh setiap orang. Pada
dasarnya, hanya ada tiga teori mendasar yang menjelaskan bagaimana stres itu
terjadi pada manusia, yaitu: stres model stimulus, stres model respons, dan stres
model transaksional. Ketiga teori tersebut menjelaskan apa yang dimaksud dengan
stres dan bagaimana sebenarnya stres itu terjadi pada individu. Stres dikatakan
sebagai stimulus ketika ada berbagai rangsangan-rangsangan yang menggangu
atau membahayakan. Stres dikatakan sebagai respons saat tubuh bereaksi terhadap
sumber-sumber stres. Stres dikatakan transaksional saat adanya proses
pengevaluasian dari sumber stres yang terjadi (LumbanGaol, 2016).
Stres tidak hanya berdampak buruk kepada manusia, tetapi stres bisa juga
berkontribusi secara positif. Akibat yang ditimbulkan stres terhadap seseorang
ditentukan bagaimana kemampuan dan sumber stres yang diterima. Oleh karena
itu, ketika jumlah sumber stres begitu banyak, dan kemampuan untuk berurusan
dengan stres sedikit, maka stres akan memberikan dampak negatif. Jenis stres
yang bersifat negatif ini adalah distress. Sebaliknya apabila sumber stres dalam
kapasitas yang cukup dan sebanding dengan kemampuan, maka stres akan
berdampak positif terhadap kesehatan dan kinerja seseorang. Jenis stres yang
bersifat baik ini adalah eustress. Dengan demikian, konsep stres dan tanda-tanda
yang ditimbulkan oleh stres adalah perlu dipahami secara baik. Hal tersebut

Universitas Sumatera Utara

bertujuan supaya terhindar dari dampak stres yang semakin buruk terhadap fisik
maupun psikologis (LumbanGaol, 2016).
Menurut para peneliti dan ahli psikologi, stres pada zaman modern ini lebih
disebabkan karena banyaknya perubahan yang harus dihadapi, menuntut adaptasi
dan penyesuaian yang pesat, tentunya tidak mudah untuk dicapai dan
dilaksanakan oleh semua orang sehingga tidak menutup kemungkinan
berkembang menjadi stres (Gunarsa, 2011). Begitu pula pada usia lanjut, tak
jarang dari lansia merasakan stres karena berbagai masalah dan peristiwa yang
muncul dalam kehidupan sehari-harinya. Salah satunya adalah masalah tempat
dimana mereka tinggal. Pada sebagian lansia memilih untuk tinggal bersama
keluarganya. Mereka merasa kuatir atau takut jika tinggal sendirian dan jika
terjadi hal-hal buruk yang akan menimpa dirinya, tak ada seorangpun yang akan
menolongnya (Syahnur, 2016).

Manusia dalam kehidupan senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain, untuk
dapat memenuhi kebutuhan baik secara fisik maupun psikis. Sejak lahir manusia
adalah makhluk penerima, ia pun tidak bisa mengetahui apa-apa, kecuali rasa
aman dan nyaman, kehangatan dan kemesraan sehingga berangsur-angsur
individu memahami isyarat ekspresi manusia yang ada di sekelilingnya.
Kehadiran orang lain ini akan mampu membawa dan meningkatkan rasa aman
bagi individu khususnya ketika menghadapi ketidakpastian dan ancaman dari luar
(Syahnur, 2016).

35

Universitas Sumatera Utara

36

Stres pada lansia adalah kondisi tidak seimbang, terjadi menyeluruh pada tubuh
yang tercipta bila orang yang bersangkutan melihat ketidaksepadanan antara
keadaan dan sistem sumber daya biologis, psikologis dan sosial, sehingga terjadi
penurunan kemampuan mempertahankan hidup yang akhirnya mengakibatkan
kematian. Usia lanjut mempengaruhi stres, hal ini dikarenakan pada lansia terjadi
penurunan kemampuan mempertahankan hidup, menyesuaikan diri terhadap
lingkungan, fungsi badan dan kejiwaan secara alami. Selain itu pada usia lanjut
kondisi tubuh tidak seimbang terjadi menyeluruh pada tubuh yang tercipta bila
orang yang bersangkutan melihat ketidaksamaan antara keadaan dan sistem
sumber daya psikologis, biologis dan sosial, dimana terjadi penurunan
kemampuan mempertahankan hidup (Kurniawan, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh mayoritas lansia di Graha Resident Karya
Kasih Medanmengalamistres ringan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari
sebanyak 17 orang(53,1%).Hal ini dapat dikarenakan adanya dukungan dari
lingkungan yang baik seperti keakraban sesama lansia lainnya serta dapat juga
dikarenakan pola koping individu yang sudah baik terkait penyesuaian diri.
Menurut penelitian Oktizulvia (2010) mereka yang memiliki konsep hidup
tradisional seperti dihormati dan dirawat dimasa tua, tapi pada kenyataannya
harus hidup di panti dalam sistem nilai yang berbeda dengan yang dianut misalnya
kurang di hormati, tidak dirawat oleh anak-anak serta tidak lagi tergantung secara
ekonomi pada keluarga. Keadaan ini dapat mempengaruhi psikologi dan

Universitas Sumatera Utara

kesejahteraan lanjut usia. Untuk memperoleh dukungan sosial para lansia juga
perlu berinteraksi dengan orang lain seperti membuat kontak sosial.
Hal ini juga sesuai dengan penelitian Hayati (2010), yang menunjukan bahwa
lansia akan lebih merasa senang dan bahagia dengan adanya aktivitas rutin seperti
rekreasi serta mempunyai hubungan sosial dengan kelompok seusianya, karena
hal tersebut dapat mengisi waktu luang mereka. Dukungan sosial dapat diartikan
sebagai bentuk tanda seseorang merasa dicintai, diperhatikan, dan dihagai melalui
komunikasi serta kontak sosial. Semakin tinggi frekuensi hubungan dan kontak
sosial, maka semakin panjang harapan hidup seseorang. Hasil studi menunjukkan
dukungan sosial bagi lansia sangat penting, karena dukungan sosial yang baik
telah terbukti menurunkan stres dan bertindak sebagai suatu pelindung bagi lansia.
Semakin tinggi dukungan sosial yang diterima oleh lansia yang tinggal di panti,
semakin rendah stres yang dialami oleh lansia.
Menurut Rasmun (2004), stres ringan adalah stres yang tidak merusak aspek
fisiologis dari seseorang. Stres ringan umumnya dirasakan oleh setiap orang
misalnya lupa, ketiduran, dikritik, dan kemacetan. Stres ringan biasanya hanya
terjadi dalam beberapa menit atau beberapa jam. Situasi ini tidak akan
menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus.
Menurut Stuart & Sundeen (2007) menyatakan bahwa pada tingkat stres ringan
sering terjadi pada kehidupan sehari-hari dan kondisi ini dapat membuat individu
menjadi waspada dan dapat mencegah berbagai kemungkinan yang akan terjadi.
Menurut Psychology Foundation of Australia (2010) stres ringan merupakan
stresor yang dihadapi yang dapat berlangsung beberapa menitatau jam.

37

Universitas Sumatera Utara

38

Stresor ini dapat menimbulkan gejala antara lain: kesulitan bernafas, bibir kering,
lemas, keringat berlebihan ketika temperatur tidak panas, takut tanpa ada alasan
yang jelas, merasa lega jika situasi berakhir. Tetapi apabila lansia memiliki
koping yang baik, maka gejala tersebut akan segera hilang dan stres yang di alami
lansia dapat di atasinya dengan baik. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan
pernyataan Holmes&Rahe (2002) yang menyatakan stres ringan masih dalam
batas normal lansia karena stres ringan merupakan stresor yang dihadapi setiap
orang secara teratur, bukan merupakan satu resiko signifikan untuk timbulnya
gejala penyakit tertentu. Namun demikian, stressor ringan tidak dapat diabaikan
karena dapat meningkatkan resiko penyakit.
Stres sedang ditandai dengan kewaspadaan, focus pada indera penglihatan dan
pendengaran, peningkatan ketegangan dalam batas toleransi, dan mampu
mengatasi situasi yang dapat mempengaruhi dirinya. Pada tingkat stres sedang
individu lebih memfokuskan hal penting saat ini dan mengesampingkan yang lain
sehingga mempersempit lahan persepsinya (Suzanne & Brenda, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan juga terdapat 15 lansia (46,9%) yang
mengalami stres sedang. Tingkat stres lansia dapat dipengaruhi lama lansia yang
tinggal di panti. Lansia yang tinggal di atas 3 tahun mengalami stres yang lebih
tinggi, sedangkan lansia yang tinggal di bawah 3 tahun di panti mengalami stres
yang lebih rendah. Lansia mengalami rasa bosan, kurangnya kegiatan yang bisa
dilakukan oleh lansia dan harus menjalani jadwal yang sama setiap minggunya
sehingga lansia yang tinggal lebih lama di panti mengalami stres lebih tinggi.

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian ini juga di dukung oleh pernyataan mayoritas lansia menyatakan
“selalu” (21,9%) pada pernyataan 3,8 dan 15 terkait lansia selalu merasa anggota
tubuhnya mulai melemah, nafsu makan mereka berubah-ubah dan mereka tidak
kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Maryam (2008) yang menyatakan lansia akan mengalami hal tersebut sebagai
dampak dari stres.
Menurut Wirawan (2012) stres dapat dilihat dengan gejala yang ditimbulkan.
Yang pertama gejala psikologis. Gejala psikologis adalah gejala stres yang
berkaitan dengan keadaan psikis dan mental seseorang. Gejala psikologis
meliputi: resah, sering merasa bingung, sulit berkonsentrasi, sulit mengambil
keputusan, perasaan kewalahan (exhausted), cemas, depresi, putus asa, mudah
marah, ketakutan, frustasi, mengangis tiba-tiba, phobia, rendah diri, merasa tak
berdaya, menarik diri dari pergaulan, dan menghindari kegiatan yang sebelumnya
disenangi, juga menjadi beberapa indicator seseorang sedang mengalami stres.
Berdasarkan gelaja psikologis lansia di Graha Resident Senior Karya mayoritas
adalah stres ringan 23 lansia (71,9%), hal ini menunjukkan lansia di tempat ini
memiliki psikologis yang baik karena tidak terdapat gejala psikologis yang buruk.
Lansia yang selalu menyikapi positif segala tekanan hidup akan kecil terkena
resiko stres. Semakin luas dan semakin tinggi harapan seseorang tentang hidup
(optimis), berdampak pada sikap yang bijaksana, menerima apa yang telah
diberikan Tuhan kepadanya, menunjukkan kasih sayang kepada sesama. Oleh
karena itu lansia mampu menentramkan hati dan menjernihkan pikiran sehingga
akan semakin jauh dari stress (Irsyad, 2012).

39

Universitas Sumatera Utara

40

Kedua, tingkah laku. Gejala tingkah laku berhubungan dengan memunculkannya
suatu perilaku baru sebagai upaya individu untuk mengurangi atau menghilangkan
kondisi stres yang dialaminya. Gejala perilaku yang muncul meliputi: berbicara
cepat sekali, menggoyang-goyangkan kaki, tics, gemetaran, berubah nafsu makan
(bertambah atau berkurang), mondar-mandir, gelisah, menggigit kuku jari,
mengerak-gerakkan anggota badan atau jari-jari, merokok, minum-minuman
keras, menangis, berteriak, mengumpat, bahkan melempar barang atau memukul.
Timbulnya kebiasaan menggaruk-garuk kepala, menggigit-gigit kuku, mengosokgosok tangan, dan gejala lainm erupakan wujud adanya ketegangan (Wirawan,
2012).
Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat stres lansia berdasarkan gejala tingkah
laku terdapat yang mengalami stres ringan sebanyak 23 lansia (71,9%) dan
selebihnya mengalami stres sedang sebanyak 9 lansia (28,1%). Tingkah laku yang
ditunjukkan lansia di Graha resident itu masih dalam batas normal.
Ketiga gejala fisik. Gejala fisik adalah gejala stres yang berkaitan dengan kondisi
dan fungsi fisik atau tubuh dari seseorang. Gejala stres yang bisa dideteksi secara
mudah menurut Wirawan (2012) yaitu: lelah, insomnia, nyer ikepala, berdebardebar, nyeri dada, napas pendek, gangguan lambung, mual, gemetar, ekstremitas
dingin, wajah terasa panas, berkeringat, sering flu, menstruasi terganggu, otot
kaku dan tegang terutama pada bagian leher, bahu, dan punggung bawah
pernafasan terganggu, sering ingin buang air kecil,sulit tidur dan seterusnya.

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat stres lansia berdasarkan gejala fisik
terdapat yang mengalami stres ringan sebanyak 21 lansia (65,5%) dan selebihnya
mengalami stres sedang sebanyak 11 lansia (34,4%). Penyebab fisik yang
mempengaruhi perubahan pada lansia meliputi perubahan penampilan, perubahan
bagian dalam tubuh, perubahan fungsi fisiologi, panca indra dan perubahan
seksual, menurunnya kekuatan dan tenaga yang terjadi karena bertambahnya usia,
menurunnya kekuatan otot, kekakuan dalam persendian, gemetar pada
tangan.Kondisi fisik yang sudah menurun ini membuat lansia memiliki
ketergantungan terhadap orang lain, dimana lansia merasa tidak bebas lagi
melakukan sesuatu pekerjaan. Sebagian besar perubahan fisik pada usia lanjut
terjadi kearah yang memburuk, proses dan kecepatannya sangat berbeda untuk
masing-masing individu. Lansia yang tidak beraktivitas atau bekerja sepanjang
hari cenderung memiliki tingkat kebosanan yang tinggi dan berpotensi juga
memiliki tingkat stres yang tinggi. Sedangkan mereka yang menyibukkan diri
dalam aktivitas maka tidak ada waktu untuk memikirkan hal-hal yang sebenarnya
tidak perlu menyita perhatian, karena sebenarnya terlalu banyak melamun,
Menyendiri, apati dan kelesuan juga juga dapat menimbulkan stres (Irsyad, 2012).
Menurut Depkes RI 2016 lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60
tahun ke atas. Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi karakteristik
responden berdasarkan usia menunjukkan bahwa, sebagian besar responden
merupakan lanjut usia (60-74 tahun) yaitu sebanyak 18 responden (56,2%). Umur
merupakan salah satu faktor penyebab stres.

41

Universitas Sumatera Utara

42

Semakin bertambahnya umur seseorang, maka akan semakin mudah mengalami
stres. Hal ini disebabkan karena beban dalam hidup yang lebih berat serta fungsi
fisiologis yang semakin mengalami kemunduran dalam berbagai kemampuan
seperti kemampuan visual, berpikir, mendengar, dan mengingat sesuatu.
Perbedaan usia ini akan menyebabkan tingkat stres yang berbeda pada lansia
(Kumolohadi 2001 dalam Priyoto 2016).
Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa, sebanyak 17 responden (56,2%)
berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 14 responden (43,8%) berjenis kelamin
perempuan. Jenis kelamin memiliki hubungan dengan stres. Laki-laki dan
perempuan melaporkan reaksi yang berbeda terhadap stres, baik secara mental
maupun fisik. Mereka juga memiliki cara yang berbeda dalam menangani stres itu
sendiri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia paling banyak menyelesaikan
pendidikan pada tingkat SMA sebanyak 12 lansia (37,5%). Menurut Kodim
(2004), pendidikan merupakan faktor yang paling sering dianalisis, karena dapat
menjadi pendekatan berbagai macam hal, seperti pola pikir, kepandaian, luasnya
pengetahuan dan kemajuan berpikir. Hal ini sejalan dengan pendapat
Notoatmodjo (2012) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang toleransi dan pengontrolonya terhadap stressor akan semakin baik.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil penelitian status pernikahan mayoritas lansia sudah berpisah
dengan pasangan masing-masing (duda/janda) sebanyak 12 lansia (37,5%). Stres
yang tinggi terjadi apabila hidup sendiri dibandingkan dengan yang mempunyai
pasangan hidup karena peran dan tanggung jawab akan biasa dijadikan sebagai
beban yang harus di tanggung bersama (Siswanto, 2007).
Hasil penelitian menunjukkan lama di panti mayoritas lansia yang tinggal di panti
selama 1-3 tahun sebanyak 12 lansia (37,5%). Lansia merasakan perbedaan yang
terjadi selama mereka tinggal dipanti dengan keadaan mereka sebelumnya.
Santrock (2004) mengemukakan bahwa lansia yang berhubungan dekat dengan
keluargannya mempunyai kecenderungan lebih sedikit untuk stres di banding
lansia yang berhubungan jauh dengan keluargannya, oleh karena itu lansia yang
berada di lingkungan keluarga atau tinggal bersama keluarga akan membuat lansia
merasa sejahtera. Selain lama di panti, aktivitas lansia juga mempengaruhi stres
lansia. Aktivitas lansia yang semula bekerja dan sekarang sebagai pengangguran,
terlebih ketika mereka mulai mengalami kemunduran fisik yang dirasakan sebagai
beban seperti penglihatan yang mulai menurun, dan penyakit yang diderita. Ketika
kemunduran fisik lansia menyebabkan lansia berada dipanti membuat lansia
merasakan perasaan yang amat berat dan terkadang mereka menyesalkan kondisi
saat ini, sehingga mereka menjadi stres karena merasa sudah tidak dapat berbuat
apa-apalagi (Budi, 2013).

43

Universitas Sumatera Utara

44

Lansia yang dulu terbiasa bekerja dan memiliki penghasilan sekarang hanya
berdiam diri di panti dan tidak memiliki penghasilan lain kecuali uang yang
diperoleh dari panti. Kesediaan mereka mengikuti kegiatan di panti disebabkan
karena keharusan bukan karena ingin. Perubahan dalam aktivitas sehari-hari dapat
berkaitan pula dengan keberadaan keluarga bagi mereka, dimana perubahan dalam
perkumpulan keluarga merupakan penyebab stres pula bagi mereka (Budi, 2013).
Menurut Kozieretall(2010) menjelaskanbahwastres

juga dipengaruhi dengan

tahap perkembangan dimanamasa lansiamemilikistresor yang berhubungan
dengan menurunnya kemampuan dan kesehatan fisik, perubahan tempat tinggal,
penyesuaian diri dengan masa pension dan penurunan pendapatan, penyesuaian
diri dengan kematian pasangan, anak dan teman. Hal yang sama dikemukakan
oleh

Nugroho

(2008)

mengatakan

bahwa stres yang terjadi pada lansia

berhubungan dengan kematian pasangan, status sosial, ekonomi,

penyakit,

isolasi sosial dan spiritual, perubahan kedudukan, pensiun serta menurunnya
kondisi fisik dan mental juga dapat mengakibatkan stress pada lansia.

Universitas Sumatera Utara

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah dilakukan di Graha Resident Senior Karya Kasih
Medan pada bulan Mei-Juni 2017 menunjukkan bahwa, mayoritas responden
berjenis kelamin laki-laki 18 lansia (56,2%), berusia 60-74 tahun 18 lansia
(56,2%), status duda/janda 12 lansia (37,5%), berpendidikan SMA 12 lansia
(37,5%) sedangkan lama tinggal di panti 1-3 tahun 12 lansia (37,5%). Hasil
penelitian tingkat stress lansia di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan
berada di tingkat ringan.
Saran
a. Bagi Pendidikan Keperawatan
Mengajarkan perawat kebutuhan aktivitas sehari-hari lansia dalam melaksanakan
aktivitas sehari-hari secara mandiri.
b. Bagi Tempat Penelitian
Untuk dapat meningkatkan asuhan keperawatan dan pendidikan kesehatan kepada
para lansia. Sehingga informasi yang diberikan dapat menambah pengetahuan
serta wawasan lansia dalam mempertahankan kesehatannya dan diharapkan panti
tersebut untuk menambah kegiatan dan memodifikasi kegiatan yang dilakukan.
Bagi Penelitian Selanjutnya
Untuk dapat mencari hubungan tingkat stres lansia dengan kemampuan aktivitas
sehari-harinya serta mencari faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat stres dan
kemampuan aktivitas sehari-hari lansia.

45

Universitas Sumatera Utara