Stres pada Lansia dalam Melaksanakan Aktivitas sehari-hari di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lanjut Usia
2.1.1. Definisi Lanjut Usia
Lanjutusia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis,
fisik, kejiwaan, dan sosial. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran,
misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin
memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho,
2008).
2.1.2. Batasan Umur Lanjut Usia
Berikutini adalah batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur lansia dari
pendapat berbagai ahli yang dikutip dari Efendi (2009) adalah sebagai berikut:
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 menyatakan bahwa lanjut usia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas.
World Health Organization (WHO) menyatakan usia lanjut dibagi menjadi empat
kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut usia
(elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua
(very old) ialah di atas 90 tahun.
Masdani (Psikolog UI) menyatakan terdapat empat fase yaitu : pertama (fase
inventus)


ialah

25-40

tahun,

kedua

(fase

virilities)

ialah

6

Universitas Sumatera Utara

7


40-55 tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium)
ialah 65 hingga tutup usia.
Setyonegoro menyatakan masa lanjut usia (geriatric age): > 65 tahun atau 70
tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi menjadi tiga batasan
umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old ( >80 tahun).
2.1.3. Menuadan Teori-teori menua
Menua adalah proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan
fungsinormalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Darmojo & Martono 2006).
Ada2 teoripenuaan menurut Darmojo & Martono 2006 yaitu, teori biologi, teori
psikososial.
Teori Biologis
Teori biologis terdiri 6 bagian yaitu teori genetic dan mutasi, teori
imunologis, teori stres, teori radikal bebas, teori rantai silang, teori menua akibat
metabolisme. Teori genetic menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara
genetik untuk spesies tertentu. Sebagai contoh mutasi sel kelamin sehingga terjadi
penurunan kemampuan fungsional sel (Darmojo & Martono 2006).
Teori imunologis menua merupakan suatu alternatif yang diajukanoleh Walford

1965 yang menyatakan respon imun yang tidak terdiferensiasi meningkat seiring
dengan usia. Hal ini mendasari peningkatan penyakit auto-imun pada lanjut usia.
Teori stres menyatakan bahwa menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang
biasanya digunakan oleh tubuh. Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan

Universitas Sumatera Utara

8

di dalam tubuh karena adanya proses metabolisme. Radikal bebas menyebabkan
sel tidak dapat beregenerasi (Darmojo & Martono 2006).
Teori Rantai Silang teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak,
protein, kerbohidrat, dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat
kimia dan radiasi, yang mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan
pada membrane plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku,
kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua. Telah dibuktikan dalam
percobaan hewan, bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bias menghambat
pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori
yang menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur (Darmojo & Martono
2006).

Teori Psikososial
Teori psikososial terdiri dari 5 teori yaitu teori penarikan diri/pelepasan,
teoriaktivitas,

teori

interaksi

sosial,

teori

kepribadian

berlanjut,

Teori

perkembangan (Darmojo & Martono 2006).
Teori Penarikan Diri/Pelepasan, menurut teori ini seorang lansia dinyatakan

mengalami proses penuaan yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan
terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi serta mempersiapkan
diri dalam menghadapi kematian. Teori Aktivitas, teori ini menyatakan bahwa
lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam
kegiatan social (Darmojo & Martono 2006).
Teori Interaksi Sosial mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk
terus menjalin interaksi social merupakan kunci untuk mempertahankan status

iv
Universitas Sumatera Utara

9

sosialnya atas dasar kemampuannya bersosialisasi. Teori Kepribadian Berlanjut,
teori ini mengemukakan ada kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia.
Pengalaman seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia
menjadi lansia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku, dan harapan
seseorang ternyata tidak berubah walaupun ia telah lanjut usia. Teori
perkembangan menjelaskan


bagaimana proses menjadi tua merupakan suatu

tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap bagaimana jawaban lansia
terhadap berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif maupun negative
(Darmojo & Martono 2006).
2.1.4. Perubahan-Perubahanyang Terjadi pada Lanjut Usia
Fatimah (2010)

menyatakan perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

meliputi perubahan fisik dan psikososial.

Perubahan fisik pada lansia yang

meliputi perubahan sel, perubahan kardiovaskular, perubahan sistem pernafasan,
perubahan integument, perubahan sistem reproduksi, perubahan genitourinaria,
perubahan gastrointestinal, perubahan musculoskeletal, perubahan system
persarafan, perubahan sensorik. Dan yang kedua perubahan Psikososial, dimana
lansia yang sehat secara psikososial dapat dilihat dari kemampuannya beradaptasi
terhadap


kehilangan

fisik,

sosial,

dan

emosional

serta mencapai

kebahagiaan, kedamaian, dan kepuasan hidup. Ketakutan menjadi tua dan tidak
mampu produktif lagi memunculkan gambaran negatif tentang proses menua.
2.1.5.Aktivitas Hidup Sehari-hari pada lansia
1.

Pengertian Kemampuan Aktifitas Aktivitas sehari-hari
Merupakan semua kegiatan yang dilakukan oleh lanjut usia setiap hari.


Universitas Sumatera Utara

10

Aktivitas ini dilakukan tidak melalui upaya atau usaha keras. Aktifitas tersebut
dapat berupa mandi, berpakaian, makan, atau melakukan mobilisasi (Luekenotte,
2000). Seiring dengan proses penuaan maka terjadi berbagai kemunduruan
kemampuan dalam beraktifitas karena adanya kemunduran kemampuan fisik,
penglihatan

dan

pendengaran

sehingga

terkadang

seorang


lanjut

usia

membutuhkan alat bantu untuk mempermudah dalam melakukan berbagai
aktivitas seharihari tersebut (Stanley, 2006). Aktifitas dasar sehari-hari bagi anjut
usia sebenarnya meliputi tugastugas perawatan pribadi setiap harinya yang
berkaitan dengan kebersihan diri, nutrisi dan aktivitas-aktivitas lain yang terbatas.
Agar tetap dapat menjaga kebugaran dan dapat melakukan aktivitas dasar maka
lanjut usia perlu melakukan latihan fisik seperti olah raga. Latihan aktifitas fisik
sangat penting bagi orang lanjut tua untuk menjaga kesehatan, mempertahankan
kemampuan untuk melakukan ADL, dan meningkatkan kualitas kehidupan
(Luekenotte, 2000).
Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) adalah aktivitas yang biasanya dilakukan
sepanjang hari normal dan aktivitas tersebut mencakup, ambulasi makan
berpakaian, mandi, berhias. Kondisi yang membutuhkan bantuan dalam AKS
dapat bersifat akut, kronis, temporer, permanen atau rehabilitatif. Dalam kasus
bantuan sementara dalam AKS,


klien membutuhkan bantuan selama periode

(Perry &Potter, 2008).
Manusia yang telah terbiasa mandiri selama rentang bertahun-tahun akan terus
berusaha mempertahankan kemandirian itu dalam beraktivitas sehari-haris elama
mungkin (Putri, 2011). Dalam rentang waktu lebih dari satu tahun dapat

iv
Universitas Sumatera Utara

11

memungkinkan lansia untuk beradaptasi sehingga lansia tersebut dapat
mengoptimalkan kemandiriannya (Pratikwo, 2006).
Darmojo (2006) menyatakan ADL (activity daily living) dibagi 3 jenis yaitu;
Aktivitas hidup sehari-hari dasar, aktivitas ini hanya memerlukan kemampuan
tubuh untuk berfungsi sederhana, misalnya bangun dari tempat tidur, berpakaian,
kekamar mandi/WC; Aktivasi hidup sehari-hari instrumental selain memerlukan
kemampuan otot, susunan syaraf yang lebih rumitj uga kemampuan berbagai
organ, kemampuan dasar, juga memerlukan berbagai organ kognitif lain;

Kemampuan mental dan kognitif, terutama menyangkut fungsii ntelek, memori
lama dan memori tentang hal-hal yang baru saja terjadi.
Jenis-jenis Aktifitas Sehari-hari pada Lansia
Potter & Perry, 2008 menyebutkan jenis-jenis aktifitas sehari-hari pada
lansia terbagi menjadi 6 bagian, yaitu:
Mandi (spon, pancuran, atau bak)
Tidak menerima bantuan (masuk dan keluar bak mandi sendiri jika mandi dengan
menjadi kebiasaan), menerima bantuan untuk mandi 13 hanya satu bagian tubuh
(seperti punggung atau kaki), menerima bantuan mandi lebih dari satu bagian
tubuh (atau tidak dimandikan).
Berpakaian
Mengambil baju dan memakai baju dengan lengkap tanpa bantuan, mengambil
baju dan memakai baju dengan lengkap tanpa bantuan kecuali mengikat sepatu,
menerima bantuan dalam memakai baju, atau membiarkan sebagian tetap tidak
berpakaian.

Universitas Sumatera Utara

12

Ke kamar kecil
Pergi kekamar kecil membersihkan diri, dan merapikan baju tanpa bantuan dapat
mengunakan objek untuk menyokong seperti tongkat, walker, atau kursi roda, dan
dapat mengatur bedpan malam hari atau bedpan pengosongan pada pagi hari,
menerima bantuan ke kamar kecil membersihkan diri, atau dalam merapikan
pakaian setelah eliminasi, atau mengunakan bedpan atau pispot pada malam hari,
tidak ke kamar kecil untuk proses eliminasi.
Berpindah
Berpindah ke dan dari tempat tidur seperti berpindah ke dan dari kursi tanpa
bantuan (mungkin mengunakan alat/objek untuk mendukung seperti tempat atau
alat bantu jalan), berpindah ke dan dari tempat tidur atau kursi dengan bantuan,
bergerak naik atau turun dari tempat tidur.
Kontinen
Mengontrol perkemihan dan defekasi dengan komplit oleh diri sendiri, kadangkadang mengalami ketidak mampuan untuk mengontrol perkemihan dan defekasi,
pengawasan membantu mempertahankan kontrol urin atau defekasi, kateter
digunakan atau kontinensia.
Makan
Makan sendiri tanpa bantuan, makan sendiri kecuali mendapatkan bantuan dalam
mengambil makanan sendiri, menerima bantuan dalam makan sebagian atau
sepenuhnya dengan menggunakan selang atau cairan intravena

iv
Universitas Sumatera Utara

13

2.2. Stres
2.2.1. Definisi stres
Stres adalah respons tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh
yang

terganggu, suatu fenomena universal yang

terjadi dalam kehidupan

sehari-hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stress member
dampak secara total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologis, intelektual,
social dan spiritual,stress dapat mengancam keseimbangan fisiologis. Stres emosi
dapat menimbulkan perasaan negatif terhadap diri sendiri dan orang lain. Stres
intelektual akan mengganggu persepsi dan kemampuan seseorang

dalam

menyelesaikan masalah, stres social akan mengganggu hubungan individu
terhadap kehidupan (Smet, 1994).
Deskripsi tentang stress awalnya dikemukakan oleh Canon melalui penelitiannya
tentang respon fight-or-flight. Canon berpendapat bahwa ketika organisme
merasakan adanya suatu ancaman, maka secaracepattubuhakanterangsang dan
termotivasimelaluisistemsaraf simpatetikdan endokrin. Respon fisiologis ini
mendorong organisme untuk menyerang atau melarikan diri (Smet, 1994).
Potter & Perry (2008) menyatakan persepsi atau pengalaman individu terhadap
perubahan besar menimbulkan stres. Stimuli yang mengawali mencetuskan
perubahan disebut stresor. Stresor menunjukkan suatu kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan kebutuhan tersebut bias saja kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial,
lingkungan, perkembangan, spiritual, atau kebutuhan kultural. Stresor secara
umum dapat diklasifikasikan sebagai internal atau eksternal. Stresor internal
berasal dari dalam diri seseorang ( misalnya demam, kondisi seperti kehamilan

Universitas Sumatera Utara

14

atau menopause, atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah). Stresor eksternal
berasal dari luar diri seseorang (mis. perubahan bermakna dalam suhu lingkungan,
perubahan dalam peran keluarga atau sosial, atau tekanan dari pasangan).
Lazarus & Folkman(1986) menyatakan stres adalah sebagai suatu hubungan yang
khas antar individu dan lingkungan yang dinilai oleh individu tersebut sebagai
suatu hal yang mengancam atau melampaui kemampuannya untuk mengatasinya
sehingga membahayakan kesejahteraannya. Maramis (1999) mengatakan stress
adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri, oleh karena itu stress dapat
mengganggu keseimbangan.
2.2.2.Gejala-gejala stres
Gejala stres yang bisa dideteksi secara mudah menurut Wirawan (2012)
yaitu: gejala fisik, gejala fisik yang muncul akibat stres adalah lelah, insomnia,
nyeri kepala, berdebar-debar, nyeri dada, napas pendek, gangguan lambung,
mual, gemetar, ekstremitas dingin, wajah terasa panas, berkeringat, sering flu,
menstruasi terganggu, otot kakudan tegang terutama pada bagian leher, bahu, dan
punggung bawah pernafasan terganggu, sering ingin buang air kecil,sulit tidur dan
seterusnya.
Gejala psikologis, gejala psikologis meliputi: resah, sering merasa bingung, sulit
berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan,

tidak

enak perasaan kewalahan

(exhausted), cemas, depresi, putus asa, mudah marah, ketakutan, frustasi,
mengangis tiba-tiba, phobia, rendah diri, merasa tak berdaya, menarik diri dari
pergaulan, dan menghindari kegiatan yang sebelumnya disenangi, juga menjadi
beberapa indicator seseorang sedang mengalami stress (Wirawan, 2012).

iv
Universitas Sumatera Utara

15

Tingkah laku, gejala perilaku yang muncul meliputi: berbicara cepat sekali,
menggoyang-goyangkan kaki, tics, gemetaran, berubah nafsu makan (bertambah
atau berkurang), mondar-mandir, gelisah, menggigit kuku jari, mengerak-gerakkan
anggotabadanatau jari-jari, merokok, minum-minuman keras, menangis, berteriak,
mengumpat, bahkan melempar barang atau memukul. Timbulnya kebiasaan
menggaruk-garuk kepala, menggigit-gigitkuku, mengosok-gosok tangan,dangejala
lainmerupakan wujud adanya ketegangan (Wirawan, 2012).
2.2.3.Jenis stresor
Hawari (2011) menyatakan ada 3 jenis stressor antara lain: Stresor biologis yaitu
panas, dingin, nyeri, masuknya organism, trauma fisik, kesulitan eliminasi,
kekurangan makan, dan lain-lain; Stresor psikologis yaitu kritik yang tidak dapat
dibenarkan, kehilangan, ketakutan, krisis situasi, dan lain sebagainya; Stresor
social dimana stresor social meliputi isolasi atau diasingkan, status sosial dan
ekonomi, perubahan tempat tinggal atau tempat kerja, bertambahnya anggota
keluarga, dan lain sebagainya.
2.2.4.

Jenis Stres

Nasir & Muhith (2011) menyatakan bahwa stres terbagi dua jenis stres, yaitu baik
dan buruk. Stres yang baik atau eustres adalah sesuatu yang positif. Stres
dikatakan berdampak baik apabila seseorang mencoba untuk memenuhi tuntutan
untuk menjadikan orang lain maupun dirinya sendiri mendapatkan sesuatu yang
baik dan berharga. Stres yang buruk atau distress adalah stress yang bersifat
negatif. Distres terjadi apabila suatu stimulus diartikan sebagai sesuatu yang
merugikan dirinya sendiri dalam hal kenikmatan saja dan biasanya terjadi pada

Universitas Sumatera Utara

16

saat itu juga, dimana sebuah stimulus dianggap

mencoba untuk menyerang

dirinya. Selye (1982) menyebutkan bahwa distres adalah tubuh jika dihadapkan
pada tuntutan yang berlebihan, sedangkan menurut Hawari (2001), distress
dimaknai sebagai sebuah reaksi tubuh yang menyebabkan fungsi organ tubuh
tersebut sampai terganggu.
2.2.5.Tingkat Stres
Stres dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu stres ringan, stress sedang, dan stress berat.
Stres ringan
Stres biasanya tidak merusak aspek fisiologis, stress ringan umumnya
dirasakan oleh setiap orang misalnya, lupa, ketiduran, kemacetan, dan dikritik
(Rasmun, 2004). Pada fase ini seseorang mengalami peningkatan kesadaran dan
lapang persepsinya (Suzanne & Brenda, 2008).

Stres sedang
Stres sedang terjadi lebih lama beberapa jam sampai beberapa hari,
contohnya kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebih,
mengharapkan pekerjaan baru, anggota keluarga pergi dalam waktu yang
lama, situasi seperti ini dapat bermakna bagi individu yang mempunyai faktor
predisposisi suatu penyakit koroner (Rasmun, 2004). Fase ini ditandai dengan
kewaspadaan, focus pada indera penglihatan dan pendengaran, peningkatan
ketegangan dalam batas toleransi, dan mampu mengatasi situasi yang dapat
mempengaruhi dirinya (Suzanne & Brenda, 2008).

iv
Universitas Sumatera Utara

17

Stres berat
Stres berat adalah streskronis yang terjadi beberapa minggu sampai
beberapa tahun, misalnya hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan
financial dan penyakit fisik yang lama (Rasmun, 2004) Stres skronis yang terjadi
beberapa minggu sampai tahun. Semakins erring dan lama situasi stress, semakin
tinggi resiko kesehatan yang ditimbulkan (Wiebe & Williams,

1992 dalam

Potter &Perry, 2005).
2.2.6.Tahapan Stres
Amberg (1979 dalam Hawari, 2011) sebagaimana dikemukakan oleh Hawari
(2011) bahwa tahapan stre sadalahs ebagaiberikut:
Stres tahap pertama
Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stress yang disertai perasaan
nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa
memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.
Stres tahap kedua
Stres tahap kedua yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi
tidak segar atau letih, cepat lelah pada saat menjelang sore, mudah lelah sesudah
makan, tidak dapat rileks, lambung dan perut tidak nyaman, jantung berdebar, otot
tengkuk dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak
memadat.
Stres tahap ketiga
Stress tahap ketiga yaitu tahapan stress dengan keluhan seperti defekasi
tidak teratur, otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan susah

Universitas Sumatera Utara

18

tertidur lagi, bangun terlalu pagi dan sulit tidur lagi, koordinasi tubuh terganggu,
dan akan jatuh pingsan.
Stres tahap keempat
Stres tahap keempat yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti tidak mampu
bekerja sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respon
tidak ade kuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak
ajakan, konsenterasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan
kecemasan.
Stres tahap kelima
Stres tahap kelima yaitu tahapan stress yang ditandai dengan kelelahan
fisik dan mental, ketidak mampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan
ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung
dan panic.
Strestahap keenam
Stres tahap keenam (paling berat),yaitu tahapan stress dengan tandatanda, seperti jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin dan
banyak keringat, lemah, serta pingsan.
2.2.7. Sumber-Sumber Stres dalam kehidupan
Sumber stress dapat berubah-ubah, sejalan dengan perkembangan manusia tetapi
kondisi stres juga dapat terjadidi setiap saat sepanjang

kehidupan. Stresor

merupakan semua faktor yang mempengaruhi timbulnya stress yang mengganggu
keseimbangan dalam tubuh (Smet, 1994).

iv
Universitas Sumatera Utara

19

Dari dalamd iri
Stres juga akan muncul dalam diri seseorang melalui penilaian dari kekuatan
motivasional yang melawan bila seseorang mengalami konflik. Konflik
merupakan sumber utama stres.
Didalam keluarga
Stres dapat bersumber dari interaksi diantara para anggota keluarga seperti
perselisihan dalam masalah keuangan, kehadiran anggota keluarga baru. Smet
1994 dalam Hawari 2011 menemukan ada beberapa stressor dalam keluarga, yaitu
perselisihan dalam masalah keuangan, perasaan saling acuh tak acuh, perbedaan
yang tajam dalam menentukan tujuan, kebisingan karena suara radio, televisi
atau tape yang dinyalakan dengan suara keras sekali, keluarga yang tinggal di
lingkungan yang terlalu sesak, dan kehadiran adik baru. Stresor lain dalam
keluarga adalah kehilangan anak yang disayangi akibat bencana alam, kesakitan
atau kecelakaan, kematian suami atau istri.
Hawari (2011) menemukan ada enam stresor dalam stress keluarga, yaitu
perekonomian keluarga menjadi bangkrut, anak mengalami cacat fisik atau mental
sehingga harus dirawat dirumah sakit, remaja yang sulit dididik sehingga harus
dibawa kepsikiater, anak yang mengalami penyempitan otot, ketidak suburan
pasangan suami dan istri, perubahan peran dalam rumah tangga.
Didalam komunitas
Interaksi subjek di luar lingkungan keluarga melengkapi sumber-sumber stres,
misalnya pengalaman stress anak di sekolah. Sedangkan beberapa pengalaman
stres orangtua bersumber dari lingkungan kerjanya. Faktor lingkungan yang lain

Universitas Sumatera Utara

20

adalah lingkungan fisikseperti kebisingan dan suhu.
2.2.8.Tingkat Stres pada Lanjut Usia (Lansia)
Pada waktu seseorang memasuki masa usia lanjut, terjadi berbagai perubahan baik
yang bersifat fisik, mental, maupun sosial. Jadi, memasuki usia lanjut tidak laina
dalah upaya penyesuaian terhadap perubahan-perubahan tersebut. Sebagai proses
alamiah, perkembangan manusia sejak periode awal hingga masa usia lanjut
merupakan kenyataan yang tidak bisa dihindari. Perubahan-perubahan menyertai
proses perkembangan termasuk ketikamemasuki masausia lanjut. Ketidaksiapan
dan upaya melawan perubahan- perubahan yang dialami pada masa usia lanjut
justru akan menempatkan individu usia ini pada posisi serba kalah yang akhirnya
hanya menjadi sumber akumulasi stress dan frustasi belaka (Indriana, 2008).
Pada akhirnya,stress pada lansia dapat didefinisikan

sebagai tekanan yang

diakibatkan oleh stressor berupa perubahan- perubahan yang menuntut adanya
penyesuaian dari lansia. Tingkat stres pada lansia berarti pula tinggi rendahnya
tekanan yang dirasakan atau dialami oleh lansia sebagai akibat dari stresor berupa
perubahan-perubahan baik fisik, mental ,maupun social dalam kehidupan yang
dialami lansia (Indriana, 2008).
Adapun perubahan fisik yang

menjadi indikator penentu dalam tingkat stres

individu, dalam hal ini lansia antara lain: panas, dingin, nyeri, masuknya
organisme, trauma fisik, kesulitan eliminasi, dan kekurangan makan. Perubahan
mental atau psikologis yang menjadi indicator antara lain: kritik yang tidak dapat
dibenarkan, kehilangan, ketakutan, serta krisis situasi. Dan perubahan sosial
sebagai stresor dan penentu tingkat stress pada lansia antara lain: isolasi atau

iv
Universitas Sumatera Utara

21

diasingkan, status sosial dan ekonomi, perubahan tempat tinggal atau tempat kerja,
dan bertambahnya anggota keluarga (Indriana, 2008).
2.2.9.Penentuan tahap stress
Tingkat stres adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya stres yang dialami
seseorang. Tingkatan stres ini bisa diukur dengan banyak skala. Antaranya adalah
dengan menggunakan Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42) atau lebih
diringkaskan sebagai Depression Anxiety Stres Scale 21 (DASS 21) oleh
Lovibond & Lovibond (1995). Psychometric Properties of The Depression
Anxiety Stres Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item dan Depression Anxiety Stres
Scale 21 terdiri dari 21 item. DASS adalah seperangkat skala subjektif yang
dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari depresi, kecemasan dan
stres. DASS 42 dibentuk tidak hanya untuk mengukur secara konvensional
mengenai status emosional, tetapi untuk proses yang lebih lanjut untuk
pemahaman, pengertian, dan pengukuran yang berlaku di manapun dari status
emosional, secara signifikan biasanya digambarkan sebagai stres. DASS dapat
digunakan baik itu oleh kelompok atau individu untuk tujuan penelitian (Lovibond
& Lovibond, 1995).
Tingkatan stres pada instrumen ini berupa normal, ringan, sedang, berat, sangat
berat. Psychometric Properties of The Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS)
terdiri dari 42 item, mencakup 3 sub variabel, yaitu fisik, emosi/psikologis, dan
perilaku. Jumlah skor dari pernyataan item tersebut, memiliki makna 0-29
(normal); 30-59 (ringan); 60-89 (sedang); 90-119 (berat); >120 (Sangat berat)
(Lovibond & Lovibond, 1995). Selain itu, ada juga skala-skala lain yang bisa

Universitas Sumatera Utara

22

digunakan seperti Perceived Stres Scale(PSS) atau Profile Mood States(POMS).
Alat-alat ini digunakan sebagai instrument untuk mendeteksi stres dan tahap stres
dan bukannya sebagai alat untuk mendiagnosa (Cohen, 1983).

iv
Universitas Sumatera Utara