Mekanisme Koping Lansia dalam Menghadapi Stres di Graha Residen Senior Karya Kasih Medan Chapter III VI

BAB III
KERANGKA PENELITIAN
3.1.

Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

bagaimana mekanisme koping lansia di Graha Resident Senior Karya Kasih
Medan.Kerangka konseptual penelitian ini menjelaskan bagaimana mekanisme
koping lansia yang muncul karena stres yang dialami dengan berbagai
stresor.Variabel yang diteliti yaitu koping lansia, yang terdiri dari koping yang
adaptif dan maladaptif.
Adapun kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut:
Mekanisme Koping Lansia:

Stresor pada lansia:
-

-

-


Individu
(penurunan fungsi
fisik)
Keluarga
(kehilangan atau
dtinggal anggota
keluarga/ pasangan
hidup)
Komunitas/lingkun
gan (kehilangan
pekerjaan)

-Berfokus pada masalah:

Stres

active coping, planning,
using instrumental support,
self distraction, behavioral

disengagement
- Berfokus pada emosi:
religion, positive refarming,
acceptance, humor,using
emotional support, denial,
venting, substance use, self
blame

Keterangan :
Negatif

= area yang diteliti

Positif

= area yang tidak diteliti
Skema 1: Mekanisme Koping Lansia

35
Universitas Sumatera Utara


36

3.2.

Definisi Operasional
Untuk lebih mudah memahami pengertian dari variabel yang akan diteliti,

maka

dapat

diperhatikan

pada

tabel

definisi


operasional

berikut

ini:

Tabel 3.2. Definisi Operasional
Variabel
Penelitian

Definisi
Operasional

Mekanisme
Koping
Lansia

Cara
yang
dilakukan

lansia
untuk
merespon
stres yang dialami
akibat
perubahan
situasi
yang
mengancam
atau
menekan,
serta
menyelesaikan
masalah. Meliputi :
- Berfokus pada
masalah:
active
coping,
planning,
using

instrumental
support,
self
distraction,
behavioral
disengagement
- Berfokus pada
emosi:
religion,
positive
refarming,
acceptance,
humor,using
emotional support,
denial,
venting,
substance use, self
blame

Alat Ukur


Hasil Ukur

Skala

KuesionerBrief
Cope yang terdiri
dari 28
pertanyaan yang
sebelumnya
sudah digunakan
oleh Apriska
(2016) kemudian
dimodifikasi oleh
peneliti.
Kuesioner ini
menggunakan
skala Linkert,
untuk pertanyaan
positif, yaitu:

selalu = 4, sering
= 3, kadangkadang = 2, tidak
pernah = 1.
Sementara, untuk
pertanyaan
negatif, yaitu
selalu = 1, sering
= 2, kadangkadang = 3, tidak
pernah = 4

Mekanisme
koping :
1.negatif
2.positif

Ordinal

Universitas Sumatera Utara

38


BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.

Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif, yang

bertujuan untuk mengetahui bagaimana mekanisme koping lansia di Graha
Resident Senior Karya Kasih Medan.
4.2.

Populasi dan Sampel
4.2.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia yang ada di
Graha Resident Senior Karya Kasih Medan yang berjumlah 78
orang.Jumlah tersebut diperoleh pada saat penelitian dan berkurang
sebanyak 2 orang dari data yang diperoleh pada saat melakukan survei
awal.
4.2.2. Sampel

Pengambilan

sampel

dalam

penelitian

ini

menggunakan

teknikpurposive sampling, yaitu suatu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono 2009 dalam Arikunto, 2010).Selanjutnya
menurut Arikunto (2010), pemilihan sampel secara purposive pada
penelitian ini berpedoman pada syarat-syarat yang harus dipenuhi.Kriteria
inklusi sampel pada penelitian ini adalah:
a. Tidak sedang dalam kondisi sakit
b. Dapat berkomunikasi dengan baik
c. Orientasi orang, tempat dan waktu dalam keadaan baik


Universitas Sumatera Utara

39

Jumlah sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi di Graha
Resident Senior Karya Karya Kasih Medan yaitu 31 orang.

4.3.

Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Graha Resident Senior Karya Kasih
Medan.Lokasi ini dipilih karena belum pernah dilakukan penelitian
tentang mekanisme koping lansia wilayah tersebut serta dekat dengan
tempat tinggal peneliti.
4.3.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakandari tanggal 8 Mei sampai dengan 30
Mei 2017.
4.4.

Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilaksanakan setelah peneliti mendapatkan izin dari Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Direksi Graha Resident Senior
Kaya Kasih Medan.Penelitian ini memiliki beberapa hal yang berkaitan dengan
permasalahan etik.
Langkah pertama peneliti memberikan penjelasan kepada responden
tentang tujuan, manfaat, dan prosedur pelaksanaan penelitian.Responden yang
bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini dipersilahkan untuk menandatangani
lembar persetujuan tersebut (informed consent).Responden berhak menolak dan
mengundurkan diri selama proses penelitian (autonomy).Kerahasiaan catatan
mengenai data responden (confidentiality) dijaga dengan cara tidak menuliskan
nama responden pada instrumen penelitian, tetapi menggunakan inisial

Universitas Sumatera Utara

40

(anomity).Kerahasiaan informasi yang diberikan responden dijamin oleh peneliti
dan hanya digunakan dalam penelitian (non-maleficence) serta bermanfaat bagi
peneliti dalam menyelesaikan tugas

akhir dan bagi

responden untuk

mengidentifikasi mekanisme koping yang digunakan (benefience).

4.5.

Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Instrumen

penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu:
a. Kuesioner tentang data demografi responden meliputi: inisialnama, umur, jenis
kelamin, agama, suku bangsa, tingkat pendidikan, pekerjaan danstatus
perkawinan.
b. Kuesioner mekanisme koping yang digunakan dalam peniltian ini dimodifikasi
dari Brief Cope yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh
Apriska (2016) dalam skripsi yang berjudul Hubungan Antara Tingkat Kesepian
Dengan Mekanisme Koping Pada Lansia Di Unit Pelayanan Lanjut Usia Wening
Wardoyo Ungaran. Brief Cope ini dikembangkan oleh Charles S. Carver (1997),
dimana terdapat 28 pertanyaan dalam kuesioner tersebut, yang terdiri dari14
klasifikasi, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

41

Tabel 4.5.a Kuesioner Brief Cope
Nomor
Pertanyaan

Klasifikasi

1 dan 19
2 dan 7

Self distraction
Active coping

3 dan 8
4 dan 11

Denial
Substance use

5 dan 15

Using emotional
support
Behavioral
disengangement
Venting

6 dan 16
9 dan 21

12 dan 17

Using
instrumental
support
Positive reframing

14 dan 25
18 dan 28
20 dan 24

Planning
Humor
Acceptance

22 dan 27

Religion

13 dan 26

Self blame

10 dan 23

koping dengan cara mengalihkan masalah
koping dengan cara mengambil keputusan
dengan melakukan tindakan untuk mengurangi
stres
koping dengan cara menolak stresnya
cara menghilangkan stres dengan menggunakan
alkohol/obat
koping dengan cara memperoleh dukungan
emosional atau moral dari orang lain
koping dengan cara menyerah pada masalah
yang dihadapi
koping dengan cara mengungkapkan ekspresi
perasaan
koping dengan cara mencari bantuan dan saran
dari orang lain untuk mengurangi stres
koping dengan cara mengambil sisi positif dari
masalah yang dihadapi
koping dengan cara memikirkan masalahnya
koping dengan cara membuat lelucon
koping dengan cara menerima keadaan yang
sedang dialaminya
koping dengan cara mendekatkan diri kepada
Tuhan
koping dengan cara menyalahkan diri sendiri

Universitas Sumatera Utara

42

Tabel 4.5.b Pembagian mekanisme koping Brief Cope berdasarkan klasifikasi
Pernyataan
Problem Focused Coping

Positif

Negatif

-

Active coping

-

Planning

-

Using

-

Behavioral
disengangement

instrumental

support

Emotion Focused Coping

-

Self distraction

-

Religion

-

Denial

-

Positive reframing

-

Venting

-

Acceptance

-

Substance use

-

Humor

-

Self blame

-

Using

emotional

support

Kuesioner disusunmenggunakan skala Linkert, dimana untuk pilihan
jawaban selalu (SL) = skor 4, sering (SR) = skor 3, kadang-kadang (KK) = skor 2,
tidak pernah (TP) = skor 1. Untuk mekanisme koping positif ada 8 item, masingmasing item ada 2 pernyataan, skor tertinggi untuk 1 pernyataan adalah 4, jadi
skor tertinggi untuk 1 item adalah 8. Jika skor yang diperoleh responden untuk 1
item adalah 7 sampai 8 (misalnya untuk item active coping skornya 7 sampai 8),
maka responden tersebut menggunakan active coping sebagai mekanisme koping
dan digolongkan ke mekanisme koping positif.Begitu juga penilaian untuk
mekanisme koping negatif.

4.6.

Validitas dan Reliabilitas
4.6.1. Validitas
Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa

Universitas Sumatera Utara

43

yang diinginkan, sehingga dapat dijadikan alat untuk mengukur secara
tepat. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan validitas isi (content
validity),yaitu validitas yang merujuk pada sejauh mana instrumen
penelitian memuat rumusan-rumusan sesuai dengan isi yang dikehendaki
menurut tujuan tertentu (Setiadi, 2013).Polit & Beck (2012) menyebutkan
nilai validitas untuk CVI adalah 0,8.
Uji validitas instrumen ini dilakukan oleh dosenDepartemen
Keperawatan Jiwa dan Komunitas di Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara, yaitu Jenny Marlindawani Purba, S.Kp.,MNS.,Ph.D. Dan
oleh beliau kuesioner dalam penelitian ini telah dinyatakan valid, dengan
nilai CVI 0,928.
Validasi ini dilakukan untuk memperbaiki kata-kata instrumen agar
menjadi efektif dan sesuai dengan sasaran serta mudah untuk dimengerti
oleh responden. Bagian yang diperbaiki terdapat pada pernyataan planning
nomor 14 dan 25, yakni “hal ini” menjadi “masalah” dan “berpikir keras”
menjadi “berpikir serius”. Kemudian pernyataan humor nomor 18 yaitu
kata “enteng/mudah” diganti menjadi “mudah” dan 28 dengan kalimat
“gurauan-gurauan tentang masalah yang membuat saya tertekan” menjadi
“guraan/candaan tentang masalah saya”.

4.6.2. Reliabilitas
Uji

reliabilitas

bertujuan

untuk

mengetahui

seberapa

besarkemampuansuatu instrumen untuk mendapatkan hasil yang konsisten

Universitas Sumatera Utara

44

saat

dipakai

ulang.

Suatu

instrumen

dikatakan

realibel

apabila

koefisiennya bernilai lebih besar dari 0,6 (Riduwan, 2005). Instrumen
telah diujikan kepada 10 orang responden di Panti Jompo Yayasan Guna
Budi Bakti Medan, dengan karakteristik responden yang sama dan
dilakukan pada tanggal 26 sampai dengan 28 April 2017. Penghitungan uji
realibilitas dilakukan dengan teknik komputerisasi dengan menggunakan
analisa Cronbach’s Alpha, dengan hasil koefisien reliabilitas sebesar
0,797.

4.7.

Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan dengan prosedur yakni, pada tahap awal

peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada Komisi Etik
dan Dekan di Fakultas Keperawatan USU, kemudian mengajukan surat
permohonan izin pelaksanaan kepada pihak Graha Resident Senior Karya Kasih
Medan. Setelah mendapatkan izin penelitian,maka peneliti mengumpulkan data di
Graha Resident Senior Karya Kasih Medan.
Pengelola panti memberikan kepada peneliti daftar nama lansia yang
terdapat di tempat tersebut. Kemudian, peneliti melakukan pendekatan kepada
lansia dengan menemui dan mengukur tekanan darah lansia baik yang sedang
berada di ruangan maupun yang sedang duduk santai diluar ruangan.Pada saat
melakukan pendekatan, peneliti juga menentukan responden sesuai dengan
kriteria yang telah dibuat sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

45

Setelah itu,peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta
menanyakan kesediaan responden yang sesuai dengan kriteria inklusi.Bagi
responden

yang

bersedia,

peneliti

memberikan

informed

consentuntuk

ditandatangani. Setelah itu, peneliti membacakan isi kuesioner kepada masingmasing responden untuk memperoleh data yang lebih akurat, kemudian responden
menjawab sesuai dengan keadaan yang dialaminya saat itu denganmemberi tanda
checklist pada jawaban yang diberikan responden di lembar kuesioner. Dalam
penelitian ini terdapat2 orang sampel yang tidak bersedia menjadi responden.
Maka peneliti membatalkan responden tersebut dan menggantidengan responden
lain yang bersedia.
Langkah selanjutnya, peneliti memeriksa kelengkapan data.Sehingga data
yang kurang lengkap, dapat langsung dilengkapi.Kemudian data yang terkumpul
dianalisa.

4.8.

Analisa Data
Dari semua data yang terkumpul, analisa datadilakukan melalui beberapa

tahapan, antara lain tahap pertama editing, yaitu memeriksa nomor responden dan
kelengkapannya serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai
petunjuk, tahap kedua coding,yaitu memberi kode atau angka tertentu pada
kuesioner untuk mempermudah waktu melakukan tabulasi dan analisa, tahap
ketiga processing,yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program
komputer, tahap keempat cleaning,yaitu memeriksa kembali data yang telah
dientry untuk mengetahui terdapat kesalahan atau tidak.

Universitas Sumatera Utara

46

Langkah selanjutnya pengolahan data dengan dijumlah, disusun, dan ditata
untuk dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.Analisa ini
menyajikan data karakteristik responden berupa usia, jenis kelamin, agama, suku,
tingkat pendidikan terakhir, pekerjaan sebelumnya dan status perkawinan,
sertamekanisme koping dari lansia di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan penelitian
mengenai mekanisme koping lansia dalam menghadapi stres di Graha Resident
Senior Karya Kasih Medan.
Penelitian ini telah dilaksanakan mulai dari tanggal 8 Mei sampai dengan
30 Mei 2017 di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan dengan jumlah
responden sebanyak 31 orang lansia.

5.1.

Hasil Penelitian
Hasil Penelitian ini dibagi atas dua bagian, yaitu hasil mengenai

karakteristik responden dan mekanisme koping lansia dalam menghadapi stres di
Graha Resident Senior Karya Kasih Medan.
5.1.1. Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan terhadap responden sebanyak 31 orang dengan
karakteristik sebagai berikut: usia, jenis kelamin, agama, suku, tingkat pendidikan,
pekerjaan sebelumnya, dan status perkawinan.
Tabel 5.1.1. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden
Karakteristik Responden
Usia
60-74 tahun
75-90 tahun
>90 tahun
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Agama
Islam
Kristen Protestan
Katolik

Frekuensi (f)

Persentasi (%)

19
9
3

61,3
29,0
9,7

14
17

45,2
54,8

7
11
8

22,6
35,5
25,8

45
Universitas Sumatera Utara

46

Budha
Hindu
Suku
Jawa
Batak
Minang
Lain-lain
Tingkat Pendidikan
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Lain-lain
Pekerjaan Sebelumnya
PNS
Wiraswasta
IRT
Lain-lain
Status Perkawinan
Belum Menikah
Menikah
Duda/Janda

5
0

16,1
0

3
11
1
16

9,7
35,5
3,2
51,6

4
7
15
3
2

12,9
22,6
48,4
9,7
6,5

1
13
6
11

3,2
41,9
19,4
35,5

9
11
11

29,0
35,5
35,5

Pada Tabel 5.1.1. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden adalah
usia lanjut berusia 60-74 tahun sebanyak 19 orang (61,3%), jenis kelamin
perempuan sebanyak 17 orang (54,8%), agama Kristen Protestan sebanyak 11
orang (35,5%), suku bangsa lain-lain yang terdiri dari Tionghoa dan Jerman
sebanyak 16 orang (51,6%), tingkat pendidikan SMA sebanyak 15 orang (48,4%),
pekerjaan sebelumnya wiraswasta sebanyak 13 orang (41,9%). Status perkawinan
Duda/Janda sebanyak 11 orang (35,5%), menikah sebanyak 11 orang (35,5%).
5.1.2. Mekanisme Koping Lansia
Berikut merupakan tabel distribusi frekuensi dan persentasi, dari uraian
jawaban serta mekanisme koping lansia di Graha Resident Senior Karya Kasih
Medan.

Universitas Sumatera Utara

47

Tabel 5.1.2.a Distribusi Frekuensi dan Persentasi Uraian Jawaban Responden
Terkait Mekanisme Koping Lansia
Frekuensi (Persentasi)
No.

Pernyataan

1.

SL
F (%)

SR
F (%)

KK
F (%)

TP
F (%)

Saya sedang mencoba untuk bekerja atau
melakukan aktivitas lain untuk mengalihkan
pikiran

7
(22,6)

12
(38,7)

7
(22,6)

5
(16,1)

2.

Saya
berusaha
berkonsentrasi
untuk
melakukan sesuatu hal sesuai dengan keadaan
saya yang sekarang

3
(9,7)

13
(41,9)

11
(35,5)

4
(12,9)

3.

Saya berkata pada diri saya sendiri bahwa
“masalah ini tidak nyata”

3
(9,7)

1
(3,2)

7
(22,6)

20
(64,5)

4.

Saya menggunakan alkohol atau obat lain
untuk membuat diri saya merasa lebih baik

0

0

6
(19,4)

25
(80,6)

5.

Saya memperoleh dukungan emosional/ moral
dari orang lain

6
(19,4)

13
(41,9)

10
(32,3)

2
(6,5)

6.

Saya menyerah untuk menerima semua
kenyataan ini

0

5
(16,1)

5
(16,1)

21
(67,7)

7.

Saya mengambil tindakan untuk berusaha
membuat keadaan ini menjadi lebih baik

4
(12,9)

14
(45,2)

10
(32,3)

3
(9,7)

8.

Saya menolak untuk meyakini bahwa hal ini
telah terjadi

2
(6,5)

2
(6,5)

7
(22,6)

20
(64,5)

9.

Saya
mengatakan
hal-hal
untuk
menghilangkan perasaan-perasaan yang tidak
menyenangkan

1
(3,2)

2
(6,5)

16
(51,6)

12
(38,7)

10.

Saya memperoleh pertolongan dan nasihat
dari orang lain

2
(6,5)

12
(38,7)

14
(45,2)

3
(9,7)

11.

Saya menggunakan alkohol atau obat lain
untuk menolong saya melewati masa sulit ini

0

0

6
(19,4)

25
(80,6)

12.

Saya mencoba melihat sesuatu dengan
pandangan yang berbeda agar dapat terlihat
lebih positif

5
(16,1)

8
(25,8)

10
(32,3)

8
(25,8)

13.

Saya mengkritik diri saya sendiri

14.

Saya mencoba untuk menyelesaikan masalah
dengan suatu strategi mengenai apa yang
sebaiknya saya lakukan

1
(3,2)
5
(16,1)

5
(16,1)
10
(32,3)

11
(35,5)
10
(32,3)

14
(45,2)
6
(19,4)

Universitas Sumatera Utara

48

15.

Saya memperoleh hiburan dan pengertian dari
seseorang

4
(12,9)

13
(41,9)

12
(38,7)

2
(6,5)

16.

Saya telah menyerah
menghadapi masalah ini

0

2
(6,5)

6
(19,4)

23
(74,2)

17.

Saya mencari sesuatu hal yang baik (hikmah)
dari apa yang telah terjadi

2
(6,5)

13
(41,9)

13
(41,9)

3
(9,7)

18.

Saya menganggap mudah dan bersenangsenang terhadap masalah saya

2
(6,5)

3
(9,7)

16
(51,6)

10
(32,3)

19.

Saya melakukan sesuatu untuk mengurangi
beban memikirkan hal tersebut, seperti
menonton TV, membaca, melamun atau tidur

11
(35,5)

15
(48,4)

5
(16,1)

0

20.

Saya menerima kenyataan dan fakta bahwa
hal ini telah terjadi

6
(19,4)

9
(29,0)

12
(38,7)

4
(12,9)

21.

Saya mengungkapkan perasaan-perasaan
negatif saya kepada orang lain

1
(3,2)

3
(9,7)

8
(25,8)

19
(61,3)

22.

Saya berusaha menemukan kenyamanan
dalam agama saya atau keyakinan spiritual
saat saya merasa tertekan

17
(54,8)

10
(32,3)

2
(6,5)

2
(6,5)

23.

Saya berusaha untuk mendapatkan saran atau
bantuan orang lain tentang apa yang harus
saya lakukan saat saya merasa tertekan

7
(22,6)

7
(22,6)

11
(35,5)

6
(19,4)

24.

Saya belajar menerima hidup saya saat saya
mendapatkan masalah

4
(12,9)

10
(32,3)

15
(48,4)

2
(6,5)

25.

Saya berpikir dengan serius mengenai
langkah-langkah yang sebaiknya saya ambil
saat saya mendapat masalah

6
(19,4)

12
(38,7)

10
(32,3)

3
(9,7)

26.

Saya menyalahkan diri saya sendiri atas
masalah-masalah yang telah terjadi

1
(3,2)

2
(6,5)

12
(38,7)

16
(51,6)

27.

Saya berdoa atau bermeditasi saat saya
merasa tertekan

22
(71,0)

6
(19,4)

3
(9,7)

0

28.

Saya membuat
masalah saya

6
(19,4)

4
(12,9)

10
(32,3)

11
(35,5)

untuk

gurauan/candaan

berusaha

tentang

Hasil dari analisa pernyataan diatas menunjukkan bahwa frekuensi
tertinggi terdapat pada nomor 4 dan 11, yaitu sebanyak 25 responden (80,6%),
yang mengatakan tidak pernah menggunakan alkohol atau obat lain untuk
membuat dirinya merasa lebih baik maupun dalam melewati masa-masa sulit.

Universitas Sumatera Utara

49

Setelah pernyataan diatas dianalisa dan diolah maka didapatkan data
mengenai

mekanisme

koping

lansia

berdasarkan

klasifikasinya

yang

didistribusikan pada tabel berikut.
Tabel 5.1.2.b Distribusi Frekuensi dan Persentasi Klasifikasi Mekanisme Koping
Lansia
Pernyataan

Frekuensi (f)

Persentasi (%)

Problem Focused Coping
Active coping
Planning
Using instrumental support
Self distraction
Behavioral disengangement

4
5
7
10
0

12,9
16,1
22,6
32,3
0

Emotion Focused Coping
Religion
Positive reframing
Acceptance
Humor
Using emotional support
Denial
Venting
Substance use
Self blame

21
3
5
2
7
2
2
0
2

67,7
9,7
16,1
6,5
22,6
6,5
6,5
0
6,5

Hasil analisa data, diperoleh bahwa lansia mayoritas lansia menggunakan
koping

yang positif,

dimana keseluruhan

lansia menggunakan

koping

religion.Koping religion merupakan koping dengan cara mendekatkan diri kepada
Tuhan ketika menghadapi stres.
Berdasarkan hasil identifikasi dari data klasifikasi mekanisme koping
lansia, maka diperoleh frekuensi mekanisme koping lansia yang didistribusikan
pada tabel berikut.

Universitas Sumatera Utara

50

Tabel 5.1.2.c Distribusi Frekuensi dan Persentasi Mekanisme Koping Lansia
Pernyataan
Mekanisme Koping Lansia
Positif
Negatif

Frekuensi (f)

Persentasi (%)

27
4

87,1
12,9

Hasil pengumpulan data dari 31 responden, didapatkan data bahwa lansia
yang menggunakan koping positif sebanyak 27 orang (87,1%), dan negatif
sebanyak 4 orang (12,9%).

5.2.

Pembahasan
Pada pembahasan ini, peneliti akan membahas tujuan dari penelitian yaitu

bagaimana mekanisme koping lansia dalam menghadapi stres di Graha Resident
Senior Karya Kasih Medan.
5.2.1. Mekanisme Koping Lansia
Mekanisme koping adalah cara dalam menyelesaikan masalah, mengatasi
perubahan yang terjadi dan situasi yang mengancam, baik secara kognitif maupun
perilaku. Berdasarkan hasil penelitian yang pada 31 responden diperoleh bahwa
secara umum lansia di panti tersebut menggunakan mekanisme koping yang
positif (87,1%). Hal tersebut dapat dilihat dari masing-masing item koping baik
itu koping positif maupun negatif.
Koping yang positif terdiri 12 sub, yaitu active coping, planning, using
instrumental support, self distraction, religion, positive reframing, acceptance,
humor, using emotional support. Sementara untuk koping yang negatif terdiri dari

Universitas Sumatera Utara

51

5 sub, yaitu behavioral disengangement, denial, venting, substance use, self
blame.
Mayoritas responden (67,7%) menggunakan koping positif religion, yang
merupakan koping dengan cara mendekatkan diri dengan Tuhan ketika
menghadapi masalah. Hasil analisa data dari uraian jawaban responden juga
menunjukkan bahwa mayoritas responden memilih jawaban ‘selalu’ dan ‘sering’
pada koping yang terkait dengan religion, pada pernyataan kuesioner nomor 22
dan 27. Hal tersebut lansia memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan yang baik
sehingga koping yang digunakan menjadi positif. Seseorang yang rutin beribadah
dengan yang tidak rutin beribadah akan memiliki strategi koping yang berbeda
dalam menghadapi suatu permasalahan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Taylor et al. (1997), Craven dan Hirnk
(1996 dalam Amir & Indriyani, 2014), bahwa krisis dan perubahan dapat
menguatkan kedalaman spiritual seseorang. Krisis sering dialami ketika seseorang
menghadapi penyakit, penderitaaan, proses penuaan, kehilangan bahkan kematian.
Sikap keyakinan juga dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya.
Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual agama,
karena dengan mengikuti tradisi agama dan spiritual agama, lansia dapat selalu
mengingatkan keberadaan dirinya dengan Tuhan dan selalu mendekatkan diri
kepada Penciptanya. Hasil penelitian diperoleh data bahwa mayoritas responden
beragama Kristen Protestan (35,5 %), dan memiliki suku lain-lain yang
didominasi Tionghoa (51,6%). Hal tersebut juga didukung oleh penelitian Ari
(2013) tentang koping lanjut usia yang diserahkan keluarga ke panti wredha

Universitas Sumatera Utara

52

Dharma Bhakti Surakarta, bahwa dengan spritualitas, termasuk hubungan dengan
Tuhan, yang baik akan memiliki mekanisme koping yang adaptif dan sebaliknya.
Selain koping religion, secara umum responden juga menggunakan koping
self distraction (32,3%). Self distraction merupakan koping dengan cara
mengalihkan masalah. Hasil analisa data diperoleh bahwa mayoritas responden
menjawab ‘sering’ pada pernyataan nomor 1 dan 19. Hal tersebut menunjukkan
bahwa sebagian besar responden cukup sering untuk mengalihkan pikiran dengan
melakukan aktivitas lain seperti membaca dan menonton televisi sehingga beban
pikiran menjadi berkurang.
Selanjutnya koping yang cukup sering digunakan responden sebanyak
22,6% adalah koping using instrumental support dan using emotional support .
Untuk koping using instrumental support, mayoritas responden menjawab
‘kadang-kadang’ pada pernyataan nomor 10 dan 23, dan untuk using emotional
support, mayoritas responden menjawab ‘sering’ pada pernyataan nomor 5 dan
15. Hal tersebut menunjukkan bahwa lansia membutuhkan orang lain untuk
memperoleh bantuan, saran dan dukungan baik moral maupun emosional dari
orang lain untuk mengurangi stres.
Sementara untuk koping negatif terdapat responden yang menggunakan
koping denial, self blame dan venting. Hasil analisa data menunjukkan bahwa
terdapat 2 responden (6.5%) menggunakan koping denial dengan mayoritas
responden menjawab ‘tidak pernah’ pada pernyataan nomor 3 dan 8. Untuk
koping self blame, terdapat 2 responden (6.5%) yang menggunakan koping
tersebut, dimana mayoritas responden menjawab ‘tidak pernah’ pada pernyataan

Universitas Sumatera Utara

53

kuesioner nomor 13 dan 26. Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas
responden tidak menyalahkan diri sendiri atas masalah yang telah terjadi. Hasil
analisa data, untuk pernyataan koping venting, diperoleh bahwa terdapat 2
responden (6.5%) yang menggunakan koping tersebut, dengan mayoritas
responden menjawab ‘kadang-kadang’ pernyataan nomor 9 dan ‘tidak pernah’
pada pernyataan nomor 21. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden
kadang-kadang mengatakan hal-hal untuk menghilangkan perasaan tidak
menyenangkan namun tidak mengungkapkan perasaan-perasaan negatifnya
kepada orang lain.
Koping yang positif dapat dipengaruhi oleh penerimaan diri terhadap
kenyataaan dan kondisi dirinya yang sekarang. Hal ini dapat dilihat dari hasil
analisa uraian jawaban responden, bahwa dari 20 orang (64,5%) menjawab ‘tidak
pernah’ pada masing-masing pernyataan denial (negatif) nomor 3 dan 8, serta
pernyataan behavioral disengangement (negatif) nomor 6 sebanyak 21 orang
(67,7%) dan nomor 16 sebanyak 23 orang (74,2%). Begitu juga dengan
pernyataan acceptance (positif) pada nomor 20 dan 24, sedikit yang menjawab
‘tidak pernah’, dimana pada masing-masing nomor sebanyak 4 orang (12,9%) dan
2 orang (6,5%).
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Lazarus dan Folkman (1984),
bahwa supaya koping dapat dilakukan dengan efektif, seseorang harus dapat
menerima, menoleransi dan menyesuaikan diri dengan kenyataan atau situasi yang
menekan (negatif).Hal tersebut didukung oleh penelitian oleh Suyanta dan
Ekowarni (2012) tentang pengalaman emosi dan mekanisme koping lansia yang

Universitas Sumatera Utara

54

mengalami penyakit kronis, bahwa penerimaan diri merupakan aspek penting
yang berkenaan dengan pencapaian kebahagiaan bagi lansia.Dimana subjek
penelitian menyebutkan penyakit yang dialami menjadi faktor penghalang bagi
upaya pencapaian kebahagiaan.Hal tersebut terlihat dari respon kesedihan dan
keputusasaan yang diungkapkan.
Hasil analisa data distribusi frekuensi dan persentasi dari uraian jawaban
responden, diperoleh bahwa persentasi tertinggi yaitu 25 responden (80,6%)
menjawab ‘tidak pernah’ pada masing-masing pernyataan negatif nomor 4 dan 11
terkait penggunaan alkohol atau pun obat-obatan untuk membantu melewati masa
sulit dan membuat diri merasa lebih baik (substance use). Data ini menunjukkan
bahwa mayoritas lansia tidak mengonsumsi alkohol atau obat-obatan untuk
menghilangkan stres yang dialami.Hal ini juga yang mendukung hasil penelitian
dimana koping yang digunakan lansia di panti tersebut mayoritas positif.
Sementara itu sebagian besar responden tidak menganggap mudah
masalahnya sekalipun memiliki koping yang positif.Hal tersebut dapat
diidentifikasi dari uraian jawaban responden tentang koping dengan klasifikasi
humor pada pernyataan nomor 18 dan 28. Frekuensi responden yang paling
banyak menjawab ‘tidak pernah’ terdapat pada pernyataan 18 sebanyak 10 orang
(32,3%) dan 28 sebanyak 11 orang (35,5%).
Hal tersebut sesuai dengan penelitian oleh Suyanta dan Ekowarni (2012),
bahwa terdapat perasaan khawatir, sedih dan putus asa terkait kondisi lansia
dengan penyakit kronis yang dialami dan dapat membuat stres. Penelitian
Surbakti (2008) juga mendukung hal tersebut, dimana mayoritas lansia yang

Universitas Sumatera Utara

55

pensiun (87,1%), menyatakan akan menyendiri mendapat atau menghadapi
masalah.
Selain hal tersebut, terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi
mekanisme koping, yakni karakteristik responden, seperti usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, pekerjaan sebelumnya dan status perkawinan. Usia merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi mekanisme koping seseorang.
Semakin bertambah usia seseorang, semakin siap pula dalam menerima tantangan.
Cox (1984 dalam Tamher dan Noorkasiani, 2009) menyebutkan tentang teori
aktivitas, yang menyatakan bahwa dari usia pertengahan menuju usia tua memiliki
kestabilan kepribadian sebagai individu dalam sistem sosial. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia 67-74 tahun yaitu sebanyak 19
responden (61,3%) dan yang lainnya terdapat 9 responden (29,0%) usia 75-90
tahun, serta 3 orang (9,7%) usia >90 tahun, dimana mayoritas koping yang
digunakan yaitu positif. Sementara dari 4 responden yang menggunakan koping
negatif berada pada usia 60-74 tahun. Dan keseluruhan responden yang berusia
diatas 74 tahun menggunakan koping yang positif.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sahara (2010)
tentang koping yang digunakan lansia terhadap penyakit kronis yang dideritanya
di Kelurahan Kedai Durian, Kecamatan Medan Johor, Medan, bahwa mayoritas
usia 60-69 tahun yaitu sebanyak 33 responden (32%). Usia 70-79 tahun 15
responden (28,3%) dan 80 tahun keatas sebanyak 5 responden (9,4%). Mayoritas
responden setuju atau sangat setuju pada semua jenis koping yang positif.

Universitas Sumatera Utara

56

Selain usia, jenis kelamin juga dapat mempengaruhi mekanisme koping
seseorang. Darmojo, dkk (1999Tamher dan Noorkasiani, 2009) mengatakan
bahwa wanita lebih siap dalam menghadapi masalah dibandingkan laki-laki,
karena wanita lebih mampu menghadapi masalah dibandingkan lai-laki yang
cenderung lebih emosional. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data mayoritas
responden berjenis kelamin wanita yaitu sebanyak 17 orang (54,8%), sementara
responden dengan jenis kelamin laki-laki yaitu 14 orang (45,2%). Hasil analisa
diperoleh bahwa dari 4 responden yang menggunakan koping negatif, terdapat 3
responden laki-laki dan 1 responden perempuan.
Bongsoe (2007 dalam Agustin dan Ulliya, 2008), menyatakan bahwa lakilaki memiliki kecenderungan mengalami depresi yang lebih besar dibandingkan
perempuan.Ini dapat dilihat dari kejadian bunuh diri yang merupakan salah satu
akibat langsung depresi berkepanjangan lebih banyak terjadi pada lansia yang
memiliki jenis kelamin laki-laki. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Sahara (2010)

bahwa mayoritas responden berjenis kelamin

wanita yaitu sebanyak 75,5% dan dari hasil penelitian koping yang digunakan
oleh lansia menunjukkan mayoritas responden sangat setuju atau setuju pada
semua jenis koping yang positif. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori dan hasil
penelitian di atas bahwa wanita memiliki koping yang lebih baik dibandingkan
dengan pria.
Pendidikan juga dapat mempengaruhi seseorang untuk mengambil
keputusan untuk bertindak terkait dengan perubahan-perubahan dalam hidup.
Semakin tinggi tingkat pendidikan maka toleransi dan pengontrolan terhadap

Universitas Sumatera Utara

57

stresor lebih baik, dimana seseorang akan semakin makin mudah menerima
informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki (Hamka,
2009). Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh data bahwa mayoritas responden
berpendidikan SMA yaitu sebanyak 15 orang (48,4%), sementara dari 4
responden yang menggunakan koping negatif 2 diantaranya berpendidikan SMA,
dan 2 responden berpendidikan SMP. Jadi, teori tersebut kurang sesuai dengan
hasil penelitian ini. Hal tersebut didukung oleh penelitian Sahara (2010), bahwa
mayoritas responden hanya berpendidikan SD yaitu sebanyak 50,9%, namun dari
hasil penelitian menunjukkan responden sangat setuju dan setuju pada semua jenis
koping, yang berarti koping lansia tersebut dapat dikatakan baik.
Pekerjaan sebelumnya pada lansia juga dapat mempengaruhi tingkat stres
yang akhirnya juga mempengaruhi mekanisme koping.Fase penyesuaian diri
ketika lansia pensiun dari pekerjaan serta rutinitas sebelumnya, dapat
menimbulkan konflik akibat adanya perubahan peran, dimana ada lansia yang
sebenarnya masih ingin bekerja.Jenis pekerjaan juga membawa dampak yang
berat, seseorang dengan penghasilan besar adalah yang paling sedikit ingin
dipensiunkan (Tamher dan Noorkasiani, 2009). Data penelitian menunjukkan
lansia dengan pekerjaan sebelumnya PNS berjumlah 1 orang (3,2%), wiraswasta
13 orang (41,9%), IRT 6 orang (19,4) dan lain-lain 11 orang (35,5%).
Hal ini sesuai dengan penelitian olehIndriana dkk. (2010) tentang tingkat
stres lansia di panti werdha Pucang Gading, Semarang, bahwa keseluruhan
subyek, yakni 32 orang lansia yang diteliti, tergolong stres dengan salah satu
alasannya yaitu terdapat perubahan dalam aktivitas sehari-hari. Dan didukung

Universitas Sumatera Utara

58

oleh penelitian Surbakti (2008) tentang stres dan koping lansia di masa pensiun,
bahwa sebanyak 30 orang (77%) menyatakan merasa tidak pantas dan berhak
untuk bekerja lagi dan 29 orang (74,4%) merasa khawatir jika tidak dapat
berinteraksi lagi dengan teman sejawat seperti sebelum pensiun.
Status perkawinan memiliki konflik tersendiri bagi setiap individu.
Kehilangan pasangan hidup merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan
stres, termasuk lansia (Indriana dkk., 2010). Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh data responden dengan status perkawinan belum menikah sebanyak 9
orang (29,0%), menikah 11 orang (35,5%), dan dengan status kehilangan
pasangan hidup baik duda maupun janda sebanyak 11 orang (35,5%).
Hal tersebut didukung oleh penelitian Nursasi dan Fitriyani (2002) tentang
koping lansia terhadap penurunan fungsi gerak di kelurahan Cipinang Muara
Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, bahwa para lansia yang masih hidup dengan
pasangannya tampak lebih optimal menghadapi keadaan dirinya yaitu dengan
melakukan berbagai koping yang adaptif. Kontrol diri yang adaptif paling banyak
digunakan yaitu 43,48%, sebaliknya penanggulangan peristiwa yang maladaptif
hanya dipilih oleh 19,57% lansia. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurang
termotivasinya lansia mencari informasi tentang kesehatan bagi diri mereka.

Universitas Sumatera Utara

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.

Kesimpulan
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dari 31 responden terdapat 15 orang

(48,4%) laki-laki dan 16 orang (51,6%) perempuan. Responden didominasi oleh
usia lanjut berumur antara 60-74 tahun (61,3%), memiliki agama Kristen
Protestan (35,5 %), suku lain-lain yang didominasi Tionghoa (51,6%), tingkat
pendidikan terakhir SMA (48,4%), pekerjaan sebelumnya wiraswasta (41,9%),
serta dengan status perkawinan menikah (35,5 %) dan kehilangan pasangan hidup
baik duda maupun janda (35,5%).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa mekanisme koping
yang digunakan lansia dalam menghadapi stres di Graha Resident Senior Kasih
Medan adalah positif (87,1%), dimana lansia yang berada Graha Resident Senior
Karya Kasih Medan dapat beradaptasi dalam mengatasi masalah ataupun stres
yang dialami. Hal tersebut dapat dikarenakan lansia memiliki hubungan dengan
Tuhan yang baik, dimana jika dianalisa dari uraian jawaban responden,
mayoritaslansia menggunakan koping religion(67,7%), yaitu koping dengan cara
mendekatkan diri dengan Tuhan. Selain itu, lansia juga terlihat mampu menerima
kenyataan dan kondisi dirinya yang sekarang.

6.2.

Saran

1.

Penelitian Selanjutnya
Peneliti mengharapkan untuk penelitian selanjutnya supayameneliti lebih

dalam terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi koping. Selain itu, jumlah

59
Universitas Sumatera Utara

60

sampel yang sedikit juga dapat membuat data menjadi kurang representatif,
sehingga peneliti menyarankan supaya jumlah sampel lebih diperbanyak untuk
mendukung data yang representatif. Instrumen penelitian yaitu Brief Cope dalam
bahasa Indonesia masih menggunakan bahasa yang sulit dimengerti oleh lansia
sehingga instrumen perlu dikembangkan kembali dengan bahasa yang mudah
dimengerti oleh semua orang khususnya lansia.
2.

Pendidikan Keperawatan
Bagi pendidikan keperawatan baik mahasiswa keperawatan maupun

institusi supaya lebih banyak mencari informasi atau literatur terbaru terkait
mekanisme koping, khususnya lansia.Sehingga nantinya dalam dunia kesehatan
dapat memberikanpelayanan keperawatan yang optimal.
3.

Bagi Keluarga dan Masyarakat
Keluarga yangsebagai orang terdekat bagi lansia hendaknya memberikan

perhatian kepada lansia.Selama penelitian terdapat lansia yang mengungkapkan
kerinduannya ketika berkumpul bersama dengan keluarga, sehingga diharapkan
keluarga untuk tetap memberi dukungan dengan mengunjungi lansia dan berusaha
untuk ikut serta dalam setiap kegiatan lansia selama di panti.
4.

Institusi Kesehatan Setempat
Pelayanan yang ada sudah di panti tersebut cukup baik.Di panti tersebut

suasana lingkungan yang nyaman, terdapat kegiatan rohani yaitu berdoa sesuai
kegiatan keagamaan Katolik di hari Jumat, serta ada kegiatan senam fisik dan
permainan yang melibatkan kognitif.Kepada pengelola panti dan pihak yang
bertugas diharapkan untuktetap mempertahankan serta meningkatkan tingkat

Universitas Sumatera Utara

61

kesejahteraan lansia, seperti memfasilitasi kegiatan keagamaan agama lainnya
selain Katolik sesuai dengan agama lansia.

Universitas Sumatera Utara