Kualitas Hidup Lansia di Graha Residen Senior Karya Kasih Medan, Sumatera Utara

(1)

Kualitas Hidup Lansia di Graha Residen Senior Karya Kasih

Medan, Sumatera Utara

Ismu Raudhah

101121010

Skripsi

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara


(2)

(3)

(4)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kualitas Hidup Lansia di Graha Residen Senior”.

Skripsi ini terlaksana karena arahan, masukan, dukungan dan koreksi dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata M.Kes , selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Iwan Rusdi S.Kp, MNS sebagai dosen pembimbing skripsi, yang telah banyak memberi masukan, arahan dan dukungan, serta telah mengajari apa yang tidak saya ketahui sebelumnya sehingga saya dapat mengerti dan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan benar.

3. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, PhD selaku dosen penguji I dan Bapak Ismayadi, S.Kep, Ns selaku dosen penguji II, yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Direktur Yayasan Panti Werdha Karya Kasih Medan yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian ini.

5. Ayah dan Ibuku tercinta yang selalu memberikan dukungan moral dan materil serta doa ayah dan ibu agar dapat cepat menyelesaikan skripsi ini.


(5)

6. Abangku Khairi yang selalu menemani ku selama proses penelitian, membantu dalam mencari informasi dan data yang diperlukan dalam menyelesaikan skripsi ini, serta selalu memberi semangat agar skripsi ini cepat selesai.

7. Sahabat-sahabat ku Uni, Wie dan Nanda, yang banyak memberi saran, selalu mendukung dan mendoakanku dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman terbaik ku Emma Febrina, yang telah menemani ku dalam mencari informasi dan data yang diperlukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman mahasiswa S1 Keperawatan Ekstensi Pagi Fakultas Keperawatan USU, khususnya stambuk 2010 yang telah membantu dan selalu memberi dalam menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Hal ini bukanlah suatu kesengajaan melainkan karena keterbatasan ilmu dan kemampuan peneliti, oleh karena itu kritikan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini sangat diharapkan.

Akhir kata peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Medan, Februari 2012


(6)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Prakata ... iii

Daftar isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Skema ... viii

Abstrak ...ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Tujuan Penelitian ... 5

1.3.Pertanyaan Penelitian ... 5

1.4.Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Lansia ... 7

2.1.1. Definisi Lansia ... 7

2.1.2. Batasan-batasan Lansia... 7

2.1.3. Teori-teori penuaan ... 8

2.1.3.1. Kelompok Teori Skokastik ... 8

2.1.3.2. Kelompok Teori Genetika Perkembangan ... 10

2.1.4. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia ... 14

2.1.4.1. Perubahan-perubahan fisik... 15

2.1.4.2. Perubahan-perubahan mental ... 19

2.1.4.3. Perubahan-perubahan Psikososial ... 21

2.1.5. Dampak perubahan dan kemunduran pada lansia ... 23

2.2. Kualitas Hidup ... 25

2.2.1. Defenisi Kualitas Hidup ... 25

2.2.2. Komponen Kualitas Hidup ... 26

2.2.3. University of Toronto ... 26

2.3. Panti Werda... 37

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konseptual ... 38

3.2. Definisi Konseptual... 39

3.3. Defenisi Operasional ... 39

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian ... 41

4.2. Populasi dan Sampel ... 41

4.2.1. Populasi ... 41


(7)

4.2.3. Sampling ... 42

4.3. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

4.4. Pertimbangan Etik ... 42

4.5. Instrumen Penelitian ... 43

4.6. Uji Validitas ... 44

4.7. Uji Reabilitas ... 45

4.8. Pengumpulan Data ... 45

4.9. Analisa Data ... 46

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 48

5.2. Pembahasan ... 60

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 67

6.2. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN:

1. Informed Consent

2. Instrumen Penelitian Data Demografi 3. Instrumen Penelitian Kualitas Hidup 4. Rincian Biaya Proposal Penelitian 5. Jadwal Kegiatan Proposal Penelitian 6. Lembar Bukti Bimbingan

7. Surat Penelitian 8. Hasil Uji Reabilitas 9. Analisa Data


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Data Demografi Lansia di Graha Residen Senior Karya Kasih Medan... 48 Tabel 2. Mean dan Standar deviasi 4 domain... 51 Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase responden berdasarkan

Domain fisik fokus pada frekuensi ... 52 Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase responden berdasarkan

Domain fisik fokus pada kapasitas ... 53 Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase responden berdasarkan

Domain fisik fokus pada evaluasi ... 53 Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentase responden berdasarkan

Domain fisik fokus pada intensitas ... 54 Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Persentase responden berdasarkan

Domain Psikologis fokus pada frekuensi ... 55 Tabel 8. Distribusi Frekuensi dan Persentase responden berdasarkan

Domain Psikologis fokus pada intensitas ... 55 Tabel 9. Distribusi Frekuensi dan Persentase responden berdasarkan

Domain Psikologis fokus pada evaluasi ... 55 Tabel 10. Distribusi Frekuensi dan Persentase responden berdasarkan

Domain Psikologis fokus pada frekuensi ... 56 Tabel 11. Distribusi Frekuensi dan Persentase responden berdasarkan

Domain Hubungan Sosial fokus pada evaluasi ... 56 Tabel 12. Distribusi Frekuensi dan Persentase responden berdasarkan

Domain Lingkungan fokus pada intensitas ... 58 Tabel 13. Distribusi Frekuensi dan Persentase responden berdasarkan

Domain Lingkungan fokus pada kapasitas ... 58 Tabel 14 .Distribusi Frekuensi dan Persentase responden berdasarkan

Domain Lingkungan fokus pada kapasitas ... 59 Tabel 15. Distribusi Frekuensi dan Persentase Persepsi

Kualitas Hidup ... 59 Tabel 16. Distribusi Frekuensi dan Persentase Status Kesehatan


(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Konseptual Penelitian Kualitas Hidup Lansia di Graha Residen Senior Karya Kasih ... 38


(10)

Judul : Kualitas Hidup Lansia di Graha Residen Senior Karya Kasih Medan, Sumatera Utara

Peneliti : Ismu Raudhah

NIM : 101121010

Tahun akademik : 2011/2012

ABSTRAK

Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Ketika seseorang sudah mencapai usia tua dimana fungsi-fungsi tubuhnya tidak dapat lagi berfungsi dengan baik maka lansia membutuhkan banyak bantuan dalam menjalani aktivitas-aktivitas kehidupannya. Merawat lansia tidak hanya terbatas pada perawatan kesehatan fisik saja namun juga pada faktor psikologis dan sosiologis. Kualitas hidup lansia terus menurun seiring dengan semakin bertambahnya usia. Penurunan kapasitas mental, perubahan peran sosial, dementia (kepikunan), juga depresi yang sering diderita oleh lansia ikut memperburuk kondisi mereka. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kualitas hidup lansia di Graha Residen Senior Karya Kasih Medan.dengan menggunakan desain deskriptif eksploratif. Sampel diambil dari Graha Residen Senior Karya Kasih Medan sebanyak 90 orang. Cara pengambilan jumlah sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Uji reliabilitas dilakukan pada 20 orang sampel di Jalan Mustafa Kamal Hamparan Perak yang memiliki kriteria yang sama dengan sampel penelitian. Hasil uji reliabilitas kuesioner WHOQOL menggunakan uji Cronbach Alfa dengan hasil 0,8. Karakteristik responden adalah usia responden berada pada kelompok umur 71-80 tahun sebanyak 49.9%. Responden yang berjenis kelamin yang mayoritas adalah perempuan sebanyak 63.3%. Berdasarkan masalah kesehatan yang di alami responden, Hipertensi adalah masalah kesehatan yang paling banyak sekitar 40 orang (44.4%). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan score kualitas hidup yang tertinggi 92 dan terendah 70, hal ini didukung oleh usia responden, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah teman sekamar, dan masalah kesehatan yang dialami lansia. Sedangkan berdasarkan persepsi lansia sendiri terhadap kualitas hidupnya adalah buruk (10%), biasa-biasa saja (60%), dan baik (30%). Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini perlu kajian yang lebih mendalam terhadap empat domain yang mempengaruhi kualitas hidup dan penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan dengan metode korelasi .


(11)

Judul : Kualitas Hidup Lansia di Graha Residen Senior Karya Kasih Medan, Sumatera Utara

Peneliti : Ismu Raudhah

NIM : 101121010

Tahun akademik : 2011/2012

ABSTRAK

Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Ketika seseorang sudah mencapai usia tua dimana fungsi-fungsi tubuhnya tidak dapat lagi berfungsi dengan baik maka lansia membutuhkan banyak bantuan dalam menjalani aktivitas-aktivitas kehidupannya. Merawat lansia tidak hanya terbatas pada perawatan kesehatan fisik saja namun juga pada faktor psikologis dan sosiologis. Kualitas hidup lansia terus menurun seiring dengan semakin bertambahnya usia. Penurunan kapasitas mental, perubahan peran sosial, dementia (kepikunan), juga depresi yang sering diderita oleh lansia ikut memperburuk kondisi mereka. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kualitas hidup lansia di Graha Residen Senior Karya Kasih Medan.dengan menggunakan desain deskriptif eksploratif. Sampel diambil dari Graha Residen Senior Karya Kasih Medan sebanyak 90 orang. Cara pengambilan jumlah sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Uji reliabilitas dilakukan pada 20 orang sampel di Jalan Mustafa Kamal Hamparan Perak yang memiliki kriteria yang sama dengan sampel penelitian. Hasil uji reliabilitas kuesioner WHOQOL menggunakan uji Cronbach Alfa dengan hasil 0,8. Karakteristik responden adalah usia responden berada pada kelompok umur 71-80 tahun sebanyak 49.9%. Responden yang berjenis kelamin yang mayoritas adalah perempuan sebanyak 63.3%. Berdasarkan masalah kesehatan yang di alami responden, Hipertensi adalah masalah kesehatan yang paling banyak sekitar 40 orang (44.4%). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan score kualitas hidup yang tertinggi 92 dan terendah 70, hal ini didukung oleh usia responden, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah teman sekamar, dan masalah kesehatan yang dialami lansia. Sedangkan berdasarkan persepsi lansia sendiri terhadap kualitas hidupnya adalah buruk (10%), biasa-biasa saja (60%), dan baik (30%). Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini perlu kajian yang lebih mendalam terhadap empat domain yang mempengaruhi kualitas hidup dan penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan dengan metode korelasi .


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Menurut Undang-Undang No. 13/ tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Sementara itu WHO menyatakan bahwa lanjut usia meliputi usia pertengahan yaitu kelompok usia 45-59 tahun. Selain itu lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologi dan fisik serta kejiwaan dan sosial. Menua (manjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2008).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2009 melaporkan bahwa jumlah lansia di Sumatera Utara yang berusia 60-64 tahun adalah 284,3 juta jiwa yang terdiri dari 137,6 juta jiwa lansia laki-laki dan 146,7 juta jiwa lansia perempuan. Jumlah lansia yang berusia 65 tahun keatas adalah 521,2 juta jiwa yang terdiri dari 233,6 juta jiwa lansia laki-laki dan 287,6 juta jiwa lansia perempuan. Sedangkan jumlah lansia Kota Madya Medan sebanyak 2.121.053 jiwa yang terdiri dari 1.049.457 jiwa laki-laki dan 1.071.596 jiwa perempuan. Berdasarkan data diatas bahwa lebih banyak jumlah lansia perempuan yang berusia diatas 60 tahun daripada lansia laki-laki. Hal ini disebabkan oleh bertambah majunya kehidupan ekonomi,


(13)

meningkatnya berbagai jenis tehknologi dan fasilitas kesehatan sehingga meningkatnya angka harapan hidup manusia. Meningkatnya angka harapan hidup ini berdampak pada meningkatnya jumlah penduduk lansia. Dari survei yang dilakukan peneliti jumlah lansia di Graha Residen Senior Karya Kasih sebanyak 90 orang.

Panti werdha atau panti jompo adalah suatu institusi hunian bersama dari pada lanjut usia dari para lanjut usia yang secara fisik dan kesehatan masih mandiri dimana kebutuhan harian dari para penghuni biasanya disediakan oleh pengurus panti (Darmodjo & Martono, 1999). Sedangkan menurut Jhon (2008), panti jompo adalah tempat dimana tempat berkumpulnya orang - orang lanjut usia yang baik secara sukarela ataupun diserahkan oleh pihak keluarga untuk diurus segala keperluannya, dimana tempat ini ada yang dikelola oleh pemerintah maupun pihak swasta.

Ketika seseorang sudah mencapai usia tua dimana fungsi-fungsi tubuhnya tidak dapat lagi berfungsi dengan baik maka lansia membutuhkan banyak bantuan dalam menjalani aktivitas-aktivitas kehidupannya. Belum lagi berbagai penyakit degeneratif yang menyertai keadaan lansia membuat mereka memerlukan perhatian ekstra dari orang-orang disekelilingnya.

Merawat lansia tidak hanya terbatas pada perawatan kesehatan fisik saja namun juga pada faktor psikologis dan sosiologis. Kualitas hidup lansia terus menurun seiring dengan semakin bertambahnya usia. Penurunan kapasitas mental, perubahan peran sosial, dementia (kepikunan), juga depresi yang sering diderita oleh lansia ikut memperburuk kondisi mereka.


(14)

Menurut hasil penelitian Meirissa (2008) bahwa Kualitas Hidup Lansia yang tinggal di UPTD Abdi/Darma Asih Binjai menurun. Hal ini terlihat dari keempat domain kualitas hidup yaitu pada domain fisik yaitu lansia tersebut sering terbangun pada malam hari karena frekuensi buang air kecil pada lansia semakin meningkat, aktifitas kehidupan sehari-hari juga terganggu karena banyak lansia yang menderita penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung koroner, rematik, dan asma. Perubahan dalam peran sosial di masyarakat menyebabkan lansia merasa diasingkan, muncul prilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, dan merengek-rengek bila bertemu orang lain. Pada domain Psikologis, 45 % lansia tidak pernah memiliki perasaan negatif seperti ‘ feeling blue ‘, putus asa, cemas, dan depresi. Pada domain hubungan sosial, kurangnya hubungan sosial antara lanjut usia dengan masyarakat. Pada domain lingkungan, keterbatasan yang ada pada lansia seperti rendahnya tingkat pendidikan, pembatasan umur, kecekatan dalam bekerja membuat mereka tidak memperoleh pekerjaan yang berdampak tidak adanya penghasilan yang biasa digunakan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Lansia yang tinggal di Graha Residen Senior Karya Kasih lebih banyak orang Cina. Mereka tinggal disana karena tidak ada yang merawat dirumah, anak-anak mereka pada sibuk bekerja sehingga mereka dibawa ke Graha tersebut. jumlah perawat disana sekitar 30 orang, dilihat dari jumlah perawat yang demikian tidak seimbang dengan jumlah lansia dan beban kerja perawat tersebut.


(15)

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti terhadap 3 orang lansia pada tanggal 27 Maret di Graha Residen Senior karya Kasih. Mereka mengatakan senang dan betah tinggal di tempat tersebut karena mempunyai banyak teman untuk bercerita dan berbagi pengalaman tetapi salah satu dari mereka mengatakan kalau Beliau sudah tidak bisa melakukan kegiatan sehari-hari dengan baik karena Beliau sulit untuk berjalan dan semangat hidupnya juga menurun karena Beliau selalu berkata kapan Aku dipanggil Yang Maha Kuasa pahadal umurku sudah 80 tahun.

Masalah yang sering terjadi pada lansia adalah waktu tidur yang kurang pada malam hari serta makanan yang disediakan kurang memenuhi selera makan mereka karena makanan yang sebenarnya mereka inginkan yaitu makan daging setiap hari sementara yayasan tersebut hanya menyediakan 2 kali dalam seminggu sehingga sebagian dari mereka ada yang membeli makanan dari luar.

Harapan lansia yang tinggal disana adalah mereka dapat hidup bahagia dan tenang dalam menjalani masa tuanya. Dalam hal ini mereka belum mencapai aktualisasi diri yaitu belum bisa mandiri secara utuh dan mereka juga masih merasa kekurangan baik dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari maupun merasa puas dengan apa yang sudah didapat.

Dari data di atas menerangkan bahwa masih banyak yang harus diidentifikasi dari komponen kualitas hidup lansia yang terdiri dari empat domain yaitu domain fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan.


(16)

Berdasarkan keterangan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana kualitas hidup lansia di Graha Residen Senior Karya Kasih Medan.

1.2.Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi kualitas hidup lansia di Graha Residen Senior Karya Kasih.

1.3.Pertanyaan Penelitian

Bagaimana Kualitas hidup lansia di Graha Residen Senior Karya Kasih.

1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1.Bagi Praktik Keperawatan

Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan perawat gerontik dalam praktik keperawatan untuk dapat membantu meningkatkan kualitas hidup lansia di Graha Residen Senior Karya Kasih dengan melakukan penyuluhan kesehatan.

1.4.2.Bagi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini dapat menjadi informasi atau masukan yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan terutama pada bagian keperawatan gerontik yang berkaitan dengan kualitas hidup lansia di Graha Residen Senior Karya Kasih.


(17)

1.4.3.Bagi Graha Residen Senior Karya Kasih

Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan perawat yang ada di Graha Residen Senior dan perawat dapat mengetahui aspek Quality of Life yang kurang dari masing-masing domain dan dapat membantu lansia untuk mendapatkan pelayanan yang adekuat mengenai kualitas hidup lansia dari aspek domain fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan.

1.4.4.Bagi Penelitian Selanjutnya

Dari hasil penelitian ini dapat memberikan masukan tentang kualitas hidup pada lanjut usia di komunitas khususnya keperawatan gerontik sebagai sumber data dan pengembangan ilmu bagi peneliti selanjutnya.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Lansia

2.1.1.Defenisi lansia

Menurut Undang-Undang No. 13/ tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Sementara itu WHO menyatakan bahwa lanjut usia meliputi usia pertengahan yaitu kelompok usia 45-59 tahun. Selain itu lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologi dan fisik serta kejiwaan dan sosial. Menua (manjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2008).

2.1.2.Batasan-batasan Lansia

Batasan lansia menurut WHO meliputi usia pertengahan (Middle age) antara 45 - 59 tahun, usia lanjut (Elderly) antara 60 - 74 tahun, dan usia lanjut tua (Old) antara 75 – 90 tahun, serta usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Nugroho, 2008).

Menurut Depkes RI batasan lansia terbagi dalam empat kelompok yaitu pertengahan umur usia lanjut/ virilitas yaitu masa persiapan usia


(19)

lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa antara 45 – 54 tahun, usia lanjut dini/ prasenium yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut antara 55 – 64 tahun, kelompok usia lanjut/ senium usia 65 tahun keatas dan usia lanjut dengan resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal di panti, menderita penyakit berat, atau cacat.

2.1.3.Teori-teori penuaan

Teori tentang penuaan dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok teori stokastik dan teori kelompok genetika perkembangan (Kosasih, Setiabudhi, dan Heryanto, 2005).

2.1.3.1. Kelompok teori stokastik

Pada kelompok ini proses tua dianggap sebagai akibat dari kumpulan dampak negatif lingkungan. Adapun teori yang termasuk dalam kelompok ini ialah:

a. Teori Mutasi Somatik

Teori Mutasi Somatik dikemukakan pada pertengahan abad 20 dengan dasar setelah perang dunia saat itu, lingkungan banyak terekspos oleh radiasi yang memicu mutasi sel. Lebih jauh mutasi sel menyebabkan kemunduran sampai pada kegagalan organ sehingga dapat menyebabkan kematian (Kosasih, Setiabudhi, dan Heryanto, 2005).


(20)

b. Teori Kesalahan Berantai (Error Catasthrophe Theory) Orgel (1963) mengemukakan teori kesalahan pembentukan protein sel yang mengandung materi genetik. Jika kesalahan tersebut terus menerus diturunkan dari generasi ke generasi, maka jumlah molekul abnormal akan semakin banyak. Menurut teori ini, proses tua disebabkan oleh kesalahan-kesalahan yang beruntun dan berlangsung lama sepanjang kehidupan, dimana terjadi kesalahan transkripsi (perubahan DNA menjadi RNA) maupun pada translasi (perubahan RNA menjadi protein atau enzim). Enzim atau protein yang salah ini akan menyebabkan gangguan pada metabolisme sehingga mengurangi fungsi sel. Walaupun pada keadaan tertentu sel mampu memperbaiki kesalahan, namun kemampuan ini sangat terbatas. Kesalahan beruntun inilah yang akan menimbulkan “bencana” (catasthrophe) (Kosasih, Setiabudhi, dan Heryanto, 2005).

c. Teori Pilin (Cross - Lingking Theory)

Kohn dan Bjorksten (1974) mengemukakan teori ini dengan dasar bahwa makin bertambahnya usia, protein manusia yaitu DNA satu dengan DNA lainnya akan saling melekat dan memilin (cross-link). Akibatnya protein (DNA) menjadi rusak dan tidak dapat dicerna oleh enzim pemecah protein (enzim protease), sehingga elastisitas protein akan berkurag


(21)

dan akhirnya mengakibatkan kerutan pada kulit, fungsi penyaring ginjal menjadi berkurang, dan terjadi katarak pada mata (Kosasih, Setiabudhi, dan Heryanto, 2005).

d. Teori Glikosilasi (Glycosilation Theory)

Teori ini mengemukakan bahwa bila terjadi proses pengikatan antara gula (glukosa) dengan protein (proses glikolisasi) maka protein dan glukosa yang terlibat akan rusak dan tidak berfungsi optimal. Semakin lama hidup seseorang, semakin banyak pula kesempatan terjadinya pertemuan antara oksigen, glukosa dan protein yang akan memicu terjadinya keadaan degenerasi seperti katarak senilis, kulit yang keriput/kusam, dan lain-lain (Kosasih, Setiabudhi, dan Heryanto, 2005).

e. Teori Pakai dan Rusak (Wear and Tear Theory)

Dr. August Weismann (1882) mengatakan bahwa tubuh dan sel-selnya rusak karena banyak terpakai dan digunakan secara berlebihan. Organ tubuh seperti hati, lambung, ginjal, kulit, dan sebagainya dirusak oleh racun (toksin) yang didapat dari makanan dan lingkungan (Kosasih, Setiabudhi, dan Heryanto, 2005).

2.1.3.2. Kelompok teori genetika perkembangan

Kelompok teori ini mengemukakan bahwa proses tua merupakan bagian dari proses tumbuh kembang yang


(22)

berkesinambungan, di mana secara genetik telah terkontrol dan terprogram. Memang tidak dipungkiri bahwa faktor luar (lingkungan) sangat berpengaruh, namun para ilmuwan percaya bahwa lama hidup dan proses tua sudah diatur secara intrinsik oleh tubuh, dalam hal ini kaitannya dengan genetik. Bukti nyata akan hal ini bahwa berbagai spesies memiliki lama hidup yang berbeda padahal mereka terekspos oleh suasana lingkungan yang sama. Adapun teori yang termasuk di dalam kelompok Teori ini adalah:

1. Teori Neuro Endokrin (hormonal)

Denckla (1974) mengungkapkan bahwa proses tua dipengaruhi oleh aksi hipotalamus-hipofisis-adrenal. Dengan bertambahnya usia, maka terjadi penurunan fungsi sel-sel neuron di hipotalamus, sehingga mengakibatkan gangguan produksi hormon-hormon yang secara otomatis mengganggu fungsi organ terkait. Hormon sangat vital untuk memperbaiki dan mengatur fungsi tubuh. Semakin tua seseorang maka produksi hormon tubuh menjadi berkurang, sehingga kemampuan tubuh untuk memperbaiki diri (self repaired) dan mengatur diri (self regulation) menjadi menurun (Kosasih, Setiabudhi, dan Heryanto, 2005).


(23)

2. Teori Mutasi Genetik

Burnet (1974) mengatakan bahwa tiap spesies mempunyai konstitusi genetik spesifik. Tingkat ketepatan dan kepatuhan akan menentukan kemungkinan timbulnya kesalahan atau mutasi, dan sepanjang perjalanan hidup organisme dapat muncul kode genetik spesifik yang baru (Kosasih, Setiabudhi, dan Heryanto, 2005).

3. Teori Imunologis

Teori ini berdasarkan dari pengamatan bahwa dengan bertambahnya usia maka terjadi penurunan kadar imunoglobulin, terutama IgD, peningkatan natural killer cell, penurunan faal limfosit T, resistensi terhadap infeksi, serta peningkatan kejadian penyakit autoimun. Salah satu bukti yang ditemukan Brocklehurst (1987) adalah bertambahnya prevalensi autoantibodi pada orang lanjut usia (Kosasih, Setiabudhi, dan Heryanto, 2005).

4. Teori Radikal Bebas

Harman (1956) menerangkan proses tua terjadi berdasarkan timbulnya kerusakan jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas. Radikal bebas ialah atom atau molekul dengan susunan elektron tidak lengkap atau tidak berpasangan sehingga bersifat tidak stabil dan kecenderungan kuat untuk berpasangan. Radikal bebas menyebabkan efek samping


(24)

invivo sehingga terjadi injury sel atau disfungsi dan diikuti inflamasi dan pada akhirnya terjadi penyakit degeneratif (Kosasih, Setiabudhi, dan Heryanto, 2005).

5. Teori Membran

ZsNagy mengatakan bahwa kemampuan untuk memindahkan berbagai macam senyawa kimia, panas dan berbagai proses listrik terganggu sejalan dengan proses tua. Membran sel menjadi lebih kering (cairan dan lemak yang berkurang) dan menjadi lebih padat. Hal ini mengurangi kemampuan sel untuk menjalankan fungsi normal dan terjadi akumulasi racun (toksin) yang disebut lipofuchsin yang akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia (Kosasih, Setiabudhi, dan Heryanto, 2005).

6. Teori Gangguan Mitokondria

Mitokondria adalah organel yang menghasilkan energi Adenosine Triphosphate (ATP). Pada teori radikal bebas dikatakan mitokondria terpapar oleh banyak radikal bebas yang dapat merusak mitokondria sedangkan sel kurang mendapat proteksi yang memadai dari proses ini, maka fungsi mitokondria akan terganggu dan otomatis produksi ATP berkurang. Sel-sel tidak dapat meminjam energi dari sel lain, maka kerja sel juga terganggu bahkan gagal. Bila sel gagal menghasilkan energi otomatis organ yang


(25)

dibentuknya ikut terganggu dan gagal sehingga berakhir dengan kematian (Kosasih, Setiabudhi, dan Heryanto, 2005).

7. Teori Telomerase

Dasar teori ini didapat oleh grup ilmuwan dari Geron Corporation di Menlo Park, California. Telomer adalah rangkaian asam nukleat yang terdapat di ujung kromosom, fungsinya menjaga keutuhan kromosom. Tiap kali sel tubuh membelah, telomer akan memendek. Apabila ujung telomer sudah sangat pendek, kemampuan sel untuk membelah akan berkurang, melambat dan akhirnya sel tidak dapat membelah lagi (mati) (Kosasih, Setiabudhi, dan Heryanto, 2005).

2.1.4.Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia

Darmojo dan Martono (1994) mengatakan bahwa proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

Nugroho (2008) menyatakan terdapat banyak perubahan yang terjadi pada lanjut usia mencakup perubahan-perubahan fisik, mental, psikososial, dan perkembangan spiritual.


(26)

2.1.4.1. Perubahan-perubahan fisik

a. Sel

Sel menjadi lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukurannya, berkurangnya jumlah cairan cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel, serta otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10% (Nugroho, 2008).

b. Sistem persarafan

Terjadi penurunan berat otak sebesar 10-20%, cepatnya menurun hubungan persarafan, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya stress, mengecilnya saraf panca indra, serta kurang sensitif terhadap sentuhan. Pada sistem pendengaran terjadi presbiakusis ( gangguan dalam pendengaran ) hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, otosklerosis akibat atrofi membran timpani, dan terjadinya pengumpulan serumen yang dapat mengeras karena meningkatnya keratin, serta biasanya pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/stress (Nugroho, 2008).


(27)

c. Sistem penglihatan

Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk sferis (bola), kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak, meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapangan pandang, serta menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau (Nugroho, 2008).

d. Sistem kardiovaskuler

Terjadi penurunan elastisitas aorta, katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun, kurangnya elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun, mengakibatkan pusing mendadak, serta meningginya tekanan darah akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (Nugroho, 2008).

e. Sistem pengaturan

Temperatur tubuh terjadi hipotermia secara fisiologis akibat metabolisme yang menurun, keterbatasan refleks menggigil


(28)

dan tidak dapat memproduksi panas akibatnya aktivitas otot menurun (Nugroho, 2008).

f. Sistem respirasi

Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun, ukuran alveoli melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang, kemampuan untuk batuk berkurang, serta kemampuan kekuatan otot pernafasan menurun (Nugroho, 2008).

g. Sistem gastrointestinal

Terjadi kehilangan gigi akibat periodontal disease, kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk, indra pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah terhadap rasa manis, asin, asam, atau pahit, esofagus melebar, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi, serta melemahnya daya absorbsi (Nugroho, 2008).

h. Sistem reproduksi

Terjadi penciutan ovari dan uterus, penurunan lendir vagina, serta atrofi payudara, sedangkan pada laki-laki, testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur, kehidupan seksual


(29)

dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal kondisi kesehatan baik (Nugroho, 2008).

i. Sistem perkemihan

Terjadi atrofi nefron dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria (Nugroho, 2008). j. Sistem Endokrin

Terjadi penurunan semua produksi hormon, mencakup penurunan aktivitas tiroid, BMR, daya pertukaran zat, produksi aldosteron, progesterone, estrogen, dan testosteron (Nugroho, 2008).

k. Sistem Integumen

Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi, serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis, rambut menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya, serta kelenjar keringat yang berkurang jumlah dan fungsinya (Nugroho, 2008).


(30)

l. Sistem muskuloskeletal

Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh, kifosis, pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami sclerosis, serta atrofi serabut otot (Nugroho, 2008).

2.1.4.2. Perubahan-perubahan mental

Kuntjoro (2002) mengatakan bahwa pada lansia dapat timbul gangguan keseimbangan (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan /kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif terutama aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis dsb.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental mencakup penurunan kondisi fisik, penurunan fungsi dan potensi seksual, perubahan aspek psikososial, perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan, dan perubahan dalam peran sosial di masyarakat.

1. Penurunan kondisi fisik seperti yang telah dijelaskan diatas. 2. Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lansia sering kali

berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti gangguan jantung, gangguan metabolisme, dan vaginitis, baru selesai operasi, kekurangan gizi, penggunaan obat-obat tertentu, faktor psikologis yang menyertai lansia seperti rasa


(31)

tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual, sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya, kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya, pasangan hidup telah meninggal, dan disfungsi seksual.

3.Perubahan aspek psikososial akan dijelaskan pada perubahan-perubahan psikososial.

4. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan, pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. 5.Perubahan dalam peran sosial di masyarakat, lansia

sebaiknya selalu diajak untuk melakukan aktivitas dan memiliki peranan di masyarakat, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, dan merengek-rengek bila bertemu dengan orang lain.


(32)

2.1.4.3. Perubahan-perubahan psikososial

Kuntjoro (2002) mengatakan pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi semakin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat lansia menjadi kurang cekatan.

Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia akan mengalami perubahan-perubahan psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia yaitu sebagai berikut:

1. Tipe kepribadian konstruktif (Construction personality), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.

2. Tipe kepribadian mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power syndrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.


(33)

3. Tipe kepribadian tergantung (Dependent personality), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya. 4. Tipe kepribadian bermusuhan (Hostility personality), pada

tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya tidak stabil.

5. Tipe kepribadian kritik diri (Self Hate personality), pada lansia tipe ini umunya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.

Menurut Nugroho (2008) pada lansia yang dulunya bekerja dan mengalami pensiun akan mengalami kehilangan finansial, status, teman dan kegiatan. Seorang lansia juga merasakan atau sadar akan kematian, mengalami penyakit kronis dan ketidakmampuan, terjadi rangkaian dari kehilangan, serta hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik.


(34)

2.1.5.Dampak perubahan dan kemunduran pada lansia

Perubahan dan kemunduran yang terjadi akan memberikan dampak terhadap tingkah laku dan perasaan orang yang memasuki usia lanjut. Kemunduran fisik yang terjadi pada lansia memberikan kesimpulan bahwa kecantikan atau ketampanan yang mereka miliki mulai hilang, ini berarti kehilangan daya tarik bagi diri lansia. Wanita biasanya lebih risau dan tertekan karena keadaan tersebut sebab biasanya wanita di puji karena kecantikan dan keindahan fisiknya. Tetapi tidak berarti bahwa pria pada masa kini tidak mengalami hal tersebut. Pada pria yang mengalami proses menua tetap dirinya menarik bagi lawan jenisnya (Nugroho, 2008).

Selain itu yang menjadi permasalahan pada lansia di Indonesia meliputi ketergantungan, sistem nilai kekerabatan yang berubah, sumber pendapatan lansia yang menurun, dan masalah kesehatan dan pemberdayaan pola hidup sehat, serta masalah psikologi dan kesehatan mental dan spiritual.

a. Ketergantungan

Angka harapan hidup yang semakin tinggi dan jumlah lansia yang terus meningkat akan menjurus pada perubahan demografis dan berdampak pada rasio ketergantungan. Setiap calon penduduk lansia harus menyiapkan keluarga dan anak-anaknya dengan baik agar pada waktunya kelak dapat menanggung lansia (Hamid, 2001).


(35)

b. Sistem nilai kekerabatan yang berubah

Ukuran keluarga yang telah berubah menjadi lebih kecil disertai perubahan sistem nilai kekerabatan dalam keluarga ditandai sikap pada setiap anggota keluarga termasuk lansia. Yang menjadi lebih modern ditandai oleh perencanaan masa depan dengan lebih seksama, dilandasi perhitungan rasional tentang untung rugi, keinginan untuk hidup mandiri yang telah mengubah tradisi yang selama ini dianut. Hal ini akan memposisikan lansia pada keduduka n dan peran yang baru dalam keluarga. Perubahan ini akan memberikan pengaruhnya pada berbagai aspek kehidupan ekonomi dan sosial budaya, terutama pengaruh dalam kemampuan keluarga memberikan pelayanan bagi lansia (Hamid, 2001).

c. Sumber pendapatan lansia yang menurun

Lansia perlu memiliki sumber pendapatan untuk mendukung kehidupan yang sejahtera, sumber – sumber pendapatan lansia dapat berupa pensiun, tabungan, asuransi hari tua, bantuan keluarga, atau bagi yang masih aktif produktif di usia lanjut, sumber pendapatannya adalah perolehan sebagai penghasilan dari pekerjaannya tidak sedikit yang memiliki kesejahteraan ekonomi yang cukup namun tetap ingin bekerja. Penyediaan lapangan pekerjaan bagi lansia perlu dukungan kebijakan pemerintah di bidang ketenagakerjaan para lansia (Hamid, 2001).


(36)

d. Masalah kesehatan dan pemberdayaan pola hidup sehat

Untuk mempertahankan kualitas hidup yang baik, lansia sebaiknya memelihara kesehatan dan mengetahui sedini mungkin masalah pada organ tubuhnya (Kosasih, 2005).

2.2.Kualitas Hidup

2.2.1.Defenisi Kualitas Hidup

Menurut Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto, kualitas hidup adalah tingkat dimana seseorang menikmati hal-hal penting yang mungkin terjadi dalam hidupnya. Masing-masing orang memiliki kesempatan dan keterbatasan dalam hidupnya yang merefleksikan interaksinya dan lingkungan. Sedangkan kenikmatan itu sendiri terdiri dari dua komponen yaitu pengalaman dari kepuasan dan kepemilikan atau prestasi (Universitas Toronto, 2004).

Hays (1992) menyatakan bahwa kualitas hidup dapat disimpulkan dua bagian yaitu pertama kesehatan fisik terdiri dari fungsi fisik, keterbatasan peran fisik, nyeri pada tubuh, dan persepsi kesehatan secara umum, kedua kesehatan mental terdiri dari vitalitas, fungsi sosial, keterbatasan peran emosional, dan kondisi mental.

Kualitas Hidup beraati hidup yang baik, hidup yang baik sama seperti hidup dengan kehidupan yang berkualitas tinggi (Ventegodt, Merriek, Andersen, 2003). Hal ini digambarkan pada kebahagiaan, pemenuhan kebutuhan, fungsi dalam konteks sosial, dan lain-lain.


(37)

Menurut WHO (1994), kualitas hidup didefenisikan sebagai persepsi individu sebagai laki-laki atau wanita dalam hidup, ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, dan berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka. Hal ini merupakan konsep tingkatan, terangkum secara kompleks mencakup kesehatan fisik, status psikologis, tingkat kebebasan, hubungan kepada karakteristik lingkungan mereka.

2.2.2.Komponen Kualitas Hidup

Beberapa literatur menyebutkan kualitas hidup dapat diklasifikasikan kedalam beberapa komponen yaitu :

2.2.3.University of Toronto (2004)

Beberapa literatur menyebutkan kualitas hidup dapat dibagi dalam 3 bagian yaitu internal individu, kepemilikan (hubungan individu dengan lingkungan), dan harapan(prestasi dan aspirasi individu).

a. Internal individu

Internal individu dalam kualitas hidup dibagi 3 yaitu secara fisik, psikologis, dan spiritual. Secara fisik yang terdiri dari kesehatan fisik yang terdiri dari kesehatan fisik, personal higienis, nutrisi, olohraga, pakaian, dan penampilan fisik secara umum. Secara psikologis yang terdiri dari kesehatan dan penyesuaian psikologis, kesadaran,


(38)

perasaan, harga diri, konsep diri, dan kontrol diri. Secara spiritual terdiri dari nilai-nilai pribadi dan kepercayaan spiritual.

b. Kepemilikan

Kepemilikan (hubungan individu dengan lingkungannya) dalam kualitas hidup dibagi dua yaitu secara fisik dan sosial. Secara fisik yang terdiri dari rumah, tempat kerja/sekolah, secara sosial terdiri dari tetangga/lingkungan dan masyarakat, keluarga, teman/rekan kerja, lingkungan dan masyarakat.

c. Harapan

Harapan (prestasi dan aspirasi individu) dalam kualitas dapat dibagi dua yaitu secara praktis dan secara pekerjaan. Secara praktis yaitu rumah tangga, pekerjaan, aktivitas sekolah atau sukarela dan pencapaian kebutuhan atau sosial. Secara pekerjaan yaitu aktivitas peningkatan pengetahuan dan kemampuan serta adaptasi terhadap perubahan dan penggunaan waktu santai, aktivitas relaksasi dan reduksi stress.

World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL) membagi kualitas hidup dalam enam domain yaitu fisik, psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial, lingkungan, spiritual, agama atau kepercayaan seseorang (WHO, 1998).

1. Domain fisik


(39)

a. Nyeri dan ketidaknyamanan

Aspek ini mengeksplor sensasi fisik yang tidak menyenangkan yang dialami individu, dan selanjutnya berubah menjadi sensasi yang menyedihkan dan mempengaruhi hidup individu tersebut. Sensasi yang tidak menyenangkan meliputi kekakuan, sakit, nyeri dengan durasi lama atau pendek, bahkan penyakit gatal juga termasuk. Diputuskan nyeri bila individu mengatakan nyeri, walaupun tidak ada alasan medis yang membuktikannya (WHO, 1998).

b. Tenaga dan lelah

Aspek ini mengeksplor tenaga, antusiasme dan keinginan individu untuk selalu dapat melakukan aktivitas sehari-hari, sebaik aktivitas lain seperti rekreasi. Kelelahan membuat individu tidak mampu mencapai kekuatan yang cukup untuk merasakan hidup yang sebenarnya. Kelelahan merupakan akibat dari beberapa hal seperti sakit, depresi, atau pekerjaan yang terlalu berat (WHO, 1998).

c. Tidur dan istirahat

Aspek ini fokus pada seberapa banyak tidur dan istirahat. Masalah tidur termasuk kesulitan untuk pergi tidur, bangun tengah malam, bangun di pagi hari dan tidak dapat kembali tidur dan kurang segar saat bangun di pagi hari (WHO, 1998).


(40)

Sedangkan Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto mengidentifikasikan Physical being sebagai aspek dari kesehatan fisik, kebersihan diri, nutrisi, olahraga, perawatan, berpakaian, dan penampilan fisik (Universitas Toronto, 2004).

2. Domain Psikologis

WHOQOL membagi domain psikologis pada lima bagian, yaitu: a. Perasaan positif

Aspek ini menguji seberapa banyak pengalaman perasaan positif individu dari kesukaan, keseimbangan, kedamaian, kegembiraan, harapan, kesenangan dan kenikmatan dari hal-hal baik dalam hidup. Pandangan individu, dan perasaan pada masa depan merupakan bagian penting dari segi ini (WHO, 1998).

b. Berfikir, belajar, ingatan dan konsentrasi

Aspek ini mengeksplor pandangan individu terhadap pemikiran, pembelajaran, ingatan, konsentrasi dan kemampuannya dalam membuat keputusan. Hal ini juga termasuk kecepatan dan kejelasan individu memberikan gagasan (WHO, 1998).

c. Harga diri

Aspek ini menguji apa yang individu rasakan tentang diri mereka sendiri. Hal ini bisa saja memiliki jarak dari perasaan positif sampai perasaan yang ekstrim negatif tentang diri mereka sendiri. Perasaan seseorang dari harga sebagai individu dieksplor. Aspek


(41)

dari harga diri fokus dengan perasaan individu dari kekuatan diri, kepuasan dengan diri dan kendali diri (WHO, 1998).

d. Gambaran diri dan penampilan

Aspek ini menguji pandangan individu dengan tubuhnya. Apakah penampilan tubuh kelihatan positif atau negatif. Fokus pada kepuasan individu dengan penampilan dan akibat yang dimilikinya pada konsep diri. Hal ini termasuk perluasan dimana apabila ada bagian tubuh yang cacat akan bisa dikoreksi misalnya dengan berdandan, berpakaian, menggunakan organ buatan dan sebagainya (WHO, 1998).

e. Perasaan negatif

Aspek ini fokus pada seberapa banyak pengalaman perasaan negatif individu, termasuk patah semangat, perasaan berdosa, kesedihan, keputusasaan, kegelisahan, kecemasan, dan kurang bahagia dalam hidup. Segi ini termasuk pertimbangan dari seberapa menyedihkan perasaan negatif dan akibatnya pada fungsi keseharian individu (WHO, 1998).

Sedangkan Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto mengidentifikasikan Psychological being sebagai aspek dari kesehatan psikologis dan penyesuaian seseorang, pengertian, perasaan, dan perhatian pada evaluasi diri, dan kontrol diri (Universitas Toronto, 2004).


(42)

3. Domain Tingkat kebebasan

WHOQOL membagi domain tingkat kebebasan pada empat bagian, yaitu:

a. Pergerakan

Aspek ini menguji pandangan individu terhadap kemampuannya untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain, bergerak di sekitar rumah, bergerak di sekitar tempat kerja, atau ke dan dari pelayanan transportasi (WHO, 1998).

b. Aktivitas hidup sehari-hari

Aspek ini mengeksplor kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Hal ini termasuk perawatan diri dan perhatian yang tepat pada kepemilikan. Tingkatan dimana individu tergantung pada yang lain untuk membantunya dalam aktivitas kesehariannya juga berakibat pada kualitas hidupnya (WHO, 1998).

c. Ketergantungan pada pengobatan atau perlakuan

Aspek ini menguji ketergantungan individu pada medis atau pengobatan alternatif (seperti akupuntur dan obat herba) untuk mendukung fisik dan kesejahteraan psikologisnya. Pengobatan pada beberapa kasus dapat berakibat negatif pada kualitas hidup individu (seperti efek samping dari kemoterapi) di saat yang sama pada kasus lain menambah kualitas hidup individu (seperti pasien kanker yang menggunakan pembunuh nyeri) (WHO, 1998).


(43)

d. Kapasitas pekerjaan

Aspek ini menguji penggunaan energi individu untuk bekerja. Bekerja didefenisikan sebagai aktivitas besar dimana individu disibukkan. Aktivitas besar termasuk pekerjaan dengan upah, pekerjaan tanpa upah, pekerjaan sukarela untuk masyarakat, belajar dengan waktu penuh, merawat anak dan tugas rumah tangga (WHO, 1998).

4. Domain Hubungan sosial

WHOQOL membagi domain hubungan sosial pada tiga bagian, yaitu:

a. Hubungan perorangan

Aspek ini menguji tingkatan perasaan individu pada persahabatan, cinta, dan dukungan dari hubungan yang dekat dalam kehidupannya. Aspek ini termasuk pada kemampuan dan kesempatan untuk mencintai, dicintai dan lebih dekat dengan orang lain secara emosi dan fisik. Tingkatan dimana individu merasa mereka bisa berbagi pengalaman baik senang maupun sedih dengan orang yang dicintai. (WHO, 1998).

b. Dukungan sosial

Aspek ini menguji apa yang individu rasakan pada tanggung jawab, dukungan, dan tersedianya bantuan dari keluarga dan teman. Aspek ini fokus pada seberapa banyak yang individu


(44)

rasakan pada dukungan keluarga dan teman, faktanya pada tingkatan mana individu tergantung pada dukungan di saat sulit (WHO, 1998).

c. Aktivitas seksual

Aspek ini fokus pada dorongan dan hasrat pada seks, dan tingkatan dimana individu dapat mengekspresikan dan senang dengan hasrat seksual yang tepat (WHO, 1998).

Sedangkan Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto mengidentifikasikan Social belonging sebagai hubungan dengan lingkungan sosial dan termasuk perasaan dari penerimaan yang dekat, keluarga, teman, rekan kerja, dan tetangga serta masyarakat (Universitas Toronto, 2004).

5. Domain Lingkungan

WHOQOL membagi domain lingkungan pada delapan bagian, yaitu: a. Keamanan fisik dan keamanan

Aspek ini menguji perasaan individu pada keamanan dari kejahatan fisik. Ancaman pada keamanan bisa timbul dari beberapa sumber seperti tekanan orang lain atau politik. Aspek ini berhubungan langsung dengan perasaan kebebasan individu (WHO, 1998).


(45)

b. Lingkungan rumah

Aspek ini menguji tempat yang terpenting dimana individu tinggal (tempat berlindung dan menjaga barang-barang). Kualitas sebuah rumah dapat dinilai pada kenyamanan, tempat teraman individu untuk tinggal (WHO, 1998).

c. Sumber penghasilan

Aspek ini mengeksplor pandangan individu pada sumber penghasilan (dan sumber penghasilan dari tempat lain). Fokusnya pada apakah individu dapat mengahasilkan atau tidak dimana berakibat pada kualitas hidup (WHO, 1998).

d. Kesehatan dan perhatian sosial: ketersediaan dan kualitas

Aspek ini menguji pandangan individu pada kesehatan dan perhatian sosial di kedekatan sekitar. Dekat berarti berapa lama waktu yang diperlukan untuk mendapatkan bantuan (WHO, 1998).

e. Kesempatan untuk memperoleh informasi baru dan keterampilan Aspek ini menguji kesempatan individu dan keinginan untuk mempelajari keterampilan baru, mendapatkan pengetahuan baru, dan peka pada apa yang terjadi. Termasuk program pendidikan formal, atau pembelajaran orang dewasa atau aktivitas di waktu luang, baik dalam kelompok atau sendiri (WHO, 1998).

Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto mengidentifikasikan Growth becoming sebagai kegiatan


(46)

perbaikan atau pemeliharaan pengetahuan dan keterampilan (Universitas Toronto, 2004).

f. Patisipasi dalam kesempatan berekreasi dan waktu luang

Aspek ini mengeksplor kemampuan individu, kesempatan dan keinginan untuk berpartisipasi dalam waktu luang, hiburan dan relaksasi (WHO, 1998).

Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto mengidentifikasikan Leisure becoming sebagai aktivitas yang menimbulkan relaksasi dan penurunan stress. Disini termasuk permainan kartu, pembicaraan dengan tetangga, dan kunjungan keluarga, atau aktivitas dengan durasi yang lama seperti liburan (Universitas Toronto, 2004).

g. Lingkungan fisik (polusi/ keributan/ kemacetan/ iklim)

Aspek ini menguji pandangan individu pada lingkungannya. Hal ini mencakup kebisingan, polusi, iklim dan estetika lingkungan dimana pelayanan ini dapat meningkatkan atau memperburuk kualitas hidup (WHO, 1998).

h. Transportasi

Aspek ini menguji pandangan individu pada seberapa mudah untuk menemukan dan menggunakan pelayanan transportasi (WHO, 1998).


(47)

6. Domain Spiritual/ agama/ kepercayaan seseorang

Aspek ini menguji kepercayaan individu dan bagaimana dampaknya pada kualitas hidup. Hal ini bisa membantu individu untuk mengkoping kesulitan hidupnya, memberi kekuatan pada pengalaman, aspek ini ditujukan pada individu dengan perbedaan agama (Buddha, Kristen, Hindu, dan Islam), sebaik individu dengan kepercayaan individu dan kepercayaan spiritual yang tidak sesuai dengan orientasi agama (WHO, 1998)

Sedangkan Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto mengidentifikasikan Spiritual being sebagai refleksi nilai diri, standar diri dari tingka h laku, dan kepercayaan spiritual dimana terhubung atau tidak dengan pengaturan kepercayaan (Universitas Toronto, 2004).

Sedangkan World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL)-BREF membagi kualitas hidup dalam empat domain yaitu fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan.

2.3. Panti Werda

Panti wreda merupakan tempat mengurus dan merawat orang jompo (Depdiknas, 2005). Panti wreda merupakan suatu institusi hunian bersama dari para lansia yang secara fisik/kesehatan masih mandiri, akan tetapi (terutama) mempunyai keterbatasan di bidang sosial-ekonomi. Kebutuhan


(48)

harian dari para penghuni biasanya disediakan oleh pengurus panti. Panti wreda yang dikelola oleh pemerintah memiliki sasaran pelayanan pada usia lanjut berusia 60 tahun keatas yang tidak memiliki keluarga, terlantar, tidak mempunyai keluarga yang dapat membantu kehidupannya sehari-hari, karena kemauannya sendiri atau terpaksa (Darmodjo, 1999).

Pelayanan yang diberikan pada sistem ini adalah 1) pemenuhan kebutuhan setiap hari, kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal, 2) bimbingan keagamaan, 3) pelayanan kesehatan, penyuluhan kesehatan, pemeriksaan dokter, pelayanan dokter Puskesmas, menyediakan obat-obat ringan, 4) pembinaan fisik guna menjaga kesehatan seperti senam yang bermanfaat untuk peregangan otot, pernafasan dan jantung, 5) kegiatan-kegiatan bersama untuk meningkatkan kebersamaan dan interaksi sosial, 6) kesehatan, memberikan penyuluhan hidup sehat dan bersih, 7) konseling, 8) bantuan tambahan modal usaha bagi usia lanjut, 9) rekreasi dan senam ringan (Nugroho, 2008).


(49)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka konseptual

Kerangka konsep ini bertujuan untuk menggambarkan kualitas hidup lansia yang tinggal di Graha Residen Senior Karya Kasih, dapat diketahui berdasarkan empat domain yaitu domain fisik, domain psikologis, domain hubungan sosial, dan domain lingkungan.

Skema 1.

Kerangka konseptual penelitian Kualitas Hidup Lansia di Graha Residen Senior Karya Kasih

Keterangan:

: variabel yang diteliti

: berhubungan Kualitas hidup

Domain fisik Domain psikologis Domain hubungan sosial

Domain lingkungan Lansia yang tinggal di Graha Residen Senior Karya Kasih Kualitas hidup

Domain fisik Domain psikologis Domain hubungan sosial Domain lingkungan


(50)

3.2.Defenisi konseptual Kualitas hidup

Kualitas hidup adalah tingkat dimana seseorang menikmati hal-hal penting yang mungkin terjadi dalam hidupnya (Universitas Toronto, 2004).

Lansia

Menurut Undang-Undang No. 13/ tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

3.3.Defenisi Operasional

Kualitas hidup lansia adalah tingkat dimana seseorang menikmati hal-hal penting yang mungkin terjadi dalam hidupnya ditinjau dari empat domain yang meliputi :

1. Domain fisik yang terdiri dari nyeri dan ketidaknyamanan, tenaga dan lelah, tidur dan istirahat.

2. Domain psikologis yang terdiri dari perasaan positif, berfikir, belajar, ingatan dan konsentrasi, harga diri, gambaran diri dan penampilan, perasaan negatif.

3. Domain hubungan sosial yang terdiri dari hubungan perorangan, dukungan sosial, aktivitas seksual.

4. Domain lingkungan yang terdiri dari keamanan fisik, lingkungan rumah, sumber penghasilan, kesehatan dan perhatian sosial, kesempatan untuk


(51)

memperoleh informasi baru, partisipasi dalam kesempatan berekreasi dan waktu luang, lingkungan fisik, dan transportasi.

5. Domain tingkat kebebasan yang terdidi dari pergerakan, aktivitas hidup sehari-hari, ketergantungan pada pengobatan atau perlakuan, dan kapasitas pekerjaan.

6. Domain Spiritual/ agama/ kepercayaan seseorang, aspek ini ditujukan pada individu dengan perbedaan agama (Buddha, Kristen, Hindu, dan Islam), sebaik individu dengan kepercayaan individu dan kepercayaan spiritual yang tidak sesuai dengan orientasi agama.

Maka dalam hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner menurut WHOQOL BREF 26 yaitu dengan melihat empat domain (fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan). Semua pertanyaan berdasarkan pada skala likert lima poin (1-5) yang fokus pada intensitas, kapasitas, frekuensi dan evaluasi.

Hasil ukur dari tiap variabel kualitas hidup apabila hasil total score dari kuesioner tinggi maka kualitas hidupnya tinggi sedangkan apabila hasil total score dari kuesioner rendah maka kualitas hidupnya rendah .


(52)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan merupakan penelitian deskriptif eksploratif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif, dalam hal ini adalah untuk menggambarkan kualitas hidup lansia.

4.2.Populasi, Sampel, dan Sampling 4.2.1.Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah para lansia yang tinggal di Graha Residen Senior Karya Kasih Medan. Populasi lansia di Graha Residen Senior ini berjumlah 90 orang.

4.2.2.Sampel

Menurut Arikunto (2010), untuk pengambilan sampel jika subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua populasi, maka sampel yang akan diteliti sebanyak 90 orang.

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Usia lansia 60 tahun keatas.

2. Tidak mengalami disorientasi orang, tempat, dan waktu. 3. Tidak mengalami gangguan kognitif, seperti pikun. 4. Audiovisual


(53)

5. Dapat berkomunikasi dan berbahasa Indonesia dengan baik. 6. Bersedia menjadi responden penelitian.

4.2.3.Sampling

Pada penelitian ini sampling yang digunakan adalah Total Sampling, dimana sampelnya semua dari jumlah populasi yang ada yaitu 90 orang.

4.3.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Graha Residen Senior Karya Kasih Medan. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi ini karena Graha Residen Senior ini merupakan Yayasan Sosial Swasta yang jarang dilakukan penelitian ilmiah. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 28 Nopember sampai 10 Desember 2011, penelitian ini dilakukan selama 2 minggu.

4.4.Pertimbangan Etik

Pengumpulan data dalam penelitian ini di ambil dari Graha Residen Senior karya Kasih Medan. Dalam penelitian ini juga disertakan sebuah surat persetujuan penelitian (Informed Consent) yang diberikan kepada Ketua Pelaksana Graha Residen Senior Karya Kasih Medan, sebagai perwakilan dari objek penelitian, untuk dibaca dan dapat membantunya mengambil keputusan. Surat persetujuan juga diberikan kepada objek penelitian, Ketua Pelaksana Graha Residen Senior Karya Kasih Medan telah memberi izin untuk melakukan penelitian di tempat tersebut.


(54)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden, dan telah ditandatangani sebagai bukti kesediaan menjadi responden. Tidak ada responden yang menolak dalam penelitian ini. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar instrumen. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, dan hanya kelompok data tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner dengan berpedoman kepada tinjauan pustaka dan kerangka konsep. Pada bagian pertama dari instrumen penelitian berisi data demografi lansia yang meliputi umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan sebelumnya, status perkawinan, lamanya tinggal di panti werdha , jumlah teman tidur dalam satu ruangan, dan masalah kesehatan yang dialami. Instrumen kedua berisi kuesioner kualitas hidup dari World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL) – BREF. Kuesioner ini merupakan rangkuman dari World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL) – 100 yang terdiri dari 26 pertanyaan. (WHOQOL) – BREF terdiri dari dua bagian yang berasal dari kualitas hidup secara menyeluruh dan kesehatan secara umum, dan satu bagian yang terdiri dari 24 pertanyaan yang berasal dari WHOQOL – 100.

Untuk menilai (WHOQOL) – BREF, maka ada empat domain yang digabungkan yaitu domain fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan.


(55)

Semua pertanyaan berdasarkan pada skala likert lima poin (1-5) yang fokus pada intensitas, kapasitas, frekuensi dan evaluasi. Skala respon intensitas mengacu kepada tingkatan dimana status atau situasi yang dialami individu. Skala respon kapasitas mengacu pada kapasitas perasaan, situasi atau tingkah laku. Skala respon frekuensi mengacu pada angka, frekuensi, atau kecepatan dari situasi atau tingkah laku. Skala respon evaluasi mengacu pada taksiran situasi dari situasi, kapasitas atau tingkah laku.

Untuk pertanyaan nomor 1 dan 2 tentang kualitas hidup secara menyeluruh dan kesehatan secara umum. Domain 1 - Fisik ada pada pertanyaan nomor 3, 4, 10, 15, 16, 17, dan 18. Domain 2 - Psikologis ada pada pertanyaan nomor 5, 6, 7, 11, 19, dan 26. Domain 3 - Hubungan sosial ada pada pertanyaan nomor 20, 21, dan 22. Domain 4 - Lingkungan ada pada pertanyaan nomor 8, 9, 12, 13, 14, 23, 24, dan 25. Instrumen ini juga terdiri dari tiga pertanyaan negatif yaitu nomor 3,4, dan 26. Pada penelitian ini tidak dilakukan transformed score , untuk mengidentifikasi kualitas hidup lansia score masing-masing pertanyaan dari tiap domain dengan 2 pertanyaan persepsi lansia terhadap kualitas hidup dan kesehatan secara umum dijumlahkan.

4.6.Uji Validitas

Kuesioner Kualitas Hidup diadopsi dari World Health Organization Quality of Life) dan telah dimodifikasi sebanyak 4 soal yaitu soal nomor 9, 12, 17, dan 25, karena peneliti menyadari bahwa data tersebut di lokasi yang


(56)

berbeda sehingga kuesioner yang dimodifikasi tersebut sesuai dengan keadaan panti werdha. Instrumen Quality of Life telah diterjemahkan sendiri.

Instrumen Quality of Life telah dilakukan uji validitas dengan menggunakan content validity, yaitu tingkat kevalidan yang mengukur instrumen dengan melihat apakah instrumen tersebut mempunyai pokok isi untuk diukur (Polit & Beck, 2008). Kuesioner tersebut telah diperiksa oleh dosen yang ahli dalam bidangnya.

4.7.Uji Reabilitas

Instrumen Quality of Life telah dilakukan uji reliabilitas dengan

menggunakan uji cronbach α. Uji statistik ini dapat digunakan untuk

mengukur item yang berbentuk sifat (Polit & Beck, 2008). Uji reabilitas dilakukan terhadap 20 orang, responden tersebut tinggal di Jalan Mustafa Kamil Hamparan Perak. Suatu instrumen dapat dikatakan reliabel jika reliabilitasnya diatas 0.70, hasil uji reabilitas untuk instrumen Quality of Life adalah 0.8 (Polit & Hugler, 1995). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa instrumen Quality of Life yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel dan telah dihitung dengan menggunakan sistem komputerisasi.

4.8.Pengumpulan data

Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Kepala


(57)

Yayasan Graha Residen Senior Karya Kasih Medan. Peneliti langsung mendatangi Graha Residen Senior Karya Kasih dan menjelaskan kepada responden tentang tujuan, manfaat, prosedur penelitian, dan cara pengisian kuisioner penelitian.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan memberikan kuesioner kepada responden. Untuk memudahkan peneliti menyebarkan keusioner, responden dikumpulkan di satu ruangan untuk mengisi keusioner sedangkan responden yang tidak ikut kumpul, peneliti yang langsung mendatangi ruangannya. Peneliti tidak setiap hari datang ke panti, hanya 7 kali peneliti datang dan dapat bertemu langsung dengan responden. Pada saat peneliti datang, responden yang terkumpul sebanyak 10-15 orang.

Responden yang menandatangani informed consent sebanyak 35 orang, 65 orang lagi tidak menandatangani informed consent karena mereka tidak bisa tanda tangan. Responden diminta menjawab pertanyaan dengan mengisi kuesioner yang diberikan, selanjutnya data yang terkumpul dianalisa.

4.9.Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah kuisoner dikumpulkan oleh peneliti dengan cara :

1. Peneliti mengumpulkan semua data lalu memeriksanya apakah jumlah kuesioner telah lengkap.


(58)

2. Peneliti melakukan entry data atau memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, yaitu dengan menggunakan sistem komputerisasi.

3. Peneliti melakukan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori, sehinggga memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data.

4. Setelah semua data dimasukkan, lalu data tersebut di analisa dengan sistem komput erisasi.

Hasil analisa data baik data demografi maupun kuesioner kualitas hidup akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, persentase, mean (nilai rata-rata), dan standar deviasi (SD).


(59)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1.Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini di dapat dari pengambilan data yang dilakukan selama 2 minggu yaitu dari tanggal 28 Nopember 2011 sampai dengan tanggal 10 Desember 2011 dengan jumlah responden sebanyak 90 orang yaitu dengan nilai tertinggi adalah 92 dan nilai terendah adalah 70. Penyajian analisa data dalam penelitian ini di uraikan berdasarkan data demografi dan data kualitas hidup (fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan) di Graha Residen Senior Karya Kasih Medan.

5.1.1.Data Demografi Responden

Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data demografi responden di Graha Residen Senior Karya Kasih Medan (N= 90 orang). Data Demografi Responden Frekuensi Presentase (%) Umur

60-65 tahun 12 13.3

66-70 tahun 20 22.2

71-80 tahun 44 49.9

>80 tahun 14 15.5

Jenis Kelamin

Laki-laki 33 36.6

Perempuan 57 63.3

Agama

Islam 3 3.3

Katolik 27 30.0


(60)

Lanjutan Tabel 1.

Data Demografi Responden Frekuensi Presentase (%)

Hindu - -

Budha 42 46.7

Suku

Jawa 5 5.5

Minang 3 3.3

Cina 82 81.1

Batak - -

Aceh - -

Dan lain-lain - -

Pendidikan terakhir

SD 10 11.0

SMP 42 46.7

SMA 34 37.7

Diploma 2 2.2

Sarjana 2 2.2

Tidak Sekolah - -

Pekerjaan Sebelumnya

PNS 6 6.6

Pegawai Swasta 14 15.5

Petani 12 13.3

Buruh/Karyawan 16 17.7

Tidak Bekerja 42 46.7

Status Perkawinan

Menikah 14 15.5

Tidak Menikah 20 20.2

Janda 32 35.5

Duda 24 26.6

Lamanya tinggal di panti

1-5 tahun 70 77.7

5-10 tahun 14 15.5


(61)

Lanjutan Tabel 1.

Data Demografi Responden Frekuensi Presentase (%) Jumlah teman satu kamar

1-3 orang 72 80.0

4-6 orang 18 20.0

7-10 orang - -

Masalah Kesehatan yang dialami

Hipertensi 40 44.4

Diabetes Melitus 10 11.0

Gangguan Penglihatan 8 8.8

Gangguan Pendengaran 12 13.3

Rematik 6 6.6

Dan lain-lain 14 15.5

Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas usia responden berada pada kelompok umur 71-80 tahun sebanyak 44 orang (49.9%). Responden yang berjenis kelamin yang mayoritas adalah perempuan sebanyak 57 orang (63.3%). Berdasarkan agama responden, agama Budha yang paling banyak yaitu sebanyak 42 orang (46.7%). Berdasarkan suku bangsa responden, suku Cina merupakan suku terbanyak dengan jumlah responden sebanyak 82 orang (81.1%). Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir responden yang berpendidikan SMP sebanyak 42 orang (46.7%). Berdasarkan pekerjaan responden sebelumnya, responden yang tidak bekerja paling banyak yaitu sebanyak 42 orang (46.7%). Berdasarkan status perkawinan, responden yang paling banyak adalah janda 32 orang (35.5%). Berdasarkan lamanya responden tinggal di panti adalah yang paling banyak 1-5 tahun sebanyak 70 orang (77.7 %).


(62)

Berdasarkan jumlah teman sekamar, sebanyak 72 responden (80%) memiliki 1-2 teman sekamar. Berdasarkan masalah kesehatan yang di alami responden, Hipertensi adalah masalah kesehatan yang paling banyak sekitar 40 orang (44.4%).

5.1.2.Domain Kualitas Hidup Lansia yang tinggal di Graha Residen Senior Karya Kasih Medan

Kualitas hidup lansia di dasarkan pada empat domain. Tabel 2 menunjukkan bahwa domain lingkungan merupakan domain dengan mean tertinggi yaitu 25.30 (SD = 5.02), dilanjutkan dengan domain fisik dengan mean 21.27 (SD = 4.61), domain domain psikologis dengan mean 18.75 ( SD = 4.33), dan yang terendah adalah hubungan sosial dengan mean 9.28 ( SD = 3.04 ).

Tabel 2. Mean dan Standar deviasi 4 domain

Domain Mean Standar deviasi

Domain fisik 21.27 4.61

Score Maximum = 27 (2.2%) Score Minimum = 7 (7.7%)

Domain psikologis 18.75 4.33

Score Maximum = 24 (15.5%) Score Minimum = 8(6.6 %)

Domain hubungan sosial 9.28 3.04

Score Maximum = 5(13.3%) Score Minimum = 13(8.8%)

Domain Lingkungan 25.30 5.02

Score Maximum = 36(35.5%) Score Minimum = 18(22.2%)


(63)

5.1.3.Domain Fisik

Dari Hasil Distribusi Frekuensi Domain Fisik didapatkan gambaran bahwa rasa sakit yang membatasi kebutuhan aktivitas fisik sebanyak 57 responden (63.3%) adalah dalam jumlah sedang, lansia yang sering memerlukan terapi medis untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari sebanyak 44 responden (49.9%) adalah dalam jumlah sedang, lansia yang memiliki kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari sebanyak 40 responden (44.4%) adalah sedang, lansia yang memiliki kemampuan dalam bergaul sebanyak 33 responden (36.6%) adalah biasa-biasa saja, lansia yang merasa puas dengan tidurnya sebanyak 57 responden (63.3%) adalah biasa-biasa saja, lansia yang merasa puas dengan kemampuannya dalam melakukan aktivitas sehari-hari sebanyak 44 responden (49.9%) adalah biasa-biasa saja, dan lansia yang merasa puas dengan kemampuannya untuk bekerja 44 responden (49.9%) adalah biasa-biasa saja.

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain fisik fokus pada frekuensi (N = 90)

TSS S DJS SS DJB

Pertanyaan n= n= n= n= n=

(%) (%) (%) (%) (%)

Seberapa jauh rasa sakit Bapak/ Ibu

mencegah Bapak/ Ibu? 2 8 57 13 10

dalam beraktivitas sesuai (2.2) (8.8) (63.5) (14.4) (11) kebutuhan Bapak/ Ibu


(64)

Lanjutan Tabel 3.

TSS S DJS SS DJB

Pertanyaan n= n= n= n= n=

(%) (%) (%) (%) (%)

Seberapa sering Bapak/ Ibu

membutuhkan 6 12 44 16 10

terapi medis untuk dapat berfungsi dalam (6.6) (13.3) (49.9) (17.7) (11) kehidupan sehari-hari Bapak/ Ibu?

Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain fisik fokus pada kapasitas (N = 90)

TSS S Sd Sr SD

Pertanyaan n= n= n= n= n=

(%) (%) (%) (%) (%)

Apakah Bapak/ Ibu memiliki tenaga yang 2 14 40 33 3

cukup untuk beraktivitas sehari-hari? (2.2) (15.5) (44.4) (36.3) (3.3)

Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain fisik focus pada evaluasi (N = 90)

SBr Br BBS Ba Sba

Pertanyaan n= n= n= n= n=

(%) (%) (%) (%) (%)

Seberapa baik kemampuan Bapak / Ibu - - 33 40 17


(65)

Tabel 6. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain fisik focus pada intensitas (N = 90)

STM TM BBS M SM

Pertanyaan n= n= n= n= n=

(%) (%) (%) (%) (%)

Seberapa puaskah Bapak / Ibu dengan 3 8 57 12 10

tidur Bapak / Ibu? (3.3) (8.8) (63.3) (13.3) (11)

Seberapa puaskah Bapak / Ibu dengan 2 6 44 14 24

Kemampuan Bapak / Ibu untuk (2.2) (6.6) (49.9) (5.5) (26.6) menampilkan aktivitas kehidupan

Bapak / Ibu sehari-hari?

Seberapa puaskah Bapak / Ibu dengan 3 10 44 21 12

Kemampuan Bapak/ Ibu untuk bekerja? (3.3) (11) (49.9) (23.3) (13.3)

5.1.4.Domain Psikologis

Dari Hasil Distribusi Frekuensi Domain Psikologis didapatkan gambaran bahwa lansia yang dapat menikmati hidupnya sebanyak 42 responden (46.7%) adalah dalam jumlah sedang, lansia yang merasa hidupnya berguna sebanyak 42 responden (46.7%) adalah dalam jumlah sedang, lansia yang masih mampu untuk berkonsentrasi sebanyak 44 responden (49.9%), lansia yang sering memikirkan keadaan penampilan fisiknya sebanyak 57 responden (63.3%) adalah sering sekali, lansia yang merasa puas terhadap dirinya sebanyak 42 responden (46.7%) adalah biasa-biasa saja, dan lansia yang sering memiliki perasaan negatif seperti kesepian, putus asa, cemas dan depresi sebanyak 42 responden (46.7%) adalah cukup sering.


(66)

Tabel 7. Distribusi frekuensi dan persentasi responden berdasarkan domain psikologis fokus pada frekuensi (N =90)

TSS S DJS SS DJB

Pertanyaan n= n= n= n= n=

(%) (%) (%) (%) (%)

Seberapa jauh Bapak/ Ibu menikmati hidup 2 8 42 24 14

Bapak/ Ibu? (2.2) (8.8) (46.7) (26.6) (15.5)

Seberapa jauh Bapak/ Ibu merasa hidup 3 10 42 20 15

Bapak/ Ibu berarti? (3.3) (11) (46.7) (22.2) (16.6)

Seberapa jauh Bapak/ Ibu mampu

berkonsentrasi? 6 8 44 20 12

(6.6) (8.8) (49.9)(22.2) (13.3)

Tabel 8. Distribusi frekuensi dan persentasi responden berdasarkan domain psikologis fokus pada intensitas (N =90)

TSS S Sd Sr SD

Pertanyaan n= n= n= n= n=

(%) (%) (%) (%) (%)

Apakah Bapak/ Ibu dapat menerima - 3 20 57 10

Penampilan tubuh Bapak/ Ibu? (-) (3.3) (22.2) (63.3) (11)

Tabel 9. Distribusi frekuensi dan persentasi responden berdasarkan domain psikologis fokus pada evaluasi (N = 90)

STM TM BBS M SM

Pertanyaan n= n= n= n= n=

(%) (%) (%) (%) (%)

Seberapa puaskah Bapak/ Ibu terhadap - 6 42 33 7


(67)

Tabel 10. Distribusi frekuensi dan persentasi responden berdasarkan domain psikologis pada frekuensi (N = 90)

TP J CS SS SI

Pertanyaan n= n= n= n= n=

(%) (%) (%) (%) (%)

Seberapa sering Bapak/ Ibu memiliki 10 24 42 14 -

Perasaan negatif seperti ‘feeling blue’

(kesepian), Putus asa, cemas, dan depresi (11) (26.6) (46.7) (15.5) (-)

5.1.5.Domain Hubungan Sosial

Dari Hasil Distribusi Frekuensi Domain Hubungan Sosial didapatkan gambaran bahwa lansia yang merasa puas dengan hubungan sosial sebanyak 44 responden (49.9%) adalah biasa-biasa saja, lansia yang merasa puas dengan kebutuhan seksualitas sebanyak 42 responden (46.7%) adalah biasa-biasa saja, dan lansia yang merasa puas terhadap dukungan dan motivasi dari teman di panti sebanyak 40 responden (44.4%) adalah biasa-biasa saja.

Tabel 11. Distribusi frekuensi dan persentasi responden berdasarkan domain hubungan sosial fokus pada evaluasi (N = 90)

STM TM BBS M SM

Pertanyaan n= n= n= n= n=

(%) (%) (%) (%) (%)

Seberapa puaskah Bapak/ Ibu dengan 2 8 44 24 12

Hubungan personal/ sosial Bapak/ Ibu? (2.2) (8.8) (49.9) (26.6) (13.3)

Seberapa puaskah Bapak/ Ibu dengan 3 10 42 16 11

Kehidupan seksual Bapak/ Ibu? (3.3) (11) (46.7) (17.7) (12.2)

Seberapa puaskah Bapak/ Ibu dengan 3 8 40 27 12

Dukungan yang Bapak/ Ibu peroleh (3.3) (8.8) (44.4) (30) (13.3) Dari teman Bapak/ Ibu?


(68)

5.1.6.Domain Lingkungan

Dari Hasil Distribusi Frekuensi Domain Lingkungan didapatkan gambaran bahwa lansia yang merasa aman dalam kehidupan sehari-hari tinggal di panti sebanyak 57 responden (63.3%) adalah dalam jumlah sedang, lansia yang merasa lingkungan tempat tinggalnya bersih dan sehat sebanyak 44 responden (49.9 %) adalah dalam jumlah sedang, lansia yang memiliki cukup uang untuk memenuhi kebutuhannya sebanyak 42 responden (46.7%) adalah sedikit, lansia yang sering mendapatkan informasi sebanyak 40 responden (44.4%) adalah sedang, lansia yang sering mempunyai kesempatan untuk rekreasi/ bersenang-senang sebanyak 44 responden (49.9%) adalah sedang, lansia yang merasa puas dengan kondisi tempat tinggalnya sekarang sebanyak 57 responden (63.3%) adalah memuaskan, lansia yang merasa puas dengan layanan akses kesehatan yang diberikan di panti sebanyak 44 responden (49.9%) adalah biasa-biasa saja, dan lansia yang merasa puas dengan dengan rekreasi yang dijalani sebanyak 40 responden (44.4%) adalah biasa-biasa saja.


(69)

Tabel 12. Distibusi frekuensi dan persentasi responden berdasarkan domain lingkungan fokus pada intensitas (N = 90)

TSS S DJS SS DJB

Pertanyaan n= n= n= n= n=

(%) (%) (%) (%) (%)

Secara umum, seberapa aman Bapak/ Ibu 3 8 57 16 6

Rasakan dalam kehidupan Bapak/ ibu

sehari-hari? (3.3) (8.8) (63.3) (17.7) (6.6)

Seberapa sehat Lingkungan dimana

Bapak/ Ibu 2 6 44 20 18

Tinggal ( berkaitan dengan

sarana dan prasarana) ? (2.2) (6.6) (49.9) (22.2) (20)

Tabel 13. Distibusi frekuensi dan persentasi responden berdasarkan domain lingkungan fokus pada kapasitas (N = 90)

TSS S Sd Sr SD

Pertanyaan n= n= n= n= n=

(%) (%) (%) (%) (%)

Apakah Bapak/ Ibu memiliki cukup uang 3 42 24 11 10

Untuk Memenuhi kebutuhan Bapak/ Ibu? (3.3) (46.7) (26.6) (12.2) (11) Seberapa jauh ketersediaan informasi bagi 2 6 40 32 10 kehidupan Bapak/ Ibu dari hari ke hari ? (2.2) (6.6) (44.4) (35.5) (11)

Seberapa sering Bapak/ Ibu memiliki 6 8 44 20 12

kesempatan untuk bersenang-senang / (6.6) (8.8) (49.9) (22.2) (13.3) rekreasi ?


(70)

Tabel 14. Distibusi frekuensi dan persentasi responden berdasarkan domain lingkungan fokus pada kapasitas (N = 90)

STM TM BBS M SM

Pertanyaan n= n= n= n= n=

(%) (%) (%) (%) (%)

Seberapa puaskah Bapak/ Ibu dengan

kondisi tempat Bapak/ Ibu - 3 24 57 16

tinggal saat ini ? (-) (3.3) (26.6) (63.3) (17.7)

Seberapa puaskah Bapak/ Ibu dengan

akses Bapak/ Ibu pada - 6 44 24 16

layanan kesehatan ? (-) (6.6) (49.9) (26.6) (17.7)

Seberapa puaskah Bapak/ Ibu dengan 2 4 40 32 10

Rekreasi yang Bapak/ Ibu jalani? (2.2) (6.6) (44.4) (35.5) (11)

5.1.7.Persepsi lansia terhadap kualitas hidup dan kesehatan secara umum

Dari Hasil Distribusi Frekuensi Tabel 15 menunjukkan bahwa persepsi lansia terhadap kualitas hidup sebanyak 54 responden (60 %) adalah biasa-biasa saja, 27 responden (30 %) menjawab baik, dan sebanyak 9 responden ( 10 %) menjawab buruk, dan lansia yang merasa puas terhadap kesehatannya sebanyak 46 responden (51.1 %) adalah biasa-biasa saja.

Tabel 15. Distribusi frekuensi dan persentase persepsi kualitas hidup

SB Br BBS Ba SBa

Pertanyaan n= n= n= n= n=

(%) (%) (%) (%) (%)

Bagaimana menurut Bapak/ Ibu kualitas - 9 54 27 -


(1)

P7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 78 46.4 46.4 46.4

tidak sama sekali 3 1.8 1.8 48.2

sedikit 16 9.5 9.5 57.7

dalam jumlah sedang 58 34.5 34.5 92.3

sangat sering 13 7.7 7.7 100.0

Total 168 100.0 100.0

P11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 78 46.4 46.4 46.4

tidak sama sekali 1 .6 .6 47.0

sedikit 22 13.1 13.1 60.1

sedang 60 35.7 35.7 95.8

sering sekali 7 4.2 4.2 100.0

Total 168 100.0 100.0

P19

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sangat tidak memuaskan 78 46.4 46.4 46.4

tidak memuaskan 13 7.7 7.7 54.2

biasa-biasa saja 51 30.4 30.4 84.5

memuaskan 24 14.3 14.3 98.8

sangat memuaskan 2 1.2 1.2 100.0


(2)

H21

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sangat tidak memuaskan 78 46.4 46.4 46.4

tidak memuaskan 2 1.2 1.2 47.6

biasa-biasa saja 20 11.9 11.9 59.5

memuaskan 44 26.2 26.2 85.7

sangat memuaskan 24 14.3 14.3 100.0

Total 168 100.0 100.0

P26

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 78 46.4 46.4 46.4

tidak pernah 9 5.4 5.4 51.8

jarang 22 13.1 13.1 64.9

cukup sering 54 32.1 32.1 97.0

sangat sering 5 3.0 3.0 100.0

Total 168 100.0 100.0

H20

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sangat tidak memuaskan 78 46.4 46.4 46.4

tidak memuaskan 9 5.4 5.4 51.8

biasa-biasa saja 43 25.6 25.6 77.4

memuaskan 38 22.6 22.6 100.0


(3)

H22

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 78 46.4 46.4 46.4

sangat tidak memuaskan 2 1.2 1.2 47.6

tidak memuaskan 18 10.7 10.7 58.3

biasa-biasa saja 54 32.1 32.1 90.5

memuaskan 13 7.7 7.7 98.2

sangat memuaskan 3 1.8 1.8 100.0

Total 168 100.0 100.0

L8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak sama sekali 78 46.4 46.4 46.4

sedikit 16 9.5 9.5 56.0

dalam jumlah sedang 43 25.6 25.6 81.5

sangat sering 30 17.9 17.9 99.4

dalam jumlah berlebihan 1 .6 .6 100.0

Total 168 100.0 100.0

L9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak sama sekali 78 46.4 46.4 46.4

sedikit 8 4.8 4.8 51.2

dalam jumlah sedang 44 26.2 26.2 77.4

sangat sering 30 17.9 17.9 95.2


(4)

L12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 78 46.4 46.4 46.4

tidak sama sekali 10 6.0 6.0 52.4

sedikit 19 11.3 11.3 63.7

sedang 35 20.8 20.8 84.5

sering sekali 22 13.1 13.1 97.6

sepenuhnya dialami 4 2.4 2.4 100.0

Total 168 100.0 100.0

L13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 78 46.4 46.4 46.4

tidak sama sekali 4 2.4 2.4 48.8

sedikit 13 7.7 7.7 56.5

sedang 48 28.6 28.6 85.1

sering sekali 23 13.7 13.7 98.8

sepenuhnya dialami 2 1.2 1.2 100.0

Total 168 100.0 100.0

L14

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak sama sekali 78 46.4 46.4 46.4

sedikit 19 11.3 11.3 57.7

sedang 42 25.0 25.0 82.7

sering sekali 26 15.5 15.5 98.2

sepenuhnya dialami 3 1.8 1.8 100.0


(5)

L23

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sangat tidak memuaskan 78 46.4 46.4 46.4

tidak memuaskan 4 2.4 2.4 48.8

biasa-biasa saja 41 24.4 24.4 73.2

memuaskan 40 23.8 23.8 97.0

sangat memuaskan 5 3.0 3.0 100.0

Total 168 100.0 100.0

L24

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 78 46.4 46.4 46.4

sangat tidak memuaskan 2 1.2 1.2 47.6

tidak memuaskan 4 2.4 2.4 50.0

biasa-biasa saja 39 23.2 23.2 73.2

memuaskan 40 23.8 23.8 97.0

sangat memuaskan 5 3.0 3.0 100.0

Total 168 100.0 100.0

L25

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sangat tidak memuaskan 78 46.4 46.4 46.4

tidak memuaskan 14 8.3 8.3 54.8

biasa-biasa saja 46 27.4 27.4 82.1

memuaskan 26 15.5 15.5 97.6

sangat memuaskan 4 2.4 2.4 100.0


(6)

Lampiran 10

CURRICULUM VITAE

Nama

: Ismu Raudhah

Tempat/ Tanggal Lahir

: Medan/ 24 Desember 1988

Agama

: Islam

Jenis Kelamin

: Perempuan

Kewarganegaraan

: Indonesia

Status Perkawinan

: Belum Kawin

Alamat

: Desa Klambir Gang Koramil Hamparan Perak

Riwayat Pendidikan

:

1.

SDN 101743 (1998-2001)

2.

SLTP Negeri 20 Medan(2001-2004)

3.

SMA Negeri 16 Medan (2004-2007)

4.

Program Studi D III Keperawatan Fakultas Kedokteran USU (2007-2010)

5.

Program Studi S 1 Ekstensi Keperawatan Fakultas Keperawatan USU