Analisis Pengaruh Penempatan Alat Peredam Viskos Terhadap Respons Struktur Gedung Tinggi dengan menggunakan Metode Analisis Riwayat Waktu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Umum
Pada zaman sekarang ini, berbagai kota besar di Indonesia sedang dibangun bangunan
dengan konsep bangunan tinggi yang digunakan sebagai ruang untuk tempat tinggal
(apartemen), tempat rekreasi, perkantoran, tempat usaha, rumah sakit dan lain sebagainya.
Dikarenakan ketersediaan lahan yang semakin sempit dan harga lahan yang semakin mahal
pula, sehingga memungkinkan terjadinya pembangunan gedung secara vertical. Sistem
struktur bangunan tinggi harus dapat memikul beban gravitasi, beban angin dan goncangan
akibat gempa.
Ketika merancang struktur suatu bangunan yang terletak di daerah rawan gempa, hal
yang penting harus dipertimbangkan adalah pengaruh beban gempa. Pada filosofi disain
seismik secara konvensional, struktur dirancang untuk tetap berada pada kondisi elastis pada
saat memikul beban lateral akibat angin dan gempa kecil, namun struktur diizinkan untuk
rusak tetapi tidak runtuh ketika struktur mengalami beban lateral yang terkait dengan
peristiwa gempa sedang atau berat. Untuk itu, sendi plastis yang cukup banyak diharapkan
dapat terbentuk agar struktur dapat mendisipasi energy yang diakibatkan oleh gempa sedang
dan besar dan sanggup mengalami deformasi yang cukup besar sebelum struktur mengalami
keruntuhan.
Metode desain berdasarkan filosofi ini dapat diterima jika pada saat perencanaan, yang
perlu diperhitungkan hanyalah faktor ekonomi dan keamanan hidup. Namun, beberapa
struktur penting seperti rumah sakit dan pemadam kebakaran harus tetap berfungsi setelah
gempa bumi besar terjadi. Sedangkan di dalam filosofi disain konvensional seperti yang telah
1
Universitas Sumatera Utara
dijelaskan di atas, struktur mendisipasi energi yang ditimbulkan akibat gempa sedang dan
besar melalui terbentuknya sendi plastis yang cukup banyak dan deformasi struktur yang
cukup besar dimana hal ini identik dengan struktur akan mengalami kerusakan yang cukup
parah walaupun tidak runtuh. Kondisi demikian memungkinkan struktur menjadi tidak dapat
berfungsi secara normal pasca gempa sedang dan gempa berat. Oleh karena itu, metode
disain alternatif akan diperlukan dalam mendisain jenis struktur penting seperti ini.
Metode perencanaan struktur tahan gempa secara garis besar dapat dibagi menjadi dua
jenis, yaitu perencanaan konvensional dan metode pendekatan teknologi dengan
menambahkan alat-alat seismik seperti peredam (Damper) ataupun alat isolasi (Isolator
device) ke struktur.
Alat peredam biasanya dipasang diantara tingkatan lantai untuk mengurangi perbedaan
pergeseran lantai. Alat peredam viskos (fluid viscous damper), seperti ditunjukkan pada
Gambar 1.1, tergolong dalam alat seismik pasif. Fungsi utama dari peralatan ini adalah
meredam gempa dengan menyerap energi gempa dan mengurangi gaya gempa rencana yang
akan dipikul oleh elemen-elemen struktur sehingga memungkinkan struktur bangunan untuk
tetap bersifat elastis pada saat gempa terjadi dan mampu meredam guncangan gempa.
Dengan mengaplikasikan peralatan peredam viskos, gempa rencana yang dipikul elemen
struktur menjadi lebih kecil sehingga dengan kondisi tersebut diharapkan tidak terjadi
kerusakan struktur bangunan ketika gempa terjadi.
1.2. Latar Belakang
Suatu hal yang perlu diperhatikan agar suatu bangunan dapat dikategorikan sebagai
bangunan tahan gempa yaitu bangunan hendaknya harus mampu mendisipasi energi akibat
gempa yang cukup besar. Salah satu cara agar bangunan dapat tetap kokoh atau tidak runtuh
2
Universitas Sumatera Utara
ketika terjadi gempa besar yaitu dengan melalui pembentukan sendi plastis yang sebanyaknya
sebelum bangunan mengalami keruntuhan. Hal ini merupakan salah satu filosofi dalam
mendesain bangunan terhadap beban gempa dimana bangunan diizinkan untuk mengalami
kerusakan berat melalui terbentuknya sendi plastis yang tersebar cukup banyak di sepanjang
bangunan tetapi tidak diharapkan untuk runtuh pada batas beban gempa yang ditentukan.
Gambar 1.1 Pemakaian alat peredam viskos pada struktur bangunan
Pada perencanaan konvensional bangunan tahan gempa, konsep perencanaan
bangunannya adalah bagaimana meningkatkan kapasitas tahanan struktur terhadap gaya
gempa yang bekerja padanya. Misalnya dengan menggunakan dinding geser, sistem rangka
pemikul momen khusus, sistem rangka dengan bresing dan lain sebagainya. Konsekuensinya
adalah pada bangunan dimana kekakuan lateralnya cukup besar akan mengalami percepatan
tanah dasar yang besar, sedangkan pada bangunan fleksibel akan mengalami perpindahan
lateral yang cukup besar, sehingga bangunan akan mengalami kerusakan yang signifikan
pada peristiwa gempa kuat. Gambar 1.2 menunjukkan salah satu bangunan yang mengalami
kerusakan akibat gempa yang didisain dengan menggunakan konsep perencanaan
konvensional.
3
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.2 Bangunan kampus di Yogyakarta, Indonesia setelah terjadi gempa
( Sumber : https://www.brilio.net/duh/20-foto-ini-buktikan-dahsyatnya-gempa-di-jogja-10tahun-silam-ngeri-160531t.html)
Seiring dengan perkembangan teknologi dalam perencanaan bangunan tahan gempa,
telah dikembangkan suatu pendekatan disain alternatif untuk mengurangi resiko kerusakan
bangunan saat terjadi gempa, dan mampu mempertahankan integritas komponen struktural
dan non-struktural terhadap gempa kuat. Pendekatan disain ini bukan dengan cara
memperkuat struktur bangunan tetapi adalah dengan mereduksi gaya gempa yang akan
bekerja pada bangunan atau menambah suatu sistem pada struktur yang dikhususkan untuk
menyerap sebagian besar energi gempa yang masuk ke bangunan dan hanya sebagian kecil
(sisanya) akan dipikul oleh komponen struktur bangunan itu sendiri.
Salah satu contoh pendekatan disain alternatif tersebut yaitu dengan cara memberikan
alat tambahan ke struktur untuk membatasi energi atau mendissipasi energi gempa yang
masuk ke bangunan. Alat-alat tersebut dikenal dengan Seismic Devices. Dengan menambah
alat-alat tersebut, energi gempa yang masuk ke struktur dapat direduksi dan dikontrol
sehingga gaya-gaya dan simpangan struktur menjadi kecil, dengan demikian bangunan dapat
direncanakan untuk tetap dalam keadaan elastis untuk kejadian gempa besar.
4
Universitas Sumatera Utara
Seismic device yang umum digunakan adalah alat seismik yang bersifat pasif (passived
seismic device) hal ini dikarenakan metode tersebut lebih praktis diterapkan dan biaya yang
lebih murah jika dibandingkan dengan alat seismik yang bersifat aktif (actived seismic
device).
Kelebihan alat peredam viskos dibanding dengan jenis alat peredam lainnya adalah
penggunaan alat peredam viskos pada struktur suatu bangunan tidak mengubah kekakuan
struktur bangunan tersebut tetapi hanya bekerja sebagai peredam yang berfungsi untuk
meningkatkan rasio redaman dari bangunan sehingga dapat mereduksi energi gempa yang
terjadi.
Tugas akhir ini akan memfokuskan pada pembahasan mengenai pengaruh posisi
perletakan alat peredam viskos secara vertical dengan penempatan berbeda-beda karena
masalah ini berhubungan respons struktur yang berbeda – beda saat terjadi gempa.
1.3. Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah keefektifan pemasangan
alat peredampada bangunan tingkat tinggi. Pada bangunan tinggi, sebagian dari deformasi
pada atap bangunan berasal dari perilaku lentur dari bangunan. Berhubung karena keefektifan
dari penggunaan alat peredam akan lebih baik saat deformasi lantai didominasi oleh perilaku
deformasi geser pada tiap lantai, maka penambahan alat damper pada lantai atas bangunan
bertingkat tinggi mungkin akan menjadi kurang efektif dalam meredam deformasi dari
bangunan.
Oleh sebab itu, di dalam tugas akhir ini, suatu bangunan bertingkat 20 akan dianalisis
untuk mengetahui respon bangunan akibat beban gempa yang direncanakan. Model bangunan
yang akan dianalisis merupakan model gedung tiga dimensi. Alat peredam viskosdengan
5
Universitas Sumatera Utara
karakteristik dan jumlah yang sama akan digunakan untuk model bangunan yang
menggunakan damper. Tiga jenis pola penempatan alat peredam akan dianalisis untuk
membandingkan respon bangunan berupa perpindahan, perpindahan antar lantai, serta gayagaya dalam yang terjadi pada komponen struktur.
Model bangunan akan dianalisis dengan analisis riwayat waktu (time history analysis).
Data percepatan tanah yang digunakan adalah data percepatan tanah gempa El Centro yang
diskalakan dengan respons spektrum disain untuk daerah Aceh yang ditentukan sesuai dengan
SNI. Besar respons maksimum pada struktur pada keempat model yang dianalisis akan
dibandingkan untuk mendapatkan pola penempatan alat damper yang lebih efisien.
1.4. Pembatasan Masalah
Untuk membatasi ruang lingkup pembahasan agar tidak menjadi terlalu luas,
pembatasan masalah yang akan diambil dalam tugas akhir ini meliputi:
a. Bangunan yang dianalisis berada pada kota Aceh.
b. Bangunan yang dianalisis adalah bangunan perkantoran bertingkat 20.
c. Perletakan struktur pada lantai dasar diasumsikan sebagai tumpuan sendi yang dihubungkan
dengan menambahkan balok sloof.
d. Struktur yang digunakan merupakan sistem rangka pemikul momen khusus beton bertulang.
e. Pembebanan seperti beban mati, beban mati tambahan, dan beban hidup serta beban gempa yang
dikerjakan pada struktur berdasarkan pada ketentuan dalam SNI-3-1727-2013 dan SNI-3-17262012.
f. Alat peredam yang digunakan sebagai alat seismik adalah alat peredam viskos yang bersifat linier.
g. Analisa struktur yang dilakukan adalah analisa linier elastis dimana kondisi inelastis dari material
dan geometri tidak diperhitungkan.
h. Respon yang akan dibandingkan adalah perpindahan atap, perpindahan relatif antar lantai, serta
6
Universitas Sumatera Utara
rasio kekuatan kolom.
i. Pembahasan hanya dibatasi pada membandingkan respons struktur sedangkan desain optimum dari
ukuran komponen struktur berada di luar lingkup dari pembahasan tugas akhir ini.
1.5. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah:
a. Membandingkan respons bangunan tanpa menggunakan alat peredam dengan respons
bangunan yang menggunakan alat peredam.
b. Mengetahui bagaimana cara penempatan alat peredam yang lebih baik untuk
meningkatkan keefektifan atas penggunakan alat tambahan alat peredam pada bangunan
tingkat tinggi.
c. Menambah wawasan penulis yang berhubungan dengan disain bangunan yang
menggunakan alat peredam viskos sebagai alat disipasi energi untuk perencanaan
ketahanan gempa.
d. Menunjang perkembangan teknologi bangunan untuk disain ketahanan gempa dengan
hasil analisis yang diperoleh pada penelitian ini.
1.6. Metodologi Penulisan
Dalam penulisan tugas akhir ini, metode penulisan yang digunakan oleh penulis adalah
dengan mengumpulkan teori-teori dan rumus-rumus yang dibutuhkan untuk melakukan
analisa melalui beberapa sumber antara lain: text book (buku-buku yang berkaitan dengan
tugas akhir ini), jurnal-jurnal, standar-standar yang berkaitan dengan tugas akhir ini dan
sebagainya. Kemudian, analisa dilakukan berdasarkan dengan teori-teori dan rumus-rumus
yang telah dikumpulkan. Dalam melakukan analisa tersebut, penulis akan menggunakan
bantuan perangkat lunak (software) SAP2000 untuk membantu perhitungan analisis.
7
Universitas Sumatera Utara
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan terdiri dari 5 bab, yaitu :
Bab I
: Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah,
metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II
: Tinjauan Pustaka
Menjelaskan teori-teori yang akan menjadi acuan dalam pembahasan masalah
Bab III
: Desain bangunan tahan gemap yang menggunakan alat peredam viskos
Mencakup dasar-dasar teori mengenai desain bangunan yang menggunakan alat
peredam viskos linier.
Bab IV
: Pembahasan
Mencakup pemodelan gedung 20 lantai 3D dan analisis untuk mengevaluasi tata
perletakan alat peredam yang paling efisien untuk bangunan bertingkat tinggi.
Bab V
: Kesimpulan dan Saran
Berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis dansaran atas hasil
yang telah dicapai.
8
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1. Umum
Pada zaman sekarang ini, berbagai kota besar di Indonesia sedang dibangun bangunan
dengan konsep bangunan tinggi yang digunakan sebagai ruang untuk tempat tinggal
(apartemen), tempat rekreasi, perkantoran, tempat usaha, rumah sakit dan lain sebagainya.
Dikarenakan ketersediaan lahan yang semakin sempit dan harga lahan yang semakin mahal
pula, sehingga memungkinkan terjadinya pembangunan gedung secara vertical. Sistem
struktur bangunan tinggi harus dapat memikul beban gravitasi, beban angin dan goncangan
akibat gempa.
Ketika merancang struktur suatu bangunan yang terletak di daerah rawan gempa, hal
yang penting harus dipertimbangkan adalah pengaruh beban gempa. Pada filosofi disain
seismik secara konvensional, struktur dirancang untuk tetap berada pada kondisi elastis pada
saat memikul beban lateral akibat angin dan gempa kecil, namun struktur diizinkan untuk
rusak tetapi tidak runtuh ketika struktur mengalami beban lateral yang terkait dengan
peristiwa gempa sedang atau berat. Untuk itu, sendi plastis yang cukup banyak diharapkan
dapat terbentuk agar struktur dapat mendisipasi energy yang diakibatkan oleh gempa sedang
dan besar dan sanggup mengalami deformasi yang cukup besar sebelum struktur mengalami
keruntuhan.
Metode desain berdasarkan filosofi ini dapat diterima jika pada saat perencanaan, yang
perlu diperhitungkan hanyalah faktor ekonomi dan keamanan hidup. Namun, beberapa
struktur penting seperti rumah sakit dan pemadam kebakaran harus tetap berfungsi setelah
gempa bumi besar terjadi. Sedangkan di dalam filosofi disain konvensional seperti yang telah
1
Universitas Sumatera Utara
dijelaskan di atas, struktur mendisipasi energi yang ditimbulkan akibat gempa sedang dan
besar melalui terbentuknya sendi plastis yang cukup banyak dan deformasi struktur yang
cukup besar dimana hal ini identik dengan struktur akan mengalami kerusakan yang cukup
parah walaupun tidak runtuh. Kondisi demikian memungkinkan struktur menjadi tidak dapat
berfungsi secara normal pasca gempa sedang dan gempa berat. Oleh karena itu, metode
disain alternatif akan diperlukan dalam mendisain jenis struktur penting seperti ini.
Metode perencanaan struktur tahan gempa secara garis besar dapat dibagi menjadi dua
jenis, yaitu perencanaan konvensional dan metode pendekatan teknologi dengan
menambahkan alat-alat seismik seperti peredam (Damper) ataupun alat isolasi (Isolator
device) ke struktur.
Alat peredam biasanya dipasang diantara tingkatan lantai untuk mengurangi perbedaan
pergeseran lantai. Alat peredam viskos (fluid viscous damper), seperti ditunjukkan pada
Gambar 1.1, tergolong dalam alat seismik pasif. Fungsi utama dari peralatan ini adalah
meredam gempa dengan menyerap energi gempa dan mengurangi gaya gempa rencana yang
akan dipikul oleh elemen-elemen struktur sehingga memungkinkan struktur bangunan untuk
tetap bersifat elastis pada saat gempa terjadi dan mampu meredam guncangan gempa.
Dengan mengaplikasikan peralatan peredam viskos, gempa rencana yang dipikul elemen
struktur menjadi lebih kecil sehingga dengan kondisi tersebut diharapkan tidak terjadi
kerusakan struktur bangunan ketika gempa terjadi.
1.2. Latar Belakang
Suatu hal yang perlu diperhatikan agar suatu bangunan dapat dikategorikan sebagai
bangunan tahan gempa yaitu bangunan hendaknya harus mampu mendisipasi energi akibat
gempa yang cukup besar. Salah satu cara agar bangunan dapat tetap kokoh atau tidak runtuh
2
Universitas Sumatera Utara
ketika terjadi gempa besar yaitu dengan melalui pembentukan sendi plastis yang sebanyaknya
sebelum bangunan mengalami keruntuhan. Hal ini merupakan salah satu filosofi dalam
mendesain bangunan terhadap beban gempa dimana bangunan diizinkan untuk mengalami
kerusakan berat melalui terbentuknya sendi plastis yang tersebar cukup banyak di sepanjang
bangunan tetapi tidak diharapkan untuk runtuh pada batas beban gempa yang ditentukan.
Gambar 1.1 Pemakaian alat peredam viskos pada struktur bangunan
Pada perencanaan konvensional bangunan tahan gempa, konsep perencanaan
bangunannya adalah bagaimana meningkatkan kapasitas tahanan struktur terhadap gaya
gempa yang bekerja padanya. Misalnya dengan menggunakan dinding geser, sistem rangka
pemikul momen khusus, sistem rangka dengan bresing dan lain sebagainya. Konsekuensinya
adalah pada bangunan dimana kekakuan lateralnya cukup besar akan mengalami percepatan
tanah dasar yang besar, sedangkan pada bangunan fleksibel akan mengalami perpindahan
lateral yang cukup besar, sehingga bangunan akan mengalami kerusakan yang signifikan
pada peristiwa gempa kuat. Gambar 1.2 menunjukkan salah satu bangunan yang mengalami
kerusakan akibat gempa yang didisain dengan menggunakan konsep perencanaan
konvensional.
3
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.2 Bangunan kampus di Yogyakarta, Indonesia setelah terjadi gempa
( Sumber : https://www.brilio.net/duh/20-foto-ini-buktikan-dahsyatnya-gempa-di-jogja-10tahun-silam-ngeri-160531t.html)
Seiring dengan perkembangan teknologi dalam perencanaan bangunan tahan gempa,
telah dikembangkan suatu pendekatan disain alternatif untuk mengurangi resiko kerusakan
bangunan saat terjadi gempa, dan mampu mempertahankan integritas komponen struktural
dan non-struktural terhadap gempa kuat. Pendekatan disain ini bukan dengan cara
memperkuat struktur bangunan tetapi adalah dengan mereduksi gaya gempa yang akan
bekerja pada bangunan atau menambah suatu sistem pada struktur yang dikhususkan untuk
menyerap sebagian besar energi gempa yang masuk ke bangunan dan hanya sebagian kecil
(sisanya) akan dipikul oleh komponen struktur bangunan itu sendiri.
Salah satu contoh pendekatan disain alternatif tersebut yaitu dengan cara memberikan
alat tambahan ke struktur untuk membatasi energi atau mendissipasi energi gempa yang
masuk ke bangunan. Alat-alat tersebut dikenal dengan Seismic Devices. Dengan menambah
alat-alat tersebut, energi gempa yang masuk ke struktur dapat direduksi dan dikontrol
sehingga gaya-gaya dan simpangan struktur menjadi kecil, dengan demikian bangunan dapat
direncanakan untuk tetap dalam keadaan elastis untuk kejadian gempa besar.
4
Universitas Sumatera Utara
Seismic device yang umum digunakan adalah alat seismik yang bersifat pasif (passived
seismic device) hal ini dikarenakan metode tersebut lebih praktis diterapkan dan biaya yang
lebih murah jika dibandingkan dengan alat seismik yang bersifat aktif (actived seismic
device).
Kelebihan alat peredam viskos dibanding dengan jenis alat peredam lainnya adalah
penggunaan alat peredam viskos pada struktur suatu bangunan tidak mengubah kekakuan
struktur bangunan tersebut tetapi hanya bekerja sebagai peredam yang berfungsi untuk
meningkatkan rasio redaman dari bangunan sehingga dapat mereduksi energi gempa yang
terjadi.
Tugas akhir ini akan memfokuskan pada pembahasan mengenai pengaruh posisi
perletakan alat peredam viskos secara vertical dengan penempatan berbeda-beda karena
masalah ini berhubungan respons struktur yang berbeda – beda saat terjadi gempa.
1.3. Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah keefektifan pemasangan
alat peredampada bangunan tingkat tinggi. Pada bangunan tinggi, sebagian dari deformasi
pada atap bangunan berasal dari perilaku lentur dari bangunan. Berhubung karena keefektifan
dari penggunaan alat peredam akan lebih baik saat deformasi lantai didominasi oleh perilaku
deformasi geser pada tiap lantai, maka penambahan alat damper pada lantai atas bangunan
bertingkat tinggi mungkin akan menjadi kurang efektif dalam meredam deformasi dari
bangunan.
Oleh sebab itu, di dalam tugas akhir ini, suatu bangunan bertingkat 20 akan dianalisis
untuk mengetahui respon bangunan akibat beban gempa yang direncanakan. Model bangunan
yang akan dianalisis merupakan model gedung tiga dimensi. Alat peredam viskosdengan
5
Universitas Sumatera Utara
karakteristik dan jumlah yang sama akan digunakan untuk model bangunan yang
menggunakan damper. Tiga jenis pola penempatan alat peredam akan dianalisis untuk
membandingkan respon bangunan berupa perpindahan, perpindahan antar lantai, serta gayagaya dalam yang terjadi pada komponen struktur.
Model bangunan akan dianalisis dengan analisis riwayat waktu (time history analysis).
Data percepatan tanah yang digunakan adalah data percepatan tanah gempa El Centro yang
diskalakan dengan respons spektrum disain untuk daerah Aceh yang ditentukan sesuai dengan
SNI. Besar respons maksimum pada struktur pada keempat model yang dianalisis akan
dibandingkan untuk mendapatkan pola penempatan alat damper yang lebih efisien.
1.4. Pembatasan Masalah
Untuk membatasi ruang lingkup pembahasan agar tidak menjadi terlalu luas,
pembatasan masalah yang akan diambil dalam tugas akhir ini meliputi:
a. Bangunan yang dianalisis berada pada kota Aceh.
b. Bangunan yang dianalisis adalah bangunan perkantoran bertingkat 20.
c. Perletakan struktur pada lantai dasar diasumsikan sebagai tumpuan sendi yang dihubungkan
dengan menambahkan balok sloof.
d. Struktur yang digunakan merupakan sistem rangka pemikul momen khusus beton bertulang.
e. Pembebanan seperti beban mati, beban mati tambahan, dan beban hidup serta beban gempa yang
dikerjakan pada struktur berdasarkan pada ketentuan dalam SNI-3-1727-2013 dan SNI-3-17262012.
f. Alat peredam yang digunakan sebagai alat seismik adalah alat peredam viskos yang bersifat linier.
g. Analisa struktur yang dilakukan adalah analisa linier elastis dimana kondisi inelastis dari material
dan geometri tidak diperhitungkan.
h. Respon yang akan dibandingkan adalah perpindahan atap, perpindahan relatif antar lantai, serta
6
Universitas Sumatera Utara
rasio kekuatan kolom.
i. Pembahasan hanya dibatasi pada membandingkan respons struktur sedangkan desain optimum dari
ukuran komponen struktur berada di luar lingkup dari pembahasan tugas akhir ini.
1.5. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah:
a. Membandingkan respons bangunan tanpa menggunakan alat peredam dengan respons
bangunan yang menggunakan alat peredam.
b. Mengetahui bagaimana cara penempatan alat peredam yang lebih baik untuk
meningkatkan keefektifan atas penggunakan alat tambahan alat peredam pada bangunan
tingkat tinggi.
c. Menambah wawasan penulis yang berhubungan dengan disain bangunan yang
menggunakan alat peredam viskos sebagai alat disipasi energi untuk perencanaan
ketahanan gempa.
d. Menunjang perkembangan teknologi bangunan untuk disain ketahanan gempa dengan
hasil analisis yang diperoleh pada penelitian ini.
1.6. Metodologi Penulisan
Dalam penulisan tugas akhir ini, metode penulisan yang digunakan oleh penulis adalah
dengan mengumpulkan teori-teori dan rumus-rumus yang dibutuhkan untuk melakukan
analisa melalui beberapa sumber antara lain: text book (buku-buku yang berkaitan dengan
tugas akhir ini), jurnal-jurnal, standar-standar yang berkaitan dengan tugas akhir ini dan
sebagainya. Kemudian, analisa dilakukan berdasarkan dengan teori-teori dan rumus-rumus
yang telah dikumpulkan. Dalam melakukan analisa tersebut, penulis akan menggunakan
bantuan perangkat lunak (software) SAP2000 untuk membantu perhitungan analisis.
7
Universitas Sumatera Utara
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan terdiri dari 5 bab, yaitu :
Bab I
: Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah,
metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II
: Tinjauan Pustaka
Menjelaskan teori-teori yang akan menjadi acuan dalam pembahasan masalah
Bab III
: Desain bangunan tahan gemap yang menggunakan alat peredam viskos
Mencakup dasar-dasar teori mengenai desain bangunan yang menggunakan alat
peredam viskos linier.
Bab IV
: Pembahasan
Mencakup pemodelan gedung 20 lantai 3D dan analisis untuk mengevaluasi tata
perletakan alat peredam yang paling efisien untuk bangunan bertingkat tinggi.
Bab V
: Kesimpulan dan Saran
Berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis dansaran atas hasil
yang telah dicapai.
8
Universitas Sumatera Utara